sistem informasi keterkaitan ruang terbuka hijau …lib.unnes.ac.id/21845/1/3211411007-s.pdf ·...

106
SISTEM INFORMASI KETERKAITAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN CEMARAN UDARA DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains di Universitas Negeri Semarang Oleh: Silvia Verdiana NIM. 3211411007 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

Upload: trandieu

Post on 07-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

SISTEM INFORMASI KETERKAITAN RUANG TERBUKA

HIJAU (RTH) DAN CEMARAN UDARA

DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Sains di Universitas Negeri Semarang

Oleh:

Silvia Verdiana

NIM. 3211411007

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

ii

PERSETUJUAN BIMBINGAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia

Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes Pada:

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si.

NIP. 19620811 1988032 001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si.

NIP. 196209041989011 001

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang Pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji I Penguji II

Dr. Ir. Ananto Aji, M.S Dr. Tjaturrahono B.S, M.Si.

NIP. 196305271 1998111 001 NIP. 196210191988031002

Penguji

Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si.

NIP. 19620811 1988032 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dr. Subagyo, M.Pd.

NIP. 19510808 1980031 003

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian

atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi

ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 17 Maret 2015

Silvia Verdiana

NIM. 3211411007

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Dia yang mampu melakukan akan memiliki seluruh dunia dan dia yang tidak

bisa akan berjalan dikesunyian. (Dale Carnegie)

Adalah mungkin untuk menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tetapi itu

membuatnya tanpa rasa, itu membuatnya tanpa arti, seperti jika anda

menjelaskan Simfony Beethoven sebagai variasi dari tekanan udara. (Albert

Einstein)

Salah satu alasan mengapa manusia cenderung berhenti adalah karena

mereka menjadi semakin dan semakin tak mau mengambil resiko untuk

gagal. (John W.Gardner)

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT

atas segala karunia-Nya skripsi ini kupersembahkan

kepada:

Ayahanda Mukhlis Hidayat & Ibunda Sulis

Narwati yang selalu memberi doa, dan dukungan

yang selalu memberi inspirasi serta semangat.

Mas Andri, dek Dicky, Cipluk dan Vidya Islamia P.

sahabatku tersayang, yang selalu memberikan

semangat dalam mengerjakan skripsi.

Sahabat-sahabatku Geografi 2011 yang selalu

memberikan motivasi dan semangat dalam

mengerjakan skripsi.

Almamaterku.

vi

PRAKATA

Segala puji dan Syukur senantiasa penulis menghaturkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga

penulisan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka

Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang” dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun sebagai peryaratan memperoleh gelar sarjana sains (S1)

di Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan

skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Haryanto, M.Si., Ketua Program Prodi Studi Geografi Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas yang

memungkinkan penulis melakukan penelitian ini.

5. Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si., Dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

vii

6. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., dan Dr. Tjaturrahono Budi S, M.Si, dosen Penguji

pertama dan kedua yang telah memberikan koreksi dan pengarahan dalam

penyempurnaan skrispsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial atas ilmu

yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan serta bantuan dan

motivasi yang telah diberikan selama ini.

8. Keluarga Geografi UNNES angkatan 2011 terima kasih atas dukungan dan

kerjasamanya.

9. Bapak Ibu dan keluargaku yang memberikan semangat, doa, dan kasih

sayangnya untukku.

10. Semua pihak yang telah membantu dan menyelenggarakan skripsi ini, yang

tidak dapat dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua

pihak mendapat balasan dari Allah SWT, dan saya menyadari bahwa skripsi ini

kurang dari sempurna. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran sangat

kami harapkan demi peningkatan manfaat skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 17 Maret 2015

Penulis

viii

SARI

Silvia Verdiana. 2015. Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Prof. Dr. Dewi Liesnoor

Setyowati, M.Si.

Kata kunci: Sistem Informasi, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Cemaran Udara.

Perkembangan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih maju

menjadikan keseimbangan ekologi mulai terabaikan sehingga luasan terbangun

pada suatu wilayah menjadi salah satu faktor penyempitan RTH. Tujuan dari

penelitian ini: (1) Mengetahui kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang, (2)

Mengkaji cemaran udara di Kota Semarang, (3) Menyusun sistem informasi

prediksi keterkaitan RTH dengan cemaran udara di Kota Semarang, (4) Mengkaji

keterkaitan RTH terhadap cemaran udara dengan memanfaatkan fungsi sistem

informasi RTH sehingga mampu memberikan informasi dan arahan kebutuhan

RTH maupun vegetasi untuk meredam cemaran udara di Kota Semarang.

Objek dalam penelitian ini adalah lahan potensial, RTH aktual, dan

cemaran udara yang berasal dari kegiatan transportasi. Variabel penelitian ini

meliputi kondisi sebaran RTH, cemaran udara, dan Sistem Informasi RTH dan

Cemaran Udara. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi,

dokumentasi, pengukuran lapangan, dan interpretasi sistem informasi RTH dan

cemaran udara. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis spasial,

analisis deskriptif, dan analisis komparatif.

Hasil penelitian menunjukkan pada lokasi penelitian terdapat beberapa

sebaran lahan hijau. Sekitar 15%-25% sebagai potensi taman, 24%-41% sebagai

potensi lapangan olah raga, 19%-32% sebagai potensi koridor jalur hijau, dan

41% sebagai potensi pemakaman. Cemaran udara berupa CO2 pada lokasi

penelitian yang dihitung dengan mengsitkan hasil pengukuran BLH dan Konversi

CO2 hasil perhitungan lapangan. Berdasarkan klasifikasi cemaran udara, keempat

lokasi penelitian tersebut tercemar gas CO2 terutama dari proses transportasi.

Berdasarkan perhitungan sistem informasi, Semarang Timur dan Semarang

Selatan merupakan kecamatan yang memiliki RTH optimal yang cukup ideal

karena selisih lahan potensial dan RTH aktual relatif sedikit sehingga

pemanfaatan lahan potensial cukup intensif. Sedangkan Semarang Tengah dan

Semarang Utara perlu diadakan peningkatan optimalisasi RTH lebih intensif.

Pemkot Semarang diharapkan mengeluarkan kebijakan penghijauan

perkarangan rumah atau lahan kosong yang belum dihijaukan secara intensif dan

berkala. Serta memberikan sosialisasi terkait pentingnya RTH dalam

meminimalisir pencemaran udara. Instansi/dinas terkait yang menangani kondisi

tanaman yang ada di taman kota perlu melakukan monitoring secara intensif

periodik terhadap vegetasi RTH di Kota Semarang.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

PERSETUJUAN BIMBINGAN ............................................................ ii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................ iii

PERNYATAAN ..................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... v

PRAKATA ............................................................................................. vi

SARI ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 8

E. Batasan Istilah ..................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi ................................................................. 11

B. Ruang Terbuka Hijau .......................................................... 21

C. Cemaran Udara .................................................................... 33

D. Penelitian Terdahulu ............................................................ 55

E. Kerangka Berfikir ................................................................ 56

x

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................ 59

B. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 59

C. Variabel Penelitian .............................................................. 60

D. Bahan dan Peralatan Penelitian ........................................... 61

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 62

F. Tahap Penelitian .................................................................. 65

G. Teknik Analisis Data ........................................................... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian .................................... 68

B. Hasil Penelitian .................................................................... 81

1. Keberadaan RTH di Kota Semarang ............................... 81

a. Sebaran Taman ............................................................ 81

b. Sebaran Lapangan Olahraga Outdoor ......................... 84

c. Sebaran Pemakaman ................................................... 86

d. Sebaran Penghijauan Koridor Jalan ............................ 87

2. Cemaran Udara Kota Semarang ...................................... 88

3. Sistem Informasi RTH Kota Semarang ........................... 112

4. Peluang Pengembangan RTH Kota Semarang ................ 138

C. Pembahasan ......................................................................... 149

1. Potensi RTH di Kota Semarang ...................................... 149

2. Kondisi Cemaran Udara di Kota Semarang ..................... 153

3. Prospek Pengembangan RTH di Kota Semarang ............ 161

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 164

B. Saran ..................................................................................... 165

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 167

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Definisi Sistem Informasi ..................................................... 12

Tabel 2.2 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ................ 24

Tabel 2.3 Komposisi Udara Kering dan Bersih .................................... 36

Tabel 2.4 Baku Mutu Udara Ambien Nasional ..................................... 37

Tabel 2.5 Pengaruh Konsentrasi COHb dalam Kesehatan.................... 42

Tabel 2.6 Pengaruh SO2 Terhadap Manusia ......................................... 43

Tabel 2.7 Pengaruh Konsentrasi Pencemaran ....................................... 48

Tabel 2.8 Nama-nama ilmiah dan Famili Pohon .................................. 52

Tabel 4.1 Luas Wilayah Lokasi Penelitian Tahun 2014 ....................... 70

Tabel 4.2 Jenis Tanah Lokasi dan Potensi Vegetasi Kota Semarang ... 74

Tabel 4.3 Luas Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian .......................... 79

Tabel 4.4 Karakteristik Sebaran Taman di Lokasi Penelitian ............... 82

Tabel 4.5 Karakteristik Lapangan Olahraga Lokasi Penelitian ............ 84

Tabel 4.6 Karakteristik Lapangan Olahraga yang dikelola

Pemerintah Kota Semarang .................................................. 85

Tabel 4.7 Karakteristik TPU yang dikelola

Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Semarang ............ 86

Tabel 4.8 Karakteristik Pengelolahan Koridor Jalan yang dikelola

Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Semarang ............ 88

Tabel 4.9 Tabulasi Hasil Pengukuran Emisi Gas CO2 ............................ 98

Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Tahun 2012 ....... 102

Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Tahun 2013 ....... 102

Tabel 4.12 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien

Kawasan Industri Tahun 2012 .............................................. 105

Tabel 4.13 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien

Kawasan Industri Tahun2013 ............................................... 105

xii

Tabel 4.14 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien

Roadside Kota Semarang Tahun 2012 .................................. 108

Tabel 4.15 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien

Roadside Kota Semarang Tahun 2013 .................................. 108

Tabel 4.16 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 111

Tabel 4.17 Hasil ORTH Kota Semarang................................................. 126

Tabel 4.18 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 126

Tabel 4.19 Hasil ORTH Kondisi Eksisting Kota Semarang ................... 128

Tabel 4.20 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 129

Tabel 4.21 Hasil ORTH RTHa Ditambah 20% ...................................... 130

Tabel 4.22 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 131

Tabel 4.23 Hasil ORTH RTHa Ditambah 30% ...................................... 131

Tabel 4.24 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 132

Tabel 4.25 Hasil ORTH RTHa Dikurangi 10% ...................................... 133

Tabel 4.26 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 134

Tabel 4.27 Hasil ORTH RTHa Dikurangi 5% ........................................ 135

Tabel 4.28 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 136

Tabel 4.29 Rekapitulasi Simulasi RTHa ................................................. 137

Tabel 4.30 ORTH Kota Semarang .......................................................... 140

Tabel 4.31 Rencana Luasan RTH tiap Kecamatan di Kota Semarang ... 145

Tabel 4.32 Tanaman Penyerap Karbondioksida ..................................... 148

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pengelompokan Sistem Informasi ..................................... 17

Gambar 2.2 Siklus Komponen Sistem Informasi .................................. 19

Gambar 2.3 Asal Pencemaran Udara .................................................... 38

Gambar 2.4 Bagan Alir Kerangka Berfikir Penelitian .......................... 58

Gambar 4.1 Peta Administrasi Lokasi Penelitian Tahun 2014 ............. 69

Gambar 4.2 Peta Geologi Lokasi Penelitian Tahun 2014 .................... 73

Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian Tahun 2014 ............... 75

Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian Tahun 2014 ... 80

Gambar 4.5 Peta Sebaran RTHa Lokasi Penelitian Tahun 2014 .......... 83

Gambar 4.6 Kepadatan Lalu Lintas Jl. Pattimura Kota Semarang ....... 90

Gambar 4.7 Perhitungan Lalu Lintas di Roadside Semarang Tengah .. 95

Gambar 4.8 Perhitungan Lalu Lintas di Roadside Semarang Timur .... 95

Gambar 4.9 Peta Lokasi Pengukuran Cemaran Udara ......................... 96

Gambar 4.10 Peta Cemaran Udara Lokasi Penelitian Tahun 2014 ......... 97

Gambar 4.11 Grafik Parameter CO2 Kota Semarang Th 2012 ............... 104

Gambar 4.12 Grafik Parameter CO2 Kota Semarang Th 2013 ............... 104

Gambar 4.13 Grafik Parameter CO2 Kawasan Industri

Kota Semarang Th 2012 ................................................... 107

Gambar 4.14 Grafik Parameter CO2 Kawasan Industri

Kota Semarang Th 2013 ................................................... 107

Gambar 4.15 Grafik Parameter CO2 Roadside Kota Semarang Th 2012 110

Gambar 4.16 Grafik Parameter CO2 Roadside Kota Semarang Th 2013 110

Gambar 4.17 Grafik CO2 Tansportasi dan BLH .................................... 111

Gambar 4.18 Tampilan Awal Sistem Informasi ..................................... 114

Gambar 4.19 Menu Kondisi Kota Semarang Sistem Informasi .............. 114

Gambar 4.20 Menu RTH Kota Semarang Sistem Informasi .................. 116

Gambar 4.21 Menu Hitung ORTH Sistem Informasi ............................. 116

xiv

Gambar 4.22 Tampilan Hasil Perhitungan ORTH .................................. 118

Gambar 4.23 Menu Cemaran Udara Pada Sistem Informasi .................. 118

Gambar 4.24 Menu Arahan Vegetasi ...................................................... 120

Gambar 4.25 Menu Peta Pada Sistem Informasi .................................... 120

Gambar 4.26 Menu Galeri Sistem Informasi .......................................... 122

Gambar 4.27 Menu Profil Pengelolahan Tutupan Lahan ....................... 122

Gambar 4.28 Menu Profil Emisi GRK Kota Semarang .......................... 123

Gambar 4.29 Menu Profil Resiko Perubahan Iklim Kota Semarang ...... 123

Gambar 4.30 Peta KKRTH Kota Semarang Tahun 2014 ....................... 142

Gambar 4.31 Peta Lahan Potensial Lokasi Penelitian Tahun 2014 ........ 143

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Validasi Sistem

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Cemaran Udara

Lampiran 3. Surat Terkait Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya teknologi di era zaman modern, semakin

beragam pula kebutuhan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Saat ini fungsi teknologi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di

masyarakat. Terkait kebutuhan informasi keadaan sekitar dalam berbagai

bidang baik sosial, ekonomi maupun lingkungan menjadi sangat penting

sehingga penerapan teknologi semakin meraba kearah permintaan yang lebih

tinggi. Sistem informasi merupakan salah satu penerapan teknologi yang

mampu merangkum keadaan berbagai bidang kehidupan secara sederhana.

Berbagai fakta menunjukkan bahwa dengan adanya sistem informasi dalam

kehidupan, dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan

memahami keadaan sekitar di berbagai bidang.

Terdapat beragam sistem dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak

hanya memuat sebuah informasi namun sebagai perangkat analisis dalam

memahami dan mengkaji berbagai bidang kehidupan. Berbagai sistem tersebut

dimanfaatkan sesuai fungsi dan bidangnya, misalnya sistem yang berbasis

informatika, kependidikan, ekonomi, sosial, lingkungan, spasial dan

sebagainya. Seiring berkembangnya teknologi pendidikan di masyarakat

sistem informasi merupakan sebuah media pembelajaran yang terbilang

penting, segala informasi yang bersifat sangat luas mampu disederhanakan

2

dengan adanya sistem informasi. Saat ini di lembaga pendidikan dalam

menerapkan dan mengajarkan ilmu pengetahuan mulai memanfaatkan fungsi

sistem informasi misalnya sejak kalangan sekolah dasar sudah mempelajari

tentang internet, bahkan di perguruan tinggi segala fasilitas dipermudah

dengan penerapan sistem sehingga mahasiswa dapat lebih mudah mengakses

kebutuhan akademis.

Permasalahan lingkungan yang hingga saat ini tidak kunjung usai

terkadang mulai terabaikan dengan kesibukan masyarakat, bahkan kesadaran

pentingnya kelestarian lingkungan masih kurang. Melalui pendidikan

lingkungan, sistem informasi menjadi salah satu media pembelajaran yang

cukup relevan dalam mengkaji keseimbangan ekologi. Selain itu, adanya

sistem informasi RTH merupakan salah satu upaya dalam menerapkan

kesadaran dan pengetahuan terkait kelestarian lingkungan sekitar sehingga

bermanfaat dalam membangkitkan kesadaran akan pentingnya kelestarian

lingkungan sejak dini.

Fungsi ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting dalam keseimbangan

ekologi wilayah terutama di wilayah perkotaan. Dapat diamati bahwa kota

merupakan pusat perkembangan dan pertumbuhan masyarakat dalam sebuah

wilayah. Wilayah perkotaan dicirikan dengan berbagai keberagaman aktifitas

yang dilakukan oleh masyarakat, mulai dari kegiatan ekonomi, industri,

pendidikan, kebudayaan, perdagangan, pelayanan dan sebagainya.

Kenampakan lain ditunjukkan dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi

yang menitik beratkan terhadap pembangunan sarana prasarana kota.

3

Akibatnya keadaan lingkungan perkotaan berkembang secara ekonomi, namun

menurun secara ekologi.

Taman kota atau taman hijau merupakan komponen sebagian dari RTH

di dalam kota yang dibuat untuk menciptakan keindahan, kenyamanan,

keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman kota atau taman hijau

dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai

tempat rekreasi. Selain itu, taman kota atau taman hijau difungsikan sebagai

paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat

berbagai flora dan fauna (Triyono & Soemarno, 2012: 53).

RTH yang di abstraksikan taman hijau lahan hijau juga memiliki

fungsi arsitektural yaitu menambah keindahan. Selain itu, memberikan rasa

yang berbeda melalui penataan bentuk warna dan jenis vegetasi RTH, sebagai

fungsi sosial yaitu tempat berinteraksi masyarakat sekitar dimana RTH

tersebut memberikan kesejukan, kenyamanan sehingga masyarakat terwadahi

dalam melakukan interaksi berbagai kegiatan, sebagai pencegah bencana

seperti erosi tanah yang di timbulkan baik dari udara maupun pengikisan air,

akar tanaman berfungsi untuk mengikat tanah agar kuat dari serangan air

(Zoeraini, 1994).

Berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007,

disebutkan bahwa proporsi RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari

jumlah lahan didaerah perkotaan. Faktanya taman kota di Kota Semarang pada

tahun 2006 yang aktif hanya 36 buah taman kota seluas 46.524 m2

atau 13%

dari luas wilayah Kota Semarang, yang sebelumnya 41 buah taman kota atau

4

18% dari luas Kota Semarang pada tahun 2002 yang mengalami penurunan

sekitar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa RTH di Kota Semarang dari hari ke

hari semakin menyempit, artinya RTH semakin berkurang dan berada di

bawah ketentuan UU Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 (BPS, 2007).

Kemudian pada tahun 2009 jumlah taman yang aktif hanya 33 buah taman

kota atau 11% dari luas wilayah Kota Semarang (BPS, 2012).

Pencemaran udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang

sampai saat ini belum ada penyelesaian secara optimal. Hal ini dipengaruhi

oleh berbagai faktor baik secara kebijakan maupun persebaran keberadaan

lahan hijau diperkotaan. Padahal kita sadari bahwa keseimbangan lingkungan

perkotaan secara ekologi sama pentingnya dengan perkembangan nilai

ekonomi kawasan perkotaan. Kondisi demikian menyebabkan terganggunya

keseimbangan ekologi wilayah perkotaan, yang berupa meningkatnya suhu

udara, pencemaran udara (seperti meningkatnya kadar debu, belerang, ozon,

kanbondioksida, karbonmonoksida, dan nitrogen-oksida), menurunnya air

tanah, banjir dan meningkatnya kandungan logam berat dalam air tanah.

Keberadaan RTH dan cemaran udara merupakan suatu kenampakan

spasial yang saling berkaitan. Keadaan cemaran udara yang semakin

meningkat mulai mengganggu keadaan kualitas udara yang berdampak tidak

hanya terhadap kesehatan masyarakat namun juga keseimbangan ekologi. Saat

ini penyempitan pemanfaatan lahan untuk RTH semakin meluas, dengan

melihat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan kondisi wilayah

yang kapasitasnya mulai berkurang. Tentu hal ini berdampak terhadap

5

kapasitas udara segar di Kota Semarang yang sulit diperoleh masyarakat.

Ditambah lagi dengan adanya industri dan perdagangan serta transportasi kota

yang semakin padat menyebabkan tejadinya thermal polution yang

kemudian membentuk pulau panas atau heat island.

Permintaan terkait pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan

bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk

kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah

konfigurasi alami lahan atau bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan

tersebut dan berbagai bentukan lahan lainnya. Kedua hal ini umumnya

merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan

tidak ekonomis. Sedangkan pada dasarnya keberadaan RTH di suatu wilayah

bukan salah satu hal yang dapat diabaikan mengingat fungsi RTH yang cukup

penting dalam kehidupan sehari-hari baik diperuntukkan lingkungan maupun

masyarakat.

Penelitian ini akan menyusun dan menerapkan sebuah sistem informasi

yang berbasis lingkungan spasial terkait dengan keberadaan RTH dan cemaran

udara pada beberapa kecamatan sebagai lokasi penelitian di Kota Semarang.

Keberadaan RTH dan cemaran udara dikaitkan dengan kualitas udara ambien

pada beberapa kecamatan lokasi penelitian di Kota Semarang pada periode

tertentu. RTH dalam penelitian ini membahas tentang keberadaan persebaran

lahan hijau yang berada pada lokasi penelitian di Kota Semarang. Sedangkan

cemaran udara yang dibahas dalam penelitian ini adalah cemaran udara yang

6

berasal dari hasil pembakaran bahan bakar minyak kendaraan bermotor yang

berupa gas CO2 (karbondioksida).

Sistem ini didesain dengan harapan mampu mempermudah para

pengguna data dan informan yang berkepentingan tertentu baik secara

akademis maupun umum terkait dengan lingkungan yang meliputi keberadaan

RTH dan cemaran udara khususnya di Kota Semarang. Selain itu dengan

adanya sistem informasi tersebut diharapkan mampu memonitoring

keberadaan RTH dan cemaran udara secara berkelanjutan dan dalam periode

tertentu (continue periodic). Disisi lain dalam penerapan sistem informasi

tersebut diharapkan mampu menjadi media baik secara akademik maupun

informatif terkait pentingnya keseimbangan ekologi sehingga mampu

membangkitkan kesadaran masyarakat tentang kelestarian lingkungan.

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya

pencemaran udara di perkotaan. Seperti, mempertahankan dan meningkatnya

kualitas lingkungan maupun menyusun alogaritma RTH dengan penataan

vegetasi. Dengan adanya sistem informasi ini sebagai salah satu upaya

pengurangan cemaran udara melalui kajian keberadaan RTH dan cemaran

udara pada lokasi penelitian di Kota Semarang, maka peneliti ingin meneliti

dengan judul Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

dan Cemaran Udara di Kota Semarang.

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah dapat ditarik

beberapa rumusan masalah diantaranya adalah:

1. Bagaimana kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang.

2. Bagaimana cemaran udara di Kota Semarang.

3. Bagaimana fungsi keterkaitan RTH terhadap cemaran udara di Kota

Semarang.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang.

2. Mengkaji cemaran udara di Kota Semarang.

3. Menyusun Sistem Informasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran

Udara di Kota Semarang.

4. Mengkaji keterkaitan RTH terhadap cemaran udara dengan memanfaatkan

fungsi sistem informasi RTH sehingga mampu memberikan informasi

dan arahan kebutuhan RTH maupun vegetasi untuk meredam cemaran

udara di Kota Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

beberapa manfaat, diantaranya adalah:

8

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran baik berupa perbendaharaan konsep, pemikiran metode, teori,

maupun sebagai media pembelajaran dalam khasanah studi geografi pada

umumnya terutama studi geografi lingkungan. Khususnya Sistem

Informasi Ruang terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota

Semarang beserta pemanfaatannya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan informasi

bagi pemerintah Kota Semarang khususnya Badan Lingkungan Hidup

(BLH), BAPPEDA, Dinas Kebersihan dan Pertanaman, Dinas Pekerjaan

Umum (DPU) dalam mengatasi permasalahan mengenai lingkungan

khususnya mengenai optimalisasi RTH di Kota Semarang serta mampu

memberikan tambahan pengetahuan kepada masyarakat khususnya

pengguna jalan mengenai pentingnya lingkungan hidup dan dampak dari

pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara.

E. Batasan Istilah

Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk: (1)

membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti sehingga jelas batas-

batasnya, (2) menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, (3)

memudahkan dalam menangkap isi dan makna serta sebagai pedoman dalam

pelaksanaan penelitian.

9

1. Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengolahan, mendukung operasi, bersifat

manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasasi dan menyediakan

pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. (Jogiyanto,

2005: 11).

2. Ruang Terbuka Hijau

Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, dinyatakan bahwa

RTH sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik sebagai

individu maupun berkelompok, serta wadah makluk lainnya untuk hidup

dan berkembang secara berkelanjutan. Makluk hidup lainnya dimaksudkan

sebagai vegetasi (tumbuhan) dan kehidupan berbagai jenis fauna seperti

ikan, binatang, serangga, burung dan jenis fauna lainnya yang juga

dibutuhkan oleh manusia (Triyono dan Soemarno, 2012: 53).

3. Cemaran Udara

Cemaran udara adalah bahan yang mengakibatkan polusi udara.

Adapun istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara seperti CO,

NOx, SOx, H2S (Alwi, 2005: 46). Perubahan lingkungan udara pada

umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar

(berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya

zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah maupun akibat aktivitas

manusia (Soedomo 1999: 3).

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-

komponen dalam suatu kegiatan yang bertujuan dan saling berhubungan

dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Komponen-komponen

sistem informasi antara lain: teknologi informasi, proses dan prosedur,

struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier,

rekanan dan lain lain. Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang

berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses

penyaluran data/informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu. Dalam

hal ini teknologi dapat mencakup produk-produk seperti komputer, sistem

operasi, modem, router, oracle, SAP, printer, multimedia, cabling system,

VSAT, dan lain sebagainya. Lebih dari sebuah teknologi informasi, sistem

informasi mencakup bagian yang lebih luas dan lebih banyak berhubungan

dengan karakteristik dari sebuah kegiatan yang bertujuan. (Indrajit, 2003).

Sistem informasi memiliki berbagai pengertian dan definisi. Dengan

adanya sebuah sistem dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan sehari-hari,

terutama dengan adanya sistem informasi yang mampu merangkum ruang

menjadi lebih sederhana dan menyajikan informasi yang tidak perlu diperoleh

secara observatif namun cukup dengan p enggunaan teknologi yang sederhana

sehingga mempermudah dalam memperkaya sebuah informasi spasial.

11

Beberapa definisi mengenai sistem informasi terlihat di Tabel 2.1 berikut

(Jogiyanto, 2005:11).

Tabel 2.1 Definisi Sistem Informasi

Sumber Definisi / Pengertian

Alter

Kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi

informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan suatu

organisasi

Bodnad dan

Hopwood

Kumpulan HW dan SW yang dirancang untuk

mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang

berguna

Budi

Sutedjo

Kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang

membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data,

memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi

Sumber: Analisis dan Desain Sistem Informasi, Jogiyanto, 2005:11

Menurut Jerry Fith Gerald (1998) sistem adalah suatu jaringan kerja

dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama

untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

Sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Karakteristik Sistem

a. Memiliki komponen

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling

berinteraksi, bekerja bersama membentuk satu kesatuan. Komponen-

komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian

dari sistem. Setiap sistem selalu mengandung komponen-komponen

atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari

sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi

proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai

suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya

12

suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang

merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem.

Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan

dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan

dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah

subsistemnya.

b. Batas sistem (boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu

sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.

Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu

kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari

sistem tersebut.

c. Lingkungan luar sistem (environment)

Lingkungan luar sistem adalah apapun yang berada di luar batas

dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem dalam memenuhi

tujuan tertentu atau sasaran.

d. Penghubung sistem (interface)

Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu

subsistem dengan subsistem yang lainnya dalam memenuhi tujuan

tertentu atau sasaran.

e. Masukan sistem (input)

Masuknya sistem merupakan energi yang dimasukkan ke dalam

sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance

13

input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah

energi yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat beroperasi. Signal

input adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran.

Sebagai contoh didalam sistem komputer, program merupakan

maintanance input yang digunakan dalam mengoperasikan komputer

dan data adalah signal input yang diolah menjadi informasi.

f. Keluaran sistem (Output)

Keluaran sistem atau output merupakan suatu hasil dari energi

yang diolah oleh sistem yang diharapkam mampu menjadi tujuan

tertentu atau sasaran.

g. Pengolah sistem (Process)

Pengolah sistem merupakan bagian yang memproses masukan

untuk menjadi keluaran output yang diinginkan.

h. Sasaran sistem

Sistem yang tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak

ada gunanya.

2. Klasifikasi Jenis-Jenis Sistem

a. Sistem abstrak; sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak

tampak secara fisik (sistem teologia).

b. Sistem fisik; merupakan sistem yang ada secara fisik (sistem

komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dll.).

c. Sistem alamiah; sistem yang terjadi melalui proses alam (sistem

matahari, sistem luar angkasa, sistem reproduksi dll.).

14

d. Sistem buatan manusia; sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem

buatan manusia yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin

disebut humanmachine system (contoh; sistem informasi).

e. Sistem Tertentu (deterministic system); beroperasi dengan tingkah

laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi bagian-bagiannya dapat

dideteksi dengan pasti sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan

(contoh; sistem komputer).

f. Sistem tak tentu (probabilistic system); sistem yang kondisi masa

depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur

probabilitas.

g. Sistem tertutup (close system); sistem yang tidak berhubungan dan

tidak terpengaruh dengan sistem luarnya. Sistem ini bekerja secara

otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secara

teoritis sistem tersebut ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang

benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system

(secara relatif tertutup, tidak benar-benar tertutup).

h. Sistem terbuka (open system); sistem yang berhubungan dan

terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Lebih spesifik dikenal juga

yang disebut dengan sistem terotomasi, yang merupakan bagian dari

sistem buatan manusia dan berineraksi dengan kontrol oleh satu atau

lebih komputer sebagai bagian dari sistem yang digunakan dalam

masyarakat modern.

15

Menurut Robert A. Leitch (2001) sistem informasi adalah suatu sistem di

dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi

harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu

organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang

diperlukan. Sistem informasi memiliki komponen dan kemampuan sebagai

berikut:

1. Komponen Sistem Informasi

a. Hardware (perangkat keras).

b. Software (perangkat lunak).

c. Prosedur: sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan proses

data untuk menghasilkan output.

d. Basisdata: suatu pengorganisasian sekumpulan data yang saling terkait

sehingga memudahkan proses pencarian informasi.

e. Jaringan komputer dan komunikasi data.

f. Brainware (sumber daya manusia).

2. Kemampuan Sistem Informasi

a. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar dengan kecepatan

tinggi.

b. Menyimpan informasi dalam jumlah besar ke dalam ruang yang kecil

dan mudah diakses.

c. Menyajikan informasi dengan jelas.

d. Meng-otomatisasi proses-proses yang manual.

16

e. Menyediakan komunikasi dalam dan antarorganisasi yang murah,

akurat, dan cepat.

Secara garis besar sistem informasi dikelompokkan menjadi 2 (Jogiyanto:

2005), yaitu sistem informasi digunakan untuk mendukung operasional dan

sistem informasi yang mendukung manajemen. Secara lebih jelas dapat

terlihat pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Pengelompokan Sistem Informasi (Jogiyanto, 2005)

Sistem informasi yang digunakan untuk mendukung operasional terkait

dengan opersional sehari-hari yang berlangsung di dalam suatu organisasi:

pemrosesan transaksi, pengendalian proses, dan kerjasama antar tim/bagian di

dalam suatu organisasi. Sistem pemrosesan transaksi misalnya saja

memproses data hasil transaksi bisnis, memperbaharui basis data opersional,

menghasilkan dokumen bisnis. Sistem pengendalian proses terkait dengan

proses mengawasi dan mengendalikan proses industri, misalnya: sistem

produksi baja, penyulingan minyak dengan sensor yang terhubung komputer.

Sistem kerjasama perusahaan mendukung komunikasi dan kerjasama

tim/bagian/kelompok kerja disuatu organisasi/perusahaan dengan

SISTEM

INFORMASI

Sistem Pendukung

Manajemen

Sistem Pendukung

Operasional

17

memanfaatkan piranti elektronik dan teknologinya, misalnya e-mail, fax,

teleconference. Sistem ini mengarah pada otomatisasi perkantoran.

Keluaran/output/hasil dari sistem informasi adalah informasi. Pengguna

informasi dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu manajer/pimpinan, non

manajer, dan orang-orang atau organisasi di luar organisasi.

Informasi merupakan sumber daya konsepsual dan menduduki level

yang memiliki kepentingan dengan sumber daya fisik yang lain yaitu manusia,

material, mesin, dan uang. Mengingat informasi merupakan sumber daya yang

sangat penting maka perlu dikelola sebaik-baiknya. Untuk dapat mengelola

informasi dengan baik semestinya dipahami dulu yang dimaksud dengan

informasi dan hal-hal yang terkait di dalamnya. Menurut Gordon Davis (1979:

59), definisi informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang

berarti bagi penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan saat ini

atau di masa mendatang. Sedangkan menurut Mc.Fadden dan kawan-kawan,

informasi dinyatakan sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa

sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang mengunakannya. Data

dan informasi saling terkait dan membentuk suatu siklus yang disebut siklus

informasi. Siklus informasi menurut Burch and Grudnitski terlihat dalam

Gambar 2.2 berikut.

18

Gambar 2.2 Siklus Komponen Sistem Informasi (Jogiyanto, 2005)

Informasi merupakan sumber daya yang mahal terutama terkait dengan

kualitas informasi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas informasi

adalah aksesibilitas, kelengkapan, ketelitian, relevansi, ketepatan waktu,

kejelasan, dan fleksibilitas. Untuk mendapatkan informasi yang berkualitas

tidak terlepas dengan bagaimana mengelola informasi tersebut, hal ini tidak

terlepas dari yang disebut manajemen informasi, yaitu segala aktivitas untuk

memperoleh informasi, menggunakannya seefektif mungkin, dan

membuangnya di saat yang tepat.

Perancangan sistem informasi merupakan pengembangan sistem baru

dari sistem lama yang ada, dimana masalah-masalah yang terjadi pada sistem

lama diharapkan sudah teratasi pada sistem yang baru. Secara konseptual

siklus pengembangan sebuah sistem informasi (System Development Life

Cycle – SDLC) adalah sebagai berikut:

Input

(Data)

decision Result and

Evaluation

Informan Data

(Ditangkap

)

Proses

(Model)

Output

(Informasi)

BASIS

DATA

19

1. Analisis Sistem: menganalisis dan mendefinisikan masalah dan

kemungkinan solusinya untuk sistem informasi dan proses organisasi.

2. Perancangan Sistem: merancang output, input, struktur file, program,

prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk

mendukung sistem informasi.

3. Pembangunan dan Testing Sistem: membangun perangkat lunak yang

diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan testing secara akurat.

Melakukan instalasi dan testing terhadap perangkat keras dan

mengoperasikan perangkat lunak.

4. Implementasi Sistem: beralih dari sistem lama ke sistem baru, melakukan

pelatihan dan panduan seperlunya.

5. Operasi dan Perawatan: mendukung operasi sistem informasi dan

melakukan perubahan atau tambahan fasilitas.

6. Evaluasi Sistem: mengevaluasi sejauh mana sistem telah dibangun dan

seberapa bagus sistem telah dioperasikan.

Berdasarkan berbagai pengertian diatas sistem informasi dalam penelitian

ini merupakan satu kesatuan komponen sistem yang mengolah data masukan

berupa luasan RTH aktual, lahan potensial, dan cemaran udara yang

menghasilkan informasi tentang Optimal RTH dan beberapa informasi

pendukung seperti gambaran umum lokasi penelitian, beberapa parameter peta,

kualitas udara Kota Semarang Tahun 2012 dan 2013, arahan vegetasi penyerap

CO2, dan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RADGRK).

20

F. Ruang Terbuka Hijau

RTH yang diabstraksikan sebagai taman hijau atau lahan hijau

merupakan ruang di dalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan,

kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman hijau atau

lahan hijau dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat

perkotaan sebagai tempat rekreasi. Selain itu, taman hijau atau lahan hijau

difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah

dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna (Triyono & Soemarno, 2012: 53).

Keberadaan taman hijau atau lahan hijau tentu berhubungan dengan

ruang dan ruang terbuka. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia, baik secara psikologis mupun secara dimensional, karena manusia

berada dalam ruang bergerak serta berpikir dan juga menciptakan untuk

menyatakan dunianya (Budihardjo. 1999). Ruang pada dasarnya terjadi oleh

adanya obyek dan manusia yang melihatnya dan ruang ini terjadi bukan secara

alamiah melainkan terbentuk oleh lingkungan luar yang dibuat oleh manusia.

Ruang umum pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat

menampung aktivitas atau kegiatan tertentu dari masyarakat, baik secara

individu maupun kelompok (Hakim, 1993). Budihardjo, 1999, membagi ruang

menurut sifatnya menjadi dua yaitu:

1. Ruang Umum Terutup, yaitu ruang umum yang terdapat di dalam suatu

bangunan.

2. Ruang Umum Terbuka, yaitu ruang umum di luar bangunan.

21

Ruang Terbuka secara umum mempunyai arti bermacam-macam, setiap

aktor cendrung menterjemahkan sesuai dengan visi dan pandangan mereka

masing-masing, sebagai profesi mereka masing-masing (Kaiser, Godschalk

and Chapin, 1905).

Simmond (1994) membedakan ruang terbuka dalam bentuk kantong dan

linier. Yang termasuk ruang terbuka dalam bentuk kantor (lot) adalah

lapangan olah raga, pusat-pusat rekreasi, taman-taman pada riverfront,

halaman sekolah dan insitusi, taman parkir serta pekarangan rumah. Beberapa

ahli membedakan ruang terbuka yang berupa kantong menjadi beberapa jenis

penggunaan. Penggunaan tersebut adalah hutan, lapangan, lahan produktif,

taman kota dan tempat pemakaman umum.

Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, dinyatakan bahwa

ruang terbuka sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik

sebagi individu maupun berkelompok, serta wadah makluk lainnya untuk

hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Makluk hidup lainnya

dimaksudkan sebagai vegetasi (tumbuhan) dan kehidupan berbagai jenis fauna

seperti ikan, binatang, serangga, burung dan jenis fauna lainnya yang juga

dibutuhkan oleh manusia.

Ketersediaan RTH dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan

ekologis yang berdasarkan pada kemampuan tanaman dalam menyerap CO2

yang dihasilkan oleh manusia sebanyak 2000 orang atau dengan kata lain

bahwa setiap orang memerlukan 5 m2 RTH (Rizal, 2008: 68).

22

RTH berfungsi secara tidak langsung untuk memperbaiki tingkat

kesehatan masyarakat. Tumbuhan hijau sebagai salah satu unsur RTH

memiliki kemampuan untuk mereduksi karbon dan beberapa zat pencemar

udara, dalam setiap jam, 10.000 daun-daun mampu menyerap 8 kg ,

jumlah ini sama dengan jumlah yang dihembuskan oleh kurang lebih 200

orang manusia dalam waktu yang bersamaan. RTH dalam bentuk hutan kota

dengan luas 250.000 dalam satu tahun mampu menghasilkan 1 ton oksigen

( ) yang dilepas ke udara untuk membantu memberikan udara yang bersih

bagi pernafasan manusia (Soenaryo, 1994) (dalam Slamet, 2009: 29).

Prediksi optimalisasi RTH berdasarkan kemampuan tanaman

menghasilkan oksigen berdasarkan penelitian Wahyuni, 1995 (dalam Fandeli

2004) bahwa tiap 1 Ha lahan yang tumbuhi tanaman hijau dapat menghasilkan

oksigen ke udara sebanyak 240 kg/200 pohon atau ekuivalen dengan 1,2 kg

oksigen/pohon. Dalam sehari 1 Ha tanaman dapat menghasilkan 240 kg

oksigen dari proses fotosintesis (Pusponingroum, 2011: 88).

Terdapat berbagai klasifikasi penyediaan RTH menurut para ahli

berdasarkan parameter tertentu. Tabel 2.2 merupakan salah satu klasifikasi

ketentuan penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk yang mengarah

pada tipe RTH dan luasan lahan baik minimal/unit maupun minimal/kapita

pada indikator per unit lingkungan.

23

Tabel 2.2 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah Penduduk

No Unit

Lingkungan

Tipe RTH Luas

minimal/ unit

( )

Luasan

minimal/kapita

( )

1. 250 jiwa Taman RT 250 1,0

2. 2500 jiwa Taman RW 1.250 0,5

3. 30.000 jiwa Taman Kelurahan 9.000 0,3

Taman Kecamatan 24.000 0,2

4. 120.000 jiwa Pemakaman Disesuaikan 1,2

5. 480.000 jiwa RTH Taman 144.000 0,3

Hutan Kota Disesuaikan 4,0 Untuk fungsi-fungsi

tertentu Disesuaikan 12,5

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008

Taman dalam konsep RTH merupakan gabungan dari bentuk interaksi

antara tanaman dengan fasilitas sosial. Penempatan lokasi RTH Taman

disesuaikan dengan bentuk dan kebutuhan yang ada di lingkungan tersebut,

seperti jenis vegetasi maupun kebutuhan fasilitas yang dapat mendukung

aktifitas warga masyarakat daerah tersebut. Dalam keterkaitan antara sistem

informasi RTH dan cemaran udara maka disusunlah formula yang terdiri atas:

a. Formula Kawasan RTH

Formula kawasan RTH digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan

potensi RTH diproses dengan bantuan SIG (Sistem Informasi Geografis).

Pada awalnya dilakukan pengelompokan RTH berupa RTH kawasan hutan

dan RTH non kawasan hutan (berupa RTH pertamanan dan RTH kebun

campuran serta area pemakaman). Selanjutnya dilakukan analisis RTH

yang meliputi:

1) Analisis sebaran dan luas RTH berdasarkan klasifikasi RTH

2) Menghitung rata-rata indeks tahanan permukaan berdasarkan sifat

morfologis setiap agregat komunitas vegetasi RTH

24

3) Pada setiap komunitas vegetasi di hitung berdasarkan pendugaan luas

daun (LAI-leaf area indeks, dalam Sitompul, S.M dan B. Guritno;

1995)

LAI = CT [Ls -0,27

* EXP {0.035 Cs 0.15

/ π ( Cs/1,25)2)}]

Keterangan:

Ls = koefisien bentuk daun rata-rata untuk masing-masing kelompok

tumbuhan pembentuk RTH, merupakan lebar daun dan panjang daun

rata-rata

Cs = koefisien bentuk tajuk rata-rata untuk masing-masing kelompok

tumbuhan pembentuk RTH, merupakan nisbah antara lebar tajuk dan

tinggi tajuk rata-rata

Ct = koefisien model arsitektur tumbuhan, nilai diperkirakan berkisar

antara 10-25, dengan rata-rata sebesar 19,27, nilai ini dianalisis

berdasarkan model arsitektur pohon yang diperkenalkan oleh Halle &

Oldeman (1975).

Parameter yang digunakan untuk menghitung kawasan RTH meliputi

indeks luas daun (LAI), sumber pencemaran udara dan kebisingan

(SCUB), indeks kenyamanan (IK), kebutuhan oksigen perkategori

pemanfaaatan lahan (KO). Tiga parameter pertama memiliki peran yang

lebih besar dari pada parameter akhir sehingga diperlukan pembobotan

atau skoring berjenjang pada setiap kategori penyusun. Pendekatan ini

25

dikenal dengan pendekatan overlay berjenjang tertimbang (Setyowati,

2014). Formula sebagai berikut:

Keterangan :

KRTH : skor satuan pemetaan kebutuhan RTH

LAI : skor satuan pemetaan indeks luas daun

IK : skor satuan indeks kenyamanan

SCUB : skor satuan pemetaan sumber pencemaran udara dan bising

KO : skor satuan pemetaan kebutuhan oksigen penduduk kualitatif

b. Formula Cemaran Udara

Formula cemaran udara digunakan untuk memprediksi dispersi emisi

dan peredaman cemaran. Analisis yang digunakan untuk mengetahui emisi

cemaran udara pada empat sumber cemaran (industri, transportasi, jalan,

rumah tangga, dan perdagangan) diuraikan sebagai berikut, Pendugaan

total dispersi emisi cemaran (TEC) dari setiap sumber cemaran dinyatakan

dalam ton emisi/tahun dihitung berdasarkan:

1) Cacah kendaraan bermotor, cacah industri, cacah keluarga

mengkonsumsi bahan bakar, dan cacah pusat perdagangan

2) Total konsumsi BBM setiap jenis kendaraan, volume konsumsi bahan

bakar setiap industri, volume konsumsi bahan bakar per-rumahtangga

KRTH = (0,3 LAI) + (0,3 IK) + (0,3 SCUB) + (0,2KO)

26

QA-tn = ᶴ QA-to + {(QE + QIMPOR) – (QR + QEKSPOR)}dt

QA-tn = ᶴ QA-to + (QE –QR)dt

3) Faktor emisi cemaran pada kendaraan bermotor, setiap kelompok

industri, pengguna rumah tangga dan pusat perdagangan.

Analisis peredaman cemaran (PC) oleh lingkungan dihitung

berdasarkan asumsi bahwa ekspor cemaran keluar sistem sama dengan

impor cemaran dari luar sistem, dalam hubungan antara konsentrasi

ambien,disperse emisi dan kemampuan lingkungan meredam cemaran

(Pentury, 2003), rumus sebagai berikut.

Keterangan:

QA-t = total konsentrasi ambien cemaran udara pada suatu waktu tertentu

(tn)

QA-to = total konsentrasi ambien cemaran udara pada suatu waktu awal (to)

QE = total konsentrasi dispersi emisi cemaran selama kurun waktu tn–to

QR = total kemampuan lingkungan meretensi cemaran selama kurun

waktu

tn–to

QIMPOR = total impor CU selama kurun waktu tn–to

QEKSPOR = total ekspor CU selama kurun waktu tn-to

Jika QIMPOR = QEKSPOR maka rumus tersebut menjadi:

27

Sumber pencemaran dikota-kota besar 75% dihasilkan oleh kegiatan

transportasi, sementara yang 25% dihasilkan oleh aktifitas pemanfaatan

lahan terutama komponen pencemaran CO (karbon monoksida) dan HC

(hidro karbon). Rumus sebagai berikut (Setyowati, 2014).

Keterangan:

SCUB : sumber pencemaran udara dan bising

TEC : total emisi cemaran

PC : peredam cemaran

LHR : kepadatan lalu lintas harian rerata

PL : kategori pemanfaatan lahan

c. RTH Optimal untuk Meredam Cemaran Udara

Pada tahap ini dilakukan kombinasi RTH optimal untuk

pengendalian kualitas udara, mengetahui kawasan yang memerlukan RTH

karena kualitas udara rendah, agihan dan luas RTH aktual dan lahan

potensial daerah tersebut masih memungkinkan untuk ditanami atau dibuat

RTH agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Berdasarkan

pertimbangan tersebut maka parameter penentu untuk menghasilkan RTH

optimal untuk pengendalian kualitas udara berupa overlay join spasial

(Setyowati, 2014). Formula dirumuskan sebagai berikut.

SCUB = TEC + PC + LHR + PL

28

ORTH = Join Spasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa )

Keterangan :

ORTH : Optimal RTH

KRTH : Kebutuhan RTH

SCUB : Sumber cemaran udara dan bising

POT : Lahan potensial bagi RTH

RTHa : Kawasan RTH aktual

Optimal RTH (ORTH) merupakan formula yang dibentuk berdasarkan

korelasi (join spasial) beberapa formula yakni KRTH, SCUB, POT, dan

RTHa yang dapan dihubungkan seperti Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3. Optimal RTH untuk Meredam Cemaran Udara

Dalam memperhitungkan ORTH tentu tidak terlepas dari berbagai

elemen yang terdiri atas Ruang Terbuka Hijau Aktual (RTHa), Lahan

Potensial RTH (POT), Kebutuhan RTH (KRTH) dan Cemaran Udara. Dari

ketiga sub model diatas dapat disederhanakan sebagai berikut (Setyowati,

2014) :

KRTH SCUB POT RTHa

ORTH

29

Keterangan :

>< : Proses Keterkaitan Alogaritma

ORTH : Optimal RTH

KRTH : Kebutuhan RTH

RTHa : Ruang Terbuka Hijau Aktual

SCUB : Sumber Cemaran Udara dan Bising (dalam penelitian ini

dibatasi hanya mempertimbangkan C)

Fungsi KRTH untuk mempertimbangkan keberadaan lahan

potensial untuk RTH yang diakumulasi dengan jumlah RTHa yang berada

pada wilayah penelitian, kemudian hasil ORTH akan dikorelasikan dengan

adanya SCUB yang dalam penelitian ini dibatasi hanya mempertimbangan

kadar C yang tersebar di beberapa wilayah penelitian yaitu Semarang

Timur, Semaramg Tengah, Semarang Selatan dan Semarang Utara.

Korelasi antara ORTH dan SCUB dapat dimanfaatkan untuk mengetahui

fungsi keberadaan vegetasi khususnya pada RTHa. Ketika fungsi

keberadaan vegetasi kurang memadai maka dapat dimungkinkan terdapat

beberapa arahan hingga fungsi keberadaan vegertasi dibeberapa kawasan

RTHa mampu bermanfaat secara optimal.

ORTH = Joinspasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa)

ORTH = KRTH >< (POT – RTHa) >< SCUB

30

Perhitungan cemaran udara berdasarkan moda transportasi dapat

digunakan alogaritma sebagai berikut (Setyowati, 2014):

Berdasarkan alogaritma diatas maka dapat disimpulkan bahwa,

untuk mengetahui CO2 transportasi yang dihasilkan oleh setiap moda

transportasi dihitung dengan jumlah kendaraan dikali konsumsi bbm dan

waktu pengamatan. Untuk mengetahui CO2 harian dihitung dengan CO2

transportasi dikali 24 jam. Sedangkan untuk mengetahui CO2 wilayah

dihitung dengan CO2 harian dikali luas wilayah.

Vegetasi mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi

jika diamati, pembangunan yang meningkat di perkotaan yang sering kali

tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Djamal (1992),

vegetasi ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan

manusia untuk proses respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi

keberadaan gas karbon dioksida yang semakin banyak di udara akibat

kendaraan bermotor dan industri (Djamal, 2005: 51).

Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup menurunkan tingkat polusi

dengan mengabsorbsi, akumulasi dan atau mengatur metabolisme di udara

sehingga kualitas udara meningkat dengan pelepasan oksigen di udara

(Shannigrahi et al. 2003). Robinatte (1972) dalam Grey dan Deneke (1978)

CO2 transp. = Jumlah Kendaraan x Asumsi Konsumsi bbm x Waktu Pengamatan

CO2 harian = CO2 transp. x 24 jam

CO2 wilayah = CO2 harian x luas wilayah

31

mengemukakan, berbagai sifat tumbuhan yang khas dan pengaruhnya yang

dapat memecahkan masalah teknik yang berhubungan dengan lingkungan,

yaitu daging daun yang mengurangi bunyi; ranting-ranting yang bergerak

dan bergetar untuk menyerap dan menutupi bunyi-bunyian; pubesen atau

bulu-bulu daun yang dapat menahan partikel-partikel air; stomata untuk

mengganti gas (Djamal, 2005: 51).

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

05/PRT/M/2012, Pohon adalah tumbuhan dengan batang dan cabang yang

berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang

tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak

juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak. Dengan

demikian, pisang bukanlah pohon sejati karena tidak memiliki batang

sejati yang berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak dari

pada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan

habitusnya cenderung menyebar menutup permukaan tanah.

Tanaman yang digunakan sebagai elemen RTH efektif menyerap

pencemaran udara, mampu meyesuaikan diri, dan toleran dengan kondisi

pencemaran udara disekitanya. Kemampuan tanaman menyerap

pencemaran udara bervariasi, dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi

pencemar, sensitivitas tanaman terhadap pencemar, dan faktor

pertumbuhan tanaman (Wilmer, 1986; Mc Kersie & Leshem, 1994;

Larcher, 1995) (dalam Sulistijorini, 2009: 24). Tanaman hijau juga

berperan dalam penyerapan kandungan logam dan zat pencemar udara dari

32

hasil aktivitas manusia, sebagian dapat kita ambil dari hasil aktivitas

kendaraan bermotor, baik mengenal timbal (Pb) dan karbon (C) sebagai

zat berbahaya yang belum bisa dihilangkan dari hasil penguraian bahan

bakar minyak.

G. Cemaran Udara

Cemaran udara adalah bahan yang mengakibatkan polusi udara. Adapun

istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara seperti CO, NOx, SOx,

H2S (Alwi, 2005: 46). Dalam penelitian ini parameter cemaran udara yang

dibahas adalah karbondioksida atau CO2. Perubahan lingkungan udara pada

umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar

(berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya zat

pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran

hutan, akibat gunung merapi, dan debu meteorit; juga sebagian besar

disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi,

industri, pembuangan sampah dengan pembakaran dan kegiatan rumah

tangga (Soedomo 1999: 3).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara Pasal 1, pencemaran udara adalah masuk

atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara

ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi

fungsinya. Whardana (2001) dalam Tyas (2011: 5), pencemaran udara dapat

33

diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang

menyebabkan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya.

Menurut Soedomo, sumber pencemaran udara terbagi berdasarkan:

1. Kegiatan yang bersifat alami, contohnya: letusan gunung berapi,

kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, dan spora tumbuhan.

2. Kegiatan antropogenik (akibat aktivitas manusia) terbagi dalam

pencemaran akibat aktivitas transportasi, industri, persampahan, baik

akibat proses dekomposisi ataupun pembajakan dan rumah tangga.

Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60%

dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15%

terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran,

proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah

karbon monoksida yang hampir setengahnya dari seluruh udara yang ada.

1. Udara Terpolusi

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang

mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan.

Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk

uap O dan karbon dioksida (CO2). Jumlah uap air yang terdapat di udara

bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Fardiaz, 1992: 91). Udara

merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak

tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan

sekitarnya. Udara adalah juga atmosfir yang berada di sekeliling bumi

34

yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Dalam udara

terdapat untuk bernafas, karbon dioksida untuk proses fotosintensis

oleh khlorofil daun dan ozon ( ) untuk menahan sinar ultra violet.

Konsentrasi CO2 di udara selalu rendah, yaitu sekitar 0,03%.

Konsentrasi CO2 mungkin naik, tetapi masih dalam kisaran beberapa per

seratus persen, misalnya di sekitar proses-proses yang menghasilkan CO2

seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau di sekitar

kumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena

pernafasan. Konsentrasi CO2 yang relatif rendah dijumpai di atas kebun

atau ladang tanaman yang sedang tumbuh atau di udara yang baru melalui

lautan. Konsentrasi yang relatif rendah ini disebabkan oleh absorbsi CO2

oleh tanaman selama fotosintesis dan karena kelarutan CO2 di dalam air.

Tetapi pengaruh proses-proses tersebut terhadap konsentrasi total CO2 di

udara sangat kecil karena rendahnya konsentrasi CO2.

Komposisi udara kering dimana semua uap air telah dihilangkan

relatif konstan. Komposisi udara kering yang bersih yang dikumpulkan di

sekitar laut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Konsentrasi gas dinyatakan dalam

persen atau per sejuta (ppm= part per million), tetapi untuk gas yang

konsentrasinya sangat kecil biasanya dinyatakan dalam ppm. Selain gas-

gas yang tercantum dalam tabel, masih ada lagi gas-gas lain yang mungkin

terdapat di udara tetapi jumlahnya sangat kecil, yaitu kurang dari 1 ppm.

35

Tabel 2.3 Komposisi Udara Kering dan Bersih

Komponen Formula Persen volume Ppm

Nitrogen N2 78,08 780.800

Oksigen O2 20,95 209.500

Argon Ar 0,934 9.340

Karbon dioksida CO2 0,0314 314

Neon Ne 0,00182 18

Helium He 0,000524 5

Metana CH4 0,0002 2

Kripton Kr 0,000114 1

Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992: 92).

Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan

normal seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan

manusia, hewan, dan binatang maka berarti udara telah tercemar. Udara di

alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa pencemaran sama sekali.

Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), dan

karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk

sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik,

pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain itu

partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di

udara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain

disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara juga dapat disebabkan

oleh aktivitas manusia.

Pencemaran udara dapat dipantau berdasarkan nilai baku mutu

udara ambien. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999

tentang pengendalian pencemaran udara pasal 1, mutu udara ambien

adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang ada di udara

bebas. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, baku mutu

36

udara ambien adalah ukuran batas atau zat, energi dan komponen yang ada

atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaannya dalam udara ambien. Adapun parameter baku mutu udara

ambien nasional ditampilkan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

No Parameter Waktu

Pengukuran Baku Mutu

1 SO2 (Sulfur dioksida) 1 Jam 900 ug/Nm3

2 CO (Karbon

monoksida)

1 Jam 30.000

ug/Nm3

3 NO2 (Nitrogen dioksida) 1 Jam 400 ug/Nm3

4 O3 (Oksidan) 1 Jam 235 ug/Nm3

6 HC (Hidro karbon) 3 Jam 160 ug/Nm3

7 PM10 (Partikel <10 um) 24 Jam 150 ug/Nm3

PM2,5 (Partikel <2,5

um)

24 Jam 65 ug/Nm3

8 TSP (Debu) 24 Jam 230 ug/Nm3

9 Pb (Timah hitam) 24 Jam 2 ug/Nm3

10 Kebisingan - 70 dBA

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999.

2. Cemaran Udara

Cemaran udara yaitu bahan yang mengakibatkan pencemaran

udara. Adapun istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara (Alwi,

2005: 46). Menurut Soedomo (2004) dalam Tyas (2011: 10), berdasarkan

asal pembentukannya pencemar udara dapat terbagi menjadi dua yaitu:

a. Pencemar primer

Pencemar primer adalah pencemar yang dalam bentuk asalnya

dapat langsung terdispersi ke atmosfer, contohnya partikulat, CO2, CO,

HC, SO2, NOx, dan timah hitam.

37

b. Pencemar sekunder

Pencemar sekunder adalah pencemar yang keberadaannya di

atmosfer adalah setelah melalui reaksi-reaksi kimia dengan polutan

utama, contohnya NO2 yang terbentuk akibat oksidasi NO.

Gambar 2.3 Asal Pencemar Udara (Teknik Lingkungan, 2009: 5).

Kemudian bila ditinjau dari ciri fisiknya, bahan pencemar udara dapat

berupa:

1) Partikel (debu, aerosol, timah hitam)

2) Gas (CO, NOx, SOx, H2S, hidrokarbon)

3) Energi (suhu dan kebisingan)

Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, dimana

hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida

dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (lihat Gambar 2.1). Polutan yang

utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari

seluruh polutan udara yang ada. Jika kadar dalam udara meningkat,

38

maka suhu bumi akan semakin meningkat. Oleh karena itu, di wilayah

kota besar yang padat dengan kendaraan bermotor suhunya selalu tinggi

alias panas.

Cemaran udara berupa materi padat dan cair bisa berupa titik air

dari racun pestisida atau titik air berupa kabut dari hasil pembakaran

senyawa kimia industri. Kabut ini bisa menyebabkan sesak nafas dan

gatal-gatal pada kulit. Kendaraan bermotor juga bisa mengeluarkan

senyawa timbal yang merugikan bagi kesehatan. Pemakaian timah hitam

(timbal) pada bensin menimbulkan dampak negatif dari asap yang

dikeluarkan dan timbal yang masuk kedalam tubuh manusia akan bersifat

racun dan akan mengendap dalam tubuh sehingga merusak paru-paru.

Sumber pencemaran terhadap pengotoran udara di daerah

perkotaan adalah transportasi dan industri. Pencemaran transportasi dan

industri sebagian besar disebabkan oleh pembakaran energi minyak, yang

terdiri dari atas gas Pb, Co, No, dan SO. Kondisi lingkungan sebagai

recipiens sangat tergantung pada ada tidaknya vegetasi, kekuatan angin,

kecepatan angin, dan arah angin (Fandeli et al, 2004). Sumber polusi dan

dampak terhadap manusia dari gas pencemar yaitu:

1) Senyawa Nitrogen Oksida

a) Sumber Polusi Nitrogen Oksida

Seluruh jumlah NOx yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah

yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh

aktivitas bakteri. Konsentrasi NOx di udara di daerah perkotaan

39

biasanya 10-100 kali lebih tinggi daripada di udara di daerah

perdesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan dapat

mencapai 0.5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi nitrogen

oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber

utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran

disebabkan oleh kendaraan, produksi energi, pembuangan

sampah, dan gas alam.

b) Pengaruh Nitrogen Oksida terhadap Manusia

Penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut

menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO.

Pada konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak

mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya, tetapi pada konsentrasi

udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi

NO2 yang lebih beracun.

2) Senyawa Karbon Monoksida (CO)

a) Sumber Polusi Karbon Monoksida

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna dan

tidak berbau, diproduksi oleh segala proses pembakaran yang

tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau

oleh pembakaran di bawah tekanan dan temperatur tinggi seperti

yang terjadi di dalam mesin (internal combustion engine).

Transportasi menghasilkan CO paling banyak di antara sumber-

sumber CO yang lain. Sumber CO yang kedua adalah pembakaran

40

hasil-hasil pertanian seperti sampah, sisa-sisa kayu di hutan, dan

sisa-sisa tanaman di perkebunan. Sumber CO yang ketiga adalah

proses-proses industri. Dua industri yang merupakan sumber CO

terbesar yaitu industri besi dan baja.

b) Pengaruh CO terhadap Manusia

Diketahui bahwa kontak antara manusia dengan CO pada

konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. Tetapi ternyata

kontak dengan CO pada konsentrasi yang relatif rendah (100 ppm

atau kurang) juga dapat mengganggu kesehatan. Pengaruh

beracun CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi

antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Dengan

adanya CO, hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin.

Jika reaksi demikian terjadi, maka kemampuan darah untuk

mentranspor oksigen menjadi berkurang. Pengaruh konsentrasi

(COHb) di dalam darah terhadap kesehatan manusia dapat dilihat

pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Pengaruh Konsentrasi (COHb) di Dalam Darah

terhadap Kesehatan Manusia.

Konsentrasi COHb

dalam darah (%)

Pengaruhnya terhadap kesehatan

< 1.0

1.0 – 2.0

2.0 – 5.0

>5.0

10.0 – 80.0

Tidak ada pengaruh

Penampilan agak tidak normal

Pengaruhnya terhadap sistem syaraf sentral,

reaksi panca indra tidak normal, benda terlihat

agak kabur

Perubahan fungsi jantung dan pulmonari

(peredaran darah kecil)

Kepala pening, mual, berkunang-kunang,

pingsan, kesukaran bernafas, kematian.

Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992:100).

41

3) Sulfur Oksida

a) Sumber Polusi Sulfur Oksida

Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di

atmosfer merupakan hasil dari aktivitas manusia, dan kebanyakan

dalam bentuk SO2. Sebanyak dua pertiga dari jumlah sulfur di

atmosfer berasal dari sumber-sumber alam seperti volkano, dan

terdapat dalam bentuk H2S dan oksida.

Transportasi bukan merupakan sumber utama polutan SOx,

tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan

sumber utama polutan SOx, misalnya pembakaran batu arang,

minyak bakar, gas, kayu, dan sebagainya. Sumber SOx yang kedua

adalah dari proses-proses industri seperti industri pemurnian

petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja, dan

sebagainya.

Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang

menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan berbagai elemen yang

penting secara alami terdapat dalam bentuk logam sulfida,

misalnya lembaga (CuFeS2), zink (ZnS), meskuri (HgS), dan

timbal (PbS).

b) Pengaruh Sulfur Oksida terhadap Manusia

Polutan SOx mempunyai pengaruh terhadap manusia dan

hewan pada konsentrasi juah lebih tinggi daripada yang

diperlukan untuk merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman

42

terjadi pada konsentrasi sebesar 0,5 ppm sedangkan konsentrasi

yang berpengaruh terhadap manusia dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Pengaruh SO2 terhadap Manusia

Konsentrasi

(ppm)

Pengaruh

3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya

8-12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi

tenggorokan.

20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi

mata

20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan batuk

20 Maksimum yang diperolehkan untuk kontak

dalam waktu lama

50-100 Maksimum yang diperolehkan untuk kontak

dalam waktu singkat (30 menit)

400-500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat.

Sumber: Kirk dan Othmer (1969) dalam Fardiaz (1992:129).

4) Partikulat

a) Sumber polusi partikulat

Partikulat adalah zat padat/air yang halus dan tersuspensi

di udara, misalnya embun, debu, asap, fumes, dan fog. Partikulat

debu melayang (suspended particulate matter/SPM) merupakan

campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan

anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat

kecil, mulai dari <1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron.

Sedangkan fumes adalah zat padat hasil kondensasi gas, yang

biasanya terjadi setelah proses penguapan logam cair.

b) Pengaruh partikulat terhadap manusia

Debu merupakan problem yang serius, terutama setelah

disadari bahwa beberapa jenis debu yang mengandung silikat

43

dapat menyebabkan kanker paru-paru (selikosis) serta dapat

menurunkan estetika kota. Hal ini ditemukan di daerah yang

memiliki tingkat pencemaran debu cukup tinggi. Konsentrasi

dapat dikurangi oleh tanaman terutama pohon. Hal ini disebabkan

karena pohon memiliki luas permukaan penyerapan (absorption)

yang lebih luas dibandingkan dengan tanaman semak, perdu, dan

penutup tanah. Permukaan batang, cabang, dan ranting pohon juga

menjadi media penyerap yang cukup efektif.

Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu

yang relatif lama dalam keadaan melayang layang di udara dan

masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain

dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga

dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga

mengadakan berbagai reaksi kimia di udara.

3. Faktor yang Mempengaruhi Cemaran Udara

Penentu utama kadar cemaran udara tentu saja adalah jumlah

pencemar yang diemisikan ke dalam udara. Tetapi pengalaman

menunjukkan bahwa walaupun sumber yang sama mengeluarkan

pencemar dari hari ke hari, kadang kala udara bersih dan kadang kala

tercemar. Kadar cemaran juga tergantung pada keadaan cuaca. Disamping

itu, untuk jumlah emisi yang sama dan keadaan meteorologi yang sama,

kadar cemaran udara dipengaruhi oleh bentuk dan susunan geometri

sumbernya, termasuk ketinggian emisi di atas tanah dan luas daerah

44

tersebarnya sumber itu. Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi

pencemaran udara adalah:

a. Jumlah total cemaran yang dikeluarkan atau diemisikan seperti jumlah

cemaran yang dihasilkan kegiatan industri, kendaraan bermotor,

rumah tangga dan pembakaran terbuka.

b. Keadaan meteorologi seperti kemantapan udara, arah dan kecepatan

angin.

c. Bentuk susunan sumber seperti cerobong asap pabrik, asap kendaraan

bermotor, asap hasil pembakaran hutan dan lain-lain.

4. Pengendalian Cemaran Udara

Pengendalian cemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dan

kegiatan sumber tidak bergerak, sumber bergerak spesifik yang dilakukan

dengan upaya pengendalian sumber emisi dan sumber gangguan yang

bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien. Cara yang nyata

untuk mengendalikan pencemaran udara adalah dengan mencegah

pencemar memasuki atmosfer, tidak ada cara untuk melakukan hal ini

dengan sempurna. Semua kegiatan manusia menghasilkan limbah,

sebagian dari limbah ini dengan sendirinya akan memasuki udara.

Pengadaan dan penggunaan energi, berbagai cara pengangkutan, dan

kegiatan yang umum dilakukan seperti pengecatan rumah dan cuci-kimia

semuanya menggunakan udara sebagai sarana untuk menyingkirkan bahan

kotoran. Karena meniadakan sama sekali semua kegiatan ini tidak masuk

45

akal, maka harus dicari cara penyingkirannya, yang menghasilkan

pencemar berkadar rendah dan dapat diterima.

Pengendalian pencemaran tidak dapat diharapkan terjadi atas dasar

sukarela. Hal ini harus ditetapkan berdasarkan undang-undang serta

kesadaran setiap komponen masyarakat sehingga semua usaha diharuskan

memenuhi bakuan yang sama. Upaya pengendalian pencemaran udara

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

pengendalian pencemaran udara mencakup kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:

a. Inventarisasi kualitas udara daerah dengan mempertimbangkan berbagai

kriteria yang ada dalam pengendalian pencemaran udara.

b. Penetapan baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi yang

digunakan sebagai tolak ukur pengendalian pencemaran udara.

c. Penetapan mutu kualitas udara suatu daerah termasuk perencanaan

pengalokasian kegiatan yang berdampak mencemari udara.

d. Pemantauan kualitas udara baik ambien dan emisi yang diikuti dengan

evaluasi dan analisis.

e. Pengawasan terhadap penataan peraturan pengendalian pencemaran

udara.

f. Peran masyarakat dalam kepedulian terhadap pengendalian pencemaran

udara.

46

g. Kebijakan bahan bakar yang diikuti dengan serangkaian kegiatan

terpadu dengan mengacu kepada bahan bakar bersih dan ramah

lingkungan.

h. Penetapan kebijakan dasar baik teknis maupun non teknis dalam

pengendalian pencemaran udara secara nasional.

Hampir semua kegiatan manusia memasukkan pencemar kedalam

atmosfer. Proses alami juga memasukkan bahan-bahan lain, selain yang

dianggap sebagai unsur penyusun udara bersih. Disamping nitrogen,

oksigen, argon, karbondioksida, air dalam berbagai fasenya, dan gas

sesepora yang membentuk bagian tetap yang ada dalam atmosfer selalu

mengandung keluaran nabatah yang sedang tumbuh atau membusuk,

garam dari percikan air laut, debu dari tanah yang terbawa angin dan badai

pasir, asap dari kebakaran yang disebabkan oleh petir dan gas serta uap.

Semua bahan alami tersebut terdapat dalam kadar yang rendah, dan

tidak membawa akibat yang membahayakan. Namun masuknya pencemar

yang bukan alami akibat kegiatan manusia telah menyebabkan berbagai

penyakit dan kematian pada manusia, penurunan produktifitas pertanian

dan kerusakan tanah. Diantara pengaruh di atas, yang paling

mengkhawatirkan adalah yang berkenaan dengan kesehatan manusia.

Contohnya partikel-partikel halus hasil pembakaran hutan yang terjadi

hampir setiap tahunnya di Kota Pekanbaru, yang menyebabkan penyakit

asma dan bronkhitis pada sistem saluran pernapasan manusia. Sumber

polusi yang utama berasal dari transpotasi, dimana hampir 60% dari

47

polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15%

terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya

pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan

yang utama adalah karbon monoksida yang hampir setengahnya dari

seluruh udara yang ada.

Tabel 2.7 Pengaruh Konsentrasi Pencemaran Tingkat Pengaruh Konsentrasi Pencemaran

Merugikan Iritasi Indera dan merusak tanaman , Indeks S, Pengoksid

Serius Membahayakan fungsi tubuh, sakit

kronis

CO, SO2, H2

Keadaan Darurat Sakit akut, mati CC, SO2

Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992:100).

Tabel 2.7 menjelaskan tentang pengaruh konsentrasi pencemaran

dengan beberapa indicator yang saling berkaitan yaitu tingkat, pengaruh

dan konsentrasi pencemaran. Cemaran udara dapat dipantau berdasarkan

nilai mutu udara ambien. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

1999 tentang pengendalian pencemaran udara pasal 1, mutu udara ambien

adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang ada di udara

bebas. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, baku mutu

udara ambien adalah ukuran batas atau zat, energi dan/atau komponen

yang ada atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaannya dalam udara ambien.

5. Keterkaitan Vegetasi dalam Menyerap Cemaran Udara

Vegetasi mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi

jika kita mengamati pembangunan yang meningkat di perkotaan yang

48

seringkali tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Menurut

Djamal (1992) dalam Djamal (2005: 51) vegetasi ini sangat berguna dalam

produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk proses respirasi

(pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida

yang semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor dan industri.

Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup menurunkan tingkat polusi

dengan mengabsorbsi, detoksifikasi, akumulasi, dan atau mengatur

metabolisme di udara sehingga kualitas udara meningkat dengan pelepasan

oksigen di udara (Shannigrahi et al. 2003). Robinatte (1972) dalam Djamal

(2005: 51) mengemukakan, berbagai sifat tumbuhan yang khas dan

pengaruhnya yang dapat memecahkan masalah teknik yang berhubungan

dengan lingkungan, yaitu daging daun yang mengurangi bunyi; ranting-

ranting yang bergerak dan bergetar untuk menyerap dan menutupi bunyi-

bunyian; pubesen atau bulu-bulu daun yang dapat menahan partikel-

partikel air; stomata untuk mengganti gas.

Tanaman secara fisiologis bersifat menetralisir keadaan lingkungan

yang berada di bawah daya tampung lingkungan. Kemampuan ini dapat

berasal dari kerja fotosintesis yang dapat menyerap polutan udara melalui

proses evapotranspirasi dapat menyimpan air hujan sebagai imbuhan untuk

air tanah, sedangkan aroma yang dikeluarkan tanaman, maupun bentuk

fisik tanaman (bentuk tajuk dan pilotaxy batang yang khas) secara tidak

langsung bermanfaat untuk melindungi lingkungan dari terik matahari atau

mencegah erosi dan sedimentasi. Adanya kemampuan tersebut, maka

49

tanaman dalam RTH memiliki beberapa fungsi, seperti: (1) ameliorasi

iklim, (2) perlindungan terhadap terpaan angin kencang dan perendam

suara, (3) mengurangi kebisingan, (4) memberikan perlindungan terhadap

terik sinar matahari, (5) perlindungan terhadap asap dan gas beracun, (6)

sebagai suatu indikator pencemaran lingkungan, (7) mencegah erosi (8)

ruang terbuka hijau, (9) membantu peresapan air hujan, (10) membantu

penanggulangan intrusi air laut, (11) pengaman dan pembatas antara jalur

lintasan kereta api, dan (12) perlindungan penduduk di sekitar GITET

(Gardu Induk Tegangan Tinggi).

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

05/PRT/M/2012, pohon atau juga pokok ialah tumbuhan dengan batang

dan cabang yang berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh

tegak, menopang tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak melalui

penampilannya. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh

tegak. Dengan demikian, pisang bukanlah pohon sejati karena tidak

memiliki batang sejati yang berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat

disebut semak daripada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak

berdiri tegak dan habitatnya cenderung menyebar menutup permukaan

tanah.

Batang merupakan bagian utama pohon dan menjadi penghubung

utama antara bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan bagian

tajuk pohon (canopy), sebagai pusat pengelolahan masukan energi

(produksi gula dan bereproduksi). Cabang adalah bagian batang, tetapi

50

berukuran lebih kecil dari berfungsi memperluas ruang bagi pertumbuhan

daun sehingga mendapatkan lebih banyak cahaya matahari dan juga

menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang diliputi dengan kulit

yang melindungi batang dari kerusakan. Adapun nama-nama ilmiah dan

famili tanaman yang termasuk dalam kategori pohon dapat dilihat di Tabel

2.8.

Tanaman yang digunakan sebagai elemen RTH efektif menyerap

pencemaran udara, mampu menyesuaikan diri, dan toleran dengan kondisi

pencemaran udara di sekitanya. Kemampuan tanaman menyerap

pencemaran udara bervariasi, dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi

pencemar, sensitivitas tanaman terhadap pencemar, dan faktor

pertumbuhan tanaman (Wilmer, 1986; Mc Kersie & Leshem, 1994;

Larcher, 1995) dalam Sulistijorini (2009: 24). Tanaman hijau juga

berperan dalam penyerapan kandungan logam dan zat pencemar udara dari

hasil aktivitas manusia, sebagian dapat kita ambil dari hasil aktivitas

kendaraan bermotor, baik timbal (Pb) dan karbon (C) sebagai zat

berbahaya yang belum bisa dihilangkan dari hasil penguraian bahan bakar

minyak.

Tabel 2.8 Nama-Nama Ilmiah dan Famili Pohon. No Nama Umum/Lokal Nama Ilmiah Daya Serap

1 Trembesi Samanea saman 28.488,39 kg/tahun

2 Cassia Cassia sp 5.295,47 kg/tahun

3 Kenanga Canangium odoratum 756,59 kg/tahun

4 Pingku Dyxoxylum excelsum 720,49 kg/tahun

5 Beringin Ficus benyamina 535,90 kg/tahun

6 Krey payung Fellicium decipiens 404,83 kg/tahun

7 Matoa Pometia pinnata 329,76 kg/tahun

8 Mahoni Swettiana mahagoni 295,73 kg/tahun

9 Saga Adenanthera pavoniana 221,18 kg/tahun

51

10 .Bungur Lagerstroemia speciosa 160,14 kg/tahun

11 Jati Tectona grandis 135,27 kg/tahun

12 Nangka Arthocarpus heterophyllus 126,51 kg/tahun

13 Johar Cassia grandis 116,25 kg/tahun

14 Sirsak Annona muricata 75,29 kg/tahun

15 Puspa Schima wallichii 63,31 kg/tahun

16 Akasia Acacia auriculiformis 48,68 kg/tahun

17 Flamboyan Delonix regia 42,20 kg/tahun

18 Sawo kecik Maniilkara kauki, 36,19 kg/tahun

19 Tanjung Mimusops elengi 34,29 kg/tahun

20 Bunga merak Caesalpinia pulcherrima 30,95 kg/tahun

21 .Sempur Dilenia retusa, 24,24 kg/tahun

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012.

Timbal merupakan logam berat (bobot molekul 207), partikel tersebut

mengendap di permukaan tanah dan tidak dapat diencerkan. Adanya

tanaman, timbal dapat masuk ke dalam tanaman melalui penyerapan dari

akar dan daun melalui proses pertukaran gas pada stomata daun. Menurut

Prayoto et.all (1993), kadar umum timbal yang normal pada tanaman

adalah sebesar 0,5-3 ppm, sebagai contoh kita mengenal Pterocarpus

indicus dapat mereduksi timbal di udara sebesar 3,9 µg/m3, Switenia

macrophyllia sebesar 0,8 µg/m3, Axonopus compresus sebesar 0,55 µg/m

3,

serta tanaman-tanaman lainnya yang masih belum diketahui pengaruhnya

terhadap timbal (http://bebasbanjir2025.wordpress.com).

Melihat konsentrasi cemaran udara seperti NOx di udara pada

daerah perkotaan biasanya 10-100 kali lebih tinggi daripada di udara di

daerah perdesaan, maka perlu keberadaan vegetasi yang mampu menyerap

konsentrasi NOx yang berlebih. Pada penelitian Sulistijorini (2009:20)

tanaman yang mampu menyerap NO2 tertinggi adalah D. regia (6,03 µg

15N dm-2

daun), diikuti M. elengi (4,11 µg 15

N dm-2

), P. indicus (2,92 µg

15N dm

-2), C. burmanii (2,49 µg

15N dm

-2), S. macrophylla (2,26 µg

15N

52

dm-2

), L. spaciosa (2,13 µg 15

N dm-2

), G. arborea (1,95 µg 15

N dm-2

), dan

C. sumatrana (1,12 µg 15

N dm-2

).

Manusia sebagai penghasil CO2 sebesar 0,5% dari jumlah CO2 di

atmosfer setiap tahun sehingga kandungan gas ini meningkat sebanyak

0,25%. Akibatnya laut tidak mampu lagi sebagai penyangga. Jika produksi

CO2 dapat diperlambat, diharapkan lautan dapat mengimbangi kembali.

Disinilah peranan vegetasi karena setiap tumbuhan hijau akan menyerap

CO2 dan menghasilkan O2. Setiap tahun tambahan CO2 dari pembakaran

fosil sebesar 3,64x109 ton. Hutan yang ada dapat menyangga rata-rata 1

ton/acre/tahun sehingga dunia memerlukan tambahan 1.820 juta acre hutan

(Rich, 1970) dalam Djamal (2005: 54).

Fungsi menyegarkan udara pada tumbuhan dengan mengambil CO2

dalam fotosintesis dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan bagi

makhluk hidup untuk pernapasan. Kemampuan melepas O2 tergantung

kepada tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil tinggi dan laju

fotosintesis tinggi dengan titik kompensasi cahaya rendah. Monteith

(1990) dalam Djamal (2005: 68) mengemukakan bahwa fotosintesis pada

tanaman yang tumbuh normal menggunakan semua CO2 pada lapisan 30

meter di atas tanaman dalam seharinya. Penghijauan kota yang mempunyai

kemampuan tinggi dalam menyerap dan menjerap polutan makan

konsentrasi pencemar akan semakin kecil. Dengan demikian manusia yang

tinggal di kota hidup dengan baik dan sehat. Penghijauan kota baik

seharusnya disertai upaya penurunan konsentrasi pencemar, yang

53

diharapkan dapat meningkatkan daya dukung lingkungan kota (Dahlan,

1992) dalam Permana (2006: 17). Lebih lanjut bahwa cemaran udara di

daerah perkotaan dan daerah industri yang terserap dan terakumulasi oleh

badan tanaman, jika polusi tersebut beracun dapat mempengaruhi

kesehatan tanaman tersebut.

54

H. PENELITIAN TERDAHULU

No Nama Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil

1 Dwi Erlina

Pusponingrum

Optimalisasi Ruang Terbuka

Hijau Untuk Memenuhi

Kebutuhan Oksigen di

Kecamatan Tembalang Kota

Semarang.

Mengetahui luasan dan bagaimana persebaran RTH di

Kecamatan Tembalang Kota Semarang, kondisi tingkat

kenyamanan udara di Kecamatan Tembalang Kota

Semarang dan kebutuhan RTH yang optimal untuk

memenuhi kebutuhan oksigen di Kecamatan Tembalang

Kota Semarang.

Observasi,

Dokumentasi,

Wawancara,

Interpretasi Citra,

1. Kenyamanan udara di Kec. Tembalang berkisar

antara 23,65 sampai 24,55.

2. Kebutuhan RTH optimal dalam memenuhi oksigen

sebesar 4.126,94 Ha dengan kekurangan

penanaman pohon sebanyak 617.158 batang

pohon.

2 Sulistijorini Keefektifan Dan Toleransi

Jenis Tanaman Jalur Hijau

Jalan Dalam Mereduksi

Pencemar No2 Akibat

Aktivitas Transportasi.

Mengkaji kemampuan tanaman menyerap NO2 pada

kondisi semilapang, mengkaji distribusi nitrogen yang

berasal dari NO2 dan mengkaji keefektifan tanaman dalam

mengurangi konsentrasi pencemar NO2; serta engkaji

toleransi tanaman terhadap bahan-bahan pencemar udara

akibat aktivitas transportasi.

Observasi,

Pengukuran,

Uji Laboratorium

1. Konsentrasi pencemar NO2 tertinggi sebesar 34.05

µg m-3 (tempat terbuka) dan 29.15 µg m-3 (tempat

bervegetasi).

2. Vegetasi dengan kerapatan tajuk 10m jarak 5-15m

dari bahu jalan mengurangi konsentrasi NO2

sebesar 10.62%.

3 Jun Yang,

Joe McBride,

Jinxing, dan Zhcu

Zhenyuan Sun

Hutan Kota Di Beijing Dan

Perannya Dalam

Pengurangan Polusi Udara.

Menggambarkan komposisi saat ini dan struktur hutan

kota Beijing, mengukur polutan udara utama termasuk

SO2, NO2, PM10, dan O3, mengukur emisi BVOC dari

perkotaan hutan dan menghitung penyerapan CO2

Interpretasi Citra,

Observasi.

1. Beijing Bagian tengah, sekitar 29 % dari pohon

digolongkan kedalam kondisi yang buruk.

2. Polutan yang paling berkurang adalah PM10,

pengurangan sebesar 772 ton.

3. Sekitar 0,2 juta ton CO2 tersimpan bentuk

biomassa oleh hutan kota.

4 Siti Pratiwi Iriani Kajian Cemaran Udara

Pada Taman Kota KB Dan

Simpang Lima di Kecamatan

Semarang Selatan.

Mengetahui kondisi taman kota, cemaran udara di sekitar

taman kota, mengetahui tingkat kerapatan vegetasi di

Kecamatan Semarang Selatan, serta memberikan arahan

kebutuhan RTH dan jenis vegetasi.

Observasi,

Dokumentasi,

Pengukuran

Lapangan,

Interpretasi Citra.

1. Komposisi vegetasi pada Taman KB dan Simpang

Lima masuk kedalam kategori sangat sedikit

2. Cemaran udara yang terjadi pada Jalan Pahlawan

sudah melewati baku mutu udara ambien nasional

3. Arahan Kebutuhan RTH berdasarkan proporsi

wilayah yaitu 30% perlu penambahan luasan RTH

sebesar +124,51 Ha (20,02%).

5 Prof. Dewi

Liesnoor

Setyowati, S.Si.

M.Si

Pengembangan Model Kota

Hijau Untuk Meredam

Cemaran Udara Sebagai

Upaya Antisipasi Perubahan

Iklim Kota Semarang.

Mengembangkan model kota hijau optimal untuk meredam

cemaran udara sebagai upaya antisipasi perubahan iklim,

melakukan ujicoba dan simulasi implementasi model kota

hijau untuk meredam cemaran udara, melakukan sosialisasi

dengan membuat buku ajar, brosur, dan publikasi nasional

serta internasional, tentang model kota hijau optimal untuk

meredam cemaran udara sebagai upaya antisipasi

perubahan iklim.

Pengembangan

Model, Pengukuran

Lapangan,

Implementasi Model,

Sosialisasi Model.

1. Pengembangan model kota hijau optimal telah

dibuat melalui softwere model,

2. Simulasi implementasi model kota hijau

dilaksanakan dengan bantuan softwere model

3. Model kota hijau membantu memberi arahan

terhadap wilayah yang membutuhkan optimalisasi

pengelolahan lahan potensial

4. Sosialisasi dilakukan melalui buku ajar, brosur,

dan publikasi nasional serta internasional, tentang

model kota hijau optimal.

54

55

I. KERANGKA BERFIKIR

Perkembangan teknologi dan sistem yang semakin maju seiring

modernisasi kehidupan tentu berdampak positif terhadap kesejahteraan dan

kemajuan bangsa, ruang yang begitu luas mampu dirangkum dan disajikan lebih

sederhana dengan adanya teknologi. Fenomena tersebut memicu permintaan

pembangunan sarana prasarana wilayah perkotaan yang semakin meningkat.

Selain itu, tingginya kepadatan masyarakat penduduk wilayah perkotaan

menyebabkan meluasnya kawasan terbangun dalam membangun dan

meningkatkan sarana prasarana sehingga kemudahan dalam memenuhi

kebutuhan hidup dapat tercapai. Berbagai hal tersebut membuat masyarakat

terlalu sibuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan fisik sehingga keberadaan

lingkungan mulai dipandang sebelah mata. Pada akhirnya permasalahan

lingkungan mulai bermunculan seiring kesibukan masyarakat yang lebih

mengutamakan pembangunan fisik misalnya pencemaran baik udara, air maupun

tanah dan sebagainya.

Kenampakan tersebut yang menjadi latar belakang menurunnya tingkat

keseimbangan ekologis wilayah kota. Dengan adanya fenomena tersebut menjadi

alasan dalam mengkaji keberadaan ruang terbuka hijau terhadap cemaran udara

di Kota Semarang. Kajian dilakukan dengan penerapan beberapa alogaritma

terkait yaitu rumus kawasan RTH, rumus dispersi cemaran udara, rumus

peredaman cemaran udara dan rumus optimal RTH yang dapat disederhanakan

menjadi keterkaitan rumus kebutuhan RTH dengan cemaran udara.

56

Penerapan sistem dengan formula yang telah disederhanakan, mampu

mengetahui keberadaan sebaran RTH aktual, lahan potensial dan cemaran udara

di lokasi penelitian. Kebutuhan dan kekurangan RTH dapat dilihat melalui

kondisi RTH aktual dan pemanfaatan lahan potensial yang berada pada wilayah

tersebut. Selisih lahan potensial dengan RTH aktual dapat menggambarkan

tingkat optimal RTH di wilayah tersebut. Setelah dihitung tingkat optimal RTH

dapat dikorelasikan dengan cemaran udara khususnya dalam penelitian ini

cemaran udara dibatasi yakni cemaran udara yang berupa gas CO2 hasil aktifitas

transportasi yang di konversi dengan pembakaran bahan bakar bensin dan solar.

Cemaran udara tersebut juga dikaitkan dengan hasil pengukuran kualitas udara

ambien oleh instansi terkait (Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang).

Mendesain sistem informasi yang mampu menyederhadakan kenampakan

tersebut merupakan salah satu tujuan penelitian ini, sehingga mampu

mempermudah informan atau pihak terkait. Dengan adanya sistem informasi

tersebut diharapkan mampu menjadi media dalam memonitoring keberadaan

RTH dan meningkatkan optimalisasi RTH di Kota Semarang khususnya di lokasi

penelitian. Sehingga nantinya dalam peningkatan optimalisasi RTH dapat

dipermudah dengan adanya arahan vegetasi yang dilatar belakangi oleh cemaran

udara yang telah dikaji dengan sistem tersebut. Selain itu dapat meningkatkan

fungsi estetika RTH dalam merapikan tata ruang wilayah perkotaan. Gambar 2.4

berikut merupakan bagan alir sebagai acuan secara umum dalam pelaksanaan

proses penelitian.

57

Gambar 2.4 Bagan Alir Kerangka Berfikir Penelitian

Ide Keterkaitan RTH dan Cemaran Udara di

Kota Semarang

Penerapan Formula

1. Rumus Kawasan RTH

2. Rumus Cemaran Udara

3. Rumus Peredaman Cemaran Udara

4. Rumus RTH Optimal

Perkembangan Teknologi

dan Sistem

Permasalahan Lingkungan

terkait Pencemaran Udara

Keseimbangan Ekologis

Wilayah Kota

Kajian Sebaran RTH dan Cemaran Udara di

Kota Semarang

Cemaran Udara

Kota Semarang

Lahan Potensial dan RTH

Aktual Kota Semarang 1. Pengukuran CO2

Instansi (BLH Kota

Semarang)

2. Perhitungan CO2 dari

Kendaraan Bermotor

Optimalisasi Fungsi

RTH

Monitoring Fungsi

RTH

Arahan KebutuhanVegetasi

RTH dan Estetika

Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara

Terhadap Kualitas Udara Ambien

58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Objek Penelitian

Penelitian dilakukan di 4 kecamatan yang dibatasi oleh banjir kanal barat

dan banjir kanal timur di Kota Semarang, yaitu Kecamatan Semarang Utara,

Semarang Timur, Semarang Tengah dan Semarang Selatan. Objek penelitian ini

adalah lahan potensial, RTH aktual, dan cemaran udara yang berasal dari aktifitas

transportasi.

B. Populasi Dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu RTH di 4 Kecamatan

di Kota Semarang meliputi lahan potensial dan RTH aktual. Jenis penelitian ini

adalah penelitian dekriptif-kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data adalah

observasi, dokumentasi, pengukuran lapangan, dan interpretasi data skunder dari

Instansi terkait untuk dapat mencapai tujuan penelitian. Pada sampel penelitian ini

menggunakan teknik “Area Sampling”, karena penelitian dilakukan di kawasan

RTH yang didasarkan atas adanya pertimbangan sebagai berikut:

1. Keberadaan lahan potensial dan RTH aktual yang berbeda di lokasi penelitian.

2. Terjadi perbedaan cemaran udara yang berbeda di setiap lokasi penelitian.

59

3. Setiap lahan potensial memiliki kemampuan mengurangi pencemaran udara

yang berbeda, serta memberikan sumber kualitas udara bersih yang berbeda.

Adapun sampel penelitian yaitu:

1. RTH aktual yang berupa taman kota dan lahan potensial yang dijadikan lokasi

penelitian, yaitu: Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Semarang Selatan,

Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Semarang Tengah.

2. Cemaran udara yang berupa gas karbondioksida sebagai hasil pembakaran

kendaraan bermotor di beberapa titik terpadat lalu lintas di lokasi penelitian.

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

1. Kondisi sebaran RTH yang meliputi RTH aktual/taman kota dan tutupan

lahan yang berpotensi dalam pengadaan ketersediaan RTH.

2. Parameter cemaran udara yang diamati secara umum, meliputi SO2 (sulfur

dioksida), CO2 (karbon dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (oksidan), dan

TSP (debu), Pb (timbal), suhu, dan kebisingan. Secara khusus meliputi CO2

yang berasal dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dan di kaintkan

dengan keadaan CO2 hasil pengukuran instansi terkait (BLH Kota Semarang)

pada tahun sebelumnya.

3. Menyusun sistem informasi RTH dan cemaran udara sehingga mampu

memberikan informasi dan arahan kebutuhan RTH maupun vegetasi dalam

meredam cemaran udara di Kota Semarang.

60

D. Bahan dan Peralatan Penelitian

Variabel Bahan/ Data Jenis Data Sumber Data Alat Penelitian Sebaran RTH 1. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kota Semarang

2. Peta Lahan Potensial Kota Semarang

3. Peta RTH Aktual Kota Semarang

4. Peta Kebutuhan RTH Kota Semarang

5. Peta Administrasi Kota Semarang

6. Peta Penggunaan Lahan Kota Semarang

7. Peta Sebaran RTH Kota Semarang

Sekunder 1. Bappeda Provinsi Jawa Tengah

2. Citra Quickbird Tahun 2010

1. Softwere Arc GIS 10.1

Cemaran Udara

(CO2)

1. Data Hasil Pengukuran Kualitas Udara dari

Instansi terkait

2. Data Jumlah Kendaraan pada Jam Puncak di

Kota Semarang

Sekunder

Primer

1. Badan Lingkungan Hidup Kota

Semarang

2. Pengukuran Lapangan

1. Alat pengkur jumlah kendaraan

pada jam puncak (Odocheck)

2. Alat konversi untuk menghitung

CO2 yang dihasilkan oleh

kendaraan

3. GPS (Global Positioning System)

untuk menentukan lokasi geografis

titik pengukuran

4. Kamera sebagai alat dkumentasi

Sistem Informasi

RTH dengan

Cemaran Udara

1. Data Luas RTH Aktual

2. Data Penggunaan Lahan

3. Data Lahan Potensial

4. Data Cemaran Udara

5. Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian

6. Data Kualitas Udara Ambien Kota

Semarang tahun 2012-2013

7. Dokumentasi Karakteristik RTH dan

Cemaran Udara

8. Data Rencana Aksi Daerah Gas Rumah

Kaca (RADGRK)

Sekunder 1. Dinas Pertamanan dan

Pemakaman Kota Semarang

Tahun 2012

2. BPS, Semarang dalam angka

Tahun 2012

3. BLH Kota Semarang

1. Satu unit komputer untuk

pengolahan data dan program

aplikasi Sistem Informasi RTH dan

Cemarang Udara Kota Semarang

60

58

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Metode observasi sebagai proses pengumpulan data yang digunakan

dengan melakukan observasi secara partisipasi pasif, yang dilakukan dengan

pengamatan langsung ke wilayah lahan potensial dan RTH aktual di lokasi

penelitian. Selain itu, menghitung lalu lintas sesuai klasifikasi moda

transportasi pada jam puncak guna bahan perhitungan CO2 yang dihasilkan

oleh kendaraan bermotor di beberapa titik kemacetan pada lokasi penelitian.

Selanjutnya dilakukan pengamatan vegetasi dan penggunaan lahan guna

pengecekan kondisi fisik secara spasial di lokasi penelitian. Pada penelitian ini

dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh untuk mengevaluasi kondisi

sebaran RTH dengan cemaran udara di lokasi penelitian.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis seperti arsip-arsip, dan juga buku-buku tentang pendapat-

pendapat, teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah-masalah penelitian (Rachman dalam Manggaraini, 2008). Dalam

pengumpulan data peneliti mendatangi instansi terkait untuk mendapatkan

data berupa dokumen kebutuhan RTH, peta RTRW Kota Semarang, kondisi

geografis Kota Semarang, RADGRK (Rencana Aksi Daerah Gas Rumah

Kaca), lahan potensial, RTH aktual dan kondisi geografis serta peta-peta yang

relevan untuk mendukung penelitian ini. Adapun instansi tersebut antara lain

62

BPS, BAPPEDA, Dinas Kebersihan dan Pertanaman dan BLH Kota

Semarang.

3. Pengukuran Lapangan

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data primer berupa jumlah

kendaraan pada waktu jam puncak guna menghitung cemaran udara hasil

kegiatan transportasi di lokasi penelitian. Pengukuran lapangan dilakukan

pada waktu yang ditentukan bersama dengan pihak terkait dan ahli. Pada

penelitian ini pengukuran lapangan dilakukan dengan menghitung kendaraan

pada jam puncak berdasarkan klasifikasi moda transportasi yaitu bus, mobil

sedan, taksi, dan truk yang di latar belakangi oleh asumsi konsumsi bbm

(bahan bakar minyak) pada setiap moda transportasi berbeda. Bus, mobil

sedan dan taksi yang menggunakan bensin dan truk menggunakan solar.

Penggunaan bbm yang berbeda berdampak terhadap tingkat CO2 yang

dihasilkan oleh pembakaran kendaraam bermotor selain faktor teknis pada

kendaraan. Hasil jumlah kendaraan pada waktu jam puncak akan dihitung

rerata yang kemudian dikonversikan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh proses

pembakaran.

4. Interpretasi Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara

Metode interpretasi Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara

dilakukan secara digital menggunakan softwere yang telah didesain oleh ahli.

Luas RTHa, luas kecamatan, luas lahan potensial, CO2 laboratorium, CO2

transportasi merupakan data input yang kemudian diproses dengan sistem

63

informasi RTH dan cemaran udara sehingga menghasilkan data output berupa

optimal RTH yang di korelasikan dengan keadaan pencemaran (dihitung

dengan perbandingan CO2 laboratorium dan transportasi). Berdasarkan data

output yang dihasilkan oleh sistem mampu menjadi pedoman dalam mengkaji

keberadaan RTH yang optimal dan tingkat pencemaran udara di lokasi

penelitian, kemudian keadaan pencemaran udara dikaitkan dengan arahan

vegetasi penyerap gas cemaran CO2.

Sistem informasi RTH dan cemaran udara tidak hanya menyajikan

aplikasi untuk menghitung optimal RTH saja namun terdapat beberapa

informasi berupa kondisi geografis Kota Semarang, RADGRK, peta-peta

terkait, kualitas udara ambien Kota Semarang tahun 2012-2013, dan

dokumentasi kenampakan variabel penelitian. Dengan menggunakan sistem

informasi RTH dan cemaran udara diharapkan mampu meningkatkat

optimalisasi fungsi RTH dan memonitoring keberadaan RTH di Kota

Semarang. Selain itu mampu menjadi salah satu media pembelajaran dalam

mengkaji ilmu lingkungan terkait RTH. Hasil dari interpretasi sistem secara

digital di uji coba menggunakan 5 simulasi dengan hasil yang berbeda. Sistem

inforemasi tersebut di validasi oleh beberapa pihak yang ditentukan sebagai

informan dan validator dengan hasil cukup baik.

F. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap, yaitu:

1. Tahapan Persiapan

64

Pada tahapan penelitian ini, yaitu dengan penentuan lokasi sampel

yang ingin dijadikan tempat penelitian serta mempersiapkan alat-alat dan

perlengkapan yang digunakan pada saat penelitian.

2. Tahapan Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanan ini dilakukan pengukuran data primer yang

diperlukan seperti data jumlah kendaraan pada waktu jam puncak untuk

menghitung cemaran udara berupa karbondioksida hasil kegiatan transportasi.

Sedangkan data sekunder seperti data lahan potensial, kualitas udara ambien

Kota Semarang, data luas RTH Kota Semarang, monografi kota dan data peta

seperti Peta Adminitrasi Kota Semarang, Peta Penggunaan Lahan Kota

Semarang dari lembaga-lembaga terkait.

3. Tahapan Evaluasi Data

Proses pengelolahan data dengan menganalisis persebaran keberadaan

RTH dan cemaran udara di Kota Semarang, melalui sistem informasi RTH

dan cemaran udara serta keterkaitannya terhadap kualitas udara ambien yang

nantinya diperoleh informasi terkait optimalisasi dan monitoring serta Arahan

RTH di Kota Semarang.

4. Tahapan Pelaporan

Hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan analisis data berupa

sistem informasi, grafik, peta, tabel dan analisis deskripsi dari hasil yang

diperoleh.

65

G. Teknik Analisis Data

Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan ekologi (ecological

approach). Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Analisis Spasial (Keruangan)

Teknik Analisis ini menganalisis kenampakan keruangan dengan

mendeskripsikan kenampakan keruangan yang diperoleh dari kegiatan

interpretasi.

2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang menjelaskan atau menggambarkan hasil

penelitian apa adanya, kemudian hasil tersebut di persentase untuk

menemukan berapa persen hubungan antar variabel. Analisis ini digunakan

untuk menjabarkan kondisi kebutuhan RTH, cemaran udara hasil kegiatan

transportasi dan keterkaitannya terhadap perubahan iklim.

3. Analisis Komparatif

Analisis komparatif digunakan untuk membandingkan antara data

kualitas udara dengan mengacu pada tabel baku mutu udara ambien nasional

dengan kebutuhan RTH berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 05/PRT/M/2008. Adapun yang digunakan untuk mengukur masing-

masing variabel menggunakan beberapa rumus dan pendekatan seperti

Gambar 3.1 dan diuraikan sebagai berikut:

a) KRTH = (0,3 LAI) + (0,3 IK) + (0,3 SCUB) + (0,2KO)

b) SCUB = TEC + PC + LHR + PL

66

c) ORTH = Join Spasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa )

Gambar 3.1 Alogaritma Perhitungan ORTH

Keterangan:

>< : Proses Keterkaitan Alogaritma

: Proses Hubungan Alogaritma

: Penyederhanaan Alogaritma

KRTH SCUB

ORTH

(KRTH >< POT – RTHa) >< SCUB

C.Laboratorium >< C.Transportasi

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, pada

lokasi penelitian yang meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Semarang Utara,

Semarang Selatan, Semarang Timur dan Semarang Tengah dengan luas lokasi

penelitian 3335,41 Ha terdapat beberapa sebaran lahan hijau. Sekitar 15%-25%

keberadaan sebagai potensi taman, 24%-41% keberadaan sebagai potensi

lapangan olah raga, 19%-32% sebagai potensi koridor jalur hijau, dan 41%

sebagai potensi pemakaman kecuali pada Semarang Utara dan Semarang Tengah.

Cemaran udara berupa CO2 pada lokasi penelitian yang dihitung dengan

koncersi jumlah konsumsi bbm kendaraan, hasil CO2 perhitungan lapangan, yaitu

Semarang Utara 1.170,77 µg/m3

; Semarang Selatan 590,45 µg/m3

; Semarang

Timur 532,37 µg/m3

; dan Semarang Tengah 937,96 µg/m3. Berdasarkan

klasifikasi cemaran udara, keempat lokasi penelitian tersebut tercemar gas CO2

terutama dari proses transportasi.

Pengadaan sistem informasi RTH dan Cemaran Udara di Kota Semarang

terbilang cukup baik dalam membantu proses monitoring keberadaan optimal

RTH dan arahan vegetasi sehingga dapat menjadi salah satu pedoman dalam

pengadaan RTH ideal sesuai undag-undang. Selain itu mampu menjadi media

pembelajaran sederhana terkait optimalisasi RTH.

164

165

Berdasarkan perhitungan sistem informasi, Semarang Timur dan Semarang

Selatan merupakan kecamatan yang memiliki optimal RTH yang cukup ideal

karena selisih Lahan Potensial dan RTH Aktual relatif sedikit sehingga

pemanfaatan lahan potensial cukup intensif yakni ORTH sebesar 2,17% hingga

2,33%. Sedangkan Semarang Tengah dan Semarang Utara perlu diadakan

peningkatan oprimalisasi RTH lebih intensif yakni ORTH sebesar 6,43% hingga

19,20%. Arahan Kebutuhan RTH berdasarkan proporsi wilayah yaitu 30% dari

luas wilayah perkotaan, maka perlu penambahan luasan dan peningkatan fungsi

RTH pada lokasi penelitian terutama Semarang Utara dan Semarang Tengah.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan peneliti memberikan

beberapa saran yang bisa diajukan adalah sebagai berikut:

1. Instansi/dinas terkait yang menangani kondisi tanaman yang ada di taman kota

perlu melakukan monitoring secara intensif periodik terhadap vegetasi RTH di

Kota Semarang.

2. Pemerintah Kota Semarang diharapkan mengeluarkan kebijakan mengenai

penghijauan perkarangan rumah atau lahan kosong yang belum dihijaukan

secara intensif dan berkala.

3. Pemerintah dalam menangani cemaran udara dapat melakukan pengukuran

kualitas udara secara acak setiap beberapa bulan sekali dan perlu adanya

166

pemasangan stasiun pemantau pencemar udara di beberapa titik ruas jalan

protokol yang sering mengalami kepadatan kendaraan.

4. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya dampak cemaran

udara baik secara langsung (seminar, edukasi, dll), maupun melalui berbagai

media cetak maupun elektronik.

167

DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Dian. 2010. Kemampuan Ruang Terbuka Hijau Dalam Menyerap Iklim

Mikro, CO, CO2 Dan Menghasilkan O2 di Kecamatan Semarang Timur

Dan Semarang Tengah Kota Semarang. Skripsi. Semarang. Fakultas Ilmu

Sosial Unnes.

Aftriana, Careca Virma. 2013. Analisis Perubahan Kerapatan Vegetasi Kota

Semarang Menggunakan Bantuan Teknologi Penginderaan Jauh. Skripsi.

Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Unnes.

Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Asheima, Asbjorn. Amundsena, Helene. Weia, Taouyuan. 2012. Impacts and

Adaptation to Climatechange in European Economies. Journal of Springer

Science, Publish online: 9 April 2008. Center for International Climate and

Environmental Research. Norway.

Bemmelen. 1970. Geology the Science of a Changing Earth. New York:

Mc.Graw-Hill Book Company.

BLH. 2010. Kumpulan Peraturan Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Semarang. BLH Kota Semarang.

BPS. 2007. Statistik Daerah Kota Semarang Tahun 2012. Semarang: BPS Kota

Semarang.

___. 2012. Statistik Daerah Kota Semarang Tahun 2012. Semarang: BPS Kota

Semarang.

. 2013. Statistik Daerah Kota Semarang Tahun 2013. Semarang: BPS Kota

Semarang.

Budihardjo. 1999. Keberadaan Taman Hijau dalam Kota Berkelanjutan.

Semarang. Undip Semarang

Cheng, Kuang Jung. Tsai, Che-hui. Chiang, Hsu-cherng. Hsu, Ching-wen. 2006.

Meteorologically Adjusted Ground Level Ozone Trends in Southern

Taiwan. Journal of Springer Science-Business Media B.V. 2006, Publish

online: 28 October 2006. Taiwan, Republic of China: Department of

Water Resources and Environmental Engineering. Tamkang University.

168

Dahlan, Endes N. 1992. Hutan Kota: Untuk Pengelolaan Dan Peningkatan

Kualitas Lingkungan Hidup. Jakarta: Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia

(APHI).

Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan jauh digital. Yogyakarta: Andi

Offset.

Djamal, Irwan Zoer’aini. 2005. Tantangan Lingkungan & Lansekap Hutan Kota.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fandeli, Chafid, Kaharuddin, Mukhlison. 2003. Perhutanan Kota. Jogjakarta:

Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Kanisius.

Grey and Deneke. 1978. Urban Forestry. New York: Mc.Graw-Hill Book

Company.

Hakim. 1993. Ruang dan Ruang Terbuka Hijau. Jakarta: Gramedia

http://bebasbanjir2025.wordpress.com (diunduh tanggal 28 maret 2014, jam 09:07

WIB).

Jogiyanto, 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Jakarta: Gramedianusa

Kaiser, Goschalk and Chapin. 1905. Open Space on City. Deutch. City University

Deutchland

Lee, Y.C. Wenig, Mark. Yang, Xun. 2009. The Emergence of Urban Ozone

Episode in autumn and Air Temperature Rise in Hong Kong. Journal of

Springer Science, Published online: 5 May 2009. China: Laboratory for

Atmospheric Research, Department of Physics and Materials Science. City

University of Hong Kong.

Manggaraini. 2008. Sub Daerah Aliran Sungai Kripik Garang Kabupaten

Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial

Palangan, Abraham dan Ariyani Indrayanti. 2009. Diktat Perkuliahan Geografi

Politik dan Letak Negara. Semarang: Geografi Unnes.

P.B, Tyas Taufan. 2011. Studi Analisis Uji Emisi Karbon Monoksida (CO) pada

Kendaraan Bermotor Roda Dua. Skripsi. Fakultas Teknik. Undip.

169

Pentury, Thomas. 2003. Konstruksi Model Matematika Tangkapan CO2 pada

Tanaman Hutan Kota. Jakarta: Gramedia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Ruang

Terbuka Hijau.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Rencana Detail

Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota I.

Permana, Hendra. 2006. Penentuan Luasan Optimal Jalur Hijau Sebagai Penyerap

Gas CO2 (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi, Ruas Ciawi-TMII). Skripsi.

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Prasetyo, Galih Whisnu. 2010. Kajian Luas Terbuka Hijau terhadap Tingkat

Kenyamanan di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. Skripsi.

Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Unnes.

Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). 2012. Masterplan Ruang Terbuka

Hijau (RTH). Semarang: Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang Provinsi Jawa

Tengah.

Pusponingrum, Dwi Erlina. 2012. Optimalisasi Ruang Terbuka Hijau Untuk

Memenuhi Kebutuhan Oksigen di Kecamatan Tembalang Kota Semarang

Tahun 2011. Skripsi. Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Unnes.

Rijal, Syamsu. 2008. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Makassar Tahun

2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat. No. 1. Hal 001-110.

Setyowati, DL & Nana Kariada. 2014. Pengembangan Model Kota Hijau Untuk

Meredam Cemaran Udara Sebagai Upaya Antisipasi Perubahan Iklim di

Kota Semarang. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Semarang.

Shaningrahi, Wenpo. Yin, Yongquan. Zhang, Jianda. Ji, Xia. Deng, Xingyan.

2008. Surface Ozone and Meteorological Condition in a Single Year at an

Urban Site in Central–Eastern China. Journal of Springer Science,

170

Business Media B.V. 2008, Publish online: 9 April 2008.China: College of

Chemistry and Environmental Science. Hebei University.

Simmond. 1994. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Soedomo. 1999. Perubahan Lingkungan Akibat Pencemaran Udara. Jakarta:

Bumi Aksara

Soenaryo, Slamet. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gajah Mada

University Press.

Sulistijorini. 2009. Keefektifan dan Toleransi Jenis Tanaman Jalur Hijau Jalan

Dalam Mereduksi Pencemar NO2 akibat aktivitas Transpotasi. Jurnal

Pascasarjana. Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan. Institut Pertanian Bogor.

Teknik Lingkungan. 2009. Pengantar Pencemaran Udara. Teknik Lingkungan:

ITB.

Thaden, dkk. 1996. Peta Geologi Lembar Magelang-Semarang-RE.

Tika Pabundu, Moh. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Triyono & Soemarmo. 2012. Ruang Terbuka Hijau dalam Kota. Jakarta: Bumi

Aksara

Yang, J. Joe, M. Zhou, J. Sun, Z. 2005. The Urban Forest in Beijing and Its Role

in Air Pollution Reduction. Journal of Springer Science, Publish online:

April 2008. Number 5 page 65-78. Department of Environmental science.

University of California at Berkeley.

169

LAMPIRAN

)

171

Waktu.15.00.16.00

NO Jenis Kendaraan Jumlah Bbm Total

1 Sedan CS 663 5 3315

2 Sepeda Motor 1001 1 1001

3 Bus 10 10 100

4 Truk 12 10 120

5 Sepeda 14 0 0

6 Becak 1 0 0

JUMLAH 26 4536

Waktu.16.00.17.00

1 Sedan CS 912 5 4560

2 Sepeda Motor 2832 1 2832

3 Bus 11 10 110

4 Truk 10 10 100

5 Sepeda 26 0 0

6 Becak 9 0 0

JUMLAH 26 7602

Waktu.17.00.18.00

1 Sedan CS 902 5 4510

2 Sepeda Motor 3320 1 3320

3 Bus 10 10 100

4 Truk 6 10 60

5 Sepeda 29 0 0

6 Becak 8 0 0

JUMLAH 26 7990

Majapahit ( Depan SMA 5)

Waktu.15.00.16.00

NO

Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 678 5 3390

2 Sepeda Motor 1794 1 1794

3 Bus 13 10 130

4 Truk 22 10 220

5 Sepeda 26 0 0

6 Becak 8 0 0

JUMLAH 26 5534

Waktu.16.00.17.00

1 Sedan CS 897 5 4485

2 Sepeda Motor 3396 1 3396

3 Bus 21 10 210

172

4 Truk 15 10 150

5 Sepeda 52 0 0

6 Becak 15 0 0

JUMLAH 26 8241

Waktu.17.00.18.00

1 Sedan CS 927 5 4635

2 Sepeda Motor 3732 1 3732

3 Bus 12 10 120

4 Truk 6 10 60

5 Sepeda 43 0 0

6 Becak 12 0 0

JUMLAH 26 8547

Soegiyapranoto ( depan rumah Gubernur)

Waktu.15.00.16.00

NO Jenis Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 1053 5 5265

2 Sepeda Motor 2214 1 2214

3 Bus 33 10 330

4 Truk 22 10 220

5 Sepeda 12 0 0

6 Becak 8 0 0

JUMLAH 26 8029

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 952 5 4760

2 Sepeda Motor 3388 1 3388

3 Bus 34 10 340

4 Truk 20 10 200

5 Sepeda 24 0 0

6 Becak 3 0 0

JUMLAH 26 8688

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 918 5 4590

2 Sepeda Motor 3373 1 3373

3 Bus 30 10 300

4 Truk 12 10 120

5 Sepeda 21 0 0

6 Becak 2 0 0

JUMLAH 26 8383

dr.sutomo

173

Waktu.15.00.16.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 487 5 2435

2 Sepeda Motor 1228 1 1228

3 Bus 20 10 200

4 Truk 19 10 190

5 Sepeda 4 0 0

6 Becak 4 0 0

JUMLAH 26 4053

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 649 5 3245

2 Sepeda Motor 1939 1 1939

3 Bus 24 10 240

4 Truk 22 10 220

5 Sepeda 15 0 0

6 Becak 7 0 0

JUMLAH 26 5644

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 627 5 3135

2 Sepeda Motor 1838 1 1838

3 Bus 19 10 190

4 Truk 12 10 120

5 Sepeda 14 0 0

6 Becak 4 0 0

JUMLAH 26 5283

Pandanaran ( depan masjid agung) Waktu.15.00.16.00

NO Jenis Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 2208 5 11040

2 Sepeda Motor 4297 1 4297

3 Bus 20 10 200

4 Truk 58 10 580

5 Sepeda 30 0 0

6 Becak 26 0 0

JUMLAH 26 16117

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1896 5 9480

2 Sepeda Motor 4083 1 4083

3 Bus 22 10 220

174

4 Truk 23 10 230

5 Sepeda 30 0 0

6 Becak 21 0 0

JUMLAH 26 14013

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1797 5 8985

2 Sepeda Motor 4642 1 4642

3 Bus 13 10 130

4 Truk 9 10 90

5 Sepeda 37 0 0

6 Becak 22 0 0

JUMLAH 26 13847

Simpang Lima Waktu.15.00.16.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 2229 5 11145

2 Sepeda Motor 4097 1 4097

3 Bus 23 10 230

4 Truk 79 10 790

5 Sepeda 15 0 0

6 Becak 15 0 0

JUMLAH 26 16262

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1815 5 9075

2 Sepeda Motor 4492 1 4492

3 Bus 18 10 180

4 Truk 10 10 100

5 Sepeda 44 0 0

6 Becak 13 0 0

JUMLAH 26 13847

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2222 5 11110

2 Sepeda Motor 4092 1 4092

3 Bus 7 10 70

4 Truk 13 10 130

5 Sepeda 32 0 0

6 Becak 16 0 0

JUMLAH 26 15402

mt.Haryono

175

Waktu.15.00.16.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 1125 5 5625

2 Sepeda Motor 2313 1 2313

3 Bus 1 10 10

4 Truk 26 10 260

5 Sepeda 48 0 0

6 Becak 27 0 0

JUMLAH 26 8208

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 889 5 4445

2 Sepeda Motor 2865 1 2865

3 Bus 1 10 10

4 Truk 17 10 170

5 Sepeda 93 0 0

6 Becak 65 0 0

JUMLAH 26 7490

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 654 5 3270

2 Sepeda Motor 2270 1 2270

3 Bus 1 10 10

4 Truk 28 10 280

5 Sepeda 88 0 0

6 Becak 36 0 0

JUMLAH 26 5830

Jalan Pattimura Waktu.15.00.16.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 649 5 3245

2 Sepeda Motor 1935 1 1935

3 Bus 3 10 30

4 Truk 37 10 370

5 Sepeda 45 0 0

6 Becak 51 0 0

JUMLAH 26 5580

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 815 5 4075

2 Sepeda Motor 4691 1 4691

3 Bus 5 10 50

176

4 Truk 26 10 260

5 Sepeda 117 0 0

6 Becak 50 0 0

JUMLAH 26 9076

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 481 5 2405

2 Sepeda Motor 2446 1 2446

3 Bus 3 10 30

4 Truk 9 10 90

5 Sepeda 41 0 0

6 Becak 31 0 0

JUMLAH 26 4971

Jalan Pemuda Waktu.15.00.16.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 877 5 4385

2 Sepeda Motor 1846 1 1846

3 Bus 28 10 280

4 Truk 25 10 250

5 Sepeda 15 0 0

6 Becak 12 0 0

JUMLAH 26 6761

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1143 5 5715

2 Sepeda Motor 2708 1 2708

3 Bus 40 10 400

4 Truk 19 10 190

5 Sepeda 18 0 0

6 Becak 13 0 0

JUMLAH 26 9013

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1089 5 5445

2 Sepeda Motor 3301 1 3301

3 Bus 38 10 380

4 Truk 31 10 310

5 Sepeda 18 0 0

6 Becak 11 0 0

JUMLAH 26 9436

Jalan Pandanaran2

177

Waktu.15.00.16.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 1174 5 5870

2 Sepeda Motor 2731 1 2731

3 Bus 16 10 160

4 Truk 14 10 140

5 Sepeda 28 0 0

6 Becak 16 0 0

JUMLAH 26 8901

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1142 5 5710

2 Sepeda Motor 2849 1 2849

3 Bus 14 10 140

4 Truk 5 10 50

5 Sepeda 14 0 0

6 Becak 4 0 0

JUMLAH 26 8749

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1263 5 6315

2 Sepeda Motor 3279 1 3279

3 Bus 16 10 160

4 Truk 4 10 40

5 Sepeda 19 0 0

6 Becak 6 0 0

JUMLAH 26 9794

Bangkong Waktu.15.00.16.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 1892 5 9460

2 Sepeda Motor 5158 1 5158

3 Bus 48 10 480

4 Truk 30 10 300

5 Sepeda 21 0 0

6 Becak 3 0 0

JUMLAH 26 15398

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1754 5 8770

2 Sepeda Motor 5213 1 5213

3 Bus 38 10 380

4 Truk 24 10 240

178

5 Sepeda 17 0 0

6 Becak 0 0 0

JUMLAH 26 14603

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1632 5 8160

2 Sepeda Motor 5012 1 5012

3 Bus 28 10 280

4 Truk 23 10 230

5 Sepeda 12 0 0

6 Becak 0 0 0

JUMLAH 26 13682

mt.Haryono Waktu.06.00.07.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 1125 5 5625

2 Sepeda Motor 2313 1 2313

3 Bus 1 10 10

4 Truk 26 10 260

5 Sepeda 48 0 0

6 Becak 27 0 0

JUMLAH 26 8208

Waktu.07.00.08.00 1 Sedan CS 889 5 4445

2 Sepeda Motor 2865 1 2865

3 Bus 1 10 10

4 Truk 17 10 170

5 Sepeda 93 0 0

6 Becak 65 0 0

JUMLAH 26 7490

Waktu.08.00.09.00 1 Sedan CS 654 5 3270

2 Sepeda Motor 2270 1 2270

3 Bus 1 10 10

4 Truk 28 10 280

5 Sepeda 88 0 0

6 Becak 36 0 0

JUMLAH 26 5830

179

Dr.Cipto Waktu.15.00.16.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 639 5 3195

2 Sepeda Motor 1987 1 1987

3 Bus 23 10 230

4 Truk 37 10 370

5 Sepeda 32 0 0

6 Becak 51 0 0

JUMLAH 26 5782

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 815 5 4075

2 Sepeda Motor 4691 1 4691

3 Bus 5 10 50

4 Truk 26 10 260

5 Sepeda 117 0 0

6 Becak 50 0 0

JUMLAH 26 9076

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 481 5 2405

2 Sepeda Motor 2446 1 2446

3 Bus 3 10 30

4 Truk 9 10 90

5 Sepeda 41 0 0

6 Becak 31 0 0

JUMLAH 26 4971

Tanah Mas Waktu.06.00.07.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 1867 5 9335

2 Sepeda Motor 5982 1 5982

3 Bus 128 10 1280

4 Truk 234 10 2340

5 Sepeda 23 0 0

6 Becak 4 0 0

JUMLAH 26 18937

Waktu.07.00.08.00 1 Sedan CS 1566 5 7830

2 Sepeda Motor 4982 1 4982

180

3 Bus 98 10 980

4 Truk 182 10 1820

5 Sepeda 18 0 0

6 Becak 0 0 0

JUMLAH 26 15612

Waktu.08.00.09.00 1 Sedan CS 1716 5 8580

2 Sepeda Motor 4678 1 4678

3 Bus 85 10 850

4 Truk 168 10 1680

5 Sepeda 11 0 0

6 Becak 1 0 0

JUMLAH 26 15788

Jalan Imam Bonjol Waktu.15.00.16.00

NO Jenis Kendaraan Jumlah Bbm total

1 Sedan CS 1567 5 7835

2 Sepeda Motor 3765 1 3765

3 Bus 23 10 230

4 Truk 22 10 220

5 Sepeda 26 0 0

6 Becak 8 0 0

JUMLAH 26 12050

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1126 5 5630

2 Sepeda Motor 3595 1 3595

3 Bus 24 10 240

4 Truk 28 10 280

5 Sepeda 24 0 0

6 Becak 3 0 0

JUMLAH 26 9745

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1564 5 7820

2 Sepeda Motor 3789 1 3789

3 Bus 20 10 200

4 Truk 22 10 220

5 Sepeda 11 0 0

6 Becak 2 0 0

JUMLAH 26 12029

181

Yos Sudarso Waktu.15.00.16.00

NO Jenis

Kendaraan Jumlah Bbm Total

1 Sedan CS 1675 5 8375

2 Sepeda Motor 3124 1 3124

3 Bus 34 10 340

4 Truk 112 10 1120

5 Sepeda 13 0 0

6 Becak 8 0 0

JUMLAH 26 12959

Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1512 5 7560

2 Sepeda Motor 3217 1 3217

3 Bus 28 10 280

4 Truk 98 10 980

5 Sepeda 7 0 0

6 Becak 2 0 0

JUMLAH 26 12037

Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1432 5 7160

2 Sepeda Motor 3075 1 3075

3 Bus 18 10 180

4 Truk 43 10 430

5 Sepeda 12 0 0

6 Becak 0 0 0

JUMLAH 26 10845

Id Keterangan Luas__m_ Cek X_Koordina Y_Koordina

0 Pekarangan/Taman 4.90062306963 Masih Ada 437346.147 9231448.889

0 Pekarangan/Taman 1.00135626365 Masih Ada 436527.583 9230538.190

0 Pekarangan/Taman 2.51501660739 Masih Ada 436347.687 9230302.324

0 Pekarangan/Taman 0.36612207509 Masih Ada 436079.523 9229916.558

0 Pekarangan/Taman 0.46865912683 Masih Ada 435553.148 9230049.165

0 Pekarangan/Taman 0.25729557593 Masih Ada 435589.342 9229938.778

0 Pekarangan/Taman 0.24624139563 Masih Ada 435613.751 9229652.914

0 Pekarangan/Taman 0.26472855924 Masih Ada 435168.805 9229931.925

0 Pekarangan/Taman 0.44750371281 Masih Ada 436034.118 9229463.765

0 Pekarangan/Taman 0.77365086754 Masih Ada 433875.536 9230629.952

182

0 Pekarangan/Taman 0.68082543584 Masih Ada 434460.923 9230191.325

0 Pekarangan/Taman 0.24172629483 Masih Ada 434478.217 9230036.924

0 Pekarangan/Taman 0.81483621269 Masih Ada 434605.255 9229862.472

0 Pekarangan/Taman 0.63076940102 Masih Ada 434751.230 9228993.915

0 Pekarangan/Taman 0.43244612374 Masih Ada 434167.130 9229018.540

0 Pekarangan/Taman 0.14288146654 Masih Ada 437932.868 9230564.142

0 Pekarangan/Taman 0.47331465854 Masih Ada 437867.686 9230367.527

0 Pekarangan/Taman 3.85463149284 Masih Ada 438095.436 9230197.710

0 Pekarangan/Taman 0.60193965943 Masih Ada 437206.402 9229507.308

0 Pekarangan/Taman 1.89737716862 Masih Ada 437717.825 9229086.997

0 Pekarangan/Taman 0.24077586377 Masih Ada 437657.227 9228544.981

0 Pekarangan/Taman 0.21955010374 Masih Ada 434591.407 9227762.221

0 Pekarangan/Taman 0.50535933267 Masih Ada 434760.113 9227655.154

0 Pekarangan/Taman 0.17142867052 Masih Ada 434596.725 9226968.451

0 Pekarangan/Taman 0.49151387151 Masih Ada 435593.043 9227424.642

0 Pekarangan/Taman 0.40461538494 Masih Ada 435525.296 9227064.702

0 Pekarangan/Taman 0.31789907554 Masih Ada 434727.866 9226703.534

0 Pekarangan/Taman 0.35816021920 Masih Ada 435291.722 9226816.915

0 Pekarangan/Taman 0.74234032861 Masih Ada 435227.428 9226717.794

0 Pekarangan/Taman 0.35287708269 Masih Ada 435784.822 9226861.967

0 Pekarangan/Taman 0.90086586161 Masih Ada 435902.066 9226767.813

0 Pekarangan/Taman 0.61211512538 Masih Ada 436379.705 9226779.070

0 Pekarangan/Taman 0.15321095846 Masih Ada 436248.118 9226842.221

0 Pekarangan/Taman 0.71340560446 Masih Ada 436306.962 9226637.876

0 Pekarangan/Taman 0.10967062663 Masih Ada 436456.491 9226786.100

0 Pekarangan/Taman 0.92691718984 Masih Ada 436540.045 9226741.874

0 Pekarangan/Taman 0.28656461077 Masih Ada 436474.439 9226628.409

0 Pekarangan/Taman 0.19602258182 Masih Ada 436698.811 9226838.885

0 Pekarangan/Taman 0.42246874277 Masih Ada 436916.474 9226482.629

0 Pekarangan/Taman 0.43285283865 Masih Ada 437003.682 9225939.564

0 Pekarangan/Taman 0.15211789574 Masih Ada 437884.530 9225333.479

0 Pekarangan/Taman 0.99086135921 Masih Ada 438381.872 9225634.971

0 Pekarangan/Taman 0.39495999757 Masih Ada 438555.242 9225931.060

0 Pekarangan/Taman 0.73344508771 Masih Ada 438836.355 9225683.609

0 Pekarangan/Taman 0.22990752626 Masih Ada 438870.009 9225576.839

0 Pekarangan/Taman 0.26543206478 Masih Ada 438782.154 9225429.280

0 Pekarangan/Taman 0.26160634526 Masih Ada 437592.228 9227548.203

0 Pekarangan/Taman 0.18490977746 Masih Ada 437456.498 9227542.851

0 Pekarangan/Taman 0.16632771116 Masih Ada 437450.273 9227726.834

0 Lahan Terbuka 9.73261114494 Masih Ada 433857.039 9231072.712

0 Lahan Terbuka 4.71284120549 Masih Ada 434693.619 9230846.954

183

0 Lahan Terbuka 55.16238967730 Masih Ada 435052.881 9231385.169

0 Lahan Terbuka 1.07177533717 Masih Ada 435350.478 9230229.340

0 Lahan Terbuka 1.76954854027 Masih Ada 434763.817 9229784.035

0 Lahan Terbuka 1.77597876306 Masih Ada 435517.705 9229120.678

0 Lahan Terbuka 0.16212767802 Masih Ada 435657.662 9229016.577

0 Lahan Terbuka 0.34405720985 Masih Ada 435328.018 9229075.602

0 Lahan Terbuka 0.67573826109 Masih Ada 435371.188 9228431.910

0 Lahan Terbuka 0.48019495476 Masih Ada 435719.338 9228759.413

0 Lahan Terbuka 0.68687680384 Masih Ada 436091.174 9228620.660

0 Lahan Terbuka 0.22772131877 Masih Ada 436004.886 9228483.981

0 Lahan Terbuka 0.09900926902 Masih Ada 435999.388 9228409.660

0 Lahan Terbuka 0.93059996489 Masih Ada 436927.271 9229816.136

0 Lahan Terbuka 0.23563314421 Masih Ada 437125.224 9229752.563

0 Lahan Terbuka 0.40182711290 Masih Ada 436681.973 9229535.077

0 Lahan Terbuka 0.91751722168 Masih Ada 436205.188 9229691.411

0 Lahan Terbuka 0.34317041806 Masih Ada 436429.065 9229579.209

0 Lahan Terbuka 0.08280945152 Masih Ada 436382.982 9229478.306

0 Lahan Terbuka 3.08519715562 Masih Ada 435660.298 9232423.496

0 Lahan Terbuka 3.05529188824 Masih Ada 436981.502 9232338.983

0 Lahan Terbuka 1.96316161248 Masih Ada 437131.360 9232268.972

0 Lahan Terbuka 0.12551687526 Masih Ada 437803.353 9231495.635

0 Lahan Terbuka 0.19410684913 Masih Ada 437446.170 9231165.230

0 Lahan Terbuka 1.22989876220 Masih Ada 436737.490 9231204.928

0 Lahan Terbuka 1.00996653831 Masih Ada 438126.659 9231118.715

0 Lahan Terbuka 0.11079918857 Masih Ada 434940.469 9227715.721

0 Lahan Terbuka 0.10385688351 Masih Ada 436191.196 9227599.041

0 Lahan Terbuka 0.26241913080 Masih Ada 436161.764 9227728.396

0 Lahan Terbuka 0.76726355386 Masih Ada 436091.972 9226530.671

0 Lahan Terbuka 0.70589357724 Masih Ada 437905.150 9230690.756

0 Lahan Terbuka 0.97136732224 Masih Ada 437803.731 9230467.539

0 Lahan Terbuka 2.05823687880 Masih Ada 437644.030 9230328.136

0 Lahan Terbuka 0.21733970233 Masih Ada 437815.088 9230354.115

0 Lahan Terbuka 0.27074989684 Masih Ada 437638.545 9230098.050

0 Lahan Terbuka 0.60731284556 Masih Ada 436994.831 9230023.213

0 Lahan Terbuka 0.25242221151 Masih Ada 437556.254 9229912.054

0 Lahan Terbuka 0.27713681749 Masih Ada 437669.433 9229668.291

0 Lahan Terbuka 0.10663380553 Masih Ada 437676.562 9229397.151

0 Lahan Terbuka 0.19299608033 Masih Ada 437218.399 9229321.053

0 Lahan Terbuka 0.10941072756 Masih Ada 437241.107 9228810.957

0 Lahan Terbuka 0.26547374502 Masih Ada 437531.249 9228661.364

0 Lahan Terbuka 0.09330457984 Masih Ada 437694.985 9227978.661

184

0 Lahan Terbuka 0.23631606381 Masih Ada 437644.918 9228326.659

0 Lahan Terbuka 0.37821677899 Masih Ada 437526.979 9228395.331

0 Lahan Terbuka 0.25962587394 Masih Ada 437247.048 9228425.431

0 Lahan Terbuka 0.07164458808 Masih Ada 437983.005 9225863.646

0 Lahan Terbuka 0.12190687664 Masih Ada 437647.311 9225492.293

0 Lahan Terbuka 0.36627601431 Masih Ada 438860.203 9225382.308

0 Lahan Terbuka 0.33656294870 Masih Ada 438922.420 9225633.572

0 Lahan Terbuka 0.61425515060 Masih Ada 438918.416 9225782.170

0 Lahan Terbuka 0.24797913629 Masih Ada 437391.278 9226675.805

0 Lahan Terbuka 0.49762442580 Masih Ada 437838.028 9226753.190

0 Lahan Terbuka 0.04220921469 Masih Ada 437405.731 9227169.219

0 Lahan Terbuka 0.10968841975 Masih Ada 437435.183 9227315.220

0 Lahan Terbuka 0.15578532526 Masih Ada 437895.024 9227047.504

0 Lahan Terbuka 0.25936451658 Masih Ada 437074.861 9227965.227

0 Lahan Terbuka 0.08913919681 Masih Ada 436766.666 9228544.086

0 Taman Kota/Hutan Kota 7.23356256084 Masih Ada 434454.809 9231566.911

0 Taman Kota/Hutan Kota 0.65466213021 Masih Ada 435406.573 9230974.360

0 Taman Kota/Hutan Kota 0.15440393722 Masih Ada 435459.740 9230646.594

0 Taman Kota/Hutan Kota 0.20012870831 Masih Ada 437537.787 9231388.580

0 Taman Kota/Hutan Kota 0.22796117768 Masih Ada 437795.663 9231374.323

0 Taman Kota/Hutan Kota 2.36841060771 Masih Ada 436251.022 9227272.965

0 Taman Kota/Hutan Kota 0.35784603473 Masih Ada 437841.102 9225993.926

0 Taman Kota/Hutan Kota 0.73424704906 Masih Ada 435934.651 9227045.816

0 Taman Kota/Hutan Kota 0.35850871257 Masih Ada 434770.220 9227970.832

0 Lapangan 2.49962082048 Masih Ada 433986.614 9229892.428

0 Lapangan 0.77997182016 Masih Ada 434229.895 9229477.485

0 Lapangan 1.98670817064 Masih Ada 435195.377 9229377.716

0 Lapangan 1.68518975250 Masih Ada 436555.635 9230235.929

0 Lapangan 0.27302327095 Masih Ada 435062.132 9228341.076

0 Lapangan 1.84423243461 Masih Ada 434377.065 9227268.847

0 Lapangan 0.63815876195 Masih Ada 434400.105 9226953.620

0 Lapangan 1.26902806765 Masih Ada 435783.566 9227287.683

0 Lapangan 1.11345553722 Masih Ada 435728.633 9227026.619

0 Lapangan 0.53190853977 Masih Ada 435886.795 9227121.500

0 Lapangan 0.37139520994 Masih Ada 436005.698 9227121.918

0 Lapangan 0.19615264127 Masih Ada 435822.009 9226569.682

0 Lapangan 0.24850419080 Masih Ada 436704.462 9226690.683

0 Lapangan 0.77798378666 Masih Ada 436838.057 9226764.928

0 Lapangan 0.63948411761 Masih Ada 436946.127 9226306.306

0 Lapangan 0.27302327094 Masih Ada 437677.220 9226426.710

0 Lapangan 1.49235050043 Masih Ada 437868.315 9227296.509

185

0 Lapangan 0.70972796890 Masih Ada 437077.931 9227355.828

0 Lapangan 1.10004521794 Masih Ada 438046.110 9229404.845

0 Lapangan 0.24651615727 Masih Ada 436271.929 9228230.124

0 Lapangan 1.02222291457 Masih Ada 438968.195 9225513.549

0 Lahan Pertanian 4.87380322740 Masih Ada 435582.839 9231356.370

0 Lahan Pertanian 1.68794004556 Masih Ada 435180.863 9231328.582

0 Jalur Hijau 1.55738386852 Masih Ada 436763.836 9231108.360

0 Jalur Hijau 1.76653832606 Masih Ada 436844.486 9230290.781

0 Jalur Hijau 0.77223152802 Masih Ada 436383.367 9229810.584

0 Jalur Hijau 0.08587805003 Masih Ada 437784.887 9229566.840

0 Jalur Hijau 0.51728106701 Masih Ada 435687.869 9229451.835

0 Jalur Hijau 1.52970276619 Masih Ada 436969.255 9227826.038

0 Jalur Hijau 0.38175476928 Masih Ada 436495.282 9227436.322

0 Jalur Hijau 0.25964691690 Masih Ada 437982.815 9225592.745

0 Jalur Hijau 0.72074574679 Masih Ada 435957.565 9226608.117

0 Jalur Hijau 1.39082185713 Masih Ada 435433.752 9229328.729

0 Jalur Hijau 0.88226277964 Masih Ada 435078.992 9228733.776

0 Jalur Hijau 2.75145221234 Masih Ada 434880.667 9228313.976

0 Jalur Hijau 0.65146863401 Masih Ada 435091.512 9228284.834

0 Jalur Hijau 1.24321895863 Masih Ada 434555.344 9227153.640

0 Jalur Hijau 1.01237628275 Masih Ada 435660.605 9226543.843

0 Pemakaman 0.33747389973 Masih Ada 436702.459 9229631.791

0 Pemakaman 0.20127667977 Masih Ada 436139.412 9229386.209

0 Pemakaman 1.52903184395 Masih Ada 435634.414 9228819.125

0 Pemakaman 0.11875324106 Masih Ada 435891.192 9228749.370

0 Pemakaman 0.17578163365 Masih Ada 435744.014 9228577.207

0 Pemakaman 0.31935899855 Masih Ada 438362.651 9226045.598

0 Pemakaman 0.52935766777 Masih Ada 437757.013 9225738.941

0 Pemakaman 0.36363986811 Masih Ada 436557.558 9225989.486

0 Pemakaman 0.10198018442 Masih Ada 437181.870 9226907.367

0 Pemakaman 0.22408803680 Masih Ada 437059.335 9227053.699

0 Pemakaman 0.63804707486 Masih Ada 434730.877 9227069.274

0 Pemakaman 24.11558697820 Masih Ada 435029.061 9227319.742

0 Pemakaman 0.27306536221 Masih Ada 434687.107 9228033.139

0 Pemakaman 0.32070084309 Masih Ada 434526.791 9228088.876

0 Pemakaman 0.61724848460 Masih Ada 434960.358 9228036.731

0 Pemakaman 0.44951791815 Masih Ada 436185.962 9227430.250

0 Pemakaman 0.18517454538 Masih Ada 435850.395 9228562.603

0 Pemakaman 0.45488529627 Masih Ada 435436.066 9228756.036

0 Pemakaman 0.17779440046 Masih Ada 435334.619 9228900.258

0 Pemakaman 0.14894474303 Masih Ada 437134.982 9228783.198

186

0 Pemakaman 0.44683422908 Masih Ada 436891.836 9228649.694

0 Pemakaman 0.21939158094 Masih Ada 436607.059 9228148.029

0 Pemakaman 0.14827382077 Masih Ada 436643.002 9228035.216

0 Pemakaman 0.17175610007 Masih Ada 436882.758 9227948.380

0 Pemakaman 0.41328811578 Masih Ada 436189.097 9228034.381

0 Pemakaman 0.26300152822 Masih Ada 435854.750 9228024.209

0 Pemakaman 0.25964691689 Masih Ada 436195.812 9227860.917

0 Sempadan Sungai 0.14223552037 Masih Ada 438078.360 9231670.804

0 Sempadan Sungai 0.60315911702 Masih Ada 437915.200 9231199.421

0 Sempadan Sungai 0.34753773373 Masih Ada 437494.019 9230979.124

0 Sempadan Sungai 0.38980583645 Masih Ada 437368.669 9230983.081

0 Sempadan Sungai 0.08252343870 Masih Ada 437159.106 9231194.780

0 Sempadan Sungai 0.30057317512 Masih Ada 437225.193 9230900.357

0 Sempadan Sungai 0.71855774673 Masih Ada 437290.614 9230804.541

0 Sempadan Sungai 9.98399423854 Masih Ada 437281.879 9230437.313

0 Sempadan Sungai 2.93863952455 Masih Ada 436306.600 9229913.196

0 Sempadan Sungai 0.09795465081 Masih Ada 434768.030 9231122.050

0 Sempadan Sungai 0.63452248716 Masih Ada 435220.068 9230796.618

0 Sempadan Sungai 2.43481601042 Masih Ada 438882.415 9225860.937

0 Sempadan Sungai 32.76749315180 Masih Ada 438272.503 9228650.861

0 Sempadan Sungai 17.49026672500 Masih Ada 433798.065 9230104.911

0 Sempadan Sungai 4.68209200816 Masih Ada 434001.575 9227748.477

167