shaum dan bangsa yang merdeka

Upload: nadzier-wiriadinata

Post on 03-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Shaum dan Bangsa Yang Merdeka

    1/2

    SHAUM DAN BANGSA YANG MERDEKA

    Oleh : H. E. Nadzier Wiriadinata

    Hidup adalah sebuah sebuah proses. Proses

    menuju sebuah perubahan. Proses perubahan

    ini pastinya dimaknai sebagai sebuah

    progress, bukan kemunduran. Hidup

    menghendaki proses perubahan itu senantiasa

    mengarah kepada sebuah peningkatan, bukan

    sebaliknya. Ketika sebuah proses perubahan

    mengarah kepada kemunduran, maka itu

    berarti bertentangan dengan semangat hidup

    itu sendiri karena sejatinya kehidupan

    menuntut manusia untuk senantiasa berubah,

    yaitu berubah kepada situasi, kondisi atau

    tatanan yang lebih baik.

    Seperti kita ketahui bersama bahwa bentuk ibadah apapun yang Allah SWT perintahkan

    kepada kita tentunya disitu tersimpan peluang bagi kita untuk lahirnya sebuah perubahan

    kualitas kemanusiaan. Bukankah Allah Menyatakan bahwa shalat adalah media bagi manusia

    untuk mengingat-Nya dan juga merasakan kehadiran-Nya? Bukankah Allah menghendaki

    bahwa melalui shalatnya itu manusia diharapkan tidak lagi terjebak dalam perilaku biadab?

    Demikian pula halnya saat Allah memerintahkan hamba-Nya menjalankan ibadah shaum.

    Bukankah Allah SWT menghendaki ada sebuah proses perubahan yang seharusnya diraih

    oleh manusia beriman tatkala dia diperintahkan menjalankan ibadah tersebut? Bukankah

    Allah SWT melalui Rasul-Nya menyatakan secara tegas bahwa Dia tidak menghendaki

    hamba-Nya yang menjalankan ibadah shaum hanya sekedar menahan lapar dan

    dahaga karena hal tersebut belum cukup memadai untuk lahirnya sebuah perubahan kualitas?

    Melalui ayat-ayat-Nya secara gamblang Allah menghendaki ada sebuah perubahan mendasar

    yang harus dialami oleh hamba-Nya saat dia menjalankan ibadah shaum tersebut, yaitu

    lahiirnya kualitas-kualitas ketaqwaan. Namun bukankah realitas sosial menunjukkan kepada

    kita betapa ibadah yang seringkali kita lakukan kurang begitu memberikan perubahan yangberarti bagi sebuah peningkatan kualitas kemanusia kita? Bukankah kita dikenal sebagai

    bangsa yang korup? Juga, sebagai bangsa yang mengalami dekadensi moral?

    Realitas sosial tersebut membuktikan kepada kita bahwa kita belum sepenuhnya

    memperlakukan ibadah yang kita lakukan sebagaimana mestinya, termasuk didalamnya

    shaum. Kita senantiasa terjebak pada orientasi pahala dalam setiap peribadatan yang kita

    lakukan. Kita belum pernah secara sadar merenungkan sejauh mana dampak dari sebuah

    ibadah yang rutin kita lakukan terhadap peningkatan kualitas moral-spiritual kita. Kita

    berharap bahwa saat ini ada sebuah kesadaran yang lebih mendalam tentang pentingnya

    sebuah pengamalan ibadah shaum yang lebih bertanggung jawab. Artinya, bahwa ibadah

  • 7/28/2019 Shaum dan Bangsa Yang Merdeka

    2/2

    shaum haruslah dipandang sebagai sebuah peluang sekaligus media bagi kita untuk

    meningkatkan kualitas moral-spiritual kemanusian kita. Bukankah inti dari ibadah shaum

    adalah pengendalian hawa nafsu secara konsisten kapan dan dimanapun kita berada.

    Pengendalian hawa nafsu inilah yang sebenarnya harus menjadi fokus utama perhatian kita

    dalam membangun moralitas bangsa. Bagaimana mugkin kita akan mampu menjadi manusiayang merdeka dan bangsa yang merdeka bila setiap saat kita masih tetap dijajah oleh hawa

    nafsu. Selama kita masih dijajah oleh hawa nafsu maka selama itu pula kita akan dihadapkan

    dengan keterpurukan tiada henti dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Pola hidup konsumtif dan hedonis adalah realitas pahit yang dihadapi bangsa Indonesia

    sekarang ini, yang kemudian memunculkan perilaku korup.

    Semoga kita selaku Umat Islam dapat terbebaskan dari jajahan hawa nafsu yang selama ini

    membuat kita selaku bangsa semakin terpuruk. Selamat Iedul Fitri. Mohon maaf lahir dan

    batin. MERDEKA !