seri studi kualitatif ipkm; menyelami keberhasilan ipkm kabupaten kepulauan wakatobi

Upload: agung-dwi-laksono

Post on 13-Apr-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    1/213

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    2/213

    PENERBIT PT KANISIUS

    Menyelami Keberhasilan IPKM

    Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    Noor Edi Sukoco

    Bunga Ch. Rosha

    Kencana Sari

    Basuki Imanhadi

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    3/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    1015003052

    2015 - PT Kanisius

    Penerbit PT Kanisius (Anggota IKAPI)

    Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman,

    Daerah Ismewa Yogyakarta 55281, INDONESIA

    Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA

    Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349

    E-mail : [email protected]

    Website : www.kanisiusmedia.com

    Cetakan ke- 3 2 1

    Tahun 17 16 15

    Editor : Prof. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH

    Dr. Trihono, M.Sc

    Dr. Semiarto Aji Purwanto

    Atmarita, MPH., Dr.PH

    Desainer isi : Oktavianus

    Desainer sampul : Agung Dwi Laksono

    ISBN 978-979-21-4412-3

    Hak cipta dilindungi undang-undang

    Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan

    cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

    Dicetak oleh PT Kanisius Yogyakarta

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    4/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi iii

    DEWAN EDITORProf. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH guru besar pada

    Universitas Diponegoro Semarang, sekaligus Profesor Riset

    dari Badan Penelian dan Pengembangan Kementrian

    Kesehatan Republik Indonesia.

    Dr. Trihono, M.Sc Ketua Komite Pendayagunaan Konsultan

    Kesehatan (KPKK), yang juga Ketua Majelis Tenaga Kesehatan

    Indonesia (MTKI), sekaligus konsultan Health Policy Unit

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

    Dr. Semiarto Aji Purwantoantropolog, Ketua Dewan Redaksi

    Jurnal Antropologi Universitas Indonesia, sekaligus pengajar

    pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Polik Universitas Indonesia di Jakarta.

    Atmarita, MPH., Dr.PH doktor yang expertdi bidang gizi.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    5/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobiiv

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Internaonal

    Development Research Centre, Oawa, Canada, atas dukungan

    nansial yang diberikan untuk kegiatan pengembangan Indeks

    Pembangunan Kesehatan Masyarakat tahun 2013 dan studi kasus

    kualitaf gambaran peningkatan dan penurunan IPKM di Sembilan

    Kabupaten/Kota di Indonesia.

    This work was carried out with the aid of a grant from the

    Internaonal Development Research Centre, Oawa, Canada.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    6/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi v

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena

    dengan rahmat dan karunia-Nya buku ini telah dapat diselesaikan

    dengan baik. Buku ini merupakan bagian dari sembilan buku seri

    hasil studi kualitaf di sembilan Kabupaten/Kota (Nagan Raya,

    Padang Sidempuan, Tojo Una-Una, Gunungkidul, Wakatobi,

    Murung Raya, Seram Bagian Barat, Lombok Barat, dan Tolikara)

    di Indonesia, sebagai ndak lanjut dari hasil Indeks Pembagunan

    Kesehatan Masyarakat.

    Hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)

    menunjukkan hasil yang bervariasi di antara 497 Kabupaten/Kota

    di Indonesia. Beberapa Kabupaten/Kota mengalami peningkatan

    ataupun penurunan nilai IPKM pada tahun 2013 ini dibandingkandengan IPKM 2007. Sembilan buku seri ini akan menggambarkan

    secara lebih mendalam faktor-faktor yang berkaitan dengan

    penurunan ataupun peningkatan nilai IPKM yang berkaitan

    dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun geogras

    wilayah Kabupaten/Kota. Buku ini diharapkan dapat memberikan

    semangat ataupun pemikiran yang inovaf bagi Kabupaten/Kota

    lokasi studi kualitaf dilakukan, dalam membangun kesehatan

    secara lebih terarah dan terpadu. Disamping itu, buku ini dapat

    memberikan suatu pembelajaran bagi Kabupaten/Kota lainnya

    dalam meningkatkan status kesehatan masyarakatnya.

    Penghargaan yang nggi serta terima kasih yang tulus kami

    sampaikan atas semua dukungan dan keterlibatan yang opmal

    kepada m penulis buku, Internaonal Development Research

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    7/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobivi

    Center (IDRC) Oawa, Canada, peneli Badan Litbangkes, para

    pakar di bidang kesehatan, serta semua pihak yang telah ber-

    parsipasi dalam studi kualitaf dan penulisan buku ini. Kami

    sampaikan juga penghargaan yang nggi kepada semua pihak

    di daerah Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan ngkat Desa

    baik di sektor kesehatan maupun non-kesehatan serta anggota

    masyarakat, yang telah berparsipasi akf dalam studi kualitaf

    di sembilan Kabupaten/Kota.

    Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan

    dari penyusunan buku ini, untuk itu akan menerima secara terbuka

    masukan dan saran yang dapat menjadikan buku ini lebih baik.

    Kami berharap buku ini selanjutnya dapat bermanfaat bagi upaya

    peningkatan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia.

    Billahiauqwalhidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Jakarta, Juli 2015

    Kepala Badan Penelian dan Pengembangan Kesehatan

    Kementrian Kesehatan RI.

    Prof. dr. Tjandra Yoga AditamaSpP (K)., MARS., DTM&H., DTCE.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    8/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi vii

    DAFTAR ISI

    UCAPAN TERIMA KASIH........................................................ iv

    KATA PENGANTAR ................................................................. v

    DAFTAR ISI............................................................................ vii

    DAFTAR TABEL...................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR................................................................. xi

    Bab 1 PENDAHULUAN....................................................... 1

    Bab 2 GAMBARAN UMUMKABUPATEN WAKATOBI.......... 7

    Geogra Dan Iklim................................................... 7

    Demogra................................................................ 11

    Sosial Ekonomi ......................................................... 12

    Infrastruktur ............................................................ 20

    Kesehatan ................................................................ 21

    Bab 3 POTRET WAKATOBI SEBAGAI CAGAR BIOSFER........ 29

    Geologi dan Klimatologi.......................................... 29

    Fungsi Lahan dan Potensi Wilayah.......................... 30

    Kawasan Perikanan dan Kelautan............................ 34

    Kawasan Peruntukan Pariwisata.............................. 36

    Bab 4 LONJAKAN IPKM WAKATOBI.................................... 37

    Juskasi Pemilihan Kasus....................................... 43

    Bab 5 TEROBOSAN DALAM PENINGKATAN STATUS

    KESEHATAN BALITA.................................................. 45

    Ada Apa Dengan Kesehatan Balita?......................... 45

    Dukungan Kebijakan Pimpinan Dalam

    Peningkatan Kesehatan Balita ................................. 49

    Petugas Penunjang Sebagai Sebuah Peluang.......... 50

    Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Itu Bernama

    PetugasVolunteer.................................................... 52

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    9/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobiviii

    Terobosan Inovaf Dan Intervensi Dalam

    Peningkatan Kesehatan Balita ................................. 54

    Sweepingdoor To DoorUntuk Peningkatan

    Cakupan Penimbangan Dan Imunisasi..................... 59

    Horeee Aku Lulus Imunisasi .................................... 62

    Denda Lima Ribu, Peringatan Kecil Berdampak

    Besar ........................................................................ 65

    Pemberian Makanan Tambahan, Intervensi

    Klasik Yang Dilestarikan........................................... 66

    Dukungan Kebijakan Lintas Sektor........................... 71

    Posyandu Milik Kita Bersama.................................. 71

    Diversikasi Pangan Keluarga Dalam Meningkatkan

    Status Gizi Balita...................................................... 73

    Peran Serta Masyarakat Dalam

    Kegiatan Kesehatan ................................................. 75

    Bab 6 TRANSISI PENYAKIT MENULAR KE PENYAKIT

    TIDAK MENULAR..................................................... 77

    Selayang Pandang Penyakit Menular....................... 77

    Diare ........................................................................ 87

    Pneumonia .............................................................. 94

    TuberkulosisParu ..................................................... 95

    HIV & AIDS............................................................... 98

    Kusta ........................................................................ 99

    Malaria.................................................................... 101

    Demam Berdarah Dengue (DBD) ............................. 102

    Filariasis................................................................... 103

    Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)................... 104

    Penyakit Tidak Menular........................................... 104

    Stroke ...................................................................... 105

    Hipertensi................................................................ 106

    Diabetes Mellitus(Kencing manis) .......................... 107

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    10/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi ix

    Bab 7 KEKUATAN KERJA SAMA LINTAS SEKTOR DALAM

    PENYEHATAN LINGKUNGAN.................................... 109

    Juskasi pemilihan kasus....................................... 109

    AKSES SANITASI....................................................... 115

    AKSES AIR BERSIH.................................................... 119

    Dukungan kebijakan dan strategi intervensi............ 125

    BAB 8 INOVASI PEMENUHAN PELAYANAN KESEHATAN..... 139

    Mengapa pelayanan kesehatan menjadi penng

    dalam pencapaian IPKM Wakatobi?........................ 141

    Kebijakan dan strategi intervensi............................ 143

    Regulasi posif terhadap perbaikan pelayanan

    kesehatan ................................................................ 143

    Dukungan kebijakan pimpinan Bupa, dinkes......... 144

    Inovasi kebijakan pimpinan Puskesmas .................. 149

    Puskesmas tetap pada pengobatan gras............... 151

    Pelaksanaan Program .............................................. 152

    Kemitraan dukun dan bidan sebagai upaya

    meningkatkan persalinan di tenaga kesehatan ....... 152

    Kepemilikan jaminan kesehatan untuk menjamin

    akses terhadap pelayanan kesehatan...................... 156

    Inovasi pemanfaatan sumber daya lokal untuk

    penguatan sumber daya manusia kesehatan.......... 158

    Sarana prasarana pelayanan kesehatan.................. 165

    Peran lintas sektor ................................................... 167

    Dukungan kebijakan lintas sektor............................ 168

    Peran serta masyarakat........................................... 170

    KESIMPULAN ....................................................................... 175

    DAFTAR PUSTAKA................................................................. 181

    Index ............................................................................ 185

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    11/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Indikator dan sub indikator IPKM 2013.............. 2

    Tabel 2.1 Luas wilayah Kabupaten Wakatobi

    menurutkecamatan ............................................ 10

    Tabel 2.2 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan

    penduduk berdasarkan wilayah kecamatan....... 11

    Tabel 2.3 Fasilitas pendidikan yang tersedia di

    Kabupaten Wakatobi .......................................... 13

    Tabel 2.4 Angka melek huruf penduduk

    Kabupaten Wakatobi ......................................... 13

    Tabel2.5 Angka parsipasi sekolah jenjang SD/sederajat,

    SMP/sederajat, dan SMA/sederajat................... 15

    Tabel 2.6 Indeks Pembangunan ManusiaKabupaten Wakatobi, Tahun 2007 2009 .......... 18

    Tabel 2.7 Jumlah keluarga miskin berdasarkan wilayah

    kecamatan di Kabupaten Wakatobi .................... 19

    Tabel 2.8 Panjang jalan, sanitasi rumah tangga, dan

    kawasan perumahan di Kabupaten Wakatobi,

    2008-2010.......................................................... 20

    Tabel 2.9 Jumlah absolut kasus kemaan absolut ibu,

    bayi dan balita di Kabupaten Wakatobi,

    2007-2013 .......................................................... 21

    Tabel 2.10 Jumlah absolut kasus Gizi Kurang dan

    Gizi Buruk di Kabupaten Wakatobi,

    Tahun 2007-2010................................................ 22

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    12/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi xi

    Tabel 2.11 Anggaran kesehatan dibandingkan dengan

    APBD, 2007-2013............................................... 25

    Tabel 4.1 Skor IPKM menurut kelompok indikator,Kabupaten Wakatobi 2013 ................................. 38

    Tabel 4.2 Perbandingan Indikator IPKM 2007 dan

    IPKM 2013 Kabupaten Wakatobi (Rumus 2007) 39

    Tabel 4.3 Perbandingan Indikator IPKM 2007 dan

    IPKM 2013 Kabupaten Wakatobi (Rumus 2013) 41

    Tabel 5.1 Perubahan nilai IPKM 2007-2013 indikator

    kesehatan balita di Kabupaten Wakatobi ........... 46

    Tabel 6.1 Indikator penyakit menular, bobot dan kategori

    bobot IPKM 2007 dan 2013 Kabupaten Wakatobi 79

    Tabel 6.2 Urutan penyakit ISPA dan Diare dalam 10 besar

    penyakit di Kabupaten Wakatobi 2005-2014..... 80

    Tabel 6.3 Prevalensi ISPA, ISPA balita, Diare, dan Diare

    balita di Kabupaten Wakatobi dibandingkandengan Provinsi Sultra dan Nasional ................. 81

    Tabel 6.4 Program pemberantasan penyakit menular,

    promosi kesehatan di Wakatobi, 2012 2016... 83

    Tabel 6.6 Penemuan kasus Pneumonia di Wakatobi,

    2007-2012 .......................................................... 95

    Tabel 6.7 Perkembangan Kasus TB di Kabupaten Wakatobi 96

    Tabel 6.8 Penanggulangan Kusta di Kabupaten Wakatobi. 100

    Tabel 7.1 Perbandingan Nilai Kelompok Indikator

    KesehatanLingkungan pada IPKM 2007

    dengan IPKM 2013............................................. 110

    Tabel 7.2 Peringkat kota/kabupaten di Provinsi Sulawesi

    Tenggara untuk indikator akses sanitasi dan

    air bersih pada IPKM 2007................................. 111

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    13/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobixii

    Tabel 7.3 Peringkat kota/kabupaten di Provinsi Sulawesi

    Tenggara untuk indikator akses sanitasi dan

    air bersih pada IPKM 2013................................. 112

    Tabel 7.4 Sumber air yang dikelola Perusahaan

    Daerah Air Minum/PDAM Kabupaten Wakatobi. 121

    Tabel 7.5 Jumlah dan Jenis Sarana Air Bersih di Wilayah

    Kabupaten Wakatobi. ......................................... 122

    Tabel 8.1 Indeks IPKM Pelayanan Kesehatan tahun

    2007-2013, Kabupaten Wakatobi ....................... 140

    Tabel 8.2 Jenis dan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan,

    Kabupaten Wakatobi 2013 ................................. 165

    Tabel 8.3 Retribusi pelayanan kesehatan

    Kabupaten Wakatobi .......................................... 173

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    14/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Letak Geogras Kabupaten Wakatobi............. 8

    Gambar 2.2 Posisi Wakatobi Dalam Pusat Segi Tiga

    Karang Dunia................................................... 8

    Gambar 2.3 Peta Batas Wilayah Kabupaten Wakatobi....... 10

    Gambar 2.4 Sumber anggaran kesehatan

    Kabupaten Wakatobi ...................................... 25

    Gambar 3.1 Cagar Budaya Benteng Keraton Liya............... 34

    Gambar 5.1 Petugas penunjang di Puskesmas Liya,

    Pulau Wangi-Wangi ........................................ 51

    Gambar 5.2 Perubahan jumlah posyandu tahun 2007-2013

    di Kabupaten Wakatobi .................................. 55

    Gambar 5.3. Undangan posyandu di Popalia, Binongko...... 56Gambar 5.4 Balita dan ibu pada saat posyandu di Popalia. 57

    Gambar 5.5 Suasana kegiatan posyandu popalia............... 58

    Gambar 5.6 Cakupan Penimbangan anak balita Kabupaten

    Wakatobi, 2007-2013 ..................................... 61

    Gambar 5.7 Hadiah topi dan kaos untuk anakyang lulus

    imunisasi ......................................................... 63

    Gambar 5.8 Proses wisuda imunisasi di Posyandu Popalia,

    Pulau Binongko ............................................... 64

    Gambar 5.9 Jumlah anak BGM Kab Wakatobi, 2007-2013. 67

    Gambar 5.10 Jumlah balita gizi buruk di Wakatobi,

    2007-2013 ....................................................... 68

    Gambar 5.11 Makanan tambahan berupa biskuit untuk anak

    balita Puskesmas Waii, Tomia Timur........... 69

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    15/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobixiv

    Gambar 5.12 Bibit tanaman yang diberikan ke masyarakat. 74

    Gambar 5.13 Tugas kader di meja pendaaran dan

    penimbangan di Posyandu Liya, Wangi-Wangi

    Selatan ............................................................ 75

    Gambar 7.2 Guci tanah liat untuk penampungan air hujan

    yang digunakan warga di Desa Popalia,

    Kecamatan Togo Binongko Pulau Binongko. ... 124

    Gambar 8.1 IPKM (kelompok indikator pelayanan

    kesehatan) Kabupaten Wakatobi, Provinsi

    Sulawesi Tenggara dan Indonesia, 2013......... 142

    Gambar 8.2 Trend persalinan oleh nakes........................... 152

    Gambar 8.3 Para sando dan petugas Puskesmas Popalia,

    Togo Binongko ................................................ 154

    Gambar 8.4 Kepemilikan jaminan kesehatan..................... 157

    Gambar 8.5 Berita pro dan kontra terkait kebijakan

    pelarangan pemungutan tari berobat.......... 164

    Gambar 8.6 Poskesdes, polindes, dan pustu

    di Wangi-Wangi Selatan, Pulau Wangi-Wangi 166

    Gambar 8.7 Jenis alat transportasi yang digunakan,

    gerobak dan kaisar sebagai ambulans darurat 171

    Gambar 8.8 Inkubator dan mikroskop, bersih belum

    difungsikan di Puskesmas Kaledupa ............... 173

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    16/213

    1

    Bab 1

    PENDAHULUAN

    Wakatobi adalah salah satu kabupaten dari empat belas

    kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten Wakatobi

    merupakan gugusan kepulauan yang berjumlah 39 pulau, terdiri

    atas 4 (empat) pulau besar, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia,

    dan Binongko (WAKATOBI). Kabupaten Wakatobi baru terbentuk

    pada tahun 2003 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten

    Buton berdasarkan UU No.29 tahun 2003 tentang Pembentukan

    Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Kolaka

    Utara di Sulawesi Tenggara. Selain berupaya untuk mewujudkan

    surga nyata bawah laut di pusat segiga karang dunia, KabupatenWakatobi juga memiliki misi untuk mendorong peningkatan dan

    pemerataan kesejahteraan masyarakat.

    Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari ber-

    bagai indeks, salah satunya adalah indeks Pembangunan Manusia

    (IPM). Prioritas pembangunan di daerah selalu diarahkan pada

    upaya peningkatan IPM, sehingga banyak pemerintah daerah

    yang memprioritaskan ga pilar pembangunan yaitu: ekonomi,

    pendidikan, dan kesehatan. Untuk bidang kesehatan, dak cukup

    dijawab oleh satu indikator sebagaimana dalam IPM yaitu indikator

    umur harapan hidup. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan

    merumuskan indeks pembangunan kesehatan masyarakat (IPKM)

    yang terdiri dari serangkaian indikator kesehatan lain yang lebih

    komprehensif sebanyak 24 indikator pada tahun 2007/2008

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    17/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi2

    dan disempurnakan menjadi 30 indikator pada tahun 2013.

    Sumber data IPKM 2007 berasal dari data Riset Kesehatan Dasar

    (RISKESDAS) 2007, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS),

    dan survei potensi desa (Podes), sedangkan data yang digunakan

    untuk menyusun IPKM 2013 adalah data Riskesdas (2013) dan

    podes 2011.

    Indikator IPKM yang dirumuskan pada tahun 2007 meng-

    alami perubahan indikator dalam IPKM 2013. Perubahan me-

    lipu penambahan indikator yang dianggap penng tetapi dak

    dikumpulkan pada tahun 2007, pengurangan indikator yang di-

    anggap pada saat ini kurang berperan terhadap perubahan status

    kesehatan, beberapa indikator dipertajam dengan menambah-

    kan kriteria yang lebih sensif untuk menjelaskan masalah ke-

    sehatan.

    Ruang lingkup indikator yang digunakan dalam pengem-

    bangan model IPKM 2013 adalah:

    Tabel 1.1 Indikator dan sub indikator IPKM 2013

    No Indikator Sub Indikator

    1. Kesehatan Balita 1. balita gizi buruk dan kurang

    2. balita pendek dan sangat pendek

    3. Balita gemuk

    4. Penimbangan balita

    5. Kunjungan neonatal6. Imunisasi lengkap

    2. Kesehatan reproduksi 7. penggunaan alat kontrasepsi

    (MKJP)

    8. pemeriksaan kehamilan (K4:1-1-2)

    9. kurang energi kronik pada WUS

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    18/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 3

    No Indikator Sub Indikator

    3. Pelayanan kesehatan 10. persalinan oleh tenaga kesehatan

    di fasilitas kesehatan

    11. proporsi kecamatan dengan

    kecukupan jumlah dokter

    12. proporsi desa dengan kecukupan

    jumlah posyandu per desa

    13. proporsi desa dengan kecukupan

    jumlah bidan per penduduk

    14. kepemilikan jaminan pelayanan

    kesehatan4. Perilaku kesehatan 15. merokok

    16. cuci tangan dengan benar

    17. buang air besar di jamban

    18. akvitas sik cukup

    19. menggosok gigi dengan benar

    5. Penyakit menular 20. hipertensi

    21. cedera

    22. diabetes melitus

    23. gangguan mental

    24. obesitas sentral

    25. sakit gigi dan mulut

    6. Penyakit dak menular 26. pneumonia

    27. diare balita

    28. ISPA balita

    7. Kesehatan lingkungan 29. akses sanitasi30. akses air bersih

    Sumber: Buku IPKM 2013

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    19/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi4

    Terpilihnya Kabupaten Wakatobi

    Pemilihan Kabupaten Wakatobi dalam penelian ini di-

    karenakan beberapa alasan yang mendasarinya yaitu pem-bangunan kesehatan Kabupaten Wakatobi bila dilihat berdasarkan

    IPKM mengalami peningkatan nilai IPKM dari 2007 ke 2013 yang

    sangat signikan pada nilai maupun peringkatnya. Pada IPKM

    2007, Kabupaten Wakatobi memiliki nilai indeks sebesar 0,44,

    menempatkannya pada ranking nasional urutan ke-340 dari 440

    kabupaten/kota di Indonesia. Perubahan yang pesat dapat dilihat

    pada hasil IPKM 2013, dimana Kabupaten Wakatobi memiliki nilai

    indeks sebesar 0,78 dan menempatkan pada peringkat nasional

    ke-18 dari 497 kabupaten/kota di Indonesia. Dari 24 indikator

    tersebut, hampir semua indikator mengalami kenaikan yang

    berar, hanya satu indikator saja yang mengalami penurunan

    yaitu cakupan imunisasi dari 27,0 ke 7,45.

    IPKM menggambarkan keberhasilan dan kesenjangan ngkatkesehatan masyarakat antardaerah. Kesenjangan yang terjadi

    bukan hanya kesenjangan antara daerah Timur dan Barat (region

    disparity), tetapi juga kesenjangan antarprovinsi serta kesenjangan

    antarkabupaten/kota di satu provinsi. Dari kesenjangan ngkat

    kesehatan masyarakat antardaerah tersebut, akan diketahui bahwa

    daerah tersebut termasuk daerah bermasalah kesehatan (DBK)

    atau dak. Pada tahun 2007 persentase kemiskinan Kabupaten

    Wakatobi sebesar 24,51, dan indeks IPKM sebesar 0,439676,

    kondisi semacam ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Wakatobi

    termasuk Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) dan mendapatkan

    pendampingan dari pusat.

    Hal ini merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk digali

    lebih dalam. Oleh karena itu, studi kualitaf ini perlu dilaksanakan

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    20/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 5

    guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai apa

    saja yang sudah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Wakatobi

    dalam meningkatkan nilai indikator yang menjadikan kabupaten

    Wakatobi memiliki nilai IPKM yang nggi.

    Metode

    Tujuan umum dari penelian kualitaf ini untuk menggali

    latar belakang serta penyebab informasi tentang program dan

    kebijakan di Kabupaten Wakatobi yang disinyalir mendongkrak

    nilai IPKM 2013 dan variabel-variabel terkait lainnya. Tujuan khusus

    dari penelian ini adalah 1) menggali lebih dalam informasi yang

    berhubungan dengan berbagai program kesehatan yang sudah

    ada (strength and weakness) dari perspekf kesehatan, non-

    kesehatan dan masyarakat; 2) mempelajari kontribusi lintas sektor

    3) tantangan yang dihadapi serta terobosan yang dilakukan dalam

    menghadapi tantangan.Penelian ini dilakukan selama 20 hari di Kabupaten

    Wakatobi. Lokasi penelian melipu 1) Puskesmas Wangi-Wangi

    Selatan dan Puskesmas Liya, Pulau Wangi-Wangi, 2) Puskesmas

    Kaledupa, Pulau Kaledupa, 3)Puskesmas Usuku, Pulau Tomia, 4)

    Puskesmas Popalia, Pulau Binongko.

    Pengumpulan data dilakukan dengan metode kualitaf dan

    kuantaf. Data kualitaf didapat dengan melakukan wawancara

    mendalam, diskusi kelompok terarah (FGD) dan pengamatan

    lapangan. Informan berasal dari instansi pemerintah di bidang

    kesehatan dan instansi pemerintah non kesehatan. Selain informan

    yang berasal dari instansi pemerintah, ada juga informan dari

    masyarakat. Informan dari masyarakat adalah tokoh masyarakat

    formal dan non-formal, tokoh agama, kader kesehatan, dukun

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    21/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi6

    beranak (sando), lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat

    umum. Sedangkan data kuantaf didapatkan dari pengumpulan

    data sekunder berupa literatur atau dokumen peraturan daerah,

    prol daerah, prol kesehatan daerah, dokumen pelaksanaan

    anggaran (DPA), laporan run dan evaluasi, dokumen RPJPD dan

    RPJMD, rencana strategis, dan lain-lain.

    Pengumpulan data wawancara mendalam dan FGD dilaku-

    kan dengan menggunakan pedoman wawancara kepada informan

    yang memiliki pengetahuan dan kompetensi terhadap kasus yang

    akan dicari penjelasan dan solusinya. Alat yang digunakan dalam

    pengumpulan data adalah recorder, catatan lapangan, dan kamera

    untuk dokumentasi gambar.

    Hasil data kualitaf yang didapat pada saat pengumpulan

    data di lapangan dianalisis secara content analysis dengan

    menggunakan matriks serta skema hubungan. Analisis dilakukan

    dengan mengkategorikan tema yang ada dalam data untuk

    selanjutnya dikaitkan satu sama lain.

    Penelian ini mendapatkan persetujuan ek dari Komisi Ek

    Badan Litbangkes.

    Buku ini dituangkan dalam beberapa bab yang diawali bab

    pendahuluan, potret Wakatobi sebagai cagar biosfer, lonjakan

    IPKM Wakatobi. Bab selanjutnya berisi studi kasus mengenai

    beberapa indikator dengan judul terobosan dalam peningkatanstatus kesehatan balita, transisi penyakit menular dan penyakit

    dak menular, kekuatan kerjasama lintas sektor dalam penyehatan

    lingkungan, inovasi pemenuhan pelayanan kesehatan, kemudian

    ditutup oleh bab kesimpulan dan saran.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    22/213

    7

    Bab 2Gambaran Umum

    Kabupaten Wakatobi

    GEOGRAFI DAN IKLIM

    Geogra

    Kabupaten Wakatobi terdiri dari gugusan pulau-pulau di

    tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara astronomis Kabu-

    paten Wakatobi terletak pada bagian selatan garis khatuliswa,

    membentang sepanjang kurang lebih 160 km dari Utara ke

    Selatan pada posisi garis lintang 512 - 625 Lintang Selatan dan

    sepanjang kurang lebih 120 km garis bujur 12320 - 12439 Bujur

    Timur (Gambar 2.1).

    Kabupaten Wakatobi terletak pada posisi sangat strategis

    karena dilalui oleh jalur pelayaran kawasan Timur dan Barat

    Indonesia, diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores yang memilikipotensi sumberdaya keragaman haya kelautan dan perikanan

    cukup besar, berada pada Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia

    (Coral Tri-angle Center) melipu enam negara, yakni Indonesia,

    Malaysia, Philipines, Papua New Guine, Solomon Island, dan Timor

    Leste (Gambar 2.2).

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    23/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi8

    Gambar 2.1 Letak Geogras Kabupaten Wakatobi

    Sumber: RPJPD Kabupaten Wakatobi

    Gambar 2.2 Posisi Wakatobi dalam Pusat Segi Tiga Karang Dunia

    Sumber: RPJPD Kabupaten Wakatobi

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    24/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 9

    Kabupaten Wakatobi bisa diakses melalui jalur laut dan

    udara. Akses dari ibukota kabupaten (Wangi-Wangi) ke Pulau

    Kaledupa, Tomia, dan Binongko tersedia seap hari dengan armada

    kapal laut. Pelabuhan yang terdapat di Kabupaten Wakatobi

    yaitu Pelabuhan Laut Nasional Panggulu Belo, dan jalur angkutan

    Ferry ASDP Kamaru-Wanci. Satu-satunya wilayah pulau kecil

    yang relaf sulit dijangkau namun telah berpenghuni ialah Pulau

    Runduma yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan

    Tomia, terletak di bagian mur Pulau Tomia tepat di tengah Laut

    Banda. Untuk akses jalur udara terdapat Bandar Udara Matahora

    di Pulau Wangi-Wangi yang mulai beroperasi tahun 2009 dan

    Bandar Udara Maranggodi Pulau Tomia yang merupakan moda

    transportasi khusus untuk wisatawan dari Bali dan Singapura yang

    mulai beroperasi sejak tahun 2006.

    Luas dan Batas Wilayah Administrasi

    Luas wilayah Kabupaten Wakatobi sekitar 19.200km,

    terdiri dari daratan seluas 823 km dan lautan seluas 18.377

    km2. Atas dasar kondisi tersebut, maka potensi sektor perikanan

    dan kelautan serta sektor pariwisata berbasis wisata laut/bahari

    menjadi sektor andalan daerah Kabupaten Wakatobi.

    Pada tahun 2014, Kabupaten Wakatobi terdiri dari dela-

    pan kecamatan, yaitu Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kale-

    dupa, Kaledupa Selatan, Tomia, Tomia Timur, Binongko, dan

    Togo Binongko. Wilayah kecamatan terluas adalah kecamatan

    Wangi-Wangi dengan luas 242 km atau 29 persen yang sekaligus

    merupakan wilayah ibu kota kabupaten, sedangkan kecamatan

    yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Kaledupa, yaitu

    seluas 46 km. Luas Wilayah Kabupaten Wakatobi menurut

    kecamatan disajikan pada Tabel 2.1.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    25/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi10

    Tabel 2.1 Luas wilayah Kabupaten Wakatobi menurut kecamatan

    Kecamatan Luas Daratan (km) Persentase (%)

    Wangi-Wangi 241,98 29,40

    Wangi-Wangi Selatan 206,02 25,03

    Kaledupa 45,50 5,53

    Kaledupa Selatan 58,50 7,11

    Tomia 47.10 5,72

    Tomia Timur 67,90 8,25

    Binongko 93,10 11,30

    Togo Binongko 62,90 7,64

    Luas Total Darat 823,00 3,00

    Luas Laut 18.377,00 97,00

    Total 19.200,00 100,00

    Sumber: Kabupaten Wakatobi Dalam Angka, 2014.

    Batas wilayah administrasi Kabupaten Wakatobi dapat

    dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.

    Gambar 2.3 Peta Batas Wilayah Kabupaten Wakatobi

    Sumber: RPJPD Kabupaten Wakatobi

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    26/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 11

    DEMOGRAFI

    Jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi pada tahun 2013

    menurut proyeksi hasil survei penduduk tahun 2010 adalah 95.157jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu

    di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan sebesar 25.126 jiwa. Dengan

    distribusi penduduk mencapai 26,4% dari seluruh penduduk di

    Kabupaten Wakatobi.

    Tabel 2.2 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan

    penduduk berdasarkan wilayah kecamatan

    Kecamatan Luas (km2)

    Jumlah

    Penduduk Tahun

    2012

    Kepadatan

    Penduduk

    Binongko 93,1 8.563 92

    Togo Binongko 62,9 4.837 77

    Tomia 47,1 7.041 149

    Tomia Timur 67,9 8.593 127

    Kaledupa 45,5 10.188 224

    Kaledupa Selatan 58,5 6.781 116

    Wangi-Wangi 242,0 24.028 99

    Wangi-Wangi

    Selatan

    206,0 25.126 122

    Jumlah 823,0 95.157 116

    Sumber: BPS Kabupaten Wakatobi 2014

    Menurut jenis kelamin pada tahun 2013, jumlah penduduk

    laki-laki sebanyak 45.678 jiwa dan perempuan sebanyak 49.479

    jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 92,3. Arnya, jumlah

    penduduk perempuan 7,7 persen lebih banyak dibanding laki-laki.

    Menurut struktur usia pada tahun 2013, penduduk berusia muda

    atau yang berumur 15 tahun ke bawah di Kabupaten Wakatobi

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    27/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi12

    mencapai 32.635 jiwa atau sekitar 34 persen dari total jumlah

    penduduk. Sedangkan usia diatas 65 tahun berjumlah 6.329 jiwa.

    Kondisi tersebut berimplikasi terhadap besarnya angka beban

    tanggungan pada tahun 2013 yang mencapai 69,34 persen yang

    merupakan perbandingan angka antara banyaknya penduduk

    yang dak produkf (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke

    atas) dengan banyaknya penduduk yang produkf yakni penduduk

    yang berusia antara 15-64 tahun. Angka tersebut menunjukkan

    bahwa seap 100 orang produkf menanggung 69 orang dak

    produkf.

    SOSIAL EKONOMI

    Pendidikan

    Pemerintah Kabupaten Wakatobi telah berupaya maksimal

    dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan

    di bidang pendidikan, hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya

    sarana pendidikan di masing-masing pulau, Pulau Wangi-Wangi,

    Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko. Tabel berikut

    adalah fasilitas pendidikan yang tersebar di seluruh kecamatan di

    Kabupaten Wakatobi.

    Jumlah fasilitas pendidikan dari jenjang pendidikan kelom-

    pok belajar/PAUD sampai jenjang sekolah menengah atas diKabupaten Wakatobi sebesar 329 buah. Fasilitas pendidikan paling

    banyak adalah fasilitas pendidikan sekolah dasar (SD) umum

    sebesar 110 buah dan fasilitas pendidikan paling sedikit adalah

    madrasah ibdaiyah (MI) sebesar 1 buah (Tabel 2.3).

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    28/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 13

    Tabel 2.3 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten

    Wakatobi

    Kecamatan

    Jumlah Sarana Pendidikan

    Umum Agama

    KB TK SD SLTP SMA SMK MI MTs MA

    Binongko 0 8 13 3 3 0 0 1 1

    Togo Binongko 0 4 7 2 1 0 0 0 0

    Tomia 11 10 10 4 1 0 0 1 0

    Tomia Timur 9 11 13 5 1 0 0 0 0

    Kaledupa 16 16 13 5 1 1 0 1 0

    Kaledupa

    Selatan

    13 9 10 5 2 0 0 0 0

    Wangi-Wangi 10 12 22 8 2 2 0 1 0

    Wangi-Wangi

    Selatan

    16 10 22 7 4 0 0 0 1

    Jumlah 75 80 110 39 15 3 1 4 2

    Sumber: BPS Kab. Wakatobi Tahun 2012

    Angka Melek Huruf (AMH) penduduk Kabupaten Wakatobi

    selama periode enam tahun 2005-2011 terus mengalami pening-

    katan. Pada tahun 2007, AMH sebesar 88,78 persen, meningkat

    menjadi 94,31 persen pada tahun 2011 atau mengalami pening-

    katan sebesar 5,53 persen (Tabel 2.4).

    Tabel 2.4 Angka melek huruf penduduk Kabupaten Wakatobi

    Tahun Angka Melek Huruf (%)2007 88,78

    2008 88,80

    2009 89,13

    2010 91,70

    2011 94,31

    Sumber: Wakatobi dalam angka, 2014

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    29/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi14

    Rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Wakatobi

    pada tahun 2005 hanya mencapai 5,8 tahun, tahun 2006 sebesar

    6,35, tahun 2008 meningkat menjadi 6,52, dan tahun 2009

    mencapai 6,85. Ini berar bahwa ngkat pendidikan penduduk di

    Kabupaten Wakatobi secara rata-rata adalah hanya tamat sekolah

    dasar (SD). Angka tersebut masih di bawah rata-rata Sulawesi

    Tenggara dan Nasional tahun 2008 yakni masing-masing sebesar

    7,74 dan 7,52 tahun.

    Angka putus sekolah di Kabupaten Wakatobi terutama

    terjadi pada penduduk miskin. Pada tahun 2009, penduduk miskin

    di Kabupaten Wakatobi yang dak menamatkan pendidikan SD

    adalah sebesar 51,30 persen. Sementara itu, yang tamat SD/

    SLTP adalah sebesar 36,35 persen, dan hanya 12,34 persen yang

    berhasil menamatkan pendidikan pada jenjang SLTA ke atas (BPS,

    2010).

    Angka Parsipasi Sekolah (APS) menunjukkan seberapa

    besar anak usia menurut ngkat pendidikan tertentu berada

    dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan

    formal terhadap penduduk usia sekolah. APS penduduk usia 7-12

    tahun berkisar pada angka 96-98 persen selama periode 5 (lima)

    tahun. Selanjutnya, APS pada kelompok umur 13-15 tahun dan

    16-18 tahun masing-masing mencapai 91 persen dan 75 persen

    (Tabel 2.5).

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    30/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 15

    Tabel2.5 Angka parsipasi sekolah jenjang SD/sederajat, SMP/

    sederajat, dan SMA/sederajat

    UmurTahun

    2006 2007 2008 2009 2010 2011

    7-12 97,17 98,00 98,11 97,14 96,34 98,91

    13-15 86,50 87,10 86,09 89,43 91,07 96,52

    16-18 60,58 63,16 58,14 74,77 75,42 81,82

    19-24 10,93 4,38 4,49 11,19 9,73 9,73

    Sumber: Disbud Kab. Wakatobi, 2007-2011

    Pekerjaan

    Pada tahun 2013, jumlah penduduk di Kabupaten Wakatobi

    yang tergolong usia kerja (umur 15 tahun ke atas) sebanyak

    62.522 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 29.069 jiwa atau

    46,49 persen dan perempuan sebanyak 33.453 jiwa atau 53,51

    persen. Dari jumlah tersebut, terdapat angkatan kerja sebanyak

    40.766 orang terdiri dari yang bekerja 37.884 jiwa atau 61,65

    persen terhadap penduduk usia kerja. Tingkat pengangguranterbuka (rasio pencari kerja terhadap angkatan kerja) sebanyak

    7,07 persen. Sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja

    sebanyak 20.675 jiwa atau 33,77 persen dari usia kerja.

    Komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan pada

    tahun 2013 di Kabupaten Wakatobi mayoritas bekerja pada

    sektor pertanian, yakni sebanyak 17.411 jiwa atau 45,95 per-

    sen, kemudian sektor perdagangan dan akomodasi 8.563 jiwa

    atau 22,06 persen disusul sektor jasa kemasyarakatan sosial,

    transportasi komunikasi.

    Menurut pendidikan,jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas

    dan kaitannya dengan ngkat pendidikan menunjukkan adanya

    penurunan. Penduduk usia kerja menurut ngkat pendidikan ber-

    turut-turut yaitu penduduk dak pernah sekolah sebanyak 6.375

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    31/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi16

    jiwa atau 10,37 persen, dak tamat SD sebanyak 11.319 jiwa

    atau 18,42 persen, tamat SD sebanyak 16.284 atau 26,50 persen,

    tamat SMP sederajat 12.337 jiwa atau 20,07 persen, tamat SMA

    sederajat 11.659 jiwa atau 18,97 persen, jenjang Diploma ke atas

    sebanyak 1.136 jiwa atau 18,48 persen, dan jenjang sarjana/S2/S3

    sebanyak 2.333 atau 37,97 persen.

    Kapasitas Fiskal

    Berdasarkan peraturan menteri keuangan Republik Indonesia

    No. 226/PMK.07/2012 tentang peta kapasitas skal daerah adalah

    gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah yang

    dicerminkan melalui penerimaan umum anggaran pendapatan dan

    belanja daerah (dak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat,

    dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya

    dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu. Indeks kapasitas

    skal dikategorikan menjadi empat kategori yaitu sangat nggi

    (>=2), nggi (1

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    32/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 17

    ekonomi Kabupaten Wakatobi mengalami peningkatan yang sa-

    ngat fantass yakni sebesar 13,67 persen. Meskipun pertumbuh-

    an ekonomi Kabupaten Wakatobi pada tahun 2010 lebih rendah

    jika dibandingkan dengan tahun 2009, namun angkanya masih

    nggi, yakni sebesar 10,87 persen dan berada di atas rata-rata

    pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara.

    PDRB perkapita Kabupaten Wakatobi semakin membaik

    dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 20,71

    persen. Pada tahun 2006, PDRB perkapita Kabupaten Wakatobi

    hanya sebesar Rp5.072.098,- meningkat menjadi Rp5.846.891,-

    tahun 2007 atau mengalami peningkatan sebesar 12,27 persen

    dan pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi Rp7.219.480,-

    atau mengalami peningkatan 35,14 persen jika dibandingkan

    dengan tahun 2007. Pada tahun 2009, PDRB perkapita Kabupaten

    Wakatobi mencapai Rp8.819.614,- atau mengalami peningkatan

    sebesar 22,05 persen dari tahun 2008 dan pada tahun 2010

    mencapai Rp10.038.507,- atau mengalami peningkatan sebesar

    17,64 persen. Pada tahun 2012, PDRB per kapita atas dasar harga

    berlaku di Kabupaten Wakatobi adalah Rp11.120.000.

    Seiring dengan meningkatnya PDRB perkapita Kabupaten

    Wakatobi selama kurun waktu lima tahun terakhir sebagaimana

    dikemukakan di atas, maka jumlah penduduk miskin juga me-

    ngalami penurunan yang sangat signikan. Pada tahun 2006,penduduk miskin di Kabupaten Wakatobi tercatat sebanyak 24.535

    jiwa atau sebesar 24,99 persen mengalami penurunan menjadi

    17.100 jiwa atau hanya sekitar 18,52 persen atau menurun sekitar

    6,47 persen.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    33/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi18

    Kesejahteraan Masyarakat

    Salah satu indikator yang menggambarkan ngkat kesejah-

    teraan masyarakat ialah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPMdaerah mengukur pencapaian rata-rata sebuah daerah dalam 3

    (ga) dimensi dasar pembangunan manusia yaitu: 1) hidup yang

    sehat dan panjang umur yang diukur dengan umur harapan hidup

    saat kelahiran; 2) pendidikan diukur dengan angka ngkat baca

    tulis pada orang dewasa; dan 3) standar kehidupan layak diukur

    dengan logaritma natural dari produk domesk bruto per kapita

    dalam paritas daya beli (BAPPENAS, 2011/Ran-pg 2001-2015).

    IPM selain menggambarkan ngkat kemajuan suatu daerah, juga

    untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap

    kualitas hidup.

    Secara umum, IPM Wakatobi mengalami peningkatan dari

    tahun ke tahun. Namun, IPM Wakatobi lebih rendah dibandingkan

    dengan rata-rata IPM Sulawesi Tenggara. Hingga tahun 2009, IPMKabupaten Wakatobi masih menempa urutan ke-11 dari 12

    kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara (Tabel 2.6).

    Tabel 2.6 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Wakatobi,

    Tahun 2007 2009

    KabupatenTahun

    2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    Buton 67,08 67,82 68,24 68,80 69,34 69,95 70,35

    Muna 65,93 66,49 67,03 67,45 67,95 68,35 68,97

    Konawe 67,96 68,72 69,27 69,77 70,42 70,95 71,67

    Kolaka 69,76 70,06 70,41 70,83 71,46 72,00 72,39

    Konawe

    Selatan68,37 68,86 69,24 69,42 69,80 70,24 70,70

    Bombana 65,35 66,05 66,63 67,20 67,85 68,51 69,67

    WAKATOBI 65,54 66,03 66,70 67,20 68,04 68,78 69,77

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    34/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 19

    Kolaka Utara 67,57 67,91 68,50 68,93 69,33 69,87 70,65

    Buton Utara 66,89 67,16 67,62 68,07 68,86 69,31 70,13

    Konawe Utara 66,83 67,43 67,97 68,38 69,24 69,84 70,66Kota Kendari 74,55 75,09 75,31 75,66 76,07 76,51 77,02

    Kota Bau-Bau 71,56 72,14 72,87 73,48 74,10 74,58 75,10

    Kolaka Timur 68,59

    Konawe

    Kepulauan66,04

    Sulawesi

    Tenggara68,93 69,00 69,52 70,00 70,55 71,05 71,73

    Indonesia 70,59 71,17 69,52 72,27 72,77

    Sumber: BPS, 2007-2013

    Jumlah Keluarga Miskin

    Berdasarkan jumlah keluarga miskin, Kabupaten Wakatobi

    memiliki 9.257 keluarga miskin, paling banyak berada di Keca-

    matan Wangi-Wangi Selatan sebesar 1.605 keluarga dan paling

    sedikit berada di Kecamatan Kaledupa Selatan sebesar 727

    keluarga (Tabel 2.7).

    Tabel 2.7 Jumlah keluarga miskin berdasarkan wilayah kecamatan

    di Kabupaten Wakatobi

    Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin

    Binongko 767

    Togo Binongko 1.389Tomia 1.101

    Tomia Timur 1.582

    Kaledupa 742

    Kaledupa Selatan 727

    Wangi-Wangi 1.344

    Wangi-Wangi Selatan 1.605

    Jumlah 9.257

    Sumber : Kecamatan seKab, Wakatobi 2013

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    35/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi20

    INFRASTRUKTUR

    Jaringan jalan yang baik, memiliki keterkaitan yang sangat

    kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupunterhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat. Infra-

    struktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam

    menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi

    yang nggi dak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur

    jalan yang baik dan memadai.

    Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisi dapat dikategori-

    kan dengan jalan kondisi baik, sedang, sedang rusak, rusak, dan

    rusak berat. Proporsi jalan dalam kondisi baik di Kabupaten

    Wakatobi mengalami penurunan, dimana pada tahun 2008

    proporsi jalan kondisi baik mencapai 45,82 persen namun pada

    tahun 2010 kondisi tersebut menurun menjadi 32,77 persen

    (Tabel 2.8). Sanitasi rumah tangga dan kawasan kumuh cenderung

    membaik, namun masih diperlukan upaya-upaya perbaikan.Tabel 2.8 Panjang jalan, sanitasi rumah tangga, dan kawasan

    perumahan di Kabupaten Wakatobi, 2008-2010

    IndikatorTahun

    2008 2009 2010 2011 2012 2013

    Panjang jalan

    kabupaten

    dalamkondisi baik

    (%)

    45,82 38,80 32,77 34,27 36,67 38,54

    Rumah

    Tangga ber-

    Sanitasi (%)

    62,11 67,77 70,75 NA NA NA

    Kawasan

    Kumuh (%)0,02 0,01 0,01 NA NA NA

    Sumber: BPS Kab. Wakatobi, 2007-2011 dan Wakatobi dalam Angka, 2014

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    36/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 21

    KESEHATAN

    Angka Kemaan Ibu, Bayi dan Balita (AKI, AKB dan AKABA)

    Angka absolut kejadian kemaan ibu, bayi dan balita di

    Kabupaten Wakatobi dalam rentang waktu tahun 2007-2013

    terjadi secara uktuaf (Tabel 2.9). Kasus kemaan ibu paling

    banyak terjadi pada tahun 2007 sebesar 6 kasus kemaan. Untuk

    kejadian kasus kemaan bayi paling banyak terjadi pada tahun

    2010 sebesar 40 kasus kemaan, sedangkan kasus kemaan anak

    balita paling banyak terjadi pada tahun 2009 sebesar 28 kasuskemaan.

    Tabel 2.9 Jumlah absolut kasus kemaan absolut ibu, bayi dan

    balita di Kabupaten Wakatobi, 2007-2013

    Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    AKI 6 1 3 5 4 2 4

    AKB 0 25 34 40 25 35 37

    AKABA 11 7 28 10 8 4 7

    Sumber: prol kesehatan kabupaten Wakatobi 2007-2013

    Status Gizi

    Prevalensi balita gizi kurang di Kabupaten Wakatobi selama

    kurun waktu 2007-2013 menunjukkan kecenderungan uktuaf.

    Kasus gizi kurang paling banyak terjadi pada tahun 2010 sebesar

    468 kasus, diiku pada tahun 2012 sebesar 349 kasus dan tahun

    2013 sebesar 187 kasus. Untuk kasus gizi buruk kecenderungannya

    dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Kejadian gizi buruk

    paling banyak terjadi pada tahun 2007 sebesar 78 kasus menurun

    pada tahun-tahun selanjutnya. Kejadian gizi buruk paling sedikit

    terjadi pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 7 kasus (Tabel 2.10).

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    37/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi22

    Tabel 2.10 Jumlah absolut kasus Gizi Kurang dan Gizi Buruk di

    Kabupaten Wakatobi, Tahun 2007-2010

    TahunJumlah Kasus

    Gizi Kurang Gizi Buruk

    2007 122 78

    2008 154 30

    2009 98 47

    2010 468 43

    2011 120 14

    2012 349 7

    2013 187 7

    Sumber: Prol Dinkes Kab, Wakatobi, 2007-2013

    Perencanaan Program Kesehatan

    Dalam perencanaan pembangunan kesehatan, termasuk

    dalam pembangunan pelayanan kesehatan, Kabupaten Wakatobi

    mengarah pada kebijakan yang terdapat dalam Rencana Pem-

    bangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025. PelaksanaanRPJPD tersebut diterjemahkan dalam Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Daerah I (RPJMD) 2005-2009, RPJMD II tahun

    2010-2014.

    Arah kebijakan yang ada kemudian dijadikan panduan

    langkah kerja Dinas Kesehatan di dalam merumuskan program-

    program pembangunan dan kegiatan 5 (lima) tahunan. Pada

    RPJMD I (2006-2011) fokus pembangunan di Kabupaten Wakatobi

    adalah pembangunan infrastruktur sektor yang menjadi kebutuhan

    utama masyarakat dan peningkatan SDM seper kesehatan dan

    pendidikan. Jadi yang dilakukan adalah pembangunan infrastruktur

    di bidang kesehatan secara masif sehingga terjadi penyerapan

    anggaran APBD diatas 10% bahkan sampai 13% (syarat pemerintah

    pusat untuk anggaran kesehatan dalam APBD adalah 10%).

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    38/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 23

    Penyerapan anggaran ini digunakan untuk membangun fasilitas

    kesehatan, penyediaan alat kesehatan dan logisk.

    Pada RPJMD II (2012-2016), karena mayoritas infrastruktur

    kesehatan sudah mencukupi maka k berat pembangunan

    kesehatan adalah penataan manajemen dalam bentuk pembinaan

    dan peningkatan capacity building. Selain itu, anggaran kesehatan

    pada RPJMD II juga menganggarkan biaya pemeliharaan dan

    operasional kegiatan di puskesmas, pembuatan alat peraga untuk

    promosi kesehatan dan insenf untuk kader. Insenf untuk kader

    selain posyandu juga untuk promkes dan PHBS. Sehingga anggaran

    yang terserap pada RPJMD II ini biasanya berada disekitar 5% dari

    total anggaran APBD pertahun.

    Perencanaan sangat penng dalam pembangunan, karena

    dengan perencanaan pembangunan bisa memiliki tujuan yang

    jelas sehingga strategi untuk mencapai tujuan dapat dirancang

    dengan saksama. Kabupaten Wakatobi secara umum memiliki

    perencanaan yang bersifat boom to top, dimana perencanaan

    pembangunan dibangun masyarakat melalui musrenbang ber-

    jenjang dari ngkat desa sampai ngkat kabupaten. Musrenbang

    difasilitasi oleh Bapeda dan gabungan SKPD yang lain.

    Di ngkat puskesmas, perencanaan program sudah dilakukan

    di masing-masing melalui beberapa tahapan, mulai membuat

    rencana usulan kegiatan (RUK), plan of acon (POA), verikasioleh Dinkes, dan setelah disetujui dibuatlah POA bulanan sesuai

    kegiatan yang direncanakan.

    Perencanaan program dilakukan masing-masing pemegang

    program, misalnya program gizi. Pemegang program gizi me-

    rencanakan program berdasarkan evaluasi tahun sebelumnya dan

    hasil musrenbang. Kemudian perencanaan yang telah disusun

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    39/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi24

    program gizi dipaparkan pada minilok yang dihadiri oleh kepala

    puskesmas dan seluruh pemegang program. Setelah itu hasil

    dari pertemuan minilok dibawa ke dinas kesehatan kabupaten

    untuk diverikasi oleh m verikasi pengampu program, lalu m

    verikasi memberikan keputusan diterima atau ditolak rencana

    kegiatan program gizi untuk tahun depan.

    Untuk menjalankan program yang sudah disetujui mengacu

    pada juknis yang diterbitkan oleh dinas kesehatan dalam seap

    kegiatan. Biasanya sebelum pelaksanan program dilakukan pema-

    paran juknis terlebih dahulu di ngkat kabupaten kemudian baru

    diturunkan ke program di ap puskesmas.

    Pembiayaan Kesehatan

    Pembiayaan kesehatan di Wakatobi bersumber dari peme-

    rintah daerah berupa Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD),

    Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), dan sumber lain

    seper pinjaman/hibah luar negeri (PHLN). Anggaran kesehatan

    yang bersumber dari APBD paling besar didapatkan pada tahun

    2008 sebesar 60 milyar rupiah. Ironisnya anggaran kesehatan yang

    bersumber dari APBD seap tahun cenderung menurun hingga

    tahun 2012. Sebaliknya, anggaran kesehatan dari sumber lain

    seap tahun cenderung naik walaupun sedikit (Gambar 2.4).

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    40/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 25

    Gambar 2.4 Sumber anggaran kesehatan Kabupaten Wakatobi

    Persentase total anggaran kesehatan bila dibandingkan de-

    ngan APBD Kabupaten Wakatobi yang terbesar terjadi pada tahun

    2008 yaitu sebesar 11,96 persen, namun seap tahun terjadi

    penurunan (Tabel 2.11).

    Tabel 2.11 Anggaran kesehatan dibandingkan dengan APBD, 2007-

    2013

    Rincian2007 2008 2009 2010 2011* 2012 2013

    (Dalam jutaan rp)

    Total

    Anggaran

    Kesehatan

    43.692 61.083 34.821 24.677 - 14.774 20.172

    Total APBD

    Kabupaten377.168 510.918 411.920 411.920 - 425.725 537.823

    % APBD Kes

    Thdp APBD

    Kabupaten

    10,63 11,96 8,45 5,99 - 3,47 2,75

    Sumber data: Prol Dinas Kesehatan Kab, Wakatobi 2007-2013

    Ket: *dak ada data

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    41/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi26

    Porsi pembiayaan kesehatan pada tahun 2007-2013, 75

    persen adalah program prevenf dan promof. Saat ini 40 persen

    program kesehatan adalah pelayanan dan 60 persen promosi.

    Untuk ngkat puskesmas, pembiayaan dirasakan sudah sesuai

    karena merupakan perencanaan dari bawah. Hanya saja jumlahnya

    kurang mencukupi.

    Sejak tahun 2010 ada dana BOK yang berguna dalam mem-

    bantu operasional pelaksanaan program. Dana ini dirasakan

    manfaatnya hingga ngkat lapangan, terutama keka turun ke

    masyarakat misalnya penyuluhan ataupun sweeping. Dengan

    difasilitasi dana BOK, kegiatan promosi dan pencegahan bisa

    dilakukan. Namun demikian di lapangan masih terdapat kendala

    seper halnya pemberian insenf bagi petugas lapangan yang

    berisiko nggi, misalnya saja petugas pemeriksa TB.

    Pencatatan Pelaporan

    Laporan run dari puskesmas ke dinas kesehatan maksimal

    diserahkan seap tanggal lima seap bulan. Bentuk geogra yang

    berupa kepulauan sedikit banyak menimbulkan tantangan tertentu.

    Bagi pulau terjauh yaitu Binongko, mereka harus merencakan

    dengan baik agar proses pelaporan tepat waktu. Ditambah lagi,

    listrik hanya ada di Binongko pada malam hari, mulai jam 6 petang

    hingga 6 pagi. Dengan demikian, proses pembuatan catatan

    atau pekerjaan dengan menggunakan perangkat elektronik

    harus ditunda dan dikerjakan saat malam hari. Namun, dengan

    perencanaan yang baik, jarak yang jauh bukan penghalang bagi

    sampainya laporan tepat waktu. Dengan mengandalkan petugas

    kapal, laporan pun dipkan dan diambil oleh dinkes ke pelabuhan.

    Jika kapal dak berlayar saat musim ombak besar, maka laporan

    disampaikan melalui email tetapi itupun butuh usaha yang dak

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    42/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 27

    sedikit, sebab listrik hanya ada malam hari dan jaringan internet

    pun tak kalah susahnya.

    Monitoring dan Evaluasi

    Keberhasilan peningkatan peringkat IPKM di Kabupaten

    Wakatobi dak terlepas dari kegiatan yang dilakukan dalam

    monitoring dan evaluasi. Sistem pengawasan yang dilakukan

    oleh Kepala Dinas Kesehatan dan Bupa benar-benar melekat,

    misalnya mereka mempunyai informan yang melaporkan lang-

    sung segala sesuatu yang terjadi di masyarakat. Monitoring dan

    evaluasi dilakukan secara berkala oleh Kadinkes.

    Disisi lain, Kepala Dinas Kesehatan memberikan movasi

    untuk meningkatkan kinerja kepada seluruh jajaran kesehatan

    pada saat pertemuan run. Movasi yang diberikan antara lain

    Teori 4 (empat) As, bahwa seap individu itu harus bekerja keras

    menggunakan otot, bekerja cerdas menggunakan otak, bekerja

    ikhlas dengan ha, dan bekerja tuntas hingga selesai.

    Selain pengawasan secara manajemen, pengawasan

    kemampuan SDM kesehatan juga dievaluasi. Tidak hanya dalam

    pertemuan run evaluasi tetapi juga pada acara-acara dimana

    kepala dinas ada, misalnya dalam pertemuan, kepala dinas

    langsung menunjuk salah satu puskemas yang hadir dan diberi

    tugas untuk menyuluh dengan tema tertentu. Hal ini memicu para

    SDM kesehatan agar mengetahui seap tema kesehatan yang ada.

    Evaluasi ketat juga berkisar tentang cakupan program, jika ada

    yang memburuk maka akan dikejar habis-habisan mengapa bisa

    terjadi dan apa saja yang dikerjakan selama ini.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    43/213

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    44/213

    29

    Bab 3

    Potret Wakatobi sebagai Cagar Biosfer

    Geologi dan Klimatologi

    Kabupaten Wakatobi memiliki kesuburan tanah yang ren-

    dah akibat pH dan bahan organik rendah. Secara umum formasigeologi batuan daratan dengan bahan induk batu gamping jenis

    koral dan dominasi tanah podsolik. Jenis tanah yang tersebar pada

    beberapa tempat di empat pulau Kabupaten Wakatobi ialah jenis

    organisol, alluvial, grumosol, mediteran, latosol, dan didominasi

    oleh podsolik.

    Iklim di Kabupaten Wakatobi terdiri dari dua musim yaitu

    musim kemarau (musim mur: April-Agustus) dan musim hujan

    (musim barat: September-Maret).Musim angin barat berlangsung

    dari bulan Desember sampai dengan Maret yang ditandai dengan

    sering terjadi hujan. Musim angin mur berlangsung bulan Juni

    sampai dengan September. Peralihan musim yang biasa disebut

    musim pancaroba terjadi pada bulan Oktober-November dan

    bulan April-Mei.Jumlah hari hujan mengiku pola jumlah curah hujan dengan

    kisaran antara 1-25 hari hujan. Suhu udara maksimum berkisar

    31,6-35,40C dan suhu udara minimum berkisar pada 21,0-23,50C,

    dengan kisaran suhu rata-rata antara 22,4-33,90C. Kelembaban

    udara antara 93-112%. (BPS Kab. Wakatobi, 2013). Pola curah

    hujan berguna dalam perencanaan pola tanaman lahan kering

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    45/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi30

    terutama untuk tanaman pangan dan horkultura yang biasa

    dilaksanakan pada bulan November dan Maret.

    Angin kencang berup pada bulan Juli sampai September,

    kemudian bulan November, Januari dan Februari. Tiupan angin

    yang kencang dapat menimbulkan gelombang yang berpengaruh

    pada frekuensi melaut para nelayan dan selanjutnya terhadap

    jumlah ikan hasil tangkapan. Terkait hal ini, program pengadaan

    kapal ikan dengan ukuran yang memadai akan sangat membantu

    para nelayan.

    Fungsi Lahan dan Potensi Wilayah

    Penggunaan lahan di Kabupaten Wakatobi yaitu untuk

    kawasan perumahan dan infrastruktur pemerintah sesuai Rencana

    Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Perda terkait. Oleh karena itu,

    dalam pengembangan potensi wilayah, khususnya wilayah darat,

    wilayah Kabupaten Wakatobi sesuai RTRW Kabupaten Wakatobidibagi ke dalam 2 (dua) fungsi kawasan yaitu kawasan budidaya

    dan kawasan lindung, yang diuraikan sebagai berikut.

    1. Potensi Kawasan Budidaya

    Kawasan budidaya adalah kawasan yang dimanfaatkan

    untuk kepenngan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan

    manusia. Luas kawasan budidaya mencapai 66.647 ha atau81 persen dari luas keseluruhan wilayah daratan Kabupaten

    Wakatobi. Potensi kawasan budidaya melipu pertanian lahan

    kering, perkebunan, hutan produksi, hutan adat/rakyat, hutan

    lindung, pemukiman, dan lain-lain.

    Potensi kawasan pertanian lahan kering dikberatkan un-

    tuk lahan tanaman pangan (ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan kacang

    tanah) dan horkultura (bawang merah, sawi, kacang merah, kacang

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    46/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 31

    panjang, cabe, tomat, terung, kemun, dan kangkung). Produksi

    tanaman pangan dan horkultura dak mencukupi kebutuhan

    masyarakat Kabupaten Wakatobi, sehingga didatangkan dari

    Kabupaten Buton dan Kendari, misalnya kebutuhan beras dimana

    seluruhnya berasal dari luar daerah Kabupaten Wakatobi. Di sisi

    lain, luas lahan tanaman semakin berkurang akibat konversi dan

    budaya konsumsi pangan lokal lambat-laun makin terkikis. Kondisi

    ini jika dak diansipasi maka dalam jangka panjang akan berisiko

    kerawanan pangan. Selain itu, potensi lahan kering dapat juga

    dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan dengan sistem

    pertanian terpadu (integrated farming system).

    Potensi pengembangan tanaman perkebunan paling banyak

    dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Wakatobi ialah kopra,

    jambu mete, kakao, kopi, pala. Sedangkan untuk tanaman buah-

    buahan yaitu pisang, diiku oleh jeruk, sirsak, nangka, nenas, dan

    mangga. Pengembangan tanaman kelapa memungkinkan di semua

    kecamatan Kabupaten Wakatobi dengan sentra pengembangan di

    Kecamatan Kaledupa dan Kaledupa Selatan, demikian pula dengan

    jambu mete. Khusus tanaman pala, saat ini hanya terdapat di

    Kecamatan Wangi-Wangi dan Tomia.

    Potensi peternakan di Kabupaten Wakatobi adalah ayam

    buras, sapi, dan kambing. Rencana wilayah pengembangan

    sektor peternakan adalah di Pulau Kaledupa dan Tomia. Selainintensikasi, pengembangan peternakan juga diarahkan pada

    sistem pertanian terpadu berbasis ekologi (integrated ecofarming

    system), yaitu mengintegrasikan peternakan ke dalam pertanian

    tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan (agro-forestry

    pasteur).

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    47/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi32

    Kawasan hutan produksi dan hutan adat/rakyat cenderung

    menurun akibat pembangunan infrastruktur dan pertambahan

    penduduk, ditambah penebangan kayu berlebihan yang besumber

    dari hutan produksi dan hutan adat/rakyat. Oleh karena itu,

    pengelolaan kedua kawasan tersebut diarahkan pada pembinaan

    masyarakat untuk melakukan tebang pilih dan rehabilitasi se-

    hingga fungsi kemanfaatan sebagai sumber tambahan pendapatan

    masyarakat dan fungsi ekologi bisa berjalan harmonis dan ber-

    kelanjutan. Kawasan ini juga akan diintegrasikan dengan pe-

    ngembangan peternakan.

    2. Potensi Kawasan Lindung

    Keputusan Presiden nomor 32 tahun 1990 tentang penge-

    lolaan kawasan lindung, melipu kawasan hutan lindung, kawasan

    lahan basah, dan kawasan konservasi dan resapan air. Kawasan

    hutan lindung terdiri dari kawasan hutan lindung daratan dan

    lautan. Laut terdiri dari kawasan-kawasan terumbu karang dan

    pulau-pulau tak berpenghuni.

    Kawasan lindung lain yaitu kawasan perlindungan setempat

    yang melipu sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar

    danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air. Kawasan sempadan

    pantai sekurang-kurangnya minimal 100 m dari k pasang

    ternggi ke arah darat. Sempadan sungai sekurang-kurangnya

    antara 50-100 m di kiri dan kanan sungai bila di luar permukiman,

    sedangkan di daerah permukiman diperkirakan seluas 10- 5 m

    sebagai daerah bebas dari kegiatan manusia atau permukiman

    penduduk.

    Kabupaten Wakatobi juga mempunyai kawasan suaka alam

    dan cagar budaya, terdiri atas: kawasan suaka alam, kawasan

    suaka alam laut dan perairan lain, kawasan pantai berhutan bakau,

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    48/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 33

    taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam, dan

    kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

    Kawasan suaka alam (cagar alam) ditujukan untuk me-

    lindungi satwa tertentu (penyu dan satwa burung laut) di sekitar

    Pulau Moromaho Kecamatan Togo Binongko. Kawasan pantai

    berhutan bakau berfungsi perlindungan dan konservasi tersebar

    di Pulau Kapota dan Desa Melai One (Kecamatan Wangi-Wangi),

    Desa Waha (Kecamatan Wangi-Wangi Selatan), sebagian besar

    Pulau Kaledupa, dan sebagian kecil Pulau Tomia dan Binongko.

    Kawasan taman wisata alam laut terdapat hampir di seluruh

    wilayah kecamatan di Kabupaten Wakatobi.

    Taman Nasional Laut Wakatobi adalah kawasan Kepulauan

    Wakatobi dan perairan di sekitarnya seluas 1.390.000 Ha

    ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menhut No.

    393/Kpts-VI/1996, tanggal 30 Juli 1996 dan telah ditetapkan

    berdasarkan SK Menhut No. 7651/Kpts-II/2002, tanggal 19

    Agustus 2002, terdiri dari 4 (empat) pulau besar (Pulau Wangi-

    Wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko) yang

    terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan dalam wilayah administraf

    Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara. Taman Nasional

    Wakatobi (TNW) dikelola dengan sistem zonasi, yang ditetapkan

    berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan

    Pelestarian Alam No. 198/Kpts/DJVI/1997 tanggal 31 Desember1997, terdiri atas: zona in (Core Zone), zona pelindung (No Take

    Zone), zona pariwisata (Tourism Zone), zona pemanfaatan lokal,

    zona pemanfaatan umum, zona daratan.

    Kawasan Cagar Budaya di antaranya peninggalan sejarah

    berupa kompleks bangunan peninggalan kerajaan yang mem-

    punyai nilai historis yang cukup nggi dan perlu dipertahan kan

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    49/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi34

    keberadaannya. Lokasi kawasan ini terdapat di seluruh wilayah

    kecamatan di Kabupaten Wakatobi.

    Gambar 3.1 Cagar Budaya Benteng Keraton LiyaSumber: Dokumentasi Peneli

    Kawasan Perikanan dan Kelautan

    Perikanan dan kelautan merupakan sektor unggulan daerah

    Kabupaten Wakatobi, selain pariwisata. Pengembangan kegiatan

    perikanan dan kelautan merupakan bagian dari visi pemerintah

    Kabupaten Wakatobi yang berbasis pada potensi sumberdayawilayah kepulauan dan karakterisk wilayah serta tetap mengacu

    pada penetapan wilayah Kabupaten Wakatobi sebagai Taman

    Nasional Laut Kepulauan Wakatobi dalam Peraturan Pemerintah

    Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Jenis/speciesikan

    yang terdapat di perairan laut dak kurang dari 942 jenis ikan.

    Dalam menunjang pemanfaatan dan pengendalian ke giat-

    an sektor perikanan kelautan berdasarkan arahan pengelolaan

    wilayah dalam Zonasi Taman Nasional Wakatobi (Surat Keputusan

    Dirjen Hutan dan Konservasi Alam Nomor 149/IV-KK/2007),

    terdapat berbagai arahan kegiatan pengembangan budidaya

    perikanan dan kelautan sebagai 1) kawasan perikanan tangkap

    sejauh 4 (empat) mil dari pantai; 2) kawasan budidaya perikanan

    berupa keramba dan tambak. Budidaya perikanan yang sudah

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    50/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 35

    berkembang diusahakan oleh masyarakat adalah jenis rumput

    laut; 3) hasil perikanan dan infrastruktur; 4) terumbu karang,

    Kabupaten Wakatobi yang terletak di pusat segiga karang dunia

    (World Coral Triangle Center) memiliki jenis/species terumbu

    karang terbanyak di dunia yaitu mencapai 750 speciesdari total

    850 speciesyang ada di dunia atau mencapai 88 persen, sebagai

    bahan perbandingan adalah jumlah jenis speciesterumbu karang

    di Selat Karibia yang hanya mencapai 50 speciesdan Laut Merah

    mencapai 300 species. Data tersebut mengindikasikan bahwa

    Kepulauan/Kabupaten Wakatobi ialah tempat terbaik dunia untuk

    tujuan menyelam (diving).

    Namun, potensi perikanan laut tersebut belum dapat

    dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan teknologi alat

    tangkap maupun perahu yang digunakan oleh para nelayan lokal

    Kabupaten Wakatobi. Selain itu, produksi ikan juga dipengaruhi

    musim angin kencang dan gelombang besar di laut yang biasa

    terjadi pada bulan Juli-Agustus karena kurangnya intensitas

    nelayan ke laut.

    Pengembangan perikanan ke depan diarahkan pada dukung-

    an kelengkapan sarana dan prasarana pendukung perikanan

    seper dermaga, pabrik es, tempat pelelangan ikan, balai benih,

    pusat Bahan Bakar Minyak (BBM), bank/koperasi perikanan dan

    ketersediaan sarana dan prasarana perikanan lain. Pembangunanindustri pengolahan hasil perikanan seper Industri Pengolahan

    Rumput Laut di Kaledupa Selatan dan industri tepung ikan atau

    pengalengan merupakan bagian dari perencanaan pengembangan

    perikanan.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    51/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi36

    Kawasan Peruntukan Pariwisata

    Sektor unggulan wilayah Kabupaten Wakatobi selain per-

    ikanan dan kelautan ialah sektor pariwisata berbasis wisata alam(bahari). Pengembangan kegiatan pariwisata merupakan bagian

    visi Kabupaten Wakatobi yang berbasis potensi sumberdaya

    wilayah kepulauan dan karakterisk wilayah.

    Jenis kegiatan pariwisata yang dapat dikembangkan di

    Kabupaten Wakatobi adalah pariwisata laut/bahari berupa pano-

    rama pantai dan laut, potensi terumbu karang, ombak untuk olah

    raga air serta dinamika kehidupan nelayan, wisata alam (panorama

    pegunungan, goa-goa bawah tanah), wisata seni dan budaya serta

    wisata buatan lainnya.

    Rencana pengembangan kegiatan pariwisata untuk Wilayah

    Kabupaten Wakatobi dak terlepas dari rencana yang saat ini

    telah disusun dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata

    Daerah (RIPPDA) Kabupaten Wakatobi dan rencana Zonasi LautKabupaten Wakatobi. Konsep wisata yang dikembangkan adalah

    wisata bahari dan wisata alam dengan semangat back to nature

    dengan memperkuat visi Kabupaten Wakatobi Wakatobi Sebagai

    Pusat Biodiversitas Bumi. Dengan demikian, pengelolaan kawa-

    san wisata turut menjaga keseimbangan ekosistem darat dan laut

    Wakatobi.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    52/213

    37

    Bab4

    LONJAKAN IPKM WAKATOBI

    Pada IPKM 2013, 30 indikator yang dikembangkan dikelom-

    pokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok sub-indeks yaitu 1) kesehatan

    balita (balita gizi buruk dan kurang, balita sangat pendek dan

    pendek, balita gemuk, penimbangan balita, kunjungan neonatal,

    imunisasi lengkap), 2) kesehatan reproduksi (penggunaan alat

    kontrasepsi MKJP, pemeriksaan kehamilan K4:1-1-2, KEK pada

    WUS), 3) pelayanan kesehatan (persalinan oleh nakes di faskes,

    proporsi kecamatan dengan kecukupan jumlah dokter per

    penduduk, proporsi desa dengan kecukupan jumlah Posyandu

    per desa, proporsi desa dengan kecukupan jumlah bidan perpenduduk, dan kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan), 4)

    perilaku kesehatan (merokok, cuci tangan dengan benar, buang

    air besar di jamban, akvitas sik cukup, menggosok gigi dengan

    benar), 5) penyakit dak menular (hipertensi, DM, gangguan

    mental, obesitas sentral, sakit gigi dan mulut), 6) penyakit menular

    (pneumonia, diare balita, ISPA balita), dan 7) kesehatan lingkungan

    (akses sanitasi, akses air bersih).

    Tabel 4.1 menunjukkan skor IPKM menurut tujuh kelompok

    sub-indeks, skor seluruh kelompok sub-indeks berada diatas indi-

    kator IPKM baik provinsi maupun nasional, Kelompok indikator

    dengan urutan IPKM paling nggi secara berurutan adalah penyakit

    menular, kesehatan balita, penyakit dak menular, dan kesehatan

    lingkungan.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    53/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi38

    Tabel 4.1 Skor IPKM menurut kelompok indikator, Kabupaten

    Wakatobi 2013

    No

    Kelompok

    pengembangan IPKM

    2013

    KabupatenWakatobi

    SulawesiTenggara

    Indonesia

    1 Kesehatan balita 0,7752 0,5979 0,6405

    2 Kesehatan reproduksi 0,4783 0,2142 0,4756

    3 Pelayanan kesehatan 0,3874 0,1691 0,3808

    4 Perilaku 0,4384 0,2463 0,3652

    5 Penyakit dak

    menular

    0,6902 0,3847 0,6260

    6 Penyakit menular 0,9117 0,4751 0,7507

    7 Kesehatan lingkungan 0,6039 0,4255 0,5430

    Sumber: Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat, 2014

    Tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan IPKM 2007 dan pengem-

    bangan IPKM 2013. IPKM 2007 dan 2013 mengalami penyem-

    purnaan yaitu 1) tujuh indikator IPKM 2007 yang mengalami

    perubahan denisi yang disempurnakan di IPKM 2013 (akses air

    bersih, kunjungan neonatal, proporsi kecamatan dengan kecukupan

    jumlah dokter, proporsi desa dengan kecukupan jumlah bidan,

    persalinan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, diare balita,

    dan merokok); 2) empat indikator IPKM 2007 yang dak dilibatkan

    di IPKM 2013 (balita sangat kurus dan kurus, asma, disabilitas, sakit

    sendi, dan 9 indikator baru); 3) 10 indikator baru yang ditambahkan

    pada IPKM 2013 (penggunaan alat kontrasepsi MKJP, pemeriksaan

    kehamilan (K4 1-1-2), kurang energi kronis (KEK) pada WUS,

    proporsi desa dengan kecukupan jumlah posyandu, kepemilikan

    jaminan pelayanan kesehatan, buang air besar di jamban, akvitas

    sik cukup, menggosok gigi dengan benar, diabetes mellitus, dan

    obesitas sentral).

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    54/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 39

    Tabel 4.2 Perbandingan Indikator IPKM 2007 dan IPKM 2013

    Kabupaten Wakatobi (Rumus 2007)

    No Indikator IPKM 2007 Indikator Pengembangan IPKM 2013

    IndikatorRumus

    2007Indikator

    Rumus

    2007

    1 Balita gizi buruk dan kurang 30,21 Balita gizi buruk dan kurang

    2Balita sangat pendek dan

    pendek52,67

    Balita sangat pendek dan

    pendek

    3 Balita sangat kurus dan kurus 7,55 3,28

    4 Akses air bersih 59,97 Akses air bersih 99,19

    5 Aksessanitasi 43,46 Akses sanitasi

    6 Penimbangan balita 17,73 Penimbangan balita

    7 Kunjungan neonatal 42,86 Kunjungan neonatal (KN1) 99,12

    8 Imunisasi lengkap 26,99 Imunisasi lengkap

    9Rasio jumlah dokter dengan

    jumlah puskesmas0,40

    Proporsi kecamatan dengan

    kecukupan jumlah dokter1,353

    10Rasio jumlah bidan dengan

    jumlah desa0,54

    Proporsi desa dengan

    kecukupan jumlah bidan1,06

    11Persalinan oleh tenaga

    kesehatan41,06

    Persalinan oleh tenaga

    kesehatan di fasilitas

    kesehatan

    90,93

    12 Balita gemuk 8,02 Balita gemuk

    13 Diare 9,77 Diare balita 1,87

    14 Hipertensi 36,62 Hipertensi

    15 Pneumonia 5,09 Pneumonia

    16 Perilaku cuci tangan 11,78 Cuci tangan dengan benar

    17 Ganguan mental 11,83 Gangguan mental

    18 Konsumsi tembakau 19,82 Merokok 25,29

    19 Sakit gigi dan mulut 24,57 Sakit gigi dan mulut

    20 Asma 5,44 4,8721 Disabilitas 20,70 0,27

    22 Cedera 5,02 Cedera

    23 Sakit sendi 17,97 6,47

    24 ISPA 20,82 ISPA Balita

    25Penggunaan alat kontrasepsi

    (MKJP)

    26Pemeriksaan kehamilan

    (K4:1-1-2)

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    55/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi40

    27Kurang energi kronik (KEK)

    pada WUS

    28Proporsi desa dengan

    kecukupan jumlah posyandu

    29Kepemilikan Jaminan

    Pelayanan Kesehatan

    30 Buang air besar di jamban

    31 Akvitas sik cukup

    32Menggosok gigi dengan

    benar

    33 Diabetes Mellitus

    34 Obesitas sentral

    Nilai IPKM 0,4397 0,7768Ranking nasional 340 18

    Ranking di provinsi 7 1

    Perubahan skor Naik

    Perubahan peringkat Naik

    Sumber : Buku IPKM 2007 dan 2013

    Tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan bahwa secara total, pada

    IPKM 2007 terdapat 24 indikator, sedangkan pada model pengem-

    bangan IPKM 2013 terdapat 30 indikator. Namun, dalam tabel

    di atas tetap disajikan 24 indikator yang sama baik pada tahun

    2007 dan 2013. Pada tahun 2007, IPKM Kabupaten Wakatobi

    berada pada peringkat 340 dengan skor 0,4397 sedangkan pada

    tahun 2013 mengalami kenaikan peringkat dan skor yang sangat

    tajam menjadi ranking 18 dan skor IPKM 0,7768. Hampir semuaindikator yang dilibatkan dalam IPKM mengalami perubahan

    posif yang cukup berar. Hanya ada beberapa indikator yang

    mengalami perubahan negaf, salah satunya yaitu cakupan

    imunisasi lengkap.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    56/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 41

    Tabel 4.3 Perbandingan Indikator IPKM 2007 dan IPKM 2013

    Kabupaten Wakatobi (Rumus 2013)

    No Indikator IPKM 2007 Indikator Pengembangan IPKM 2013

    IndikatorRumus

    2007Indikator

    Rumus

    2013

    1 Balita gizi buruk dan kurang 30,21 Balita gizi buruk dan kurang 4,09

    2Balita sangat pendek dan

    pendek52,67

    Balita sangat pendek dan

    pendek11,06

    3Balita sangat kurus dan

    kurus7,55

    4 Akses air bersih 59,97 Akses air bersih 53,94

    5 Akses sanitasi 43,46 Akses sanitasi 66,856 Penimbangan balita 17,73 Penimbangan balita 93,92

    7 Kunjungan neonatal 42,86 Kunjungan neonatal (KN1) 97,69

    8 Imunisasi lengkap 26,99 Imunisasi lengkap 7,45

    9Rasio jumlah dokter dengan

    jumlah puskesmas0,40

    Proporsi kecamatan dengan

    kecukupan jumlah dokter12,5

    10Rasio jumlah bidan denga

    njumlah desa0,54

    Proporsi desa dengan

    kecukupan jumlah bidan41,00

    11Persalinan oleh tenaga

    kesehatan 41,06

    Persalinan oleh tenaga

    kesehatan di fasilitaskesehatan

    43,92

    12 Balita gemuk 8,02 Balita gemuk 3,85

    13 Diare 9,77 Diare balita 4,83

    14 Hipertensi 36,62 Hipertensi 18,39

    15 Pneumonia 5,09 Pneumonia 0,22

    16 Perilaku cuci tangan 11,78 Cuci tangan dengan benar 59,06

    17 Ganguan mental 11,83 Gangguan mental 0,94

    18 Konsumsi tembakau 19,82 Merokok 21,42

    19 Sakit gigi dan mulut 24,57 Sakit gigi dan mulut 20,80

    20 Asma 5,44

    21 Disabilitas 20,70

    22 Cedera 5,02 Cedera 4,87

    23 Sakit sendi 17,97

    24 ISPA 20,82 ISPA Balita 16,42

    25Penggunaan alat kontrasepsi

    (MKJP)2,86

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    57/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi42

    26Pemeriksaan kehamilan

    (K4:1-1-2)66,37

    27Kurang energi kronik (KEK)

    pada WUS18,14

    28Proporsi desa dengan

    kecukupan jumlah posyandu4,00

    29Kepemilikan Jaminan

    Pelayanan Kesehatan99,40

    30 Buang air besar di jamban 90,28

    31 Akvitas sik cukup 12,85

    32Menggosok gigi dengan

    benar7,24

    33 Diabetes Mellitus 1,85

    34 Obesitas sentral 29,51

    Nilai IPKM 0,4397 Nilai IPKM 0,6122

    Ranking nasional 340 Ranking nasional 52

    Ranking di provinsi 7 Ranking di provinsi 1

    Sumber : Buku IPKM 2007 dan 2013

    Nilai IPKM untuk indikator imunisasi lengkap tahun 2013

    sebesar 7,45 persen. Nilai ini berbeda jauh dengan hasil Riskesdas

    2013 yang menunjukkan prevalensi cakupan imunisasi lengkap di

    Kabupaten Wakatobi sebesar lebih dari 84 persen. Dalam Riskesdas

    data imunisasi didapatkan dari hasil pencatatan buku KIA atau

    jika ibu dak memiliki buku KIA maka mengandalkan ingatan ibu.

    Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa sebesar hampir 77

    persen ibu memiliki dan dapat menunjukkan buku KIA, arnya 7persen lainnya berdasarkan ingatan ibu. Sedangkan berdasarkan

    hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa program imunisasi

    cukup berhasil di Kabupaten Wakatobi. Hal ini didukung oleh

    data dari prol kesehatan Kabupaten Wakatobi tahun 2013

    yang menunjukkan cakupan imunisasi DPT1 + HB1, DPT3 + HB3,

    Campak, BCG, dan Polio masing-masing sebesar76,2 persen, 64,0

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    58/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi 43

    persen, 61,0 persen, 77,0 persen dan 62,2 persen. Selain itu hasil

    kualitaf menunjukkan beberapa temuan kegiatan yang dapat

    meningkatkan cakupan imunisasi di Wakatobi sepanjang tahun

    2013 seper ketersediaan vaksin untuk imunisasi, sweeping

    imunisasi kepada balita yang dak datang imunisasi ke posyandu

    atau tempat pelayanan kesehatan lainnya dan wisuda imunisasi

    bagi balita yang telah menyelesaikan imunisasi lengkap.

    Juskasi Pemilihan Kasus

    IPKM merupakan indeks komposit yang dirumuskan dari

    beberapa indikator kesehatan, untuk Riskesdas 2007 meng-

    gunakan 24 indikator, sedangkan 2013 telah dilakukan perbaikan

    dengan 30 indikator. Tiga puluh indikator tersebut dikelompokkan

    menjadi 7 sub-indeks yaitu: Kesehatan Balita, Kesehatan Repro-

    duksi, Pelayanan Kesehatan, Perilaku Kesehatan, Penyakit Tidak

    Menular, Penyakit Menular, dan Kesling.

    Dari 7 kelompok indikator tersebut, di Kabupaten Wakatobi

    ada 2 (dua) kelompok sub-indeks yang apabila dilihat dari nilainya,

    diasumsikan telah mendongkrak kenaikan ranking, yaitu sub-

    indeks Kesehatan Balita dan Penyakit Menular. Namun, ada satu

    sub-indeks lagi yang menjadi faktor pemicu di dalam mendukung

    (konstrukf) pembangunan kesehatan di Kabupaten Wakatobi

    yaitu Kesehatan Lingkungan. Tabel berikut menggambarkan

    Indeks kelompok indikator pendongkrak IPKM 2013 di Kabupaten

    Wakatobi.

    Deskripsi penulisan narasi tersebut akan dilihat dari segi

    geogras kepulauan yang terdiri atas 4 (empat) pulau besar,

    yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko (WAKATOBI).

    Empat pulau besar tersebut mempunyai kearifan lokal masing-

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    59/213

    Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi44

    masing yang perlu diangkat karena secara dak disadari kreavitas

    dari masing-masing pimpinan wilayah kecamatan dan kepala

    puskesmas telah membantu meningkatkan IPKM di Kabupaten

    Wakatobi.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Menyelami Keberhasilan IPKM Kabupaten Kepulauan Wakatobi

    60/213

    45

    Bab 5

    Terobosan dalam peningkatanstatus kesehatan balita

    Ada Apa dengan Kesehatan Balita?

    Sumber daya manusia adalah investasi berharga dalam

    pembangunan, maka harus dipersiapkan kualitasnya dari sejak

    dalam kandungan hingga dilahirkan dan terus dijaga dalam seap

    siklus kehidupannya. Masa balita merupakan salah satu periode

    kehidupan manusia yang penng diperhakan sebagai pijakan

    untuk keberlangsungan hidup yang berkualitas di masa depan.SDM yang berkualitas dapat ditentukan dari status