sistem akuntansi pemerintahan daerah
TRANSCRIPT
7/27/2019 Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
http://slidepdf.com/reader/full/sistem-akuntansi-pemerintahan-daerah 1/9
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAERAH
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
Dengan bergulirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan ,Daerah dan
UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah, dan aturan pelaksanaannya khususnya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah maka terhitung tahun
anggaran 2001, telah terjadi pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah.
Dengan adanya otonomi ini, daerah diberikan kewenangan yang luas untuk
mengurus rumah tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan
pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas
untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah.
Namun demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti bahwa
pemerintah daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang
dimilikinya sekehendaknya, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Hak dan
kewenangan yang luas yang diberikan kepada daerah, pada hakikatnya merupakan
amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan, baik
kepada masyarakat di daerah maupun kepada Pemerintah pusat yang telah
membagikan dana perimbangan kepada seluruh daerah di Indonesia,
Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai
dengan pcrubahan yang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya,
perbendaharaan sampai kepada pertanggungjawaban laporan keuangannya.
Sehelum bergulirnya otonomi daerah, pertanggungjawaban laporan keuangandaerah yang harus disiapkan oleh Pemerintah Daerah hanya herupa Laporan
Perhitungan Anggaran dan Nota Perhitungan dan sistem yang digunakan
untuk menghasilkan laporan tersebut adalah MAKUDA (Manual Administrasi
Keuangan Daerah) yang diberlakukan sejak tahun 1981.
Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
manajemen keuangan yang sehat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
7/27/2019 Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
http://slidepdf.com/reader/full/sistem-akuntansi-pemerintahan-daerah 2/9
105 Tahun 2001, pernerintah daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan
sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk Peraturan
Daerah. Sistem tersebut sangat diperlukan dalam memenuhi kewajiban
pemerintah daerah dalarn membuat laporan pertanggungjawaban kuangan daerah
yang bersangkutan.
Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan yang
harus dibuat oleh Kepala Daerah adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran,
Nota Perhitungan, Laporan Arus Kas dan Neraca Daerah. Kewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan daerah ini diberlakukan sejak 1 Januari 2001,
sampai pada akhirnya saat ini pemerintah sudah mempunyai standar akuntansi
pemerintahan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pernerintah daerah di
dalam membangun sistem akuntansi keuangan daerahnya, yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintahan Nomor 24 Tahun 2005.Pengertian Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah perlu menjalankan sistem akuntansi yang baik untuk
mendukung pelaksanaan pemerintahannya. Pengertian Sistem akuntansi
pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, hingga pelaporan posisi
keuangan (neraca) dan operasi keuangan pemerintah (LRA).
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
(SAPD) dapat dikelompokkan ke dalam dua sub sistem pokok berikut :
1.Sistem Akuntansi SKPD (SA-SKPD)
SKPD merupaka entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan
keuangan dan menyampaikannya kepada kepala daerah melalui PPKD.
2. Sistem Akuntansi PPKD (SA-PPKD)SA-PPKD terbagi kedalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:
a. SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan
menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD, Neraca
PPKD, dan CaLK PPKD.
b. SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan
mencatat transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan
melakukan proses konsolidasi lapkeu (lapkeu dari seluruh SKPD dan PPKD
7/27/2019 Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
http://slidepdf.com/reader/full/sistem-akuntansi-pemerintahan-daerah 3/9
menjadi lapkeu pemda yang terdiri dari Laporan Realisai APBD (LRA), Neraca
Pemda, LAK, dan CaLK Pemda).
Proses Akuntansi
Proses akuntansi adalah serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari penjurnalan
transaksi (berdasarkan bukti transaksi), posting ke buku besar, penyusunan neraca
saldo, jurnal penyesuaian, hingga penyusunan laporan keuangan, dilanjutkan
dengan jurnal penutup dan akhirnya penyusunan neraca saldo setelah tutup buku.
Proses akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan pelaksanaan
anggaran.
Sistem Pembukuan Berpasangan
Persamaan akuntansi pemerintahan:
Asset = kewajiban + ekuitas dana
Asset = hak kreditor + hak residual pemerintah
Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas
pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kebiajakan akuntansi pemda dimaksudkan sebagai pedoman teknis akuntansi
tambahan yang bersifat yang mengacu kepada SAP dan ketentuan perundang-undangan mengenai keuangan daerah. Kebiajakan akuntansi tersebut ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah dengan berpedoman kepada SAP dan peraturan
daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.
Bagan Akun
Bagan akun berisi nama dan kode akun yang akan digunakan untuk mencatat dan
mengklasifikasikan setiap jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama dan kode
akun dapat dikembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin
7/27/2019 Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
http://slidepdf.com/reader/full/sistem-akuntansi-pemerintahan-daerah 4/9
dihasilkan oleh pemda sesuai dengan SAP.
PEMBAHARUAN DALAM SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Neraca dan laporan arus kas merupakan bentuk laporan yang baru pemerintah
daerah dan untuk dapat menyusunnya diperlukan adanya standar akuntansi.
Sistem akuntansi keuangan pemerintahan yang diterapkan sejak bangsa ini
merdeka 59 tahun yang lalu didasarkan Undang-Undang Perbendaharaan
Indonesia (ICW) Staatblads 1928, yang memang tidak diarahkan atau ditujukan
untuk menghasilkan laporan neraca dan laporan arus kas.
Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertangungjawaban
keuangan daerah, sistem lama yang digunakan oleh Pemda baik pernerintah
provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota yaitu Manual Administrasi
Keuangan Daerah (MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981 tidak dapat lagi
mendukung kebutuhan Pemda untuk menghasilkan laporan keuangan dalam
bentuk neraca dan laporan arus kas. Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan
tersebut diperlukan suatu sistem akuntansi keuangan daerah yang didasarkan atas
standar akuntansi pemerintahan.
Sistem yang lama (MAKUDA) dertgan ciri-ciri antara lain Single
Entry(pembukuan tunggal),Incremental Budgeting (penganggaran secara
tradisional) yang:
a. Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh
daerah. atau dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.
b. Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga
manajemen atau publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang menyebabkanadanya kenaikan atau penurunan kas daerah.
c. Sistem yang lama (MAKUDA) ini juga tidak dapat membantu daerah untuk
menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis kiner „ ja
sesuai tuntutan masyarakat
d. Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh
daerah, atau dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.
7/27/2019 Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
http://slidepdf.com/reader/full/sistem-akuntansi-pemerintahan-daerah 5/9
Pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah sebagaimana yang
dikehendaki ketentuan perundang-undangan yang ada telah direspons oleh
pemerintah pusat dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai asosiasi profesi
yaitu dengan dihentuknya “Kornite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan
Daerah”. Komite ini bertugas untuk merumuskan dan mengembangkan konsep
Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, yang keanggotaannya terdiri
dari kalangan birokrasi (Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri dan
BPKP), IAI dan kalangan akademisi.
Dengan adanya Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat clan Daerah, isu
mcngenai siapa yang berkewenangan untuk menetapkan standar akuntansi
pernerintah pusat dan pemerintah daerah sudah dapat terpecahkan. Berdasarkan
UU Nomor 1 tahun 2004, pemberlakuan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang dihasilkan oleh Komite Standar setelah meminta pertimbangan BPK
ditetapkan dengan Peraturan Petnerintah. Standar akuntansi pemerintahan yang
dihasilkan oleh Komite ini diharapkan dapat memayungi praktek-praktek
akuntansi yang telah diterapkan oleh Pemerintah Daerah saat ini dan untuk masa
yang akan datang.
AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
Pengembangan akuntansi di tingkat pemerintah daeral telah dilakukan melalui
Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) sejak tahun 1986.
Perubahan penting yang secara koinsidental terjadi adalah reformasi di bidang
keuangan negara. Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan UU di
bidang perbendaharaan negara yang terbentuk semenjak zaman kolonial maka
pada abad 21 ini telah ditetapkan tiga paket perundang-undangan di bidangkeuangan negara yang menjadi landasan hukum reformasi di bidang keuangan
negara, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-
Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan
Pengelolaan Keuangan Negara.
Arti penting akuntabilitas dalam good governance ini tampaknya sangat disadari
sebagaimana terlihat dari aturan vang dituangkan dalam peraturan pemerintah
7/27/2019 Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
http://slidepdf.com/reader/full/sistem-akuntansi-pemerintahan-daerah 6/9
tersebut di atas.Penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan antara lain
hcrisikan Ncraca, Laporan Perhitungan Anggaranaran dan Laporan Arus Kas
Permasalahan di atas sebenarnya bukan politis, sebagian besar adalah berasal dari
permasalahan teoritis, sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan
pertanggungjawaban keuangan daerah. Masalah teoritis, sistem dan prosedur ini
muncul sebagai konsekuensi logis dari implikasi progresivitas pembaharuan yang
dituntut oleh masyarakat. Pembaruan-pembaruan tersebut, pada dasarnya
menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Pembaruan anggaran, melalui perubahan struktur anggaran, proses pe-
nyusunananggaran, perubahan format clan administrasi pelaksanaannya,
serta penerapan standar akuntansi;
2. Pembaruan pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam
memanfaatkan dana, prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana
pinjaman, dan pembelanjaan defisit, dan
3. Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan,
maupun dalam perhitungannya.
Kata kunci dari seluruh pembaharuan di atas adalah Kinerja. Dan ini memang
secara khusus ditegaskan dalam pasal Peraturan Pemerintah yang mengatur
bahwa APBD disusun berdasarkan kinerja yang tolok ukurnya perlu
dikembangkan sehingga dapat dievaluasi atau diukur.
Perangkat perundang-undangan otonomi daerah sesungguhnya sudah pula
melengkapi manajemen pemerintahan daerah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah.Peraturan Pemerintah ini menyebutkan bahwa Pertanggungjawaban Kepala
Daerah dinilai berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis. Setiap daerah wajib
menetapkan Rencana Strategis dalam jangka 1 (satu) bulan setelah Kepala Daerah
dilantik. Rencana strategis ini beserta dokumen perencanaan daerah lainnya
memerlukan pengesahan oleh DPRD.
KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH
7/27/2019 Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
http://slidepdf.com/reader/full/sistem-akuntansi-pemerintahan-daerah 7/9
Terdapat tiga tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah yaitu akuntabilitas,
manajerial, clan transparansi. Akuntabilitas diartikan sebagai upaya untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka
pencapaian tu_juan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah
secara periodik. Manajerial berarti menyediakan informasi keuangan yang
berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah serta me-
mudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh aset, utang, dan ekuitas dana.
Sedangkan transparansi dalam pelaporan keuangan bertujuan untuk menyediakan
informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Laporan keuangan pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai laporan
pertanggungjawaban merupakan hasil proses akuntansi atas transaksi-transaksi
keuangan pemerintah. Laporan pertanggungjawaban untuk tujuan umum, terdiri
dari laporan perhitungan anggaran, neraca, laporan arus kas dan nota perhitungan
anggaran. Tidak tertutup kemungkinan laporan keuangan dapat dikembangkan
untuk tujuan khusus.
ASAS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH
Dasar Kas
Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Daerah dan
belanja diakui pada saat dikeluarkan dari Kas Umurn Negara/Daerah.
Asas Universalitas
Semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti bahwa
anggaran belanja merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk dapat membebani APBD.
3. Asas Bruto
Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran. Misalnya Pendapatan
7/27/2019 Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
http://slidepdf.com/reader/full/sistem-akuntansi-pemerintahan-daerah 8/9
Daerah memperoleh pendapatan dan untuk memperolehnya diperlukan belanja,
maka pelaporannya harus gross income artinya pendapatan dilaporkan sebesar
nilai pendapatan yang diperoleh, dan belanja dibukukan pada pos belanja yang
bersangkutan sebesar belanja yang dikeluarkan.
4. Dana Umum
Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang
mempertanggungjawabkan keseluruhan penerimaan dan pengeluaran negara
termasuk aset, utang, dan ekuitas dana. Dana Umum yang dimaksud adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Dana yang digunakan untuk
membiayai kegiatan tertentu dipertanggungjawabkan secara khusus yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari Dana Umum.
ENTITAS
Untuk memastikan prosedur penuntasan akuntabilitas (accountability
discharge), perlu ditetapkan entitas untuk menunjukkan entitas akuntansi yang
menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Entitas pelaporan
keuangan mengacu pada konsep bahwa setiap pusat pertanggungjawaban harus
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan peraturan.
Penetapan Dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah didasarkan pada
pengertian bahwa pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu
fungsi. Dalam struktur pemerintah daerah, dinas merupakan suatu unit kerja yang
paling mcndekati gambaran suatu fungsi pemerintah daerah.
KODE REKENINGAkuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang meliputi
pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan keuangan
pemcrintah. Kode perkiraan seragam dan konsisten mutlak diperlukan sehingga
mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi di tingkat daerah
maupun di tingkat pusat. Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan
berarti bahwa daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari negara kesatuan
Republik Indonesia, maka dalam era otononipun tetap diperlukan informasi
7/27/2019 Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
http://slidepdf.com/reader/full/sistem-akuntansi-pemerintahan-daerah 9/9
keuangan per wilayah ataupun secara nasional untuk analisis fiskal maupun
ekonomi makro. Konsekuensi dari tuntutan kebutuhan tersebut adalah
diperlukannya harmonisasi praktek akuntansi antara pemerintah pusat dan daerah.
Hal ini diatur melalui bagan perkiraan standar yang menjadi acuan bagi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan sistem
akuniansinya.
Di samping untuk memfasilitasi pengkonsolidasian kinerja keuangan pemerintah
daerah atau pemerintah pusat, klasifikasi perkiraan dan pengkodeannya juga
diperlukan untuk menyelaraskan akuntansi keuangan pemerintah dengan sistem
statistik keuangan Internasional, sebagaimana diusulkan oleh International
Monetary Fund dalam konsepGovernment Finance Statistk (GFS). Satu hal yang
mendasar dari klasifikasi menurut GFS adalah bahwa klasifikasi tersebut harus
dapat mengakomodasi pengukuran kinerja pemerintah.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka klasifikasi perkiraan selan berdasarkan
sistem anggaran lama, yaitu per mata anggaran penerimaar (MAP), mata anggaran
pengeluaran (MAK), maka seluruh aktivitas keuangan pemerintah daerah harus
dapat dirinci berdasarkan organisasi, fungsi dan klasifikasi ekonomi.