sirosis hepatis pendahuluan
TRANSCRIPT
SIROSIS HEPATIS
Pendahuluan
Sirosis hepatis merupakan perjalanan patologi akhir berbagai macam penyakit hati.
Istilah sirosis diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826. Diambil dari bahasa
Yunani scirrhus atau kirrhos yang artinya warna oranye dan dipakai untuk menunjukkan
warna oranye atau kuning kecoklatan permukaan hati yang tampak saat otopsi. Banyak
bentuk kerusakan hati yang ditandai fibrosis. Batasan fibrosis sendiri adalah penumpukan
berlebihan matriks ekstraseluler (seperti kolagen, glikoprotein) dalam hati. Respon fibrosis
terhadap kerusakan hati bersifat reversibel. Namun pada sebagian pasien sirosis, proses
fibrosis biasanya tidak reversible.1
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodul regeneratif . Gambaran ini terjadi akibat nekrosis hepatoselular. Jaringan
penunjang retikulin kolaps disertai deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular, dan
regenerasi nodularis parenkim hati. 2
Progresivitas kerusakan hati dapat berlangsung dalam beberapa minggu sampai
beberapa tahun. Namun pada pasien hepatitis C, perjalanan hepatitis kroniknya dapat
berlangsung selama 40 tahun sebelum mengalami perubahan kearah sirosis. Beberapa pasien
dengan sirosis sering tanpa keluhan sama sekali dan dapat hidup normal seperti kebanyakan
orang. Sementara yang lain mengalami banyak kelainan berat dengan gejala-gejala penyakit
hati lanjut dan mempunyai keterbatasan untuk hidup lebih lama (limited chance for
survival).1
Beberapa gejala yang dapat timbul dapat bervariasi mulai dari penurunan fungsi
sintetik hati (koagulopati), penurunan kemampuan hati untuk detoksifikasi (ensefalopati
hepatic) sampai hipertensi portal (perdarahan varices).1
Epidemiologi
Lebih dari 40% pasien sirosis asimtomatis. Pada keadaan ini sirosis ditemukan waktu
pemeriksaan rutin kesehatan atau pada waktu otopsi. Penyebabnya sebagian besar akibat
penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus kronik.2
Di Amerika Serikat sekitar 5.5 juta orang (2% dari penduduk AS) menderita sirosis
dan menyebabkan 26.000 kematian. Sirosis merupakan penyebab kematian utama yang
ketujuh pada orang dewasa antara usia 26 dan 64 tahun dan diprediksi jumlah penderita
sirosis akan terus meningkat.3 (liverchirosisepid)
Di Indonesia sendiri data resmi nasional tentang sirosis hati belum ada. Hanya ada
laporan-laporan dari rumah sakit umum pemerintah dan rumah sakit pendidikan yang
menunjukkan prevalensi pasien sirosis yang dirawat inap. Secara keseluruhan rata-rata
prevalensi sirosis adalah 3.5% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam
atau 47.4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat. Perbandingan pria : wanita rata-
rata adalah 2.1 : 1 dan usia rata-rata adalah 44 tahun. Rentang usia 13-88 tahun dengan
kelompok terbanyak antara 40-50 tahun.1 Umumnya penyakit hati menempati urutan ketiga
setelah penyakit infeksi dan paru. Bila ditinjau pola penyakit hati yang dirawat tampak
umumnya mempunyai urutan sebagai berikut : hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker hati,
abses hati. Dari data tersebut ternyata sirosis hati menempati urutan kedua.4
Klasifikasi
Sirosis secara konvensional diklasifikasikan sebagai makronodular (besar nodul lebih
dari 3 mm) atau mikronodular (besar nodul kurang dari 3 mm) atau campuran mikro dan
makronodular.2 Pembagian ini berdasarkan morfologi, namun jarang dipakai karena sering
tumpang tindih satu sama lain. Sirosis maknonodular penyebabnya antara lain: hepatitis B
kronik, hepatitis C, defisiensi α-1-antitripsin, sirosis bilier primer. Sedangkan sirosis
mikronodular bisa disebabkan karena alkoholisme, hemokromatosis, obstruksi bilier,
obstruksi vena hepatika, obstruksi bilier.1
Klasifikasi sirosis secara etiologis dibedakan menjadi: 1) alkoholik, 2) kriptogenik
dan post hepatitis (pasca nekrosis), 3) biliaris, 4) kardiak, 5) metabolik, keturunan, dan terkait
obat.2
Secara klinis sirosis hati dibagi menjadi: 2
1. Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata
2. Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas. Sirosis
hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat
tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati.
Gejala Klinis1
Pasien dengan sirosis dapat datang ke dokter dengan sedikit keluhan, dapat tanpa
keluhan sama sekali atau dengan keluhan penyakit lain. Keluhan yang terakhir ini dapat
timbul tidak khas sehingga kita menduga bukan penyakit hati yang menjadi penyebabnya.
Beberapa keluhan dan gejala yang sering timbul adalah kulit berwarna kuning, rasa capai,
lemas, nafsu makan menurun, gatal, mual, penurunan berat badan, nyeri perut dan mudah
berdarah (akibat penurunan produksi faktor-faktor pembekuan darah)
Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi dari sirosis
hatinya. Pada beberapa pasien, komplikasi ini dapat menjadi gejala petama yang membawa
pasien berobat ke dokter. Pasien sirosis dapat tetap berjalan kompensata selama bertahun-
tahun, sebelum berubah menjadi dekompensata. Sirosis dekompensata dapat dikenal dari
timbulnya bermacam komplikasi, seperti ikterus, perdarahan varises, atau ensefalopati.
Sesuai dengan konsensus Baveno IV, sirosis hati dapat diklasifikasikan menjadi empat
stadium klinis berdasarkan ada tidaknya varises, asites, dan perdarahan varises. Stadium 1:
tidak ada varises, tidak ada asites. Stadium 2: varises tanpa asites. Stadium 3: asites dengan
atau tanpa varises. Stadium 4: perdarahan dengan atau tanpa asites. Stadium 1 dan 2
dimasukkan dalam kelompok sirosis kompensata, sementara stadium 3 dan 4 dalam
kelompok sirosis dekompensata.
Gambar 1. Manifestasi klinis dari sirosis hepatis [5]
Diagnosis
Satu-satunya tes diagnosis hati yang paling akurat adalah biopsi hati. Namun biopsi
hati dapat menimbulkan komplikasi serius, meskipun sangat jarang. Diagnosis kemungkinan
sirosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
laboratorium. Bila diagnosis sirosis dapat ditegakkan, pemeriksaan lain dapat dikerjakan
untuk menentukan beratnya sirosis serta ada tidaknya komplikasi.
Anamnesis
Perlu ditanyakan riwayat konsumsi alkohol jangka panjang, penggunaan narkotik
suntikan, juga adanya penyakit menahun. Pasien dengan hepatitis virus B atau C
mempunyai kemungkinan tertinggi mengidap sirosis.
Pemeriksaan fisik
` Manifestasi hipertensi portal[6]
Manifestasi kegagalan fungsi hati [6]