siap uts
TRANSCRIPT
Pengolahan SPT
3.1. Penyediaan Formulir SPT, Aplikasi e-SPT dan terintegrasi Pengguna e-Filling
3.3.1. Pengertian dan Jenis SPT
3.1.1.1. Pengertian
Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan
perpajakan.
3.1.1.2. Jenis –jenis SPT
Jenis-jenis SPT meliputi :
a. SPT Tahunan Pajak penghasilan yang terdiri dari:
• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan;
• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat;
• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi; dan
• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21
b. SPT Masa yang terdiri dari
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26;
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22;
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26;
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25;
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2);
• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15;
• SPT masa Pajak Pertambahan Nilai; dan
• SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
SPT sebagaimana dimaksud di atas, dapat berbentuk:
a. Formulir kertas (hardcopy); atau
b. e‐SPT
3.3.2. Penyediaan SPT
Wajib Pajak dapat mengambil SPT yang berbentuk formulir kertas (hardcopy), di tempat-tempat sebagai
berikut :
a. Kantor Pelayanan Pajak (KPP);
b. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);
c. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
d. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;
e. Pojok Pajak;
f. Mobil Pajak.
Sedangkan Aplikasi e‐SPT yang dapat digunakan untuk membuat e‐SPT sebagaimana dimaksud pada
Pasal 2 ayat (2) huruf b dapat diambil langsung di Kantor Pelayanan Pajak (KPP). SPT dan aplikasi e‐SPT
selain dapat diambil secara langsung oleh Wajib Pajak pada tempat‐tempat sebagaimana telah diuraikan
di atas juga dapat dilakukan dengan mengunduh/men‐download dari situs internet Direktorat Jenderal
Pajak dengan alamat http://www.pajak.go.id. Disamping dengan cara‐cara tersebut, Wajib Pajak juga dapat
mencetak, menggandakan, dan/atau fotokopi sendiri SPT selama tidak mengubah bentuk, ukuran dan isi
SPT.
3.3.3. Registrasi e-Filling
3.1.3.1. Wajib Pajak yang akan menyampaikan SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
secara elektronik harus memiliki Electronic Filing Identification Number (e‐FIN) dan memperoleh
Sertifikat (digital certificate) dari Direktorat Jenderal Pajak.
3.1.3.2. Electronic Filing Identification Number (e‐FIN) diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar berdasarkan surat permohonan Wajib Pajak.
3.1.3.3. Permohonan Wajib Pajak tersebut dapat disetujui apabila alamat yang tercantum pada permohonan
sama dengan alamat dalam database (Master File) Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak.
3.1.3.4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memberikan keputusan atas permohonan yang diajukan oleh
Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification Number (e‐FIN) paling lama 2 (dua)
hari kerja sejak permohonan diterima dengan lengkap dan benar.
3.1.3.5. Dalam hal Electronic Filing Identification Number (e‐FIN) hilang, Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan pencetakan ulang dengan syarat menunjukkan asli kartu Nomor Pokok Wajib Pajak
atau Surat Keterangan Terdaftar, atau bagi PengusahaKena Pajak dengan syarat menunjukkan asli
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
3.1.3.6. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan Electronic Filing Identification Number (e‐FIN) harus
mendaftarkan diri melalui website pada satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi
(ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.
3.1.3.7. Setelah mendaftarkan diri, Wajib Pajak akan memperoleh Digital Certificate (DC) dari Direktorat
Jenderal Pajak melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) dimana Wajib Pajak
mendaftarkan diri.
3.1.3.8. Digital Certificate (DC) seterusnya akan digunakan sebagai alat yang berfungsi sebagai pengaman
data Wajib Pajak dalam setiap proses penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT
Tahunan secara elektronik (e‐Filing) melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) ke
Direktorat Jenderal Pajak.
3.1.3.9. Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) harus mengirimkan:
a. tata cara pelaksanaan e‐Filing;
b. aplikasi dan petunjuk penggunaan e‐SPT dan e‐SPTy; dan
c. informasi lainnya;
kepada Wajib Pajak yang telah mendaftarkan diri.
3.1.3.10.e‐SPT dan e‐SPTy yang telah diisi dan dilengkapi sesuai dengan ketentuan serta dibubuhi tanda
tangan elektronik atau tanda tangan digital disampaikan secara elektronik ke Direktorat Jenderal
Pajak melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
3.1.3.11. Tanda Tangan Elektronik atau Tanda Tangan Digital adalah suatu informasi elektronik yang di
generate oleh Sistem Direktorat Jenderal Pajak.
3.1.3.12.Dalam hal SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan menunjukkan adanya kewajiban
pembayaran pajak, Wajib Pajak wajib mencantumkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara pada
e‐SPT dan e‐SPTy sebagai bukti pembayaran yang telah divalidasi.
3.1.3.13.Apabila e‐SPT dan e‐SPTy dinyatakan lengkap oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka kepada Wajib
Pajak diberikan Bukti Penerimaan Elektronik.
3.1.3.14.Penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik (e‐Filing)
dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan
standar Waktu Indonesia Bagian Barat.
3.1.3.15. SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang disampaikan secara elektronik pada
akhir batas waktu Penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang jatuh
pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.
3.1.3.16.Wajib Pajak wajib menyampaikan keterangan dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan dalam
SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang tidak dapat disampaikan secara
elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar secara langsung atau melalui
pos dengan tanda bukti pengiriman surat, atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat, kecuali SSP lembar 3 yang dibayarkan melalui Bank Persepsi dan
Nomor Transaksi Penerimaan Negara sudah dicantumkan dalam e‐SPT dan/atau e‐SPTy, paling
lama:
a. 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir pelaporan SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan
SPT Tahunan dalam hal SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan disampaikan
sebelum batas akhir penyampaian;
b. 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT
Tahunan secara elektronik dalam hal SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian.
3.1.3.17. Apabila Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban sebagaimana diuraikan pada butir 3.1.3.16. di atas,
SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dianggap telah diterima dan tanggal
penerimaan SPT sesuai dengan tanggal yang tercantum pada Bukti Penerimaan Elektronik
sebagaimana diuraikan pada butir 3.1.3.13. di atas.
3.1.3.18.Apabila kewajiban menyampaikan keterangan dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan
dalam e‐SPT dan e‐SPTy disampaikan melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat, atau
melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat, tanggal
penerimaan keterangan dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan dalam e‐SPT dan e‐SPTy
adalah tanggal yang tercantum pada bukti pengiriman surat.
3.1.3.19.Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan Keterangan dan/atau dokumen lain yang harus
dilampirkan dalam e‐SPT dan e‐SPTy dalam jangka waktu sebagaimana diuraikan pada butir
3.1.3.16. di atas, Wajib Pajak dianggap tidak menyampaikan SPT dan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan.
3.1.3.20. Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) wajib memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa
SPT atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan beserta lampirannya yang disampaikan
secara elektronik dijamin kerahasiaannya, diterima di Direktorat Jenderal Pajak secara lengkap dan
real time serta diakui oleh pihak Wajib Pajak dan Direktorat Jenderal Pajak.
3.2. Penerimaan dan Pengolahan SPT
3.3.1. Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh
3.2.1.1 Prosedur Kerja
3.2.1.1.1. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan /e-SPT baik langsung maupun melalui
Pos/Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.
3.2.1.1.2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Tahunan yang disampaikan langsung oleh
Wajib Pajak dan SPT Tahunan yang disampaikan melalui Pos/Ekspedisi. Untuk SPT Tahunan
Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang diterima secara langsung harus ditolak
sedangkan yang melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar dengan Surat Pengantar.
3.2.1.1.3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT berdasarkan ketentuan:
3.2.1.1.4. Untuk SPT Tahunan lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Tahunan atau
kelengkapannya, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung atau mengirimkan BPS ke
Wajib Pajak atau kuasanya, menggabungkan LPAD dengan SPT Tahunan atau dokumen
kelengkapannya.
3.2.1.1.5. Untuk SPT Tahunan tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak sedangkan yang
melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan disertai Surat Penolakan SPT
Tahunan.
3.2.1.1.6. Untuk SPT Tahunan tidak lengkap diterima dibuatkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT
Tahunan, yang disampaikan secara langsung atau dikirimkan ke Wajib Pajak.
3.2.1.1.7. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar Penerusan SPT
Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak lain, Surat Penolakan SPT Tahunan, dan Surat
Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan ke Kepala Seksi Pelayanan, serta meneruskan SPT
Tahunan beserta Register Harian Penerimaan SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan
Informasi.
3.2.1.1.8. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang diterima. Proses
atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan dengan penatausahaan dokumen dan
penyampaian dokumen oleh Pelaksana Seksi Pelayanan melalui Subbagian Umum dengan
SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.
3.2.1.1.9. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi merekam elemen-elemen SPT Tahunan dan
membuat Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan Wajib Pajak, mencetak
Lembar Penelitian SPT Tahunan untuk SPT Tahunan Unbalance serta menggabungkannya
dengan SPT Tahunan yang bersangkutan (selanjutnya diproses dengan SOP Tata Cara
Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan (SPT)), kemudian mengirim SPT
Tahunan/Kelengkapan Data Surat Pemberitahuan Tahunan yang sudah direkam ke Pelaksana
Seksi Pelayanan.
3.2.1.1.10. Account Representative melakukan penelitian sesuai dengan ketentuan dan memproses SPT
yang terdapat kesalahan matematis dan/atau terlambat disampaikan/dibayar berdasarkan data
hasil perekaman SPT. Dalam hal terdapat kesalahan matematis, Account Representative
membuat Surat Himbauan (SOP Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan)
sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian/pembayaran SPT, Account
Representative menerbitakan STP (SOP Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).
3.2.1.1.11. Pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan SPT Tahunan yang termasuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Lebih Bayar untuk diproses dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan.
3.2.1.1.12. Proses selesai.
3.2.1.2 Bagan Arus (Flow Chart)
Lihal Lampiran 39.
3.3.2. Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa
3.2.2.1 Prosedur Kerja
3.2.2.1.1. Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak menyampaikan SPT Masa baik langsung maupun melalui
Pos/Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.
3.2.2.1.2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Masa yang disampaikan langsung oleh
Wajib Pajak dan SPT Masa yang disampaikan melalui Pos/Ekspedisi. Untuk SPT Masa Wajib
Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang diterima secara langsung harus ditolak sedangkan
yang melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar dengan Surat Pengantar.
3.2.2.1.3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT Masa berdasarkan
ketentuan:
a. Untuk SPT Masa lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Masa atau
kelengkapannya, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung atau mengirimkan
BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya, menggabungkan LPAD dengan SPT Masa atau
dokumen kelengkapan SPT Masa.
b. Untuk SPT Masa tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak sedangkan yang
melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan disertai Surat Penolakan SPT
Tahunan
3.2.2.1.4. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar Penerusan SPT ke
Kantor Pelayanan Pajak lain dan Surat Penolakan SPT ke Kepala Seksi Pelayanan, dan
meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
3.2.2.1.5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang diterima. Proses
atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen
WP dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.
3.2.2.1.6. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokkan kebenaran
fisik SPT Masa apakah telah sesuai dengan isi batch header, merekam SPT Masa lengkap,
dan mengirimkan SPT Masa yang telah direkam ke Seksi Pelayanan.
3.2.2.1.7. Account Representative meneliti dan memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis
dan/atau terlambat disampaikan/dibayar berdasarkan data hasil perekaman SPT. Dalam hal
terdapat kesalahan matematis, Account Representative membuat Surat Himbauan (SOP
tentang Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi
keterlambatan penyampaian/pembayaran SPT dibuatkan STP (SOP tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).
3.2.2.1.8. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari Pelaksana Seksi
Pengolahan Data dan Informasi dan menatausahakan SPT Masa. SPT Masa LB yang
meminta pengembalian dikirim ke Seksi Pemeriksaan dan ditindaklanjuti dengan SOP Tata
Cara Pemeriksaan.
3.2.2.1.9. Proses selesai.
3.2.2.2 Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 40.
3.3.3.Tata Cara Penyelesaian Penyampaian
Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan
3.2.3.1 Prosedur Kerja
3.2.3.1.1. Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh ke Kantor Pelayanan Pajak dengan menggunakan formulir 1770-Y/1771-
Y/1771-$Y.
3.2.3.1.2. Petugas Help Desk menerima pemberitahuan tersebut kemudian meneliti kelengkapan
persyaratannya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor XX/PJ/2009. Dalam hal surat pemberitahuan beserta persyaratannya
belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal pemberitahuan
perpanjangan SPT Tahunan beserta persyaratannya sudah lengkap, maka diteruskan ke
Petugas Tempat Pelayanan Terpadu.
3.2.3.1.3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada
Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan beserta kelengkapannya dan diteruskan ke Seksi Pelayanan.
3.2.3.1.4. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk meneliti dan
membuat konsep Surat Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian
SPT Tahunan.
3.2.3.1.5. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan penelitian atas pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan Wajib Pajak, membuat konsep Surat Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka
Waktu Penyampaian SPT Tahunan dan meneruskan ke Kepala Seksi Pelayanan.
3.2.3.1.6. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memberikan persetujuan dengan menandatangani
konsep Surat Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT
Tahunan. Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui konsep Surat Jawaban Pemberitahuan
yang dibuat, Pelaksana Seksi Pelayanan harus memperbaiki konsep Surat Jawaban
Pemberitahuan tersebut.
3.2.3.1.7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan persetujuan dengan menandatangani konsep
Surat Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan.
Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui konsep Surat Jawaban Pemberitahuan yang dibuat,
Pelaksana Seksi Pelayanan harus memperbaiki konsep Surat Jawaban Pemberitahuan
tersebut.
3.2.3.1.8. Sistem akan memproses Surat Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu
Penyampaian SPT Tahunan.
3.2.3.1.9. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak Surat
Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan yang tidak
memenuhi ketentuan, namun apabila dianggap perlu Kepala Seksi Pelayanan dapat juga
menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak Surat Jawaban Pemberitahuan
Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan yang memenuhi ketentuan.
3.2.3.1.10. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan Surat Jawaban Pemberitahuan
Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan
3.2.3.1.11. Surat Jawaban Pemberitahuan yang sudah dicetak kemudian diparaf oleh Kepala Seksi
Pelayanan dan disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
3.2.3.1.12. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menandatangani Surat Jawaban Pemberitahuan
Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan.
3.2.3.1.13. Proses dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak dan
SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.
3.2.3.1.14. Proses selesai
3.2.3.2 Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 41.
3.3. Pemrosesan SPT di PPDDP
3.3.1. Tata Cara Penugasan pengambilan Kemasan dari KPP
3.3.1.1. Prosedur Kerja
3.3.1.1.1. Admin Transportasi mengenerate draft Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK01), Daftar
Kemasan akan Diangkut (AK02), Lampiran Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK03), serta
Lampiran Daftar Kemasan Akan Diangkut (AK04) melalui aplikasi dan melakukan penyesuaian
AK01 dan AK02, apabila diperlukan.
3.3.1.1.2. Admin Transportasi memilih Nomor mobil, Nama Pengemudi, Nama Petugas Pengambil,
Nama Kru dan KPP yang akan diambil berkasnya.
3.3.1.1.3. Admin Transportasi mencetak AK01, AK02, AK03 dan AK04 sebanyak dua rangkap untuk
ditandatangani Kepala Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen melalui Kepala Seksi
Pengumpulan dan Penerimaan Dokumen.
3.3.1.1.4. Admin Transportasi menerima AK01, AK02, AK03 dan AK04 yang sudah ditandatangani oleh
Kepala Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen dari Kepala Seksi Pengumpulan dan
Penerimaan Dokumen.
3.3.1.1.5. Admin Transportasi menyerahkan AK01, AK02, AK03, dan AK04 yang telah ditandatangani
oleh Kepala Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen kepada Petugas Pengambil.
3.3.1.1.6. Proses selesai
3.3.1.2. Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 42.
3.3.2. Tata Cara Pengambilan Kemasan dari KPP
3.3.2.1. Prosedur Kerja
3.3.2.1. Petugas Pengambil Kemasan menerima Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK01),Daftar
Kemasan akan Diangkut (AK02), Lampiran Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK03), serta
Lampiran Daftar Kemasan Akan Diangkut (AK04) yang telah ditandatangani oleh Kepala
Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen dari Petugas Admin Transportasi.
3.3.2.2. Transportasi mencatat jam dan kilometer (km) keberangkatan pada saat mobil pengangkut
kemasan akan keluar dari PPDDP pada AK03.
3.3.2.3. Petugas Pengambil menunjukkan dan menyerahkan tindasan AK01, AK02, AK03, dan AK04
kepada Petugas Pengemas untuk diperiksa.
3.3.2.4. Petugas Pengemas memeriksa AK01, AK02, AK03, dan AK04 sesuai KPP yang bersangkutan.
3.3.2.5. Petugas Pengambil memeriksa segel pada masing‐masing kemasan dan memastikan nomor
barcode pada kemasan sama dengan nomor barcode pada Packing List.
3.3.2.6. Petugas Pengambil bersama‐sama dengan Petugas Pengemas melakukan pencocokkan
berkas ( LPAD dan SPT ) yang dikemas dengan Daftar Isi Kemasan (Packing List ).
3.3.2.7. Setiap ketidaksesuaian yang terjadi dalam Daftar Isi Kemasan ( Packing List ), Petugas
Pengambil akan mencoret pada dokumen yang dimaksud dan Petugas Pengemas
memarafnya.
3.3.2.8. Petugas Pengemas membuat Berita Acara Ketidaksesuaian Jumlah SPT dengan Daftar Isi
Kemasan yang ditandatangani oleh Petugas Pengemas dan Petugas Pengambil dengan
diketahui oleh Kepala Seksi Pelayanan.
3.3.2.9. Petugas Pengambil menyegel kemasan yang telah dicocokkan disaksikan oleh Petugas
Pengemas.
3.3.2.10. Petugas Pengambil meminta kepada Petugas Pengemas untuk memaraf AK04 dan kemudian
ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan sebagai bukti pengambilan serta Petugas
Pengambil ikut menandatangani AK04.
3.3.2.11. Petugas Pengambil mengangkut kemasan‐kemasan yang sesuai dengan AK04 ke dalam
mobil.
3.3.2.12. Petugas Pengemas melakukan penyegelan mobil dan menandatangani AK03.
3.3.2.13. Petugas Pengambil menyerahkan tindasan Daftar Kemasan akan Diangkut (AK02), Lampiran
Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK03), serta Lampiran Daftar Kemasan Akan Diangkut
(AK04) sebagai arsip Petugas Pengemas di KPP.
3.3.2.14. Jika pengambilan telah selesai untuk seluruh KPP, maka Petugas Pengambil kembali ke
PPDDP, dan Admin Transportasi akan mencatat Km dan jam kedatangannya.
3.3.2.15. Proses selesai.
3.3.2.2. Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 43.
3.3.3. Tata Cara Pengambilan Kemasan Dari KPP Oleh Pihak ketiga
3.3.3.1. Prosedur Kerja
3.3.3.1.1. Admin Transportasi menyerahkan Surat Tugas Pengambilan Kemasan SPT (AK01),Daftar
Kemasan akan Diangkut (AK02), Lampiran Surat Tugas Pengambilan Kemasan SPT (AK03),
serta Lampiran Daftar Kemasan akan Diangkut (AK04) yang telah ditandatangani oleh Kepala
Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen kepada Petugas Pengambil dari Pihak
Ketiga.
3.3.3.1.2. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga menunjukkan dan menyerahkan tindasan AK01, AK02,
AK03, dan AK04 kepada Petugas Pengemas di KPP untuk diperiksa.
3.3.3.1.3. Petugas Pengemas menerima dan meneliti AK01, AK02, AK03, dan AK04
3.3.3.1.4. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga memeriksa segel pada masing‐masing kemasan dan
mencocokkan nomor barcode pada kemasan dengan nomor barcode pada Daftar Isi Kemasan
( Packing List ) yang dicetak oleh Petugas Pengemas.
3.3.3.1.5. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga bersama‐sama dengan Petugas Pengemas
mencocokkan jumlah SPT yang dikemas dengan Daftar Isi Kemasan (Packing List).
3.3.3.1.6. Setiap ketidaksesuaian yang terjadi, Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga akan mencoret
nomor LPAD yang tidak sesuai pada Daftar Isi Kemasan dan membuat Berita Acara
Ketidaksesuaian Jumlah SPT yang ditandatangani oleh Petugas Pengemas dan Petugas
Pengambil dari Pihak Ketiga dengan diketahui oleh Kepala Seksi Pelayanan.
3.3.3.1.7. Petugas Pengemas memaraf AK04 yang kemudian ditandatangani oleh Kepala Seksi
Pelayanan dan Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga.
3.3.3.1.8. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga menyerahkan tindasan AK02, AK03 serta AK04 kepada
Petugas Pengemas.
3.3.3.1.9. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga mengangkut kemasan sesuai dengan AK04.
3.3.3.1.10. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga kembali ke PPDDP, dan menyerahkan AK01,
AK02, AK03, AK04 beserta Kemasan yang telah diambil / diangkut dari KPP ‐ KPP kepada
Petugas Penerimaan Dokumen di PPDDP.
3.3.3.1.11. Proses selesai
3.3.3.2. Bagan Arus
Lihat Lampiran 44.
3.3.4. Tata Cara Penerimaan Kemasan di PPDDP
3.3.4.1. Prosedur Kerja
3.3.4.1.1. Petugas Pengambil Dokumen menyerahkan Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK01),
Daftar Kemasan akan Diangkut (AK02), Lampiran Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK03),
serta Lampiran Daftar Kemasan Akan Diangkut (AK04) kepada Petugas Penerimaan
Dokumen.
3.3.4.1.2. Petugas Penerimaan Dokumen bersama‐sama Petugas Pengambil Dokumen memeriksa
segel mobil, membuka segel dan menurunkan seluruh kemasan dari mobil, memindahkannya
ke dalam trolley sementara dan membawa trolley sementara tersebut ke ruang penerimaan
dokumen.
3.3.4.1.3. Petugas Penerimaan Dokumen membuka Aplikasi System Penerimaan Dokumen dan
melakukan perekaman data kemasan.
3.3.4.1.4. Petugas Penerimaan Dokumen merekam surat tugas (formulir AK01) dengan cara memindai
nomor barcode yang ada pada pojok kanan atas surat tugas (formulir AK01), merekam Jam
dan Km keberangkatan dan kedatangan mobil pengambil kemasan (formulir AK03) ke dalam
Aplikasi System Penerimaan Dokumen.
3.3.4.1.5. Seluruh barcode kemasan yang diterima dipindai oleh Petugas Penerimaan Dokumen untuk
memastikan bahwa jumlah, kode kemasan dan kode segel kemasan yang diterima sesuai
dengan jumlah, kode kemasan dan kode segel kemasan pada Aplikasi System Penerimaan
Dokumen dan pada Surat Tugas Pengambilan Kemasan (formulir AK02 dan AK04).
3.3.4.1.6. Jika jumlah kemasan yang diterima tidak sama dengan jumlah kemasan pada System Aplikasi
maupun pada surat tugas pengambilan kemasan, maka Petugas Penerimaan Dokumen
melakukan pemeriksaan kemasan untuk memastikan tidak ada kemasan yang tercecer/hilang.
Dalam hal terdapat kemasan yang hilang, maka Petugas Penerimaan Dokumen mencetak
Berita Acara Kemasan Hilang.
3.3.4.1.7. Petugas Penerimaan Dokumen kemudian memeriksa kondisi kemasan segel kemasan dan
kemudian mencatatnya merekamnya pada Aplikasi System Penerimaan Dokumen sampai
semua kemasan dalam Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK01) diterima.
3.3.4.1.8. Apabila ada segel kemasan yang rusak, maka akan dilakukan hitung ulang jumlah berkas SPT
pada kemasan tersebut oleh Petugas Penerimaan Dokumen. Setelah berkas SPT selesai
diperiksa, Petugas Penerimaan Dokumen mencetak Berita Acara Hitung Ulang (RE02).
Kemasan yang segelnya rusak akan diganti dengan segel baru dan direkam ke dalam Aplikasi
System Penerimaan Dokumen.
3.3.4.1.9. Setelah semua kemasan diterima, maka formulir AK01, AK02, AK03, AK04 dan KM01 yang
telah ter‐ update dilakukan rekapitulasi daftar penyelesaian surat tugas dalam rangka
pengawasan kebutuhan logistik, kemudian diserahkan kembali ke Petugas Penyimpanan
Sementara.
3.3.4.1.10. Dalam hal surat tugas pengambilan kemasan lebih dari satu, maka langkah no. 4 s.d.
7 diulang‐ulang sampai seluruh surat tugas dan seluruh kemasan terekam dalam Aplikasi
System Penerimaan Dokumen.
3.3.4.1.11. Seluruh kemasan yang telah diterima, diperiksa dan direkam/dipindai oleh Petugas
Penerimaan Dokumen kemudian diletakkan pada trolley sementara/trolley kosong yang
tersedia di ruang penerimaan ( Drop Off ), selanjutnya trolley sementara yang berisi kemasan
tersebut dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan sementara melalui Petugas Penyimpanan
Sementara.
3.3.4.1.12. Proses selesai.
3.3.4.2. Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 45.
3.3.5. Tata Cara Penyimpanan Kemasan Dalam Gudang Penyimpanan
3.3.5.1. Prosedur Kerja
3.3.5.1.1. Admin Gudang membuat alokasi penyimpanan (Put Away) dengan menggunakan sistem
(aplikasi).
3.3.5.1.2. Admin Gudang mengunggah alokasi penyimpanan (Put Away) ke PDA Barcode Reader.
3.3.5.1.3. Sistem menampilkan daftar alokasi penyimpanan kemasan.
3.3.5.1.4. Admin Gudang Menyerahkan PDA Barcode Reader & kemasan ke Petugas Gudang.
3.3.5.1.5. Petugas Gudang memindai/input barcode pada kemasan dengan menggunakan PDA Barcode
Reader.
3.3.5.1.6. PDA Barcode Reader menampilkan informasi lokasi nomor lemari & nomor bilik tempat
kemasan disimpan.
3.3.5.1.7. Petugas Gudang membuka lemari yang sesuai dengan nomor lemari yang ditampilkan oleh
PDA Barcode Reader.
3.3.5.1.8. Petugas Gudang memindai/input barcode nomor bilik lemari.
3.3.5.1.9. PDA Barcode Reader memeriksa kesesuaian lokasi kemasan dengan lokasi penyimpanan.
3.3.5.1.10. Apabila lokasi tidak benar, maka proses kembali ke nomor 6.
3.3.5.1.11. Apabila didalam trolley masih terdapat kemasan maka Proses kembali ke nomor 5.
3.3.5.1.12. Petugas Gudang menyerahkan PDA Barcode Reader kepada Admin Gudang.
3.3.5.1.13. Admin Gudang mengunduh daftar alokasi penyimpanan (Put Away) dari PDA Barcode Reader
ke sistem.
3.3.5.1.14. Admin Gudang memeriksa lokasi kemasan melalui inquiry gudang berkas.
3.3.5.1.15. Proses Selesai.
3.3.5.2. Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 46.
3.3.6. Tata Cara Penyimpanan Image Data Back up
3.3.6.1. Prosedur Kerja
3.3.6.1.1. Petugas image data backup mengambil Storage Eksternal ke Bagian umum PPDDP.
3.3.6.1.2. Petugas image data backup menyerahkan storage eksternal kepada Admin Gudang.
3.3.6.1.3. Admin Gudang menempelkan label Barcode pada Storage Eksternal dan menyerahkan
kepada Petugas Perekam dan Transfer Data.
3.3.6.1.4. Petugas image data backup melakukan proses transfer Image Data dari server utuk di‐backup
pada storage eksternal didampingi oleh Admin Gudang.
3.3.6.1.5. Apabila proses transfer Image data dari server ke storage eksternal telah selesai, maka
Petugas image data backup membuat (BAT01) yang ditandatangani oleh Petugas image data
backup dan Admin gudang mengetahui Kepala Seksi Perekaman dan Transfer Data.
3.3.6.1.6. Petugas image data backup menyerahkan Storage eksternal dan Salinan (BAT01) ke Admin
Gudang.
3.3.6.1.7. Admin gudang membuat alokasi penyimpanan dengan menggunakan sistem,
3.3.6.1.8. Admin gudang mengunggah hasilnya ke PDA Barcode Reader.
3.3.6.1.9. Sistem menampilkan alokasi penyimpanan pada PDA Barcode Reader.
3.3.6.1.10. Admin Gudang Menyerahkan PDA Barcode Reader & kemasan ke Petugas Gudang
3.3.6.1.11. Petugas gudang memindai/input barcode storage eksternal.
3.3.6.1.12. PDA Barcode Reader menampilkan informasi lokasi nomor lemari & nomor bilik tempat
kemasan disimpan
3.3.6.1.13. Petugas Gudang membuka lemari yang sesuai dengan nomor lemari yang ditampilkan oleh
PDA Barcode Reader
3.3.6.1.14. Petugas Gudang meletakkan Storage Eksternal pada lokasi yang sesuai dengan alokasi
penyimpanan (Put Away).
3.3.6.1.15. Petugas Gudang memindai/input barcode nomor bilik lemari.
3.3.6.1.16. PDA Barcode Reader memeriksa kesesuaian lokasi Storage Eksternal dengan lokasi
penyimpanan.
3.3.6.1.17. Apabila lokasi tidak benar, maka proses kembali ke nomor 13.
3.3.6.1.18. Petugas gudang menyerahkan PDA Barcode Reader kepada Admin Gudang.
3.3.6.1.19. Admin Gudang akan mengunduh daftar alokasi penyimpanan dari PDA Barcode Reader ke
sistem.
3.3.6.1.20. Admin Gudang memeriksa lokasi kemasan melalui inquiry gudang berkas
3.3.6.1.21. Proses Selesai.
3.3.6.2. Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 47.
Pembayaran Pajak4.1. Penerimaan
4.3.1. Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan
Ekonomi Dan Keuangan
4.1.1.1. Prosedur Kerja
4.1.1.1.1. Kepala Kantor menerima Rencana Penerimaan Pajak dari Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi I, II, III, dan IV (SOP Tata Cara Penyusunan Estimasi Penerimaan Pajak Per-Wajib
Pajak) dan menugaskan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk mengkompilasi
menjadi Rencana Penerimaan Kantor.
4.1.1.1.2. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana Penerimaan Pajak yang
telah disetujui Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk
mengkompilasi rencana penerimaan pajak tersebut.
4.1.1.1.3. Pelaksana menghimpun dan mengkompilasi Rencana Penerimaan Pajak dari Seksi
Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV, membuat konsep Nota Dinas Pengantar, dan
menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
4.1.1.1.4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi meneliti dan memaraf Rencana Penerimaan
Pajak Kantor Pelayanan Pajak, konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
4.1.1.1.5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Rencana Penerimaaan Pajak
Kantor Pelayanan Pajak dan konsep Nota Dinas Pengantar, kemudian mengembalikan
kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
4.1.1.1.6. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan Pelaksana untuk mengirimkan
Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah.
4.1.1.1.7. Pelaksana menyampaikan Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak yang telah
ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak ke Subbagian Umum untuk dikirim ke Kantor
Wilayah melalui SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP (SOP Tata Cara Pembuatan
Rencana Kerja Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi).
4.1.1.1.8. Proses selesai.
4.1.1.2. Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 48.
4.2. Pengeluaran
4.3.1. Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayara Kelebihan Pajak (SPMKP)
4.2.1.1. Prosedur Kerja
4.2.1.1.1. Wajib Pajak menyampaikan permohonan pengembalian pembayaran pajak ke Kantor
Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu.
4.2.1.1.2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti
kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta
persyaratannya belum lengkap, dimohon kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal
surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan
Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak
sedangkan LPAD akan digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya.
Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan
dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.
4.2.1.1.3. Account Representative memproses pengembalian kelebihan pembayaran pajak dalam hal
terdapat:
a. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Undang‐Undang KUP; (SOP Tata
Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak)
b. Pajak yang seharusnya tidak terutang sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) Undang‐Undang KUP;
(SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
yang Seharusnya Tidak Terutang)
c. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara
Penyelesaian SPT Tahunan Lebih Bayar)
d. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C Undang‐Undang
KUP; (SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak
Penghasilan (PPh) untuk Wajib Pajak Patuh dan SOP Tata Cara Penyelesaian
Permohonan Pengembalian Pendahuluan PPN untuk Wajib Pajak Kriteria Tertentu Khusus
Wajib Pajak Patuh)
e. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D Undang‐Undang
KUP;
f. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Keberatan atau Putusan
Banding atau Putusan Peninjauan Kembali dari Mahkamah Agung; (SOP Tata Cara
Penatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan
Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi)
g. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Pembetulan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara Penatausahaan Surat
Keputusan Pembetulan di Seksi Pengawasan dan Konsultasi)
h. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Administrasi atau Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara Penatausahaan Surat
Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat
Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan
dan Konsultasi)
i. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan
Pajak atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara Penatausahaan Surat Keputusan
Keberatan/ Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan
Konsultasi)
j. Jumlah imbalan bunga yang tercantum dalam Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.
(SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga)
4.2.1.1.4. Account Representative meminta informasi utang pajak ke Seksi Penagihan, dalam hal Wajib
Pajak yang bersangkutan terdaftar juga di Kantor Pelayanan Pajak lain, Account
Representative meminta informasi utang pajak ke Kantor Pelayanan Pajak lokasi Wajib Pajak
terdaftar dengan membuat juga surat pengantar untuk kemudian diparaf oleh Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi dan ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
4.2.1.1.5. Penyelesaian surat konfirmasi tunggakan pajak di Seksi Penagihan atau Kantor Pelayanan
Pajak terkait diproses dengan SOP Tata Cara Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib
Pajak.
4.2.1.1.6. Seksi Penagihan atau Kantor Pelayanan Pajak terkait meneruskan jawaban konfirmasi utang
pajak kepada Account Representative.
4.2.1.1.7. Account Representative kemudian meneliti surat jawaban dan data tunggakan pajak yang
diterima baik dari Seksi Penagihan atau dari Kantor Pelayanan Pajak lain. Apabila terdapat
tunggakan pajak, proses dilanjutkan dengan pemindahbukuan (SOP Tata Cara
Pemindahbukuan (Pbk)).
4.2.1.1.8. Apabila masih terdapat kelebihan pembayaran pajak yang masih tersisa, proses dilanjutkan
dengan melengkapi data Nothit SKPKPP, SKPKPP dan SPMKP. Data kemudian diproses oleh
case management. Account Representative kemudian mencetak dan memaraf Nothit
SKPKPP, kemudian menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
4.2.1.1.9. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, memaraf Nothit SKPKPP, memberikan
persetujuan (approve) pada sistem atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP, dan menyampaikan
Nothit SKPKPP kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
4.2.1.1.10. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memaraf Nota Penghitungan dan memberikan persetujuan
(approve) pada sistem atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP.
4.2.1.1.11. Kepala Seksi Pelayanan menerima Nothit SKPKPP dan menugaskan Pelaksana Seksi
Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan.
4.2.1.1.12. SPMKP dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan sebagai berikut:
Lembar ke‐1 dan lembar ke‐2 untuk KPPN;
Lembar ke‐3 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan; dan
Lembar ke‐4 untuk KPP yang menerbitkan SPMKP.
4.2.1.1.13. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep SKPKPP dan SPMKP.
4.2.1.1.14. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf SKPKPP dan SPMKP dan menyampaikan
konsep tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
4.2.1.1.15. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SKPKPP dan SPMKP.
4.2.1.1.16. SKPKPP dan SPMKP ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan
Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan ke Wajib Pajak dan Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen
di KPP).
4.2.1.1.17. Proses selesai
4.2.1.2. Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 49.
4.3.2. Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)
4.2.2.1. Prosedur Kerja
4.2.2.1.1. Account Representative memproses pembayaran imbalan bunga kepada Wajib Pajak dalam
hal terdapat:
a. keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan
Pajak, SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang, SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan
Pengembalian Pendahuluan Pajak Penghasilan (PPh) untuk Wajib Pajak Patuh, dan SOP
Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan PPN untuk Wajib Pajak
Kriteria Tertentu Khusus Wajib Pajak Patuh);
b. keterlambatan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17B ayat (3) Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara Penyelesaian SPT
Tahunan Lebih Bayar);
c. kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (4) Undang-
Undang KUP;
d. kelebihan pembayaran pajak karena pengajuan keberatan, permohonan banding, atau
permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1) Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara
Penatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan
Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi);
e. kelebihan pembayaran pajak karena Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atas
surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruhnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1a) Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara
Penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan di Seksi Pengawasan dan Konsultasi dan
SOP Tata Cara Penatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau
Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi);
f. kelebihan pembayaran sanksi administrasi berupa denda Pasal 14 ayat (4) dan/atau bunga
Pasal 19 ayat (1) karena Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat
Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai akibat diterbitkan Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang mengabulkan
sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (2) Undang-
Undang KUP. (SOP Tata Cara Penatausahaan Surat Keputusan
Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan
Konsultasi).
2.2.1.2. Account Representative meminta informasi utang pajak ke Seksi Penagihan, dalam hal Wajib
Pajak yang bersangkutan terdaftar juga di Kantor Pelayanan Pajak lain, Account
Representative meminta informasi utang pajak ke Kantor Pelayanan Pajak lokasi Wajib Pajak
terdaftar dengan membuat juga surat pengantar untuk kemudian diparaf oleh Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi dan ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
2.2.1.3. Penyelesaian surat konfirmasi tunggakan pajak di Seksi Penagihan atau Kantor Pelayanan
Pajak terkait diproses dengan SOP Tata Cara Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib
Pajak.
2.2.1.4. Seksi Penagihan atau Kantor Pelayanan Pajak terkait meneruskan jawaban konfirmasi utang
pajak kepada Account Representative.
2.2.1.5. Account Representative kemudian meneliti surat jawaban dan data tunggakan pajak yang
diterima baik dari Seksi Penagihan atau dari Kantor Pelayanan Pajak lain. Apabila terdapat
tunggakan pajak, proses dilanjutkan dengan pemindahbukuan (SOP Tata Cara
Pemindahbukuan (Pbk)).
2.2.1.6. Apabila masih terdapat kelebihan pembayaran pajak yang masih tersisa, Account
Representative membuat dan melengkapi Nothit SKPIB, SKPIB, dan SPMIB. Data kemudian
diproses oleh case management. Account Representative kemudian mencetak dan memaraf
Nothit SKPIB dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
2.2.1.7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, memaraf Nothit SKPIB, dan memberikan
persetujuan (approve) pada sistem atas penerbitan SKPIB dan SPMIB.
2.2.1.8. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memaraf Nothit SKPIB dan memberikan persetujuan
(approve) pada sistem atas penerbitan SKPIB dan SPMIB.
2.2.1.9. Kepala Seksi Pelayanan menerima Nothit SKPIB dan menugaskan Pelaksana Seksi
Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan.
SKPIB dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan sebagai berikut
a. Lembar ke-1 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan;
b. Lembar ke-2 untuk KPKN;
c. Lembar ke-3 untuk KPP yang menerbitkan SKPIB.
SPMIB dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan sebagai berikut:
a. Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk KPPN;
b. Lembar ke-3 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan;
c. Lembar ke-4 untuk Arsip KPP yang menerbitkan SPMIB.
2.2.1.10. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep SKPIB dan SPMIB kemudian
meneruskan konsep tersebut kepada Kepala Seksi Pelayanan.
2.2.1.11. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf SKPIB dan SPMIB kemudian menyampaikan
konsep tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
2.2.1.12. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SKPIB dan SPMIB.
2.2.1.13. SKPIB dan SPMIB ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan
Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan ke Wajib Pajak dan Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen
di KPP).
2.2.1.14. Proses selesai.
4.2.2.2. Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 50.
4.3. Pemindahbukuan
4.3.1. Tata Cara Penyelesaian Pemindahbukuan (Pbk)
4.3.1.1. Prosedur Kerja
4.3.1.1.1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan ke Kantor Pelayanan Pajak melalui
Tempat Pelayanan Terpadu karena salah atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak atau
untuk pemecahan setoran pajak atau untuk tujuan lain. Permohonan pemindahbukuan dapat
juga berasal dari Kantor Pelayanan Pajak lain (SOP Tata Cara Penerusan Permohonan
Pemindahbukuan).
4.3.1.1.2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan pemindahbukuan kemudian
meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan
beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya.
Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat
Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak
sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas
Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan
meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.
4.3.1.1.3. Pemindahbukuan dapat juga dikarenakan adanya kelebihan pembayaran pajak atau adanya
pemberian bunga kepada Wajib Pajak (berasal dari SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah
Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) atau dari SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah
Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)).
4.3.1.1.4. Account Representative melakukan perekaman data pemindahbukuan serta membuat konsep
bukti pemindahbukuan dan uraian penelitian pemindahbukuan untuk disampaikan ke Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
4.3.1.1.5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memberikan persetujuan dengan
menandatangani uraian penelitian pemindahbukuan.
4.3.1.1.6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan persetujuan dengan menandatangani uraian
penelitian pemindahbukuan.
4.3.1.1.7. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak konsep
bukti pemindahbukuan.
4.3.1.1.8. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep bukti pemindahbukuan.
4.3.1.1.9. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep bukti pemindahbukuan kemudian
menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
4.3.1.1.10. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani bukti pemindahbukuan.
4.3.1.1.11. Bukti pemindahbukuan diatatusahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara
Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan melalui Subbagian Umum (SOP Tata
Cara Penyampaian Dokumen di KPP) ke Wajib Pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak yang
meneruskan permohonan untuk kemudian disampaikan ke Wajib Pajak.
4.3.1.1.12. Proses selesai.
4.3.1.2. Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 51.
4.3.2. Tata Cara Penerusan Permohonan Pemindahbukuan (Pbk) ke KPP Tempat WP Terdaftar
4.3.2.1. Prosedur Kerja
4.3.2.1.1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan ke Kantor Pelayanan Pajak.
4.3.2.1.2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima Surat Permohonan Pemindahbukuan
kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat
permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk
melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas
Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak
sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas
Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan
meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Pelaksana Seksi Pelayanan.
4.3.2.1.3. Pelaksana Seksi Pelayanan membuat konsep surat pengantar penerusan permohonan
pemindahbukuan.
4.3.2.1.4. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Surat Pengantar Penerusan
Permohonan Pemindahbukuan dan meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
4.3.2.1.5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Pengantar Penerusan
Permohonan Pemindahbukuan.
4.3.2.1.6. Surat pengantar pemindahbukuan ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara
Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan diteruskan melalui Subbagian Umum ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat SSP diadministrasikan beserta permohonan pemindahbukuan dari
Wajib Pajak, sedangkan tembusan surat pengantarnya disampaikan ke Wajib Pajak (SOP Tata
Cara Penyampaian Dokumen di KPP).
4.3.2.1.7. Surat pengantar pemindahbukuan beserta permohonan pemindahbukuan dari Wajib Pajak
kemudian diproses di Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar (SOP Tata Cara
Pemindahbukuan (Pbk)).
4.3.2.1.8. Proses selesai.
4.3.2.2. Bagan Arus
Lihat Lampiran 52.
Pengawasan Wajib Pajak
5.1. Mapping
5.4.1. Pengertian dan Tujuan
5.1.1.1. Pengertian Mapping adalah pemetaan yang menggambarkan potensi perpajakan yang dapat
dikelompokkan berdasarkan wilayah/lokasi , subjek pajak, jenis pajak, sektor/subsektor usaha,
sesuai kebutuhan/ keunggulan yang terdapat di wilayah kerja KPP.
5.1.1.2. Tujuan Mapping adalah untuk mendapatkan gambaran umum potensi perpajakan dan
keunggulan fiskal di wilayah kerja masing‐masing kantor/unit kerja yang akan digunakan
sebagai petunjuk dan sarana analisis dalam rangka penggalian potensi penerimaan, pelayanan
dan pengawasan.
5.4.2. Pengelompokan Mapping
5.1.2.1. Wilayah Lokasi/Usaha
a) Wilayah Administrasi Pemerintahan(Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi).
Kegunaan : Untuk mengetahui luas dan struktur wilayah beserta pembagian wilayah
berdasarkan batas wilayah pemerintahan beserta jumlah penduduk, wilayah
yang dikenakan PBB, jumlah Wajib Pajak terdaftar dan potensi jumlah calon
wajib pajak.
Format : Peta, keterangan dalam peta , tabel/narasi
b) Wilayah Ekonomi
Kegunaan : Untuk mengetahui potensi ekonomi berdasarkan wilayah kegiatan ekonomi
seperti Lokasi Industri, Perdagangan, Pemukiman Mewah, Lokasi Wisata,
Lokasi Pertambangan, Lokasi Perkebunan, Lokasi Pertanian, Lokasi
kehutanan, Lokasi Perairan, Lokasi Pelabuhan/Bandara, dan Lokasi
Pergudangan yang ada di lokasi kerja unit kantor yang bersangkutan, yang
dapat memberi gambaran potensi penerimaan pajak.
Format : Peta, Tabel
5.1.2.2. Subjek Pajak
Kegunaan : Untuk mengetahui gambaran umum dari subjek pajak di wilayah kerjanya, baik yang
telah terdaftar maupun yang belum, baik yang berbentuk hukum seperti PT, CV,
BUT, maupun yang tidak berbadan hukum. Informasi yang disajikan menyangkut
jumlahnya, tingkat kepatuhan, dan ranking berdasarkan peranan penerimaan,
tunggakan pajak, dan lain‐lain yang bermanfaat untuk menentukan penanganan
lebih lanjut terhadap kelompok‐kelompok WP yang bersangkutan.
Format : Tabel
5.1.2.3. Jenis Pajak
Kegunaan : Untuk mengetahui gambaran umum performance penerimaan per jenis pajak dan
pertumbuhannya sehingga dapat memberi petunjuk langkah‐langkah penanganan
dan pengamanannya.
Format : Tabel
5.1.2.4. Sektor/Subsektor
Kegunaan : Untuk mengetahui gambaran umum performance fiskal dari sektor/subsektor di
wilayah kerjanya. Informasi yang disajikan dapat berupa tax ratio, kepatuhan,
pertumbuhan dan sektor dominan, sehingga dapat memberi petunjuk penggalian
potensi fiskal.
1.3.1. Format : Tabel
5.4.3. Analisis Mapping
Kegunaan : Untuk mengetahui potensi perpajakan dan kelompokkelompok yang terkait dengan potensi
tersebut, tingkat resiko serta petunjuk penggalian potensi yang akan dilakukan
Format : Tabel atau narasi
Analisis yang dilakukan dapat berupa :
1) Yang berhubungan dengan potensi jumlah WP contohnya :
a. Jumlah Penduduk dibandingkan dengan Jumlah WP OP.
b. Jumlah WP Ekspatriat yang terdaftar dibandingkan dengan jumlah tenaga
kerja asing /ekspatriat menurut data imigrasi dan dinas tenaga kerja.
c. Jumlah Bendaharawan dibandingkan dengan Jumlah WP Bendaharawan
2) Yang berhubungan dengan potensi penerimaan pajak contohnya :
a. Objek Pajak PPN : DPP PPN dibandingkan dengan PDRB
b. Objek Pajak PPh pasal 22 impor dibandingkan dengan jumlah impor
c. Objek Pajak PPN impor dibandingkan dengan jumlah impor
d. Ratio antara PPh Badan Terutang dan Peredaran Usaha
e. Jumlah realisasi penerimaan per sektor dibandingkan PDRB sektor tersebut
3) Yang berhubungan dengan kepatuhan contohnya :
a. Perbandingan WP terdaftar dengan WP Efektif
b. Perbandingan WP Efektif dengan WP Filer/ Non Filer / Stop Filer
c. Penerimaan PPh Pasal 21 dibandingkan dengan penerimaan PPh Ps. 29
5.4.4. Tindak Lanjut Mapping
Kegunaan : Untuk memilih kelompok – kelompok yang potensial untuk ditindaklanjuti dengan
memperhatikan :
1) Potensi perpajakannya
2) Tingkat kepatuhannya / tax gap
3) Tingkat kesulitan dalam implementasi
4) Deterrent Effect
Format : Tabel
5.2. Profilling
5.4.1. Pengertian dan Tujuan
5.2.1.1. Profil Wajib Pajak adalah informasi mengenai Wajib Pajak yang memuat mengenai identitas dan
kegiatan usaha serta riwayat aktivitas perpajakannya secara berkesinambungan yang dapat
diklasifikasikan data permanent, data akumulatif dan data lain
5.2.1.2. Tujuan Profil Wajib Pajak adalah untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan untuk analisis,
mengukur tingkat resiko dan kepatuhan Wajib Pajak serta untuk lebih mengenal Wajib Pajak yang
terdaftar di unit kerjanya dan dapat memonitor perkembangan usaha Wajib Pajak yang
bersangkutan dan melakukan pengawasan, penggalian potensi, serta pelayanan yang lebih baik.
5.4.2. Pedoman Pembuatan Profil Wajib Pajak
5.2.2.1. Account Representative mendapat data dan informasi Wajib Pajak dari berbagai sumber baik yang
berasal dari internal maupun dari eksternal Direktorat Jenderal Pajak, yang terdiri dari data
permanen (identitas Wajib Pajak, struktur organisasi, daftar pemegang saham dan struktur
permodalan, daftar pengurus dan komisaris, kegiatan usaha, pohon kepemilikan dan lain‐lain) dan
data akumulatif (data perkembangan usaha, kewajiban perpajakan, data lawan transaksi dan lain‐
lain) serta data lainnya
5.2.2.2. Account Representative membuat profil Wajib Pajak berdasarkan data dan informasi yang
diperoleh sesuai dengan pedoman pembuatan profil dari Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak
serta menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5.4.3. Tata Cara Pemutakhiran Profil Wajib Pajak (Lihat Lampiran 53)
5.2.3.1. Account Representative mendapat informasi perubahan dan penambahan data Wajib Pajak dari
berbagai sumber..
5.2.3.2. Account Representative melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak berdasarkan informasi
perubahan dan penambahan data Wajib Pajak yang diperoleh dari alat keterangan, formulir
pemutakhiran data, dan data resmi yang diperoleh sebagai dasar pemutakhiran data Wajib Pajak,
serta menindaklanjuti sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5.2.3.3. Proses selesai
5.3. Benchmarking
5.4.1. Proses Benchmarking Tahap I
5.3.1.1. Mengambil data SPT Tahunan PPH Badan (2001‐2005) antara 5‐10 WP dengan ratio terbesar
(TTOR, CTTOR, NPM, GPM, ROA, EBIT ) dalam KLU yang sama dan tahun yang sama.
5.3.1.2. Ratio tersebut di rata‐rata untuk setiap tahunnya.
5.3.1.3. Diambil ratio terbesar untuk dijadikan benchmark
5.3.1.4. Menghapus data TTOR yang kurang dari CTTOR
5.3.1.5. KLU Kelapa Sawit dihilangkan karena sudah dibuat oleh KPDJP
5.3.1.6. Jika ratio NPM < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia (12%), maka NPM dibuat menjadi
lebih tinggi dari 12 % dengan asumsi bahwa tidak ada perusahaan yang menginginkan
keuntungan di bawah suku bunga Bank Indonesia
5.3.1.7. Jika GPM < NPM maka data tersebut dihilangkan, karena GPM seharusnya > dari NPM
5.3.1.8. Jika GPM < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia, maka GPM menjadi > 12 % ditambah
selisih GPM lama dengan NPM lama
5.3.1.9. Demikian juga untuk EBIT jika rationya < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia (12%),
maka EBIT dibuat menjadi lebih tinggi dari 12 %.
5.4.2. Proses Benchmarking Tahap II
Untuk mengakomodasi KLU yang tidak terbenchmark pada tahap I, maka dilakukan tahap II sebagai
berikut :
5.3.2.1. Memasukkan angka benchmark usulan KPP yang belum tercantum pada tahap I
5.3.2.2. Jika ratio NPM < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia (12%), maka NPM dibuat menjadi
lebih tinggi dari 12 %
5.3.2.3. Jika GPM < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia, maka GPM menjadi > 12 % ditambah
selisih GPM lama dengan NPM lama
5.3.2.4. Demikian juga untuk EBIT jika rationya < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia (12%),
maka EBIT dibuat menjadi lebih tinggi dari 12 %.
5.4.3. Proses Benchmarking Tahap III
Untuk mengakomodasi KLU yang tidak terbenchmark pada tahap II, maka dilakukan tahap III sebagai
berikut :
5.3.3.1. Membuat benchmark berdasarkan Ikhtisar Profile 50 WP per KPP
5.3.3.2. Data benchmark per ratio diambil rata2 pertahun per KLU, kemudian diambil yg terbesar
diantara tahun 2002 s.d 2006
5.3.3.3. Menambahkan data benchmark berdasarkan Ikhtisar Profile 50 WP per KPP yang belum masuk
ke Tahap II
5.3.3.4. Menambahkan data benchmark dari database Kanwil atas Klu 100 WP Besar KPP yang belum
masuk ke Tahap II
5.3.3.5. Mengulangi proses penyesuaian NPM,GPM,TTOR,CTTOR dan EBIT sesuai tahap sebelumnya
5.4.4. Proses Benchmarking Tahap IV dan V
Untuk mengakomodasi KLU yang tidak terbenchmark pada tahap III, maka dilakukan tahap IV dan V
dengan penjelasan sebagai berikut :
5.3.4.1. Kelompok usaha yang telah selesai dilakukan penghitungan-penghitungan rasio-rasio
benchmark untuk tahap IV dan V adalah sebanyak 20 (dua puluh) dan 15 (lima belas) KLU.
5.3.4.2. Rasi-rasio yang dilakukan benchmarking tetap terdiri dari 14 (empat belas) rasio yaitu:
a. Gross Profit Margin (GPM)
b. Operating Profit Margin (OPM)
c. Pretax Profit Margin (PPM)
d. Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR)
e. Net Profit Margim (NPM)
f. Dividend Payout Ratio (DPR)
g. Rasio PPN Masukan terhadap penjualan
h. Rasio biaya gaji terhadap penjualan
i. Rasio biaya bunga terhadap penjualan
j. Rasio biaya sewa terhadap penjualan
k. Rasio biaya penyusutan terhadap penjualan
l. Rasio “input antara” lainnya terhadap penjualan
m. Rasio penghasilan luar usaha terhadap penjualan
n. Rasio biaya luar usaha terhadap penjualan
3.4.3. Pemanfaatan rasio-rasio total benchmarking tetap mengacu pada Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-96/PJ/2009 tanggal 5 Oktober 2009 tentang Rasio Total
Benchmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya
5.4.Analysing dan Penggalian Potens i
5.4.1. Evaluasi / Analisis
Account Representative melakukan evaluasi/analisis perpajakan Wajib Pajak yang mencakup Analisa
Ratio Laporan Keuangan, CTTOR dan TTOR, Local Sectoral, Rasio Kapasitas Produksi terhadap Omzet,
Rasio Impor terhadap Omzet/Ekspor, Rasio Karyawan terhadap Produksi, Rasio Modal dan Pinjaman,
Trend/Perkembangan Kegiatan serta analisis lainnya.
5.4.2. Penggalian Potensi
Account Representative melakukan penggalian potensi pajak meliputi potensi Wajib Pajak itu sendiri,
potensi pengurus dan komisaris serta pemilik, potensi dari pihak terkait, potensi dari data silang dan pihak
ketiga.
5.5. Penggalian Potensi
5.5.1. Account Representative menindaklanjuti profile Wajib Pajak yang sudah dibuat melalui pemutakhiran data dan penggalian
potensi pajak serta pertukaran data yang meliputi potensi Wajib Pajak itu sendiri, potensi pengurus dan komisaris serta
pemilik, potensi dari pihak terkait, potensi dari data silang dan pihak ketiga.
5.5.2. Account Representative menindaklanjuti hasil analisis dan penggalian potensi pajak dengan melakukan himbauan tertulis
yang dilanjutkan dengan konseling jika Wajib Pajak yang bersangkutan tidak merespon atau melaksanakan apa dimintakan
dalam surat himbauan tersebut, dan ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan.
7.1. Pemeriksaan
7.2.1. Tata Cara Pengajuan Usulan Pemeriksaan di KPP
7.1.1.1. Prosedur Kerja
7.1.1.1.1. Kepala Seksi Pemeriksaan menerima usulan Wajib Pajak yang akan diperiksa dengan kriteria:
a. Pemeriksaan Rutin, seperti: SPT Tahunan PPh Lebih Bayar, SPT Masa PPN Lebih Bayar,
SPT Tahunan PPh Rugi Tidak Lebih Bayar, SPT Tahunan PPh untuk bagian tahun pajak
atau tahun pajak sebagai akibat perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau
revaluasi aktiva tetap, permohonan sehubungan penggabungan usaha, peleburan usaha,
pemekaran usaha, pemecahan usaha, likuidasi/penutupan usaha, pengambilalihan usaha
atau permohonan Wajib Pajak Orang Pribadi akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya) dari Kepala Seksi Pelayanan;
b. Pemeriksaan Tujuan Lain, seperti: Permohonan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), penghapusan NPWP
dan/atau pencabutan PKP, Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak atau kriteria lain
yang memenuhi kriteria pemeriksaan tujuan lain dari Kepala Seksi Pelayanan;
c. Pemeriksaan Khusus disertai Analisa Risiko Wajib Pajak (berisi data, info profil Wajib
Pajak, data SPT, data pembayaran, dan data pemeriksaan) dari Kepala Seksi Pengawasan
dan Konslutasi;
d. Pemeriksaan Khusus dalam rangka pemeriksaan ulang dari Kepala Seksi Pengawasan
dan Konsultasi.
7.1.1.1.2. Kepala Seksi Pemeriksaan menugaskan Pelaksana Seksi Pemeriksaan untuk membuat
konsep Surat Pengantar dan Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan diperiksa kriteria
Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan Tujuan Lain atau Surat Usulan Pemeriksaan Khusus/Surat
Usulan Pemeriksaan Khusus dalam rangka pemeriksaan ulang.
7.1.1.1.3. Pelaksana Seksi Pemeriksaan membuat konsep Surat Pengantar dan Daftar Nominatif Wajib
Pajak yang akan diperiksa kriteria Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan Tujuan Lain atau Surat
Usulan Pemeriksaan Khusus/Surat Usulan Pemeriksaan Khusus dalam rangka pemeriksaan
ulang kemudian menyerahkan kepada Kepala Seksi Pemeriksaan.
7.1.1.1.4. Kepala Seksi Pemeriksaan meneliti dan memaraf konsep Surat Pengantar dan Daftar
Nominatif Wajib Pajak yang akan diperiksa kriteria Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan Tujuan
Lain atau Surat Usulan Pemeriksaan Khusus/Surat Usulan Pemeriksaan Khusus dalam
rangka pemeriksaan ulang kemudian menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
7.1.1.1.5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep Surat Pengantar dan
Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan diperiksa kriteria Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan
Tujuan Lain atau Surat Usulan Pemeriksaan Khusus/Surat Usulan Pemeriksaan Khusus dalam
rangka pemeriksaan ulang selanjutnya menyerahkan kepada Kepala Seksi Pemeriksaan.
7.1.1.1.6. Kepala Seksi Pemeriksaan menerima Surat Pengantar dan Daftar Nominatif Wajib Pajak yang
akan diperiksa Kriteria Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan Tujuan Lain atau Surat Usulan
Pemeriksaan Khusus/Surat Usulan Pemeriksaan Khusus dalam rangka pemeriksaan ulang
kemudian menugaskan Pelaksana Seksi Pemeriksaan untuk menatausahakan dan
mengirimkan surat yang dimaksud.
7.1.1.1.7. Pelaksana Seksi Pemeriksaan menatausahakan dan mengirimkan Surat Pengantar dan Daftar
Nominatif Wajib Pajak yang akan diperiksa kriteria Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan Tujuan
Lain/Surat Usulan Pemeriksaan Khusus atau Surat Usulan Pemeriksaan Khusus dalam
rangka pemeriksaan ulang kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan
tembusan Surat Usulan Pemeriksaan Khusus ke Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan
melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).
7.1.1.1.8. Proses selesai.
7.1.1.2. Bagan Arus (Flow Chart)
Lihat Lampiran 55.
16 Layanan Unggulan Dirjen Pajak
Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2010 tanggal 15 Juli 2010 tentang Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan, terdapat 16 layanan unggulan di bidang perpajakan. Keenambelas layanan unggulan beserta jangka waktu penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
1. Layanan Permohonan Pendaftaran NPWP
Jangka waktu penyelesaian adalah 1 (satu) hari kerja sejak permohonan pendaftaran NPWP diterima secara lengkap atau 1(satu) hari kerja sejak informasi pendaftaran melalui Sistem e-Registration diterima Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sepanjang permohonan pendaftaranNPWP diisi secara lengkap.
2. Layanan Permohonan Pengukuhan PKP
Jangka waktu penyelesaian adalah 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap.
3. Layanan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PPN
Jangka waktu penyelesaian adalah :
1. 7 (tujuh) hari sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu (WP Patuh) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (melalui penelitian).
2. 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (melalui penelitian).
3. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C atau Pasal 17D Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang dilakukan dengan:
1. Pemeriksaan Kantor paling lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak
datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan;
2. Pemeriksaan Lapangan paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
4. Layanan Penerbitan SPMKP
Jangka waktu penyelesaian adalah 3 (tiga) minggu sejak :
1. Permohonan Wajib Pajak diterima;2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)/Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak (SKPPKP) diterbitkan;3. Surat Keputusan (SK) Keberatan, SK Pembetulan, SK Pengurangan Sanksi Administrasi atau
SK Penghapusan Sanksi Administrasi, SK Pengurangan Ketetapan Pajak atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak, yang menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, diterbitkan;
4. Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, diterima kantor Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang melaksanakan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali.
5. Layanan Permohonan Keberatan
Jangka waktu penyelesaian adalah 9 (sembilan) bulan sejak tanggal surat permohonan diterima.
6. Layanan SKB PPh Pasal 22 Impor
Jangka waktu penyelesaian adalah 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.
7. Layanan Permohonan Pengurangan PBB
Jangka waktu penyelesaian adalah :
1. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak permohonan pengurangan diterima,
2. Kantor Wilayah DJP dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan pengurangan diterima,
3. Kantor Pusat DJP dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) bulan sejak permohonan pengurangan diterima.
8. Layanan Pendaftaran Objek Pajak Baru Dengan Penelitian Kantor
Jangka waktu penyelesaian adalah 3 (tiga) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.
9. Layanan Mutasi Seluruhnya Obyek dan Subjek PBB
Jangka waktu penyelesaian adalah 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.
10. Layanan SKB PPh Pasal 23
Jangka waktu penyelesaian adalah 1 (satu) bulan sejak permohonan Wajib Pajak diterima secara
lengkap.
11. Layanan SKB Pemotongan PPh Atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto SBI yang Diterima atau Diperoleh Dana Pensiun Yang Pendiriannya telah Disahkan oleh Menteri Keuangan.
Jangka waktu penyelesaian adalah 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.
12. Layanan SKB PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
Jangka waktu penyelesaian adalah 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal surat permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan diterima secara lengkap.
13. Layanan SKB Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Barang Kena Pajak (BKP) Tertentu.
Jangka waktu penyelesaian adalah 5 (lima) hari kerja setelah surat permohonan diterima secara lengkap.
14. Layanan Permohonan Keberatan PBB
Jangka waktu penyelesaian adalah 9 (sembilan) bulan sejak surat permohonan diterima.
15. Layanan Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
Jangka waktu penyelesaian adalah 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya berkas permohonan lengkap.
16. Layanan Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar
Jangka waktu penyelesaian adalah 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya berkas lengkap permohonan Wajib Pajak