sintesis biodiesel dari minyak biji pepaya
TRANSCRIPT
SINTESIS BIODIESEL (METIL ESTER) DARI MINYAK BIJI
PEPAYA HASIL EKSTRAKSI
1. Citra Kusumadewi (Ketua)
2. Bayu Ardiansah (Anggota 1)
3. Tri Seto Putra Hermawan (Anggota 2)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2012
1
ABSTRAK
Semakin terbatasnya bahan bakar diesel di dunia menyebabkan adanya kenaikan
harga bahan bakar sehingga berakibat juga pada kesejahteraan masyarakat.
Penggunaan bahan bakar alternatif sangat diperlukan untuk menggantikan peran
bahan bakar diesel yang berasal dari fosil, minyak nabati berpotensi sangat baik
sebagai bahan bakar alternatif. Salah satu sumber minyak nabati yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif ini adalah minyak biji pepaya. Penulisan
Science Project ini bertujuan untuk menghasilkan biodiesel dengan bahan baku
minyak biji papaya melalui reaksi transesterifikasi dengan reagen metanol dan
katalis KOH. Biji pepaya memiliki kadar lemak total lebih dari 60% berat kering
dan terdapat dalam bentuk triasil gliserol. Di dalam biji pepaya juga terkandung
Free Fatty Acid ( FFA) yang tidak terlalu tinggi sehingga tidak terlalu mengurangi
rendemen biodiesel yang dihasilkan. Penelitian ini meliputi pengepresan biji
papaya, ekstraksi, dan proses transesterifikasi. Optimasi reaksi transesterifikasi
dilakukan dengan mencari kondisi optimum perbandingan rasio mol methanol –
minyak dimana dipilih methanol sebagai reagen berlebih, penambahan katalis
basa, dan pengambilan hasil reaksi (biodiesel) setiap 20 menit untuk menggeser
kesetimbangan ke arah hasil reaksi. Pengujian mutu terhadap biodiesel hasil
sintesis dilakukan dengan beberapa standar (spesifikasi) diantaranya angka setana,
titik nyala, titik tuang dan viskositas.
Kata kunci : minyak biji papaya, transesterifikasi, Free Fatty Acid, angka setana, titik nyala, titik tuang, viskositas.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelangkaan bahan bakar mesin yang terjadi di dunia mengakibatkan
kenaikan harga bahan bakar itu sendiri, terutama di Indonesia. Peningkatan harga
ini menimbulkan dampak bagi kesejahteraan masyarakat. Berbagai solusi telah
dilaksanakan, termasuk mengganti bahan bakar dengan bahan bakar alternatif
yang dibuat dari minyak nabati. Minyak nabati sangat berpotensi sebagai bahan
bakar alternatif pengganti minyak bumi. Sumber minyak nabati yang biasanya
digunakan adalah biji dan inti biji dari kelapa sawit, kacang-kacangan, dan
berbagai macam buah, seperti pepaya, rambutan, dan sirsak.
Berdasarkan penetapan kuota BBM Bersubsidi yang telah ditetapkan oleh
BPH Migas dalam Surat Keputusan BPH Migas No. 001/PSO/BPH
Migas/KOM/2012 tentang Penetapan Kuota Volume Jenis Bahan Bakar Minyak
Tertentu Per Kabupaten/Kota Yang Didistribusikan Oleh PT. PERTAMINA
(PERSERO) Tahun 2012, kuota bahan bakar diesel untuk kota Pagaralam pada 1
januari – 13 mei 2012 adalah 2.810 KL, namun ternyata realisasinya melebihi
target kuota, yaitu sebesar 3.075 KL, jika hal ini terus terjadi, jumlah stok bahan
bakar diesel akan semakin berkurang, sedangkan kebutuhan masyarakat akan
bahan bakar ini semakin meningkat.
Dengan keadaan seperti ini, penggunaan bahan bakar alternatif sangat
diperlukan. Biodiesel merupakan alternatif untuk bahan bakar diesel golongan D-
2, mengandung metil ester dari minyak tumbuhan dan disebut bahan bakar ramah
lingkungan karena komposisinya berupa karbon sebesar 77%, hidrogen 12%, dan
oksigen 11%, dan sejumlah kecil nitrogen dan belerang. Biodiesel diharapkan
dapat mengurangi kadar karbon dioksida di udara dan berguna untuk menghindari
ketergantungan terhadap minyak bumi impor.
3
Minyak tumbuhan memiliki viskositas yang tinggi, volatilitas rendah dan
sifat alir pada suhu rendah tidak begitu baik sehingga mengakibatkan efek buruk
pada mesin. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bahan bakar trigliserida
adalah suatu reaksi transesterifikasi dengan alkohol membentuk suatu ester
monoalkil dari asam lemak rantai panjang, dikenal dengan nama biodiesel.
Minyak tumbuhan memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah diperbarui. Bahan
bakar ini mudah terbiodegradasi, tidak toksik, dan tingkat emisi rendah, dan
kandungan belerangpun rendah.
Biji pepaya adalah salah satu sumber nabati yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pembuat biodiesel. Biji pepaya memiliki kandungan minyak/ lemak
yang tinggi yaitu lebih dari 60 % dari berat keringnya. Pepaya merupakan salah
satu tumbuhan yang sangat cocok hidup di Indonesia yang beriklim tropis,
sehingga dapat berbuah sepanjang tahun. Pada tahun 2009, produksi buah pepaya
di Indonesia adalah sebanyak 772.844 ton dengan sentra produksi tersebar di
seluruh wilayah Indonesia, sehingga tidak akan sulit mendapatkan pepaya. Buah
pepaya memiliki banyak gizi dan vitamin, sedangkan bijinya merupakan limbah
dari buah pepaya tersebut. Limbah inilah yang akan diolah sebagai bahan bakar
alternatif biodiesel, karena biji pepaya ini mengandung minyak/ lemak yang
cukup.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang biji kopi
berhasil digunakan sebagai bahan bakar alternatif biodiesel, biji kopi mengandung
minyak/ lemak sebanyak 16-22 % dari berat keringnya. Dari hasil inilah,
diharapkan bahwa biji pepaya dengan kandungan minyak lebih tinggi dibanding
biji kopi dapat digunakan sebagai bahan alternatif (biodiesel).
1.2 Tujuan penelitian
Penulisan ini bertujuan melakukan sintesis biodiesel dari minyak biji
pepaya dan mempelajari karakteristik dari biodiesel yang dihasilkan, sehingga
diharapkan biodiesel dari minyak biji pepaya ini dapat digunakan sebagai
pengganti bahan bakar konvensional.
4
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah
a. Bagi pemerintah diharapkan dapat membantu member solusi bahan
alternatif untuk biodiesel yang mudah didapatkan
b. Bagi masyarakat diharapkan dapat memberi pengetahuan bahwa biji
pepaya yang biasa dijadikan limbah ternyata bias diolah menjadi bahan
bakar biodiesel.
c. Bagi lingkungan, diharapkan biodiesel ini sebagai solusi bagi
kelangkaan bahan bakar diesel, selain itu biodiesel ini berasal dari
minyak nabati sehingga ramah lingkungan dan dapat diperbarui.
1.4 Metodologi Penelitian
Pada penelitian kali ini, biji pepaya dipress dan diekstraksi untuk
mendapatkan minyak biji pepaya. Minyak yang dihasilkan kemudian dimurnikan
terlebih dulu sebelum direaksikan dengan metanol dan katalis KOH untuk
mengubahnya menjadi metil ester (biodiesel). Biodiesel yang terbentuk
dipisahkan dari sistem setiap 20 menit untuk menggeser kesetimbangan ke arah
produk reaksi. Optimasi yang lain adalah dengan menggunakan metanol dalam
jumlah berlebih (mol metanol : minyak = 6 : 1) dan ditambah katalis KOH.
Biodiesel kemudian diuji karakteristiknya berupa indeks setana, titik tuang, titik
nyala, viskositas dan berat jenis.
1.5 Hipotesis
Apabila dilihat dari komposisi asam lemak penyusun trigliseridanya,
dimana paling banyak hanya memiliki satu ikatan rangkap, maka biodiesel hasil
sintesis diharapkan memiliki nilai setana yang bagus. Proses pembuatan biodiesel
ini juga mempertimbangkan berbagai keadaan, seperti rasio mol metanol-minyak,
temperature reaksi, dan penambahan katalis sehingga diharapkan mampu
menghasilkan biodiesel yang memenuhi syarat bahan bakar diesel golongan D-2.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bahan Bakar Diesel
Bahan bakar diesel adalah senyawa yang dapat digunakan untuk
mengoperasikan mesin diesel. Senyawa tersebut tentunya harus memiliki
beberapa spesifikasi tertentu agar dapat dijadikan sebagai bahan bakar diesel yang
baik dan aman. Diantara spesiikasi yang harus dipenuhi adalah :
a. Angka Setana
Angka Setana adalah suatu bilangan yang merepresentasikan kualitas
penyalaan dari bahan bakar. Tolok ukur ini didefinisikan sebagai persen volume
n-setana dalam bahan bakar yang terdiri dari campuran n-setana (n-C16H34) dan α-
metil naftalena. Semakin tinggi angka setana, semakin baik kualitas bahan bakar
diesel.
b. Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala merupakan temperatur terendah yang diperlukan suatu materi
untuk dapat menguap dan menyala dengan sendirinya. Hal ini merupakan suatu
parameter mudah atau tidaknya suatu bahan menguap dan terbakar, ataupun
kemudahan bereaksi dengan udara.
c. Viskositas
Viskositas merupakan tahanan alir suatu fluida. Atomisasi efektif dari
bahan bakar pada silinder memerlukan kisaran viskositas tertentu untuk
menghindari kelebihan tekanan pompa.
6
d. Titik Tuang (Pour Point)
Titik tuang adalah temperatur terendah pada saat tidak ada lagi gerakan
pada cairan. Angka ini merepresentasikan kinerja bahan bakan pada kondisi
dingin. Metode yang digunakan untuk penentuan titik tuang yaitu ASTM D 97.
2.2 Minyak Biji Pepaya (Carica papaya L)
Menurut puangsri et al. (2005), minyak yang berasal dari biji pepaya
mengandung asam oleat (78%), asam palmitat (14%), asam stearat (5%), dan
asam linoleat (3,5%). Minyak biji pepaya terdapat dalam bentuk triacylglycerols
(TG) : sn-glycerol oleate-oleate-oleate (OOO) 45,5 % dan 1-palmitoyl dioleoyl
glycerol (POO) + stearoyl-oleoyl-linoleoyl glycerol (SOL) 30,5%. Sedangkan
menurut Eckey (2002), kadar lemak total dalam biji pepaya lebih dari 60% berat
kering.
2.3 Biodiesel
Biodiesel merupakan suatu ester monoalkil dari asam lemak rantai panjang
yang berasal dari sumber yang dapat diberbarui seperti lemak hewan dan minyak
tumbuhan, yang dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel. Kandungan
utama biodiesel adalah metil ester dari trigliserida dalam minyak tumbuhan yang
diperoleh melalui reaksi transesterifikasi dengan metanol. Hasilnya adalah bahan
bakar yang terdapat persamaan karakteristik dengan bahan bakar diesel
konvensional. Biodiesel dapat langsung digunakan atau sebagai campuran dengan
bahan bakar diesel konvensional.
2.4 Transesterifikasi
Transesterifikasi adalah reaksi suatu ester (dalam hal ini trigliserida)
dengan alkohol membentuk alkil ester dan gliserol. Katalis asam maupun basa
dapat digunakan untuk mempercepat laju reaksi.
H2C–OOC–R H2C–OH
H2C–OOC–R + 3R’OH <======> 3RCOOR’ + H2C–OH
H2C–OOC–R H2C–OH
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Peralatan
Buret
Erlenmeyer
Pemanas (Hot Plate) dengan pengaduk
Termometer
Corong pisah
Soxhlet
Viskometer dan bak viskometer
Piknometer
Pompa vakum
Mesin press
Evaporator Vacuum
3.1.2 Bahan
Biji pepaya kering
Metanol teknis
KOH 1,5% berat
Etanol 95%
Na2SO4 anhidrat
Tanah pemucat
Karbon aktif
n-heksana
Akuades
3.2 Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Pepaya
8
3.2.1 Pembuatan Minyak Biji Pepaya
Merendam biji pepaya selama 10 menit dalam air mendidih untuk
menghilangkan pengotor, kemudian mengeringkan dengan alat pengering
atau di bawah sinar matahari langsung. Biji pepaya kemudian digiling dan dipress
untuk menghasilkan minyak biji pepaya. Ampasnya kemungkinan masih
mengandung minyak biji pepaya sehingga dilakukan ekstraksi pelarut terhadap
ampas tersebut, pelarut yang digunakan adalah n-heksana. Minyak biji pepaya
sebelum diubah menjadi biodiesel, dilakukan pemurnian terlebih dulu.
3.2.2 Pemurnian Minyak Biji Pepaya
Sebanyak 10 gram sampel dilarutkan dalam 50 mL etanol 95% kemudian
ditempatkan pada labu bulat dan selanjutnya ditambahkan larutan KOH
secukupnya. Campuran tersebut dipanaskan hingga 650C sambil diaduk dengan
pengaduk magnet selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 20 mL pelarut n-
heksana, dipindahkan ke corong pisah. Fraksi n-heksana diambil dan ditambahkan
tanah pemucat 2% dari berat minyak yang dimurnikan dan karbon aktif sebanyak
0,2%. Selanjutnya larutan tersebut disaring dengan menggunakan pelarut n-
heksana. Setelah disaring, n-heksana yang digunakan diuapkan dengan evaporator
vacuum.
3.2.3 Reaksi Transesterifikasi
Minyak biji pepaya sebanyak 30 gram, metanol 20 gram, dan 6 mL KOH
1,5% berat dimasukkan dalam labu bulat yang telah dipasang di atas pemanas.
Campuran diaduk dengan pengaduk magnet selama 2 jam pada suhu 500C.
Kemudian ester dipisahkan setiap 20 menit dari gliserol dengan corong pisah. Hal
ini untuk menggeser kesetimbangan ke arah produk reaksi (biodiesel). Ester hasil
reaksi kemungkinan masih mengandung sisa basa, sehingga dicuci dengan air
panas sampai air cucian netral. Untuk menarik air pada ester, ditambahkan
Na2SO4 anhidrat kemudian disaring. Ester yang sudah bebas air selanjutnya
dipanaskan hingga 850C untuk menguapkan metanol yang masih tertinggal.
3.3 Karakteristik Metil Ester
9
3.3.1 Penentuan Densitas
Untuk menentukan densitas dari metil ester digunakan piknometer.
Pertama-tama piknometer kering ditimbang kemudian sampel dimasukkan
kedalamnya sampai melewati lubang kapiler pada tutup piknometer. Selanjutnya
piknometer yang berisikan sampel ditimbang. Massa metil ester adalah massa
total dikurangi massa piknometer kosong. Densitas metil ester merupakan massa
metil ester dibagi dengan volum metil ester.
3.3.2 Penentuan Titik Didih Tengah
Sebanyak 100 mL metil ester dituangkan ke dalam labu distilasi yang telah
diberi batu didih, selamjutnya dipasangkan pada perangkat distilasi. Pastikan
termometer sudah terpasang. Pemanas dinyalakan dan diatur hingga suhu yang
dibutuhkan untuk mencapai titik didih awal, yaitu sekitar 7-10 menit. Pemanasan
dilanjutkan, sehingga laju kondensasi rata-rata 4,5 mL/ menit. Kemudian
dilakukan pengamatan dan pencatatan pembacaan thermometer pada setiap
penambahan 10% distilat.
3.3.3 Penentuan Angka Setana (ASTM-D976)
Penentuan angka setana menggunakan persamaan (ASTM-D976)
Angka setana = 454,74 – 1641,416D + 774,74D2 – 0,554B +97,803 (log B)2
dimana D = densitas pada 150C dan B = titik didih tengah metil ester
3.3.4 Penentuan Viskositas Kinematik (ASTM D 445)
Viskometer dimasukkan ke dalam bak yang suhunya dijaga konstan pada
400C. Sampel metil ester dimasukkan ke dalam viskometer dan dipanaskan dalam
waterbath pada suhu 400C selama 30 menit. Sampel ditarik dengan karet bulb
sampai di atas tanda batas pertama. Waktu pengaliran diukur dari batas pertama
sampai batas kedua tabung viskometer. Percobaan ini dulakukan 3 kali sampai
didapat rata-rata yang presisi. Rumus perhitungan viskositas kinematik adalah
10
V = C x t
Dimana ; V = viskositas kinematik; mm2/detik
C = konstanta viskometer yang digunakan; 0,004 (mm2/detik)/detik
t = rata-rata waktu alir; detik
3.3.5 Penentuan Titik Nyala (ASTM D 93)
Sampel dimasukkan kedalam mangkok sampel sampai tanda garis. Suhu
pada alat diatur pada titik perkiraan, jika terjadi nyala sesaat di atas sampel, suhu
yang tertera pada alat dicatat sebagai titik nyala.
3.3.6 Penentuan Titik Tuang
Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai menempati sepertiga
bagian. Tabung reaksi dimasukkan ke dalam alat pendingin. Jika diamati sampel
sudah tidak bergerak lagi, tabung diangkat dari pendingin. Tabung sedikit
dimiringkan untuk melihat apakah terjadi pergerakan pada minyak. Pengecekan
ini dilakukan maksimal selama 5 detik. Jika masih bergerak, tabung dimasukkan
lagi ke alat pendingin. Suhu dimana permukaan minyak stabil atau tidak berubah
kemiringannya, pada suhu itulah sampel mencapai titik tuangnya.
DAFTAR PUSTAKA
11
1. Dianingtyas.2000. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) dari Minyak Goreng Sawit
Bekas. Karya Utama Sarjana Kimia, Jurusan Kimia FMIPA UI, Depok
2. Endriana, Dodi.2007. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) dari Minyak Biji Bintaro
(Cerbera odollam Gaertn.) Hasil Ekstraksi. Departemen Kimia FMIPA UI,
Universitas Indonesia. Depok
3. Eckey, E.W. Pepaya. 2008 http://sleekfreak.ath.cx:81/3wdev/INPHO/
VLIBRARY/X0043E/X0043E0E.HTM. [10 September 2012].
4. Hasbi, H. 2007. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) Dari Minyak Biji Tanjung
(Mimusops Elengi L.) Hasil Ekstraksi. Departemen Kimia FMIPA UI,
Universitas Indonesia. Depok
5. http://m.tribunnews.com/2012/05/15/tanggapan-pertamina-terkait-masalah-
kelangkaan-bbm , 17 September 2012, Pk. 13.20 WIB
6. Manningara.2006. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) dari Minyak Biji Karet
(Hevea brasiliensis) Hasil Ekstraksi. Departemen Kimia FMIPA UI,
Universitas Indonesia. Depok
7. Suwarso, W.P., Gani, I. Y., Kusyanto.1996. Sintesis Biodiesel dari Minyak Biji
Ketapang (Terminalia catappa Linn) yang Berasal dari Pohon Ketapang
yang Tumbuh di Kampus UI Depok. Departemen Kimia FMIPA UI,
Universitas Indonesia. Depok
8. Puangsri, T., S.M. Abdulkarim, H.M. Ghazali. 2005. Properties of Carica
pepaya l. (pepaya) seed oil following extractions using solvent and
aqueous enzymatic methods. http://www.blackwell-synergy.com. [11
September 2012].
12
biodiesel
transesterifikasi
Pemisahan gliserol
Methanol + KOH
Pencucian/ penetralan
Pengeringan (Na2SO4)
LAMPIRAN
DIAGRAM ALIR SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK BIJI PEPAYA/ PAPAYA OIL (PO)
13
pencucian pengeringan
pengepresanekstraksi
PO
Biji
ampas
14