sistem biaya taksirn

32
1 Adi Jauhari Asrori BAB 12 SISTEM BIAYA TAKSIRAN DEFINISI BIAYA TAKSIRAN Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan di muka dalam menghitung harga pokok produk yang diproduksi. Sebagian dari biaya taksiran hampir mirip dengan biaya standar, kedua-duanya merupakan biaya yang ditentukan dimuka. Akan tetapi ada perbedaannya juga, yaitu dalam metode penentuan, pengumpulan, penafsiran dan penggunaannya. Dari perbedaan itu, perbedaan intinya adalah pada metode yang dipakai dalam penentuan norma fisik atau kuantitas. TUJUAN PENGGUNAAN Tujuan penggunan sistem biaya taksiran adalah: Untuk jembatan menuju sistem biaya standar. Jika manajemen menginginkan adanya sistem pengendalian dalam perusahaannya, maka manajemen jangan hanya melihat pada kegiatan history saja, akan tetapi juga perlu memperhatikan apa yang akan direncanakan untuk masa mendatang. Untuk menghindari biaya yang relatif lebih besar dalam pemakaian sistem biaya standar. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan. Untuk mengurangi biaya akuntansi.

Upload: adi-jauhari

Post on 30-Jun-2015

757 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Biaya Taksirn

1

BAB 12

SISTEM BIAYA TAKSIRAN

DEFINISI BIAYA TAKSIRAN

Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang

menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan di muka dalam menghitung

harga pokok produk yang diproduksi.

Sebagian dari biaya taksiran hampir mirip dengan biaya standar, kedua-duanya

merupakan biaya yang ditentukan dimuka. Akan tetapi ada perbedaannya juga, yaitu

dalam metode penentuan, pengumpulan, penafsiran dan penggunaannya. Dari

perbedaan itu, perbedaan intinya adalah pada metode yang dipakai dalam penentuan

norma fisik atau kuantitas.

TUJUAN PENGGUNAAN

Tujuan penggunan sistem biaya taksiran adalah:

Untuk jembatan menuju sistem biaya standar.

Jika manajemen menginginkan adanya sistem pengendalian dalam

perusahaannya, maka manajemen jangan hanya melihat pada kegiatan

history saja, akan tetapi juga perlu memperhatikan apa yang akan

direncanakan untuk masa mendatang.

Untuk menghindari biaya yang relatif lebih besar dalam pemakaian sistem

biaya standar.

Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan.

Untuk mengurangi biaya akuntansi.

PENENTUAN BIAYA TAKSIRAN

Biaya taksiran biasanya dipecah menjadi tiga (3) unsur : biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Biaya taksiran dapat ditentukan atas

dasar data masa yang lalu, dari perhitungan, dari rumus kimia atau matematis, atau

secara sederhana dengan taksiaran.

Dalam penentuan taksiran biaya bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan

sejumlah produk tertentu, perlu dilakukan penaksiran tiap bahan baku yang

dibutuhkan dan berapa harganya.

Page 2: Sistem Biaya Taksirn

2

Untuk menentukan biaya tenaga kerja, harus diketahui dulu semua jenis

kegiatan untuk mengolah produk karena jam tenaga kerja dipengaruhi kemampuan

tiap karyawan dan jenis pekerjaannya.

Untuk taksiran biaya overhead pabrik yang dibebanakan pada produk

berdasarkan pada tarif yang ditentukan dimuka. Dalam menentukan tarif biaya

overhead pabrik perlu diadakan pemisahan biaya overhead pabrik dalam unsur biaya

tetap dan biaya variabel.

PROSEDUR AKUNTANSI DALAM SISTEM BIAYA TAKSIRAN

Gambar garis besar aliran biaya dalam sistem biaya taksiran

Ada beberapa prosedur dalam pencatatan biaya, yaitu:

1. Prosedur pencatatan biaya bahan baku

- Jika metode mutasi persediaan dipakai, pembelian bahan baku dicatat:

Persediaan bahan baku xxx

Utang dagang xxx

- Atas dasar bukti permintaan barang, dicatat pemakaian bahan baku

dalam kartu persediaan. Jurnal pemakaian bahan baku:

Barang dlm proses Biaya Bahan Baku xxx

Persediaan bahan baku xxx

Page 3: Sistem Biaya Taksirn

3

- jika metode fisik (physical inventory method) dipakai, pembelian bahan

baku dicatat sebagai berikut:

Pembelian xxx

Utang dagang xxx

Biaya bahan baku selama periode dapat dihitung dengan cara:

Harga pokok persediaan bahan baku pada awal periode Rp xxx

Pembelian xxx +

Harga pokok bahan baku yang tersedia untuk produksi Rp xxx

Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir periode xxx -

Biaya bahan baku selama periode xxx

Dalam metode persediaan fisik, jurnal untuk mencatat biaya bahan baku

selama periode tertentu adalah:

a. Barang dalam proses-biaya bahan baku xxx

Persediaan bahan baku xxx

(untuk menutup harga pokok persediaan bahan baku awal periode)

b. Barang dalam proses-biaya bahan baku xxx

Pembelian xxx

(untuk menutup rekening pembelian)

c. Persediaan bahan baku xxx

Barang dalam proses-biaya bahan baku xxx

(untuk mencatat harga pokok persediaan bahan baku akhir periode)

2. Prosedur pencatatan biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja (meliputi upah, biaya kesejahteraan karyawan, dan

biaya lain-lain untuk karyawan) yang sesungguhnya terjadi dalam suatu

periode di jurnal sebagai berikut:

Biaya Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xxx

Biaya Administrasi dan Umum xxx

Biaya Pemasaran xxx

Gaji dan Upah xxx

3. Prosedur pencatatan biaya overhead pabrik

Jurnal pencatatan harga produk-produk jadi yang masih dalam proses

Page 4: Sistem Biaya Taksirn

4

Metode 1

Rekening barang dalam proses didebit dengan BOP yang sesungguhnya

terjadi dalam periode ter tentu. Jurnal pencatatan BOP nya adalah:

Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx

Persediaan suku cadang xxx

Akumulasi depresi aktiva tetap xxx

Kas xxx

Pada akhir periode, BOP yang sesungguhnya terjadi dibebankan pada

produk dengan jurnal:

Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik xxx

Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx

Metode 2

Rekening barang dalam proses didebit dengan BOP atas dasar tarif yang

ditentukan dimuka, jurnalnya:

Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx

Persediaan suku cadang xxx

Akumulasi depresi aktiva tetap xxx

Kas xxx

Jurnal pencatatan pembebanan BOP pada produk atas dasar tarif yang

ditentukan di muka:

Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik xxx

Biaya overhead yang dibebankan xxx

Jurnal penutupannya adalah:

BOP yang dibebankan xxx

BOP sesungguhnya xxx

Prosedur pencatatan Harga Pokok Produk jadi dan produk yang masih

dalam proses pada akhir periode.

Jurnal pencatatan harga pokok jadi dan produk yang masih dalam proses

pada akhir periode adalah sebagai berikut:

Persediaan produk jadi xxx

Persediaan produk dalam proses xxx

Barang dalam proses-Biaya bahan baku xxx

Barang dalam proses-Biaya tenaga kerja xxx

Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik xxx

Page 5: Sistem Biaya Taksirn

5

4. Prosedur pencatatan harga pokok produk yang dijual

Jurnal harga pokok produk yang dijual adalah:

Harga pokok penjualan xxx

Persediaan produk jadi xxx

5. Prosedur pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya

sesungguhnya

Jika memakai metode 1

Selisih Xxx

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xxx

Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx

(Untuk mencatat selisih rugi, yaitu biaya sesungguhnya lebih tinggi dari biaya taksiran)

Jika pencatatan biaya overhead pabrik memakai metode 2, maka selisih

antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung dengan cara:

(a) menghitung saldo rekening Barang dan Proses dan (b) menghitung

saldo rekening Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya.

Selisih tersebut ditransfer ke rekening Selisih dengan dua jurnal sebagai

berikut:

Selisih xx

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx

Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx

(Untuk mencatat selisih rugi, yaitu jumlah pendebitan rekening Barang dalam Proses lebih

tinggi dari jumlah pengkreditannya)

Selisih xx

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx

(Untuk mencatat selisih rugi, yaitu overhead pabrik sesungguhnya lebih tinggi dari yang

dibebankan atas dasar tarif)

Page 6: Sistem Biaya Taksirn

6

Contoh 1

PT Eliona memproduksi satu macam produk melalui satu tahap pengolahan.

Perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran, dan biaya taksiran per kilogram

produk adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku 2 kg @ Rp 9 Rp 18

Biaya tenaga kerja 1 jam @ Rp 27 27

Biaya overhead pabrik 1 jam @ Rp 37 37

Biaya taksiran per kilogram produk Rp 82

Data kegiatan perusahaan dalam bulan November 19X7 adalah sebagai berikut

1. Persediaan pada awal bulan November 19X7

a. Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp. 20.000

b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3.000 kg dengan tingkat

penyelesaian sebagai berikut: biaya bahan baku 100%; biaya konversi 2/3.

Harga pokok taksiran persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai

berikut:

Biaya bahan baku 100% x 3.000 x Rp 18 Rp 54.000

Biaya tenaga kerja 2/3 x 3.000 x Rp 27 54.000

Biaya Overhead pabrik 2/3 x 3.000 x Rp 27 74.000

Jumlah Rp 182.000

c. Persediaan produk jadi berjumlah 500 kg

2. Kegiatan selama bulan November 19X7

a. Pembelian bahan baku sebesar Rp 660.000.

b. Jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34.500 jam dengan biaya tenaga

kerja sebesar Rp 925.000.

c. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif per jam kerja

langsung sebesar Rp 37. Biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi

dalam bulan November berjumlah Rp 1.261.000.

d. Produk jadi yang ditransfer ke gudang selama bulan November berjumlah

35.500 kg.

e. Produk jadi dijual dengan harga jual Rp 110 per kg.

Page 7: Sistem Biaya Taksirn

7

3. Persediaan pada akhir bulan November 19X7

a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode masuk

pertama keluar pertama (MPKP) sebesar Rp 40.000.

b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 2.500 kg dengan tingkat

penyelesaian sebagai berikut: Biaya bahan baku 100%; biaya konversi 20%.

c. Persediaan produk jadi berjumlah 1.000 kg.

Jurnalnya:

1. Jurnal pembelian bahan baku:

Pembelian Rp 660.000

Utang Dagang Rp 660.000

2. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku

Persediaan Bahan Baku

Rp 640.000

40.000

Persediaan Bahan Baku

Pembelian

Rp 20.000

660.000

Perhitungan biaya bahan baku sesungguhnya adalah sebagai berikut:

Harga pokok persediaan bahan baku pada awal bulan Rp 20.000

Pembelian 660.000 +

Rp 680.000

Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir bulan 40.000 -

Biaya bahan baku selama bulan November Rp 640.000

3. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja sesungguhnya:

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp 925.000

Gaji dan Upah Rp 925.000

4. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk

Barang dalam Proses Biaya Overhead Pabrik Rp 1.276.500

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 1.276.500

Perhitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar

tarif adalah sebagai berikut: 34.500 jam x Rp 37 = Rp 1.276.500

5. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selama bulan

November.

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 1.261.000

Page 8: Sistem Biaya Taksirn

8

Berbagai Macam Rekening yang dikredit Rp 1.261.000

6. Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan ke rekening

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 1.276.500

Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp 1.276.500

7. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang

Persediaan Produk Jadi Rp 2.911.00

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 639.000

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 958.500

Barang dlm Proses-Biaya Overhead Pabrik 1.313.500

Harga pokok produk jadi ditentukan dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi

yang sesungguhnya dihasilkan dengan biaya taksiran per satuan. Perhitungan harga

pokok produk jadi adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku : 35.500 x Rp 18 Rp 639.000

Biaya tenaga kerja: 35.500 x Rp 27 958.500

Biaya overhead pabrik: 35.500 x Rp 37 1.313.500

Harga pokok taksiran produk jadi Rp 2.911.000

8. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan

November 19X7.

Persediaan Produk dalam Proses Rp 77.000

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 45.000

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 13.500

Barang dlm Proses-Biaya Overhead Pabrik 18.500

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ditentukan dengan cara

mengalikan unit ekuivalensi persediaan produk dalam proses akhir dengan biaya

taksiran per satuan. Perhitungan harga pokok persediaan produk dalam proses

akhir bulan adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku 100% x 2.500 x Rp18 Rp 45.000

Biaya tenaga kerja 13.500

Biaya overhead pabrik 18.500

Page 9: Sistem Biaya Taksirn

9

Harga pokok taksiran persediaan produk dlm proses akhir bulan Rp 77.000

9. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang terjual dalam bulan November 19X7.

Perhitungan harga pokok produk yang dijual adalah sebagai berikut:

Persediaan produk jadi akhir bulan 500 kg

Produk selesai bulan November 35.500

36.000 kg

Persediaan produk jadi akhir bulan 1.000 -

Jumlah produk yang terjual dalam bulan November 35.000

Biaya taksiran per kg produk Rp 82 x

Harga pokok penjualan Rp 2.870.000

10. Jurnal pencatatan hasil penjualan bulan November 19X7.

Piutang Dagang Rp 3.850.000

Hasil Penjualan Rp 3.850.000

35.000 kg x Rp 110

11. Jurnal pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya yang terdapat

dalam rekening Barang dalam Proses.

Selisih Rp 35.000

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 10.000

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 7.000

Barang dlm Proses-Biaya Overhead Pabrik 18.500

Selisih yang terdapat dalam rekening Barang dalam Proses dihitung dengan cara

mencari saldo tiap-tiap rekening Barang dalam Proses (lihat Gambar 12.3).

12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang

dibebankan atas dasar tarif.

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 15.500

Selisih Rp 15.500

Karena rekening Barang dalam Proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang

dibebankan atas dasar tarif yang ditentukan di muka, maka selisih antara biaya

overhead pabrik yang dibebankan dengan yang sesungguhnya terjadi terdapat

Page 10: Sistem Biaya Taksirn

10

dalam dua rekening. Barang dalam Proses (Rp 35.000) dan Biaya Overhead Pabrik

Sesungguhnya (Rp 15.500).

Debit Rekening Barang dalam

Proses-Biaya Overhead Pabrik

Jam tenaga kerja sesungguhnya x Tarif biaya

overhead pabrik per

jam

34.500 jam x Rp 37 = Rp 1.276.500

Debit Rekening Barang dalam

Proses-Biaya Overhead Pabrik

Taksiran jam tenaga kerja x Tarif biaya overhead

pabrik per satuan

produk

34.500 jam x Rp 37 = Rp 1.258.000

Selisih efisiensi biaya overhead pabrik Rp 18.500

Gambar 12.3 Perhitungan Selisih Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dengan

Biaya Overhead Pabrik Menurut Taksiran

* Jumlah taksiran jam kerja untuk menghasilkan produk dalam November 19X7

dihitung sebagai berikut:

Jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg yang ditransfer ke gudang terdiri dari

3.000 kg produk yang pada awal bulan masih dalam proses dan 32.500 kg sisanya

merupakan produk yang berasal dari produksi bulan November 19X7.

Karena menurut taksiran setiap 1 kg produk memerlukan 1 jam tenaga kerja, maka

perhitungan jumlah taksiran jam tenaga kerja untuk menghasilkan produk dalam

bulan November adalah sebagai berikut:

Jam tenaga kerja yang digunakan untuk produk yang pada

awal bulan masih dalam proses: (1-2/3) x 3.000 kg x 1 jam 1.000 jam

Jam tenaga kerja yang digunakan untuk menyelesaikan

produk jadi yang berasal dari produksi bulan November:

32.500 x 1 jam 32.500 jam

Jam tenaga kerja yang digunakan untuk mengolah produk

yang pada akhir bulan November masih dalam proses:

20% 2.500 kg x 1 jam 500

Page 11: Sistem Biaya Taksirn

11

Jumlah jam tenaga kerja 34.000 jam

Mengenai biaya overhead pabrik, selisih antara biaya taksiran dengan

biaya yang sesungguhnya dapat dibagi menjadi dua macam: (a) Selisih

karena perbedaan jam tenaga kerja; (b) Selisih karena perbedaan tarif

biaya overhead pabrik.

PROSEDUR AKUNTANSI DALAM SISTEM BIAYA TAKSIRAN JIKA

PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN

Jika proses produksi melalui lebih dari satu departemen produksi maka perlu

digunakan rekening Transfer untuk mencatat harga pokok taksiran produk selesai dari

departemen pertama atau departemen lain sebelum departemen terakhir.

Contoh 2

PT Eliona Sari memproduksi satu macam produk melalui dua departemen produksi:

departemen A dan B. Biaya taksiran tiap kilogram produk tersebut disajikan dalam

Gambar 12.6.

UnsurHarga Pokok Departemen A Departemen B

Jumlah Tiap Unsur __Biaya Produksi_

Biaya bahan baku

5 kg @ Rp 60 Rp 300,00 - Rp 300,00

Biaya tenaga kerja

3,5 jam @ Rp 27

3,0 jam @ Rp 50

94,50

-

-

Rp 150,00

-

244,50

Biaya overhead pabrik

3,5 jam @ Rp 80

50% dari biaya

tenaga kerja

280,00

-

____________

-

75,00

____________

355,00

____________

Jumlah biaya taksiran

per kg produk Rp 674,50 Rp 225,00 Rp 899,50

Gambar 12.6 Biaya Taksiran Per Unit Produk

Page 12: Sistem Biaya Taksirn

12

Data biaya selama kuartal pertama tahun 19X7 adalah sebagai berikut:

a. Biaya tenaga kerja sesungguhnya Departemen A sebesar Rp 287.330 dengan jam

tenaga kerja sesungguhnya sebanyak 31.415 jam, sedangkan biaya tenaga kerja

sesungguhnya Departemen B sebesar Rp 455.000.

b. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan

sebagai berikut:

Departemen A : Rp 27 per jam tenaga kerja.

Departemen B : 50% biaya tenaga kerja.

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam kuartal pertama sebesar

Rp. 845.000 (Departemen A) dan Rp 225.000 (Departemen B).

c. Pencatatan biaya bahan baku memakai metode mutasi persediaan. Biaya bahan

baku sesungguhnya sebesar Rp 925.000.

d. Jumlah produk yang terjual sebanyak 2.700 kg dengan harga Rp 1.000 per kg.

Data produksi selama kuartal pertama tahun 19X7 disajikan dalam Gambar 12.7.

Data ProduksiDepartemen

ADepartemen

Ba. Persediaan produk dalam proses pada awal periode,

dengan tingkat penyelesaian: Biaya bahan baku 100%,

biaya konversi 60%, bak untuk Departemen A maupun

B 100 kg 200 kg

b. Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses 3.100 -

c. Jumlah produk yang diterima dari Departemen A - 3.000

d. Jumlah produk yang ditransfer ke Departemen B 3.000 -

e. Produk selesai yang ditransfer ke gudang - 3.100

f. Persediaan produk dalam proses pada akhir periode,

dengan tingkat penyelesaian: biaya bahan baku 100%,

konversi 40%, bak untuk Departemen A maupun

Departemen B 200 100

Gambar 12.7 Data Produksi

Page 13: Sistem Biaya Taksirn

13

Atas dasar data tersebut di atas jurnal-jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat

kegiatan PT El Sari selama kuartal tahun 19X7 adalah sebagai berikut:

1. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang dipakai:

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku

Departemen A Rp 925.000

Persediaan Bahan Baku Rp 925.000

2. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja di Departemen A:

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja

Departemen A Rp 287.330

Gaji dan Upah Rp 287.330

3. Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk di

Departemen A, atas dasar tarif yang ditentukan di muka:

Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik

Departemen A Rp 848.205*

Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 848.205

*31.415 x Rp 27 = Rp 848.205

4. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer dari

Departemen A ke Departemen B.

Transfer Departemen A Rp 2.203.500

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 925.000

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja

Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik

Perhitungan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer dari Departemen

A ke Departemen B adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku 3.000 x Rp 300,00 Rp 900.000

Biaya tenaga kerja 3.000 x 94,50 283.500

Biaya overhead pabrik 3.000 x 280,00 840.000

Jumlah Rp 2.023.500

Page 14: Sistem Biaya Taksirn

14

5. Jurnal pencacatan biaya tenaga kerja di Departemen B:

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja

departemen B Rp 455.000

Gaji dan Upah Rp 455.000

6. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk

Departemen B atas dasar tarif yang ditentukan di muka.

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja

Departemen B Rp 227.500*

Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 227.500

*50% x Rp 455.000 = Rp 277.500

7. Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai yang ditransfer dari departemen B ke

gudang.

Persediaan Produk Jadi Rp 2.788.400

Transfer Departemen A Rp 2.090.000

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja

Departemen B 465.000

Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik

Departemen B 232.000

Perhitungan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer departemen B ke

gudang adalah sebagai berikut:

Harga pokok taksiran yang berasal dari departemen A

(dikreditkan dalam rekening Transfer Departemen

A) 3.100 kg x Rp 674,50

Biaya yang ditambahkan dalam departemen B

Rp 2.090.950

Biaya tenaga kerja 3.100 kg x Rp 150 465.000

Biaya overhead pabrik 3.100 kg x Rp 75 232.500

Jumlah Rp 2.788.450

8. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran produk yang terjual.

Page 15: Sistem Biaya Taksirn

15

Harga Pokok Penjualan Rp 2.428.650*)

Persediaan Produk Jadi Rp 2.428.650

*)2.700 x Rp 899,50-Rp 4.428.650

9. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran persediaan produk yang masih dalam

proses pada akhir periode di departemen A dan B.

Persediaan Produk dalam Proses-Departemen A Rp 89.960

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen A Rp 60.000

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen A 7.560

Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen A 2.400

Persediaan Produk dalam Proses-Departemen B Rp 76.450

Transfer Departemen A Rp 67.450

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen A 6.000

Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen A 3.000

Perhitungan tenaga pokok taksiran produk yang masih dalam proses pada akhir

periode di Departemen A dan B disajikan dalam Gambar 12.8.

10. Jurnal pencacatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi di Departemen

A dan B.

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 1.070.000*

Berbagai Macam Rekening yang dikredit Rp 1.070.000

Departemen A Rp 845.000

Departemen B 225.000

Jumlah Rp 1.070.000

Page 16: Sistem Biaya Taksirn

16

Unsur Harga Pokok Departemen ATransfer

Departemen A Departemen BBiaya Bahan Baku

200 x 100% x Rp 300 Rp 60.000 - -

100 x 100% x Rp 300 - Rp 30.000 -

Biaya Tenaga Kerja - -

200 x 40% x Rp 94,50 7.560 9.450 -

100 x 100% x Rp 94,50 - - Rp 6.000

100 x 40% x Rp 150 - - -

Biaya Overhead Pabrik

200 x 40% x Rp 280 22.400 28.000 -

100 x 100% x Rp 280 - - 3.000

100 x 100% x Rp 75 -____________

Harga pokok persediaan produk dalam

proses pada akhir periode di departemen A Rp 89.900____________ ____________

Biaya dari departemen A yang melekat pada

persediaan produk dalam proses akhir

periode di departemen B Rp 67.450____________

Harga pokok yang ditambahkan oleh

departemen B yang melekat pada persediaan

produk dalam proses akhir departemen B Rp 9.000

Gambar 12.8 Perhitungan Harga Pokok Persediaan Produk dalam Proses

11. Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan ke rekening

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 1.075.705*

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 1.075.705

* Departemen A Rp 848.205

Departemen B 227.500

Jumlah Rp 1.075.705

Page 17: Sistem Biaya Taksirn

17

12. Jurnal pencacatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran yang

terdapat dalam rekening Barang dalam Proses.

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Departemen A

Selisih

Rp 5.000

2.545

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen A Rp 1.940

Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen A 2.605

Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen B 2.000

Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen B 1.000

Perhitungan selisih tersebut dilakukan dengan menghitung saldo rekening Barang

dalam proses masing-masing departemen dengan cara mengurangi jumlah

pendebitan dengan jumlah pengkreditan masing-masing rekening tersebut. Dalam

contoh ini, harus dihitung lebih dahulu harga pokok taksiran persediaan produk

yang pada awal periode masih dalam proses disajikan dalam Gambar 12.9.

Unsur Harga Pokok Departemen ATransfer

Departemen A Departemen BBiaya Bahan Baku

100 x 100% x Rp 300 Rp 30.000 - -

200 x 100% x Rp 300 - Rp 60.000 -

Biaya Tenaga Kerja

100 x 60% x Rp 94,50 5.670 - -

200 x 100% x Rp 94,50 - 18.900 Rp 18.000

200 x 60% x Rp 150 - -

Biaya Overhead Pabrik

100 x 60% x Rp 280 16.800 - -

200 x 100% x Rp 280 - 56.000 -

200 x 60% x Rp 75 -____________

-____________

9.0000____________

Jumlah Rp 52.470 Rp 134.900 Rp 27.000

Gambar 12.9 Harga Pokok Taksiran Persediaan Produk dalam Proses Awal

Jika jurnal-jurnal tersebut di atas dan harga pokok persediaan produk dalam proses

awal dibukukan dalam rekening buku besar, maka saldo rekening Barang dalam

Proses dapat dihitung dan jumlah tersebut merupakan selisih.

Page 18: Sistem Biaya Taksirn

18

Selisih di Departemen A

Selisih biaya bahan baku Rp 5.000 L

Selisih biaya tenaga kerja 1.940 R

Selisih biaya overhead pabrik 2.605 R

Selisih di Departemen B

Selisih biaya tenaga kerja Rp 2.000 R

Selisih biaya overhead pabrik 1.000 R

13. Jurnal pencatatan selisih antar overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya

overhead pabrik yang dibebankan.

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 5.075

Selisih Rp 5.075

PERLAKUAN TERHADAP SELISIH

Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dalam suatu periode

akuntansi dapat diperlakukan sebagai berikut:

a. Ditutup ke rekening Harga Pokok Penjualan atau rekening Rugi Laba.

b. Dibagikan secara adil kepada produk selesai dalam periode yang bersangkutan,

yaitu dibagikan ke rekening Produk Jadi dan Harga Pokok Penjualan.

c. Dibagikan secara adil ke rekening-rekening: Persediaan Barang dalam Proses,

Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan.

d. Membiarkan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening Selisih, sehingga

rekening ini berfungsi sebagai deferred account. Hal ini dilakukan karena ada

kemungkinan selisih-selisih yang terjadi di antara periode akuntansi akan saling

menutup (mengkompensasi).

Page 19: Sistem Biaya Taksirn

19

Dasar pembagian selisih dapat berupa:

a. Perbandingan kuantitas persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi

dan produk yang terjual. Kuantitas ini dinyatakan dalam unit ekuivalensi.

b. Perbandingan harga pokok persediaan produk dalam proses, harga pokok

persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang terjual.

Pembagian selisih ada 2 metode cara, yaitu:

Pembagian Selisih atas Dasar Perbandingan Kuantitas Persediaan Produk

dalam Proses, Persediaan Produk Jadi, dan Produk yang Terjual

Pembagian Selisih Atas Dasar Harga Pokok Persediaan Produk dalam Proses,

Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok yang Terjual