sistem informasi keterkaitan ruang terbuka hijau …lib.unnes.ac.id/21845/1/3211411007-s.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
SISTEM INFORMASI KETERKAITAN RUANG TERBUKA
HIJAU (RTH) DAN CEMARAN UDARA
DI KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Sains di Universitas Negeri Semarang
Oleh:
Silvia Verdiana
NIM. 3211411007
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN BIMBINGAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes Pada:
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si.
NIP. 19620811 1988032 001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Geografi
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si.
NIP. 196209041989011 001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang Pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
Dr. Ir. Ananto Aji, M.S Dr. Tjaturrahono B.S, M.Si.
NIP. 196305271 1998111 001 NIP. 196210191988031002
Penguji
Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si.
NIP. 19620811 1988032 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dr. Subagyo, M.Pd.
NIP. 19510808 1980031 003
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi
ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 17 Maret 2015
Silvia Verdiana
NIM. 3211411007
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Dia yang mampu melakukan akan memiliki seluruh dunia dan dia yang tidak
bisa akan berjalan dikesunyian. (Dale Carnegie)
Adalah mungkin untuk menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tetapi itu
membuatnya tanpa rasa, itu membuatnya tanpa arti, seperti jika anda
menjelaskan Simfony Beethoven sebagai variasi dari tekanan udara. (Albert
Einstein)
Salah satu alasan mengapa manusia cenderung berhenti adalah karena
mereka menjadi semakin dan semakin tak mau mengambil resiko untuk
gagal. (John W.Gardner)
PERSEMBAHAN
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT
atas segala karunia-Nya skripsi ini kupersembahkan
kepada:
Ayahanda Mukhlis Hidayat & Ibunda Sulis
Narwati yang selalu memberi doa, dan dukungan
yang selalu memberi inspirasi serta semangat.
Mas Andri, dek Dicky, Cipluk dan Vidya Islamia P.
sahabatku tersayang, yang selalu memberikan
semangat dalam mengerjakan skripsi.
Sahabat-sahabatku Geografi 2011 yang selalu
memberikan motivasi dan semangat dalam
mengerjakan skripsi.
Almamaterku.
vi
PRAKATA
Segala puji dan Syukur senantiasa penulis menghaturkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga
penulisan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang” dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun sebagai peryaratan memperoleh gelar sarjana sains (S1)
di Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan
skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Haryanto, M.Si., Ketua Program Prodi Studi Geografi Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas yang
memungkinkan penulis melakukan penelitian ini.
5. Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si., Dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.
vii
6. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., dan Dr. Tjaturrahono Budi S, M.Si, dosen Penguji
pertama dan kedua yang telah memberikan koreksi dan pengarahan dalam
penyempurnaan skrispsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial atas ilmu
yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan serta bantuan dan
motivasi yang telah diberikan selama ini.
8. Keluarga Geografi UNNES angkatan 2011 terima kasih atas dukungan dan
kerjasamanya.
9. Bapak Ibu dan keluargaku yang memberikan semangat, doa, dan kasih
sayangnya untukku.
10. Semua pihak yang telah membantu dan menyelenggarakan skripsi ini, yang
tidak dapat dapat disebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua
pihak mendapat balasan dari Allah SWT, dan saya menyadari bahwa skripsi ini
kurang dari sempurna. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran sangat
kami harapkan demi peningkatan manfaat skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 17 Maret 2015
Penulis
viii
SARI
Silvia Verdiana. 2015. Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Prof. Dr. Dewi Liesnoor
Setyowati, M.Si.
Kata kunci: Sistem Informasi, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Cemaran Udara.
Perkembangan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih maju
menjadikan keseimbangan ekologi mulai terabaikan sehingga luasan terbangun
pada suatu wilayah menjadi salah satu faktor penyempitan RTH. Tujuan dari
penelitian ini: (1) Mengetahui kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang, (2)
Mengkaji cemaran udara di Kota Semarang, (3) Menyusun sistem informasi
prediksi keterkaitan RTH dengan cemaran udara di Kota Semarang, (4) Mengkaji
keterkaitan RTH terhadap cemaran udara dengan memanfaatkan fungsi sistem
informasi RTH sehingga mampu memberikan informasi dan arahan kebutuhan
RTH maupun vegetasi untuk meredam cemaran udara di Kota Semarang.
Objek dalam penelitian ini adalah lahan potensial, RTH aktual, dan
cemaran udara yang berasal dari kegiatan transportasi. Variabel penelitian ini
meliputi kondisi sebaran RTH, cemaran udara, dan Sistem Informasi RTH dan
Cemaran Udara. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi,
dokumentasi, pengukuran lapangan, dan interpretasi sistem informasi RTH dan
cemaran udara. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis spasial,
analisis deskriptif, dan analisis komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan pada lokasi penelitian terdapat beberapa
sebaran lahan hijau. Sekitar 15%-25% sebagai potensi taman, 24%-41% sebagai
potensi lapangan olah raga, 19%-32% sebagai potensi koridor jalur hijau, dan
41% sebagai potensi pemakaman. Cemaran udara berupa CO2 pada lokasi
penelitian yang dihitung dengan mengsitkan hasil pengukuran BLH dan Konversi
CO2 hasil perhitungan lapangan. Berdasarkan klasifikasi cemaran udara, keempat
lokasi penelitian tersebut tercemar gas CO2 terutama dari proses transportasi.
Berdasarkan perhitungan sistem informasi, Semarang Timur dan Semarang
Selatan merupakan kecamatan yang memiliki RTH optimal yang cukup ideal
karena selisih lahan potensial dan RTH aktual relatif sedikit sehingga
pemanfaatan lahan potensial cukup intensif. Sedangkan Semarang Tengah dan
Semarang Utara perlu diadakan peningkatan optimalisasi RTH lebih intensif.
Pemkot Semarang diharapkan mengeluarkan kebijakan penghijauan
perkarangan rumah atau lahan kosong yang belum dihijaukan secara intensif dan
berkala. Serta memberikan sosialisasi terkait pentingnya RTH dalam
meminimalisir pencemaran udara. Instansi/dinas terkait yang menangani kondisi
tanaman yang ada di taman kota perlu melakukan monitoring secara intensif
periodik terhadap vegetasi RTH di Kota Semarang.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERSETUJUAN BIMBINGAN ............................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................ iii
PERNYATAAN ..................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... v
PRAKATA ............................................................................................. vi
SARI ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
E. Batasan Istilah ..................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Informasi ................................................................. 11
B. Ruang Terbuka Hijau .......................................................... 21
C. Cemaran Udara .................................................................... 33
D. Penelitian Terdahulu ............................................................ 55
E. Kerangka Berfikir ................................................................ 56
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................ 59
B. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 59
C. Variabel Penelitian .............................................................. 60
D. Bahan dan Peralatan Penelitian ........................................... 61
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 62
F. Tahap Penelitian .................................................................. 65
G. Teknik Analisis Data ........................................................... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian .................................... 68
B. Hasil Penelitian .................................................................... 81
1. Keberadaan RTH di Kota Semarang ............................... 81
a. Sebaran Taman ............................................................ 81
b. Sebaran Lapangan Olahraga Outdoor ......................... 84
c. Sebaran Pemakaman ................................................... 86
d. Sebaran Penghijauan Koridor Jalan ............................ 87
2. Cemaran Udara Kota Semarang ...................................... 88
3. Sistem Informasi RTH Kota Semarang ........................... 112
4. Peluang Pengembangan RTH Kota Semarang ................ 138
C. Pembahasan ......................................................................... 149
1. Potensi RTH di Kota Semarang ...................................... 149
2. Kondisi Cemaran Udara di Kota Semarang ..................... 153
3. Prospek Pengembangan RTH di Kota Semarang ............ 161
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 164
B. Saran ..................................................................................... 165
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 167
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Definisi Sistem Informasi ..................................................... 12
Tabel 2.2 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ................ 24
Tabel 2.3 Komposisi Udara Kering dan Bersih .................................... 36
Tabel 2.4 Baku Mutu Udara Ambien Nasional ..................................... 37
Tabel 2.5 Pengaruh Konsentrasi COHb dalam Kesehatan.................... 42
Tabel 2.6 Pengaruh SO2 Terhadap Manusia ......................................... 43
Tabel 2.7 Pengaruh Konsentrasi Pencemaran ....................................... 48
Tabel 2.8 Nama-nama ilmiah dan Famili Pohon .................................. 52
Tabel 4.1 Luas Wilayah Lokasi Penelitian Tahun 2014 ....................... 70
Tabel 4.2 Jenis Tanah Lokasi dan Potensi Vegetasi Kota Semarang ... 74
Tabel 4.3 Luas Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian .......................... 79
Tabel 4.4 Karakteristik Sebaran Taman di Lokasi Penelitian ............... 82
Tabel 4.5 Karakteristik Lapangan Olahraga Lokasi Penelitian ............ 84
Tabel 4.6 Karakteristik Lapangan Olahraga yang dikelola
Pemerintah Kota Semarang .................................................. 85
Tabel 4.7 Karakteristik TPU yang dikelola
Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Semarang ............ 86
Tabel 4.8 Karakteristik Pengelolahan Koridor Jalan yang dikelola
Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Semarang ............ 88
Tabel 4.9 Tabulasi Hasil Pengukuran Emisi Gas CO2 ............................ 98
Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Tahun 2012 ....... 102
Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Tahun 2013 ....... 102
Tabel 4.12 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien
Kawasan Industri Tahun 2012 .............................................. 105
Tabel 4.13 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien
Kawasan Industri Tahun2013 ............................................... 105
xii
Tabel 4.14 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien
Roadside Kota Semarang Tahun 2012 .................................. 108
Tabel 4.15 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien
Roadside Kota Semarang Tahun 2013 .................................. 108
Tabel 4.16 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 111
Tabel 4.17 Hasil ORTH Kota Semarang................................................. 126
Tabel 4.18 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 126
Tabel 4.19 Hasil ORTH Kondisi Eksisting Kota Semarang ................... 128
Tabel 4.20 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 129
Tabel 4.21 Hasil ORTH RTHa Ditambah 20% ...................................... 130
Tabel 4.22 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 131
Tabel 4.23 Hasil ORTH RTHa Ditambah 30% ...................................... 131
Tabel 4.24 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 132
Tabel 4.25 Hasil ORTH RTHa Dikurangi 10% ...................................... 133
Tabel 4.26 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 134
Tabel 4.27 Hasil ORTH RTHa Dikurangi 5% ........................................ 135
Tabel 4.28 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang .................................. 136
Tabel 4.29 Rekapitulasi Simulasi RTHa ................................................. 137
Tabel 4.30 ORTH Kota Semarang .......................................................... 140
Tabel 4.31 Rencana Luasan RTH tiap Kecamatan di Kota Semarang ... 145
Tabel 4.32 Tanaman Penyerap Karbondioksida ..................................... 148
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pengelompokan Sistem Informasi ..................................... 17
Gambar 2.2 Siklus Komponen Sistem Informasi .................................. 19
Gambar 2.3 Asal Pencemaran Udara .................................................... 38
Gambar 2.4 Bagan Alir Kerangka Berfikir Penelitian .......................... 58
Gambar 4.1 Peta Administrasi Lokasi Penelitian Tahun 2014 ............. 69
Gambar 4.2 Peta Geologi Lokasi Penelitian Tahun 2014 .................... 73
Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian Tahun 2014 ............... 75
Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian Tahun 2014 ... 80
Gambar 4.5 Peta Sebaran RTHa Lokasi Penelitian Tahun 2014 .......... 83
Gambar 4.6 Kepadatan Lalu Lintas Jl. Pattimura Kota Semarang ....... 90
Gambar 4.7 Perhitungan Lalu Lintas di Roadside Semarang Tengah .. 95
Gambar 4.8 Perhitungan Lalu Lintas di Roadside Semarang Timur .... 95
Gambar 4.9 Peta Lokasi Pengukuran Cemaran Udara ......................... 96
Gambar 4.10 Peta Cemaran Udara Lokasi Penelitian Tahun 2014 ......... 97
Gambar 4.11 Grafik Parameter CO2 Kota Semarang Th 2012 ............... 104
Gambar 4.12 Grafik Parameter CO2 Kota Semarang Th 2013 ............... 104
Gambar 4.13 Grafik Parameter CO2 Kawasan Industri
Kota Semarang Th 2012 ................................................... 107
Gambar 4.14 Grafik Parameter CO2 Kawasan Industri
Kota Semarang Th 2013 ................................................... 107
Gambar 4.15 Grafik Parameter CO2 Roadside Kota Semarang Th 2012 110
Gambar 4.16 Grafik Parameter CO2 Roadside Kota Semarang Th 2013 110
Gambar 4.17 Grafik CO2 Tansportasi dan BLH .................................... 111
Gambar 4.18 Tampilan Awal Sistem Informasi ..................................... 114
Gambar 4.19 Menu Kondisi Kota Semarang Sistem Informasi .............. 114
Gambar 4.20 Menu RTH Kota Semarang Sistem Informasi .................. 116
Gambar 4.21 Menu Hitung ORTH Sistem Informasi ............................. 116
xiv
Gambar 4.22 Tampilan Hasil Perhitungan ORTH .................................. 118
Gambar 4.23 Menu Cemaran Udara Pada Sistem Informasi .................. 118
Gambar 4.24 Menu Arahan Vegetasi ...................................................... 120
Gambar 4.25 Menu Peta Pada Sistem Informasi .................................... 120
Gambar 4.26 Menu Galeri Sistem Informasi .......................................... 122
Gambar 4.27 Menu Profil Pengelolahan Tutupan Lahan ....................... 122
Gambar 4.28 Menu Profil Emisi GRK Kota Semarang .......................... 123
Gambar 4.29 Menu Profil Resiko Perubahan Iklim Kota Semarang ...... 123
Gambar 4.30 Peta KKRTH Kota Semarang Tahun 2014 ....................... 142
Gambar 4.31 Peta Lahan Potensial Lokasi Penelitian Tahun 2014 ........ 143
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Validasi Sistem
Lampiran 2. Hasil Pengukuran Cemaran Udara
Lampiran 3. Surat Terkait Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya teknologi di era zaman modern, semakin
beragam pula kebutuhan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Saat ini fungsi teknologi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di
masyarakat. Terkait kebutuhan informasi keadaan sekitar dalam berbagai
bidang baik sosial, ekonomi maupun lingkungan menjadi sangat penting
sehingga penerapan teknologi semakin meraba kearah permintaan yang lebih
tinggi. Sistem informasi merupakan salah satu penerapan teknologi yang
mampu merangkum keadaan berbagai bidang kehidupan secara sederhana.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa dengan adanya sistem informasi dalam
kehidupan, dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan
memahami keadaan sekitar di berbagai bidang.
Terdapat beragam sistem dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak
hanya memuat sebuah informasi namun sebagai perangkat analisis dalam
memahami dan mengkaji berbagai bidang kehidupan. Berbagai sistem tersebut
dimanfaatkan sesuai fungsi dan bidangnya, misalnya sistem yang berbasis
informatika, kependidikan, ekonomi, sosial, lingkungan, spasial dan
sebagainya. Seiring berkembangnya teknologi pendidikan di masyarakat
sistem informasi merupakan sebuah media pembelajaran yang terbilang
penting, segala informasi yang bersifat sangat luas mampu disederhanakan
2
dengan adanya sistem informasi. Saat ini di lembaga pendidikan dalam
menerapkan dan mengajarkan ilmu pengetahuan mulai memanfaatkan fungsi
sistem informasi misalnya sejak kalangan sekolah dasar sudah mempelajari
tentang internet, bahkan di perguruan tinggi segala fasilitas dipermudah
dengan penerapan sistem sehingga mahasiswa dapat lebih mudah mengakses
kebutuhan akademis.
Permasalahan lingkungan yang hingga saat ini tidak kunjung usai
terkadang mulai terabaikan dengan kesibukan masyarakat, bahkan kesadaran
pentingnya kelestarian lingkungan masih kurang. Melalui pendidikan
lingkungan, sistem informasi menjadi salah satu media pembelajaran yang
cukup relevan dalam mengkaji keseimbangan ekologi. Selain itu, adanya
sistem informasi RTH merupakan salah satu upaya dalam menerapkan
kesadaran dan pengetahuan terkait kelestarian lingkungan sekitar sehingga
bermanfaat dalam membangkitkan kesadaran akan pentingnya kelestarian
lingkungan sejak dini.
Fungsi ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting dalam keseimbangan
ekologi wilayah terutama di wilayah perkotaan. Dapat diamati bahwa kota
merupakan pusat perkembangan dan pertumbuhan masyarakat dalam sebuah
wilayah. Wilayah perkotaan dicirikan dengan berbagai keberagaman aktifitas
yang dilakukan oleh masyarakat, mulai dari kegiatan ekonomi, industri,
pendidikan, kebudayaan, perdagangan, pelayanan dan sebagainya.
Kenampakan lain ditunjukkan dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi
yang menitik beratkan terhadap pembangunan sarana prasarana kota.
3
Akibatnya keadaan lingkungan perkotaan berkembang secara ekonomi, namun
menurun secara ekologi.
Taman kota atau taman hijau merupakan komponen sebagian dari RTH
di dalam kota yang dibuat untuk menciptakan keindahan, kenyamanan,
keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman kota atau taman hijau
dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai
tempat rekreasi. Selain itu, taman kota atau taman hijau difungsikan sebagai
paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat
berbagai flora dan fauna (Triyono & Soemarno, 2012: 53).
RTH yang di abstraksikan taman hijau lahan hijau juga memiliki
fungsi arsitektural yaitu menambah keindahan. Selain itu, memberikan rasa
yang berbeda melalui penataan bentuk warna dan jenis vegetasi RTH, sebagai
fungsi sosial yaitu tempat berinteraksi masyarakat sekitar dimana RTH
tersebut memberikan kesejukan, kenyamanan sehingga masyarakat terwadahi
dalam melakukan interaksi berbagai kegiatan, sebagai pencegah bencana
seperti erosi tanah yang di timbulkan baik dari udara maupun pengikisan air,
akar tanaman berfungsi untuk mengikat tanah agar kuat dari serangan air
(Zoeraini, 1994).
Berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007,
disebutkan bahwa proporsi RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
jumlah lahan didaerah perkotaan. Faktanya taman kota di Kota Semarang pada
tahun 2006 yang aktif hanya 36 buah taman kota seluas 46.524 m2
atau 13%
dari luas wilayah Kota Semarang, yang sebelumnya 41 buah taman kota atau
4
18% dari luas Kota Semarang pada tahun 2002 yang mengalami penurunan
sekitar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa RTH di Kota Semarang dari hari ke
hari semakin menyempit, artinya RTH semakin berkurang dan berada di
bawah ketentuan UU Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 (BPS, 2007).
Kemudian pada tahun 2009 jumlah taman yang aktif hanya 33 buah taman
kota atau 11% dari luas wilayah Kota Semarang (BPS, 2012).
Pencemaran udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang
sampai saat ini belum ada penyelesaian secara optimal. Hal ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik secara kebijakan maupun persebaran keberadaan
lahan hijau diperkotaan. Padahal kita sadari bahwa keseimbangan lingkungan
perkotaan secara ekologi sama pentingnya dengan perkembangan nilai
ekonomi kawasan perkotaan. Kondisi demikian menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekologi wilayah perkotaan, yang berupa meningkatnya suhu
udara, pencemaran udara (seperti meningkatnya kadar debu, belerang, ozon,
kanbondioksida, karbonmonoksida, dan nitrogen-oksida), menurunnya air
tanah, banjir dan meningkatnya kandungan logam berat dalam air tanah.
Keberadaan RTH dan cemaran udara merupakan suatu kenampakan
spasial yang saling berkaitan. Keadaan cemaran udara yang semakin
meningkat mulai mengganggu keadaan kualitas udara yang berdampak tidak
hanya terhadap kesehatan masyarakat namun juga keseimbangan ekologi. Saat
ini penyempitan pemanfaatan lahan untuk RTH semakin meluas, dengan
melihat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan kondisi wilayah
yang kapasitasnya mulai berkurang. Tentu hal ini berdampak terhadap
5
kapasitas udara segar di Kota Semarang yang sulit diperoleh masyarakat.
Ditambah lagi dengan adanya industri dan perdagangan serta transportasi kota
yang semakin padat menyebabkan tejadinya thermal polution yang
kemudian membentuk pulau panas atau heat island.
Permintaan terkait pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan
bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk
kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah
konfigurasi alami lahan atau bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan
tersebut dan berbagai bentukan lahan lainnya. Kedua hal ini umumnya
merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan
tidak ekonomis. Sedangkan pada dasarnya keberadaan RTH di suatu wilayah
bukan salah satu hal yang dapat diabaikan mengingat fungsi RTH yang cukup
penting dalam kehidupan sehari-hari baik diperuntukkan lingkungan maupun
masyarakat.
Penelitian ini akan menyusun dan menerapkan sebuah sistem informasi
yang berbasis lingkungan spasial terkait dengan keberadaan RTH dan cemaran
udara pada beberapa kecamatan sebagai lokasi penelitian di Kota Semarang.
Keberadaan RTH dan cemaran udara dikaitkan dengan kualitas udara ambien
pada beberapa kecamatan lokasi penelitian di Kota Semarang pada periode
tertentu. RTH dalam penelitian ini membahas tentang keberadaan persebaran
lahan hijau yang berada pada lokasi penelitian di Kota Semarang. Sedangkan
cemaran udara yang dibahas dalam penelitian ini adalah cemaran udara yang
6
berasal dari hasil pembakaran bahan bakar minyak kendaraan bermotor yang
berupa gas CO2 (karbondioksida).
Sistem ini didesain dengan harapan mampu mempermudah para
pengguna data dan informan yang berkepentingan tertentu baik secara
akademis maupun umum terkait dengan lingkungan yang meliputi keberadaan
RTH dan cemaran udara khususnya di Kota Semarang. Selain itu dengan
adanya sistem informasi tersebut diharapkan mampu memonitoring
keberadaan RTH dan cemaran udara secara berkelanjutan dan dalam periode
tertentu (continue periodic). Disisi lain dalam penerapan sistem informasi
tersebut diharapkan mampu menjadi media baik secara akademik maupun
informatif terkait pentingnya keseimbangan ekologi sehingga mampu
membangkitkan kesadaran masyarakat tentang kelestarian lingkungan.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
pencemaran udara di perkotaan. Seperti, mempertahankan dan meningkatnya
kualitas lingkungan maupun menyusun alogaritma RTH dengan penataan
vegetasi. Dengan adanya sistem informasi ini sebagai salah satu upaya
pengurangan cemaran udara melalui kajian keberadaan RTH dan cemaran
udara pada lokasi penelitian di Kota Semarang, maka peneliti ingin meneliti
dengan judul Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
dan Cemaran Udara di Kota Semarang.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah dapat ditarik
beberapa rumusan masalah diantaranya adalah:
1. Bagaimana kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang.
2. Bagaimana cemaran udara di Kota Semarang.
3. Bagaimana fungsi keterkaitan RTH terhadap cemaran udara di Kota
Semarang.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang.
2. Mengkaji cemaran udara di Kota Semarang.
3. Menyusun Sistem Informasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran
Udara di Kota Semarang.
4. Mengkaji keterkaitan RTH terhadap cemaran udara dengan memanfaatkan
fungsi sistem informasi RTH sehingga mampu memberikan informasi
dan arahan kebutuhan RTH maupun vegetasi untuk meredam cemaran
udara di Kota Semarang.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat, diantaranya adalah:
8
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran baik berupa perbendaharaan konsep, pemikiran metode, teori,
maupun sebagai media pembelajaran dalam khasanah studi geografi pada
umumnya terutama studi geografi lingkungan. Khususnya Sistem
Informasi Ruang terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota
Semarang beserta pemanfaatannya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan informasi
bagi pemerintah Kota Semarang khususnya Badan Lingkungan Hidup
(BLH), BAPPEDA, Dinas Kebersihan dan Pertanaman, Dinas Pekerjaan
Umum (DPU) dalam mengatasi permasalahan mengenai lingkungan
khususnya mengenai optimalisasi RTH di Kota Semarang serta mampu
memberikan tambahan pengetahuan kepada masyarakat khususnya
pengguna jalan mengenai pentingnya lingkungan hidup dan dampak dari
pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara.
E. Batasan Istilah
Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk: (1)
membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti sehingga jelas batas-
batasnya, (2) menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, (3)
memudahkan dalam menangkap isi dan makna serta sebagai pedoman dalam
pelaksanaan penelitian.
9
1. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan, mendukung operasi, bersifat
manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. (Jogiyanto,
2005: 11).
2. Ruang Terbuka Hijau
Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, dinyatakan bahwa
RTH sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik sebagai
individu maupun berkelompok, serta wadah makluk lainnya untuk hidup
dan berkembang secara berkelanjutan. Makluk hidup lainnya dimaksudkan
sebagai vegetasi (tumbuhan) dan kehidupan berbagai jenis fauna seperti
ikan, binatang, serangga, burung dan jenis fauna lainnya yang juga
dibutuhkan oleh manusia (Triyono dan Soemarno, 2012: 53).
3. Cemaran Udara
Cemaran udara adalah bahan yang mengakibatkan polusi udara.
Adapun istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara seperti CO,
NOx, SOx, H2S (Alwi, 2005: 46). Perubahan lingkungan udara pada
umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar
(berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya
zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah maupun akibat aktivitas
manusia (Soedomo 1999: 3).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-
komponen dalam suatu kegiatan yang bertujuan dan saling berhubungan
dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Komponen-komponen
sistem informasi antara lain: teknologi informasi, proses dan prosedur,
struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier,
rekanan dan lain lain. Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang
berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses
penyaluran data/informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu. Dalam
hal ini teknologi dapat mencakup produk-produk seperti komputer, sistem
operasi, modem, router, oracle, SAP, printer, multimedia, cabling system,
VSAT, dan lain sebagainya. Lebih dari sebuah teknologi informasi, sistem
informasi mencakup bagian yang lebih luas dan lebih banyak berhubungan
dengan karakteristik dari sebuah kegiatan yang bertujuan. (Indrajit, 2003).
Sistem informasi memiliki berbagai pengertian dan definisi. Dengan
adanya sebuah sistem dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
terutama dengan adanya sistem informasi yang mampu merangkum ruang
menjadi lebih sederhana dan menyajikan informasi yang tidak perlu diperoleh
secara observatif namun cukup dengan p enggunaan teknologi yang sederhana
sehingga mempermudah dalam memperkaya sebuah informasi spasial.
11
Beberapa definisi mengenai sistem informasi terlihat di Tabel 2.1 berikut
(Jogiyanto, 2005:11).
Tabel 2.1 Definisi Sistem Informasi
Sumber Definisi / Pengertian
Alter
Kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi
informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan suatu
organisasi
Bodnad dan
Hopwood
Kumpulan HW dan SW yang dirancang untuk
mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang
berguna
Budi
Sutedjo
Kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang
membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data,
memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi
Sumber: Analisis dan Desain Sistem Informasi, Jogiyanto, 2005:11
Menurut Jerry Fith Gerald (1998) sistem adalah suatu jaringan kerja
dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama
untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
Sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Karakteristik Sistem
a. Memiliki komponen
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, bekerja bersama membentuk satu kesatuan. Komponen-
komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian
dari sistem. Setiap sistem selalu mengandung komponen-komponen
atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari
sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi
proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai
suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya
12
suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang
merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem.
Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan
dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan
dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah
subsistemnya.
b. Batas sistem (boundary)
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu
sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.
Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu
kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari
sistem tersebut.
c. Lingkungan luar sistem (environment)
Lingkungan luar sistem adalah apapun yang berada di luar batas
dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem dalam memenuhi
tujuan tertentu atau sasaran.
d. Penghubung sistem (interface)
Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu
subsistem dengan subsistem yang lainnya dalam memenuhi tujuan
tertentu atau sasaran.
e. Masukan sistem (input)
Masuknya sistem merupakan energi yang dimasukkan ke dalam
sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance
13
input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah
energi yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat beroperasi. Signal
input adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran.
Sebagai contoh didalam sistem komputer, program merupakan
maintanance input yang digunakan dalam mengoperasikan komputer
dan data adalah signal input yang diolah menjadi informasi.
f. Keluaran sistem (Output)
Keluaran sistem atau output merupakan suatu hasil dari energi
yang diolah oleh sistem yang diharapkam mampu menjadi tujuan
tertentu atau sasaran.
g. Pengolah sistem (Process)
Pengolah sistem merupakan bagian yang memproses masukan
untuk menjadi keluaran output yang diinginkan.
h. Sasaran sistem
Sistem yang tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak
ada gunanya.
2. Klasifikasi Jenis-Jenis Sistem
a. Sistem abstrak; sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak
tampak secara fisik (sistem teologia).
b. Sistem fisik; merupakan sistem yang ada secara fisik (sistem
komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dll.).
c. Sistem alamiah; sistem yang terjadi melalui proses alam (sistem
matahari, sistem luar angkasa, sistem reproduksi dll.).
14
d. Sistem buatan manusia; sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem
buatan manusia yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin
disebut humanmachine system (contoh; sistem informasi).
e. Sistem Tertentu (deterministic system); beroperasi dengan tingkah
laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi bagian-bagiannya dapat
dideteksi dengan pasti sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan
(contoh; sistem komputer).
f. Sistem tak tentu (probabilistic system); sistem yang kondisi masa
depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur
probabilitas.
g. Sistem tertutup (close system); sistem yang tidak berhubungan dan
tidak terpengaruh dengan sistem luarnya. Sistem ini bekerja secara
otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secara
teoritis sistem tersebut ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang
benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system
(secara relatif tertutup, tidak benar-benar tertutup).
h. Sistem terbuka (open system); sistem yang berhubungan dan
terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Lebih spesifik dikenal juga
yang disebut dengan sistem terotomasi, yang merupakan bagian dari
sistem buatan manusia dan berineraksi dengan kontrol oleh satu atau
lebih komputer sebagai bagian dari sistem yang digunakan dalam
masyarakat modern.
15
Menurut Robert A. Leitch (2001) sistem informasi adalah suatu sistem di
dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi
harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu
organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang
diperlukan. Sistem informasi memiliki komponen dan kemampuan sebagai
berikut:
1. Komponen Sistem Informasi
a. Hardware (perangkat keras).
b. Software (perangkat lunak).
c. Prosedur: sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan proses
data untuk menghasilkan output.
d. Basisdata: suatu pengorganisasian sekumpulan data yang saling terkait
sehingga memudahkan proses pencarian informasi.
e. Jaringan komputer dan komunikasi data.
f. Brainware (sumber daya manusia).
2. Kemampuan Sistem Informasi
a. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar dengan kecepatan
tinggi.
b. Menyimpan informasi dalam jumlah besar ke dalam ruang yang kecil
dan mudah diakses.
c. Menyajikan informasi dengan jelas.
d. Meng-otomatisasi proses-proses yang manual.
16
e. Menyediakan komunikasi dalam dan antarorganisasi yang murah,
akurat, dan cepat.
Secara garis besar sistem informasi dikelompokkan menjadi 2 (Jogiyanto:
2005), yaitu sistem informasi digunakan untuk mendukung operasional dan
sistem informasi yang mendukung manajemen. Secara lebih jelas dapat
terlihat pada Gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Pengelompokan Sistem Informasi (Jogiyanto, 2005)
Sistem informasi yang digunakan untuk mendukung operasional terkait
dengan opersional sehari-hari yang berlangsung di dalam suatu organisasi:
pemrosesan transaksi, pengendalian proses, dan kerjasama antar tim/bagian di
dalam suatu organisasi. Sistem pemrosesan transaksi misalnya saja
memproses data hasil transaksi bisnis, memperbaharui basis data opersional,
menghasilkan dokumen bisnis. Sistem pengendalian proses terkait dengan
proses mengawasi dan mengendalikan proses industri, misalnya: sistem
produksi baja, penyulingan minyak dengan sensor yang terhubung komputer.
Sistem kerjasama perusahaan mendukung komunikasi dan kerjasama
tim/bagian/kelompok kerja disuatu organisasi/perusahaan dengan
SISTEM
INFORMASI
Sistem Pendukung
Manajemen
Sistem Pendukung
Operasional
17
memanfaatkan piranti elektronik dan teknologinya, misalnya e-mail, fax,
teleconference. Sistem ini mengarah pada otomatisasi perkantoran.
Keluaran/output/hasil dari sistem informasi adalah informasi. Pengguna
informasi dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu manajer/pimpinan, non
manajer, dan orang-orang atau organisasi di luar organisasi.
Informasi merupakan sumber daya konsepsual dan menduduki level
yang memiliki kepentingan dengan sumber daya fisik yang lain yaitu manusia,
material, mesin, dan uang. Mengingat informasi merupakan sumber daya yang
sangat penting maka perlu dikelola sebaik-baiknya. Untuk dapat mengelola
informasi dengan baik semestinya dipahami dulu yang dimaksud dengan
informasi dan hal-hal yang terkait di dalamnya. Menurut Gordon Davis (1979:
59), definisi informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang
berarti bagi penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan saat ini
atau di masa mendatang. Sedangkan menurut Mc.Fadden dan kawan-kawan,
informasi dinyatakan sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa
sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang mengunakannya. Data
dan informasi saling terkait dan membentuk suatu siklus yang disebut siklus
informasi. Siklus informasi menurut Burch and Grudnitski terlihat dalam
Gambar 2.2 berikut.
18
Gambar 2.2 Siklus Komponen Sistem Informasi (Jogiyanto, 2005)
Informasi merupakan sumber daya yang mahal terutama terkait dengan
kualitas informasi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas informasi
adalah aksesibilitas, kelengkapan, ketelitian, relevansi, ketepatan waktu,
kejelasan, dan fleksibilitas. Untuk mendapatkan informasi yang berkualitas
tidak terlepas dengan bagaimana mengelola informasi tersebut, hal ini tidak
terlepas dari yang disebut manajemen informasi, yaitu segala aktivitas untuk
memperoleh informasi, menggunakannya seefektif mungkin, dan
membuangnya di saat yang tepat.
Perancangan sistem informasi merupakan pengembangan sistem baru
dari sistem lama yang ada, dimana masalah-masalah yang terjadi pada sistem
lama diharapkan sudah teratasi pada sistem yang baru. Secara konseptual
siklus pengembangan sebuah sistem informasi (System Development Life
Cycle – SDLC) adalah sebagai berikut:
Input
(Data)
decision Result and
Evaluation
Informan Data
(Ditangkap
)
Proses
(Model)
Output
(Informasi)
BASIS
DATA
19
1. Analisis Sistem: menganalisis dan mendefinisikan masalah dan
kemungkinan solusinya untuk sistem informasi dan proses organisasi.
2. Perancangan Sistem: merancang output, input, struktur file, program,
prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk
mendukung sistem informasi.
3. Pembangunan dan Testing Sistem: membangun perangkat lunak yang
diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan testing secara akurat.
Melakukan instalasi dan testing terhadap perangkat keras dan
mengoperasikan perangkat lunak.
4. Implementasi Sistem: beralih dari sistem lama ke sistem baru, melakukan
pelatihan dan panduan seperlunya.
5. Operasi dan Perawatan: mendukung operasi sistem informasi dan
melakukan perubahan atau tambahan fasilitas.
6. Evaluasi Sistem: mengevaluasi sejauh mana sistem telah dibangun dan
seberapa bagus sistem telah dioperasikan.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas sistem informasi dalam penelitian
ini merupakan satu kesatuan komponen sistem yang mengolah data masukan
berupa luasan RTH aktual, lahan potensial, dan cemaran udara yang
menghasilkan informasi tentang Optimal RTH dan beberapa informasi
pendukung seperti gambaran umum lokasi penelitian, beberapa parameter peta,
kualitas udara Kota Semarang Tahun 2012 dan 2013, arahan vegetasi penyerap
CO2, dan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RADGRK).
20
F. Ruang Terbuka Hijau
RTH yang diabstraksikan sebagai taman hijau atau lahan hijau
merupakan ruang di dalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan,
kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman hijau atau
lahan hijau dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat
perkotaan sebagai tempat rekreasi. Selain itu, taman hijau atau lahan hijau
difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah
dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna (Triyono & Soemarno, 2012: 53).
Keberadaan taman hijau atau lahan hijau tentu berhubungan dengan
ruang dan ruang terbuka. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, baik secara psikologis mupun secara dimensional, karena manusia
berada dalam ruang bergerak serta berpikir dan juga menciptakan untuk
menyatakan dunianya (Budihardjo. 1999). Ruang pada dasarnya terjadi oleh
adanya obyek dan manusia yang melihatnya dan ruang ini terjadi bukan secara
alamiah melainkan terbentuk oleh lingkungan luar yang dibuat oleh manusia.
Ruang umum pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat
menampung aktivitas atau kegiatan tertentu dari masyarakat, baik secara
individu maupun kelompok (Hakim, 1993). Budihardjo, 1999, membagi ruang
menurut sifatnya menjadi dua yaitu:
1. Ruang Umum Terutup, yaitu ruang umum yang terdapat di dalam suatu
bangunan.
2. Ruang Umum Terbuka, yaitu ruang umum di luar bangunan.
21
Ruang Terbuka secara umum mempunyai arti bermacam-macam, setiap
aktor cendrung menterjemahkan sesuai dengan visi dan pandangan mereka
masing-masing, sebagai profesi mereka masing-masing (Kaiser, Godschalk
and Chapin, 1905).
Simmond (1994) membedakan ruang terbuka dalam bentuk kantong dan
linier. Yang termasuk ruang terbuka dalam bentuk kantor (lot) adalah
lapangan olah raga, pusat-pusat rekreasi, taman-taman pada riverfront,
halaman sekolah dan insitusi, taman parkir serta pekarangan rumah. Beberapa
ahli membedakan ruang terbuka yang berupa kantong menjadi beberapa jenis
penggunaan. Penggunaan tersebut adalah hutan, lapangan, lahan produktif,
taman kota dan tempat pemakaman umum.
Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, dinyatakan bahwa
ruang terbuka sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik
sebagi individu maupun berkelompok, serta wadah makluk lainnya untuk
hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Makluk hidup lainnya
dimaksudkan sebagai vegetasi (tumbuhan) dan kehidupan berbagai jenis fauna
seperti ikan, binatang, serangga, burung dan jenis fauna lainnya yang juga
dibutuhkan oleh manusia.
Ketersediaan RTH dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan
ekologis yang berdasarkan pada kemampuan tanaman dalam menyerap CO2
yang dihasilkan oleh manusia sebanyak 2000 orang atau dengan kata lain
bahwa setiap orang memerlukan 5 m2 RTH (Rizal, 2008: 68).
22
RTH berfungsi secara tidak langsung untuk memperbaiki tingkat
kesehatan masyarakat. Tumbuhan hijau sebagai salah satu unsur RTH
memiliki kemampuan untuk mereduksi karbon dan beberapa zat pencemar
udara, dalam setiap jam, 10.000 daun-daun mampu menyerap 8 kg ,
jumlah ini sama dengan jumlah yang dihembuskan oleh kurang lebih 200
orang manusia dalam waktu yang bersamaan. RTH dalam bentuk hutan kota
dengan luas 250.000 dalam satu tahun mampu menghasilkan 1 ton oksigen
( ) yang dilepas ke udara untuk membantu memberikan udara yang bersih
bagi pernafasan manusia (Soenaryo, 1994) (dalam Slamet, 2009: 29).
Prediksi optimalisasi RTH berdasarkan kemampuan tanaman
menghasilkan oksigen berdasarkan penelitian Wahyuni, 1995 (dalam Fandeli
2004) bahwa tiap 1 Ha lahan yang tumbuhi tanaman hijau dapat menghasilkan
oksigen ke udara sebanyak 240 kg/200 pohon atau ekuivalen dengan 1,2 kg
oksigen/pohon. Dalam sehari 1 Ha tanaman dapat menghasilkan 240 kg
oksigen dari proses fotosintesis (Pusponingroum, 2011: 88).
Terdapat berbagai klasifikasi penyediaan RTH menurut para ahli
berdasarkan parameter tertentu. Tabel 2.2 merupakan salah satu klasifikasi
ketentuan penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk yang mengarah
pada tipe RTH dan luasan lahan baik minimal/unit maupun minimal/kapita
pada indikator per unit lingkungan.
23
Tabel 2.2 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah Penduduk
No Unit
Lingkungan
Tipe RTH Luas
minimal/ unit
( )
Luasan
minimal/kapita
( )
1. 250 jiwa Taman RT 250 1,0
2. 2500 jiwa Taman RW 1.250 0,5
3. 30.000 jiwa Taman Kelurahan 9.000 0,3
Taman Kecamatan 24.000 0,2
4. 120.000 jiwa Pemakaman Disesuaikan 1,2
5. 480.000 jiwa RTH Taman 144.000 0,3
Hutan Kota Disesuaikan 4,0 Untuk fungsi-fungsi
tertentu Disesuaikan 12,5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008
Taman dalam konsep RTH merupakan gabungan dari bentuk interaksi
antara tanaman dengan fasilitas sosial. Penempatan lokasi RTH Taman
disesuaikan dengan bentuk dan kebutuhan yang ada di lingkungan tersebut,
seperti jenis vegetasi maupun kebutuhan fasilitas yang dapat mendukung
aktifitas warga masyarakat daerah tersebut. Dalam keterkaitan antara sistem
informasi RTH dan cemaran udara maka disusunlah formula yang terdiri atas:
a. Formula Kawasan RTH
Formula kawasan RTH digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan
potensi RTH diproses dengan bantuan SIG (Sistem Informasi Geografis).
Pada awalnya dilakukan pengelompokan RTH berupa RTH kawasan hutan
dan RTH non kawasan hutan (berupa RTH pertamanan dan RTH kebun
campuran serta area pemakaman). Selanjutnya dilakukan analisis RTH
yang meliputi:
1) Analisis sebaran dan luas RTH berdasarkan klasifikasi RTH
2) Menghitung rata-rata indeks tahanan permukaan berdasarkan sifat
morfologis setiap agregat komunitas vegetasi RTH
24
3) Pada setiap komunitas vegetasi di hitung berdasarkan pendugaan luas
daun (LAI-leaf area indeks, dalam Sitompul, S.M dan B. Guritno;
1995)
LAI = CT [Ls -0,27
* EXP {0.035 Cs 0.15
/ π ( Cs/1,25)2)}]
Keterangan:
Ls = koefisien bentuk daun rata-rata untuk masing-masing kelompok
tumbuhan pembentuk RTH, merupakan lebar daun dan panjang daun
rata-rata
Cs = koefisien bentuk tajuk rata-rata untuk masing-masing kelompok
tumbuhan pembentuk RTH, merupakan nisbah antara lebar tajuk dan
tinggi tajuk rata-rata
Ct = koefisien model arsitektur tumbuhan, nilai diperkirakan berkisar
antara 10-25, dengan rata-rata sebesar 19,27, nilai ini dianalisis
berdasarkan model arsitektur pohon yang diperkenalkan oleh Halle &
Oldeman (1975).
Parameter yang digunakan untuk menghitung kawasan RTH meliputi
indeks luas daun (LAI), sumber pencemaran udara dan kebisingan
(SCUB), indeks kenyamanan (IK), kebutuhan oksigen perkategori
pemanfaaatan lahan (KO). Tiga parameter pertama memiliki peran yang
lebih besar dari pada parameter akhir sehingga diperlukan pembobotan
atau skoring berjenjang pada setiap kategori penyusun. Pendekatan ini
25
dikenal dengan pendekatan overlay berjenjang tertimbang (Setyowati,
2014). Formula sebagai berikut:
Keterangan :
KRTH : skor satuan pemetaan kebutuhan RTH
LAI : skor satuan pemetaan indeks luas daun
IK : skor satuan indeks kenyamanan
SCUB : skor satuan pemetaan sumber pencemaran udara dan bising
KO : skor satuan pemetaan kebutuhan oksigen penduduk kualitatif
b. Formula Cemaran Udara
Formula cemaran udara digunakan untuk memprediksi dispersi emisi
dan peredaman cemaran. Analisis yang digunakan untuk mengetahui emisi
cemaran udara pada empat sumber cemaran (industri, transportasi, jalan,
rumah tangga, dan perdagangan) diuraikan sebagai berikut, Pendugaan
total dispersi emisi cemaran (TEC) dari setiap sumber cemaran dinyatakan
dalam ton emisi/tahun dihitung berdasarkan:
1) Cacah kendaraan bermotor, cacah industri, cacah keluarga
mengkonsumsi bahan bakar, dan cacah pusat perdagangan
2) Total konsumsi BBM setiap jenis kendaraan, volume konsumsi bahan
bakar setiap industri, volume konsumsi bahan bakar per-rumahtangga
KRTH = (0,3 LAI) + (0,3 IK) + (0,3 SCUB) + (0,2KO)
26
QA-tn = ᶴ QA-to + {(QE + QIMPOR) – (QR + QEKSPOR)}dt
QA-tn = ᶴ QA-to + (QE –QR)dt
3) Faktor emisi cemaran pada kendaraan bermotor, setiap kelompok
industri, pengguna rumah tangga dan pusat perdagangan.
Analisis peredaman cemaran (PC) oleh lingkungan dihitung
berdasarkan asumsi bahwa ekspor cemaran keluar sistem sama dengan
impor cemaran dari luar sistem, dalam hubungan antara konsentrasi
ambien,disperse emisi dan kemampuan lingkungan meredam cemaran
(Pentury, 2003), rumus sebagai berikut.
Keterangan:
QA-t = total konsentrasi ambien cemaran udara pada suatu waktu tertentu
(tn)
QA-to = total konsentrasi ambien cemaran udara pada suatu waktu awal (to)
QE = total konsentrasi dispersi emisi cemaran selama kurun waktu tn–to
QR = total kemampuan lingkungan meretensi cemaran selama kurun
waktu
tn–to
QIMPOR = total impor CU selama kurun waktu tn–to
QEKSPOR = total ekspor CU selama kurun waktu tn-to
Jika QIMPOR = QEKSPOR maka rumus tersebut menjadi:
27
Sumber pencemaran dikota-kota besar 75% dihasilkan oleh kegiatan
transportasi, sementara yang 25% dihasilkan oleh aktifitas pemanfaatan
lahan terutama komponen pencemaran CO (karbon monoksida) dan HC
(hidro karbon). Rumus sebagai berikut (Setyowati, 2014).
Keterangan:
SCUB : sumber pencemaran udara dan bising
TEC : total emisi cemaran
PC : peredam cemaran
LHR : kepadatan lalu lintas harian rerata
PL : kategori pemanfaatan lahan
c. RTH Optimal untuk Meredam Cemaran Udara
Pada tahap ini dilakukan kombinasi RTH optimal untuk
pengendalian kualitas udara, mengetahui kawasan yang memerlukan RTH
karena kualitas udara rendah, agihan dan luas RTH aktual dan lahan
potensial daerah tersebut masih memungkinkan untuk ditanami atau dibuat
RTH agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka parameter penentu untuk menghasilkan RTH
optimal untuk pengendalian kualitas udara berupa overlay join spasial
(Setyowati, 2014). Formula dirumuskan sebagai berikut.
SCUB = TEC + PC + LHR + PL
28
ORTH = Join Spasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa )
Keterangan :
ORTH : Optimal RTH
KRTH : Kebutuhan RTH
SCUB : Sumber cemaran udara dan bising
POT : Lahan potensial bagi RTH
RTHa : Kawasan RTH aktual
Optimal RTH (ORTH) merupakan formula yang dibentuk berdasarkan
korelasi (join spasial) beberapa formula yakni KRTH, SCUB, POT, dan
RTHa yang dapan dihubungkan seperti Gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3. Optimal RTH untuk Meredam Cemaran Udara
Dalam memperhitungkan ORTH tentu tidak terlepas dari berbagai
elemen yang terdiri atas Ruang Terbuka Hijau Aktual (RTHa), Lahan
Potensial RTH (POT), Kebutuhan RTH (KRTH) dan Cemaran Udara. Dari
ketiga sub model diatas dapat disederhanakan sebagai berikut (Setyowati,
2014) :
KRTH SCUB POT RTHa
ORTH
29
Keterangan :
>< : Proses Keterkaitan Alogaritma
ORTH : Optimal RTH
KRTH : Kebutuhan RTH
RTHa : Ruang Terbuka Hijau Aktual
SCUB : Sumber Cemaran Udara dan Bising (dalam penelitian ini
dibatasi hanya mempertimbangkan C)
Fungsi KRTH untuk mempertimbangkan keberadaan lahan
potensial untuk RTH yang diakumulasi dengan jumlah RTHa yang berada
pada wilayah penelitian, kemudian hasil ORTH akan dikorelasikan dengan
adanya SCUB yang dalam penelitian ini dibatasi hanya mempertimbangan
kadar C yang tersebar di beberapa wilayah penelitian yaitu Semarang
Timur, Semaramg Tengah, Semarang Selatan dan Semarang Utara.
Korelasi antara ORTH dan SCUB dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
fungsi keberadaan vegetasi khususnya pada RTHa. Ketika fungsi
keberadaan vegetasi kurang memadai maka dapat dimungkinkan terdapat
beberapa arahan hingga fungsi keberadaan vegertasi dibeberapa kawasan
RTHa mampu bermanfaat secara optimal.
ORTH = Joinspasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa)
ORTH = KRTH >< (POT – RTHa) >< SCUB
30
Perhitungan cemaran udara berdasarkan moda transportasi dapat
digunakan alogaritma sebagai berikut (Setyowati, 2014):
Berdasarkan alogaritma diatas maka dapat disimpulkan bahwa,
untuk mengetahui CO2 transportasi yang dihasilkan oleh setiap moda
transportasi dihitung dengan jumlah kendaraan dikali konsumsi bbm dan
waktu pengamatan. Untuk mengetahui CO2 harian dihitung dengan CO2
transportasi dikali 24 jam. Sedangkan untuk mengetahui CO2 wilayah
dihitung dengan CO2 harian dikali luas wilayah.
Vegetasi mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi
jika diamati, pembangunan yang meningkat di perkotaan yang sering kali
tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Djamal (1992),
vegetasi ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan
manusia untuk proses respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi
keberadaan gas karbon dioksida yang semakin banyak di udara akibat
kendaraan bermotor dan industri (Djamal, 2005: 51).
Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup menurunkan tingkat polusi
dengan mengabsorbsi, akumulasi dan atau mengatur metabolisme di udara
sehingga kualitas udara meningkat dengan pelepasan oksigen di udara
(Shannigrahi et al. 2003). Robinatte (1972) dalam Grey dan Deneke (1978)
CO2 transp. = Jumlah Kendaraan x Asumsi Konsumsi bbm x Waktu Pengamatan
CO2 harian = CO2 transp. x 24 jam
CO2 wilayah = CO2 harian x luas wilayah
31
mengemukakan, berbagai sifat tumbuhan yang khas dan pengaruhnya yang
dapat memecahkan masalah teknik yang berhubungan dengan lingkungan,
yaitu daging daun yang mengurangi bunyi; ranting-ranting yang bergerak
dan bergetar untuk menyerap dan menutupi bunyi-bunyian; pubesen atau
bulu-bulu daun yang dapat menahan partikel-partikel air; stomata untuk
mengganti gas (Djamal, 2005: 51).
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
05/PRT/M/2012, Pohon adalah tumbuhan dengan batang dan cabang yang
berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang
tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak
juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak. Dengan
demikian, pisang bukanlah pohon sejati karena tidak memiliki batang
sejati yang berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak dari
pada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan
habitusnya cenderung menyebar menutup permukaan tanah.
Tanaman yang digunakan sebagai elemen RTH efektif menyerap
pencemaran udara, mampu meyesuaikan diri, dan toleran dengan kondisi
pencemaran udara disekitanya. Kemampuan tanaman menyerap
pencemaran udara bervariasi, dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi
pencemar, sensitivitas tanaman terhadap pencemar, dan faktor
pertumbuhan tanaman (Wilmer, 1986; Mc Kersie & Leshem, 1994;
Larcher, 1995) (dalam Sulistijorini, 2009: 24). Tanaman hijau juga
berperan dalam penyerapan kandungan logam dan zat pencemar udara dari
32
hasil aktivitas manusia, sebagian dapat kita ambil dari hasil aktivitas
kendaraan bermotor, baik mengenal timbal (Pb) dan karbon (C) sebagai
zat berbahaya yang belum bisa dihilangkan dari hasil penguraian bahan
bakar minyak.
G. Cemaran Udara
Cemaran udara adalah bahan yang mengakibatkan polusi udara. Adapun
istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara seperti CO, NOx, SOx,
H2S (Alwi, 2005: 46). Dalam penelitian ini parameter cemaran udara yang
dibahas adalah karbondioksida atau CO2. Perubahan lingkungan udara pada
umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar
(berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya zat
pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran
hutan, akibat gunung merapi, dan debu meteorit; juga sebagian besar
disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi,
industri, pembuangan sampah dengan pembakaran dan kegiatan rumah
tangga (Soedomo 1999: 3).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara Pasal 1, pencemaran udara adalah masuk
atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara
ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya. Whardana (2001) dalam Tyas (2011: 5), pencemaran udara dapat
33
diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang
menyebabkan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya.
Menurut Soedomo, sumber pencemaran udara terbagi berdasarkan:
1. Kegiatan yang bersifat alami, contohnya: letusan gunung berapi,
kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, dan spora tumbuhan.
2. Kegiatan antropogenik (akibat aktivitas manusia) terbagi dalam
pencemaran akibat aktivitas transportasi, industri, persampahan, baik
akibat proses dekomposisi ataupun pembajakan dan rumah tangga.
Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60%
dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15%
terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran,
proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah
karbon monoksida yang hampir setengahnya dari seluruh udara yang ada.
1. Udara Terpolusi
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan.
Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk
uap O dan karbon dioksida (CO2). Jumlah uap air yang terdapat di udara
bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Fardiaz, 1992: 91). Udara
merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak
tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan
sekitarnya. Udara adalah juga atmosfir yang berada di sekeliling bumi
34
yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Dalam udara
terdapat untuk bernafas, karbon dioksida untuk proses fotosintensis
oleh khlorofil daun dan ozon ( ) untuk menahan sinar ultra violet.
Konsentrasi CO2 di udara selalu rendah, yaitu sekitar 0,03%.
Konsentrasi CO2 mungkin naik, tetapi masih dalam kisaran beberapa per
seratus persen, misalnya di sekitar proses-proses yang menghasilkan CO2
seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau di sekitar
kumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena
pernafasan. Konsentrasi CO2 yang relatif rendah dijumpai di atas kebun
atau ladang tanaman yang sedang tumbuh atau di udara yang baru melalui
lautan. Konsentrasi yang relatif rendah ini disebabkan oleh absorbsi CO2
oleh tanaman selama fotosintesis dan karena kelarutan CO2 di dalam air.
Tetapi pengaruh proses-proses tersebut terhadap konsentrasi total CO2 di
udara sangat kecil karena rendahnya konsentrasi CO2.
Komposisi udara kering dimana semua uap air telah dihilangkan
relatif konstan. Komposisi udara kering yang bersih yang dikumpulkan di
sekitar laut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Konsentrasi gas dinyatakan dalam
persen atau per sejuta (ppm= part per million), tetapi untuk gas yang
konsentrasinya sangat kecil biasanya dinyatakan dalam ppm. Selain gas-
gas yang tercantum dalam tabel, masih ada lagi gas-gas lain yang mungkin
terdapat di udara tetapi jumlahnya sangat kecil, yaitu kurang dari 1 ppm.
35
Tabel 2.3 Komposisi Udara Kering dan Bersih
Komponen Formula Persen volume Ppm
Nitrogen N2 78,08 780.800
Oksigen O2 20,95 209.500
Argon Ar 0,934 9.340
Karbon dioksida CO2 0,0314 314
Neon Ne 0,00182 18
Helium He 0,000524 5
Metana CH4 0,0002 2
Kripton Kr 0,000114 1
Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992: 92).
Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan
normal seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan
manusia, hewan, dan binatang maka berarti udara telah tercemar. Udara di
alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa pencemaran sama sekali.
Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), dan
karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk
sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik,
pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain itu
partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di
udara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain
disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara juga dapat disebabkan
oleh aktivitas manusia.
Pencemaran udara dapat dipantau berdasarkan nilai baku mutu
udara ambien. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
tentang pengendalian pencemaran udara pasal 1, mutu udara ambien
adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang ada di udara
bebas. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, baku mutu
36
udara ambien adalah ukuran batas atau zat, energi dan komponen yang ada
atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien. Adapun parameter baku mutu udara
ambien nasional ditampilkan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Baku Mutu Udara Ambien Nasional
No Parameter Waktu
Pengukuran Baku Mutu
1 SO2 (Sulfur dioksida) 1 Jam 900 ug/Nm3
2 CO (Karbon
monoksida)
1 Jam 30.000
ug/Nm3
3 NO2 (Nitrogen dioksida) 1 Jam 400 ug/Nm3
4 O3 (Oksidan) 1 Jam 235 ug/Nm3
6 HC (Hidro karbon) 3 Jam 160 ug/Nm3
7 PM10 (Partikel <10 um) 24 Jam 150 ug/Nm3
PM2,5 (Partikel <2,5
um)
24 Jam 65 ug/Nm3
8 TSP (Debu) 24 Jam 230 ug/Nm3
9 Pb (Timah hitam) 24 Jam 2 ug/Nm3
10 Kebisingan - 70 dBA
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999.
2. Cemaran Udara
Cemaran udara yaitu bahan yang mengakibatkan pencemaran
udara. Adapun istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara (Alwi,
2005: 46). Menurut Soedomo (2004) dalam Tyas (2011: 10), berdasarkan
asal pembentukannya pencemar udara dapat terbagi menjadi dua yaitu:
a. Pencemar primer
Pencemar primer adalah pencemar yang dalam bentuk asalnya
dapat langsung terdispersi ke atmosfer, contohnya partikulat, CO2, CO,
HC, SO2, NOx, dan timah hitam.
37
b. Pencemar sekunder
Pencemar sekunder adalah pencemar yang keberadaannya di
atmosfer adalah setelah melalui reaksi-reaksi kimia dengan polutan
utama, contohnya NO2 yang terbentuk akibat oksidasi NO.
Gambar 2.3 Asal Pencemar Udara (Teknik Lingkungan, 2009: 5).
Kemudian bila ditinjau dari ciri fisiknya, bahan pencemar udara dapat
berupa:
1) Partikel (debu, aerosol, timah hitam)
2) Gas (CO, NOx, SOx, H2S, hidrokarbon)
3) Energi (suhu dan kebisingan)
Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, dimana
hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida
dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (lihat Gambar 2.1). Polutan yang
utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari
seluruh polutan udara yang ada. Jika kadar dalam udara meningkat,
38
maka suhu bumi akan semakin meningkat. Oleh karena itu, di wilayah
kota besar yang padat dengan kendaraan bermotor suhunya selalu tinggi
alias panas.
Cemaran udara berupa materi padat dan cair bisa berupa titik air
dari racun pestisida atau titik air berupa kabut dari hasil pembakaran
senyawa kimia industri. Kabut ini bisa menyebabkan sesak nafas dan
gatal-gatal pada kulit. Kendaraan bermotor juga bisa mengeluarkan
senyawa timbal yang merugikan bagi kesehatan. Pemakaian timah hitam
(timbal) pada bensin menimbulkan dampak negatif dari asap yang
dikeluarkan dan timbal yang masuk kedalam tubuh manusia akan bersifat
racun dan akan mengendap dalam tubuh sehingga merusak paru-paru.
Sumber pencemaran terhadap pengotoran udara di daerah
perkotaan adalah transportasi dan industri. Pencemaran transportasi dan
industri sebagian besar disebabkan oleh pembakaran energi minyak, yang
terdiri dari atas gas Pb, Co, No, dan SO. Kondisi lingkungan sebagai
recipiens sangat tergantung pada ada tidaknya vegetasi, kekuatan angin,
kecepatan angin, dan arah angin (Fandeli et al, 2004). Sumber polusi dan
dampak terhadap manusia dari gas pencemar yaitu:
1) Senyawa Nitrogen Oksida
a) Sumber Polusi Nitrogen Oksida
Seluruh jumlah NOx yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah
yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh
aktivitas bakteri. Konsentrasi NOx di udara di daerah perkotaan
39
biasanya 10-100 kali lebih tinggi daripada di udara di daerah
perdesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan dapat
mencapai 0.5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi nitrogen
oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber
utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran
disebabkan oleh kendaraan, produksi energi, pembuangan
sampah, dan gas alam.
b) Pengaruh Nitrogen Oksida terhadap Manusia
Penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut
menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO.
Pada konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak
mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya, tetapi pada konsentrasi
udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi
NO2 yang lebih beracun.
2) Senyawa Karbon Monoksida (CO)
a) Sumber Polusi Karbon Monoksida
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna dan
tidak berbau, diproduksi oleh segala proses pembakaran yang
tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau
oleh pembakaran di bawah tekanan dan temperatur tinggi seperti
yang terjadi di dalam mesin (internal combustion engine).
Transportasi menghasilkan CO paling banyak di antara sumber-
sumber CO yang lain. Sumber CO yang kedua adalah pembakaran
40
hasil-hasil pertanian seperti sampah, sisa-sisa kayu di hutan, dan
sisa-sisa tanaman di perkebunan. Sumber CO yang ketiga adalah
proses-proses industri. Dua industri yang merupakan sumber CO
terbesar yaitu industri besi dan baja.
b) Pengaruh CO terhadap Manusia
Diketahui bahwa kontak antara manusia dengan CO pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. Tetapi ternyata
kontak dengan CO pada konsentrasi yang relatif rendah (100 ppm
atau kurang) juga dapat mengganggu kesehatan. Pengaruh
beracun CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi
antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Dengan
adanya CO, hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin.
Jika reaksi demikian terjadi, maka kemampuan darah untuk
mentranspor oksigen menjadi berkurang. Pengaruh konsentrasi
(COHb) di dalam darah terhadap kesehatan manusia dapat dilihat
pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Pengaruh Konsentrasi (COHb) di Dalam Darah
terhadap Kesehatan Manusia.
Konsentrasi COHb
dalam darah (%)
Pengaruhnya terhadap kesehatan
< 1.0
1.0 – 2.0
2.0 – 5.0
>5.0
10.0 – 80.0
Tidak ada pengaruh
Penampilan agak tidak normal
Pengaruhnya terhadap sistem syaraf sentral,
reaksi panca indra tidak normal, benda terlihat
agak kabur
Perubahan fungsi jantung dan pulmonari
(peredaran darah kecil)
Kepala pening, mual, berkunang-kunang,
pingsan, kesukaran bernafas, kematian.
Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992:100).
41
3) Sulfur Oksida
a) Sumber Polusi Sulfur Oksida
Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di
atmosfer merupakan hasil dari aktivitas manusia, dan kebanyakan
dalam bentuk SO2. Sebanyak dua pertiga dari jumlah sulfur di
atmosfer berasal dari sumber-sumber alam seperti volkano, dan
terdapat dalam bentuk H2S dan oksida.
Transportasi bukan merupakan sumber utama polutan SOx,
tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan
sumber utama polutan SOx, misalnya pembakaran batu arang,
minyak bakar, gas, kayu, dan sebagainya. Sumber SOx yang kedua
adalah dari proses-proses industri seperti industri pemurnian
petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja, dan
sebagainya.
Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang
menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan berbagai elemen yang
penting secara alami terdapat dalam bentuk logam sulfida,
misalnya lembaga (CuFeS2), zink (ZnS), meskuri (HgS), dan
timbal (PbS).
b) Pengaruh Sulfur Oksida terhadap Manusia
Polutan SOx mempunyai pengaruh terhadap manusia dan
hewan pada konsentrasi juah lebih tinggi daripada yang
diperlukan untuk merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman
42
terjadi pada konsentrasi sebesar 0,5 ppm sedangkan konsentrasi
yang berpengaruh terhadap manusia dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Pengaruh SO2 terhadap Manusia
Konsentrasi
(ppm)
Pengaruh
3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8-12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi
tenggorokan.
20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi
mata
20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan batuk
20 Maksimum yang diperolehkan untuk kontak
dalam waktu lama
50-100 Maksimum yang diperolehkan untuk kontak
dalam waktu singkat (30 menit)
400-500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat.
Sumber: Kirk dan Othmer (1969) dalam Fardiaz (1992:129).
4) Partikulat
a) Sumber polusi partikulat
Partikulat adalah zat padat/air yang halus dan tersuspensi
di udara, misalnya embun, debu, asap, fumes, dan fog. Partikulat
debu melayang (suspended particulate matter/SPM) merupakan
campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan
anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat
kecil, mulai dari <1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron.
Sedangkan fumes adalah zat padat hasil kondensasi gas, yang
biasanya terjadi setelah proses penguapan logam cair.
b) Pengaruh partikulat terhadap manusia
Debu merupakan problem yang serius, terutama setelah
disadari bahwa beberapa jenis debu yang mengandung silikat
43
dapat menyebabkan kanker paru-paru (selikosis) serta dapat
menurunkan estetika kota. Hal ini ditemukan di daerah yang
memiliki tingkat pencemaran debu cukup tinggi. Konsentrasi
dapat dikurangi oleh tanaman terutama pohon. Hal ini disebabkan
karena pohon memiliki luas permukaan penyerapan (absorption)
yang lebih luas dibandingkan dengan tanaman semak, perdu, dan
penutup tanah. Permukaan batang, cabang, dan ranting pohon juga
menjadi media penyerap yang cukup efektif.
Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu
yang relatif lama dalam keadaan melayang layang di udara dan
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain
dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga
dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga
mengadakan berbagai reaksi kimia di udara.
3. Faktor yang Mempengaruhi Cemaran Udara
Penentu utama kadar cemaran udara tentu saja adalah jumlah
pencemar yang diemisikan ke dalam udara. Tetapi pengalaman
menunjukkan bahwa walaupun sumber yang sama mengeluarkan
pencemar dari hari ke hari, kadang kala udara bersih dan kadang kala
tercemar. Kadar cemaran juga tergantung pada keadaan cuaca. Disamping
itu, untuk jumlah emisi yang sama dan keadaan meteorologi yang sama,
kadar cemaran udara dipengaruhi oleh bentuk dan susunan geometri
sumbernya, termasuk ketinggian emisi di atas tanah dan luas daerah
44
tersebarnya sumber itu. Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi
pencemaran udara adalah:
a. Jumlah total cemaran yang dikeluarkan atau diemisikan seperti jumlah
cemaran yang dihasilkan kegiatan industri, kendaraan bermotor,
rumah tangga dan pembakaran terbuka.
b. Keadaan meteorologi seperti kemantapan udara, arah dan kecepatan
angin.
c. Bentuk susunan sumber seperti cerobong asap pabrik, asap kendaraan
bermotor, asap hasil pembakaran hutan dan lain-lain.
4. Pengendalian Cemaran Udara
Pengendalian cemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dan
kegiatan sumber tidak bergerak, sumber bergerak spesifik yang dilakukan
dengan upaya pengendalian sumber emisi dan sumber gangguan yang
bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien. Cara yang nyata
untuk mengendalikan pencemaran udara adalah dengan mencegah
pencemar memasuki atmosfer, tidak ada cara untuk melakukan hal ini
dengan sempurna. Semua kegiatan manusia menghasilkan limbah,
sebagian dari limbah ini dengan sendirinya akan memasuki udara.
Pengadaan dan penggunaan energi, berbagai cara pengangkutan, dan
kegiatan yang umum dilakukan seperti pengecatan rumah dan cuci-kimia
semuanya menggunakan udara sebagai sarana untuk menyingkirkan bahan
kotoran. Karena meniadakan sama sekali semua kegiatan ini tidak masuk
45
akal, maka harus dicari cara penyingkirannya, yang menghasilkan
pencemar berkadar rendah dan dapat diterima.
Pengendalian pencemaran tidak dapat diharapkan terjadi atas dasar
sukarela. Hal ini harus ditetapkan berdasarkan undang-undang serta
kesadaran setiap komponen masyarakat sehingga semua usaha diharuskan
memenuhi bakuan yang sama. Upaya pengendalian pencemaran udara
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara mencakup kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
a. Inventarisasi kualitas udara daerah dengan mempertimbangkan berbagai
kriteria yang ada dalam pengendalian pencemaran udara.
b. Penetapan baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi yang
digunakan sebagai tolak ukur pengendalian pencemaran udara.
c. Penetapan mutu kualitas udara suatu daerah termasuk perencanaan
pengalokasian kegiatan yang berdampak mencemari udara.
d. Pemantauan kualitas udara baik ambien dan emisi yang diikuti dengan
evaluasi dan analisis.
e. Pengawasan terhadap penataan peraturan pengendalian pencemaran
udara.
f. Peran masyarakat dalam kepedulian terhadap pengendalian pencemaran
udara.
46
g. Kebijakan bahan bakar yang diikuti dengan serangkaian kegiatan
terpadu dengan mengacu kepada bahan bakar bersih dan ramah
lingkungan.
h. Penetapan kebijakan dasar baik teknis maupun non teknis dalam
pengendalian pencemaran udara secara nasional.
Hampir semua kegiatan manusia memasukkan pencemar kedalam
atmosfer. Proses alami juga memasukkan bahan-bahan lain, selain yang
dianggap sebagai unsur penyusun udara bersih. Disamping nitrogen,
oksigen, argon, karbondioksida, air dalam berbagai fasenya, dan gas
sesepora yang membentuk bagian tetap yang ada dalam atmosfer selalu
mengandung keluaran nabatah yang sedang tumbuh atau membusuk,
garam dari percikan air laut, debu dari tanah yang terbawa angin dan badai
pasir, asap dari kebakaran yang disebabkan oleh petir dan gas serta uap.
Semua bahan alami tersebut terdapat dalam kadar yang rendah, dan
tidak membawa akibat yang membahayakan. Namun masuknya pencemar
yang bukan alami akibat kegiatan manusia telah menyebabkan berbagai
penyakit dan kematian pada manusia, penurunan produktifitas pertanian
dan kerusakan tanah. Diantara pengaruh di atas, yang paling
mengkhawatirkan adalah yang berkenaan dengan kesehatan manusia.
Contohnya partikel-partikel halus hasil pembakaran hutan yang terjadi
hampir setiap tahunnya di Kota Pekanbaru, yang menyebabkan penyakit
asma dan bronkhitis pada sistem saluran pernapasan manusia. Sumber
polusi yang utama berasal dari transpotasi, dimana hampir 60% dari
47
polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15%
terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya
pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan
yang utama adalah karbon monoksida yang hampir setengahnya dari
seluruh udara yang ada.
Tabel 2.7 Pengaruh Konsentrasi Pencemaran Tingkat Pengaruh Konsentrasi Pencemaran
Merugikan Iritasi Indera dan merusak tanaman , Indeks S, Pengoksid
Serius Membahayakan fungsi tubuh, sakit
kronis
CO, SO2, H2
Keadaan Darurat Sakit akut, mati CC, SO2
Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992:100).
Tabel 2.7 menjelaskan tentang pengaruh konsentrasi pencemaran
dengan beberapa indicator yang saling berkaitan yaitu tingkat, pengaruh
dan konsentrasi pencemaran. Cemaran udara dapat dipantau berdasarkan
nilai mutu udara ambien. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999 tentang pengendalian pencemaran udara pasal 1, mutu udara ambien
adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang ada di udara
bebas. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, baku mutu
udara ambien adalah ukuran batas atau zat, energi dan/atau komponen
yang ada atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien.
5. Keterkaitan Vegetasi dalam Menyerap Cemaran Udara
Vegetasi mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi
jika kita mengamati pembangunan yang meningkat di perkotaan yang
48
seringkali tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Menurut
Djamal (1992) dalam Djamal (2005: 51) vegetasi ini sangat berguna dalam
produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk proses respirasi
(pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida
yang semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor dan industri.
Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup menurunkan tingkat polusi
dengan mengabsorbsi, detoksifikasi, akumulasi, dan atau mengatur
metabolisme di udara sehingga kualitas udara meningkat dengan pelepasan
oksigen di udara (Shannigrahi et al. 2003). Robinatte (1972) dalam Djamal
(2005: 51) mengemukakan, berbagai sifat tumbuhan yang khas dan
pengaruhnya yang dapat memecahkan masalah teknik yang berhubungan
dengan lingkungan, yaitu daging daun yang mengurangi bunyi; ranting-
ranting yang bergerak dan bergetar untuk menyerap dan menutupi bunyi-
bunyian; pubesen atau bulu-bulu daun yang dapat menahan partikel-
partikel air; stomata untuk mengganti gas.
Tanaman secara fisiologis bersifat menetralisir keadaan lingkungan
yang berada di bawah daya tampung lingkungan. Kemampuan ini dapat
berasal dari kerja fotosintesis yang dapat menyerap polutan udara melalui
proses evapotranspirasi dapat menyimpan air hujan sebagai imbuhan untuk
air tanah, sedangkan aroma yang dikeluarkan tanaman, maupun bentuk
fisik tanaman (bentuk tajuk dan pilotaxy batang yang khas) secara tidak
langsung bermanfaat untuk melindungi lingkungan dari terik matahari atau
mencegah erosi dan sedimentasi. Adanya kemampuan tersebut, maka
49
tanaman dalam RTH memiliki beberapa fungsi, seperti: (1) ameliorasi
iklim, (2) perlindungan terhadap terpaan angin kencang dan perendam
suara, (3) mengurangi kebisingan, (4) memberikan perlindungan terhadap
terik sinar matahari, (5) perlindungan terhadap asap dan gas beracun, (6)
sebagai suatu indikator pencemaran lingkungan, (7) mencegah erosi (8)
ruang terbuka hijau, (9) membantu peresapan air hujan, (10) membantu
penanggulangan intrusi air laut, (11) pengaman dan pembatas antara jalur
lintasan kereta api, dan (12) perlindungan penduduk di sekitar GITET
(Gardu Induk Tegangan Tinggi).
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2012, pohon atau juga pokok ialah tumbuhan dengan batang
dan cabang yang berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh
tegak, menopang tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak melalui
penampilannya. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh
tegak. Dengan demikian, pisang bukanlah pohon sejati karena tidak
memiliki batang sejati yang berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat
disebut semak daripada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak
berdiri tegak dan habitatnya cenderung menyebar menutup permukaan
tanah.
Batang merupakan bagian utama pohon dan menjadi penghubung
utama antara bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan bagian
tajuk pohon (canopy), sebagai pusat pengelolahan masukan energi
(produksi gula dan bereproduksi). Cabang adalah bagian batang, tetapi
50
berukuran lebih kecil dari berfungsi memperluas ruang bagi pertumbuhan
daun sehingga mendapatkan lebih banyak cahaya matahari dan juga
menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang diliputi dengan kulit
yang melindungi batang dari kerusakan. Adapun nama-nama ilmiah dan
famili tanaman yang termasuk dalam kategori pohon dapat dilihat di Tabel
2.8.
Tanaman yang digunakan sebagai elemen RTH efektif menyerap
pencemaran udara, mampu menyesuaikan diri, dan toleran dengan kondisi
pencemaran udara di sekitanya. Kemampuan tanaman menyerap
pencemaran udara bervariasi, dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi
pencemar, sensitivitas tanaman terhadap pencemar, dan faktor
pertumbuhan tanaman (Wilmer, 1986; Mc Kersie & Leshem, 1994;
Larcher, 1995) dalam Sulistijorini (2009: 24). Tanaman hijau juga
berperan dalam penyerapan kandungan logam dan zat pencemar udara dari
hasil aktivitas manusia, sebagian dapat kita ambil dari hasil aktivitas
kendaraan bermotor, baik timbal (Pb) dan karbon (C) sebagai zat
berbahaya yang belum bisa dihilangkan dari hasil penguraian bahan bakar
minyak.
Tabel 2.8 Nama-Nama Ilmiah dan Famili Pohon. No Nama Umum/Lokal Nama Ilmiah Daya Serap
1 Trembesi Samanea saman 28.488,39 kg/tahun
2 Cassia Cassia sp 5.295,47 kg/tahun
3 Kenanga Canangium odoratum 756,59 kg/tahun
4 Pingku Dyxoxylum excelsum 720,49 kg/tahun
5 Beringin Ficus benyamina 535,90 kg/tahun
6 Krey payung Fellicium decipiens 404,83 kg/tahun
7 Matoa Pometia pinnata 329,76 kg/tahun
8 Mahoni Swettiana mahagoni 295,73 kg/tahun
9 Saga Adenanthera pavoniana 221,18 kg/tahun
51
10 .Bungur Lagerstroemia speciosa 160,14 kg/tahun
11 Jati Tectona grandis 135,27 kg/tahun
12 Nangka Arthocarpus heterophyllus 126,51 kg/tahun
13 Johar Cassia grandis 116,25 kg/tahun
14 Sirsak Annona muricata 75,29 kg/tahun
15 Puspa Schima wallichii 63,31 kg/tahun
16 Akasia Acacia auriculiformis 48,68 kg/tahun
17 Flamboyan Delonix regia 42,20 kg/tahun
18 Sawo kecik Maniilkara kauki, 36,19 kg/tahun
19 Tanjung Mimusops elengi 34,29 kg/tahun
20 Bunga merak Caesalpinia pulcherrima 30,95 kg/tahun
21 .Sempur Dilenia retusa, 24,24 kg/tahun
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012.
Timbal merupakan logam berat (bobot molekul 207), partikel tersebut
mengendap di permukaan tanah dan tidak dapat diencerkan. Adanya
tanaman, timbal dapat masuk ke dalam tanaman melalui penyerapan dari
akar dan daun melalui proses pertukaran gas pada stomata daun. Menurut
Prayoto et.all (1993), kadar umum timbal yang normal pada tanaman
adalah sebesar 0,5-3 ppm, sebagai contoh kita mengenal Pterocarpus
indicus dapat mereduksi timbal di udara sebesar 3,9 µg/m3, Switenia
macrophyllia sebesar 0,8 µg/m3, Axonopus compresus sebesar 0,55 µg/m
3,
serta tanaman-tanaman lainnya yang masih belum diketahui pengaruhnya
terhadap timbal (http://bebasbanjir2025.wordpress.com).
Melihat konsentrasi cemaran udara seperti NOx di udara pada
daerah perkotaan biasanya 10-100 kali lebih tinggi daripada di udara di
daerah perdesaan, maka perlu keberadaan vegetasi yang mampu menyerap
konsentrasi NOx yang berlebih. Pada penelitian Sulistijorini (2009:20)
tanaman yang mampu menyerap NO2 tertinggi adalah D. regia (6,03 µg
15N dm-2
daun), diikuti M. elengi (4,11 µg 15
N dm-2
), P. indicus (2,92 µg
15N dm
-2), C. burmanii (2,49 µg
15N dm
-2), S. macrophylla (2,26 µg
15N
52
dm-2
), L. spaciosa (2,13 µg 15
N dm-2
), G. arborea (1,95 µg 15
N dm-2
), dan
C. sumatrana (1,12 µg 15
N dm-2
).
Manusia sebagai penghasil CO2 sebesar 0,5% dari jumlah CO2 di
atmosfer setiap tahun sehingga kandungan gas ini meningkat sebanyak
0,25%. Akibatnya laut tidak mampu lagi sebagai penyangga. Jika produksi
CO2 dapat diperlambat, diharapkan lautan dapat mengimbangi kembali.
Disinilah peranan vegetasi karena setiap tumbuhan hijau akan menyerap
CO2 dan menghasilkan O2. Setiap tahun tambahan CO2 dari pembakaran
fosil sebesar 3,64x109 ton. Hutan yang ada dapat menyangga rata-rata 1
ton/acre/tahun sehingga dunia memerlukan tambahan 1.820 juta acre hutan
(Rich, 1970) dalam Djamal (2005: 54).
Fungsi menyegarkan udara pada tumbuhan dengan mengambil CO2
dalam fotosintesis dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan bagi
makhluk hidup untuk pernapasan. Kemampuan melepas O2 tergantung
kepada tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil tinggi dan laju
fotosintesis tinggi dengan titik kompensasi cahaya rendah. Monteith
(1990) dalam Djamal (2005: 68) mengemukakan bahwa fotosintesis pada
tanaman yang tumbuh normal menggunakan semua CO2 pada lapisan 30
meter di atas tanaman dalam seharinya. Penghijauan kota yang mempunyai
kemampuan tinggi dalam menyerap dan menjerap polutan makan
konsentrasi pencemar akan semakin kecil. Dengan demikian manusia yang
tinggal di kota hidup dengan baik dan sehat. Penghijauan kota baik
seharusnya disertai upaya penurunan konsentrasi pencemar, yang
53
diharapkan dapat meningkatkan daya dukung lingkungan kota (Dahlan,
1992) dalam Permana (2006: 17). Lebih lanjut bahwa cemaran udara di
daerah perkotaan dan daerah industri yang terserap dan terakumulasi oleh
badan tanaman, jika polusi tersebut beracun dapat mempengaruhi
kesehatan tanaman tersebut.
54
H. PENELITIAN TERDAHULU
No Nama Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil
1 Dwi Erlina
Pusponingrum
Optimalisasi Ruang Terbuka
Hijau Untuk Memenuhi
Kebutuhan Oksigen di
Kecamatan Tembalang Kota
Semarang.
Mengetahui luasan dan bagaimana persebaran RTH di
Kecamatan Tembalang Kota Semarang, kondisi tingkat
kenyamanan udara di Kecamatan Tembalang Kota
Semarang dan kebutuhan RTH yang optimal untuk
memenuhi kebutuhan oksigen di Kecamatan Tembalang
Kota Semarang.
Observasi,
Dokumentasi,
Wawancara,
Interpretasi Citra,
1. Kenyamanan udara di Kec. Tembalang berkisar
antara 23,65 sampai 24,55.
2. Kebutuhan RTH optimal dalam memenuhi oksigen
sebesar 4.126,94 Ha dengan kekurangan
penanaman pohon sebanyak 617.158 batang
pohon.
2 Sulistijorini Keefektifan Dan Toleransi
Jenis Tanaman Jalur Hijau
Jalan Dalam Mereduksi
Pencemar No2 Akibat
Aktivitas Transportasi.
Mengkaji kemampuan tanaman menyerap NO2 pada
kondisi semilapang, mengkaji distribusi nitrogen yang
berasal dari NO2 dan mengkaji keefektifan tanaman dalam
mengurangi konsentrasi pencemar NO2; serta engkaji
toleransi tanaman terhadap bahan-bahan pencemar udara
akibat aktivitas transportasi.
Observasi,
Pengukuran,
Uji Laboratorium
1. Konsentrasi pencemar NO2 tertinggi sebesar 34.05
µg m-3 (tempat terbuka) dan 29.15 µg m-3 (tempat
bervegetasi).
2. Vegetasi dengan kerapatan tajuk 10m jarak 5-15m
dari bahu jalan mengurangi konsentrasi NO2
sebesar 10.62%.
3 Jun Yang,
Joe McBride,
Jinxing, dan Zhcu
Zhenyuan Sun
Hutan Kota Di Beijing Dan
Perannya Dalam
Pengurangan Polusi Udara.
Menggambarkan komposisi saat ini dan struktur hutan
kota Beijing, mengukur polutan udara utama termasuk
SO2, NO2, PM10, dan O3, mengukur emisi BVOC dari
perkotaan hutan dan menghitung penyerapan CO2
Interpretasi Citra,
Observasi.
1. Beijing Bagian tengah, sekitar 29 % dari pohon
digolongkan kedalam kondisi yang buruk.
2. Polutan yang paling berkurang adalah PM10,
pengurangan sebesar 772 ton.
3. Sekitar 0,2 juta ton CO2 tersimpan bentuk
biomassa oleh hutan kota.
4 Siti Pratiwi Iriani Kajian Cemaran Udara
Pada Taman Kota KB Dan
Simpang Lima di Kecamatan
Semarang Selatan.
Mengetahui kondisi taman kota, cemaran udara di sekitar
taman kota, mengetahui tingkat kerapatan vegetasi di
Kecamatan Semarang Selatan, serta memberikan arahan
kebutuhan RTH dan jenis vegetasi.
Observasi,
Dokumentasi,
Pengukuran
Lapangan,
Interpretasi Citra.
1. Komposisi vegetasi pada Taman KB dan Simpang
Lima masuk kedalam kategori sangat sedikit
2. Cemaran udara yang terjadi pada Jalan Pahlawan
sudah melewati baku mutu udara ambien nasional
3. Arahan Kebutuhan RTH berdasarkan proporsi
wilayah yaitu 30% perlu penambahan luasan RTH
sebesar +124,51 Ha (20,02%).
5 Prof. Dewi
Liesnoor
Setyowati, S.Si.
M.Si
Pengembangan Model Kota
Hijau Untuk Meredam
Cemaran Udara Sebagai
Upaya Antisipasi Perubahan
Iklim Kota Semarang.
Mengembangkan model kota hijau optimal untuk meredam
cemaran udara sebagai upaya antisipasi perubahan iklim,
melakukan ujicoba dan simulasi implementasi model kota
hijau untuk meredam cemaran udara, melakukan sosialisasi
dengan membuat buku ajar, brosur, dan publikasi nasional
serta internasional, tentang model kota hijau optimal untuk
meredam cemaran udara sebagai upaya antisipasi
perubahan iklim.
Pengembangan
Model, Pengukuran
Lapangan,
Implementasi Model,
Sosialisasi Model.
1. Pengembangan model kota hijau optimal telah
dibuat melalui softwere model,
2. Simulasi implementasi model kota hijau
dilaksanakan dengan bantuan softwere model
3. Model kota hijau membantu memberi arahan
terhadap wilayah yang membutuhkan optimalisasi
pengelolahan lahan potensial
4. Sosialisasi dilakukan melalui buku ajar, brosur,
dan publikasi nasional serta internasional, tentang
model kota hijau optimal.
54
55
I. KERANGKA BERFIKIR
Perkembangan teknologi dan sistem yang semakin maju seiring
modernisasi kehidupan tentu berdampak positif terhadap kesejahteraan dan
kemajuan bangsa, ruang yang begitu luas mampu dirangkum dan disajikan lebih
sederhana dengan adanya teknologi. Fenomena tersebut memicu permintaan
pembangunan sarana prasarana wilayah perkotaan yang semakin meningkat.
Selain itu, tingginya kepadatan masyarakat penduduk wilayah perkotaan
menyebabkan meluasnya kawasan terbangun dalam membangun dan
meningkatkan sarana prasarana sehingga kemudahan dalam memenuhi
kebutuhan hidup dapat tercapai. Berbagai hal tersebut membuat masyarakat
terlalu sibuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan fisik sehingga keberadaan
lingkungan mulai dipandang sebelah mata. Pada akhirnya permasalahan
lingkungan mulai bermunculan seiring kesibukan masyarakat yang lebih
mengutamakan pembangunan fisik misalnya pencemaran baik udara, air maupun
tanah dan sebagainya.
Kenampakan tersebut yang menjadi latar belakang menurunnya tingkat
keseimbangan ekologis wilayah kota. Dengan adanya fenomena tersebut menjadi
alasan dalam mengkaji keberadaan ruang terbuka hijau terhadap cemaran udara
di Kota Semarang. Kajian dilakukan dengan penerapan beberapa alogaritma
terkait yaitu rumus kawasan RTH, rumus dispersi cemaran udara, rumus
peredaman cemaran udara dan rumus optimal RTH yang dapat disederhanakan
menjadi keterkaitan rumus kebutuhan RTH dengan cemaran udara.
56
Penerapan sistem dengan formula yang telah disederhanakan, mampu
mengetahui keberadaan sebaran RTH aktual, lahan potensial dan cemaran udara
di lokasi penelitian. Kebutuhan dan kekurangan RTH dapat dilihat melalui
kondisi RTH aktual dan pemanfaatan lahan potensial yang berada pada wilayah
tersebut. Selisih lahan potensial dengan RTH aktual dapat menggambarkan
tingkat optimal RTH di wilayah tersebut. Setelah dihitung tingkat optimal RTH
dapat dikorelasikan dengan cemaran udara khususnya dalam penelitian ini
cemaran udara dibatasi yakni cemaran udara yang berupa gas CO2 hasil aktifitas
transportasi yang di konversi dengan pembakaran bahan bakar bensin dan solar.
Cemaran udara tersebut juga dikaitkan dengan hasil pengukuran kualitas udara
ambien oleh instansi terkait (Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang).
Mendesain sistem informasi yang mampu menyederhadakan kenampakan
tersebut merupakan salah satu tujuan penelitian ini, sehingga mampu
mempermudah informan atau pihak terkait. Dengan adanya sistem informasi
tersebut diharapkan mampu menjadi media dalam memonitoring keberadaan
RTH dan meningkatkan optimalisasi RTH di Kota Semarang khususnya di lokasi
penelitian. Sehingga nantinya dalam peningkatan optimalisasi RTH dapat
dipermudah dengan adanya arahan vegetasi yang dilatar belakangi oleh cemaran
udara yang telah dikaji dengan sistem tersebut. Selain itu dapat meningkatkan
fungsi estetika RTH dalam merapikan tata ruang wilayah perkotaan. Gambar 2.4
berikut merupakan bagan alir sebagai acuan secara umum dalam pelaksanaan
proses penelitian.
57
Gambar 2.4 Bagan Alir Kerangka Berfikir Penelitian
Ide Keterkaitan RTH dan Cemaran Udara di
Kota Semarang
Penerapan Formula
1. Rumus Kawasan RTH
2. Rumus Cemaran Udara
3. Rumus Peredaman Cemaran Udara
4. Rumus RTH Optimal
Perkembangan Teknologi
dan Sistem
Permasalahan Lingkungan
terkait Pencemaran Udara
Keseimbangan Ekologis
Wilayah Kota
Kajian Sebaran RTH dan Cemaran Udara di
Kota Semarang
Cemaran Udara
Kota Semarang
Lahan Potensial dan RTH
Aktual Kota Semarang 1. Pengukuran CO2
Instansi (BLH Kota
Semarang)
2. Perhitungan CO2 dari
Kendaraan Bermotor
Optimalisasi Fungsi
RTH
Monitoring Fungsi
RTH
Arahan KebutuhanVegetasi
RTH dan Estetika
Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara
Terhadap Kualitas Udara Ambien
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Objek Penelitian
Penelitian dilakukan di 4 kecamatan yang dibatasi oleh banjir kanal barat
dan banjir kanal timur di Kota Semarang, yaitu Kecamatan Semarang Utara,
Semarang Timur, Semarang Tengah dan Semarang Selatan. Objek penelitian ini
adalah lahan potensial, RTH aktual, dan cemaran udara yang berasal dari aktifitas
transportasi.
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu RTH di 4 Kecamatan
di Kota Semarang meliputi lahan potensial dan RTH aktual. Jenis penelitian ini
adalah penelitian dekriptif-kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data adalah
observasi, dokumentasi, pengukuran lapangan, dan interpretasi data skunder dari
Instansi terkait untuk dapat mencapai tujuan penelitian. Pada sampel penelitian ini
menggunakan teknik “Area Sampling”, karena penelitian dilakukan di kawasan
RTH yang didasarkan atas adanya pertimbangan sebagai berikut:
1. Keberadaan lahan potensial dan RTH aktual yang berbeda di lokasi penelitian.
2. Terjadi perbedaan cemaran udara yang berbeda di setiap lokasi penelitian.
59
3. Setiap lahan potensial memiliki kemampuan mengurangi pencemaran udara
yang berbeda, serta memberikan sumber kualitas udara bersih yang berbeda.
Adapun sampel penelitian yaitu:
1. RTH aktual yang berupa taman kota dan lahan potensial yang dijadikan lokasi
penelitian, yaitu: Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Semarang Selatan,
Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Semarang Tengah.
2. Cemaran udara yang berupa gas karbondioksida sebagai hasil pembakaran
kendaraan bermotor di beberapa titik terpadat lalu lintas di lokasi penelitian.
C. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
1. Kondisi sebaran RTH yang meliputi RTH aktual/taman kota dan tutupan
lahan yang berpotensi dalam pengadaan ketersediaan RTH.
2. Parameter cemaran udara yang diamati secara umum, meliputi SO2 (sulfur
dioksida), CO2 (karbon dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (oksidan), dan
TSP (debu), Pb (timbal), suhu, dan kebisingan. Secara khusus meliputi CO2
yang berasal dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dan di kaintkan
dengan keadaan CO2 hasil pengukuran instansi terkait (BLH Kota Semarang)
pada tahun sebelumnya.
3. Menyusun sistem informasi RTH dan cemaran udara sehingga mampu
memberikan informasi dan arahan kebutuhan RTH maupun vegetasi dalam
meredam cemaran udara di Kota Semarang.
60
D. Bahan dan Peralatan Penelitian
Variabel Bahan/ Data Jenis Data Sumber Data Alat Penelitian Sebaran RTH 1. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Semarang
2. Peta Lahan Potensial Kota Semarang
3. Peta RTH Aktual Kota Semarang
4. Peta Kebutuhan RTH Kota Semarang
5. Peta Administrasi Kota Semarang
6. Peta Penggunaan Lahan Kota Semarang
7. Peta Sebaran RTH Kota Semarang
Sekunder 1. Bappeda Provinsi Jawa Tengah
2. Citra Quickbird Tahun 2010
1. Softwere Arc GIS 10.1
Cemaran Udara
(CO2)
1. Data Hasil Pengukuran Kualitas Udara dari
Instansi terkait
2. Data Jumlah Kendaraan pada Jam Puncak di
Kota Semarang
Sekunder
Primer
1. Badan Lingkungan Hidup Kota
Semarang
2. Pengukuran Lapangan
1. Alat pengkur jumlah kendaraan
pada jam puncak (Odocheck)
2. Alat konversi untuk menghitung
CO2 yang dihasilkan oleh
kendaraan
3. GPS (Global Positioning System)
untuk menentukan lokasi geografis
titik pengukuran
4. Kamera sebagai alat dkumentasi
Sistem Informasi
RTH dengan
Cemaran Udara
1. Data Luas RTH Aktual
2. Data Penggunaan Lahan
3. Data Lahan Potensial
4. Data Cemaran Udara
5. Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian
6. Data Kualitas Udara Ambien Kota
Semarang tahun 2012-2013
7. Dokumentasi Karakteristik RTH dan
Cemaran Udara
8. Data Rencana Aksi Daerah Gas Rumah
Kaca (RADGRK)
Sekunder 1. Dinas Pertamanan dan
Pemakaman Kota Semarang
Tahun 2012
2. BPS, Semarang dalam angka
Tahun 2012
3. BLH Kota Semarang
1. Satu unit komputer untuk
pengolahan data dan program
aplikasi Sistem Informasi RTH dan
Cemarang Udara Kota Semarang
60
58
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode observasi sebagai proses pengumpulan data yang digunakan
dengan melakukan observasi secara partisipasi pasif, yang dilakukan dengan
pengamatan langsung ke wilayah lahan potensial dan RTH aktual di lokasi
penelitian. Selain itu, menghitung lalu lintas sesuai klasifikasi moda
transportasi pada jam puncak guna bahan perhitungan CO2 yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor di beberapa titik kemacetan pada lokasi penelitian.
Selanjutnya dilakukan pengamatan vegetasi dan penggunaan lahan guna
pengecekan kondisi fisik secara spasial di lokasi penelitian. Pada penelitian ini
dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh untuk mengevaluasi kondisi
sebaran RTH dengan cemaran udara di lokasi penelitian.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis seperti arsip-arsip, dan juga buku-buku tentang pendapat-
pendapat, teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah-masalah penelitian (Rachman dalam Manggaraini, 2008). Dalam
pengumpulan data peneliti mendatangi instansi terkait untuk mendapatkan
data berupa dokumen kebutuhan RTH, peta RTRW Kota Semarang, kondisi
geografis Kota Semarang, RADGRK (Rencana Aksi Daerah Gas Rumah
Kaca), lahan potensial, RTH aktual dan kondisi geografis serta peta-peta yang
relevan untuk mendukung penelitian ini. Adapun instansi tersebut antara lain
62
BPS, BAPPEDA, Dinas Kebersihan dan Pertanaman dan BLH Kota
Semarang.
3. Pengukuran Lapangan
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data primer berupa jumlah
kendaraan pada waktu jam puncak guna menghitung cemaran udara hasil
kegiatan transportasi di lokasi penelitian. Pengukuran lapangan dilakukan
pada waktu yang ditentukan bersama dengan pihak terkait dan ahli. Pada
penelitian ini pengukuran lapangan dilakukan dengan menghitung kendaraan
pada jam puncak berdasarkan klasifikasi moda transportasi yaitu bus, mobil
sedan, taksi, dan truk yang di latar belakangi oleh asumsi konsumsi bbm
(bahan bakar minyak) pada setiap moda transportasi berbeda. Bus, mobil
sedan dan taksi yang menggunakan bensin dan truk menggunakan solar.
Penggunaan bbm yang berbeda berdampak terhadap tingkat CO2 yang
dihasilkan oleh pembakaran kendaraam bermotor selain faktor teknis pada
kendaraan. Hasil jumlah kendaraan pada waktu jam puncak akan dihitung
rerata yang kemudian dikonversikan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh proses
pembakaran.
4. Interpretasi Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara
Metode interpretasi Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara
dilakukan secara digital menggunakan softwere yang telah didesain oleh ahli.
Luas RTHa, luas kecamatan, luas lahan potensial, CO2 laboratorium, CO2
transportasi merupakan data input yang kemudian diproses dengan sistem
63
informasi RTH dan cemaran udara sehingga menghasilkan data output berupa
optimal RTH yang di korelasikan dengan keadaan pencemaran (dihitung
dengan perbandingan CO2 laboratorium dan transportasi). Berdasarkan data
output yang dihasilkan oleh sistem mampu menjadi pedoman dalam mengkaji
keberadaan RTH yang optimal dan tingkat pencemaran udara di lokasi
penelitian, kemudian keadaan pencemaran udara dikaitkan dengan arahan
vegetasi penyerap gas cemaran CO2.
Sistem informasi RTH dan cemaran udara tidak hanya menyajikan
aplikasi untuk menghitung optimal RTH saja namun terdapat beberapa
informasi berupa kondisi geografis Kota Semarang, RADGRK, peta-peta
terkait, kualitas udara ambien Kota Semarang tahun 2012-2013, dan
dokumentasi kenampakan variabel penelitian. Dengan menggunakan sistem
informasi RTH dan cemaran udara diharapkan mampu meningkatkat
optimalisasi fungsi RTH dan memonitoring keberadaan RTH di Kota
Semarang. Selain itu mampu menjadi salah satu media pembelajaran dalam
mengkaji ilmu lingkungan terkait RTH. Hasil dari interpretasi sistem secara
digital di uji coba menggunakan 5 simulasi dengan hasil yang berbeda. Sistem
inforemasi tersebut di validasi oleh beberapa pihak yang ditentukan sebagai
informan dan validator dengan hasil cukup baik.
F. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap, yaitu:
1. Tahapan Persiapan
64
Pada tahapan penelitian ini, yaitu dengan penentuan lokasi sampel
yang ingin dijadikan tempat penelitian serta mempersiapkan alat-alat dan
perlengkapan yang digunakan pada saat penelitian.
2. Tahapan Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanan ini dilakukan pengukuran data primer yang
diperlukan seperti data jumlah kendaraan pada waktu jam puncak untuk
menghitung cemaran udara berupa karbondioksida hasil kegiatan transportasi.
Sedangkan data sekunder seperti data lahan potensial, kualitas udara ambien
Kota Semarang, data luas RTH Kota Semarang, monografi kota dan data peta
seperti Peta Adminitrasi Kota Semarang, Peta Penggunaan Lahan Kota
Semarang dari lembaga-lembaga terkait.
3. Tahapan Evaluasi Data
Proses pengelolahan data dengan menganalisis persebaran keberadaan
RTH dan cemaran udara di Kota Semarang, melalui sistem informasi RTH
dan cemaran udara serta keterkaitannya terhadap kualitas udara ambien yang
nantinya diperoleh informasi terkait optimalisasi dan monitoring serta Arahan
RTH di Kota Semarang.
4. Tahapan Pelaporan
Hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan analisis data berupa
sistem informasi, grafik, peta, tabel dan analisis deskripsi dari hasil yang
diperoleh.
65
G. Teknik Analisis Data
Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan ekologi (ecological
approach). Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Analisis Spasial (Keruangan)
Teknik Analisis ini menganalisis kenampakan keruangan dengan
mendeskripsikan kenampakan keruangan yang diperoleh dari kegiatan
interpretasi.
2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif yang menjelaskan atau menggambarkan hasil
penelitian apa adanya, kemudian hasil tersebut di persentase untuk
menemukan berapa persen hubungan antar variabel. Analisis ini digunakan
untuk menjabarkan kondisi kebutuhan RTH, cemaran udara hasil kegiatan
transportasi dan keterkaitannya terhadap perubahan iklim.
3. Analisis Komparatif
Analisis komparatif digunakan untuk membandingkan antara data
kualitas udara dengan mengacu pada tabel baku mutu udara ambien nasional
dengan kebutuhan RTH berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2008. Adapun yang digunakan untuk mengukur masing-
masing variabel menggunakan beberapa rumus dan pendekatan seperti
Gambar 3.1 dan diuraikan sebagai berikut:
a) KRTH = (0,3 LAI) + (0,3 IK) + (0,3 SCUB) + (0,2KO)
b) SCUB = TEC + PC + LHR + PL
66
c) ORTH = Join Spasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa )
Gambar 3.1 Alogaritma Perhitungan ORTH
Keterangan:
>< : Proses Keterkaitan Alogaritma
: Proses Hubungan Alogaritma
: Penyederhanaan Alogaritma
KRTH SCUB
ORTH
(KRTH >< POT – RTHa) >< SCUB
C.Laboratorium >< C.Transportasi
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, pada
lokasi penelitian yang meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Semarang Utara,
Semarang Selatan, Semarang Timur dan Semarang Tengah dengan luas lokasi
penelitian 3335,41 Ha terdapat beberapa sebaran lahan hijau. Sekitar 15%-25%
keberadaan sebagai potensi taman, 24%-41% keberadaan sebagai potensi
lapangan olah raga, 19%-32% sebagai potensi koridor jalur hijau, dan 41%
sebagai potensi pemakaman kecuali pada Semarang Utara dan Semarang Tengah.
Cemaran udara berupa CO2 pada lokasi penelitian yang dihitung dengan
koncersi jumlah konsumsi bbm kendaraan, hasil CO2 perhitungan lapangan, yaitu
Semarang Utara 1.170,77 µg/m3
; Semarang Selatan 590,45 µg/m3
; Semarang
Timur 532,37 µg/m3
; dan Semarang Tengah 937,96 µg/m3. Berdasarkan
klasifikasi cemaran udara, keempat lokasi penelitian tersebut tercemar gas CO2
terutama dari proses transportasi.
Pengadaan sistem informasi RTH dan Cemaran Udara di Kota Semarang
terbilang cukup baik dalam membantu proses monitoring keberadaan optimal
RTH dan arahan vegetasi sehingga dapat menjadi salah satu pedoman dalam
pengadaan RTH ideal sesuai undag-undang. Selain itu mampu menjadi media
pembelajaran sederhana terkait optimalisasi RTH.
164
165
Berdasarkan perhitungan sistem informasi, Semarang Timur dan Semarang
Selatan merupakan kecamatan yang memiliki optimal RTH yang cukup ideal
karena selisih Lahan Potensial dan RTH Aktual relatif sedikit sehingga
pemanfaatan lahan potensial cukup intensif yakni ORTH sebesar 2,17% hingga
2,33%. Sedangkan Semarang Tengah dan Semarang Utara perlu diadakan
peningkatan oprimalisasi RTH lebih intensif yakni ORTH sebesar 6,43% hingga
19,20%. Arahan Kebutuhan RTH berdasarkan proporsi wilayah yaitu 30% dari
luas wilayah perkotaan, maka perlu penambahan luasan dan peningkatan fungsi
RTH pada lokasi penelitian terutama Semarang Utara dan Semarang Tengah.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan peneliti memberikan
beberapa saran yang bisa diajukan adalah sebagai berikut:
1. Instansi/dinas terkait yang menangani kondisi tanaman yang ada di taman kota
perlu melakukan monitoring secara intensif periodik terhadap vegetasi RTH di
Kota Semarang.
2. Pemerintah Kota Semarang diharapkan mengeluarkan kebijakan mengenai
penghijauan perkarangan rumah atau lahan kosong yang belum dihijaukan
secara intensif dan berkala.
3. Pemerintah dalam menangani cemaran udara dapat melakukan pengukuran
kualitas udara secara acak setiap beberapa bulan sekali dan perlu adanya
166
pemasangan stasiun pemantau pencemar udara di beberapa titik ruas jalan
protokol yang sering mengalami kepadatan kendaraan.
4. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya dampak cemaran
udara baik secara langsung (seminar, edukasi, dll), maupun melalui berbagai
media cetak maupun elektronik.
167
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, Dian. 2010. Kemampuan Ruang Terbuka Hijau Dalam Menyerap Iklim
Mikro, CO, CO2 Dan Menghasilkan O2 di Kecamatan Semarang Timur
Dan Semarang Tengah Kota Semarang. Skripsi. Semarang. Fakultas Ilmu
Sosial Unnes.
Aftriana, Careca Virma. 2013. Analisis Perubahan Kerapatan Vegetasi Kota
Semarang Menggunakan Bantuan Teknologi Penginderaan Jauh. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Unnes.
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Asheima, Asbjorn. Amundsena, Helene. Weia, Taouyuan. 2012. Impacts and
Adaptation to Climatechange in European Economies. Journal of Springer
Science, Publish online: 9 April 2008. Center for International Climate and
Environmental Research. Norway.
Bemmelen. 1970. Geology the Science of a Changing Earth. New York:
Mc.Graw-Hill Book Company.
BLH. 2010. Kumpulan Peraturan Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Semarang. BLH Kota Semarang.
BPS. 2007. Statistik Daerah Kota Semarang Tahun 2012. Semarang: BPS Kota
Semarang.
___. 2012. Statistik Daerah Kota Semarang Tahun 2012. Semarang: BPS Kota
Semarang.
. 2013. Statistik Daerah Kota Semarang Tahun 2013. Semarang: BPS Kota
Semarang.
Budihardjo. 1999. Keberadaan Taman Hijau dalam Kota Berkelanjutan.
Semarang. Undip Semarang
Cheng, Kuang Jung. Tsai, Che-hui. Chiang, Hsu-cherng. Hsu, Ching-wen. 2006.
Meteorologically Adjusted Ground Level Ozone Trends in Southern
Taiwan. Journal of Springer Science-Business Media B.V. 2006, Publish
online: 28 October 2006. Taiwan, Republic of China: Department of
Water Resources and Environmental Engineering. Tamkang University.
168
Dahlan, Endes N. 1992. Hutan Kota: Untuk Pengelolaan Dan Peningkatan
Kualitas Lingkungan Hidup. Jakarta: Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia
(APHI).
Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan jauh digital. Yogyakarta: Andi
Offset.
Djamal, Irwan Zoer’aini. 2005. Tantangan Lingkungan & Lansekap Hutan Kota.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Fandeli, Chafid, Kaharuddin, Mukhlison. 2003. Perhutanan Kota. Jogjakarta:
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Grey and Deneke. 1978. Urban Forestry. New York: Mc.Graw-Hill Book
Company.
Hakim. 1993. Ruang dan Ruang Terbuka Hijau. Jakarta: Gramedia
http://bebasbanjir2025.wordpress.com (diunduh tanggal 28 maret 2014, jam 09:07
WIB).
Jogiyanto, 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Jakarta: Gramedianusa
Kaiser, Goschalk and Chapin. 1905. Open Space on City. Deutch. City University
Deutchland
Lee, Y.C. Wenig, Mark. Yang, Xun. 2009. The Emergence of Urban Ozone
Episode in autumn and Air Temperature Rise in Hong Kong. Journal of
Springer Science, Published online: 5 May 2009. China: Laboratory for
Atmospheric Research, Department of Physics and Materials Science. City
University of Hong Kong.
Manggaraini. 2008. Sub Daerah Aliran Sungai Kripik Garang Kabupaten
Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial
Palangan, Abraham dan Ariyani Indrayanti. 2009. Diktat Perkuliahan Geografi
Politik dan Letak Negara. Semarang: Geografi Unnes.
P.B, Tyas Taufan. 2011. Studi Analisis Uji Emisi Karbon Monoksida (CO) pada
Kendaraan Bermotor Roda Dua. Skripsi. Fakultas Teknik. Undip.
169
Pentury, Thomas. 2003. Konstruksi Model Matematika Tangkapan CO2 pada
Tanaman Hutan Kota. Jakarta: Gramedia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Ruang
Terbuka Hijau.
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Rencana Detail
Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota I.
Permana, Hendra. 2006. Penentuan Luasan Optimal Jalur Hijau Sebagai Penyerap
Gas CO2 (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi, Ruas Ciawi-TMII). Skripsi.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Prasetyo, Galih Whisnu. 2010. Kajian Luas Terbuka Hijau terhadap Tingkat
Kenyamanan di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. Skripsi.
Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Unnes.
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). 2012. Masterplan Ruang Terbuka
Hijau (RTH). Semarang: Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang Provinsi Jawa
Tengah.
Pusponingrum, Dwi Erlina. 2012. Optimalisasi Ruang Terbuka Hijau Untuk
Memenuhi Kebutuhan Oksigen di Kecamatan Tembalang Kota Semarang
Tahun 2011. Skripsi. Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Unnes.
Rijal, Syamsu. 2008. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Makassar Tahun
2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat. No. 1. Hal 001-110.
Setyowati, DL & Nana Kariada. 2014. Pengembangan Model Kota Hijau Untuk
Meredam Cemaran Udara Sebagai Upaya Antisipasi Perubahan Iklim di
Kota Semarang. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Semarang.
Shaningrahi, Wenpo. Yin, Yongquan. Zhang, Jianda. Ji, Xia. Deng, Xingyan.
2008. Surface Ozone and Meteorological Condition in a Single Year at an
Urban Site in Central–Eastern China. Journal of Springer Science,
170
Business Media B.V. 2008, Publish online: 9 April 2008.China: College of
Chemistry and Environmental Science. Hebei University.
Simmond. 1994. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Soedomo. 1999. Perubahan Lingkungan Akibat Pencemaran Udara. Jakarta:
Bumi Aksara
Soenaryo, Slamet. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gajah Mada
University Press.
Sulistijorini. 2009. Keefektifan dan Toleransi Jenis Tanaman Jalur Hijau Jalan
Dalam Mereduksi Pencemar NO2 akibat aktivitas Transpotasi. Jurnal
Pascasarjana. Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Institut Pertanian Bogor.
Teknik Lingkungan. 2009. Pengantar Pencemaran Udara. Teknik Lingkungan:
ITB.
Thaden, dkk. 1996. Peta Geologi Lembar Magelang-Semarang-RE.
Tika Pabundu, Moh. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Triyono & Soemarmo. 2012. Ruang Terbuka Hijau dalam Kota. Jakarta: Bumi
Aksara
Yang, J. Joe, M. Zhou, J. Sun, Z. 2005. The Urban Forest in Beijing and Its Role
in Air Pollution Reduction. Journal of Springer Science, Publish online:
April 2008. Number 5 page 65-78. Department of Environmental science.
University of California at Berkeley.
171
Waktu.15.00.16.00
NO Jenis Kendaraan Jumlah Bbm Total
1 Sedan CS 663 5 3315
2 Sepeda Motor 1001 1 1001
3 Bus 10 10 100
4 Truk 12 10 120
5 Sepeda 14 0 0
6 Becak 1 0 0
JUMLAH 26 4536
Waktu.16.00.17.00
1 Sedan CS 912 5 4560
2 Sepeda Motor 2832 1 2832
3 Bus 11 10 110
4 Truk 10 10 100
5 Sepeda 26 0 0
6 Becak 9 0 0
JUMLAH 26 7602
Waktu.17.00.18.00
1 Sedan CS 902 5 4510
2 Sepeda Motor 3320 1 3320
3 Bus 10 10 100
4 Truk 6 10 60
5 Sepeda 29 0 0
6 Becak 8 0 0
JUMLAH 26 7990
Majapahit ( Depan SMA 5)
Waktu.15.00.16.00
NO
Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 678 5 3390
2 Sepeda Motor 1794 1 1794
3 Bus 13 10 130
4 Truk 22 10 220
5 Sepeda 26 0 0
6 Becak 8 0 0
JUMLAH 26 5534
Waktu.16.00.17.00
1 Sedan CS 897 5 4485
2 Sepeda Motor 3396 1 3396
3 Bus 21 10 210
172
4 Truk 15 10 150
5 Sepeda 52 0 0
6 Becak 15 0 0
JUMLAH 26 8241
Waktu.17.00.18.00
1 Sedan CS 927 5 4635
2 Sepeda Motor 3732 1 3732
3 Bus 12 10 120
4 Truk 6 10 60
5 Sepeda 43 0 0
6 Becak 12 0 0
JUMLAH 26 8547
Soegiyapranoto ( depan rumah Gubernur)
Waktu.15.00.16.00
NO Jenis Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 1053 5 5265
2 Sepeda Motor 2214 1 2214
3 Bus 33 10 330
4 Truk 22 10 220
5 Sepeda 12 0 0
6 Becak 8 0 0
JUMLAH 26 8029
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 952 5 4760
2 Sepeda Motor 3388 1 3388
3 Bus 34 10 340
4 Truk 20 10 200
5 Sepeda 24 0 0
6 Becak 3 0 0
JUMLAH 26 8688
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 918 5 4590
2 Sepeda Motor 3373 1 3373
3 Bus 30 10 300
4 Truk 12 10 120
5 Sepeda 21 0 0
6 Becak 2 0 0
JUMLAH 26 8383
dr.sutomo
173
Waktu.15.00.16.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 487 5 2435
2 Sepeda Motor 1228 1 1228
3 Bus 20 10 200
4 Truk 19 10 190
5 Sepeda 4 0 0
6 Becak 4 0 0
JUMLAH 26 4053
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 649 5 3245
2 Sepeda Motor 1939 1 1939
3 Bus 24 10 240
4 Truk 22 10 220
5 Sepeda 15 0 0
6 Becak 7 0 0
JUMLAH 26 5644
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 627 5 3135
2 Sepeda Motor 1838 1 1838
3 Bus 19 10 190
4 Truk 12 10 120
5 Sepeda 14 0 0
6 Becak 4 0 0
JUMLAH 26 5283
Pandanaran ( depan masjid agung) Waktu.15.00.16.00
NO Jenis Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 2208 5 11040
2 Sepeda Motor 4297 1 4297
3 Bus 20 10 200
4 Truk 58 10 580
5 Sepeda 30 0 0
6 Becak 26 0 0
JUMLAH 26 16117
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1896 5 9480
2 Sepeda Motor 4083 1 4083
3 Bus 22 10 220
174
4 Truk 23 10 230
5 Sepeda 30 0 0
6 Becak 21 0 0
JUMLAH 26 14013
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1797 5 8985
2 Sepeda Motor 4642 1 4642
3 Bus 13 10 130
4 Truk 9 10 90
5 Sepeda 37 0 0
6 Becak 22 0 0
JUMLAH 26 13847
Simpang Lima Waktu.15.00.16.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 2229 5 11145
2 Sepeda Motor 4097 1 4097
3 Bus 23 10 230
4 Truk 79 10 790
5 Sepeda 15 0 0
6 Becak 15 0 0
JUMLAH 26 16262
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1815 5 9075
2 Sepeda Motor 4492 1 4492
3 Bus 18 10 180
4 Truk 10 10 100
5 Sepeda 44 0 0
6 Becak 13 0 0
JUMLAH 26 13847
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2222 5 11110
2 Sepeda Motor 4092 1 4092
3 Bus 7 10 70
4 Truk 13 10 130
5 Sepeda 32 0 0
6 Becak 16 0 0
JUMLAH 26 15402
mt.Haryono
175
Waktu.15.00.16.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 1125 5 5625
2 Sepeda Motor 2313 1 2313
3 Bus 1 10 10
4 Truk 26 10 260
5 Sepeda 48 0 0
6 Becak 27 0 0
JUMLAH 26 8208
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 889 5 4445
2 Sepeda Motor 2865 1 2865
3 Bus 1 10 10
4 Truk 17 10 170
5 Sepeda 93 0 0
6 Becak 65 0 0
JUMLAH 26 7490
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 654 5 3270
2 Sepeda Motor 2270 1 2270
3 Bus 1 10 10
4 Truk 28 10 280
5 Sepeda 88 0 0
6 Becak 36 0 0
JUMLAH 26 5830
Jalan Pattimura Waktu.15.00.16.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 649 5 3245
2 Sepeda Motor 1935 1 1935
3 Bus 3 10 30
4 Truk 37 10 370
5 Sepeda 45 0 0
6 Becak 51 0 0
JUMLAH 26 5580
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 815 5 4075
2 Sepeda Motor 4691 1 4691
3 Bus 5 10 50
176
4 Truk 26 10 260
5 Sepeda 117 0 0
6 Becak 50 0 0
JUMLAH 26 9076
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 481 5 2405
2 Sepeda Motor 2446 1 2446
3 Bus 3 10 30
4 Truk 9 10 90
5 Sepeda 41 0 0
6 Becak 31 0 0
JUMLAH 26 4971
Jalan Pemuda Waktu.15.00.16.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 877 5 4385
2 Sepeda Motor 1846 1 1846
3 Bus 28 10 280
4 Truk 25 10 250
5 Sepeda 15 0 0
6 Becak 12 0 0
JUMLAH 26 6761
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1143 5 5715
2 Sepeda Motor 2708 1 2708
3 Bus 40 10 400
4 Truk 19 10 190
5 Sepeda 18 0 0
6 Becak 13 0 0
JUMLAH 26 9013
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1089 5 5445
2 Sepeda Motor 3301 1 3301
3 Bus 38 10 380
4 Truk 31 10 310
5 Sepeda 18 0 0
6 Becak 11 0 0
JUMLAH 26 9436
Jalan Pandanaran2
177
Waktu.15.00.16.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 1174 5 5870
2 Sepeda Motor 2731 1 2731
3 Bus 16 10 160
4 Truk 14 10 140
5 Sepeda 28 0 0
6 Becak 16 0 0
JUMLAH 26 8901
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1142 5 5710
2 Sepeda Motor 2849 1 2849
3 Bus 14 10 140
4 Truk 5 10 50
5 Sepeda 14 0 0
6 Becak 4 0 0
JUMLAH 26 8749
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1263 5 6315
2 Sepeda Motor 3279 1 3279
3 Bus 16 10 160
4 Truk 4 10 40
5 Sepeda 19 0 0
6 Becak 6 0 0
JUMLAH 26 9794
Bangkong Waktu.15.00.16.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 1892 5 9460
2 Sepeda Motor 5158 1 5158
3 Bus 48 10 480
4 Truk 30 10 300
5 Sepeda 21 0 0
6 Becak 3 0 0
JUMLAH 26 15398
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1754 5 8770
2 Sepeda Motor 5213 1 5213
3 Bus 38 10 380
4 Truk 24 10 240
178
5 Sepeda 17 0 0
6 Becak 0 0 0
JUMLAH 26 14603
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1632 5 8160
2 Sepeda Motor 5012 1 5012
3 Bus 28 10 280
4 Truk 23 10 230
5 Sepeda 12 0 0
6 Becak 0 0 0
JUMLAH 26 13682
mt.Haryono Waktu.06.00.07.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 1125 5 5625
2 Sepeda Motor 2313 1 2313
3 Bus 1 10 10
4 Truk 26 10 260
5 Sepeda 48 0 0
6 Becak 27 0 0
JUMLAH 26 8208
Waktu.07.00.08.00 1 Sedan CS 889 5 4445
2 Sepeda Motor 2865 1 2865
3 Bus 1 10 10
4 Truk 17 10 170
5 Sepeda 93 0 0
6 Becak 65 0 0
JUMLAH 26 7490
Waktu.08.00.09.00 1 Sedan CS 654 5 3270
2 Sepeda Motor 2270 1 2270
3 Bus 1 10 10
4 Truk 28 10 280
5 Sepeda 88 0 0
6 Becak 36 0 0
JUMLAH 26 5830
179
Dr.Cipto Waktu.15.00.16.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 639 5 3195
2 Sepeda Motor 1987 1 1987
3 Bus 23 10 230
4 Truk 37 10 370
5 Sepeda 32 0 0
6 Becak 51 0 0
JUMLAH 26 5782
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 815 5 4075
2 Sepeda Motor 4691 1 4691
3 Bus 5 10 50
4 Truk 26 10 260
5 Sepeda 117 0 0
6 Becak 50 0 0
JUMLAH 26 9076
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 481 5 2405
2 Sepeda Motor 2446 1 2446
3 Bus 3 10 30
4 Truk 9 10 90
5 Sepeda 41 0 0
6 Becak 31 0 0
JUMLAH 26 4971
Tanah Mas Waktu.06.00.07.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 1867 5 9335
2 Sepeda Motor 5982 1 5982
3 Bus 128 10 1280
4 Truk 234 10 2340
5 Sepeda 23 0 0
6 Becak 4 0 0
JUMLAH 26 18937
Waktu.07.00.08.00 1 Sedan CS 1566 5 7830
2 Sepeda Motor 4982 1 4982
180
3 Bus 98 10 980
4 Truk 182 10 1820
5 Sepeda 18 0 0
6 Becak 0 0 0
JUMLAH 26 15612
Waktu.08.00.09.00 1 Sedan CS 1716 5 8580
2 Sepeda Motor 4678 1 4678
3 Bus 85 10 850
4 Truk 168 10 1680
5 Sepeda 11 0 0
6 Becak 1 0 0
JUMLAH 26 15788
Jalan Imam Bonjol Waktu.15.00.16.00
NO Jenis Kendaraan Jumlah Bbm total
1 Sedan CS 1567 5 7835
2 Sepeda Motor 3765 1 3765
3 Bus 23 10 230
4 Truk 22 10 220
5 Sepeda 26 0 0
6 Becak 8 0 0
JUMLAH 26 12050
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1126 5 5630
2 Sepeda Motor 3595 1 3595
3 Bus 24 10 240
4 Truk 28 10 280
5 Sepeda 24 0 0
6 Becak 3 0 0
JUMLAH 26 9745
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1564 5 7820
2 Sepeda Motor 3789 1 3789
3 Bus 20 10 200
4 Truk 22 10 220
5 Sepeda 11 0 0
6 Becak 2 0 0
JUMLAH 26 12029
181
Yos Sudarso Waktu.15.00.16.00
NO Jenis
Kendaraan Jumlah Bbm Total
1 Sedan CS 1675 5 8375
2 Sepeda Motor 3124 1 3124
3 Bus 34 10 340
4 Truk 112 10 1120
5 Sepeda 13 0 0
6 Becak 8 0 0
JUMLAH 26 12959
Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 1512 5 7560
2 Sepeda Motor 3217 1 3217
3 Bus 28 10 280
4 Truk 98 10 980
5 Sepeda 7 0 0
6 Becak 2 0 0
JUMLAH 26 12037
Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 1432 5 7160
2 Sepeda Motor 3075 1 3075
3 Bus 18 10 180
4 Truk 43 10 430
5 Sepeda 12 0 0
6 Becak 0 0 0
JUMLAH 26 10845
Id Keterangan Luas__m_ Cek X_Koordina Y_Koordina
0 Pekarangan/Taman 4.90062306963 Masih Ada 437346.147 9231448.889
0 Pekarangan/Taman 1.00135626365 Masih Ada 436527.583 9230538.190
0 Pekarangan/Taman 2.51501660739 Masih Ada 436347.687 9230302.324
0 Pekarangan/Taman 0.36612207509 Masih Ada 436079.523 9229916.558
0 Pekarangan/Taman 0.46865912683 Masih Ada 435553.148 9230049.165
0 Pekarangan/Taman 0.25729557593 Masih Ada 435589.342 9229938.778
0 Pekarangan/Taman 0.24624139563 Masih Ada 435613.751 9229652.914
0 Pekarangan/Taman 0.26472855924 Masih Ada 435168.805 9229931.925
0 Pekarangan/Taman 0.44750371281 Masih Ada 436034.118 9229463.765
0 Pekarangan/Taman 0.77365086754 Masih Ada 433875.536 9230629.952
182
0 Pekarangan/Taman 0.68082543584 Masih Ada 434460.923 9230191.325
0 Pekarangan/Taman 0.24172629483 Masih Ada 434478.217 9230036.924
0 Pekarangan/Taman 0.81483621269 Masih Ada 434605.255 9229862.472
0 Pekarangan/Taman 0.63076940102 Masih Ada 434751.230 9228993.915
0 Pekarangan/Taman 0.43244612374 Masih Ada 434167.130 9229018.540
0 Pekarangan/Taman 0.14288146654 Masih Ada 437932.868 9230564.142
0 Pekarangan/Taman 0.47331465854 Masih Ada 437867.686 9230367.527
0 Pekarangan/Taman 3.85463149284 Masih Ada 438095.436 9230197.710
0 Pekarangan/Taman 0.60193965943 Masih Ada 437206.402 9229507.308
0 Pekarangan/Taman 1.89737716862 Masih Ada 437717.825 9229086.997
0 Pekarangan/Taman 0.24077586377 Masih Ada 437657.227 9228544.981
0 Pekarangan/Taman 0.21955010374 Masih Ada 434591.407 9227762.221
0 Pekarangan/Taman 0.50535933267 Masih Ada 434760.113 9227655.154
0 Pekarangan/Taman 0.17142867052 Masih Ada 434596.725 9226968.451
0 Pekarangan/Taman 0.49151387151 Masih Ada 435593.043 9227424.642
0 Pekarangan/Taman 0.40461538494 Masih Ada 435525.296 9227064.702
0 Pekarangan/Taman 0.31789907554 Masih Ada 434727.866 9226703.534
0 Pekarangan/Taman 0.35816021920 Masih Ada 435291.722 9226816.915
0 Pekarangan/Taman 0.74234032861 Masih Ada 435227.428 9226717.794
0 Pekarangan/Taman 0.35287708269 Masih Ada 435784.822 9226861.967
0 Pekarangan/Taman 0.90086586161 Masih Ada 435902.066 9226767.813
0 Pekarangan/Taman 0.61211512538 Masih Ada 436379.705 9226779.070
0 Pekarangan/Taman 0.15321095846 Masih Ada 436248.118 9226842.221
0 Pekarangan/Taman 0.71340560446 Masih Ada 436306.962 9226637.876
0 Pekarangan/Taman 0.10967062663 Masih Ada 436456.491 9226786.100
0 Pekarangan/Taman 0.92691718984 Masih Ada 436540.045 9226741.874
0 Pekarangan/Taman 0.28656461077 Masih Ada 436474.439 9226628.409
0 Pekarangan/Taman 0.19602258182 Masih Ada 436698.811 9226838.885
0 Pekarangan/Taman 0.42246874277 Masih Ada 436916.474 9226482.629
0 Pekarangan/Taman 0.43285283865 Masih Ada 437003.682 9225939.564
0 Pekarangan/Taman 0.15211789574 Masih Ada 437884.530 9225333.479
0 Pekarangan/Taman 0.99086135921 Masih Ada 438381.872 9225634.971
0 Pekarangan/Taman 0.39495999757 Masih Ada 438555.242 9225931.060
0 Pekarangan/Taman 0.73344508771 Masih Ada 438836.355 9225683.609
0 Pekarangan/Taman 0.22990752626 Masih Ada 438870.009 9225576.839
0 Pekarangan/Taman 0.26543206478 Masih Ada 438782.154 9225429.280
0 Pekarangan/Taman 0.26160634526 Masih Ada 437592.228 9227548.203
0 Pekarangan/Taman 0.18490977746 Masih Ada 437456.498 9227542.851
0 Pekarangan/Taman 0.16632771116 Masih Ada 437450.273 9227726.834
0 Lahan Terbuka 9.73261114494 Masih Ada 433857.039 9231072.712
0 Lahan Terbuka 4.71284120549 Masih Ada 434693.619 9230846.954
183
0 Lahan Terbuka 55.16238967730 Masih Ada 435052.881 9231385.169
0 Lahan Terbuka 1.07177533717 Masih Ada 435350.478 9230229.340
0 Lahan Terbuka 1.76954854027 Masih Ada 434763.817 9229784.035
0 Lahan Terbuka 1.77597876306 Masih Ada 435517.705 9229120.678
0 Lahan Terbuka 0.16212767802 Masih Ada 435657.662 9229016.577
0 Lahan Terbuka 0.34405720985 Masih Ada 435328.018 9229075.602
0 Lahan Terbuka 0.67573826109 Masih Ada 435371.188 9228431.910
0 Lahan Terbuka 0.48019495476 Masih Ada 435719.338 9228759.413
0 Lahan Terbuka 0.68687680384 Masih Ada 436091.174 9228620.660
0 Lahan Terbuka 0.22772131877 Masih Ada 436004.886 9228483.981
0 Lahan Terbuka 0.09900926902 Masih Ada 435999.388 9228409.660
0 Lahan Terbuka 0.93059996489 Masih Ada 436927.271 9229816.136
0 Lahan Terbuka 0.23563314421 Masih Ada 437125.224 9229752.563
0 Lahan Terbuka 0.40182711290 Masih Ada 436681.973 9229535.077
0 Lahan Terbuka 0.91751722168 Masih Ada 436205.188 9229691.411
0 Lahan Terbuka 0.34317041806 Masih Ada 436429.065 9229579.209
0 Lahan Terbuka 0.08280945152 Masih Ada 436382.982 9229478.306
0 Lahan Terbuka 3.08519715562 Masih Ada 435660.298 9232423.496
0 Lahan Terbuka 3.05529188824 Masih Ada 436981.502 9232338.983
0 Lahan Terbuka 1.96316161248 Masih Ada 437131.360 9232268.972
0 Lahan Terbuka 0.12551687526 Masih Ada 437803.353 9231495.635
0 Lahan Terbuka 0.19410684913 Masih Ada 437446.170 9231165.230
0 Lahan Terbuka 1.22989876220 Masih Ada 436737.490 9231204.928
0 Lahan Terbuka 1.00996653831 Masih Ada 438126.659 9231118.715
0 Lahan Terbuka 0.11079918857 Masih Ada 434940.469 9227715.721
0 Lahan Terbuka 0.10385688351 Masih Ada 436191.196 9227599.041
0 Lahan Terbuka 0.26241913080 Masih Ada 436161.764 9227728.396
0 Lahan Terbuka 0.76726355386 Masih Ada 436091.972 9226530.671
0 Lahan Terbuka 0.70589357724 Masih Ada 437905.150 9230690.756
0 Lahan Terbuka 0.97136732224 Masih Ada 437803.731 9230467.539
0 Lahan Terbuka 2.05823687880 Masih Ada 437644.030 9230328.136
0 Lahan Terbuka 0.21733970233 Masih Ada 437815.088 9230354.115
0 Lahan Terbuka 0.27074989684 Masih Ada 437638.545 9230098.050
0 Lahan Terbuka 0.60731284556 Masih Ada 436994.831 9230023.213
0 Lahan Terbuka 0.25242221151 Masih Ada 437556.254 9229912.054
0 Lahan Terbuka 0.27713681749 Masih Ada 437669.433 9229668.291
0 Lahan Terbuka 0.10663380553 Masih Ada 437676.562 9229397.151
0 Lahan Terbuka 0.19299608033 Masih Ada 437218.399 9229321.053
0 Lahan Terbuka 0.10941072756 Masih Ada 437241.107 9228810.957
0 Lahan Terbuka 0.26547374502 Masih Ada 437531.249 9228661.364
0 Lahan Terbuka 0.09330457984 Masih Ada 437694.985 9227978.661
184
0 Lahan Terbuka 0.23631606381 Masih Ada 437644.918 9228326.659
0 Lahan Terbuka 0.37821677899 Masih Ada 437526.979 9228395.331
0 Lahan Terbuka 0.25962587394 Masih Ada 437247.048 9228425.431
0 Lahan Terbuka 0.07164458808 Masih Ada 437983.005 9225863.646
0 Lahan Terbuka 0.12190687664 Masih Ada 437647.311 9225492.293
0 Lahan Terbuka 0.36627601431 Masih Ada 438860.203 9225382.308
0 Lahan Terbuka 0.33656294870 Masih Ada 438922.420 9225633.572
0 Lahan Terbuka 0.61425515060 Masih Ada 438918.416 9225782.170
0 Lahan Terbuka 0.24797913629 Masih Ada 437391.278 9226675.805
0 Lahan Terbuka 0.49762442580 Masih Ada 437838.028 9226753.190
0 Lahan Terbuka 0.04220921469 Masih Ada 437405.731 9227169.219
0 Lahan Terbuka 0.10968841975 Masih Ada 437435.183 9227315.220
0 Lahan Terbuka 0.15578532526 Masih Ada 437895.024 9227047.504
0 Lahan Terbuka 0.25936451658 Masih Ada 437074.861 9227965.227
0 Lahan Terbuka 0.08913919681 Masih Ada 436766.666 9228544.086
0 Taman Kota/Hutan Kota 7.23356256084 Masih Ada 434454.809 9231566.911
0 Taman Kota/Hutan Kota 0.65466213021 Masih Ada 435406.573 9230974.360
0 Taman Kota/Hutan Kota 0.15440393722 Masih Ada 435459.740 9230646.594
0 Taman Kota/Hutan Kota 0.20012870831 Masih Ada 437537.787 9231388.580
0 Taman Kota/Hutan Kota 0.22796117768 Masih Ada 437795.663 9231374.323
0 Taman Kota/Hutan Kota 2.36841060771 Masih Ada 436251.022 9227272.965
0 Taman Kota/Hutan Kota 0.35784603473 Masih Ada 437841.102 9225993.926
0 Taman Kota/Hutan Kota 0.73424704906 Masih Ada 435934.651 9227045.816
0 Taman Kota/Hutan Kota 0.35850871257 Masih Ada 434770.220 9227970.832
0 Lapangan 2.49962082048 Masih Ada 433986.614 9229892.428
0 Lapangan 0.77997182016 Masih Ada 434229.895 9229477.485
0 Lapangan 1.98670817064 Masih Ada 435195.377 9229377.716
0 Lapangan 1.68518975250 Masih Ada 436555.635 9230235.929
0 Lapangan 0.27302327095 Masih Ada 435062.132 9228341.076
0 Lapangan 1.84423243461 Masih Ada 434377.065 9227268.847
0 Lapangan 0.63815876195 Masih Ada 434400.105 9226953.620
0 Lapangan 1.26902806765 Masih Ada 435783.566 9227287.683
0 Lapangan 1.11345553722 Masih Ada 435728.633 9227026.619
0 Lapangan 0.53190853977 Masih Ada 435886.795 9227121.500
0 Lapangan 0.37139520994 Masih Ada 436005.698 9227121.918
0 Lapangan 0.19615264127 Masih Ada 435822.009 9226569.682
0 Lapangan 0.24850419080 Masih Ada 436704.462 9226690.683
0 Lapangan 0.77798378666 Masih Ada 436838.057 9226764.928
0 Lapangan 0.63948411761 Masih Ada 436946.127 9226306.306
0 Lapangan 0.27302327094 Masih Ada 437677.220 9226426.710
0 Lapangan 1.49235050043 Masih Ada 437868.315 9227296.509
185
0 Lapangan 0.70972796890 Masih Ada 437077.931 9227355.828
0 Lapangan 1.10004521794 Masih Ada 438046.110 9229404.845
0 Lapangan 0.24651615727 Masih Ada 436271.929 9228230.124
0 Lapangan 1.02222291457 Masih Ada 438968.195 9225513.549
0 Lahan Pertanian 4.87380322740 Masih Ada 435582.839 9231356.370
0 Lahan Pertanian 1.68794004556 Masih Ada 435180.863 9231328.582
0 Jalur Hijau 1.55738386852 Masih Ada 436763.836 9231108.360
0 Jalur Hijau 1.76653832606 Masih Ada 436844.486 9230290.781
0 Jalur Hijau 0.77223152802 Masih Ada 436383.367 9229810.584
0 Jalur Hijau 0.08587805003 Masih Ada 437784.887 9229566.840
0 Jalur Hijau 0.51728106701 Masih Ada 435687.869 9229451.835
0 Jalur Hijau 1.52970276619 Masih Ada 436969.255 9227826.038
0 Jalur Hijau 0.38175476928 Masih Ada 436495.282 9227436.322
0 Jalur Hijau 0.25964691690 Masih Ada 437982.815 9225592.745
0 Jalur Hijau 0.72074574679 Masih Ada 435957.565 9226608.117
0 Jalur Hijau 1.39082185713 Masih Ada 435433.752 9229328.729
0 Jalur Hijau 0.88226277964 Masih Ada 435078.992 9228733.776
0 Jalur Hijau 2.75145221234 Masih Ada 434880.667 9228313.976
0 Jalur Hijau 0.65146863401 Masih Ada 435091.512 9228284.834
0 Jalur Hijau 1.24321895863 Masih Ada 434555.344 9227153.640
0 Jalur Hijau 1.01237628275 Masih Ada 435660.605 9226543.843
0 Pemakaman 0.33747389973 Masih Ada 436702.459 9229631.791
0 Pemakaman 0.20127667977 Masih Ada 436139.412 9229386.209
0 Pemakaman 1.52903184395 Masih Ada 435634.414 9228819.125
0 Pemakaman 0.11875324106 Masih Ada 435891.192 9228749.370
0 Pemakaman 0.17578163365 Masih Ada 435744.014 9228577.207
0 Pemakaman 0.31935899855 Masih Ada 438362.651 9226045.598
0 Pemakaman 0.52935766777 Masih Ada 437757.013 9225738.941
0 Pemakaman 0.36363986811 Masih Ada 436557.558 9225989.486
0 Pemakaman 0.10198018442 Masih Ada 437181.870 9226907.367
0 Pemakaman 0.22408803680 Masih Ada 437059.335 9227053.699
0 Pemakaman 0.63804707486 Masih Ada 434730.877 9227069.274
0 Pemakaman 24.11558697820 Masih Ada 435029.061 9227319.742
0 Pemakaman 0.27306536221 Masih Ada 434687.107 9228033.139
0 Pemakaman 0.32070084309 Masih Ada 434526.791 9228088.876
0 Pemakaman 0.61724848460 Masih Ada 434960.358 9228036.731
0 Pemakaman 0.44951791815 Masih Ada 436185.962 9227430.250
0 Pemakaman 0.18517454538 Masih Ada 435850.395 9228562.603
0 Pemakaman 0.45488529627 Masih Ada 435436.066 9228756.036
0 Pemakaman 0.17779440046 Masih Ada 435334.619 9228900.258
0 Pemakaman 0.14894474303 Masih Ada 437134.982 9228783.198
186
0 Pemakaman 0.44683422908 Masih Ada 436891.836 9228649.694
0 Pemakaman 0.21939158094 Masih Ada 436607.059 9228148.029
0 Pemakaman 0.14827382077 Masih Ada 436643.002 9228035.216
0 Pemakaman 0.17175610007 Masih Ada 436882.758 9227948.380
0 Pemakaman 0.41328811578 Masih Ada 436189.097 9228034.381
0 Pemakaman 0.26300152822 Masih Ada 435854.750 9228024.209
0 Pemakaman 0.25964691689 Masih Ada 436195.812 9227860.917
0 Sempadan Sungai 0.14223552037 Masih Ada 438078.360 9231670.804
0 Sempadan Sungai 0.60315911702 Masih Ada 437915.200 9231199.421
0 Sempadan Sungai 0.34753773373 Masih Ada 437494.019 9230979.124
0 Sempadan Sungai 0.38980583645 Masih Ada 437368.669 9230983.081
0 Sempadan Sungai 0.08252343870 Masih Ada 437159.106 9231194.780
0 Sempadan Sungai 0.30057317512 Masih Ada 437225.193 9230900.357
0 Sempadan Sungai 0.71855774673 Masih Ada 437290.614 9230804.541
0 Sempadan Sungai 9.98399423854 Masih Ada 437281.879 9230437.313
0 Sempadan Sungai 2.93863952455 Masih Ada 436306.600 9229913.196
0 Sempadan Sungai 0.09795465081 Masih Ada 434768.030 9231122.050
0 Sempadan Sungai 0.63452248716 Masih Ada 435220.068 9230796.618
0 Sempadan Sungai 2.43481601042 Masih Ada 438882.415 9225860.937
0 Sempadan Sungai 32.76749315180 Masih Ada 438272.503 9228650.861
0 Sempadan Sungai 17.49026672500 Masih Ada 433798.065 9230104.911
0 Sempadan Sungai 4.68209200816 Masih Ada 434001.575 9227748.477