siap uts

33
Pengolahan SPT 3.1. Penyediaan Formulir SPT, Aplikasi e-SPT dan terintegrasi Pengguna e-Filling 3.3.1. Pengertian dan Jenis SPT 3.1.1.1. Pengertian Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. 3.1.1.2. Jenis –jenis SPT Jenis-jenis SPT meliputi : a. SPT Tahunan Pajak penghasilan yang terdiri dari: SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan; SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat; SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi; dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 b. SPT Masa yang terdiri dari SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26; SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22; SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26; SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25; SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2); SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15; SPT masa Pajak Pertambahan Nilai; dan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai SPT sebagaimana dimaksud di atas, dapat berbentuk: a. Formulir kertas (hardcopy); atau b. eSPT 3.3.2. Penyediaan SPT Wajib Pajak dapat mengambil SPT yang berbentuk formulir kertas ( hardcopy), di tempat-tempat sebagai berikut :

Upload: ahmad-muhajir

Post on 24-Jul-2015

154 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: siap UTS

Pengolahan SPT

3.1. Penyediaan Formulir SPT, Aplikasi e-SPT dan terintegrasi Pengguna e-Filling

3.3.1. Pengertian dan Jenis SPT

3.1.1.1. Pengertian

Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan

untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek

pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan

perpajakan.

3.1.1.2. Jenis –jenis SPT

Jenis-jenis SPT meliputi :

a. SPT Tahunan Pajak penghasilan yang terdiri dari:

• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan;

• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan

menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat;

• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi; dan

• SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21

b. SPT Masa yang terdiri dari

• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26;

• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22;

• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26;

• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25;

• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2);

• SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15;

• SPT masa Pajak Pertambahan Nilai; dan

• SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai

SPT sebagaimana dimaksud di atas, dapat berbentuk:

a. Formulir kertas (hardcopy); atau

b. e‐SPT

3.3.2. Penyediaan SPT

Wajib Pajak dapat mengambil SPT yang berbentuk formulir kertas (hardcopy), di tempat-tempat sebagai

berikut :

Page 2: siap UTS

a. Kantor Pelayanan Pajak (KPP);

b. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);

c. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;

d. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;

e. Pojok Pajak;

f. Mobil Pajak.

Sedangkan Aplikasi e‐SPT yang dapat digunakan untuk membuat e‐SPT sebagaimana dimaksud pada

Pasal 2 ayat (2) huruf b dapat diambil langsung di Kantor Pelayanan Pajak (KPP). SPT dan aplikasi e‐SPT

selain dapat diambil secara langsung oleh Wajib Pajak pada tempat‐tempat sebagaimana telah diuraikan

di atas juga dapat dilakukan dengan mengunduh/men‐download dari situs internet Direktorat Jenderal

Pajak dengan alamat http://www.pajak.go.id. Disamping dengan cara‐cara tersebut, Wajib Pajak juga dapat

mencetak, menggandakan, dan/atau fotokopi sendiri SPT selama tidak mengubah bentuk, ukuran dan isi

SPT.

3.3.3. Registrasi e-Filling

3.1.3.1. Wajib Pajak yang akan menyampaikan SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

secara elektronik harus memiliki Electronic Filing Identification Number (e‐FIN) dan memperoleh

Sertifikat (digital certificate) dari Direktorat Jenderal Pajak.

3.1.3.2. Electronic Filing Identification Number (e‐FIN) diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat

Wajib Pajak terdaftar berdasarkan surat permohonan Wajib Pajak.

3.1.3.3. Permohonan Wajib Pajak tersebut dapat disetujui apabila alamat yang tercantum pada permohonan

sama dengan alamat dalam database (Master File) Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak.

3.1.3.4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memberikan keputusan atas permohonan yang diajukan oleh

Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification Number (e‐FIN) paling lama 2 (dua)

hari kerja sejak permohonan diterima dengan lengkap dan benar.

3.1.3.5. Dalam hal Electronic Filing Identification Number (e‐FIN) hilang, Wajib Pajak dapat mengajukan

permohonan pencetakan ulang dengan syarat menunjukkan asli kartu Nomor Pokok Wajib Pajak

atau Surat Keterangan Terdaftar, atau bagi PengusahaKena Pajak dengan syarat menunjukkan asli

Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

3.1.3.6. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan Electronic Filing Identification Number (e‐FIN) harus

mendaftarkan diri melalui website pada satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi

(ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

3.1.3.7. Setelah mendaftarkan diri, Wajib Pajak akan memperoleh Digital Certificate (DC) dari Direktorat

Jenderal Pajak melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) dimana Wajib Pajak

mendaftarkan diri.

3.1.3.8. Digital Certificate (DC) seterusnya akan digunakan sebagai alat yang berfungsi sebagai pengaman

Page 3: siap UTS

data Wajib Pajak dalam setiap proses penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT

Tahunan secara elektronik (e‐Filing) melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) ke

Direktorat Jenderal Pajak.

3.1.3.9. Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) harus mengirimkan:

a. tata cara pelaksanaan e‐Filing;

b. aplikasi dan petunjuk penggunaan e‐SPT dan e‐SPTy; dan

c. informasi lainnya;

kepada Wajib Pajak yang telah mendaftarkan diri.

3.1.3.10.e‐SPT dan e‐SPTy yang telah diisi dan dilengkapi sesuai dengan ketentuan serta dibubuhi tanda

tangan elektronik atau tanda tangan digital disampaikan secara elektronik ke Direktorat Jenderal

Pajak melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).

3.1.3.11. Tanda Tangan Elektronik atau Tanda Tangan Digital adalah suatu informasi elektronik yang di

generate oleh Sistem Direktorat Jenderal Pajak.

3.1.3.12.Dalam hal SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan menunjukkan adanya kewajiban

pembayaran pajak, Wajib Pajak wajib mencantumkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara pada

e‐SPT dan e‐SPTy sebagai bukti pembayaran yang telah divalidasi.

3.1.3.13.Apabila e‐SPT dan e‐SPTy dinyatakan lengkap oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka kepada Wajib

Pajak diberikan Bukti Penerimaan Elektronik.

3.1.3.14.Penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik (e‐Filing)

dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan

standar Waktu Indonesia Bagian Barat.

3.1.3.15. SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang disampaikan secara elektronik pada

akhir batas waktu Penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang jatuh

pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.

3.1.3.16.Wajib Pajak wajib menyampaikan keterangan dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan dalam

SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang tidak dapat disampaikan secara

elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar secara langsung atau melalui

pos dengan tanda bukti pengiriman surat, atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir

dengan bukti pengiriman surat, kecuali SSP lembar 3 yang dibayarkan melalui Bank Persepsi dan

Nomor Transaksi Penerimaan Negara sudah dicantumkan dalam e‐SPT dan/atau e‐SPTy, paling

lama:

a. 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir pelaporan SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan

SPT Tahunan dalam hal SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan disampaikan

sebelum batas akhir penyampaian;

b. 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT

Page 4: siap UTS

Tahunan secara elektronik dalam hal SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian.

3.1.3.17. Apabila Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban sebagaimana diuraikan pada butir 3.1.3.16. di atas,

SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dianggap telah diterima dan tanggal

penerimaan SPT sesuai dengan tanggal yang tercantum pada Bukti Penerimaan Elektronik

sebagaimana diuraikan pada butir 3.1.3.13. di atas.

3.1.3.18.Apabila kewajiban menyampaikan keterangan dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan

dalam e‐SPT dan e‐SPTy disampaikan melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat, atau

melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat, tanggal

penerimaan keterangan dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan dalam e‐SPT dan e‐SPTy

adalah tanggal yang tercantum pada bukti pengiriman surat.

3.1.3.19.Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan Keterangan dan/atau dokumen lain yang harus

dilampirkan dalam e‐SPT dan e‐SPTy dalam jangka waktu sebagaimana diuraikan pada butir

3.1.3.16. di atas, Wajib Pajak dianggap tidak menyampaikan SPT dan Pemberitahuan

Perpanjangan SPT Tahunan.

3.1.3.20. Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) wajib memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa

SPT atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan beserta lampirannya yang disampaikan

secara elektronik dijamin kerahasiaannya, diterima di Direktorat Jenderal Pajak secara lengkap dan

real time serta diakui oleh pihak Wajib Pajak dan Direktorat Jenderal Pajak.

3.2. Penerimaan dan Pengolahan SPT

3.3.1. Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh

3.2.1.1 Prosedur Kerja

3.2.1.1.1. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan /e-SPT baik langsung maupun melalui

Pos/Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.

3.2.1.1.2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Tahunan yang disampaikan langsung oleh

Wajib Pajak dan SPT Tahunan yang disampaikan melalui Pos/Ekspedisi. Untuk SPT Tahunan

Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang diterima secara langsung harus ditolak

sedangkan yang melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib

Pajak terdaftar dengan Surat Pengantar.

3.2.1.1.3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT berdasarkan ketentuan:

3.2.1.1.4. Untuk SPT Tahunan lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Tahunan atau

kelengkapannya, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung atau mengirimkan BPS ke

Wajib Pajak atau kuasanya, menggabungkan LPAD dengan SPT Tahunan atau dokumen

kelengkapannya.

Page 5: siap UTS

3.2.1.1.5. Untuk SPT Tahunan tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak sedangkan yang

melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan disertai Surat Penolakan SPT

Tahunan.

3.2.1.1.6. Untuk SPT Tahunan tidak lengkap diterima dibuatkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT

Tahunan, yang disampaikan secara langsung atau dikirimkan ke Wajib Pajak.

3.2.1.1.7. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar Penerusan SPT

Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak lain, Surat Penolakan SPT Tahunan, dan Surat

Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan ke Kepala Seksi Pelayanan, serta meneruskan SPT

Tahunan beserta Register Harian Penerimaan SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan

Informasi.

3.2.1.1.8. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang diterima. Proses

atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan dengan penatausahaan dokumen dan

penyampaian dokumen oleh Pelaksana Seksi Pelayanan melalui Subbagian Umum dengan

SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

3.2.1.1.9. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi merekam elemen-elemen SPT Tahunan dan

membuat Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan Wajib Pajak, mencetak

Lembar Penelitian SPT Tahunan untuk SPT Tahunan Unbalance serta menggabungkannya

dengan SPT Tahunan yang bersangkutan (selanjutnya diproses dengan SOP Tata Cara

Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan (SPT)), kemudian mengirim SPT

Tahunan/Kelengkapan Data Surat Pemberitahuan Tahunan yang sudah direkam ke Pelaksana

Seksi Pelayanan.

3.2.1.1.10. Account Representative melakukan penelitian sesuai dengan ketentuan dan memproses SPT

yang terdapat kesalahan matematis dan/atau terlambat disampaikan/dibayar berdasarkan data

hasil perekaman SPT. Dalam hal terdapat kesalahan matematis, Account Representative

membuat Surat Himbauan (SOP Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan)

sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian/pembayaran SPT, Account

Representative menerbitakan STP (SOP Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).

3.2.1.1.11. Pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan SPT Tahunan yang termasuk Surat Pemberitahuan

Tahunan Lebih Bayar untuk diproses dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan.

3.2.1.1.12. Proses selesai.

3.2.1.2 Bagan Arus (Flow Chart)

Lihal Lampiran 39.

3.3.2. Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa

3.2.2.1 Prosedur Kerja

Page 6: siap UTS

3.2.2.1.1. Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak menyampaikan SPT Masa baik langsung maupun melalui

Pos/Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.

3.2.2.1.2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Masa yang disampaikan langsung oleh

Wajib Pajak dan SPT Masa yang disampaikan melalui Pos/Ekspedisi. Untuk SPT Masa Wajib

Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang diterima secara langsung harus ditolak sedangkan

yang melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak

terdaftar dengan Surat Pengantar.

3.2.2.1.3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT Masa berdasarkan

ketentuan:

a. Untuk SPT Masa lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Masa atau

kelengkapannya, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung atau mengirimkan

BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya, menggabungkan LPAD dengan SPT Masa atau

dokumen kelengkapan SPT Masa.

b. Untuk SPT Masa tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak sedangkan yang

melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan disertai Surat Penolakan SPT

Tahunan

3.2.2.1.4. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar Penerusan SPT ke

Kantor Pelayanan Pajak lain dan Surat Penolakan SPT ke Kepala Seksi Pelayanan, dan

meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

3.2.2.1.5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang diterima. Proses

atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen

WP dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

3.2.2.1.6. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokkan kebenaran

fisik SPT Masa apakah telah sesuai dengan isi batch header, merekam SPT Masa lengkap,

dan mengirimkan SPT Masa yang telah direkam ke Seksi Pelayanan.

3.2.2.1.7. Account Representative meneliti dan memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis

dan/atau terlambat disampaikan/dibayar berdasarkan data hasil perekaman SPT. Dalam hal

terdapat kesalahan matematis, Account Representative membuat Surat Himbauan (SOP

tentang Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi

keterlambatan penyampaian/pembayaran SPT dibuatkan STP (SOP tentang Tata Cara

Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).

3.2.2.1.8. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari Pelaksana Seksi

Pengolahan Data dan Informasi dan menatausahakan SPT Masa. SPT Masa LB yang

meminta pengembalian dikirim ke Seksi Pemeriksaan dan ditindaklanjuti dengan SOP Tata

Cara Pemeriksaan.

Page 7: siap UTS

3.2.2.1.9. Proses selesai.

3.2.2.2 Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 40.

3.3.3.Tata Cara Penyelesaian Penyampaian

Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan

3.2.3.1 Prosedur Kerja

3.2.3.1.1. Wajib Pajak menyampaikan pemberitahuan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT

Tahunan PPh ke Kantor Pelayanan Pajak dengan menggunakan formulir 1770-Y/1771-

Y/1771-$Y.

3.2.3.1.2. Petugas Help Desk menerima pemberitahuan tersebut kemudian meneliti kelengkapan

persyaratannya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor XX/PJ/2009. Dalam hal surat pemberitahuan beserta persyaratannya

belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal pemberitahuan

perpanjangan SPT Tahunan beserta persyaratannya sudah lengkap, maka diteruskan ke

Petugas Tempat Pelayanan Terpadu.

3.2.3.1.3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada

Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan pemberitahuan perpanjangan SPT

Tahunan beserta kelengkapannya dan diteruskan ke Seksi Pelayanan.

3.2.3.1.4. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk meneliti dan

membuat konsep Surat Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian

SPT Tahunan.

3.2.3.1.5. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan penelitian atas pemberitahuan perpanjangan SPT

Tahunan Wajib Pajak, membuat konsep Surat Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka

Waktu Penyampaian SPT Tahunan dan meneruskan ke Kepala Seksi Pelayanan.

3.2.3.1.6. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memberikan persetujuan dengan menandatangani

konsep Surat Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT

Tahunan. Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui konsep Surat Jawaban Pemberitahuan

yang dibuat, Pelaksana Seksi Pelayanan harus memperbaiki konsep Surat Jawaban

Pemberitahuan tersebut.

3.2.3.1.7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan persetujuan dengan menandatangani konsep

Surat Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan.

Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui konsep Surat Jawaban Pemberitahuan yang dibuat,

Pelaksana Seksi Pelayanan harus memperbaiki konsep Surat Jawaban Pemberitahuan

tersebut.

3.2.3.1.8. Sistem akan memproses Surat Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu

Page 8: siap UTS

Penyampaian SPT Tahunan.

3.2.3.1.9. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak Surat

Jawaban Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan yang tidak

memenuhi ketentuan, namun apabila dianggap perlu Kepala Seksi Pelayanan dapat juga

menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak Surat Jawaban Pemberitahuan

Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan yang memenuhi ketentuan.

3.2.3.1.10. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan Surat Jawaban Pemberitahuan

Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan

3.2.3.1.11. Surat Jawaban Pemberitahuan yang sudah dicetak kemudian diparaf oleh Kepala Seksi

Pelayanan dan disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak

3.2.3.1.12. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menandatangani Surat Jawaban Pemberitahuan

Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan.

3.2.3.1.13. Proses dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak dan

SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

3.2.3.1.14. Proses selesai

3.2.3.2 Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 41.

3.3. Pemrosesan SPT di PPDDP

3.3.1. Tata Cara Penugasan pengambilan Kemasan dari KPP

3.3.1.1. Prosedur Kerja

3.3.1.1.1. Admin Transportasi mengenerate draft Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK01), Daftar

Kemasan akan Diangkut (AK02), Lampiran Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK03), serta

Lampiran Daftar Kemasan Akan Diangkut (AK04) melalui aplikasi dan melakukan penyesuaian

AK01 dan AK02, apabila diperlukan.

3.3.1.1.2. Admin Transportasi memilih Nomor mobil, Nama Pengemudi, Nama Petugas Pengambil,

Nama Kru dan KPP yang akan diambil berkasnya.

3.3.1.1.3. Admin Transportasi mencetak AK01, AK02, AK03 dan AK04 sebanyak dua rangkap untuk

ditandatangani Kepala Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen melalui Kepala Seksi

Pengumpulan dan Penerimaan Dokumen.

3.3.1.1.4. Admin Transportasi menerima AK01, AK02, AK03 dan AK04 yang sudah ditandatangani oleh

Kepala Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen dari Kepala Seksi Pengumpulan dan

Penerimaan Dokumen.

3.3.1.1.5. Admin Transportasi menyerahkan AK01, AK02, AK03, dan AK04 yang telah ditandatangani

oleh Kepala Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen kepada Petugas Pengambil.

Page 9: siap UTS

3.3.1.1.6. Proses selesai

3.3.1.2. Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 42.

3.3.2. Tata Cara Pengambilan Kemasan dari KPP

3.3.2.1. Prosedur Kerja

3.3.2.1. Petugas Pengambil Kemasan menerima Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK01),Daftar

Kemasan akan Diangkut (AK02), Lampiran Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK03), serta

Lampiran Daftar Kemasan Akan Diangkut (AK04) yang telah ditandatangani oleh Kepala

Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen dari Petugas Admin Transportasi.

3.3.2.2. Transportasi mencatat jam dan kilometer (km) keberangkatan pada saat mobil pengangkut

kemasan akan keluar dari PPDDP pada AK03.

3.3.2.3. Petugas Pengambil menunjukkan dan menyerahkan tindasan AK01, AK02, AK03, dan AK04

kepada Petugas Pengemas untuk diperiksa.

3.3.2.4. Petugas Pengemas memeriksa AK01, AK02, AK03, dan AK04 sesuai KPP yang bersangkutan.

3.3.2.5. Petugas Pengambil memeriksa segel pada masing‐masing kemasan dan memastikan nomor

barcode pada kemasan sama dengan nomor barcode pada Packing List.

3.3.2.6. Petugas Pengambil bersama‐sama dengan Petugas Pengemas melakukan pencocokkan

berkas ( LPAD dan SPT ) yang dikemas dengan Daftar Isi Kemasan (Packing List ).

3.3.2.7. Setiap ketidaksesuaian yang terjadi dalam Daftar Isi Kemasan ( Packing List ), Petugas

Pengambil akan mencoret pada dokumen yang dimaksud dan Petugas Pengemas

memarafnya.

3.3.2.8. Petugas Pengemas membuat Berita Acara Ketidaksesuaian Jumlah SPT dengan Daftar Isi

Kemasan yang ditandatangani oleh Petugas Pengemas dan Petugas Pengambil dengan

diketahui oleh Kepala Seksi Pelayanan.

3.3.2.9. Petugas Pengambil menyegel kemasan yang telah dicocokkan disaksikan oleh Petugas

Pengemas.

3.3.2.10. Petugas Pengambil meminta kepada Petugas Pengemas untuk memaraf AK04 dan kemudian

ditandatangani oleh Kepala Seksi Pelayanan sebagai bukti pengambilan serta Petugas

Pengambil ikut menandatangani AK04.

3.3.2.11. Petugas Pengambil mengangkut kemasan‐kemasan yang sesuai dengan AK04 ke dalam

mobil.

3.3.2.12. Petugas Pengemas melakukan penyegelan mobil dan menandatangani AK03.

3.3.2.13. Petugas Pengambil menyerahkan tindasan Daftar Kemasan akan Diangkut (AK02), Lampiran

Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK03), serta Lampiran Daftar Kemasan Akan Diangkut

Page 10: siap UTS

(AK04) sebagai arsip Petugas Pengemas di KPP.

3.3.2.14. Jika pengambilan telah selesai untuk seluruh KPP, maka Petugas Pengambil kembali ke

PPDDP, dan Admin Transportasi akan mencatat Km dan jam kedatangannya.

3.3.2.15. Proses selesai.

3.3.2.2. Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 43.

3.3.3. Tata Cara Pengambilan Kemasan Dari KPP Oleh Pihak ketiga

3.3.3.1. Prosedur Kerja

3.3.3.1.1. Admin Transportasi menyerahkan Surat Tugas Pengambilan Kemasan SPT (AK01),Daftar

Kemasan akan Diangkut (AK02), Lampiran Surat Tugas Pengambilan Kemasan SPT (AK03),

serta Lampiran Daftar Kemasan akan Diangkut (AK04) yang telah ditandatangani oleh Kepala

Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen kepada Petugas Pengambil dari Pihak

Ketiga.

3.3.3.1.2. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga menunjukkan dan menyerahkan tindasan AK01, AK02,

AK03, dan AK04 kepada Petugas Pengemas di KPP untuk diperiksa.

3.3.3.1.3. Petugas Pengemas menerima dan meneliti AK01, AK02, AK03, dan AK04

3.3.3.1.4. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga memeriksa segel pada masing‐masing kemasan dan

mencocokkan nomor barcode pada kemasan dengan nomor barcode pada Daftar Isi Kemasan

( Packing List ) yang dicetak oleh Petugas Pengemas.

3.3.3.1.5. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga bersama‐sama dengan Petugas Pengemas

mencocokkan jumlah SPT yang dikemas dengan Daftar Isi Kemasan (Packing List).

3.3.3.1.6. Setiap ketidaksesuaian yang terjadi, Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga akan mencoret

nomor LPAD yang tidak sesuai pada Daftar Isi Kemasan dan membuat Berita Acara

Ketidaksesuaian Jumlah SPT yang ditandatangani oleh Petugas Pengemas dan Petugas

Pengambil dari Pihak Ketiga dengan diketahui oleh Kepala Seksi Pelayanan.

3.3.3.1.7. Petugas Pengemas memaraf AK04 yang kemudian ditandatangani oleh Kepala Seksi

Pelayanan dan Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga.

3.3.3.1.8. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga menyerahkan tindasan AK02, AK03 serta AK04 kepada

Petugas Pengemas.

3.3.3.1.9. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga mengangkut kemasan sesuai dengan AK04.

3.3.3.1.10. Petugas Pengambil dari Pihak Ketiga kembali ke PPDDP, dan menyerahkan AK01,

AK02, AK03, AK04 beserta Kemasan yang telah diambil / diangkut dari KPP ‐ KPP kepada

Petugas Penerimaan Dokumen di PPDDP.

Page 11: siap UTS

3.3.3.1.11. Proses selesai

3.3.3.2. Bagan Arus

Lihat Lampiran 44.

3.3.4. Tata Cara Penerimaan Kemasan di PPDDP

3.3.4.1. Prosedur Kerja

3.3.4.1.1. Petugas Pengambil Dokumen menyerahkan Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK01),

Daftar Kemasan akan Diangkut (AK02), Lampiran Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK03),

serta Lampiran Daftar Kemasan Akan Diangkut (AK04) kepada Petugas Penerimaan

Dokumen.

3.3.4.1.2. Petugas Penerimaan Dokumen bersama‐sama Petugas Pengambil Dokumen memeriksa

segel mobil, membuka segel dan menurunkan seluruh kemasan dari mobil, memindahkannya

ke dalam trolley sementara dan membawa trolley sementara tersebut ke ruang penerimaan

dokumen.

3.3.4.1.3. Petugas Penerimaan Dokumen membuka Aplikasi System Penerimaan Dokumen dan

melakukan perekaman data kemasan.

3.3.4.1.4. Petugas Penerimaan Dokumen merekam surat tugas (formulir AK01) dengan cara memindai

nomor barcode yang ada pada pojok kanan atas surat tugas (formulir AK01), merekam Jam

dan Km keberangkatan dan kedatangan mobil pengambil kemasan (formulir AK03) ke dalam

Aplikasi System Penerimaan Dokumen.

3.3.4.1.5. Seluruh barcode kemasan yang diterima dipindai oleh Petugas Penerimaan Dokumen untuk

memastikan bahwa jumlah, kode kemasan dan kode segel kemasan yang diterima sesuai

dengan jumlah, kode kemasan dan kode segel kemasan pada Aplikasi System Penerimaan

Dokumen dan pada Surat Tugas Pengambilan Kemasan (formulir AK02 dan AK04).

3.3.4.1.6. Jika jumlah kemasan yang diterima tidak sama dengan jumlah kemasan pada System Aplikasi

maupun pada surat tugas pengambilan kemasan, maka Petugas Penerimaan Dokumen

melakukan pemeriksaan kemasan untuk memastikan tidak ada kemasan yang tercecer/hilang.

Dalam hal terdapat kemasan yang hilang, maka Petugas Penerimaan Dokumen mencetak

Berita Acara Kemasan Hilang.

3.3.4.1.7. Petugas Penerimaan Dokumen kemudian memeriksa kondisi kemasan segel kemasan dan

kemudian mencatatnya merekamnya pada Aplikasi System Penerimaan Dokumen sampai

semua kemasan dalam Surat Tugas Pengambilan Kemasan (AK01) diterima.

3.3.4.1.8. Apabila ada segel kemasan yang rusak, maka akan dilakukan hitung ulang jumlah berkas SPT

pada kemasan tersebut oleh Petugas Penerimaan Dokumen. Setelah berkas SPT selesai

diperiksa, Petugas Penerimaan Dokumen mencetak Berita Acara Hitung Ulang (RE02).

Kemasan yang segelnya rusak akan diganti dengan segel baru dan direkam ke dalam Aplikasi

Page 12: siap UTS

System Penerimaan Dokumen.

3.3.4.1.9. Setelah semua kemasan diterima, maka formulir AK01, AK02, AK03, AK04 dan KM01 yang

telah ter‐ update dilakukan rekapitulasi daftar penyelesaian surat tugas dalam rangka

pengawasan kebutuhan logistik, kemudian diserahkan kembali ke Petugas Penyimpanan

Sementara.

3.3.4.1.10. Dalam hal surat tugas pengambilan kemasan lebih dari satu, maka langkah no. 4 s.d.

7 diulang‐ulang sampai seluruh surat tugas dan seluruh kemasan terekam dalam Aplikasi

System Penerimaan Dokumen.

3.3.4.1.11. Seluruh kemasan yang telah diterima, diperiksa dan direkam/dipindai oleh Petugas

Penerimaan Dokumen kemudian diletakkan pada trolley sementara/trolley kosong yang

tersedia di ruang penerimaan ( Drop Off ), selanjutnya trolley sementara yang berisi kemasan

tersebut dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan sementara melalui Petugas Penyimpanan

Sementara.

3.3.4.1.12. Proses selesai.

3.3.4.2. Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 45.

3.3.5. Tata Cara Penyimpanan Kemasan Dalam Gudang Penyimpanan

3.3.5.1. Prosedur Kerja

3.3.5.1.1. Admin Gudang membuat alokasi penyimpanan (Put Away) dengan menggunakan sistem

(aplikasi).

3.3.5.1.2. Admin Gudang mengunggah alokasi penyimpanan (Put Away) ke PDA Barcode Reader.

3.3.5.1.3. Sistem menampilkan daftar alokasi penyimpanan kemasan.

3.3.5.1.4. Admin Gudang Menyerahkan PDA Barcode Reader & kemasan ke Petugas Gudang.

3.3.5.1.5. Petugas Gudang memindai/input barcode pada kemasan dengan menggunakan PDA Barcode

Reader.

3.3.5.1.6. PDA Barcode Reader menampilkan informasi lokasi nomor lemari & nomor bilik tempat

kemasan disimpan.

3.3.5.1.7. Petugas Gudang membuka lemari yang sesuai dengan nomor lemari yang ditampilkan oleh

PDA Barcode Reader.

3.3.5.1.8. Petugas Gudang memindai/input barcode nomor bilik lemari.

3.3.5.1.9. PDA Barcode Reader memeriksa kesesuaian lokasi kemasan dengan lokasi penyimpanan.

3.3.5.1.10. Apabila lokasi tidak benar, maka proses kembali ke nomor 6.

3.3.5.1.11. Apabila didalam trolley masih terdapat kemasan maka Proses kembali ke nomor 5.

3.3.5.1.12. Petugas Gudang menyerahkan PDA Barcode Reader kepada Admin Gudang.

Page 13: siap UTS

3.3.5.1.13. Admin Gudang mengunduh daftar alokasi penyimpanan (Put Away) dari PDA Barcode Reader

ke sistem.

3.3.5.1.14. Admin Gudang memeriksa lokasi kemasan melalui inquiry gudang berkas.

3.3.5.1.15. Proses Selesai.

3.3.5.2. Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 46.

3.3.6. Tata Cara Penyimpanan Image Data Back up

3.3.6.1. Prosedur Kerja

3.3.6.1.1. Petugas image data backup mengambil Storage Eksternal ke Bagian umum PPDDP.

3.3.6.1.2. Petugas image data backup menyerahkan storage eksternal kepada Admin Gudang.

3.3.6.1.3. Admin Gudang menempelkan label Barcode pada Storage Eksternal dan menyerahkan

kepada Petugas Perekam dan Transfer Data.

3.3.6.1.4. Petugas image data backup melakukan proses transfer Image Data dari server utuk di‐backup

pada storage eksternal didampingi oleh Admin Gudang.

3.3.6.1.5. Apabila proses transfer Image data dari server ke storage eksternal telah selesai, maka

Petugas image data backup membuat (BAT01) yang ditandatangani oleh Petugas image data

backup dan Admin gudang mengetahui Kepala Seksi Perekaman dan Transfer Data.

3.3.6.1.6. Petugas image data backup menyerahkan Storage eksternal dan Salinan (BAT01) ke Admin

Gudang.

3.3.6.1.7. Admin gudang membuat alokasi penyimpanan dengan menggunakan sistem,

3.3.6.1.8. Admin gudang mengunggah hasilnya ke PDA Barcode Reader.

3.3.6.1.9. Sistem menampilkan alokasi penyimpanan pada PDA Barcode Reader.

3.3.6.1.10. Admin Gudang Menyerahkan PDA Barcode Reader & kemasan ke Petugas Gudang

3.3.6.1.11. Petugas gudang memindai/input barcode storage eksternal.

3.3.6.1.12. PDA Barcode Reader menampilkan informasi lokasi nomor lemari & nomor bilik tempat

kemasan disimpan

3.3.6.1.13. Petugas Gudang membuka lemari yang sesuai dengan nomor lemari yang ditampilkan oleh

PDA Barcode Reader

3.3.6.1.14. Petugas Gudang meletakkan Storage Eksternal pada lokasi yang sesuai dengan alokasi

penyimpanan (Put Away).

3.3.6.1.15. Petugas Gudang memindai/input barcode nomor bilik lemari.

3.3.6.1.16. PDA Barcode Reader memeriksa kesesuaian lokasi Storage Eksternal dengan lokasi

penyimpanan.

3.3.6.1.17. Apabila lokasi tidak benar, maka proses kembali ke nomor 13.

Page 14: siap UTS

3.3.6.1.18. Petugas gudang menyerahkan PDA Barcode Reader kepada Admin Gudang.

3.3.6.1.19. Admin Gudang akan mengunduh daftar alokasi penyimpanan dari PDA Barcode Reader ke

sistem.

3.3.6.1.20. Admin Gudang memeriksa lokasi kemasan melalui inquiry gudang berkas

3.3.6.1.21. Proses Selesai.

3.3.6.2. Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 47.

Page 15: siap UTS

Pembayaran Pajak4.1. Penerimaan

4.3.1. Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan

Ekonomi Dan Keuangan

4.1.1.1. Prosedur Kerja

4.1.1.1.1. Kepala Kantor menerima Rencana Penerimaan Pajak dari Kepala Seksi Pengawasan dan

Konsultasi I, II, III, dan IV (SOP Tata Cara Penyusunan Estimasi Penerimaan Pajak Per-Wajib

Pajak) dan menugaskan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk mengkompilasi

menjadi Rencana Penerimaan Kantor.

4.1.1.1.2. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana Penerimaan Pajak yang

telah disetujui Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk

mengkompilasi rencana penerimaan pajak tersebut.

4.1.1.1.3. Pelaksana menghimpun dan mengkompilasi Rencana Penerimaan Pajak dari Seksi

Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV, membuat konsep Nota Dinas Pengantar, dan

menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

4.1.1.1.4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi meneliti dan memaraf Rencana Penerimaan

Pajak Kantor Pelayanan Pajak, konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada

Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

4.1.1.1.5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Rencana Penerimaaan Pajak

Kantor Pelayanan Pajak dan konsep Nota Dinas Pengantar, kemudian mengembalikan

kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

4.1.1.1.6. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan Pelaksana untuk mengirimkan

Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah.

4.1.1.1.7. Pelaksana menyampaikan Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak yang telah

ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak ke Subbagian Umum untuk dikirim ke Kantor

Wilayah melalui SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP (SOP Tata Cara Pembuatan

Rencana Kerja Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi).

4.1.1.1.8. Proses selesai.

4.1.1.2. Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 48.

4.2. Pengeluaran

4.3.1. Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayara Kelebihan Pajak (SPMKP)

Page 16: siap UTS

4.2.1.1. Prosedur Kerja

4.2.1.1.1. Wajib Pajak menyampaikan permohonan pengembalian pembayaran pajak ke Kantor

Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu.

4.2.1.1.2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti

kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta

persyaratannya belum lengkap, dimohon kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal

surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan

Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak

sedangkan LPAD akan digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya.

Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan

dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

4.2.1.1.3. Account Representative memproses pengembalian kelebihan pembayaran pajak dalam hal

terdapat:

a. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih

Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Undang‐Undang KUP; (SOP Tata

Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak)

b. Pajak yang seharusnya tidak terutang sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan

Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) Undang‐Undang KUP;

(SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

yang Seharusnya Tidak Terutang)

c. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih

Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara

Penyelesaian SPT Tahunan Lebih Bayar)

d. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C Undang‐Undang

KUP; (SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak

Penghasilan (PPh) untuk Wajib Pajak Patuh dan SOP Tata Cara Penyelesaian

Permohonan Pengembalian Pendahuluan PPN untuk Wajib Pajak Kriteria Tertentu Khusus

Wajib Pajak Patuh)

e. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D Undang‐Undang

KUP;

f. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Keberatan atau Putusan

Banding atau Putusan Peninjauan Kembali dari Mahkamah Agung; (SOP Tata Cara

Penatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan

Page 17: siap UTS

Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi

Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi)

g. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Pembetulan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 16 Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara Penatausahaan Surat

Keputusan Pembetulan di Seksi Pengawasan dan Konsultasi)

h. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Pengurangan Sanksi

Administrasi atau Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 36 Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara Penatausahaan Surat

Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat

Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan

dan Konsultasi)

i. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan

Pajak atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 36 Undang Undang KUP; (SOP Tata Cara Penatausahaan Surat Keputusan

Keberatan/ Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan

Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan

Konsultasi)

j. Jumlah imbalan bunga yang tercantum dalam Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.

(SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga)

4.2.1.1.4. Account Representative meminta informasi utang pajak ke Seksi Penagihan, dalam hal Wajib

Pajak yang bersangkutan terdaftar juga di Kantor Pelayanan Pajak lain, Account

Representative meminta informasi utang pajak ke Kantor Pelayanan Pajak lokasi Wajib Pajak

terdaftar dengan membuat juga surat pengantar untuk kemudian diparaf oleh Kepala Seksi

Pengawasan dan Konsultasi dan ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

4.2.1.1.5. Penyelesaian surat konfirmasi tunggakan pajak di Seksi Penagihan atau Kantor Pelayanan

Pajak terkait diproses dengan SOP Tata Cara Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib

Pajak.

4.2.1.1.6. Seksi Penagihan atau Kantor Pelayanan Pajak terkait meneruskan jawaban konfirmasi utang

pajak kepada Account Representative.

4.2.1.1.7. Account Representative kemudian meneliti surat jawaban dan data tunggakan pajak yang

diterima baik dari Seksi Penagihan atau dari Kantor Pelayanan Pajak lain. Apabila terdapat

tunggakan pajak, proses dilanjutkan dengan pemindahbukuan (SOP Tata Cara

Pemindahbukuan (Pbk)).

4.2.1.1.8. Apabila masih terdapat kelebihan pembayaran pajak yang masih tersisa, proses dilanjutkan

dengan melengkapi data Nothit SKPKPP, SKPKPP dan SPMKP. Data kemudian diproses oleh

Page 18: siap UTS

case management. Account Representative kemudian mencetak dan memaraf Nothit

SKPKPP, kemudian menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

4.2.1.1.9. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, memaraf Nothit SKPKPP, memberikan

persetujuan (approve) pada sistem atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP, dan menyampaikan

Nothit SKPKPP kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

4.2.1.1.10. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memaraf Nota Penghitungan dan memberikan persetujuan

(approve) pada sistem atas penerbitan SKPKPP dan SPMKP.

4.2.1.1.11. Kepala Seksi Pelayanan menerima Nothit SKPKPP dan menugaskan Pelaksana Seksi

Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan.

4.2.1.1.12. SPMKP dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan sebagai berikut:

Lembar ke‐1 dan lembar ke‐2 untuk KPPN;

Lembar ke‐3 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan; dan

Lembar ke‐4 untuk KPP yang menerbitkan SPMKP.

4.2.1.1.13. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep SKPKPP dan SPMKP.

4.2.1.1.14. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf SKPKPP dan SPMKP dan menyampaikan

konsep tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

4.2.1.1.15. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SKPKPP dan SPMKP.

4.2.1.1.16. SKPKPP dan SPMKP ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan

Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan ke Wajib Pajak dan Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen

di KPP).

4.2.1.1.17. Proses selesai

4.2.1.2. Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 49.

4.3.2. Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)

4.2.2.1. Prosedur Kerja

4.2.2.1.1. Account Representative memproses pembayaran imbalan bunga kepada Wajib Pajak dalam

hal terdapat:

a. keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan

Pajak, SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang, SOP Tata Cara Penyelesaian Permohonan

Pengembalian Pendahuluan Pajak Penghasilan (PPh) untuk Wajib Pajak Patuh, dan SOP

Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan PPN untuk Wajib Pajak

Page 19: siap UTS

Kriteria Tertentu Khusus Wajib Pajak Patuh);

b. keterlambatan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17B ayat (3) Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara Penyelesaian SPT

Tahunan Lebih Bayar);

c. kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (4) Undang-

Undang KUP;

d. kelebihan pembayaran pajak karena pengajuan keberatan, permohonan banding, atau

permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1) Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara

Penatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan

Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi

Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi);

e. kelebihan pembayaran pajak karena Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan

Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atas

surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruhnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1a) Undang-Undang KUP; (SOP Tata Cara

Penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan di Seksi Pengawasan dan Konsultasi dan

SOP Tata Cara Penatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau

Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan

Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi);

f. kelebihan pembayaran sanksi administrasi berupa denda Pasal 14 ayat (4) dan/atau bunga

Pasal 19 ayat (1) karena Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat

Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai akibat diterbitkan Surat Keputusan

Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang mengabulkan

sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (2) Undang-

Undang KUP. (SOP Tata Cara Penatausahaan Surat Keputusan

Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan

Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan

Konsultasi).

2.2.1.2. Account Representative meminta informasi utang pajak ke Seksi Penagihan, dalam hal Wajib

Pajak yang bersangkutan terdaftar juga di Kantor Pelayanan Pajak lain, Account

Representative meminta informasi utang pajak ke Kantor Pelayanan Pajak lokasi Wajib Pajak

terdaftar dengan membuat juga surat pengantar untuk kemudian diparaf oleh Kepala Seksi

Pengawasan dan Konsultasi dan ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

2.2.1.3. Penyelesaian surat konfirmasi tunggakan pajak di Seksi Penagihan atau Kantor Pelayanan

Page 20: siap UTS

Pajak terkait diproses dengan SOP Tata Cara Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib

Pajak.

2.2.1.4. Seksi Penagihan atau Kantor Pelayanan Pajak terkait meneruskan jawaban konfirmasi utang

pajak kepada Account Representative.

2.2.1.5. Account Representative kemudian meneliti surat jawaban dan data tunggakan pajak yang

diterima baik dari Seksi Penagihan atau dari Kantor Pelayanan Pajak lain. Apabila terdapat

tunggakan pajak, proses dilanjutkan dengan pemindahbukuan (SOP Tata Cara

Pemindahbukuan (Pbk)).

2.2.1.6. Apabila masih terdapat kelebihan pembayaran pajak yang masih tersisa, Account

Representative membuat dan melengkapi Nothit SKPIB, SKPIB, dan SPMIB. Data kemudian

diproses oleh case management. Account Representative kemudian mencetak dan memaraf

Nothit SKPIB dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

2.2.1.7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, memaraf Nothit SKPIB, dan memberikan

persetujuan (approve) pada sistem atas penerbitan SKPIB dan SPMIB.

2.2.1.8. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memaraf Nothit SKPIB dan memberikan persetujuan

(approve) pada sistem atas penerbitan SKPIB dan SPMIB.

2.2.1.9. Kepala Seksi Pelayanan menerima Nothit SKPIB dan menugaskan Pelaksana Seksi

Pelayanan untuk mencetak dokumen hasil persetujuan.

SKPIB dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan sebagai berikut

a. Lembar ke-1 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan;

b. Lembar ke-2 untuk KPKN;

c. Lembar ke-3 untuk KPP yang menerbitkan SKPIB.

SPMIB dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan sebagai berikut:

a. Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk KPPN;

b. Lembar ke-3 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan;

c. Lembar ke-4 untuk Arsip KPP yang menerbitkan SPMIB.

2.2.1.10. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep SKPIB dan SPMIB kemudian

meneruskan konsep tersebut kepada Kepala Seksi Pelayanan.

2.2.1.11. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf SKPIB dan SPMIB kemudian menyampaikan

konsep tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

2.2.1.12. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SKPIB dan SPMIB.

2.2.1.13. SKPIB dan SPMIB ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan

Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan ke Wajib Pajak dan Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen

di KPP).

Page 21: siap UTS

2.2.1.14. Proses selesai.

4.2.2.2. Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 50.

4.3. Pemindahbukuan

4.3.1. Tata Cara Penyelesaian Pemindahbukuan (Pbk)

4.3.1.1. Prosedur Kerja

4.3.1.1.1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan ke Kantor Pelayanan Pajak melalui

Tempat Pelayanan Terpadu karena salah atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak atau

untuk pemecahan setoran pajak atau untuk tujuan lain. Permohonan pemindahbukuan dapat

juga berasal dari Kantor Pelayanan Pajak lain (SOP Tata Cara Penerusan Permohonan

Pemindahbukuan).

4.3.1.1.2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan pemindahbukuan kemudian

meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan

beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya.

Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat

Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak

sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas

Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan

meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

4.3.1.1.3. Pemindahbukuan dapat juga dikarenakan adanya kelebihan pembayaran pajak atau adanya

pemberian bunga kepada Wajib Pajak (berasal dari SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah

Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) atau dari SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah

Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)).

4.3.1.1.4. Account Representative melakukan perekaman data pemindahbukuan serta membuat konsep

bukti pemindahbukuan dan uraian penelitian pemindahbukuan untuk disampaikan ke Kepala

Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

4.3.1.1.5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memberikan persetujuan dengan

menandatangani uraian penelitian pemindahbukuan.

4.3.1.1.6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan persetujuan dengan menandatangani uraian

penelitian pemindahbukuan.

4.3.1.1.7. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak konsep

bukti pemindahbukuan.

4.3.1.1.8. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep bukti pemindahbukuan.

Page 22: siap UTS

4.3.1.1.9. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep bukti pemindahbukuan kemudian

menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

4.3.1.1.10. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani bukti pemindahbukuan.

4.3.1.1.11. Bukti pemindahbukuan diatatusahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara

Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan melalui Subbagian Umum (SOP Tata

Cara Penyampaian Dokumen di KPP) ke Wajib Pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak yang

meneruskan permohonan untuk kemudian disampaikan ke Wajib Pajak.

4.3.1.1.12. Proses selesai.

4.3.1.2. Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 51.

4.3.2. Tata Cara Penerusan Permohonan Pemindahbukuan (Pbk) ke KPP Tempat WP Terdaftar

4.3.2.1. Prosedur Kerja

4.3.2.1.1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan ke Kantor Pelayanan Pajak.

4.3.2.1.2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima Surat Permohonan Pemindahbukuan

kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat

permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk

melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas

Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak

sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas

Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan

meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Pelaksana Seksi Pelayanan.

4.3.2.1.3. Pelaksana Seksi Pelayanan membuat konsep surat pengantar penerusan permohonan

pemindahbukuan.

4.3.2.1.4. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Surat Pengantar Penerusan

Permohonan Pemindahbukuan dan meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

4.3.2.1.5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Pengantar Penerusan

Permohonan Pemindahbukuan.

4.3.2.1.6. Surat pengantar pemindahbukuan ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara

Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan diteruskan melalui Subbagian Umum ke Kantor

Pelayanan Pajak tempat SSP diadministrasikan beserta permohonan pemindahbukuan dari

Wajib Pajak, sedangkan tembusan surat pengantarnya disampaikan ke Wajib Pajak (SOP Tata

Cara Penyampaian Dokumen di KPP).

Page 23: siap UTS

4.3.2.1.7. Surat pengantar pemindahbukuan beserta permohonan pemindahbukuan dari Wajib Pajak

kemudian diproses di Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar (SOP Tata Cara

Pemindahbukuan (Pbk)).

4.3.2.1.8. Proses selesai.

4.3.2.2. Bagan Arus

Lihat Lampiran 52.

Pengawasan Wajib Pajak

5.1. Mapping

5.4.1. Pengertian dan Tujuan

5.1.1.1. Pengertian Mapping adalah pemetaan yang menggambarkan potensi perpajakan yang dapat

dikelompokkan berdasarkan wilayah/lokasi , subjek pajak, jenis pajak, sektor/subsektor usaha,

Page 24: siap UTS

sesuai kebutuhan/ keunggulan yang terdapat di wilayah kerja KPP.

5.1.1.2. Tujuan Mapping adalah untuk mendapatkan gambaran umum potensi perpajakan dan

keunggulan fiskal di wilayah kerja masing‐masing kantor/unit kerja yang akan digunakan

sebagai petunjuk dan sarana analisis dalam rangka penggalian potensi penerimaan, pelayanan

dan pengawasan.

5.4.2. Pengelompokan Mapping

5.1.2.1. Wilayah Lokasi/Usaha

a) Wilayah Administrasi Pemerintahan(Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi).

Kegunaan : Untuk mengetahui luas dan struktur wilayah beserta pembagian wilayah

berdasarkan batas wilayah pemerintahan beserta jumlah penduduk, wilayah

yang dikenakan PBB, jumlah Wajib Pajak terdaftar dan potensi jumlah calon

wajib pajak.

Format : Peta, keterangan dalam peta , tabel/narasi

b) Wilayah Ekonomi

Kegunaan : Untuk mengetahui potensi ekonomi berdasarkan wilayah kegiatan ekonomi

seperti Lokasi Industri, Perdagangan, Pemukiman Mewah, Lokasi Wisata,

Lokasi Pertambangan, Lokasi Perkebunan, Lokasi Pertanian, Lokasi

kehutanan, Lokasi Perairan, Lokasi Pelabuhan/Bandara, dan Lokasi

Pergudangan yang ada di lokasi kerja unit kantor yang bersangkutan, yang

dapat memberi gambaran potensi penerimaan pajak.

Format : Peta, Tabel

5.1.2.2. Subjek Pajak

Kegunaan : Untuk mengetahui gambaran umum dari subjek pajak di wilayah kerjanya, baik yang

telah terdaftar maupun yang belum, baik yang berbentuk hukum seperti PT, CV,

BUT, maupun yang tidak berbadan hukum. Informasi yang disajikan menyangkut

jumlahnya, tingkat kepatuhan, dan ranking berdasarkan peranan penerimaan,

tunggakan pajak, dan lain‐lain yang bermanfaat untuk menentukan penanganan

lebih lanjut terhadap kelompok‐kelompok WP yang bersangkutan.

Format : Tabel

5.1.2.3. Jenis Pajak

Kegunaan : Untuk mengetahui gambaran umum performance penerimaan per jenis pajak dan

pertumbuhannya sehingga dapat memberi petunjuk langkah‐langkah penanganan

dan pengamanannya.

Page 25: siap UTS

Format : Tabel

5.1.2.4. Sektor/Subsektor

Kegunaan : Untuk mengetahui gambaran umum performance fiskal dari sektor/subsektor di

wilayah kerjanya. Informasi yang disajikan dapat berupa tax ratio, kepatuhan,

pertumbuhan dan sektor dominan, sehingga dapat memberi petunjuk penggalian

potensi fiskal.

1.3.1. Format : Tabel

5.4.3. Analisis Mapping

Kegunaan : Untuk mengetahui potensi perpajakan dan kelompokkelompok yang terkait dengan potensi

tersebut, tingkat resiko serta petunjuk penggalian potensi yang akan dilakukan

Format : Tabel atau narasi

Analisis yang dilakukan dapat berupa :

1) Yang berhubungan dengan potensi jumlah WP contohnya :

a. Jumlah Penduduk dibandingkan dengan Jumlah WP OP.

b. Jumlah WP Ekspatriat yang terdaftar dibandingkan dengan jumlah tenaga

kerja asing /ekspatriat menurut data imigrasi dan dinas tenaga kerja.

c. Jumlah Bendaharawan dibandingkan dengan Jumlah WP Bendaharawan

2) Yang berhubungan dengan potensi penerimaan pajak contohnya :

a. Objek Pajak PPN : DPP PPN dibandingkan dengan PDRB

b. Objek Pajak PPh pasal 22 impor dibandingkan dengan jumlah impor

c. Objek Pajak PPN impor dibandingkan dengan jumlah impor

d. Ratio antara PPh Badan Terutang dan Peredaran Usaha

e. Jumlah realisasi penerimaan per sektor dibandingkan PDRB sektor tersebut

3) Yang berhubungan dengan kepatuhan contohnya :

a. Perbandingan WP terdaftar dengan WP Efektif

b. Perbandingan WP Efektif dengan WP Filer/ Non Filer / Stop Filer

c. Penerimaan PPh Pasal 21 dibandingkan dengan penerimaan PPh Ps. 29

5.4.4. Tindak Lanjut Mapping

Kegunaan : Untuk memilih kelompok – kelompok yang potensial untuk ditindaklanjuti dengan

memperhatikan :

1) Potensi perpajakannya

Page 26: siap UTS

2) Tingkat kepatuhannya / tax gap

3) Tingkat kesulitan dalam implementasi

4) Deterrent Effect

Format : Tabel

5.2. Profilling

5.4.1. Pengertian dan Tujuan

5.2.1.1. Profil Wajib Pajak adalah informasi mengenai Wajib Pajak yang memuat mengenai identitas dan

kegiatan usaha serta riwayat aktivitas perpajakannya secara berkesinambungan yang dapat

diklasifikasikan data permanent, data akumulatif dan data lain

5.2.1.2. Tujuan Profil Wajib Pajak adalah untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan untuk analisis,

mengukur tingkat resiko dan kepatuhan Wajib Pajak serta untuk lebih mengenal Wajib Pajak yang

terdaftar di unit kerjanya dan dapat memonitor perkembangan usaha Wajib Pajak yang

bersangkutan dan melakukan pengawasan, penggalian potensi, serta pelayanan yang lebih baik.

5.4.2. Pedoman Pembuatan Profil Wajib Pajak

5.2.2.1. Account Representative mendapat data dan informasi Wajib Pajak dari berbagai sumber baik yang

berasal dari internal maupun dari eksternal Direktorat Jenderal Pajak, yang terdiri dari data

permanen (identitas Wajib Pajak, struktur organisasi, daftar pemegang saham dan struktur

permodalan, daftar pengurus dan komisaris, kegiatan usaha, pohon kepemilikan dan lain‐lain) dan

data akumulatif (data perkembangan usaha, kewajiban perpajakan, data lawan transaksi dan lain‐

lain) serta data lainnya

5.2.2.2. Account Representative membuat profil Wajib Pajak berdasarkan data dan informasi yang

diperoleh sesuai dengan pedoman pembuatan profil dari Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak

serta menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5.4.3. Tata Cara Pemutakhiran Profil Wajib Pajak (Lihat Lampiran 53)

5.2.3.1. Account Representative mendapat informasi perubahan dan penambahan data Wajib Pajak dari

berbagai sumber..

5.2.3.2. Account Representative melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak berdasarkan informasi

perubahan dan penambahan data Wajib Pajak yang diperoleh dari alat keterangan, formulir

pemutakhiran data, dan data resmi yang diperoleh sebagai dasar pemutakhiran data Wajib Pajak,

serta menindaklanjuti sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Page 27: siap UTS

5.2.3.3. Proses selesai

5.3. Benchmarking

5.4.1. Proses Benchmarking Tahap I

5.3.1.1. Mengambil data SPT Tahunan PPH Badan (2001‐2005) antara 5‐10 WP dengan ratio terbesar

(TTOR, CTTOR, NPM, GPM, ROA, EBIT ) dalam KLU yang sama dan tahun yang sama.

5.3.1.2. Ratio tersebut di rata‐rata untuk setiap tahunnya.

5.3.1.3. Diambil ratio terbesar untuk dijadikan benchmark

5.3.1.4. Menghapus data TTOR yang kurang dari CTTOR

5.3.1.5. KLU Kelapa Sawit dihilangkan karena sudah dibuat oleh KPDJP

5.3.1.6. Jika ratio NPM < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia (12%), maka NPM dibuat menjadi

lebih tinggi dari 12 % dengan asumsi bahwa tidak ada perusahaan yang menginginkan

keuntungan di bawah suku bunga Bank Indonesia

5.3.1.7. Jika GPM < NPM maka data tersebut dihilangkan, karena GPM seharusnya > dari NPM

5.3.1.8. Jika GPM < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia, maka GPM menjadi > 12 % ditambah

selisih GPM lama dengan NPM lama

5.3.1.9. Demikian juga untuk EBIT jika rationya < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia (12%),

maka EBIT dibuat menjadi lebih tinggi dari 12 %.

5.4.2. Proses Benchmarking Tahap II

Untuk mengakomodasi KLU yang tidak terbenchmark pada tahap I, maka dilakukan tahap II sebagai

berikut :

5.3.2.1. Memasukkan angka benchmark usulan KPP yang belum tercantum pada tahap I

5.3.2.2. Jika ratio NPM < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia (12%), maka NPM dibuat menjadi

lebih tinggi dari 12 %

5.3.2.3. Jika GPM < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia, maka GPM menjadi > 12 % ditambah

selisih GPM lama dengan NPM lama

5.3.2.4. Demikian juga untuk EBIT jika rationya < dari rata‐rata suku bunga Bank Indonesia (12%),

maka EBIT dibuat menjadi lebih tinggi dari 12 %.

5.4.3. Proses Benchmarking Tahap III

Page 28: siap UTS

Untuk mengakomodasi KLU yang tidak terbenchmark pada tahap II, maka dilakukan tahap III sebagai

berikut :

5.3.3.1. Membuat benchmark berdasarkan Ikhtisar Profile 50 WP per KPP

5.3.3.2. Data benchmark per ratio diambil rata2 pertahun per KLU, kemudian diambil yg terbesar

diantara tahun 2002 s.d 2006

5.3.3.3. Menambahkan data benchmark berdasarkan Ikhtisar Profile 50 WP per KPP yang belum masuk

ke Tahap II

5.3.3.4. Menambahkan data benchmark dari database Kanwil atas Klu 100 WP Besar KPP yang belum

masuk ke Tahap II

5.3.3.5. Mengulangi proses penyesuaian NPM,GPM,TTOR,CTTOR dan EBIT sesuai tahap sebelumnya

5.4.4. Proses Benchmarking Tahap IV dan V

Untuk mengakomodasi KLU yang tidak terbenchmark pada tahap III, maka dilakukan tahap IV dan V

dengan penjelasan sebagai berikut :

5.3.4.1. Kelompok usaha yang telah selesai dilakukan penghitungan-penghitungan rasio-rasio

benchmark untuk tahap IV dan V adalah sebanyak 20 (dua puluh) dan 15 (lima belas) KLU.

5.3.4.2. Rasi-rasio yang dilakukan benchmarking tetap terdiri dari 14 (empat belas) rasio yaitu:

a. Gross Profit Margin (GPM)

b. Operating Profit Margin (OPM)

c. Pretax Profit Margin (PPM)

d. Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR)

e. Net Profit Margim (NPM)

f. Dividend Payout Ratio (DPR)

g. Rasio PPN Masukan terhadap penjualan

h. Rasio biaya gaji terhadap penjualan

i. Rasio biaya bunga terhadap penjualan

j. Rasio biaya sewa terhadap penjualan

k. Rasio biaya penyusutan terhadap penjualan

l. Rasio “input antara” lainnya terhadap penjualan

m. Rasio penghasilan luar usaha terhadap penjualan

Page 29: siap UTS

n. Rasio biaya luar usaha terhadap penjualan

3.4.3. Pemanfaatan rasio-rasio total benchmarking tetap mengacu pada Surat Edaran Direktur

Jenderal Pajak Nomor SE-96/PJ/2009 tanggal 5 Oktober 2009 tentang Rasio Total

Benchmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya

5.4.Analysing dan Penggalian Potens i

5.4.1. Evaluasi / Analisis

Account Representative melakukan evaluasi/analisis perpajakan Wajib Pajak yang mencakup Analisa

Ratio Laporan Keuangan, CTTOR dan TTOR, Local Sectoral, Rasio Kapasitas Produksi terhadap Omzet,

Rasio Impor terhadap Omzet/Ekspor, Rasio Karyawan terhadap Produksi, Rasio Modal dan Pinjaman,

Trend/Perkembangan Kegiatan serta analisis lainnya.

5.4.2. Penggalian Potensi

Account Representative melakukan penggalian potensi pajak meliputi potensi Wajib Pajak itu sendiri,

potensi pengurus dan komisaris serta pemilik, potensi dari pihak terkait, potensi dari data silang dan pihak

ketiga.

5.5. Penggalian Potensi

5.5.1. Account Representative menindaklanjuti profile Wajib Pajak yang sudah dibuat melalui pemutakhiran data dan penggalian

potensi pajak serta pertukaran data yang meliputi potensi Wajib Pajak itu sendiri, potensi pengurus dan komisaris serta

pemilik, potensi dari pihak terkait, potensi dari data silang dan pihak ketiga.

5.5.2. Account Representative menindaklanjuti hasil analisis dan penggalian potensi pajak dengan melakukan himbauan tertulis

yang dilanjutkan dengan konseling jika Wajib Pajak yang bersangkutan tidak merespon atau melaksanakan apa dimintakan

dalam surat himbauan tersebut, dan ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan.

7.1. Pemeriksaan

7.2.1. Tata Cara Pengajuan Usulan Pemeriksaan di KPP

7.1.1.1. Prosedur Kerja

7.1.1.1.1. Kepala Seksi Pemeriksaan menerima usulan Wajib Pajak yang akan diperiksa dengan kriteria:

a. Pemeriksaan Rutin, seperti: SPT Tahunan PPh Lebih Bayar, SPT Masa PPN Lebih Bayar,

SPT Tahunan PPh Rugi Tidak Lebih Bayar, SPT Tahunan PPh untuk bagian tahun pajak

atau tahun pajak sebagai akibat perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau

revaluasi aktiva tetap, permohonan sehubungan penggabungan usaha, peleburan usaha,

pemekaran usaha, pemecahan usaha, likuidasi/penutupan usaha, pengambilalihan usaha

Page 30: siap UTS

atau permohonan Wajib Pajak Orang Pribadi akan meninggalkan Indonesia untuk selama-

lamanya) dari Kepala Seksi Pelayanan;

b. Pemeriksaan Tujuan Lain, seperti: Permohonan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), penghapusan NPWP

dan/atau pencabutan PKP, Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak atau kriteria lain

yang memenuhi kriteria pemeriksaan tujuan lain dari Kepala Seksi Pelayanan;

c. Pemeriksaan Khusus disertai Analisa Risiko Wajib Pajak (berisi data, info profil Wajib

Pajak, data SPT, data pembayaran, dan data pemeriksaan) dari Kepala Seksi Pengawasan

dan Konslutasi;

d. Pemeriksaan Khusus dalam rangka pemeriksaan ulang dari Kepala Seksi Pengawasan

dan Konsultasi.

7.1.1.1.2. Kepala Seksi Pemeriksaan menugaskan Pelaksana Seksi Pemeriksaan untuk membuat

konsep Surat Pengantar dan Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan diperiksa kriteria

Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan Tujuan Lain atau Surat Usulan Pemeriksaan Khusus/Surat

Usulan Pemeriksaan Khusus dalam rangka pemeriksaan ulang.

7.1.1.1.3. Pelaksana Seksi Pemeriksaan membuat konsep Surat Pengantar dan Daftar Nominatif Wajib

Pajak yang akan diperiksa kriteria Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan Tujuan Lain atau Surat

Usulan Pemeriksaan Khusus/Surat Usulan Pemeriksaan Khusus dalam rangka pemeriksaan

ulang kemudian menyerahkan kepada Kepala Seksi Pemeriksaan.

7.1.1.1.4. Kepala Seksi Pemeriksaan meneliti dan memaraf konsep Surat Pengantar dan Daftar

Nominatif Wajib Pajak yang akan diperiksa kriteria Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan Tujuan

Lain atau Surat Usulan Pemeriksaan Khusus/Surat Usulan Pemeriksaan Khusus dalam

rangka pemeriksaan ulang kemudian menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

7.1.1.1.5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep Surat Pengantar dan

Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan diperiksa kriteria Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan

Tujuan Lain atau Surat Usulan Pemeriksaan Khusus/Surat Usulan Pemeriksaan Khusus dalam

rangka pemeriksaan ulang selanjutnya menyerahkan kepada Kepala Seksi Pemeriksaan.

7.1.1.1.6. Kepala Seksi Pemeriksaan menerima Surat Pengantar dan Daftar Nominatif Wajib Pajak yang

akan diperiksa Kriteria Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan Tujuan Lain atau Surat Usulan

Pemeriksaan Khusus/Surat Usulan Pemeriksaan Khusus dalam rangka pemeriksaan ulang

kemudian menugaskan Pelaksana Seksi Pemeriksaan untuk menatausahakan dan

mengirimkan surat yang dimaksud.

7.1.1.1.7. Pelaksana Seksi Pemeriksaan menatausahakan dan mengirimkan Surat Pengantar dan Daftar

Nominatif Wajib Pajak yang akan diperiksa kriteria Pemeriksaan Rutin/Pemeriksaan Tujuan

Lain/Surat Usulan Pemeriksaan Khusus atau Surat Usulan Pemeriksaan Khusus dalam

Page 31: siap UTS

rangka pemeriksaan ulang kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan

tembusan Surat Usulan Pemeriksaan Khusus ke Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan

melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).

7.1.1.1.8. Proses selesai.

7.1.1.2. Bagan Arus (Flow Chart)

Lihat Lampiran 55.

16 Layanan Unggulan Dirjen Pajak

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2010 tanggal 15 Juli 2010 tentang Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan, terdapat 16 layanan unggulan di bidang perpajakan. Keenambelas layanan unggulan beserta jangka waktu penyelesaiannya adalah sebagai berikut :

1. Layanan Permohonan Pendaftaran NPWP

Jangka waktu penyelesaian adalah 1 (satu) hari kerja sejak permohonan pendaftaran NPWP diterima secara lengkap atau 1(satu) hari kerja sejak informasi pendaftaran melalui Sistem e-Registration diterima Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sepanjang permohonan pendaftaranNPWP diisi secara lengkap.

2. Layanan Permohonan Pengukuhan PKP

Jangka waktu penyelesaian adalah 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap.

3. Layanan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PPN

Jangka waktu penyelesaian adalah :

1. 7 (tujuh) hari sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu (WP Patuh) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (melalui penelitian).

2. 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (melalui penelitian).

3. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C atau Pasal 17D Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang dilakukan dengan:

1. Pemeriksaan Kantor paling lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak

Page 32: siap UTS

datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan;

2. Pemeriksaan Lapangan paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

4. Layanan Penerbitan SPMKP

Jangka waktu penyelesaian adalah 3 (tiga) minggu sejak :

1. Permohonan Wajib Pajak diterima;2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)/Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan

Kelebihan Pajak (SKPPKP) diterbitkan;3. Surat Keputusan (SK) Keberatan, SK Pembetulan, SK Pengurangan Sanksi Administrasi atau

SK Penghapusan Sanksi Administrasi, SK Pengurangan Ketetapan Pajak atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak, yang menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, diterbitkan;

4. Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, diterima kantor Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang melaksanakan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali.

5. Layanan Permohonan Keberatan

Jangka waktu penyelesaian adalah 9 (sembilan) bulan sejak tanggal surat permohonan diterima.

6. Layanan SKB PPh Pasal 22 Impor

Jangka waktu penyelesaian adalah 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.

7. Layanan Permohonan Pengurangan PBB

Jangka waktu penyelesaian adalah :

1. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak permohonan pengurangan diterima,

2. Kantor Wilayah DJP dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan pengurangan diterima,

3. Kantor Pusat DJP dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) bulan sejak permohonan pengurangan diterima.

8. Layanan Pendaftaran Objek Pajak Baru Dengan Penelitian Kantor

Jangka waktu penyelesaian adalah 3 (tiga) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.

9. Layanan Mutasi Seluruhnya Obyek dan Subjek PBB

Jangka waktu penyelesaian adalah 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.

10. Layanan SKB PPh Pasal 23

Jangka waktu penyelesaian adalah 1 (satu) bulan sejak permohonan Wajib Pajak diterima secara

Page 33: siap UTS

lengkap.

11. Layanan SKB Pemotongan PPh Atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto SBI yang Diterima atau Diperoleh Dana Pensiun Yang Pendiriannya telah Disahkan oleh Menteri Keuangan.

Jangka waktu penyelesaian adalah 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

12. Layanan SKB PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Jangka waktu penyelesaian adalah 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal surat permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan diterima secara lengkap.

13. Layanan SKB Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Barang Kena Pajak (BKP) Tertentu.

Jangka waktu penyelesaian adalah 5 (lima) hari kerja setelah surat permohonan diterima secara lengkap.

14. Layanan Permohonan Keberatan PBB

Jangka waktu penyelesaian adalah 9 (sembilan) bulan sejak surat permohonan diterima.

15. Layanan Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

Jangka waktu penyelesaian adalah 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya berkas permohonan lengkap.

16. Layanan Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar

Jangka waktu penyelesaian adalah 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya berkas lengkap permohonan Wajib Pajak