siaran pers: pidato presiden sby "bergerak menuju keberlanjutan"
DESCRIPTION
Rio Centro, 20 Juni 2012 – Indonesia mengadakan sebuah diskusi tingkat tinggi yang melibatkan para petinggi negara. Diskusi ini bertajuk “Bergerak Menuju Keberlanjutan: Bersama Kita Harus Menciptakan Masa Depan yang Kita Dambakan”. Dalam acara ini, Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, hadir bersama dengan Perdana Menteri Norwegia, Jens Stoltenberg, Direktur Eksekutif Perserikatan Bangsa-Bangsa Bidang Lingkungan (UNEP), Achim Steiner, dan Ketua Dewan Penyantun WWF sekaligus mantan Menteri Lingkungan Hidup Ekuador, Yolanda Kakabadse, dan pakar dunia yang memimpin Penelitian UNEP antara lain mengenai “The Economics of Ecosystem and Biodiversity, dan the Green Economy Report”, Dr. Pavan Sukhdev. Sementara itu, Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), Dr. Kuntoro Mangkusubroto, berperan sebagai pimpinan sekaligus moderator atas jalannya diskusi tersebut.TRANSCRIPT
![Page 1: Siaran Pers: Pidato Presiden SBY "Bergerak Menuju Keberlanjutan"](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082508/568bd7ca1a28ab2034a10098/html5/thumbnails/1.jpg)
UKP-PPP
UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN
SIARAN PERS
Rio Centro, 20 Juni 2012 – Indonesia mengadakan sebuah diskusi tingkat tinggi yang melibatkan para
petinggi negara. Diskusi ini bertajuk “Bergerak Menuju Keberlanjutan: Bersama Kita Harus Menciptakan
Masa Depan yang Kita Dambakan”. Dalam acara ini, Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang
Yudhoyono, hadir bersama dengan Perdana Menteri Norwegia, Jens Stoltenberg, Direktur Eksekutif
Perserikatan Bangsa-Bangsa Bidang Lingkungan (UNEP), Achim Steiner, dan Ketua Dewan Penyantun
WWF sekaligus mantan Menteri Lingkungan Hidup Ekuador, Yolanda Kakabadse, dan pakar dunia yang
memimpin Penelitian UNEP antara lain mengenai “The Economics of Ecosystem and Biodiversity, dan
the Green Economy Report”, Dr. Pavan Sukhdev. Sementara itu, Kepala Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), Dr. Kuntoro Mangkusubroto, berperan sebagai
pimpinan sekaligus moderator atas jalannya diskusi tersebut.
Diskusi panel kemudian diikuti dengan tanggapan dari hadirin, diawali oleh Sekretaris Negara Bidang
Lingkungan, Pangan, dan Pedesaan Inggris, Caroline Spelman, Duta Besar dan Wakil Amerika Serikat
untuk ECOSOC, Elisabeth Cousens, Sekretaris Perubahan Iklim Brazil, Carlos Klink, Sekretaris Jenderal
dan Direktur Eksekutif UNOPS, Jan Mattson, Kepala Komisi Investasi Inisiatif Keuangan di UNEP, David
Pitt-Watson, Utusan Khusus Bidang Perubahan Iklim dari Bank Dunia, Andrew Steer dan Wakil Presiden
Bank Pembangunan Asia (ADB), Bindu Lohani.
Diskusi ini membahas cara dari masing-masing negara mengikuti pergerakan dunia yang makin
mengglobal, dimana tidak hanya modal dan barang yang melintas-batas, tapi juga dampak negatif dari
jejak ekologis antroposentris yang terlepas (unfetter anthropocentric ecological footprints) yang
mengenai semua pihak. Dalam konteks ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan
pentingnya pembangunan yang setara, terutama menyangkut miliaran orang yang masih hidup dalam
jurang kemiskinan, yang harus menanggung efek negatif dari kian rusaknya ekosistem global.
Masalah utama yang dibicarakan adalah realitas historis dimana banyak negara di tingkat global secara
kolektif tidak mampu memenuhi janji mereka untuk memastikan jalannya pembangunan berkelanjutan
berdasarkan kerangka kesetaraan, mengingat bahwa perubahan yang bermakna akan sangat
![Page 2: Siaran Pers: Pidato Presiden SBY "Bergerak Menuju Keberlanjutan"](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082508/568bd7ca1a28ab2034a10098/html5/thumbnails/2.jpg)
bergantung kepada pemecahan yang dapat dilaksanakan di lapangan. Harus dipahami dengan jelas
bahwa waktu berjalan kian cepat bagi 7 miliar penduduk dunia yang secara ilmiah telah melebihi
ambang keberlanjutan 2,2 hektar per kapita. Diperlukan tindakan yang serius untuk mengantisipasi
proyeksi penduduk dunia yang akan melonjak ke angka 9 miliar pada 2050.
“Kami mengamati adanya tekanan yang makin meningkat antara pertumbuhan penduduk dan
ketersediaan sumber daya. Kami sungguh melihat kasus-kasus yang makin mengkhawatirkan dimana
persaingan perebutan sumber daya berubah menjadi perseteruan. Sementara itu, perubahan iklim
makin memburuk selama dua dasawarsa terakhir, di mana, karena berbagai alasan, lingkungan tidak
mendapat prioritas pada agenda pembangunan umum di berbagai penjuru dunia.”
Jalan menuju pembangunan masa depan harus mencapai pembangunan manusia yang nyata dan setara
sambil memperhalus jejak ekologis kolektif. Negara-negara maju harus mengurangi jejak ekologis
mereka yang dewasa ini telah dua sampai lima kali lipat melebihi kapasitas per kapita. Sementara itu,
negara-negara yang sedang berkembang harus memajukan pembangunan manusia dan menjaga agar
jejak ekologis mereka tetap berada di tingkat yang berkelanjutan.
Dalam hal ini, Indonesia beruntung dengan keragamanhayati yang luar biasa besarnya baik di darat
maupun di laut. Bahkan negeri ini pun memiliki hutan terluas ketiga dunia. Karena itu Indonesia memiliki
peranan penting untuk memastikan jalannya pembangunan berkelanjutan secara global melalui
penangkapan karbon dan kontribusinya terhadap ketahanan pangan. Demi Indonesia dan demi dunia,
Indonesia akan membangun melalui sebuah paradigma ekonomi baru dimana dimensi sosial dan
lingkungan sungguh-sungguh dijadikan pertimbangan, yaitu melalui jalur ekonomi hijau. “Indonesia
telah tergerak untuk melindungi hutan alam kami yang tersisa dan keragaman hayati yang terkandung di
dalamnya melalui kemitraan dengan Norwegia dalam program REDD+, sekaligus memastikan
keberlangsungan keragaman hayati laut melalui International Coral Triangle Initiative (Inisiatif Segitiga
Terumbu Karang Internasional),” papar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Untuk selanjutnya, dialog difokuskan pada perlunya kerja sama seluruh bangsa untuk menciptakan masa
depan yang kita dambakan serta masa depan yang pantas untuk planet kita ini. Hal ini harus dicapai
dengan membangun dan mengembangkan berbagai alat pembangunan yang telah terbukti efektif,
seperti misalnya Millenium Development Goals (MDG). Merujuk pada masa setelah tahun 2015,
pentinglah kiranya untuk melanjutkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dimana MDG telah berhenti
dan pemberantasan kemiskinan masih harus dijadikan pusat perhatian dan aspirasi bersama.