sÊrat panithikan (suatu tinjauan filologis)/srat... · dan berhuruf jawa carik berjumlah 49...

148

Click here to load reader

Upload: phamkiet

Post on 03-Mar-2019

276 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

SÊRAT PANITHIKAN

(Suatu Tinjauan Filologis)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

LAILI HAULA

C0108036

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

SẾRAT PANITHIKAN

(Suatu Tinjauan Filologis)

Disusun oleh :

LAILI HAULA

C0108036

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Imam Sutarjo, M.Hum Drs. Supardjo, M.Hum

NIP. 196001011987031004 NIP. 195609211986011001

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Supardjo, M.Hum

NIP. 195609211986011001

Page 3: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

SẾRAT PANITHIKAN

(Suatu Tinjauan Filologis)

Disusun oleh :

LAILI HAULA

C0108036

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada tanggal .....................................

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. ....................

NIP. 195710231986012001

Sekretaris Dra. Endang Tri Winarni, M.Hum. ....................

NIP. 195811011986012001

Penguji I Drs. Imam Sutarjo, M.Hum. ....................

NIP. 196001011987031004

Penguji II Drs. Supardjo, M.Hum ....................

NIP. 195609211986011001

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D

NIP. 196003281986011001

Page 4: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

PERNYATAAN

Nama : Laili Haula

NIM : C0108036

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Sêrat

Panithikan (Suatu Tinjauan Filologis)” adalah betul-betul karya sendiri, bukan

plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam

skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh

dari skripsi tersebut.

Surakarta, 25 Juli 2012

Yang Menyatakan

Laili Haula

Page 5: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

MOTTO

“Niscaya Allah SWT meninggikan derajat orang-orang yang beriman di

antara kamu dan yang memiliki ilmu”.

(QS.Al-Mujadalah : 11)

Sebuah pilihan harus diperjuangkan.

(Penulis)

Page 6: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Ibu dan Bapakku yang senantiasa mencurahkan

kasih sayangnya kepada penulis,

Kakak-kakakku tersayang,

Almamaterku tercinta.

Page 7: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan ridho-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Sêrat

Panithikan (Suatu Tinjauan Filologis).

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

2. Drs. Supardjo, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah dan sebagai

Pembimbing Kedua yang memberi masukan dan segala kemudahan pada

penulisan skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra

Daerah.

4. Dra. Endang Tri Winarni, M. Hum., selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan nasihatnya selama menjalani studi.

5. Dra. Imam Sutarjo, M. Hum., selaku Pembimbing Pertama yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan perhatiannya kepada penulis sejak

awal hingga selesainya skripsi ini.

Page 8: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

6. Dr. Hartini, M. Hum., selaku Koordinator bidang Filologi Jurusan Sastra

Daerah.

7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan ilmu

yang berharga selama perkuliahan.

8. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Perpustakaan

Pusat Universitas Sebelas Maret yang telah menyediakan berbagai data

dan referensi yang diperlukan.

9. Seluruh staf Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang telah

menyediakan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

10. Kedua orangtua yang senantiasa memberikan do’a, dan dukungan kepada

penulis.

11. Feri Supriyanto yang senantiasa memberikan semangat dan harapan untuk

berbagi suka dan duka selama ini.

12. Teman-teman Sastra Daerah ’08 terimakasih kebersamaannya.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak

kekurangan dan keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk skripsi ini.

Surakarta, 25 Juli 2012

Penulis,

Laili Haula

Page 9: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SÊRAT PANITHIKAN

(Suatu Tinjauan Filologis)

Laili Haula1

Drs. Imam Sutarjo, M.Hum2 Drs. Supardjo, M.Hum

3

ABSTRAK

2012. Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1)

bagaimanakah suntingan teks Sêrat Panithikan yang bersih dari

kesalahan dan mendekati asli ? (2) ajaran moral dalam berumah

tangga dan keagamaan apa saja yang terkandung dalam teks Sêrat

Panithikan ?. Tujuan penelitian ini adalah (1) menyajikan suntingan teks Sêrat

Panithikan yang bersih dari kesalahan dan mendekati asli. (2)

mengungkap ajaran moral yaitu ajaran moral dalam

kerumahtanggaan dan keagamaan yang terkandung dalam teks

Sêrat Panithikan. Bentuk penelitian ini adalah penelitian filologis yang bersifat

deskriptif kualitatif. Jenis penelitiannya adalah penelitian pustaka

(library research). Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah

Sêrat Panithikan. Sedangkan data dalam penelitian adalah teks

Sêrat Panithikan. Sêrat Panithikan berbentuk tembang macapat

dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik

pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-

katalog naskah yang tersimpan di perpustakaan atau instansi, judul

didaftar, kemudian pengecekan kebenaran keberadaan naskah ke

lokasi penyimpanan naskah dan diadakan pengamatan. Data

diambil dari microfilm naskah Sêrat Panithikan yang tersimpan di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melalui teknik scanning

dari microreader kemudian di scanning dan ditransfer ke komputer

1 Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C 0108036

2 Dosen Pembimbing I

3 Dosen Pembimbing II

program adobe photoshop diubah ke format TIF sehingga

diperoleh grafikan wujud asli naskah. Tahap selanjutnya Sêrat

Panithikan ditransliterasi.

Teknik analisis data melalui deskripsi naskah, kritik teks, suntingan

teks disertai dengan aparat kritik dan sinopsis. Metode edisi standar

digunakan dalam metode penyuntingan Sêrat Panithikan.

Dilanjutkan dengan analisis isi. Kajian isi untuk mengungkap

ajaran moral yaitu ajaran moral dalam berumah tangga dan

keagamaan yang terkandung dalam teks Sêrat Panithikan.

Simpulan penelitian ini adalah (1) Sêrat Panithikan koleksi

Perpustakaan Museum Negeri Sanabudaya Yogyakarta bernomor

katalog MSB/L236 dan kode koleksi PB.A123 dan kode microfilm

Rol. 91 No.3 merupakan naskah tunggal. Melalui cara kerja

filologi mulai dari deskripsi naskah, kritik teks, aparat kritik,

transliterasi, maka suntingan teks Sêrat Panithikan dalam

penelitian ini merupakan teks yang bersih dari kesalahan dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. (2) Sêrat Panithikan adalah

jenis Sêrat Sastra Dongeng. Ajaran-ajaran moral kerumahtanggaan

dan keagamaan. Ajaran kerumahtanggaan adalah peran istri

sebagai ibu rumah tangga, kewajiban suami sebagai kepala

keluarga, anak berbakti kepada orangtua, keutamaan menikah dan

ajaran untuk mencari pasangan atau jodoh. Sedangkan ajaran

dalam keagamaan adalah ajaran untuk mempercayai kekuasaan

Allah, bersedekah, mempercayai takdir, tidak sombong, dan ajaran

untuk mengingat kematian.

Page 10: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan.

Kebudayaan merupakan hasil sintesa dari pengalaman-pengalaman masa lalu.

Kebudayaan masa lampau dari suatu bangsa, pada masa mendatang dapat

dijadikan sebagai suatu sejarah yang sangat bermanfaat. Peninggalan kebudayaan

masa lampau yang berupa fisik sangat banyak. Seperti candi, arca, prasasti,

naskah dll. Di antara warisan budaya tersebut adalah karya tulis yang tersimpan

pada bahan yang lama seperti batu, logam, kulit binatang, kulit kayu dan kertas

(Siti Baroroh Baried, 1983:1).

Sebagai peninggalan tertulis naskah-naskah masa lampau yang paling

banyak memberikan informasi di dalamnya kepada kita disegala aspek kehidupan

seperti, social, ekonomi, keagamaan, filsafat dan budaya. Naskah-naskah lama

tidak bisa terlepas dari kebudayaan bangsa yang melahirkannya. Haryati Soebadio

(1975: 1) menyatakan bahwa naskah-naskah lama merupakan dokumen bangsa

yang menarik bagi peneliti kebudayaan lama, karena memiliki kelebihan yaitu

dapat memberikan informasi yang lebih luas dibanding puing bangunan megah

seperti candi, istana raja dan pemandian suci yang tidak dapat berbicara dengan

sendirinya tetapi harus ditafsirkan.

Seiring berjalannya waktu naskah-naskah lama yang biasanya dari bahan

kulit kayu, lontar dan kertas tidak dapat bertahan lama akan mengalami

kerusakan. Kerusakan naskah bisa disebabkan oleh iklim tropis di Indonesia dan

Page 11: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

minimnya pengetahuan untuk merawat naskah-naskah tersebut. Maka perlu

adanya upaya penanganan khusus naskah-naskah tersebut agar naskah tidak cepat

rusak dan dapat bertahan lama.

Mengingat isi atau kandungan isi naskah lama yang begitu penting,

bermanfaat dan bernilai juga bahan naskah yang digunakan maka hal tersebut

yang mendorong kita melakukan berbagai penanganan yang berupa penyelamatan,

pelestarian, penelitian, pendayagunaan dan penyebarluasan hasil penelitian

(Darusuprapta, 1985: 143). Bidang ilmu yang erat kaitannya dengan penanganan

naskah-naskah lama adalah filologi. Tugas filolog adalah adalah membuat teks

terbaca dan dimengerti (Robson, 1994: 12). Senada dengan itu Haryati Soebadio

menyatakan bahwa penelitian filologi untuk mendapatkan kembali naskah yang

bersih dari kesalahan, memberikan pengertian yang sebaik-baiknya dan mendekati

aslinya karena naskah itu sebelumnya mengalami penyalinan untuk kesekian

kalinya (dalam Edwar Djamaris, 2002 : 7)

Dari banyaknya naskah-naskah lama di Nusantara yang tidak lepas dari

adanya tradisi penyalinan. Penyalinan naskah terjadi karena orang yang menyalin

naskah itu ingin memiliki cerita dalam naskah tersebut atau karena naskah asli

dikhawatirkan rusak sehingga dibuat salinannya. Frekuensi tingginya penyalinan

menunjukkan bahwa naskah itu sangat digemari, sedangkan sebaliknya

menunjukkan kurang populernya suatu naskah (Siti Baroroh Barried, 1983:95).

Dalam tradisi penyalinan naskah ini terjadi kesalahan dalam menuliskan huruf

atau kata yang disengaja ataupun tidak disengaja yang dilakukan oleh penyalin

naskah yang kemudian berbeda dengan naskah aslinya.

Page 12: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Behrend (1990) mengklasifikasikan naskah Jawa menjadi 14 macam

menurut kategori atau jenisnya, yaitu :

1. Sejarah. Di dalamnya mencakup segala macam babad;

2. silsilah;

3. hukum. Di dalamnya termasuk hukum peraturan dan adat istiadat

Keraton Jawa;

4. bab wayang. Di dalamnya termasuk pakem, ruwat, pedalangan,

pembuatan wayang dan sebagainya;

5. sastra wayang;

6. sastra;

7. piwulang. Di dalamnya termasuk ajaran orang saleh, suci dan

bijaksana, ajaran Islam, kejawen dan suluk;

8. islam. Di dalamnya termasuk fiqih, sarat dan hukum Islam, dan

turunan teks kitab suci Al-Qur’an;

9. primbon. Di dalamnya termasuk buku petangan, pawukon, impen , dan

sebagainya;

10. bahasa. Di dalamnya termasuk Bausastra atau Dasanama Kawi Jarwa,

tembang, aksara Jawa, candrasengkala, daftar sinonim, wangsalan,

dan sebagainya;

11. musik. Di dalamnya termasuk notasi gendhing dan gamelan;

12. tari-tarian;

13. adat-istiadat. Di dalamnya termasuk kerajinan, cara berpakaian,

songsong, mainan, sopan santun dalam istana, sadranan, keris dan

sarasilah para empu, kawruh kalang, upacara, dan sebagainya;

Page 13: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

14. Lain-lain.

Berdasarkan klasifikasi di atas peneliti memilih untuk meneliti naskah

jenis sastra yang berjudul Sêrat Panithikan (selanjutnya disingkat SP). Naskah ini

telah mengalami penyalinan. Naskah jenis ini adalah naskah yang merupakan

dongeng yang ditulis dalam bentuk puisi atau tembang. Dalam naskah ini masih

banyak terdapat kesalahan penulisan sehingga menimbulkan perbedaan tafsir yang

berpengaruh pada keseluruhan isi cerita serta di dalam ceritanya terdapat ajaran

pendidikan moral yang dapat ditarik melalui ceritanya.

Langkah awal penelitian filologi yaitu dengan penulusuran melalui catalog

naskah di antaranya :

1. Deskriptive Catalogus of the Javanese manuscripts and Printed Book in

the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta ( Girardet – Sutanto,

1983 ).

2. Javanese Language Manuscrips of Surakarta Central Java A Pleriminary

Descriptive Catalogus Level I and II ( Nancy K. Florida, 1996 )

3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum Sana

Budaya Yogyakarta (Behrend, 1990)

4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3-B (Fakultas Sastra

Universitas Indonesia, 1998)

5. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia (Lindstay, Jennifer, 1994 )

Page 14: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

6. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Keraton

Yogyakarta (J.Lindsay, R.M Soetanto, Alan Feinstein, 1994)

7. Daftar Naskah Perpustakaan Museum Radya Pustaka Surakarta.

Dari hasil inventarisasi yang dilakukan melalui berbagai katalog

ditemukan naskah berjudul Serat Panithikan, yaitu naskah carik berbentuk

puisi atau tembang yang tersimpan di Perpustakaan Museum Sanabudaya

Yogyakarta dengan nomor MSB/L236 (Katalog. Behrend,1990) kode

koleksi perpustakaan PB.A 123 dan kode microfilm Rol 91 No.3. Dalam

katalog diinformasikan bahwa teks ini sama dengan kisah yang

dilaporkan Pigeaud (Lor.10.849) kecuali jumlah pupuhnya 19 yaitu,

Asmaradana, Dhandhanggula, Pangkur, Sinom, Kinanthi, Pocung, Mijil,

Megatruh, Gambuh, Sinom, Asmaradana, Mijil, Dhandhanggula,

Pangkur, Kinanthi, Asmaradana, Durma, Pocung, Sinom. Dikarenakan

jarak yang jauh, keterbatasan waktu, tenaga dan biaya oleh peneliti maka

naskah (Lor.10.849) tidak diikutsertakan dalam objek kajian penelitian

ini.

Naskah Sêrat Panithikan ini pernah dialihaksarakan oleh Yacobus

Mulyadi, BA. pada tahun 1984 dalam rangka proyek Pengembangan

Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta.

Naskah ini disajikan dalam bentuk tembang macapat 21 pupuh,

yaitu Asmaradana 25 bait, Dhandhanggula 21 bait, Pangkur 20 bait,

Sinom 25 bait, Kinanthi 28 bait, Pocung 22 bait, Mijil 12 bait, Megatruh

29 bait, Gambuh 27 bait, Sinom 23 bait, Asmaradana 26 bait, Mijil 26 bait,

Page 15: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Dhandhanggula 25 bait, Pangkur 15 bait, Kinanthi 27 bait, Asmaradana

29 bait, Dhandhanggula 20 bait, Durma 26 bait, Megatruh 21 bait,

Pocung 35 bait, Sinom 23 bait, yang terdiri dari 49 halaman.

Ukuran naskah 21,5 cm x 35 cm, sedangkan ukuran teks 15,9 cm x

32,9 cm. Naskah SP merupakan naskah tulisan tangan (manuscript)

dengan huruf Jawa berbahasa Jawa Baru ragam krama dan ngoko. Dalam

naskah SP ini terdapat purwapada pada awal teks sebagai tanda awal

cerita dan pada setiap penanda bait dipisahkan oleh penanda bait

kemudian pada setiap pergantian pupuh ditandai dengan mandrawapada

sebagai penanda penggantinya. Terdapat wasanapada / iti sebagai penanda

bahwa cerita dalam teks tersebut telah selesai.

Gb 1. Purwapada Gb 2. Penanda pergantian

bait tembang

Gb.3 Mandrawapada Gb 4 Wasanapada / iti

Pengarang naskah adalah Raden Pujaharja, ditulis di Surakarta

pada tahun 1911 tetapi tanggal penulisan tidak disebutkan, hanya tahun

penulisan. Naskah tersebut tidak disebutkan disalin darimana oleh Raden

Pujaharja. Dalam cover dalam tersebut juga terdapat judul naskah, nama

Page 16: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

pengarang, tempat penyalinan dan tahun penyalinan. Kolofon tersebut

terdapat pada cover dalam naskah pada halaman 1

Gb 5. Kolofon pada hal. 1

Sêrat Panithikan/ ikêtanipun/ Radèn Pujaharja/ Ing Surakarta/ Kala ing taun

Walandi/ 1911/ Kawêdalakên dening.....

Terjemahan : Sêrat Panithikan karangan Radèn Pujaharja di Surakarta pada

tahun 1911. Diterbitkan oleh......

Dalam cover dalam naskah SP tertulis naskah terbitkan atau cetakan,

dimungkinkan naskah tersebut disalin dari naskah cetak. Setelah diadakan

penelusuran tidak dapat diketahui darimana asal terbitan atau cetakan

naskah SP. Sehingga dapat dimungkinkan pengarang menuliskan cerita

yang sumbernya dari buku cetakan, kemudian pengarang menuliskan

dalam bentuk puisi atau tembang macapat dengan aksara Jawa carik.

Dalam memperjelas judul naskah, yang dimaksud panithikan

adalah sebuah batu yang mempunyai kekuatan dan mendatangkan

Page 17: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

keberuntungan bagi siapa saja yang memilikinya. Hal tersebut tertuang di

dalam teks pada Pupuh I Asmaradana bait 2 baris 2

Gb. 6 Hal 2 Pupuh II Asmaradana bait 2 baris 2

Carita ingkang ginurit/ sela aran panithikan/ kaluwih-luwih dayane/ bisa

anêkakkên bêgja/ samana kang winarna/ wontên sujalma lumaku/ mung pribadi

tanpa rowang//

Terjemahan : Cerita yang tertulis pada batu bernama panithikan, mempunyai

kekuatan yang bisa mendatangkan keberuntungan. Begitu terkenalnya., ada

seorang berjalan, hanya sendiri tanpa teman.

Panithikan dalam naskah ini adalah sebuah batu yang mempunyai

kekuatan dan bisa mendatangkan keberuntungan bagi yang memiliknya.

Dalam naskah ini diceritakan seorang prajurit yang memiliki batu itu

karena berhasil merebutnya dari Nyai Wêrdha dan menyalahgunakan

kekuatan batu itu. Dengan memukul batu itu maka akan keluar anjing yang

mematuhi perintahnya.

Peneliti memilih Serat Panithikan sebagai objek kajian penelitian

ini berdasarkan dua alasan, yaitu :

1. Segi Filologis

Page 18: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Dalam Sêrat Panithikan ini ditemukan variant. Variant tersebut

antara lain, perubahan ejaan (hipercorect), kekurangan suku kata (lacuna),

kelebihan suku kata (adisi), kesalahan penulisan dan ketidakkonsistenan

penulis. Oleh karena itu perlu adanya kajian filologis guna mendapatkan

suntingan teks yang bersih dari kesalahan.

Di bawah ini contoh dari masing-masing wujud varian yang selanjutnya

akan dipaparkan pada Bab IV.

1. Hipercorect: Perubahan ejaan karena pergeseran lafal

Gb.7 Hal 6 Pupuh II Dhandhanggula bait 18 baris 8

Mèpèd pinggiring seharusnya mèpèt pinggiring yang artinya menempel di

tepi.

Gb.8 Hal 20 Pupuh IX Gambuh bait 8 baris 4

ping têtu seharusnya ping têlu yang artinya tiga.

2. Adisi adalah bagian yang kelebihan/penambahan baik suku kata, kata,

kelompok kata maupun kalimat.

Adisi huruf

Page 19: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Gb. 9 Hal 2 Pupuh I Asmaradana bait 4 baris 1

Tanpa sumênglang ing galih seharusnya tanpa sumêlang ing galih, ‘tidak

khawatir dalam hatinya’ dengan menyesuaikan aturan bahasa yang benar.

Gb.10 Hal 20 Pupuh IX Gambuh bait 13 baris 2

Wusnya mangkana laju/ nithik sela kaping kanglih tan dangu/ sona ingkang

ping kalih…

Kata kanglih seharusnya kalih menjadi wusnya mangkana laju/ nithik sela

kaping kalih tan dangu/…dengan menyesuaikan aturan bahasa yang benar.

Terjemahan : Sesudah demikian itu, memukul batu dua kali tidak lama,

anjing yang kedua…

3. Lacuna adalah bagian yang terlampaui / kelewatan, baik suku kata,

kata, kelompok kata ataupun kalimat.

Lacuna huruf

Gb. 11 Hal.5 tertulis salendha seharusnya salendhang (kurang tanda cecak)

yang mempunyai arti salendang dengan menyesuaikan aturan bahasa yang

benar.

Lacuna suku kata

Page 20: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Gb.12 Hal 12 Pupuh IV Sinom bait 25 baris 2

Bojo mêsthi tan ngêrti 7 suku kata seharusnya 8 suku kata menjadi bojo

mêsthi tan mangêrti yang artinya istri pasti tidak mengetahui dengan

menyesuaikan konvensi tembang

4. Ketidakkonsistenan penulis / penyalin dalam menuliskan beberapa

kata,

Ketidakkonsistenan penulisan Nyi Wêrda dengan Nyi Wêrdha

Gb. 13 Hal 2 Pupuh I Asmaradana bait 9 baris 2 tertulis Nyi wêrda

Gb.14 Hal 2 Pupuh I Asmaradana bait 10 baris 2 tertulis Nyi wêrdha

Ketidakkonsistenan penulisan Ki Jagung Garing dengan aksara ga

kecil dan ga murda

Gb.15 Hal 38 Pupuh XVI Asmaradana bait 29 baris 1 tertulis Ki Jagung

Garing dengan aksara ga kecil

Page 21: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Gb.16 Hal 38 Pupuh XVII Dhandhanggula bait 1 baris 9 tertulis ki Jagung

Garing dengan aksara ga murda

5. Pembenaran kata yang salah oleh penyalin / penulis

Pembenaran dengan cara menyisipkan suku kata yang kurang yang

diletakkan ditepi halaman sebagai pembetulan

Gb. 17 Hal 17 Pupuh XVIII Megatruh bait 2 baris 1

Datan kendhat nênuwun marang Hyang Agung/ mugi pinarêngan gampil/

dènya darbe sedya mêngku/ marang kusumaning puri/ kang dadya raosing

batos/

Terjemahan : Tidak pernah berhenti memohon kepada Tuhan, semoga diberi

kemudahan, agar dikabulkan untuk memiliki sang putri, yang menjadi

kesinginan hatinya.

Gb.18 Hal 20 Pupuh IX Gambuh bait 9 baris1

Mugi sampun kalimput / lamun karsa nimbali pukulun/ dhatêng dasih sona

ingkang kaping kalih/

Page 22: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Terjemahan : Semoga tidak lupa, apa keinginan memanggil saya, kepada

anjing yang kedua,

Pembenaran dengan dicoret pada huruf yang salah

Gb. 19 Hal 38 Pupuh XVII Dhandhanggula bait 3 baris 3 tertulis Ki Jagung

Garing

6. Catatan orang ketiga menggunakan bolpoin menggunakan aksara latin

(ne) bukan aksara Jawa di karenakan lembaran kertas terkelupas

pada bagian sisi.

Gb.20 Hal 14. Pupuh X Sinom bait 10 baris 2

Sakala asalin cipta / nêdya nyampurnaken kapti / samêngko sun kudu nekad/

Terjemahan : Seketika mendapat pikiran, untuk menyempurnakan

keinginan, kemudian saya harus nekat,

2. Segi Isi

Sêrat Panithikan ini merupakan dongeng yang bercerita tentang

seorang prajurit yang bernama Sura Tantaka yang berjalan di hutan

kemudian bertemu seorang juru tenung yang bernama Nyai Wêrdha agar

mencari sebuah batu yang berada di dalam pohon beringin yang akan

mendatangkan keberuntungan baginya, dengan dibekali sebuah selendang

Page 23: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

oleh Nyai Wêrdha. Dan prajurit itu berhasil mendapatkan batu itu, namun

setelah prajurit itu mendapatkannya kemudian membunuh juru tenung itu.

Sang prajurit pergi ke sebuah Negara Garba Sonya. Di sana ia

hanya bersenang-senang dan berfoya-foya agar memperoleh banyak

teman. Hingga hartanya habis dan ia kemudian menjadi buruh. Tidak ada

seorangpun teman yang menolongnya. Kemudian ia teringat akan batu

yang ia miliki. Dengan menggunakan batu itu ia meminta tolong agar

mengambilkan uang untuk kebutuhan hidupnya. Kemudian ia kembali

menjadi orang kaya dan menyukai anak raja hingga ia berani menculik

anak raja tersebut. Perbuatan itu terdengar oleh raja dan kemudian oleh

raja prajurit tersebut dijatuhi hukuman mati, tetapi sang prajurit meminta

bantuan pada batu itu dengan mengeluarkan ketiga anjing yang sangat

besar hingga seluruh prajurit di negara itu berhasil dikalahkan dan sang

raja meninggal dunia. Prajurit kemudian diangkat menjadi raja dan

menikah dengan putri raja. Selama menjadi raja di negara tersebut prajurit

itu berbuat angkara murka dengan kekuatan batu yang dimilikinya.

Sang prajurit ternyata meninggalkan seorang istri dan anaknya di

Desa Suralaya anaknya bernama Suraya dan istrinya bernama Sari Murni.

Beberapa tahun sang prajurit tidak pulang untuk menjenguk keluarganya

hingga Suraya berumur 15 tahun dan Suraya berniat mencari ayahnya.

Dalam perjalanan ia bertemu dengan Kyai Jagung Garing di Gunung

Serang dan memberitahukan tentang keberadaan ayahnya. Dengan

informasi tersebut Suraya dibekali ilmu untuk mengambil batu itu barulah

ia bisa mengalahkan ayahnya. Pergilah Suraya ke negeri Garba Sonya

Page 24: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

untuk mengambil batu itu. Setelah mendapatkan batu itu Suraya berperang

melawan ayahnya. Suraya perang melawan ayahnya hingga akhirnya

ayahnya tersadar bahwa Suraya adalah anaknya dan mereka bisa

berkumpul lagi dengan keluarganya.

Panithikan berasal dari kata titik kemudian menjadi nithik yang

artinya nuthuk lirih, menjadi panithikan yang berubah menjadi kata benda

(Poerwadarminta, 1939 : 608). Jadi, panithikan yang dimaksud dalam

cerita ini adalah sebuah batu yang yang menjadi tanda suatu tempat yang

mempunyai kekuatan (semacam jimat) dan akan mendatangkan

keberuntungan bagi siapa saja yang membawanya.

Pengkajian isi dari naskah SP dilakukan untuk mengungkap ajaran

moral yang terdapat di dalamnya agar dapat ditarik manfaatnya. Ajaran

moral menurut Frans Magnis Suseno (1987:14) ajaran moral adalah

ajaran-ajaran atau wejangan patokan tentang bagaimana harus hidup dan

bertindak agar menjadi manusia yang baik. Ajaran moral dijabarkan dalam

kaidah, perintah, keharusan, larangan dan ajaran.

Ajaran moral tidak hanya didapatkan dari bacaan yang bersifat

serius atau resmi tetapi juga didapatkan melalui bacaan atau cerita yang

ringan sehingga lebih mudah diterima oleh pembacanya. Ajaran moral

tidak hanya dijabarkan ajaran-ajaran agar menjadi manusia kearah yang

lebih baik tetapi didalamnya juga dijabarkan dalam larangan-larangan

yang tidak boleh dilakukan atau larangan agar manusia tidak

melakukannya.

Page 25: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Ajaran moral yang terdapat dalam naskah SP adalah :

a) Ajaran moral dalam kerumahtanggaan, seperti kewajiban suami

istri dalam sebuah keluarga. Dalam naskah SP ini tersirat ajaran

sebagai seorang istri menggantikan suaminya. Tertuang dalam

pupuh XV Kinanthi bait 9-10, sebagai berikut :

9. Suta ginawa bêburuh/ tanggêntang anggendhong sênik/ mring

mancapat manca lima/ mangkana kongsi sawarsi/ dènya nyaranti

ing priya/ tita têtela tan mulih//

10. Dangu-dangu dènya buruh/ mênthêl bisa simpên picis/ saking

wêkêle mring karya/ samubarang dènlakoni/ talaten kanthi narima/

winantu pangati-ati//

Terjemahan :

9. Anak dibawa buruh, panas-panas menggendong bakul mengelilingi

desa, demikian sampai setahun. Dilakukannya menggantikan

lelakinya sudah lama tidak pulang.

10. Lama-lama bekerja buruh bisa menyimpan uang dari giatnya

bekerja. Apa saja dilakukannya dengan sabar dan menerima

disertai dengan berhati-hati.

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa istri sang prajurit bekerja

keras untuk menghidupi anaknya karena suaminya yang lama tidak

pulang. Menjadi seorang istri harus sabar, giat bekerja dan berhati-

hati karena suatu saat akan memetik hasil jerih payahnya.

b) Kewajiban anak berbakti kepada kedua orangtua.

Dalam naskah SP ini tersirat ajaran untuk seorang anak berbakti kepada

orangtuanya walaupun perbuatan orang tuanya tidak baik, tetapi kewajiban

seorang anak harus berbakti kepada orang tua. Hal tersebut tersirat dalam SP

pada pupuh XVI Asmaradana bait 9, sebagai berikut :

Page 26: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

9. Suraya matur wotsari/ lah inggih dhatêng sandika/ sagêda

nglampahi pangrèh/ punapa dhawuh paduka/ sayêkti linampahan/

nadyan sakit praptèng lampus/ kawula botên suminggah//

Terjemahan :

9. Suraya berkata dengan menyembah. Patuh terhadap perintah semoga

bisa menjalani apa yang menjadi perintah beliau, dijalani meskipun

sakit sampai meninggal saya tidak akan pergi.

Dari bait di atas dapat diambil suatu ajaran bahwa begitu kuatnya

keinginan Suraya umtuk mencari ayahnya walaupun telah menelantarkannya

selama bertahun-tahun tidak membuat Suraya membenci ayahnya. Semakin

besar keinginan untuk mencari ayahnya karena ia ingin menyadarkan ayahnya

yang telah melupakan keluarganya.

c) Ajaran dalam keagamaan, yaitu manusia menyakini takdir Allah

SWT sebelum manusia dilahirkan. Pupuh VIII Dhandhanggula

bait 6

6. Dènya nandhang prihatin ing batin/ sru nalangsa munggèng jro

kunjara/ èngêting guru wulange/ bêgja cilaka iku/ wus pinasthi

dening Hyang Widi/ sakèhing makluking Hyang/ kang urip

sadarum/ wus pinanci pancènira/ sadurunge manusa lair nèng

bumi/ pêpêsthèn wus tumiba//

Terjemahan:

6. Merasa sengsara dihatinya, semakin sengsara ada di dalam penjara.

Teringat ajaran gurunya, beruntung celaka itu sudah pasti atas kuasa

Allah SWT atas semua makhluk-Nya. Semua makhlukNya yang hidup,

sudah dipastikan takdirnya sebelum manusia lahir di dunia ini.

Page 27: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Dari kutipan bait di atas dapat di ambil suatu ajaran bahwa sebagai

manusia di dunia ini apapun yang terjadi semua atas kekuasaan Allah SWT. Nasib

manusia sudah dituliskan dalam takdir sebelum manusia lahir di dunia. Manusia

hidup di dunia ini hanya menjalani takdir yang sudah ditetapkan Allah SWT.

Sebagai makhluk ciptaanNya manusia wajib menyakini takdir Allah SWT.

Berdasar uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada

naskah SP baik secara filologis maupun isi. Kajian filologis digunakan untuk

mendapatkan naskah yang mendekati aslinya sesuai dengan cara kerja filologi dan

kajian isi digunakan untuk mengetahui ajaran moral pada teks SP.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam naskah SP ini lebih ditekankan pada dua kajian

utama, yakni kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis digunakan untuk

mengupas permasalahan filologis berdasarkan cara kerja filologis sehingga

diperoleh suntingan teks yang bersih dari kesalahan. Kajian isi berfungsi

untuk mengungkap ajaran moral yang terkandung dalam SP.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian teks SP adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana suntingan teks dari SP yang bersih dari kesalahan atau yang

mendekati asli sesuai dengan cara kerja filologi?

2. Bagaimana ajaran moral yang terkandung di dalam SP?

Page 28: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menyajikan suntingan teks SP yang bersih dari kesalahan atau mendekati

asli sesuai dengan cara kerja filologi.

2. Mengungkapkan ajaran moral yang terkandung di dalam SP.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua,

yakni manfaat teoretis dan praktis, sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

b. Memperkaya teori filologi.

c. Memberikan kontribusi dan membantu peneliti lain dalam penelitian

naskah Jawa.

2 Manfaat Praktis

a. Menyelamatkan data naskah SP dari kerusakan dan hilangnya data

dalam naskah tersebut.

b. Mempermudah pemahaman isi teks SP sekaligus memberikan informasi

kepada masyarakat tentang ajaran moral yang terkandung didalamnya.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan.

Page 29: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Teoretis.

Bab ini menguraikan pengertian filologis, objek penelitian

filologis, cara kerja filologis, dan teori-teori yang

berhubungan dengan isi teks,yaitu teori tentang dongeng

dan ajaran moral.

BAB III Metodologi Penelitian.

Bab ini menguraikan bentuk dan jenis penelitian, sumber

data dan data, teknik pengumpulan data serta teknik analisis

data.

BAB IV Pembahasan.

Pembahasan diawali dengan pembahasan kajian filologi

yang meliputi deskripsi naskah, transliterasi naskah, kritik

teks, suntingan teks, aparat kritik dan sinopsis. Kemudian

dilanjutkan kajian isi untuk mengungkapkan isi yang

terkandung dalam naskah.

BAB V Penutup.

Berisi simpulan dan saran.

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 30: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Pengertian Filologi

Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia

yang berasal dari dua kata yaitu philos yang berarti cinta dan logos yang

berarti kata. Sehingga filologi dapat diartikan sebagai cinta kata atau

senang bertutur. yang kemudian berkembang menjadi senang belajar,

senang ilmu, dan senang kesastraan atau senang kebudayaan (Siti Baroroh

Baried, 1983 :1).

Dalam sejarah perkembangannya, istilah filologi mengalami

perubahan dan perkembangan. Menurut Edwar Djamaris filologi adalah

suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama (2002:3).

Sedangkan menurut Achadiati Ikram, filologi dalam arti luas adalah ilmu

yang mempelajari segala segi kehidupan di masa lalu seperti yang

ditemukan dalam tulisan. Di dalamnya tercakup bahasa, sastra, adat

istiadat, hukum, dan lain sebagainya (1980:1).

Filologi adalah ilmu yang mempelajari dan mengungkap

peninggalan kebudayaan masa lampau khususnya naskah-naskah lama

yang didalamnya mengandung berbagai aspek kehidupan seperti sosial,

ekonomi, hukum, agama dan kemasyarakatan. Untuk mengungkap isi atau

kandungan dari naskah-naskah masa lampau seorang peneliti harus

menguasai ilmu lain yang berkaitan, seperti ilmu sastra, linguistik,

tekstologi dan interteks agar dalam mengungkap isi atau kandungan

naskah lebih mendalam.

Page 31: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

B. Objek Kajian Filologi

Siti Baroroh Baried, dkk (1983) mengemukakan bahwa filologi

mempunyai objek penelitian yaitu naskah dan teks. Naskah merupakan

teks tulisan yang berupa tulisan tangan (handschrift atau manuschrift),

sedangkan teks adalah kandungan atau muatan naskah berupa abstrak yang

hanya dapat dibayangkan saja dan memuat berbagai ungkapan pikiran

serta perasaan penulis yang disampaikan kepada pembacanya. Dalam

filologi istilah teks menunjukkan sesuatu yang abstrak, sedangkan naskah

merupakan sesuatu yang konkret.

C. Langkah Kerja Penelitian Filologi

Langkah kerja penelitian filologi menurut Edwar Djamaris,

meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, pertimbangan dan

pengguguran naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang asli atau naskah

yang berwibawa, transliterasi naskah, dan suntingan teks (2002:10).

Adapun menurut Edi S Ekadjati dalam kumpulan makalah filologi,

langkah kerja dalam penelitian filologi terdiri dari inventarisasi naskah,

deskripsi naskah, perbandingan naskah, pemilihan teks yang akan

diterbitkan, ringkasan isi naskah, alih aksara dan penyajian teks (1992:1-

8). Sedangkan langkah kerja menurut Masyarakat Pernaskahan Nusantara

(Manassa), terdiri atas penentuan sasaran penelitian, inventarisasi naskah

dan observasi pendahuluan, penentuan naskah dasar, transliterasi naskah,

Page 32: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dan penerjemahan teks. Teori tersebut tidak wajib diterapkan pada semua

naskah yang akan diteliti, karena tiap-tiap naskah memiliki kondisi yang

berbeda-beda

Penanganan Sêrat Panithikan ini menggunakan tahapan atau

langkah kerja penelitian filologi menurut Edwar Djamaris yang

dimodifikasi dengan langkah kerja Manassa. Mengingat bahwa naskah ini

merupakan naskah tunggal, sehingga tidak menggunakan perbandingan

naskah di dalam penggarapannya.

Secara terperinci, langkah kerja penelitian filologi Sêrat Panithikan

adalah sebagai berikut :

a. Penentuan Sasaran Penelitian

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan

sasaran penelitian, mengingat banyaknyaak ragam yang perlu dipilih,

baik dari segi tulisan, bahan, bentuk, maupun isinya. Ada naskah yang

bertuliskan huruf Arab, Jawa, Bali, Sasak dan Batak. Adapula naskah

yang ditulis pada kertas, daun lontar, kulit kayu, atau rotan. Dari segi

bentuk terdapat naskah yang berbentuk puisi dan ada pula yang

berbentuk prosa. Naskah juga memiliki isi yang beragam, diantaranya

sejarah atau babad, kesusastraan, cerita wayang, cerita dongeng,

primbon, adat istiadat, ajaran atau piwulang, agama, dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut, sasaran yang ingin diteliti telah

ditentukan yaitu naskah bertuliskan Jawa carik yang ditulis pada

Page 33: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kertas, berbentuk puisi atau tembang dan jenis sastra. Keseluruhan

bentuk tersebut telah terangkum di dalam SP.

b. Inventarisasi Naskah

Inventarisasi naskah dilakukan dengan cara mendata dan

mengumpulkan naskah yang berjudul sama dan sejenis untuk

kemudian dijadikan sebagai objek penelitan. Menurut Edwar Djamaris

(2002:10), apabila kita ingin meneliti suatu cerita berdasarkan nasakah

menurut cara kerja filologi, pertama-tama hendaklah didaftarkan

semua naskah yang terdapat di berbagai perpustakaan universitas atau

museum yang biasa menyimpan naskah melalui katalogus naskah yang

tersedia. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui jumlah naskah,

tempat penyimpanan, maupun penjelasan lain mengenai keadaan

naskah yang akan dijadikan objek penelitian.

c. Observasi Pendahuluan dan Deskripsi Naskah

Observasi pendahuluan dilakukan dengan cara mengecek data

secara langsung ke tempat koleksi naskah sesuai dengan informasi

yang diungkapkan oleh katalog. Setelah mendapatkan data yang

dimaksud yakni SP maka kemudian dilanjutkan dengan deskripsi atau

identifikasi naskah.

Deskripsi naskah ialah uraian ringkasan naskah secara

terperinci. Deskripsi naskah penting untuk mengetahui kondisi naskah

dan sejauh mana isi mengenai naskah yang diteliti. Emuch Herman

Sumantri menguraikan bahwa deskripsi naskah merupakan sarana

untuk memberikan informasi atau data mengenai: judul naskah, nomor

Page 34: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, keadaan naskah,

ukuran naskah, tebal naskah, jumlah baris setiap halaman, huruf,

aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk

teks, umur naskah, pengarang atau penyalin, asal-usul naskah, fungsi

sosial naskah, serta ikhtisar teks atau cerita (1986: 2).

d. Transliterasi

Translitersi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi

huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam proses

transliterasi ini sebaiknya peneliti tetap menjaga kemurnian bahasa

dalam naskah, khususnya penulisan kata (Edwar Djamaris, 2002:19).

Penyajian bahan transliterasi harus selengkap-lengkapnya dan

sebaik-baiknya, agar mudah dibaca dan dipahami. Transliterasi

dilakukan dengan menyusun kalimat yang jelas disertai tanda-tanda

baca yang teliti, pembagian alinea dan bab untuk memudahkan

konsentrasi pikiran, serta disesuaikan dengan ejaan bahasa yang

bersangkutan.

e. Kritik Teks

Kritik teks menurut Siti Baroroh Baried adalah memberikan

evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada

tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk

mengembalikan teks ke bentuk aslinya sebagaimana diciptakan oleh

penciptanya (1983:97).

Menurut Sutrisno tujuan kritik teks adalah membersihkan teks

dari kesalahan yang terjadi selama penyalinan berulang kali,

Page 35: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

merekonstruksi isi naskah, sehingga isi naskah telah tersusun kembali

seperti semula, dan menjelaskan bagian-bagian cerita yang kurang

jelas sehingga seluruh teks dapat dipahami sebaik-baiknya (dalam

Edwar Djamaris, 2002:9).

f. Suntingan Teks dan Aparat Kritik

Suntingan teks adalah menyajikan teks dalam bentuk aslinya,

yang bersih dari kesalahan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat

dalam naskah yang dikritisi.

Aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban dalam

penelitian naskah yang menyertai suntingan teks dan merupakan

kelengkapan kritik teks. Dalam aparat kritik juga ditampilkan kelainan

bacaan yang merupakan kata-kata atau bacaan salah di dalam naskah.

g. Sinopsis

Dalam penelitian filologi jika tanpa menyajikan terjemahan

setidak-tidaknya ada sinopsis atau ikhtisar yaitu penuturan yang

ringkas tapi merangkum keseluruhan isi (Darusuprapta, 1984: 91)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa sinopsis

adalah karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama-sama

dengan karangan asli yang menjadi dasar, sinopsis itu ringkasan

abstraksi (1994: 946). Sinopsis berguna untuk mengetahui isi naskah

tanpa harus membaca semua isi naskah. Sinopsis disertakan juga

dengan keterangan pupuh dan baitnya untuk memudahkan pembaca

maupun penelaah selanjutnya.

Page 36: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

D. Pengertian Dongeng

Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-

benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun

banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral)

atau bahkan sindiran ( James Danandjaya, 1997: 83).

Di dalam buku The Types of the Folktale, Anti Aarne

dan Stith Thompson (1964 : 19-20) telah membagi jenis-jenis

dongeng ke dalam empat golongan besar, yaitu :

1) Dongeng binatang (animal tales) adalah dongeng yang ditokohi

binatang peliharaan dan binatang liar. Binatang-binatang dalam

dongeng ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia.

2) Dongeng biasa (ordinary folktales) adalah jenis dongeng yang

ditokohi manusia biasa dan biasanya adalah kisah suka duka

seseorang.

3) Lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes) adalah dongeng-

dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati,

sehingga menimbulkan ketawa bagi yang mendengarnya

maupun yang menceritakannya.

4) Dongeng berumus (formula tales) yaitu dongeng berumus.

(dalam Danandjaya, 1986: 86)

Dalam SP ini termasuk dalam jenis dongeng nomor 2 yaitu

dongeng biasa yang ditokohi manusia biasa yang menceritakan suka duka

Page 37: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

perjalanan hidup sang prajurit dari yang awalnya miskin kemudian

menemukan sebuah batu menjadi kaya raya hingga lupa dengan

keluarganya.Pergi ke negeri Garba Sonya dan memperistri anak raja

kemudian menjadi raja angkara murka namun, dengan usaha anaknya yang

bernama Suraya sang prajurit dapat dikalahkan dan kembali hidup di desa

Suralaya.

E. Pengertian Etika, Moral dan Moralitas

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam

bentuk tunggal mempunyai banyak arti : tempat tinggal yang biasa;

padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasan, sikap,

cara berfikir. Dalam bentuk jamak ta etha yang artinya adat kebiasaan.

Arti terakhir inilah yang kemudian menjadi latar belakang terbentuknya

istilah etika oleh filsuf Yunani Aristoletes (384-322 s.M) yang sudah

dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Etika berarti ilmu tentang apa

yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (dalam Bertends

2007 : 4).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan

Kebudayaan, 1988 : 68 ), etika dibedakan menjadi 3 arti, yaitu: 1) ilmu

tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban

moral (akhlak); 2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan

akhlak; 3) nilai mngenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat. Secara etimologi etika mempelajari kebiasaan manusia yang

terdiri dari konvensi – konvensi seperti cara berpakaian, tata cara, tata

Page 38: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

krama dan semacamnya (Poespaprojo, 1986 : 2). Sedangkan Franz Magnis

Suseno (1984: 6) memaparkan bahwa kata etika dalam arti yang

sebenarnya berarti filsafat mengenai bidang moral. Etika mempunyai arti

nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjdai pegangan bagi seseorang

atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (dalam Bertends

2007: 6)

Kata yang cukup dekat dengan etika adalah moral. Moral berasal

dari bahasa Latin mos (jamak: mores), yang juga berarti kebiasaan, adat.

Secara etimologi etika dan moral berasal dari kata yang berarti kebiasaan,

adat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi lama (Poerwadarminta,

1953 : 47) etika dijelaskan sebagai: ilmu pengetahuan tentang asas-asas

akhlak (moral).

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang

berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2007: 7). Kata moralitas

sendiri berasal dari kata sifat latin yaitu moralis yang pada dasarnya

memiliki arti yang sama dengan moral. Moralitas adalah perbuatan

manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau

salah, baik atau buruk (Poespoprodjo, 1988: 102).

Ajaran moral menurut Frans Magnis (1993:15) adalah ajaran-

ajaran, wejangan / khotbah sebagai kumpulan ketetapan baik secara lisan

maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak

agar menjadi manusia yang lebih baik. Dalam pelaksanaan moral

dijabarkan dalam kaidah, perintah, keharusan, larangan dan anjuran.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 541) didefinisikan bahwa

Page 39: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

ajaran moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila.

Moral mempunyai keterkaitan dengan agama dan hukum. Dalam

perilaku moral motivasi terbesar berasal dari agama. Hal yang tidak boleh

dilakukan dikarenakan agama melarang. Setiap agama mengandung suatu

unsur ajaran moral yang menjadi pegangan bagi pemeluknya untuk hal

yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ajaran moral dalam suatu agama

dianggap penting karena ajaran itu berasal dari Tuhan dan

mengungkapkan kehendak Tuhan. Dalam agama kesalahan moral

dianggap dosa karena merasa melanggar perintahNya.

Sebagaimana terdapat hubungan moral dengan agama, dari segi

hukum memandang, hukum membutuhkan moral. Dalam kekaisaran

Roma terdapat pepatah Quid leges sine moribus?. Yang artinya, apa

artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas?. Hukum tidak

berarti banyak kalau tidak dijiwai oleh moralitas (dalam Bertends 2007 :

41). Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya. Di

sisi lain moral juga membutuhkan hukum. Moral akan mengambang kalau

tidak dilembagakan dalam masyarakat atau tidak dibuat peraturan

perundang-undangan. Hukum membatasi tingkah laku manusia lahiriah

dan sanksinya berupa hukuman sedangkan moral menyangkut sikap batin

seseorang yang sanksinya perasaan tidak tenang dalam diri pelakunya,

celaan dan hinaan dari masyarakat.

Moral juga berarti kondisi mental yang membuat orang tetap

berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin; isi hati atau keadaan perasaan

Page 40: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sebagaimana terungkap dalam perbuatan atau ajaran kesusilaan yang dapat

ditarik dari suatu cerita. Ajaran moral tidak hanya di dapatkan dari buku-

buku, kitab-kitab atau ketetapan-ketetapan lain yang bersifat serius atau

resmi. Ajaran moral juga dapat diperoleh dari sesuatu yang

penyampaiannya lebih bersifat santai dan ringan seperti dalam bentuk

cerita dongeng yang lebih mudah diterima.

Page 41: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk dan Jenis Penelitian

Bentuk penelitian SP adalah penelitian filologi. Penelitian ini

bersifat deskriptif kualitatif, artinya data yang ditemukan, dikumpulkan,

diteliti, digambarkan, ditulis, dilaporkan, dianalisis, ditelaah sesuai dengan

apa yang telah diperoleh / sesuai dengan bentuk data asli ( Lexy J.

Moleong, 2010:11 ). Penelitian kualitatif mempunyai karakter yaitu secara

menyeluruh merupakan kesatuan yang utuh sehingga penelitian tidak

dibenarkan untuk memisah-misahkan, misalnya hanya mengikuti sebagian

dengan meninggalkan lainnya (Ulcoln & Guba dalam Heribertus Sutopo,

1998:12).

Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan

bahwa semua hal yang berupa sistem tanda tidak ada yang patut

diremehkan, semuanya penting dan semuanya mempunyai pengaruh dan

berkaitan dengan yang lain. Dengan mendeskripsikan segala sistem tanda

(semiotic) mungkin akan membentuk dan memberikan suatu pemahaman

yang lebih komprehensif mengenai apa yang dikaji (Atar Semi, 1990: 25).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian perpustakaan

atau library research yaitu penelitian yang dilakukan di kamar kerja

peneliti atau di ruang perpustakaan. Dimana peneliti memperoleh data dan

informasi tentang objek telitiannya lewat buku-buku atau alat-alat

audiovisual lainnya (Atar Semi, 1990:8)

Page 42: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

B. Sumber Data dan Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang secara langsung mampu

menghasilkan atau memberikan data. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah naskah berjudul Sêrat Panithikan yang tercantum

dalam Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum Sana

Budaya Yogyakarta (Behrend,1990) dengan nomor katalog MSB/L236

dengan kode koleksi PBA.123 dan kode microfilm Rol.91 no.3

Data adalah sesuatu yang dihasilkan dari sumber data. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah naskah dan teks Sêrat Panithikan

pupuh I -XXI.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam delapan

tahap, yaitu :

a. Studi pustaka (library research) yaitu dengan membaca katalog naskah

yang tersimpan diberbagai perpustakaan, museum atau instansi lain

yang menaruh perhatian terhadap naskah dan buku-buku yang

mendukung data penelitian,

b. Mendata judul naskah yang akan dijadikan sebagai objek penelitian,

c. Mengecek dan memastikan kebenaran naskah ketempat penyimpanan

naskah yaitu Perpustakaan Museum Negeri Sanabudaya Yogyakarta,

d. Mengecek dan memastikan kebenaran microfilm naskah yang tersimpan

di Perpustakaan Negeri Republik Indonesia,

Page 43: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

e. Membaca microfilm dengan menggunakan mesin microreader dengan

teknik scan kemudian ditransfer ke computer program Adobe Photoshop,

f. Mengubah program Adobe Photoshop ke format TIF,

g. Dari format TIF dilakukan program pengeditan dengan program

Microsoft Office Picture Manager. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

grafikan wujud asli naskah dan untuk memudahkan proses analisis data,

h. Naskah dan teks SP sebagai data utama kemudian ditransliterasi dan

dideskripsikan.

D. Teknik Analisis Data

Penelitian terhadap naskah SP ini merupakan penelitian naskah

tunggal, maka metode yang digunakan adalah metode edisi naskah

tunggal. Robson (1994 : 25) mengungkapkan bahwa yang dimaksud

dengan metode edisi kritik atau metode standar adalah bahwa penyunting

mengidentifikasikan sendiri bagian dalam teks yang mungkin terdapat

masalah dan menawarkan jalan keluar. Jalan keluar tersebut adalah (1)

apabila penyunting merasa bahwa ada kesalahan dalam teks, peneliti dapat

memberikan tanda yang mengacu pada aparatus kritik dan menyarankan

bacaan yang lebih baik, (2) jika terdapat teks yang salah, penyunting dapat

memasukkan koreksi ke dalam teks tersebut dengan tanda yang jelas yang

mengacu pada apparatus kritik dan bacaan asli akan didaftar dan ditandai

sebagai naskah.

Page 44: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Bani Sudardi (2003 : 60) mengungkapkan metode edisi naskah

tunggal dengan menggunakan edisi standar ialah penyuntingan dengan

disertai dengan pembetulan kesalahan-kesalahan kecil dan

ketidakkonsistenan serta ejaan yang digunakan ialah ejaan yang baku

(standar). Kesalahan-kesalahan diberi komentar yang dicatat dalam aparat

kritik. Aparat kritik langsung ditulis dibagian bawah halaman.

Metode standar digunakan apabila isi naskah dianggap cerita biasa,

bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama atau

bahasa, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa

(Edwar Djamaris,1991:15). Sajian data (suntingan teks) juga didasarkan

pada metode edisi standar antara lain mentransliterasikan teks,

membetulkan kesalahan teks, membuat catatan perbaikan / perubahan,

memberi komentar, tafsiran, menyusun daftar kata sukar / glosari. Daftar

kata sukar / glosari tidak disertai dalam penelitian ini karena bahasa dalam

naskah ini termasuk dalam bahasa Jawa baru yang mudah dimengerti.

Suntingan naskah tersebut dijadikan dasar untuk mengungkap

kandungan isi. Untuk mengungkap kandungan isi SP menggunakan

metode deskriptif. Winarno Surachmad (1975 : 113) mengungkapkan

bahwa penelitian deskriptif adalah menjabarkan apa yang menjadi

masalah, menganalisis dan menafsirkan data yang ada dengan tidak

mengabaikan data-data pembantu. Metode deskriptif diterapkan dalam

data ini karena data berbentuk puisi atau tembang macapat, sehingga perlu

ditafsirkan dan dijabarkan dalam bentuk prosa agar lebih mudah dipahami.

Page 45: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dalam metode deskriptif ini dikembangkan dengan memberikan

interpretasi dengan fakta-fakta yang dikemukakan tersebut. Dengan kata

lain, tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga menganalisis

dan memberikan interpretasi terhadap data yang ada, terutama yang

berkaitan dengan ajaran moral.

Penarikan simpulan dalam penelitian ini didasarkan pada analisis

data dengan menyajikan hasil suntingan teks yang bersih dari kesalahan

dan kekeliruan yang ada pembetulan dan perubahan-perubahan dilakukan

ditempatkan pada tempat khusus (catatan kaki) atau dicatat dalam aparat

kritik.

Page 46: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai kajian filologi dan kajian isi

terhadap SP. Kajian filologi digunakan untuk membahas permasalahan yang

ada di dalam naskah, yaitu varian-varian yang ditemukan dalam SP sehingga

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kajian ini berdasarkan cara kerja

filologi sehingga diperoleh suntingan teks yang bersih dari kesalahan. Kajian

isi digunakan untuk mengungkapkan ajaran moral yang terkandung dalam SP.

A. Kajian Filologis

1. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah ialah pendahuluan tentang naskah atau uraian ringkas

tentang naskah. Deskripsi naskah merupakan cara untuk menggambarkan

secara ringkas informasi mengenai naskah melalui uraian-uraian ringkas

dengan apa adanya. Emuch Herman Soemantri (1986 : 2) mengungkapkan

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan atau

mengidentifikasi naskah antara lain menyangkut informasi atau data

mengenai : judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, asal

naskah, keadaan naskah, ukuran naskah, tebal naskah, jumlah baris per

halaman, huruf, aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa

naskah, bentuk teks, umur naskah, pengarang atau penyalin, asal usul

naskah, fungsi sosial naskah, ikhtisar teks atau cerita.

Page 47: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Berikut ini adalah deskripsi naskah SP yang dijadikan objek dalam

penelitian :

a) Judul Naskah

Judul naskah Sêrat Panithikan, tertulis pada halaman 1 sebagai cover

dalam naskah

Gb.1 Serat Panithikan iketanipun Raden Pujaharja

Ing Surakarta

Kala ing taun Walandi

1911

Kawedalaken dening......

b) Nomor Naskah

Naskah tersebut hanya tercantum dalam katalog lokal Museum

Sanabudaya Yogyakarta dengan nomor katalog MSB/ L236 dan kode

koleksi PB.A123 dan kode microfilm Rol.91 No.3.

Page 48: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

c) Tempat Penyimpanan Naskah

Naskah SP tersimpan di Perpustakaan Museum Sanabudaya Yogyakarta.

d) Asal naskah

Yogyakarta

e) Pengarang / penyalin

Radèn Pujaharja

f) Keadaan Naskah

Naskah masih cukup bagus, ada penambahan sampul naskah dengan

karton hitam tebal untuk menjaga keutuhan naskah, jilidan masih baik dan

tidak ada halaman yang terlepas, pada halaman 23 bagian tepi bawah

halaman terkelupas.

g) Ukuran naskah : 21,5 cm x 35 cm

ukuran teks : 15,9 cm x 31,9 cm

margin kanan : 3 cm

margin kiri : 2,6 cm

margin atas : 2,2 cm

margin bawah : 0,9 cm

Page 49: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

h) Jumlah Halaman

Jumlah halaman naskah 51 dengan kosong bagian depan 1 halaman dan 1

halaman di belakang halaman, 49 halaman teks naskah ditulis pada

halaman recto (muka).

i) Jumlah baris per halaman

41 baris per halaman kecuali halaman 1 terdapat 10 baris dan halaman 49

terdapat 5 baris.

j) Huruf, aksara, tulisan

Huruf : Jawa

Aksara : Jawa Carik

Tulisan : Jarak baris dan jarak huruf rapat, ukuran huruf kecil,

bentuk huruf ngetumbar. Jarak antarhuruf rapat tetapi dapat dibaca dengan

mudah, jarak antarbaris relatif rapat , tulisan bagus dan rapi.

k) Cara penulisan

Naskah ditulis pada bagian recto, yaitu lembaran naskah ditulisi pada

bagian muka saja. Penulisan dari kiri kekanan dengan menggunakan garis

bantu tepi halaman menggunakan pensil ditulis menggunakan tinta hitam

tipis, jarak antarhuruf dan antarbaris rapat, tetapi masih dapat terbaca

dengan jelas. Penomoran halaman menggunakan Angka Jawa di tengah

atas halaman naskah.

l) Bahan Naskah

Page 50: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Naskah ditulis pada kertas folio bergaris, berwarna kekuningan dengan

tambahan garis tepi kanan dan kiri menggunakan pensil.

m) Bahasa Naskah

Menggunakan bahasa Jawa Baru dengan menggunakan ragam krama dan

ngoko. Bahasa dalam Sêrat Panithikan ini juga disisipi serapan bahasa

Indonesia.

n) Bentuk Teks

Naskah ini berbentuk puisi atau tembang macapat sebanyak 21 pupuh

yang terdiri dari :

Di bawah ini tabel urutan pupuh dan jumlah baitnya.

No Pupuh bait

1. Asmaradana 25 bait

2. Dhandhanggula 21 bait

3. Pangkur 20 bait

4. Sinom 25 bait

5. Kinanthi 28 bait

6. Pocung 22 bait

7. Mijil 12 bait

8. Megatruh 29 bait

9. Gambuh 27 bait

10. Sinom 23 bait

Page 51: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

11. Asmaradana 26 bait

12. Mijil 26 bait

13. Dhandhanggula 25 bait

14. Pangkur 15 bait

15. Kinanthi 27 bait

16. Asmaradana 29 bait

17. Dhandhanggula 20 bait

18. Durma 26 bait

19. Megatruh 21 bait

20. Pocung 35 bait

21. Sinom 23 bait

Jumlah bait 505 bait

Dalam naskah SP terdapat sasmita tembang ‘isyarat nama tembang’ pada

tiap pupuh yang biasanya terdapat pada setiap akhir pupuh, kecuali pupuh

pertama sasmita tembang terletak pada awal pupuh, yaitu:

1. Pupuh I Asmaradana

Sasmita tembang Asmaradana terdapat pada awal Pupuh I Asmaradana

bait 1 baris 1 yang berbunyi kasmaran marsudi budi/…

2. Pupuh II Dhandhanggula

Page 52: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Sasmita tembang Dhandhanggula terdapat pada akhir Pupuh I

Asmaradana bait 25 baris 7 yang berbunyi … andhadhang nêdya met

brana//

3. Pupuh III Pangkur

Sasmita tembang Pangkur terdapat pada Pupuh II Dhandhanggula bait

21 baris 10yang berbunyi … tan pisan angungkurna//

4. Pupuh IV Sinom

Sasmita tembang Sinom terdapat pada Pupuh III Pangkur bait 20 baris

10 yang berbunyi … prajurit anoma prihatin//

5. Pupuh V Kinanthi

Sasmita tembang Kinanthi terdapat pada Pupuh IV Sinom bait 25 baris

9 yang berbunyi … kang rinasa kanthi sumêlanging driya//

6. Pupuh VI Pocung

Sasmita tembang Pocung terdapat pada Pupuh V Kinanthi bait 28 baris

6 yang berbunyi …pinucung rinêksèng puri//

7. Pupuh VII Mijil

Sasmita tembang Mijil terdapat pada Pupuh VI Pocung bait 22 baris 4

yang berbunyi … sêkar mijil kawahya ngandhap punika//

8. Pupuh VIII Megatruh

Sasmita tembang Megatruh terdapat pada Pupuh VII Mijil bait 12 baris

6 yang berbunyi … lir pêgat rohipun//

Page 53: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

9. Pupuh IX Gambuh

Sasmita tembang Gambuh terdapat pada Pupuh VIII Megatruh bait 29

baris 5 yang berbunyi … mring sona ingkang ginamboh//

10. Pupuh X Sinom

Sasmita tembang Sinom terdapat pada Pupuh IX Gambuh bait 27 baris

5 yang berbunyi …mêmitran lawan wong anom//

11. Pupuh XI Asmaradana

Sasmita tembang Asmaradana terdapat pada Pupuh X Sinom bait 23

baris 7 yang berbunyi … sabdanira karya kingkining wardaya//

12. Pupuh XII Mijil

Sasmita tembang Mijil terdapat pada Pupuh XI Asmaradana bait 26

baris 7 yang berbunyi …Sang Nata angraras driya//

13. Pupuh XIII Dhandhanggula

Sasmita tembang Dhandhanggula terdapat pada Pupuh XII Mijil bait

26 baris 6 yang berbunyi …andhandhang kumlungkung//

14. Pupuh XIV Pangkur

Sasmita tembang Pangkur terdapat pada Pupuh XIII Dhandhanggula

bait 25 baris10 yang berbunyi … mungkur nrajang barisan//

15. Pupuh XV Kinanthi

Sasmita tembang Kinanthi terdapat pada Pupuh XIV Pangkur bait 15

baris 7 yang berbunyi ... kanthi linabuhan pati//

Page 54: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

16. Pupuh XVI Asmaradana

Sasmita tembang Asmaradana terdapat pada Pupuh XV Kinanthi bait

27 baris 6 yang berbunyi …wus lamis mring karya kingkin//

17. Pupuh XVII Dhandhanggula

Sasmita tembang Dhandhanggula terdapat pada Pupuh XVI

Asmaradana bait 29 baris 7 yang berbunyi … sarwi manis sabdanira//

18. Pupuh XVIII Durma

Sasmita tembang Durma terdapat pada Pupuh XVII Dhandhanggula

bait 20 baris 10 yang berbunyi : …tan nêdya mundur ing prang//

19. Pupuh XIX Megatruh

Sasmita tembang Megatruh terdapat pada Pupuh XVIII Durma bait 26

baris 7 yang berbunyi … kalilan mangkat/ datan pêgat mangèsthi//

20. Pupuh XX Pocung

Sasmita tembang Pocung terdapat pada Pupuh XIX Megatruh bait 21

baris 5 yang berbunyi …sandika pocung ginantos//

21. Pupuh XXI Sinom

Sasmita tembang Sinom terdapat pada Pupuh XX Pocung bait 35 baris

4 yang berbunyi : … datan nêdya mangkrak pindha wong taruna//

o) Fungsi Naskah

Fungi naskah SP sebagai hiburan berupa cerita dongeng (sastra lisan)

yang ditulis oleh Raden Pujaharja, di dalamnya mengajarkan berbagai

Page 55: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

ajaran moral bagi pembacanya melalui cerita dongeng agar lebih mudah

diterima oleh pembacanya.

p) Ikhtisar Naskah

Menceritakan tentang seorang prajurit yang diberitahu oleh seorang

juru tenung bernama Nyai Wêrdha bahwa dalam pohon terdapat hartanya.

Nyai Wêrdha meminta tolong pada Sang prajurit untuk mengambilkan

miliknya batu panithikan. Sang prajurit membunuh Nyai Wêrdha karena

ingin memiliki batu itu. Dengan kekuatan batu itu Sang prajurit menjadi

raja di negeri Garba Sonya dan menikahi anak raja. Sang prajurit berbuat

angkara murka hingga akhirnya disadarkan oleh anaknya, Suraya.

2. Kritik teks

Kritik teks menurut Siti Baroroh Barried adalah memberikan evaluasi

terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat.

Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-

dekatnya dengan teks aslinya. (1994 : 61). Menurut Darusurapta dan

Hartini (1989 : 20) tujuan utama kritik teks adalah untuk mendapatkan

bentuk teks yang asli (otentik) untuk mendapatkan otografi, karena hampir

semua naskah mengalami penyalinan turun-temurun.

Page 56: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Dalam kritik teks peneliti menemukan varian yang meliputi :

a. Lacuna : bagian yang terlewati/ kekurangan suku kata, kata atau

kalimat dalam sebuah baris tembang.

b. Adisi : bagian yang kelebihan/ penambahan suku kata, kata atau

kalimat dalam sebuah baris tembang.

c. Hiperkorek : kesalahan ejaan karena pergeseran lafal.

Dalam kritik teks ini peneliti memiliki alasan ilmiah, sehingga

hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil dari kritik ini disebut

suntingan teks yang semua kelainan bacaan yang terdapat dalam

naskah, diteliti dan diadakan pembetulan. Kritik teks dalam penelitian

ini akan dibuat dalam bentuk tabel. Untuk mempermudah memahami

maka dibuat singkatan :

No : Nomor urut

P : Pupuh

B/b : Bait/ baris

Hlm : Halaman pada naskah

@ : edisi teks berdasarkan konvensi tembang

# : edisi teks berdasarkan pertimbangan linguistik

Page 57: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

* : edisi teks berdasarkan interpretasi peneliti

Edisi : bacaan yang dibetulkan

Tabel 1. Lacuna huruf

No P B/b Hlm Lacuna Edisi

1. II 5/5 4 Salendha

Salendhang #*

2. V 6/1 13 Makana

Mangkana #*

2. V 14/4 13 Mugah

munggah#*

3. VIII 1/3 17 Tarlè

tarlèn#*

4. X 2/6 22 Anè anèng#*

Page 58: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

5. X 20/7 24 Ingka

ingkang#*

6. XI 5/1 24 Mya

Myang#*

Tabel 2. Lacuna suku kata

N

o

P B/b Hl

m

Lacuna suku kata Edisi

1. I 14/

2

3 Ing prênah kayu gurda

Ing

prênahe

kayu gurda

@*

2. III 2/1 7 Tan drana mandêr sigra Datan

drana

mandêr

Page 59: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

sigra @*

3. IV 25/

2

12 Bojo mêsthi tan ngêrti

Bojo

mêsthi tan

mangêrti

@*

4. V 20/

2

14 Datan pisan ngèmuti

Datan

pisan

angèmuti

@#*

5. VII 10/

1

17 Singa tirta tigan kang tipis

Singa tirta

tigan

ingkang

tipis @#*

6. IX 26/

4

21 Sayêk tan bisa lulus

Sayêkti tan

bisa lulus

@#*

7. X 5/6 22 Sarwa sembada kayun Sarwa

Page 60: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

kasembada

n kayun

@#*

8. X 10/

8

23 Wong pri wajib darbèni

Wong

priya wajib

darbèni

@#*

9. XI 3/4 24 êmban ingkang dhinawuh

êmban

ingkang

dhinawuha

n @#*

10

.

XII 20/

5

28 Ingkang anungukti

Ingkang

wus

ambukti

@#*

11

.

XII

I

19/

9

31 Mandaraka gya nyêpêng

kêndhat dupi

Mandarak

a gya

anyêpêng

kêndhat

Page 61: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

dupi @#*

12

.

XV 24/

3

35 Yèku munggèng jalaran

Yaiku

munggèng

jalaran@#

*

13

.

XV

I

26/

6

37 Sore èntèh wancipun

Sore èntèh

wancinipu

n @#*

14

.

XX 22/

1

45 Kang inguwus : tan têlas ing

pangungun

Ingkang

inguwus :

datan têlas

ing

pangungun

@#*

Tabel 3. Adisi huruf

No P B/b Hlm Adisi Edisi

1. I 4/1 2 sumênglang sumêlang #*

Page 62: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

2. VII 9/4 17 darung

daru #*

3. IX 13/2 20 kanglih

kalih #*

4. X 20/7 24 natar

nata#*

Tabel 4. Hiperkorek

No P B/b Hlm Hiperkorek Edisi

1. I 9/2 2 Nyi Wêrda

Nyi

Wêrdha#*

Page 63: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

2. I 15/7 3 bakan

bakal #*

3. II 18/8 6 mèpèd

mèpèt#*

4. II

III

19/9

20/1

7

9

limprêg-limprêg

limprêg-limprêg

limprêk-

limprêk#*

limprêk-

limprêk#*

5. III 16/7 9 yènya

dènya#*

6. IV 7/1 10 kalong

kanthong#*

7. IV 12/1 11 non

lon @#*

Page 64: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

8. VI

II

X

V

25/3

8/5

19

34

kapèpèd

kapèpèd

kapèpèt #*

kapèpèt #*

9. IX 6/5 20 tutawa

utawat#*

10

.

IX 9/4 20 têtu

têlu#*

11

.

IX 12/4 20 prajurut

prajurit #*

12

.

X 10/6 22 piningid

piningit #*

13

.

X 17/4 23 ngakti nganti #*

Page 65: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

14

.

X 6/2 22 piningid

piningit#*

15

.

X 17/4 23 ngakti

nganti #*

16

.

XI 10/7 25 kinondhol

ginondhol

#*

17

.

XI

II

22/1 31 latu

watu#*

18

.

X

V

7/5 34 ribêd

ribêt#*

19

.

X

VI

I

16/2 40 pelag

pelak#*

Page 66: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

20

.

X

VI

II

7/4 41 dede

denel#*

21

.

X

VI

II

8/4 41 ramèswara

pramèswar

a #*

22

.

X

VI

II

10/1 41 ngatingal

katingal #*

23

.

X

VI

II

21/5 42 us

wus #*

24

.

XI

X

19/4 44 dada

dadi #*

Page 67: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

3. Suntingan Teks, Aparat Kritik dan Transliterasi

Pengkajian secara filologis naskah SP dilakukan dengan pengerjaan

antara lain transliterasi, aparat kritik dan suntingan teks secara bersamaan.

Suntingan teks adalah menyajikan teks dalam bentuk aslinya atau

mendekati aslinya, yang bersih dari kesalahan-kesalahan berdasarkan

bukti-bukti yang terdapat dalam naskah yang dikritisi. Suntingan teks

bertujuan agar teks dapat dibaca dengan mudah oleh kalangan luas.

(Edwar Djamaris, 1977 : 30).

Aparat kritik adalah perabot pembanding yang menyertai penyajian

suatu naskah (Siti Baroroh Barried. 1977 : 5). Kata atau kelompok kata

yang mendapat kritik dan dianggap salah ditulis apa adanya dalam

suntingan teks, sedangkan kritik yang berupa interpretasi peneliti terhadap

teks yang dianggap salah ditulis di bagian bawah teks (footnote) sebagai

bagian dari aparat kritik, yaitu pertanggungjawaban ilmiah dalam

penelitian naskah.

Transliterasi atau alih aksara merupakan penggantian huruf demi huruf

dari abjad satu ke abjad yang lain. Selama transliterasi ini tidak terlepas

dari penggunaan kamus Bausastra Jawa karangan W.J.S Poerwadarminta

(1939) berdasarkan Ejaan Bahasa Jawa Yang Disempurnakan (EYD)

Page 68: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

(1991) sebagai pedoman dan menjadi acuan pembetulan ejaan dalam

transliterasi SP.

Metode penyuntingan SP menggunakan metode standar, yaiu

menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan dan

pembetulan dicatat ditempat khusus (footnote/ catatan kaki) sebagai

pertanggungjawaban ilmiah dalam penelitian. Untuk mempermudah dan

memahami pembacaan transliterasi SP maka dalam suntingan teks

digunakan tanda sebagai berikut :

1. Setia pupuh diberi nomor dengan Angka Romawi I, II, III, …. ,

misalnya Pupuh I Asmaradana

2. Angka Arab kecil yang berada di atas seperti …..123

menunjukkan

nomor kritik teks.

3. Penomoran bait dengan menggunakan angka Arab seperti 1, 2, 3 dan

seterusnya.

4. Angka Arab dengan tanda, [1], [2], [3] menunjukkan pergantian

halaman teks.

5. Tanda diakritik ( e ) seperti dalam bahasa Jawa kata sela yang

artinya batu.

Page 69: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

6. Tanda diakritik ( ê ) seperti dalam bahasa Jawa kata bêgja yang

artinya beruntung.

7. Tanda diakritik ( è ) seperti dalam bahasa Jawa kata kabèh yang

artinya semua.

8. Tanda @ menunjukkan pembetulan berdasarkan konvensi tembang.

9. Tanda # menunjukkan pembetulan berdasarkan pertimbangan

linguistik

10. Tanda * menunjukkan pembetulan berdasarkan interpretasi peneliti.

11. Tanda ( / ) untuk menunjukkan akhir baris tembang, sedangkan ( // )

untuk menunjukkan akhir dari setiap bait.

12. Penulisan dwipurwa ditransliterasikan sesuai dengan EYD Bahasa

Jawa, seperti :

ririkatan ditranliterasikan rêrikatan

13. Sastra laku ditransliterasikan dengan mengubah konsonan penutup

pada kata berikutnya, seperti :

Page 70: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Sang ngaji ditransliterikan sang aji

14. Penulisan teks yang menggunakan aksara (ô) ditransliterasikan

menjadi aksara (a), seperti :

mongka ditransliterasikan mangka

15. Penulisan kata dasar yang berakhiran huruf / h / dan mendapat

akhiran /-e/, /-a/, /-an/, /-ane/, /-anira/. Dalam penulisan aksara Jawa

sering ditulis dengan fonem /y/ atau /w/, tetapi dalam suntingan teks

fonem akan ditulis dengan /h/, seperti:

Mrih dadiya ditransliteraikam mrih dadia

16. Penulisan kata ulang dalam teks akan ditransliterasi dengan menggunakan

tanda hubung (-), seperti :

Dangu dangu ditransliterasikan dangu-dangu

Page 71: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

1. Suntingan Teks, Aparat Kritik dan Transliterasi

Pupuh I Asmaradana

1. [2] Kasmaran marsudi budi/ mardi mardawaning têmbang/ kang supadya

dadya lantèh/ mangiket lagu macapat/ kinarya langêndriya/ darapon dadya

panglipur/ pêthik lêlakon ing kuna//

2. Carita ingkang ginurit/ sela aran panithikan/ kaluwih-luwih dayane/bisa

anêkakkên bêgja/ samana kang winarna/ wontên sujalma lumaku/ mung

pribadi tanpa rowang//

3. Sêmune kadya prajurit/ dene mawi nganggar pêdhang/ sarwi anyangking

kêrgane/ margi ingkang winêdalan/ ngambah ing wana wasa/ tanapi

sumêngkèng gunung/ lampahira rêrikatan//

4. Tanpa sumênglang1 ing galih/ tanpa jrih ing pringgabaya/ lir mêntas unggul

yudane/ katingal ing solah bawa/ duk praptèng têngah wana/ kapêthuk lan

jalma sêpuh/ nurute nung karyanira//

5. Langkung kuciwa kang warni/ gigir wungkuk badan kêra/ maripat karo lir

jèlès/ lambe andomble mèh prapta/ ing janggut panjangira/ kulit kusi irêng

kisut/ anggajrihi yèn sinawang//

6. Jalma sêpuh tetanya ris/ marang kang lagya lumampah/ têmbunge cêtha tur

tètèh/ mangkana ing basanira/ èh kulup kang lêlampah/ sajroning sira

lumaku/ sun sawang saking kadohan//

7. Kongsi praptèng parêk iki/ kaya prajurit prakosa/ kang luwih kadigdayane/

katon ing pasêmonira/ lawan panggangonira/ dudu sawiyah wongipun/

pantês lamun wirotama//

8. Saka ing panduga mami/ sira bakal nora wêgah/ anjupuka barana kèh/ kang

ana sajroning gurda/ mangkono sêdyaningwang/ anjaluk pitulunganmu/ lah

kapriye kulup sira//

9. Wau ta prajurit dupi/ mirêng wuwuse Nyi Wêrda2/ kalangkung dènira kagèt/

dene kapronggol ing prana/ tan wêruh purwanira/ dinadak pininta tulung/

marang wong durung kulina//

1 sumêlang #*

Page 72: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

10. Wêkasan mangsuli aris/ èh Nyi Wêrdha kadiparan/ lire sêdyanira kuwe/ mrih

angalap raja brana/ iku arupa apa/ dene ngrêngkara wuwusmu/ jroning wana

ana brana//

11. Juru tênung ngucap malih/ bênêr kulup muwusira/ anarka yèn luwih anèh/

dene ta sajroning wrêksa/ mokal lamun isia/ raja brana ngundhung-undhung/

nanging kulup wruhanira//

12. [3]Marmane ingsun wêwarti/ masa yèn tanpa gawêa/ sayêkti ana nyatane/

pan ingsun kang wus uninga/ lamun sajroning gurda/ ana raja brananipun/

cacahe tan pêpetungan//

13. Prajurit gya ngungsêt angling/ lah ing ngêndi prênahira/ gurda kang isi

brana kèh/ branane arupa apa/ Nyi Wêrdha wangsulanya/ ora adoh

dunungipun/ ing kono pêrak kewala//

14. Saburine gunung cilik/ ing prênah kayu gurda3/ kang katon saka ing kene/

dene ta kang raja brana/ iku awujud arta/ sakuwate kang anjupuk/ artane tan

têlas-têlas//

15. Marma kalamun sirèki/ bisa manjing garowongan/ ing kayu gurda têngahe/

yêkti bisa kalaksanan/ apa sakarsanira/ manawa sira wus saguh/ mêngko sun

bakan4 pratela//

16. Wèh rêrigên ingkang gampil/ iya bakal lêbunira/ mring jro kayu gurda gêdhe/

lan manèh sira sun wulang/ pamèt ing raja brana/ kang bakal sirambil iku/

kang liningan nulya sagah//

17. Dyan lumampah wong kêkalih/ tan antara dangu prapta/ ing prênahe gurda

gêdhe/ juru tênung gya pitêdah/ sarwi alon angucap/ lah ta iku wujudipun/

gurda kang isi barana//

18. Sajroning gurda puniki/ ana growongan têtiga/ kalawan ana lawange/

mèmpêr lir sênthonging wisma/ lawang minêb sadaya/ kinunci sosorogipun/

cumanthèl luhur wiwara//

2 Nyi Wêrdha #*

3 ing prênahe kayu gurda@#*

4 bakal#*

Page 73: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

19. Kori siji sorog siji/ pratikêle lêbunira/ sira kudu amêmènèk/ kalamun wus

praptèng ngêpang/ ingkang luhur priyangga/ ing kono lagi kadulu/

growonganing kayu gurda//

20. Lan dalan kang dèn wêtoni/ mring lawanging sêsênthongan/ kang padha

kumunci kabèh/ sawuse sumurup sira/ tumuli lumêbua/ banjura sira tumurun/

têkakna ing ngisor pisan//

21. Nanging ta aja kuwatir/ lan aja wêdi kangèlan/ ana maneh pratikêle/ iya

bakal lêbunira/ marang sajroning gurda/ sun talèni bangkèkanmu/ kalawan

rami kêndharat//

22. Pan ingsun wus adarbèni/ kêndharat kang luwih dawa/ kaliwat dening

wulêdè/ [4]mêngko ingsun ulur sira/ saka ing ngisor gurda/ mulane

mangkono kulup/ wigatine lamun sira//

23. Kasusu sumêdya mijil/ saka sajêroning wrêksa/ sun bisa têtulung age/

andudut marang ing sira/ sun kèrèk saking jaba/ mrih datan kasuwèn laku/

wêtunira saking gurda//

24. Ing rèh lêbunira maring/ sajêroning kayu gurda/ yèn wus praptèng

dhêdhasare/ jarambah kang ngisor pisan/ mêngko kabèh katingal/ sagung

isèn-isènipun/ kang anèng jro garowongan//

25. Ing jêro rinêngga asri/ papane jêmbar warata/ lir tinata ngathe-ngathe/

nanging singit sêmunira/ tangèh ingkang kaduga/ malêbu ngambah ing

ngriku/ andhadhang nêdya mèt brana//

Pupuh II Dhandhanggula

1. Pinasangan pandam panjuta ting/ pirang-pirang atus sinulêdan/ kaliwat

dening padhange/ pating klêncar dinulu/ marma lamun nêdya sirèki/ malêbu

luwih gampang/ ing sênthong têtêlu/ pambukake kang wiwara/ wit soroge

kabèh wis padha cumawis/ cumanthèl luhur lawang//

2. Sang prajurit ngungun duk miyarsi/ ing pawartanira Nyai Wêrdha/ dene

angèl piwulange/ pratingkahe malêbu/ mring jro wrêksa angalap picis/ mokal

yèn dora cara/ apa pedahipun/ prajurit alon têtanya/ èh Nyi Wêrdha dene ta

kaliwat rungsit/ patrape mancing gurda//

Page 74: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

3. Ing growongan kono apa singit/ apa ana dhêmite kang ngrêksa/ dene rèwèl

malêbune/ nganggo kinèrèk dhadhung/ apa ora anyumêlangi/ Nyi Wêrdha

wuwusira/ wruhanira kulup/ prakara dhêmit tan ana/ mung rinêksa ing asu

ajag sawiji/ kaliwat dening galak//

4. Lan warnane tuhu gêgirisi/ maripate sumorot gumêbyar/ sakênong sisih

ambane/ nanging ta sira kulup/ aja susah wêdi kuwatir/ lamun malêbu sira/

sun wènèhi sangu/ isarat slendhang wasiyat/ pan pusaka tinggalan wong tuwa

mami/ ing nguni kang wus lina//

5. Iku bae gawanên umanjing/ mring jro wrêksa saupama sira/ sinandêr asu dèn

age/ tubrukên asu iku/ anjèrènga sale-[5]ndha5 nuli/ kemulêna ing sona/ yêkti

tanpa bayu/ sirna kadayaning sona/ mari galak kang sarta andhêkêm siti/

tutut tan gêlêm lunga//

6. Kang liningan tuwuh ing pamikir/ apa ingkang dadi wadinira/ dene

mangkono têmahe/ nulya andhêdhês muwus/ èh Nyi Wêrdha sun takon

maning/ sawuse nubruk sona/ ngêndi prênahipun/ barana kang rupa arta/

Nyai Wêrdha pratela dununging dhuwit/ anèng jro pasênthongan//

7. Winadhahan ana ing jro pêthi/ dhinêkêman asu ingkang galak/ kang wus sun

caritakake/ dhuwit iku sadarum/ padha rupa dhuwit dêmbagi/ kang munggèng

pasênthongan/ kapisan puniku/ nanging saupama sira/ sru kapengin angambil

dhuwit kang putih/ ingkang rupa salaka//

8. Sarta dhuwit êmas ingkang kuning/ malêbua ing jro pasênthongan/ kang

kaping pindho dununge/ miwah dhuwit mas iku/ nèng sênthongan kang kaping

katri/ dene ingkang rumêksa/ padha wujud asu/ malah luwih agêngira/ myang

galake iya bangêt nglêliwati/ ngungkuli kang kapisan//

9. Maripate asu kaping kalih/ padha karo kêmpul agêngira/ asu kang kaping

têlune/ satrêbang ambanipun/ agêngira sajaran tèji/ iku ambaurêksa/ barana

arta gung/ kang munggèng growongan gurda/ nanging sira aja nganggo

wêdi-wêdi/ dèn tatag pikirira//

10. Pituhunên ring pitutur mami/ srênggalèku lamun kinêmulan/ ing slendhang

wasiyat mangke/ yêkti banjur ngalumpruk/ tanpa krêkat dayane ênting/ yata

prajurit mojar/ yèn mangkono tuhu/ ingsun sanggup malêbua/ mring

sajroning kayu gurda gêdhe iki/ tarlèn pamintaningwang//

5 salendhang#*

Page 75: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

11. Mung pangèstunira maring mami/ mrih raharja lulus sêdyaningwang/ ajana

pêpangkalane/ lah ta mara dèngupuh/ talènana bangkèkan mami/ lan paran

janjinira/ sira lawan ingsun/ yèn ingsun wus antuk arta/ sira kudu anjaluk

pira mring mami/ prayoga pratelaa//

12. Awit sira rak bakal kapengin/ antuk arta kang saking jro gurda/ Nyai Wêrdha

wangsulane/ ora pisan katèngsun/ [6]amelika kapengin dhuwit/ antuka pira-

pira/ iya panjupukmu/ kabèh alapên priyangga/ aja mikir pêpanduman

marang mami/ mung ingsun darbe wêkas//

13. Mêngko lamun siranggèr wus prapti/ ing sajroning sênthong garowongan/

poma-poma aja supe/ ambilên barang ingsun/ rupa watu thithikan cilik/ kari

ana ing kana/ jro sênthong katêlu/ pusaka tinggalan êmbah/ wus mung iku

wêkas ingsun mring sirèki/ kang winêling lon mojar//

14. Iya bêcik lah aja kuwatir/ sun ambile watu panithikan/ yata wus kêncêng

sanggupe/ prajurit gya tinangsul/ bangkèkannya kalawan tali/ rami kêndharat

panjang/ sarta sampun sinung/ pusaka slendhang wasiyat/ wiwit mènèk ing

gurda wau kang tali/ kaulur saking ngandhap//

15. Duk praptèng pang kang luhur pribadi/ garowongan pan sampun katingal/

dhadhung wus kinêndhokake/ prajurit nulya masuk/ ing jro gurda tumurun

prapti/ ing dhasar garowongan/ ing ngriku kadulu/ isèn-isèning jro gurda/ lir

caritanira Nyi Wêrdha tan sisip/ sorog cumanthèl lawang//

16. Dyan ingambil nèng saluhur kori/ sinorogên ing sênthong kapisan/ wus

kabuka wiwarane/ prajurit duk andulu/ sakalangkung kagèt ing galih/ dene

jro sêsênthongan/ padhange kalangkung/ pandam panjuta atusan/ lawan

wontên pêthinya agêng satunggil/ dhinêkêman ing sona//

17. Dupi anon ana jalma prapti/ kang malêbêt ing jro pasênthongan/ sona

mancolot saking gèn/ sarwi sangêt anjêgug/ solahira anggêgirisi/ mripatira

gumêbyar/ kadyarsa manahut/ prajurit dupi tumingal/ ing solahe sagawon

kang gêgêtêri/ lêmês sranduning angga//

18. Tanpa krêkat dahat dènira jrih/ cipta badhe mêdal saking gurda/ labêt

kalangkung kêkêse/ ing ngriku lajêng emut/ wêwêlinge Nyi Wêrdha nênggih/

sangêt dènya pracaya/ masrah raganipun/ mèpèd6 pinggiring growongan/

myang anjèrèng slendhang wasiyatira glis/ sona dupi tumingal//

6 mêpêt#*

Page 76: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

19. Slendhang ingkang jinèrèng nèng ngarsi/ kang sagawon andhêkê-[7]m

saksana/ sarwi tumungkul sirahe/ samana sampun tutut/ Sang prajurit sigra

marpêki/ sarwi anjèrèng slendhang/ kinêmulkên gupuh/ marang sona

sanalika/ limprêg-limprêg7 kang sona wus tanpa budi / miwah tan darbe

krêkat//

20. Sawusira saksana kang pêthi/ gya binuka pênuh mèsiarta/ awarni dêmbaga

kabèh/ dahat sukaning kalbu/ Sang prajurit andulu picis/ ngambil sasukanira/

winadhahan gupuh/ ing kêrga myang kanthongira/ kanthong baju kanthong

clana dènkêbaki/ prandene maksih gêla//

21. Topinira kinarya madhahi/ wusnya pênuh kaduwunging driya/ tan anggawa

wadhah gêdhe/ ing ngriku ciptanipun/ nêdya masuk sênthong kang kadmi/

ingkang isi ardana/ salaka sadarum/ tandya marpêki wiwara/ sorog katon

cumanthèl nèng luhur kori/ tan pisan angungkurna//

Pupuh III Pangkur

1. Sang prajurit sigra ngalap/ sorog ingkang cumanthèl luhur kori/ kinarya

ambuka pintu/ gumêrot swaranira/ sanalika sona kang rumêksèng ngriku/ duk

anon ana manungsa/ ambuka kori gumêrit//

2. Tan drana mandêr sigra8 / sarwi jênggor mangap siyung kaisis/ netra

gumêbyar dinulu/ galak angamah-amah/ gêgirisi sang prajurit duk andulu/

mundur ngoplok wel-uwelan/ sarwi nywara i i i i/

3. Kalangkung kêkêsing driya/ sigra mêdal kori kinunci malih/ prajurit

ciptaning kalbu/ rumangsa tan kaconggah/ nanggulanga sona kang

rumêksèng ngriku/ miris mulat agêngira/ kang sona sajaran tèji//

4. Dupi wus sarèh samana/ Sang prajurit nulya èngêting galih/ mring wulange

juru tênung/ nyandhak slendhang wasiyat/ sêdyanira ngambali malih lumêbu/

gya binuka kang wiwara/ sarwi anjêjèrèng jarit//

5. Pusaka slendhang wasiyat/ punang sona andhêkêm luhur pêthi/

anggawakakên satuhu/ dupi miyat salendhang/ jlog tumurun punang sona

sampun tutut/ kopat kapit buntutira/ ngambus-ambus mring prajurit//

7 limprêk-limprêk#*

8 datan drana mandêr sigra @#*

Page 77: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

6. Kang ingambus sru angucap/ lah saiki sira lagi udani/ marang kadigdayan

ingsun/ marma dèn manut sira/ [8]aja nganggo kakèhan polah sun pêrung/

kupingmu lan irungira/ ingsun pagas pêsthi modir//

7. Kang sona gya kinêmulan/ ing salendhang wasiyat tanpa budi/ sirna kabèh

dayanipun/ sona tan darbe krêkat/ sawusira pêthi kang wontên ing ngriku/

saksana sigra binuka/ kêbak isi kêton putih//

8. Rupiyah ukon salaka/ ciptaning tyas kapriye akal mami/ panggawane dhuwit

iku/ yèn kabèh wis sun gawa/ yêkti sugih dadakan sun bisa tuku/ kreta

sarakitanira/ lan apa kang sun sênêngi//

9. Sayêktine kasêmbadan/ pêthi arsa pinanggul tan kuwawi/ kawêkèn sajroning

kalbu/ nolèh ngering myang nganan/ datan ana wadhah kang kinarya

ngusung/ yata pêpuntoning driya/ arta kang warni dêmbagi//

10. Sadaya sami sinuntak/ kêrga kanthong topi dipunkêbaki/ arta salaka supênuh/

dalah sapatunira/ kalih pisan kinêbakan kêton sampun/ prajurit nulya

lumampah/ sumêdya mêdal mring jawi//

11. Mèyèk-mèyèk sru kawratan/ têmah karya rêndhêt dènya lumaris/ prajurit

kaku tyasipun/ arta nulya sinuntak/ kinantunkên sapalih tinilar ngriku/

ingkang sapalih binêkta/ mrih ènthèng gancar lumaris//

12. Prajurit nyandhak salendhang/ gya jinèrèng sarwi angucap aris/ èh asu balia

gupuh/ marang ing dunungira/ punang sona wus wangsul mring dunungipun/

prajurit ciptaning driya/ sumêdya ngayoning manjing//

13. Ing sênthong ingkang katiga/ wusnya ngambil kunci nèng luhur kori/ kang

sênthong binuka sampun/ gumêrot swaranira/ kacarita sona kang rumêksèng

ngriku/ nuju tilêm patrapira/ andhêkêm nèng luhur pêthi//

14. Kang isi arta kancana/ agêngira sami kalawan èsthi/ tuhu ngajrihi dinulu/

sirung sêmuning sona/ angganira mêguk-mêguk pindha gumuk/ Sang prajurit

dupi mulat/ gêgêtunira tan sipi//

15. Ngoplok dhèngkèlên sakala/ datan bisa jumangkah Sang prajurit/ ciptaning

tyas priye iku/ mêngko polah manira/ lamun asu wis tangi dènira turu/ ora

wurung banjur nguntal/ praju-[9]rit tan cipta urip//

Page 78: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

16. Saking guguping tyasira/ sru angucap ngrêrêpa mèt mintasih/ mangkana ing

têmbungipun/ dhuh nuwun Sang bathara/ nyuwun gêsang kawula tan ngaru

biru/ yata sang sona miyarsa/ kagêt tangi yènya9 guling//

17. Gêrêng-gêrêng lir sardula/ mripatira satrêbang angajrihi/ prajurit tan darbe

kalbu/ gumêtêr angganira/ sakalangkung kêkês cahyanira aclum/ badan

lungkrah tanpa daya/ namung pracaya ing batin/

18. Mring wulange Nyai Wêrdha/ punang slendhang wasiyat gya kapusthi/ sirna

kaajrihanipun/ prandene angganira/ apan maksih dharodhogan purunipun/

wanine wani pêpêksan/ dènya majêng minggrang-minggring//

19. Wus parêk ngarsaning sona/ sarya mbabar slendhang wasiyat aglis/ tuhu

karyètating kalbu/ dene slendhang wasiyat/ dèrèng kongsi kinarya ngarukup

asu/ lagya jinèrèng kewala/ kang sona wus tanpa budi//

20. Limprêg-limprêg10

tanpa krêkat/ pinarpêkan salendhang gya kinardi/

ngarukub sona tumurun/ nglemprak turu ing jrambah/ pêthi nulya binuka isi

supênuh/ kathah kang arta kancana/ prajurit anom prihatin//

Pupuh IV Sinom

1. Dene tan ana wêwadhah/ kang kinarya bêkta picis/ mangkana ciptaning

driya/ bêbasan lakonku iki/ ana bêgjane prapti/ tan ana daulatipun/apa ta

raganingwang/ pinasthi tan kêlar sugih/ dene nganggo pangkalan tan sinung

gampang//

2. Luwih bêcik ingsun mêdal/ manawa wus praptèng jawi/ bali manèh nyangking

wadhah/ kang gêdhe dipunkêbaki/ kêton rupiyah rukmi/ wusnya mangkana

ing kalbu/ arta pêthak sinuntak/ kêrga kanthong miwah topi/ wus ingisèn

sadaya uang kancana//

3. Sanadyan tan pati kathah/ nanging akèh kang pangaji/ yata wêlinge Nyi

Wêrdha/ sela thithikan kang gati/ samana ana kèksi/ kanthong alit isi watu/

nanging datan rinasa/ mung bikut angambil picis/ kanthong sruwal kanthong

bajo kinêbakan//

9 dènya#*

10 limprêk-limprêk#*

Page 79: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

4. Dalah tangan kenging kanan/ kêbak samya gêgêm picis/ nulya ambê-

[10]ngok sarosa/ èh Nyai sun arsa mijil/ juru tênung mangsuli/ apa ta

kekarêpanmu/ kabèh wus kalaksanan/ prajurit mangsuli uwis/ Nyai Wêrdha

tanya malih apa sira/

5. Ora lali wêkasingwang/ watu thithikan kang kari/ apa jroning pasênthongan/

iku apa wus sirambil/ prajurit sru mangsuli/ oo iya lali ingsun/ malah

slendhang wasiyat/ iku iya maksih kari/ nèng jro sênthong saking guguping

tyas ingwang//

6. Lah ing mêngko antènana/ sun bali manèh angambil/ slendhang myang watu

thithikan/ dumunung nèng kanthong alit/ sawusnya Sang prajurit/ nulya

kinèrèk ing dhadhung/ manjing jro kayu gurda/ praptèng sênthong kang

kaping tri/ wus ingambil slendhang myang watu thithikan//

7. Nèng kalong11

alit ingalap/ winêdalkên dèntingali/ wujuding sela thithikan/

dene tan adi tan pèni/ têka ginawegati/ apa wadine kang watu/ baya gêdhe

dayanya/ rupane ala tur kusi/ lumrah kaya wanguning watu balaka//

8. Kawulira tiningalan/ pan inggih kantun sakêdhik/ sawusira kang thithikan/

linêbêtkên kanthong malih/ kauwor lawan picis/ prajurit nulya lumaku/

mèyèk-mèyèk kawratan/ bêbêktane pating srênthil/ wusnya mêdal praptèng

jawi pasênthongan//

9. Malih ambêngok sarosa/ èh Nyai Wêrdha dèn aglis/ gèrètên kêndharatira/

watumu wus ingsun ambil / wusnya munya kadyèki/ prajurit malih andulu/

ingkang sela thithikan/ anggagas sajroning galih/ apa baya kasiyate ingkang

sela//

10. Dene ta rupane ala/ Nyai Wêrdha wanti-wanti/ pamêkase marang ingwang/

mokal yèn tanpa wêwadi/ nganti tan darbe melik/ marang dhuwit êmas

agung/ saka pangiraningwang/ watu iku jimat aji/ mêsthi gêdhe dayane watu

thithikan//

11. Yèn mangkono ingkang sela/ luwih bêcik sun kukuhi/ kalamun Si Nyai

Wêrdha/ tan pasaja sun takoni/ watu thithikan iki/ tan ingsun ulungke gupuh/

karana mêsthi ana [11]/ wadine kang luwih wêrit/ Sang prajurit dupi wus

prapta ing jaba//

11

kanthong#*

Page 80: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

12. Juru tênung non12

manabda/ toblas toblas sira iki/ akèh têmên gawanira/

sandhangan gumêbak picis/ ingsun mèlu mêmuji/ iya sokur yèn kadyèku/

prajurit wuwusira/ dhuwit kang sun gawa iki/ durung paja-paja lan ora

sapira//

13. Isih akèh kang sun tinggal/ malah nêdya sun balèni/ kabèh bakal ingsun

gawa/ eman yèn ngantia kèri/ ingsun arsa ngupadi/ wadhah kang luwih

pakantuk/ kanggo ngusung ardhana/ juru tênung muwus aris/ ora kêna wali

wali mring growongan//

14. Yèn luwih saka sapisan/ yêkti tan antuk basuki/ lah mangkono wruhanira/ ing

mêngko thithikan mawi/ mara ulungna aglis/ parènèkna wong abagus/

prajurit muwus sira/ mêngko sarantèkna dhingin/ ingsun iki arsa takon

marang sira//

15. Kapengin arsa uninga/ nanging sira aja kumbi/ mungguh kang watu

thithikan/ apa kasiyate yêkti/ dene ta sira nganti/ ora melik mring arta gung/

apa wadine baya/ sayêkti kaliwat luwih/ ing dayane jimatmu watu thithikan//

16. Juru tênung lon angucap/ tanpa kasiyat sayêkti/ tanpa daya apa-apa/ rèhning

pusakaning kaki/ wajib pinundhi pundhi/ mung mangkono ananipun/ Sang

prajurit sru nyêngap/ goroh wuwusira Nyai/ mokal lamun tan ana kasiyatira//

17. Yêkti gêdhe dayanira/ tandhane sira tan mèlik/ marang kèh ing raja brana/

tur dhuwit arupa rukmi/ watu yêkti ngungkuli/ pangajining barana gung/

mokal yèn tanpa guna/ juru tênung lon mangsuli/ tuhu tanpa kasiyat watu

thithikan//

18. Wus dèn enggal ulungêna/ prajurit angucap wêngis/ tuhu lamun doracara/

yèn ta pasaja sirèki/ marang sarira mami/ kalakon tugêl gulumu/ juru tênung

sru ngucap/ sarwi manjêrêng netyandik/ dikandhani wong tuwa malah

daluya//

19. Pan gene sira mangkana/ watu thithikan puniki/ pusaka tinggalan êmbah/ pan

duwèk ingsun pribadi/ têka sira kukuhi/ parènèkna de-[12]ne gupuh/ prajurit

tan darana/ narik pêdhangira aglis/ Nyai Wêrdha tinigas gulune pagas//

20. Sapisan tan minta tirta/ juru tênung wus ngêmasi/ prajurit suka tyasira/ nulya

amilang kang picis/ ingkang binêkta sami/ wontên sèwu kêton langkung/

12

lon@#*

Page 81: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

binuntêl ing salendhang/ wasiyat kinarya angkin/ wus ginembol kang jimat

sela thithikan//

21. Samana nulya lumampah/ sang prajurit arsa mulih/ lampahira gumaiban/

tansah singsot urut margi/ glèlang-glèlèng kinardi/ mratandhani sukèng

kalbu/ lèmbèhanira malang/ rumasa yèn sugih dhuwit/ datan pisan èngêt

marang ing piwulang//

22. Kang padha dadi tuladan/ pan wus kanyataan sami/ yèn wong ambêk

sumakèhan/ asring nêmahi bilahi/ saking tingkah pribadi/ kang kaladuk

tindakipun/ ladak angidak-idak/ marang sêsamining jalmi/ datan èngêt

dhatêng apêsing kawula//

23. Ora langgêng ananira/ mung ngèngêti sugih picis/ ciptaning driya mangkana/

bênêr Gusti Allah iki/ sipat rahman lan rahkim/ sih murah myang dasihipun/

yèn paring kasugihan/ marang dasihe kang miskin/ sayêktine ora kȇ kurangan

marga//

24. Mangkono uga yèn karya/ kamlaratan mring wong sugih/ masa nganti

bêbakala/ kabèh sayêkti nêmahi/ tandhane ingsun iki/ maune mlarat

kalangkung/ lah sapa ingkang nyana/ samêngko pinaring sugih/ sugih kêton

rupiyah ukon kancana//

25. Manawa wus praptèng wisma/ bojo mêsthi tan ngêrti13

/ utawa tan darbe kira/

yèn ingsun anggawa picis/ tur dhuwit êmas ringgit/ wusnya mangkana ing

kalbu/ sajroning lumaksana/ tuwuh ciptanira malih/ kang rinasa kanthi

sumêlanging driya//

Pupuh V Kinanthi

1. Yèn ingsun banjur ra mantuk/ pêsthi dadi ora bêcik/ manawa wus praptèng

wisma/ tan wurung kasuwur sugih/ ing ngêndi panyimpêningwang/ dhuwit

mas samene iki//

2. Mangka ta ing sajêg ingsun/ kabèh wus padha mêruhi/ yèn ingsun jalma

masakat/ ora gablêg ika iki/ wismaningsun ora pakra/ gêdhèg pating srowong

kèksi//

13

bojo mêsthi tan mangêrti @#*

Page 82: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

3. [13]Wusana banjur kadulu/ samêngko sun sugih dhuwit/ sayêkti padha

anarka/ panggrayanganing pulisi/ dhuwit saka ngêndi baya/ yêkti antuk gone

maling//

4. Wêkasan ingsun kaurus/ linadèkên mring nagari/ kadangu kamulanira/ dene

ingsun sugih picis/ antuk saka ngêndi baya/ pinariksa kongsi sêlsih//

5. Pinancang kaurut-urut/ yèn katitik bêbayani/ ah iku ora kapenak/ yèn ingsun

banjur ra mulih/ luwih bêcik ingsun lunga/ mlancong mring liyan nagari//

6. Wusnya makana14

ing kalbu/ prajurit menggok lumaris/ sumêdya mring liya

praja/ wusnya prapteng liya nagri/ yeka Praja Garba Sonya/ rêja rame kèh

sujalmi//

7. Kang mêngku nagari iku/ Sri Purba Angkara aji/ kang papan jêmbar

malabar/ kèh lêlangên rina wêngi/ prajurit Sura Tantaka/ kalangkung

bombonging ati//

8. Ciptaning driya katèngsun/ luwih bêcik anèng nagri/ sayêkti mukti wibawa/

duk samana Sang prajurit/ gya manggèn wismèng pasêwan/ milih kamar kang

prayogi//

9. Prajurit pangakênipun/ nêdya nyakècakkên dhiri/ miwah anyêyênêng manah/

karana mêntas nampèni/ wewarisan raja brana/ saka wong tuwa kang mati//

10. Ing saari-arinipun/ tan kêdhat kang dèn lampahi/ amung ngumbar nêpsu

hawa/ sakarsa dipun turuti/ tan ana ingkang kacuwan/ sadhengah kang

dènsênêngi//

11. Kasêmbadan sêdyanipun/ wit saking tan kurang picis/ wus pindha bangsa

ngawirya/ pratingkahe Sang prajurit/ amborong sagung panganan/ ingkang

mirasa binukti//

12. Miwah ombèn-ombènipun/ milih ingkang rêgi awis/ kang lêgi sêgêr myang

sumyah/ janji kalêganing kapti/ punapadene yèn nyandhang/ kêdah ingkang

adipèni//

13. Sanadyan padinanipun/ panganggèn sarwa prayogi/ tan balocok datan arsa/

samubarang angoncani/ myang praptap pratingkahira/ langguk gumêdhe ing

dhiri//

14

mangkana #*

Page 83: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

14. Kadya wong angaji pupung/ malah kenging dènwastani/ kere mêrangi

muludan/ kere mugah15

bale panti/ marma tan antara lama/ antuk mitra kèh

kang prapti//

15. Sadaya sami sinuguh/ sarwi kasukan a-[14]ngênting/ kongsi tinggal duga-

duga/ pamrihe amung sakêdhik/ antuka pangalêmbana/ ginunggunga wong

berbudi//

16. Siyang ratri ubyang-ubyung/ tan kêndhat tamu kang prapti/ tansah wêwah

mitranira/ rumakêt lir kulit daging/ sami muji ngalêmbana/ sapele ingkang

dènpamrih//

17. Amung melik cangkêm karut/ tan trêsna prapta ing ati/ Sang prajurit yèn

lêlungan/ malancong kathah kang ngiring/ suka-suka lan pra mitra/

gêgujêngan urut margi//

18. Wontên kang nabuh calêmpung/ miwah wontên ingkang nyuling/ tanapi narik

piyulah/ rame ginerongan sami/ sarwi anumpak kareta/ pasewan ingkang

prayogi//

19. Myang lêlangên liyanipun/ sayuk sami angrojongi/ sakathah ing mitranira/

tan wontên kang nyulayani/ marang tindak bêbêngkrèkan/ kang dahat

ambêborosi//

20. Kang dèn ubyungi wus limut/ datan pisan ngèmuti16

/ yèn nilar anak myang

somah/ kang mêmêlas anèng panti/ tan mudhêng yèn mitranira/ dènya lulut

amung lamis//

21. Tan têrus prapta ing kalbu/ waton mung suka ambukti/ mangka wontên ing

bèbasan/ sapira gêdhening wukir/ lamun anggung pinaculan/ lawas-lawas

dadi cilik//

22. Luwih manèh kang ginêmpur/ prakara pangan binukti/ gampang bangêt

sirnanira/ anaa pirang bêdhati/ mung liniron ing pangompak/ marmanya

sami kalair//

15

munggah #*

16 datan pisan angèmuti @#*

Page 84: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

23. Pangonggronge pinirungu/ kiraku prajurit iki/ têdhake bangsa ngawirya/

dene ambêke ngluwihi/ bèrbudi bawa laksana/ pancèn trahe wong linuwih//

24. Sakala mongkok tyasipun/ Sang prajurit myang nyangoni/ mring kang srêgêp

ngompak-ompak/ kalangkung sukaning galih/ kang nampani jrèng ganjaran/

kêton amalorog putih//

25. Kajawi saking puniku/ kalanture Sang prajurit/ dènya anggung

bêbêngkrèkan/ takèn mring mitranya sami/ ing pundi wontên wanodya/ kang

ayu endah ing warni//

26. Kang maksih kênya kumêncur/ kang patut kinarya rabi/ wontên satunggaling

mitra/ cariyos langkung patitis/ kalamun Sri Naranata/ kang mêngku ing

nagri ngriki//

27. [15]Kagungan putra linangkung/ing warni tan wontên sami/ langkung denya

ayu endah/ kulitan ambêngle keris/ jêne muyêg maya-maya/ tan kuciwa tur

kênyadi//

28. Sang putri wus mangsanipun/ yèn nambuta palakrami/ kados-kados

yuswanira/ sampun gangsal wêlas warsi/ emanipun ing samangkya/ pinucung

rinêksèng puri//

Pupuh VI Pocung

1. Sang rêtnayu : piningit tan kênèng mêtu/ munggèng jro prasada/ dêmbagi

kang rinêngga di/ datan kenging sadhengah wong malêbua//

2. Kajawi mung : kang rama tuwin kang ibu/ miwah para êmban/ ingkang sami

nglêladosi/ marmanira mangkana Sang rêtna ing dyah//

3. Wit pinètu : marang panujuman prabu/ ing rèh jodhonira/ winêca antuk

prajurit/ tur prajurit mung bangsa alit kewala//

4. Sang aprabu punapadene kang ibu/ datan parênging tyas/ yèn amung jodho

prajurit/ pamêcaning nujum karya cuwaning tyas//

5. Karsanipun Sang Nata myang narpawadu/ rèh namung sajuga/ putra-putri

dènkasihi/ pan ginadhang kramantuk putra narèndra//

6. Sami ratu : supaya ing têmbe pungkur/ gumantiya nata/ marmanya

dènsaranani/ ingkang putra oncata saking pamêca//

Page 85: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

7. Dyan dinulung : ing gêdhong têmbagi luhung/ rinêksèng punggawa/ kang kori

sami jinagi/ tur kinunci kalangkung dening santosa//

8. Yata dalu : prajurit dupi angrungu/ ing caritanira/ pra mitra kang sami

prapti/ sanalika gambira rasaning driya//

9. Ciptanipun : lah kapriye akal ingsun/ supaya kalakyan/ dhaup lawan sang

aputri/ lah saiba nutug sênêngku nèng donya//

10. Sartanipun : tan kakèhan kang kinayun/ wus marêm tyas ingwang/ ora

karonèhan pikir/ dadi têntrêm uripku salaminira//

11. Sawusipun : mangkana osiking kalbu/ sakala kasmaran/ prajurit marang sang

putri/ ingkang sampun rinungu saking pra mitra//

12. Marmanipun : yèn ratri tan bisa turu/ mung tansah kèngêtan/ mring sang

putri kang kawarti/ ayu kênya dhasar putrining narendra//

13. Saya dangu : tan limut mung manggung emut/ mring kusamaning dyah/ kang

dahat karya wiyadi/ Sang prajurit kadya wong edan dadakan//

14. [16] Tingkahipun: poyang-paying wayang-wuyung/ wus salin pangrasa/ Sang

putri kadya sumandhing/ sapatêmon anèng jro paturonira//

15. Pikiripun : sang prajurit langkung gandrung/ marma sabên dina/ ing wanci

sontên pinasthi/ wusnya dandan malancong wahana rata//

16. Kang kinayun midêr munggèng alun-alun/ bokmanawa Sang dyah/ nuju

amêng-amêng kèksi/ nanging tuna kang dadya ciptaning driya//

17. Têmahipun mangkyarsa mring taman santun/ tamtu Sang kusuma/ lêledhang

ing taman sari/ mariksani puspita munggèng udyana//

18. Ciptanipun : prajurit lan Sang dyah ayu/ wus lami kulina/ samana dupi wus

prapti/ sacalaking patamanan tan katingal/

19. Langkung ngungun dene tan ana kadulu/ mirah jiwaningwang/ kang sawang

gêbyaring sasi/ Sang prajurit pangrasanira wus têpang//

20. Mring Sang ayu : sajatine dèrèng wanuh/ mung lagya pawarta/ marma

pangadhange maring/ Sang kusuma nèng taman datanpa guna//

Page 86: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

21. Nulya wangsul : prajurit mring pondhokipun/ sajroning lumampah/ ngrêrêpi

saurut margi/ praptèng wisma lir wong nglamong karungrungan//

22. Rangu-rangu ; kapirangu gandrung-gandrung/ ngathik rêrumpakan/ tumuju

marang Sang putri/ sêkar mijil kawahya ngandhap punika//

Pupuh VII Mijil

1. Kaya paran sun bisa kapanggih/ pagut sapanwulon/ lan kusuma kang karya

wirage/ ewuh têmên gonku anjalari/ mrih antuka margi/ kang luwih

pakantuk//

2. Nadyan nganggo ragad pirang ringgit/ tan mundur wak ingong/ janji bisa

katêmu saclèrèt/ lan wong ayu kang kalêbu ati/ kumawawa mami/ sru

kapengin wêruh//

3. Lan sang putri putraning narpati/ luwih dening elok/ kalakona sêdyaningsun

kiye/ putri adi rinêksèng jro puri/ têmah Sang prajurit/ anggung amangun

kung//

4. Siyang ratri mung tansah kaèksi/ kang karya wirangrong/ lamun datan

kapanggih yêktine/ ora wurung sida angêmasi/ dhuh Sang kusumadi/ wêlasa

maringsun//

5. Yèn tan tolèh mring dasih kaswa sih/ kang anggung anglamong/ dhuh

pujanku kang sawang widure/ rêtna mirah sêsotyaning bumi/ dulunên pun

dasih/ sapanan dèngupuh//

6. Mrih dadia usadaning brangti/ pamurunging layon/ sapa sintên yèn ta-[17]n

sira anggêr/ kapinêsthi linabuhan pati/ ing donya ing akir/ pêcating

jiwèngsun//

7. Panu biru ingkang munggèng dhiri/ dhuh sun tohi layon/ suket galêng

Kusuma nah anggèr/ sun labuhi kongsi rontang-ranting/ arêng kang binêsmi/

nadyan dadi awu//

8. Sêrat ingkang pangimbaling kêmit/ koraka wak ingong/ wus sun têmah

makathik nah anggèr/ konang abrang ing tawang wak mami/ kalintang

wiyadi/ mirah dasihipun//

Page 87: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

9. Wêwicalan sanga lan kêkalih/ wêlasa maringngong/ kotak jisim kang

kinentirake/ nêdyan darung17

sêdyani sun Gusti/ surya diwasara/ tan gingsir

karsa sun//

10. Singa tirta tigan kang tipis18

/ ubayaning batos/ sun adari kusuma nah anggèr/

sambêrlilèn ingkang munggèng sabin/ yèn bisa kapanggih/ lan

kusumaningrum//

11. Kadang saking garwa saupami/ tan dimpèr agêngong/ yèn mangkene wong

nandhang wirage/ kênur kudha caritaning ringgit/ tan kèlar nglakoni/ aweta

mangunkung//

12. Sawusira mangkana prajurit/ denya sru wirangrong/ sapolahe kadi tanpa

gawe/ malbèng kamar tansah ngolang-ngaling/ anungkêmi guling/ lir pêgat

rohipun//

Pupuh VIII Megatruh

1. Enjingira sang prajurit lênguk-lênguk/ linggih nèng kursi pribadi/ tarlè19

kang ketang ing kalbu/ pan amung kusumèng puri/ kang bisa wèh lara

lamong//

2. Datan kêndhat nênuwun marang Hyang Agung/ mugi pinarêngna gampil/

denya darbe sêdya mêngku/ marang kusumaning puri/ kang dadya raosing

batos//

3. Datan wignya sayukti dènyarsa pangguh/ katon sajêroning guling/ prajurit

linduranipun/ pan mung kusumanèng puri/ wong dhonok kang moblong-

moblong//

4. Sang prajurit ambêlêdag ambêkipun/ pradhah prawira berbudi/ mangkya

andarbèni kayun/ ngangkah putrining narpati/ sanadyan awrat linakon//

5. Datan mundur ing cipta nêdya kaêsuk/ wus pantês putraning aji/ tinêbasa

barana gung/ sarta linabuhan pati/ sayêktine ora elok//

17

daru #*

18singa tirta tigan ingkang tipis @#*

19 tarlèn #*

Page 88: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

6. Sang prajurit giyuh pamikiring kayun/ ing cipta langkung prayogi/ tan sarana

tindak rusuh/ sarèh ing putri Narpati/ sayêkti kasuwun momong//

7. Kêdah mawi sarana dènyar-[18]sa nêmbung/ mrih dadya parênging galih/

myang kathah waragadipun/ saèstu botên sakêdhik/ sêdya mèt putrining

katong//

8. Sang prajurit sabên ari kang tinuhu/ wulange wong tuwa nguni/ lamun

andarbèni kayun/ sarate kudu nglakoni/ salamêtan aywa tawong//

9. Linampahan wêwarahe para sêpuh/ dêdana myang pêkir miskin/ myang

wèwèh pra mitranipun/ ing sabên Jumungah ari/ sidêkahira tan angop//

10. Sami pinèt ing puji pandonganipun/ kang supaya anyawabi/ ing luluse

sêdyanipun/ dènya ngangkah mring Sang putri/ aywa na sawiyos-wiyos//

11. Dangu-dangu dupi wus satêngah taun/ dènya mbêkngêbrèh tan mari/ saya

ludhês artanipun/ dalah panganggenya sami/ têlas sadaya dènêdol//

12. Tur kalayan rêgi mirah sêlak butuh/ marmanira Sang prajurit/ dumugi ing

mangsanipun/ dhawah kamlaratan malih/ wêkasan kari ajomblong//

13. Ewadene maksih tinênggan rahayu/ tindakira Sang prajurit/ sawiyah-wiyah

kalangkung/ dènya ambêboros picis/ tan nganggo traju myang bobot//

14. Rahayune tan kongsi prajurit iku/ nandhang utang lawan silih/ dhasar ing

watakanipun/ tan sarju yèn utang silih/ kalêbêt prajurit onjo//

15. Apan kongsi kawêdaling wuwusipun/ saturun ingsun ing wuri/ aja na kang

duwe laku/ dhêmên utang lan nyênyilih/ wit iku ewoning asor//

16. Luwung nrima ing lair saananipun/ ing batin aywa sah ngukih/ lamak kang

sêsaminipun/ pirangbara angungkuli/ ing tekad kudu gumolong//

17. Wus mangkana Sang prajurit sêdyanipun/ ngalih pasewaning panti/ kang

mayar prabèlanipun/ têmah nyewa wisma alit/ narimah mung manggèn

awon//

18. Anèng ngriku langkung kasangsaranipun/ dene ta ingkang binukti/ ing saari-

arinipun/ pakantuk dènira glidhig/ sandhangan wus datan wutoh//

Page 89: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

19. Miwah cahyanipun wus pucêt apayus/ yèn baranga tanpa aji/ dene para

mitranipun/ tan wontên kang purun tuwi/ malah kapêthuk malengos//

20. Datan pisan-pisan purun atêtulung/ wit prajurit sampu-[19]n miskin/ makatên

ing wontênipun/ wêwatakan jroning bumi/ mung waton antuk kemawon//

21. Awis ingkang ngèmuti sakawitipun/ dènya mêmitran mrih bêcik/ wêkasan

pêdhot tan gathuk/ saking tan ayu ing budi/ satêmahan dadi awon//

22. Yata nuju samana ing wanci dalu/ prajurit langkung prihatin/ karana ari

puniku/ nuju lagya nandhang sakit/ dadya tan tumindak buroh//

23. Awak cape amung anggoloso turu/ têmah tan antuk rijêki/ kapêksa ngruntuh

anggruguh/ saking tan ana binukti/ mangka jampining kalêson//

24. Sang prajurit dahat nalangsa ing kalbu/ wisma ingkang dèndunungi/ tanpa

dilah nênggih amung/ pêtêngan sakêthi sêdhih/ nandhang lakon kang

mangkono//

25. Raosing tyas sumpêg lir nglalu yun lampus/ wus tan darbe ika iki/ kapèpèd20

mung arsa udut/ bêgja maksih andarbèni/ klobot salêmbar lan bako//

26. Gya lininting wusnya dadi acêngangus/ dene tan darbe rêk api/ cilaka têmên

wak ingsun/ sabobote arsa bukti/ pamarêman kukus rokok//

27. Têka ora kalakon ing sêdyanipun/ lah kapriye polah mami/ yèn kabanjur

angaluntung/ samana êngêt ing galih/ thithikan ingkang ginèmbol//

28. Gya ingambil tujune maksih kang kawul/ sela thinithikên aglis/ sapisan

panithikipun/ gumêbyar padhang kaèksi/ tan antara kang sagawon//

29. Sanalika dhatêng munggèng ngarsanipun/ prajurit tan darbe budi/ sakêcap

tan wignya muwus/ saking dahat dènira jrih/ mring sona ingkang ginamboh//

Pupuh IX Gambuh

1. Panarkane ing kalbu/ praptaning sodarsa malês ukum/ ing wêkasan sona

matur kadi jalmi/ cêtha tètèh têmbungipun/ mangkana ingkang wiraos//

20

kapèpèt #*

Page 90: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

2. Paran ingkang kinayun/ animbali dhatêng dasihipun/ lah suwawi

kadhawuhna wosing gati/ Sang prajurit langkung ngungun/ tan ngira lamun

mangkono//

3. Bênêr panarkaningsun/ watu thithikan jimat pinunjul/ dene gêdhe dayane

ngebat-ebati/ wêkasan alon amuwus/ èh wruhanira sagawon//

4. Marmane sira iku/ sun timbangi mêngko karsaningsun/ [20]anjupukna dhuwit

ingsun ingkang kari/ anèng growongan gurda gung/ dènenggal aturna

mringngong//

5. Sakala musna sampun/ punang sona datan dangu wangsul/ sarwi nyokot

kanthong rajut kêbak picis/ katur ing bandaranipun/ kang prajurit sukèng

batos//

6. Wusnya nampani muwus/ dhuwit ika têmbaga sadarum/ ya pan gene sira nora

ngambil picis/ kang rupa salaka iku/ tutawa21

dhuwit mas kêton//

7. Ponang sona umatur/ apan dede bêbageyan ulun/ wang salaka ingkang

awajib anjagi/ sona ing kalih puniku/ wang êmas kang pinitados//

8. Sona kang kaping têlu/ bilih arta têmbagi saèstu/ kula ingkang darbe bêbahan

anjagi/ marma duk amba angrungu/ timbalan lajêng sumaos//

9. Sang prajurit gya muwus/ lah kapriye ing pratikêlipun/ lamun arsa ngundang

asu kang ping kalih/ utawa asu ping têtu22

/ kang kinantya matur alon//

10. Mugi sampun kalimput/ lamun karsa nimbali pukulun/ dhatêng dasih sona

ingkang kaping kalih/ ping kalih panithikipun/ ing sela yêkti sumaos//

11. Lamun nithik ping têlu/ sona ingkang kaping tiga tamtu/ dhatêng ngadhêp ing

ngarsa paduka Gusti/ Sang prajurit duk angrungu/ ing tyas kalangkung

cumêplong//

12. Têtela ingkang watu/ tuhu ratuning jimat pinunju/ ing samangkya wêwadosira

kang gati/ Sang prajurut23

wut sumurup/ sami rinêgêm ing batos//

21

utawa #*

22 têlu #*

23 prajurit #*

Page 91: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

13. Wusnya mangkono laju/ nithik sela ping kanglih24

tan dangu/ sona ingkang

ping kalih wus praptèng ngarsi/ matur punapa pukulun/ karsa tuwan kang

ginatos//

14. Dene nimbali ulun/ Sang prajurit asru wuwusipun/ dipunenggal manira

jupuka dhuwit/ salaka sakanthong rajut/ pêrlu kanggo nêbas uwos//

15. Sakala musna sampun/ ponang sona datan dangu wangsul/ sarwi nyakot

kadut kêbak dhuwit putih/ katur ing bandaranipun/ prajurit nampani gupoh//

16. Nulya nithik ping têlu/ sona ingkang katiga prapta wus/ dhinawuhan kinèn

ngambil arta rukmi/ gya musna tan dangu wangsul/ sarwi nyako-[21]t

kanthong bagor//

17. Mèsi arta mas pênuh/ kêton ukon rupiyah mas katur/ katur sampun tinampèn

dening prajurit/ arta pintên-pintên karung/ ngurupkên kêrtas ginembol//

18. Kalangkung sukanipun/ mênging driya ngungkuli kang sampun/ ingkang sona

sami kinèn wangsul nuli/ pribadi mring dunungipun/ duk samana cinariyos//

19. Prajurit sêdyanipun pindhah wisma pasewan lênipun/ wit rinasa wus

kaconggah mrabeyani/ samana wus ngalih dunung/ milih wisma kang kinaot//

20. Gêdhong agêng tur luhur/ myang jêmbaring papan sampun cukup/ gya

bêborong bêkakas pirantos panti/ kang èdipèni tinuku/ rêrênggan asrining

wangon//

21. Sandhangan sarwi luhur/ tumbas rata sarakitanipun/ Sang prajurit wus darbe

abdi lan kusir/ langkung mulya gêsangipun/ lir ratu mêngku kadhaton//

22. Dene bebudènipun / sampun ewah tan kadi rumuhun/ datan karsa baladhak

bêboros picis/ kadi ingkang sampun-sampun/ kang sarta èngêting batos//

23. Mring para mitranipun/ datan ana kang ambêk rahayu/ lawan malih èngêt

kalamun wong urip/ saya angunduri sêpuh/ tan wurung prapta ing layon//

24. Lamun maksih lêstantun/ bêbêngkrèkan ngumbar hawa napsu/ Sang prajurit

ajrih Sêsikuning Widi/ duraka ingkang pinangguh/ kang mangkono ora ilok//

24

kalih #*

Page 92: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

25. Marmanya tan linantur/ dènya bêbêngkrèkan ngumbar kayun/ miwah datan

mêmitran sadhengah jalmi/ karana panawangipun/ awis kang darbe

pangrêtos//

26. Mênggah isaratipun/ wong memitran mrih asih lêstantun/ ingkang lumrah

mung ngarah pakolih/ sayêk tan bisa lulus25

/ yèn tan timbang ing têtêkon//

27. Samana sêdyanipun/ Sang prajurit mêmitran wong sêpuh/ kang supaya lamak

sêpuh ing pamanggih/ samangke wus ragi lumuh/ mêmitran lawan wong

anom//

Pupuh X Sinom

1. Sanadyan mitran wong wêrdha/ sayêkti kanthi pamilih/ kang ambêk santa

utama/ kang mêngku kawruh linuwih/ supadya anyawabi/ piwulang amrih

rahayu/ ingkang gampang tinampan/ wus nya mangkana prajurit/ ciptaning

tyas kuciwa dènira dhudha//

2. Sumêdya ngupaya krama/ sampun kamanah prayogi/ kathah [22] pakantuk

ing krama/ sapisan têntrêming ati/ kaping kalih nuntuni/ jênak anè26

wisma

tutut/ dene kang kaping tiga/ sayêkti bisa sumingkir/ anyingkiri mring awon

pasuning karsa//

3. Lamun andarbèni garwa/ wontên ingkang anggondhèli/ tan kenging sakarsa-

karsa/ nadyan panjênêngan aji/ sayêkti darbe ering/ dhatêng garwa kangjèng

ratu/ anggèn gunaning garwa/ saya yèn pinuju sakit/ garwanira kang wajib

amulasara//

4. Wusnya adarbening cipta/ mangkana wau prajurit/ dumadakan emut

marang/ Sang putri-putrèng narpati/ ngudaraosing batin/ apa ta

kuciwanipun/ upama raganingwang/ mêngku putrining narpati/ nadyan ora

lamak kalawan wak ingwang//

5. Ingsun uga wus rumasa/ kalamun wong rabi putri/ nyunggi lumpang kêntheng

sela/ yêkti abot angluwihi/ nanging lamun wak mami/ sarwa sêmbada

kayun27

/ sarta manèh sun wêlas/ marang kusumaning putri/ wus wayahe

nambut silaning akrama// 25

sayêkti tan bisa lulus @#*

26 anèng #*

27 sarwa kasêmbadan kayun @#*

Page 93: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

6. Awit putri wis diwasa/ piningid28

gêdhong têmbagi/ rinêksa tan kêna mêdal/

apa ora bangêt sêdhih/ yêkti kapengin mijil/ nyênyênêng panggalihipun/

sumurup padhang hawa/ wusnya mangkana prajurit/ santun malih kang

dadya raosing driya//

7. Lah mungguh pêrlune apa/ awak ingsun rabi putri/ apan wus akèh tuladhan/

abote wong rabi putri/ marga dudu sêsami/ tan lamak darajatipun/ akèh

prakaranira/ rèwèle maneka warni/ kang sapisan sok ngadi-adi ing karsa//

8. Kapindho sok gêlêm ngina/ mring wong lanang dupèh cilik/ ping têlu kudu

wibawa/ ing karya mung anggêdhingkring/ yèn mangkono wak mami/ kalêbu

bêbasanipun/ nyêngka pangawak braja/ amêngku dudu sêsami/ kang

mangkono têmahane tan kapenak//

9. Luwih bêcik sun ngupaya/ rabi kang padha wong cilik/ supaya sênêng tyas

ingwang/ ora kagêdhèn pamikir/ kang sarta ora kongsi/ dadi pocapan

lènipun/ yata wusnya mangkana/ Sang prajurit èngêt malih/ ing nalika

kasmaran mring Sang kusuma//

10. Sakala asalin cipta/ nêdya nyampurnakên kapti/ samêngko sun kudu nekad/

ngarah putrine sang aji/ tiba bêcik tan bêcik/ gumantung ing kabêgjanku/ yèn

bisa kasêmbadan/ wong pri[23] wajib darbèni29

/ panguwasa mulang muruk

marang garwa//

11. Dadi ora katanggungan/ ingkang wis ingsun lakoni/ dhasar ing saiki lagya/

ginanjar bêgja wak mami/ marang kang maha suci/ sugih dhuwit kancana

gung/ lah apa alanira/ yèn ingsun arabi putri/ bokmanawa katarik ing

bêgjaningwang//

12. Sang prajurit rambah-rambah/ dènya nênimbang pamikir/ mêksa yun

mangangkah garwa/ dhatêng sang kusumèng puri/ tinimbang mundur isin/

aluwung maju misuwur/ wong lanang kang prawira/ wani ngalah rabi putri/

wus mangkana gya mêndhêt sela thithikan//

13. Tandya tinithik sapisan/ sakala kang sona prapti/ Sang prajurit sigra ngucap/

èh sona sira dèn aglis/ ingsun jupukna putri/ putrane ratu kang mêngku/ ing

28

piningit #*

29 wong priya wajib darbèni @#*

Page 94: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

praja Garba Sonya/ rinêksèng gêdhong têmbagi/ kang piningit Sang putri tan

kêna mêdal//

14. Sona sanalika musna/ gya prapta anggendhong putri/ maksih kapati anendra/

Sang kusuma tanpa nglilir/ saking sêktining anjing/ wignya akarya tan

wungu/ prajurit duk tumingal/ dhatêng citranya Sang putri/ sanalika

angganira tanpa polah//

15. Gumêtêr lir kênèng roga/ sumaput kadya wong gingsir/ saking eram dènya

mulat/ marang warnane Sang putri/ tuhu endah rêspati/ samana dupi wus

emut/ sirna sumaputira/ anggagas sajroning galih/ saupama sun ninggala

tatakrama//

16. Datan wurung gawe gêndra/ gègèr nagari ing ngriki/ kaya paran awak

ingwang/ wusanane kang pinanggih/ mangka ta ingsun iki/ wis rumasa anèng

purug/ wong nêka angumbara/ dadak gawe tindak sisip/ luwih bêcik sun

sabar sarèh ing driya//

17. Aywa ge nuruti hawa/ napsu kang kurang prayogi/ upama wong amèk iwak/

ywa ngakti30

buthêk kang warih/ bêcik kang maksih bêning/ iwake kêna

jinupuk/ mangkono kang prayagi/ Sang prajurit nulya angling/ èh ta sona

Sang putri iki balèkna//

18. Marang jro gêdhong têmbaga/ sanalika Sang aputri/ winangsulkên myang

prasada/ maksih sare kadi nguni/ wau ta Sang prajurit/ sapêngkêripun dyah

ayu/ kadadak manah ewah/ pratingkahnya lir wong baring/ sru aniba

angrukêbi turonira//

19. Datan dangu lajêng mênyat/ niba [24]pagulingan malih/ ngolang-ngaling

polahira/ lir sata lagya mèmèti/ sadalu tanpa guling/ mung kèmutan ingkang

wangsul/ dhatêng gêdhong têmbaga/ kadya sinusul tumuli/ saking datan kêlar

nandhang brangtanira//

20. Yata ingkang cinarita/ enjingira Sri Bupati/ têdhak saking liyan garwa/ tuwi

ing putra sang putri/ dhatêng gêdhong têmbagi/ kadya adat ingkang sampun/

Sang Natar31

sesarapan/ sarêng lan putra Sang putri/ miwah ingka32

garwa

sami kêkêmbulan// 30

nganti #*

31 nata #*

32 ingkang #*

Page 95: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

21. Ngunjuk wedang miwah dhahar/ rêmikan kang adi-adi/ ing adhêp para

parêkan/ ngladosi ingkang kinapti/ salêbêting ambukti/ samana

kusumaningrum/ ririh matur ing rama/ ing rèh supêna ing ratri/ sariranya

ginondhol ing sona ajag//

22. Gêngira sami lan sima/ lajêng pinanggihkên maring/ prajurit angulandara/

Sang Nata duk amiyarsi/ tuwin Sang Prameswari/ datan kapita ing kalbu/

kalangkung dukanira/ kèndêl dènya dhahar sami/ kang ginawok amung

supêna ing putra//

23. Sang nata ciptaning driya/ dudu sabaening ngimpi/ cocog lan pamêcanira/

nujum jodhoning nak mami/ bakal antuk prajurit/ andoradasihi iku/ Sang nata

dhawuh sigra/ dhumatêng êmban kèkasih/ sabdanira karya kingkining

wardaya//

Pupuh XI Asmaradana

1. Èh êmban ingsun jatèni/ lah ta iku gustinira/ ing mau bêngi ature/ ngimpi

ginondholing sona/ winawuhakên lawan/ prajurit ngambareng purug/ bangêt

mêjanani mring wang//

2. Marmane dèn ngati-ati/ gonira rumêksa marang/ putraningsun anèng kene/

sira aja nganti nendra/ injênên kang pramana/ ing mêngko bêngi kalamun/

ana kang wani nênêka//

3. Waspadakna dèn patitis/ kang têka arupa apa/ enggal lapura maring wong/

êmban ingkang dhinawuh33

/ nêmbah matur sandika/ angsala barkah pukulun/

kawula sagêd rumêksa//

4. Gya lajêng dènya ambukti/ Sang nata myang garwa putra/ sawusnya pragad

dhahare/ laju jêngkar angadhatyan/ wus praptèng dalêm pura/ amung

ingkang putra kantun/ munggèng jro gêdhong têmbaga//

5. Sang Nata mya34

premèswari/ tan sakeca raosing tyas/ ing rèh kang putra

Sang sinom/ yèn kongsiya katê-[25]mahan/ lir nujum wêcanira/ sayêkti

akarya kusut/ marma Sri nawung sungkawa//

33

êmban ingkang dhinawuhan @#*

34 myang #*

Page 96: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

6. Nahan kang winarnèng ratri/ Sang putri sare sakeca/ kadya adat ing sabêne/

êmban ingkang dhinawuhan/ rumêksa datan nendra/ sangêt ngatos-atosipun/

dènya pinitayèng nata//

7. Tandya sumingiting sêpi/ supadya nyumêrêpana/ bok manawa ana katon/

kadya wong sampun winarta/ supênanira Sang dyah/ duk wanci ing têngah

dalu/ sona aji galih prapta//

8. Sakalangkung agêng inggil/ mripat satrêbang gumêbyar/ tuhu ngajrihi

dhapure/ praptanya tanpa sabawa/ kadya jim nyènyèluman/ punika

pakartinipun/ prajurit Sura Tantaka//

9. Punang sona sigra manjing/ anjujug ing pasareyan/ Sang putri ginondhol

age/ bok êmban dupi tumingal/ mring sona ikang prapta/ singunên tan wigya

muwus/ saking sangêt ajrihina//

10. Dupi sona sampun mijil/ saking jro gêdhong têmbaga/ lagya ical sumêlange/

wêkasane katut wuntat/ bok êmban arsa wikan/ mring ngêndi paraning asu/

kinondhol35

sapurugira//

11. Lampahnya sang sona ririh/ alon sarwi ngarah-arah/ supaya kang lagya

sare/ lulusa kapati nendra/ kongsi praptèng sasana/ aja nganti kagèt wungu/

samana wus praptèng wisma//

12. Ing pondhokaning prajurit/ Sang putri laju binêkta/ manjing jro wisma

sinèlèh/ alon ririh patrapira/ prajurit sukèng driya/ bok êmban ing jawi

kantun/ apan sarwi dharodhogan//

13. Saking sangêt dènira jrih/ sumêlang bok kadênangan/ marma primpên

pangintipe/ datan dangu punang sona/ sinung sasmita mêdal/ ambêkta Sang

dyah winangsul/ dhumatêng gêdhong têmbaga/

14. Bok êmban sampun patitis/ dènya maspadakên tingkah/ wus kacêpêng

wêwadine/ kalamun kusumaning dyah/ tinêpungakên lawan/ mung priya

anom nèng ngriku/ ingkang amêngkoni wisma//

15. Kang darbe pokal tan bêcik/ ngrusuhi marang Sang rêtna/ wusnya mangkana

ciptane/ mêngko lamun wus raina/ ingsun matur Sang Nata/ prayogane omah

iku/ sun dokokane têngêran//

35

ginondhol #*

Page 97: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

16. Kang supaya ora lali/ parane si asu ajag/ dènya anggawa Sang sinom/ duk

samana dumadak -[26]an/ nimbok êmban kèngêtan/ anggèmbol turahan

kapur/ mêntas nyikat sêngkangira//

17. Kori wismaning prajurit/ gya cinirèn kapur mrapat/ nulya angodhog

lampahe/ sagawon samarga-marga/ bok êmban karya tandha/ angècèr-ècèr

kang kapur/ sagung ingkang winêdalan//

18. Punang sona sampun prapti/ gya manjing gêdhong têmbaga/ Sang dyah wus

sinarèkake/ jroning tilam lajêng nendra/ tanpa nglilir samana/ punang sona

nulya wangsul/ bok êmban nyalimpêt prapta//

19. Rèhing wanci maksih ratri/ dadya datan wara-wara/ mring para êmban

kancane/ andharêsêl tumut nendra/ yata wau kocapa/ sagawon duk praptèng

wangun/ kagèt dènira tumingal//

20. Dene ta korining panti/ katon putih amêrapat/ kadya têtêngêr isthane/ punang

sona tur uninga/ marang bandaranira/ Sang prajurit duk angrungu/ sigra

mêdal saking cipta//

21. Niti pariksa ing jawi/ kang kori kinapur mrapat/ têtela ing paningale/ Sang

prajurit anggraita/ iku tandha têngêran/ sapa kang têngêri iku/ baya sona

tinut wuntat//

22. Wusnya mangkana prajurit/ ing wanci dalu gya mêdal/ sarta ambêkta

kapure/ sakathahe lawang wisma/ kang cêlak dunungira/ sami pinrapat ing

kapur/ warata sakèhing tangga/

23. Pamrihe yèn dèn upadi/ tan kantên awisma ingkang/ kinarya nyimpên Sang

sinom/ bingunga kang niti priksa/ yata wau bok êmban/ byar enjing marak

Sang prabu/ ngaturkên lȇ lakonira//

24. Kang pinanggih duk ing ratri/ ing purwa madya wusana/ sampun katur

sadayane/ Sang Nata duk amiyarsa/ kalangkung dukanira/ sigra dhawuh

Sang aprabu/ nimbali ajidenira//

25. Tan dangu prapta ing ngarsi/ kinèn andhèrèk Sang Nata/ karsa têdhakan

wiyose/ sarimbit kalawan garwa/ wigati amariksa/ ingkang kadya aturipun/

êmbaning rumêksèng putra//

Page 98: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

26. Wusnya dhawuh Sri bupati/ sami wahana turangga/ katiga lan ajidene/ ing

marga datan winarna/ samana sampun prapta/ Sang prajurit dunungipun/

Sang Nata angraras driya//

Pupuh XII Mijil

1. Wus waspada dènya mariksani/ mring kori ing wadon/ mawa têngêr marapat

pathane/ [27]gya bêbisik maring pramèswari/ pangirèngsun pêsthi/ iku

dunungipun//

2. Wong kang dosa ngrusuhi nak mami/ sori matur alon/ dhuh pukulun ing galih

dèn sarèh/ awit griya ingkang cêlak ugi/ korinipun sami/ pinrapat ing kapur//

3. Dados dèrèng kantênana panti/ pundi kang sayêktos/ dunungipun tiyang kang

nyaruwe/ putra tuwin awit sagung panti/sami mawi ciri/ bok ngantos kalèntu//

4. Têmah badhe ngudhal-udhal wadi/ saru yèn ta wartos/ ingkang langkung

prayogi ing mangke/ botên èstu anitipi panti/ aluwung Sang aji/ kondura

rumuhun//

5. Pados budi kang langkung pramati/ amrih sampun ngantos/ ngaping kalih

damêl panyepênge / dhatêng tiyang kang darbe pakarti/ dosa mring Sang aji/

wau ta sang prabu//

6. Duk miyarsa aturnya Sang sori/ alêrês rinaos/ sigra kondur kalawan sorine/

mung ajidèn satunggal kang ngiring/ sampun praptèng puri/ yata narpa

wadu//

7. Sampun antuk wênganing pambudi/ karya sutra kanthong/ kêbak ngisèn ing

wiji sawine/ sinung tali lir kalung rêspati/ ingkang ngandhap sami/ binolong

sadarum//

8. Amrih wiji sagêd kocar-kacir/ tan katawis tinon/ yata sampun ratri ing

wancine/ Narpa wadu nyalêngêp nêdhaki/ kang putra wus guling/ kinalungan

sampun//

9. Sona kondur yata kang winarni/ praptaning sagawon/ gya ginondhol Sang

dyah maksih sare/ tinêpangkên lawan Sang prajurit/ nèng sajroning ngimpi/

kadya ingkang sampun//

Page 99: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

10. Sang dyah nulya winangsulkên malih/ mring sajroning gêdhong/ cinarita duk

sona lampahe/ wiji sawi kècèr urut margi/ yêkti tan katawis/ saking

lêmbatipun//

11. Kongsi praptèng panti don prajurit/ dadya tandha maton/ purugipun kang

sona jujuge/ wusnya enjing Sang kusumèng puri/ matur ing rama ji/ kang

pinanggih dalu//

12. Sri Narendra sigra animbali/ ajidan sumaos/ praptèng ngarsa dhinawuhan

age/ kinèn nganthi punggawa prajurit/ titikên dèn titis/ saparaning asu//

13. Anuruta ing wiji sesawi/ kang kècèr sing kanthong/ kongsi prapta ing ngêndi

andêge/ yèku dununge kang mêjanani/ mring sarira sami/ cêkêlên dèn gupuh//

14. Lamu- [28]n budi sira sêmbadani/ yèn bangga linayon/ kang sinabdan

mangkat sarowonge/ sarwi nithik kang wiji sêsawi/ têlas ingkang wiji/

praptèng dunungipun//

15. Sang prajurit ingkang sêdyani lit/ dhatêng Sang lir sinom/ gya rinêncak

winiyungyun akèh/ Sang prajurit wus tan bisa budi/ katuring Sang aji/

kinunjara sampun//

16. Karsa pinatrapan ukum pati/ ginantung mrih layon/ dimèn padha dinulu ing

akèh/ dosanira dene wani-wani/ sêmbrana mring putri/ putrane Sang prabu//

17. Sakalangkung dènira prihatin/ sang sarêng lêlakon/ tilas mukti wibawa adate/

sabèn ari dèn adhêp kang abdi/ lamun arsa guling/ mujung munggèng kasur//

18. Kêmul kamli amba dawa rêsik/ angêt bisa ngorok/ mangke têmah mangkene

dadine/ kinunjara yèn ing wayah ratri/ tanpa dilah sêdhih/ pêtêngan sadalu//

19. Mung angglethak ing jrambah yèn guling/ kalangkung rêkaos/ tangan kalih

kinêcek ing rante/ Sang prajurit siyang dalu nangis/ datan doyan bukti/ datan

bisa turu//

20. Saking sangêt ngraosakên sêdhih/ dènya manggih lakon/ kasangsara ing

batin ciptane/ lah mangkene dadine wong urip/ ingkang anungukti36

/

ngumbar hawa napsu//

36

ingkang wus ambukti @#*

Page 100: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

21. Saupama sun narima nguni/ tan baladhak ingong/ sarta nganggo pamikir

kang sarèh/ ingkang bênêring panimbang bêning/ yêkti ora kongsi/ mangkene

tinêmu//

22. Mungguh apa pêrlune wak mami/ sru kapengin momong/ putra ratu dudu

salamake/ apa kurang pawèstri kang bêcik/ anake wong sugih/ sudagar kang

agung//

23. Yêkti mokal kalamun tinampik/ upama sun dhodhog/ sun takonke marang

wong tuwane/ padhang têrang kang kalawan bêcik/ dhasar sugih dhuwit/

tamtu pinèt mantu//

24. Apadene kabèh wis mangêrti/ lamun awakingong/ sugih dhuwit balaba

awèwèh/ jêbul dadak nyalèwèng ing kapti/ ngarah rabi putri/ wêkasan

kasluru//

25. Tumiba ing cilaka wak mami/ dadi raganingong/ kêna yèn kaparibasakake/

cebol pêksa anggayuh kang langit/ tan rumasa mami/ maune wak ingsun//

26. Luwih mlarat tanpa ika iki/ mung manggung rêkaos/ barêng sinung

kamurahan mangke/ dening Allah kang mur-[29]bèng dumadi/ dadak salin

kapti/ andhandhang kumlungkung//

Pupuh XIII Dhandhanggula

1. Yèn bênêre kudu angèlingi/ ingsun turun wong cilik kewala/ narima ing

sadrajate/ pan gene nganggo gêndhung/ ngangsa-angsa murka ing kapti/

upama wong meminta/ angrogoh rêmpêlu/ wus kasinungan sakilan/ dadak

mrèntèk anjaluk sadhêpa malih/ liwat luwih kêthaha//

2. Ing wêkasan mangkene pinanggih/ kasangsara ing lêlakoningwang/ nuruti

napsu tan sae/ têmah dadi kaduwung/ pikir rumaksa wak kang tampi/

nandhang sangsaranira/ gêtun wis kabanjur/ prajurit wusnya mangkana/

nulya èngêt mring kang anjalari sugih/ tan liya saking sona//

3. Bokmanawa bisa mitulungi/ ing luware kasangsaraningwang/ nulya grayangi

kanthonge/ madosi jimatipun/ ingkang sela thithikan sêpi/ dangu panlusurira/

sela tan pinangguh/ wusana èngêt yèn sela/ kantun wontên ing griya sinèlèh

mungging/ ngandhap bantaling tilam//

4. Sang prajurit ing tyas langkung kingkin/ lah ta priye iki akalingwang/ dene

mangkene dadine/ wong lagi nandhang kojur/ sapolahe kudu tan bêcik/ pama

Page 101: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

wong bangêt lara/ kakèhan jêjamu/ miwah tamba warni-warna/ ingkang dudu

adune yêkti tan mari/ malah wuwuh rêkasa//

5. Pancèn lagi apês awak mami/ ora kurang margane sangsara/ makatên ing

pamupuse/ nanging prajurit wau/ taksih darbe tilas utami/ dènya Sri

kêkêmpalan/ dhatêng para sêpuh/ mèt wulang ingkang prayoga/ ciptaning

tyas sumêdya ngrasuk agami/ dadya amung narima//

6. Dènya nandhang prihatin ing batin/ sru nalangsa munggèng jro kunjara/

èngêt ing guru wulange/ bêgja cilaka iku/ wus pinasthi dening Hyang Widi/

sakèhing makluking Hyang/ kang urip sadarum/ wus pinanci pancènira/

sadurunge manusa lair nèng bumi/ pêpêsthèn wus tumiba//

7. Marma ana paribasan rungsit/ dhingin pinasthi anyar pinanggya/ punika

mangka cihnane/ sawusira kadyèku/ ing pamanggihira prajurit/ karaos

sinung padhang/ ing manah narawung/ ciptanya pêrlune apa/ nganggo susah

angrusak kuthaning pêsthi/ kang wus kinondrating hyang//

8. Samubarang tan bisa gu-[30]mingsir/ lamun ingsun nyelaki lêlakyan/

prasasat nampik têgêse/ mring karsaning Hyang Agung/ sapira ta duraka

mami/ marma prayoga pasrah/ jiwa raga katur/ lawan tawêkêling driya/ ing

nalika lagi nandhang susah ati/ suka sukuring sukma//

9. Pinaringan nikmat dening Widi/ eya Allah ya robi kang sipat/ ing rohman

lawan rohkime/ mugi amba pukulun/ pinaringan apurèng Widi/ sagung ing

dosa amba/ dhuh nyuwun linêbur/ sampun ngantos kapêpancang/ ulun Gusti

tan kuwawi anglampahi/ gêsang kanthi sangsara//

10. Wusnya mangkana wau prajurit/ lagya sagêd tilêm nèng kunjaran/ ragi abrit

guwayane/ ananging dèrèng purun/ nêdha sêkul cadhong ing bukti/ tansah

mung munêk ing tyas/ yata kang winuwus/ ing siyang jam kalih wêlas/ juru

rangsum prapta anyadhongi bukti/ sagung kang kinunjara//

11. Sang prajurit alon dènira ngling/ sarwi nêdhahakên sêsupe mas/ intên lami

maripate/ gumêbyar sorotipun/ lah punika supe pangaji/ sèwu sêmat salaka/

yèn andika purun/ mitulungi mring kawula/ kang saèstu supe kawula puniki/

katura jêng andika//

12. Juru rangsum alon amangsuli/ sira arsa jaluk tulungana/ Sang prajurit lon

ature/ kawula nyuwun tulung/ kapêndhêtna gadhahan mami/ warsi sela

thithikan/ anèng wisma kantun/ sumèlèh ing ngandhap bantal/ kapundhuta

dhatêng rencang kula inggih/ ingkang atêngga wisma//

Page 102: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

13. Botên saking adine kang warni/ sela kula thithikan punika/ amung saking

tilarane/ tiyang sêpuh kang pungkur/ wajib lamun pinundhi-pundhi/ makatên

wigatinya/ ngèstokakên dhawuh/ pusaka saking sudarma/ ing suraos mrih

kêmpal mring kang nilari/ makatên wosing sêdya//

14. Juru rangsum saklangkung kapengin/ aningali kang supe kancana/ kang

kangge epah badhene/ wêkasan juru rangsum/ sagah badhe amitulungi/

prajurit panêwanya/ yata kang winuwus/ nujwari giliranira/ juru rangsum

datan kalêpasan jagi/ rangsuming pakunjaran//

15. Nulya mentar mring wismèng prajurit/ enggalipun cariyos kaalap/ kang sela

panithikane/ kabêkteng juru rangsum/ tinampekên maring prajurit/

kalangkung sukanira/ sira juru rangsum/ [31]tampi epahan supe mas/ mripat

intên nulya rêrikatan mulih/ wau ta cinarita//

16. Sang prajurit dupi anampèni/ sakalangkung suka ciptaning tyas/ bokmanawa

ing samangke/ asu bisa têtulung/ angluwari cilaka mami/ samana praptèng

mangsa/ ari kang tinamtu/ ginantung kang karya sona/ kathah ingkang sami

prapta yun ningali/ saking dhusun myang manca//

17. Ngalun-alun kêbak isi jalmi/ wus binaris kupêng tumbak ligan/ rame gumuruh

swarane/ panggantungan myang dhadhung/ Mandaraka ingkang angrukti/

saradhadhu samêkta/ baris bêdhil agung/ rame tinarung tabuhan/ tambur

miwah salomprèt mungêl mêlingi/ para priyayi praja//

18. Sampun pêpak kêmpal sami jagi/ Sang Narendra têdhak amariksa/ munggèng

ing panggung lênggahe/ nunggil jêksa pangulu/ wus sinawang ingkang

piranti/ andhaning panggantungan/ ingadêgkên sampun/ munggèng

madyaning bacira/ wus sadhiya nèng ngandhap gantungan sami/ rame

swaraning jalma//

19. Sang prajurit wus binêkta mijil/ dening para saradhadhu kathah/ saking

kunjaran rinante/ kinêcèk tanganipun/ kinudhungan ing mori putih/ sampun

praptèng bacira/ kainggahkên gupuh/ munggèng luhur panggantungan/

Mandaraka gya nyêpêng kêndhat dupi37

/ arsa pinatrapana//

20. Ing gulune wau Sang prajurit/ gya wicantên dhatêng Mandaraka/ kawula

nyuwun sumêne/ badhe darbèni atur/ ing Sang Prabu namung sakêdhik/

37

Mandaraka gya anyêpêng kêndhat dupi @#*

Page 103: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

lajêng konjuk ing nata/ kalilan umatur/ lah arêp umatur apa/ Sang prajurit

matur rèh ing amba Gusti/ badhe kaukum kisas//

21. Nyuwun lilah ing paduka Gusti/ ulun badhe ngaso sês sakêdhap/ wus

kaparêng panyuwune/ prajurit sampun sinung/ klobot sata nulya lininting/

duk arsa pinaringan/ latu kangge udut/ prajurit alon turira/ botên sisah ulun

pinaringan api/ karana sampun gadhah//

22. Latu38

sela thithikan puniki/ dhawuh nata kinèn nyarantèkna/ dènya udut

sarampunge/ kang tampi dhawuh prabu/ pra punggawa sarèh ing kardi/

prajurit wus kalilan/ denirarsa udut/ sakala lêga tyasira/ sigra ngambil kang

sela nulya thinithik/ sapisan jlêg kang prapta//

23. Sona ingkang sapisan gya nithik/ kaping kalih tandya jlêg kang prapta/ sona

kang kaping kalih-[32]e/ nithik kang kaping têlu/ sona katri jlêg ingkang

prapti/ sadaya kaget mulat/ tanpa bisa muwus/ singunên wulu dhapurnya/

ingkang sona gêng inggil angêgirisi/ tiga sujud sadaya//

24. Munggèng ngarsanira Sang Prajurit/ samya ebat sagung kang tumingal/

dene buron apa kuwe/ punang sona umatur/ wontên karsa nimbali dasih/

sumangga kadhawuhna/ paran kang kinayun/ prajurit sru wuwusira/ marma

sira katêlu ingsun timbali/ padha sumurupana//

25. Lamun ingsun ing sadina iki/ yun kaukum gantung praptèng kisas/ dening

ratu praja kene/ belanana wakingsun/ sona katri duk amiyarsi/ sigra

mancolot mêsat/ saking ngarsanipun/ prajurit ngamuk katiga/ Mandaraka

rumiyin kang dènpêjahi/ mungkur nrajang barisan//

Pupuh XIV Pangkur

1. Saradhadhu myang punggawa/ sru kinêrêk palihan kang ngêmasi/ bubar

sarsaran sumawur/ rame sambating jalma/ kang umiyat pating bilulung

lumayu/ giris mulat krowanira/ sona ngrampêt mêmatèni//

2. Samya nglêsa ngungsi gêsang/ Sri Narendra bêngok-bêngok mring dasih/

mundhut tulung mrih binantu/ sêlak katubruk sona/ ingkang agêng piyambak

ingkang ngarêmus/ katung kaki nrubut tiga/ Sri Narendra wus ngêmasi//

38

watu #*

Page 104: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

3. Bibar gègèr ing bacira/ pra punggawa saradhadhu prajurit/ tan ana wani

tumangguh/ miris mulat gêngira/ punang sona dhasar ing pangamukipun/

sêbat-sêbut pindha kilat/ tan kêna dènsarêpêki//

4. Nadyan kinocok ing braja/ myang udanan kinggar miwah jemparing/ yêkti

tanpa karya iku/ sona kadya nyèluman/ cat katingal cat musna datan kadulu/

marma sagunging pra wadya/ sami lumayu anggêndring//

5. Tan tolèh ing ratunira/ nanging sona maksih nêsêr mangusir/ kathah ingkang

nandhang tatu/ sangsara winasesa/ dening sona tan ana kang têguh timbul/

pêjahipun warna-warna/ wontên kang kêsandhung mati//

6. Wontên kang kidak ing kanca/ kang sawênèh dhawah kajlungup mati/

nahanta ingkang winuwus/ patih pengagêng praja/ malajêng ngingis

angrêngkul ing jêngku/ mring prajurit angrêrêpa/ kula nyuwun gêsang sami//

7. Sakanca têluk sadaya/ botên nêdya boga pasrah nagari/ sumangga katur

pukulun/ namung panyuwun amba/ mugi-mugi wontêna-[33]sih kang

dhumawuh/ supados kèndêl kang sona/ dènya ngamuk nêniwasi//

8. Manawa lulus kauja/ botên wandha têlas tiyang sanagri/ satêmahan praja

suwung/ manawi ngantos sonya/ dhuh ta sintên kang dènratoni puniku/ yèn

tan wontên pra kawula/ tan ngadêg karaton aji//

9. Praja têmah dados wana/ margi saking tan wontên kang mêlasi/ risaking pra

kawula gung/ prajurit duk miyarsa/ ing ature Sang patih lêrês kinalbu/

saksanama ngambil sigra/ kang sela asru thinithik//

10. Sona katiga jlêg prapta/ kinèn sami kèndêl dènya ngamuki/ sona nyèluman

musna wus/ sirêp ruharèng praja/ sakalangkung asrêp tyase pra wadya gung/

ing mangke wus tan katingal/ sona kang udu bilahi//

11. Samana sang patih sigra/ ngêmpalakên para punggawèng nagri/ agêng alit

datan kantun/ miwah pra dasih samya/ sampun sami kêmpal munggèng jro

kadhatun/ myang sagung para kawula/ sadaya wus dènundhangi//

12. Jro nagari jawi praja/ tinimbalan sadaya sampun prapti/ ngêmpal munggèng

ngalun-alun/ pan sami winartosan/ lamun arsa anjumênêngakên ratu/

dhatêng kang unggul ing yuda/ prajurit kang lagi prapti//

Page 105: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

13. Wusnya sangkêp kang pranatan/ Sang prajurit sampun jinunjung aji/ para

putri jro kadhatun/ katuring Sri Narendra/ tan antara lami Kusumaning

arum/ kang anggung karya wigêna/ sampun dhaup lan Sang aji//

14. Agênging kang pamiwaha/ karamean ing jro pura marnani/ tanapi ing alun-

alun/ anggung bogandrawina/ myang lêlangên jalu wanita nèm sêpuh/ suka-

suka parisuka/ nutug kongsi pitung ratri//

15. Tan ana ingkang kacuwan/ sang pangantèn lulut dènya mangun sih/ Sang

rêtna sajroning kalbu/ narimah panduming Hyang/ dènya krama tan sami

bangsaning luhur/ mung bangsa alit kewala/ kanthi linabuhan pati//

Pupuh XV Kinanthi

1. Tur sampun jumênêng ratu/ gumanti ing rama swargi/ kang ibu mangayu

bagya/ marma Dewi Sarimurni/ kalangkung sêtyaning driya/ jrih asih bêkti

ing laki//

2. Punapa malih Sang Prabu/ kaojating liyan nagri/ ing kasuranirèng karsa/

dènya ambêdhah nagari/ paragad padha sadina/ karana kagungan abdi//

3. Sela nyèluman têtêlu/ agêngira nglêluwihi/ dibya tan pasah ing braja/ durung

ana jroning bumi/ kadya kang sona nyèluman/ kêkês parangmuka[34] têbih//

4. Nahan gantya kang winuwus/ semahira Sang prajurit/ kang mêmêlas anèng

wisma/ momong suta maksih alit/ jalu aran pun Suraya/ dahat dènya ngarsi-

arsi//

5. Ing praptane lakinipun/ kang kesah nglampahi baris/ Bok Suraya ciptanira/

dene wus antara lami/ tan ana pawartanira/ baya kaangsah tên jurit//

6. Nèng paran nêmahi lampus/ dene ora mulih-mulih/ lamun ora mangkonoa/

apa wis ora ngèlingi/ kuwajibaning wong priya/ ninggal anak lawan rabi//

7. Nèng wisma mung anggung nganggur/ sêpi ingkang dèntandangi/ tan ana

kang angsung pangan/ Bok Suraya sru prihatin/ ribêd39

tinangisan suta/

nêdhêng sumêga kang wanci//

8. Rarya umur wolung taun/ tininggal bapa tan mulih/ Bok Suraya raosing tyas/

sèwu susah sèwu sêdhih/ kapèpèd40

ing suta lapa/ têmah mentar luru kardi//

39

ribêt #*

Page 106: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

9. Suta ginawa bêburuh/ tanggêntang anggendhong sênik/ mring mancapat

manca lima/ mangkana kongsi sawarsi/ dènya nyaranti ing priya/ tita têtela

tan mulih//

10. Dangu-dangu dènya buruh/ mênthêl bisa simpên picis/ saking wêkêle mring

karya/ samubarang dènlakoni/ talatèn kanthi narima/ winantu pangati-ati//

11. Ing sawiji dina nuju/ Bok Suraya lawan siwi/ kesah saking wismanira/

angupaya banyu bêning/ yun têtanya mring wong wêrdha/ kang wignya sung

padhang ati//

12. Karana pangrunguningsun/ lamun sangandhaping ardi/ ing Serang ana

wong tuwa/ aran Kyai Jagung Garing/ kalangkung waskithèng driya/ yèn

mêmêca datan sisip//

13. Wus misuwur madêg guru/ saking kawruha linuwih/ samubarang datan

kewran/ pramana kang gaib-gaib/ Bok Suraya lawan suta/ praptèng ngarsa

angabêkti//

14. Wus kinèn lungguh ing ngayun/ sinung pambagya basuki/ dinangu nama

myang wisma/ miwah kang dadi wigati/ Bok Suraya apratèla/ marmanya

prapta sumiwi//

15. Nyuwun pinaring sumurup/ ing rèh lakinya prajurit/ dènya kesah sampun

lama/ sapriki wus tigang warsi/ tan wontên pawartosira/ datan mantuk

praptèng mangkin//

16. Punapa ta sampun lampus/ utawi yèn maksih urip/ karana anilar suta/ punika

ingkang tut wuri/ sutamba nama Suraya/ makatên wosing wigati//

17. Kyai guru wus sumurup/ ing rèh lêlakon kang gaib/ [35]manabda èh Bok

Suraya/ sira dènnarimèng batin/ aja sumêlang tyasira/ ing wuri bakal

amanggih//

18. Kabêgjan kang langkung agung/ jalaran sutanirèki/ iya Ki Jaka Suraya/ yèn

mangsane wus dumugi/ ing umur limalas warsa/ ing kono lagi miwiti//

19. Lakon kang bakal tumuwuh/ marma dèn sabaring ati/ samêngko sira muliha/

lan sutanira dènbêcik/ aywa sah mêmintèng sukma/ kanthi saranta ing kapti//

40

kapèpèt #*

Page 107: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

20. Samana kang tampi dhawuh/ kalangkung asrep ing ati/ wangsitipun kasogata/

gung ginêgêt jroning batin/ Bok Suraya lawan suta/ wusnya kinèn marang

wuri//

21. Lajura ratêng sakayun/ Suraya kang angladeni/ nèng pawon tumandang

karya/ wusnya ambukti wong kalih/ wus sinung prênah yèn nendra/ ing ngriku

kadya ambatih//

22. Sipêng kongsi tigang dalu/ Bok Suraya lawan siwi/ dènya anèng gunung

Serang/ carane Ki Jagung Garing/ kinawruhan sadayanya/ yata kawuwusa

enjing//

23. Nêmbah nuwun pamit mantuk/ jinurung wus praptèng panti/ yata ingkang

cinarita/ Nyai Wêrdha kang ngêmasi/ duk pinagas gulunira/ dhatêng sira

Sang prajurit//

24. Sayêkti karya pangungun/ dene ta dosa linalis/ yèku munggèng jalaran41

/

dosane Nyi Wêrdha awit/ dadi juru tênung tansah/ miyala drêngki mèt pati//

25. Marang samining tumuwuh/ tan darbe wêlasing batin/ wêkasan manahur

utang/ gênting datan dènwêlasi/ tinugêl gulune pagas/ mati dening Sang

prajurit//

26. Nyai Wêrdha ingkang lampus/ andarbèni gurunadi/ ing rèh ngèlmu

patênungan/ yèku Kyai Jagung Garing/ kalangkung waskithanira/ wruh

wêwadi kang piningit//

27. Kang alus kang lêmbut-lêmbut/ kang rungsit-rungsit kang wêrit/ widagda

sandi manukma/ sampun uninga ing galih/ yèn Nyi Wêrdha siswanira/ wus

lamis sring karya kangkin//

Pupuh XVI Asmaradana

1. Yata cinarita malih/ Bok Suraya lawan suta/ wus lamining pangantine/ dupi

wus antara warsa/ samana pun Suraya/ wus umur limalas taun/ dumugi ing

mangsanira//

41

yaiku munggèng jalaran @#*

Page 108: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

2. Bok Suraya lawan siwi/ sowan marang ardi Serang/ wus panggih lawan

gurune/ Kyai Jagung Garing nabda/ lah iku sutanira/ wus diwasa

sêdhêngipun/ ing mêngko nglakoni karya//

3. Bok Suraya wus jinati/ lê-[36]lakone lakinira/ ing mêngko dadi wong gêdhe/

anèng nagri Garba Sonya/ wus madêg Naranata/ sumilih jêjulukipun/ Sang

Prabu Purba Angkara//

4. Kang sarta wus rabi putri/ kalangkung mukti wibawa/ kuciwa rupak budine/

Bok Suraya duk miyarsa/ lêngêr-lêngêr ing driya/ sèwu gêtun sèwu ngungun/

dene ta têka mangkana//

5. Bapakne Suraya iki/ sanadyan rabia sasra/ wong lanang awênang bae/

nanging lamun bisa nata/ marang wajibing krama/ balik bojo siji amung/

kapiran nora kadriya//

6. Sarta ninggal bocah cilik/ bêcik têmên Pak Suraya/ kaya mangkono tingkahe/

lali mring batih lan suta/ wêkasan Bok Suraya/ matur sumangga Ki guru/

Suraya katur paduka//

7. Ki guru wacana aris/ lah iya lamun mangkana/ padha rèrèh anèng kene/

kalawan sira Suraya/ dènmantêp pikirira/ aywa mingkuh ing pakewuh/ sira

kudu nglakonana//

8. Pakarti kang luwih gaib/ aywa ta wêdi kangelan/ ana gatine ing têmbe/ dèn

bisa nampani wulang/ ing rèh kawruh kajinan/ panukmanirèng ngalimun/

Suraya antuk dêdalan//

9. Suraya matur wotsari/ lah inggih dhatêng sandika/ sagêda nglampahi

pangrèh/ punapa dhawuh paduka/ sayêkti linampahan/ nadyan sakit praptèng

lampus/ kawula botên suminggah//

10. Kyai guru suka angling/ lah iku luwih prayoga/ wong kang mangkono antêpe/

sayêkti manggih pahala/ nahanta cinarita/ duk ing wanci lingsir dalu/ nuju

wus sirêp sujalma//

11. Samana sampun winangsit/ ing rèh kawruh palimunan/ apindha jin

kadibyane/ manukma sandi upaya/ Suraya wus widagda/ mangkya karsanya

keguru/ nandukên karti sampeka//

Page 109: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

12. Suraya sampun winangsit/ kinèn mêndhèt punang jimat/ watu thithikan

dununge/ sinimpên primpên nèng pura/ ing praja Garba Sonya/ dening kang

jumênêng ratu/ Sang Prabu Purba Angkara//

13. Sela ambilên dènkêni/ dinunung nèng pêthi êmas/ gawanen lawan wadhahe/

kalamun iku wus kêna/ apa sakarêpira/ sayêktine ora luput/ samubarang kang

sinêdya//

14. Jaka Suraya turnya ris/ kados pundi patrapira/ pamêndhèt kula badhene/

dene ta sela thithikan/ rinêksa munggèng pura/ sayêkti [37] sangêt pakewuh/

Ki guru alon ngandika//

15. Aja sumêlang sirèki/ lêbunira marang pura/ arahên ing wayah sore/ mataka

ngêlmu kajinan/ yêkti datan katingal/ lah ta iki saratipun/ rimangga tali

kêmtular//

16. Kawaca lus sutra langking/ yêkti datan kawadaka/ ing sêsolahira mangke/

samana wus winasita/ lêlêngitan ing mantra/ kang ginêbêng jroning kalbu/

Suraya sampun widagda//

17. Wusnya nyêmbah nyuwun pamit/ sinung pangèstu raharja/ kalangkung nuwun

ature/ wus mangkat saking sasana/ ing marga tan winarna/ sigêg gantya kang

winuwus/ ing nagari Garba Sonya//

18. Prajurit kang madêg aji/ kalimput ing kawibawan/ dupèh wus dadi Pamase/

tur rabi putrining Nata/ sangêt datan rumasa/ yèn ing donya ana lampus/

Sang patih tur pariwara//

19. Dhuh pukulun Sri Bupati/ cumanthaka pun apatya/ saking dahat angowêle/

ing wus tipakuning praja/ matur rèh sudarsana/ wasitaning madêg ratu/ yèn

arda datan widada//

20. Dènira amêngku bumi/ manawi anggung kasukan/ tan kêndhat siyang ratrine/

tan ngengêti pra kawula/ kang dadya isi praja/ samya nandhang kawlasa yun/

karana kirang binoga//

21. Upami beyanira ji/ arta kang kagêm kasukan/ kang mirunggatan pagawe/

sinêbar kinarya darma/ dhatêng para kawula/ kang ngêrês macêt adus luh/

dènya kêkirangan têdha//

Page 110: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

22. Binage ingkang waradin/ mring dasih kang kamlaratan/ saiba-iba luhure/

karatonira sang Nata/ kontap dadya darsana/ karana kang madêg ratu/ iku

wêwakiling sukma//

23. Langkung asih dhatêng dasih/ sami sinung kamirahan/ ing sandhang miwah

buktine/ têtêp lamun wicaksana/ ratu ingkang mangkana/ priksa gatining

tumuwuh/ ingkang kapungsêng mung boga//

24. Yèn ora mangkono pasthi/ rêng kadarajating praja/ tan wurung bakal

rinemeh/ mring sagung para kawula/ miwah para nayaka/ tan ana

sumungkêmipun/ rumasa tan darbe Nata//

25. Ingkang nêtêpi utami/ kang dadi pandam pandoman/ wusnya mangkana

ature/ kyana patih mangku praja/ amrih luhuring praja/ nanging sarirênga

Prabu/ tan pisan angraosêna//

26. Ngugêmi karsa pribadi/ dupèh wus madêg pramata/ yata Ki Jaka lampahe/

wus prapta ing Garba Sonya/ laju manjing jro pura/ sore èntèh wancipun42

/

tan ana ingkang uninga//

27. Karana wus matak aji/ ing ngelmu jin palimun-[38]an/ marma tan ana

nyaruwe/ Ki Jaka anjarah pura/ ing pundi dunungira/ pêthèn kancana

rinuruh/ kang isi sela thithikan//

28. Samana sampun pinanggih/ munggèng gêdhong pasarèan/ kang pêthen

sinambut age/ saksana binêkta mêdal/ wus praptèng jawi pura/ Jaka Suraya

gya wangsul/ sampun praptèng ardi Serang//

29. Panggih lan Ki Jagung Garing/ ngaturkên pêthèn kancana/ Ki guru suka

sabdane/ lah iku luwih prayoga/ pêthèn laju binuka/ sela thithikan sinambut/

sarwi manis sabdanira//

Pupuh XVII Dhandhanggula

1. Èh Suraya wruhanira iki/ jimat adiran watu thithikan/ kang luwih-luwih

dayane/ singa ingkang anggadhuh/ kasêmbadan barang kinapti/ samana pun

suraya/ wus sinung piwuruk/ pratikêle ngundang sona/ wus kacakup wangsite

Ki Jagung Garing/ rinêgêm jroning driya//

42

sore èntèh wancinipun @#*

Page 111: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

2. Punang sona thithikan kang adi/ pinaringkên mring Jaka Suraya/ samana

sampun tinampèn/ kalangkung sukanipun/ pun Suraya anyuwun pamit/

mantuk lan renanira/ jinurung pangèstu/ nêmbah kalilan gya mangkat/

praptèng wisma Bok Suraya lawan siwi/ sami awawan sabda//

3. Renanira alon dènirangling/ èh Suraya para puwaranya/ Ki Jagung Garing

wulange/ apa ta wis kacakup/ dening sira Suraya angling/ iya ingsun wus

tampa/ kabeh wulangipun/ Ki Jagung Garing ing Serang/ tuhu yêkti tan ana

ingkang nalisip/ nyata pemêcanira//

4. Parentahe wus ingsun lakoni/ lah samêngko sira pratêlana/ apa kang ko

karêpake/ ingkang dadi butuhmu/ ingsun ingkang bakal ngupadi/ Bok Suraya

wuwusnya/ sokur yèn kadyèku/ wong urip ana ing donya/ kang adhakan

sayêkti mung butuh dhuwit/ kanggo madhang lan nyandhang//

5. Wus mangkana Bok Suraya nuli/ kinèn kèndêl nèng sajroning wisma/ sarwi

akancing lawange/ Jaka Suraya mêtu/ munggèng latar sigra angambil/

ingkang sela thithikan/ thinithikên sampun/ sapisan/ jlêg ingkang prapta/

sona ingkang rumêksa arta dêmbagi/ pindha singa gêngira//

6. Ngadhêp ngarsa andhêkêm nèng siti/ Bok Suraya nginjên duk tumingal/

ngoplok angèwèl lambene/ datan bisa calathu/ saking dahat dènira ajrih/

dene sona kang prapta/ langkung agêngipun/ sona matur paran karsa/ de

bandara animbali dhatêng dasih/ sumangga kadhawuhna//

7. Mring kawula paran kang kinapti/ duk miyarsa Ki Jaka Suraya/ kalangkung

ngungun ing tyase/ dene ta ana asu/ bisa [39] ngucap kadi sujalmi/ wusana

wuwusira/ sun anjaluk tulung/ kajupukna dhuwit ingwang/ ingkang sona blas

musna tan dangu prapti/ sarwi nyakot gêgawan//

8. Bagor rajut kêbak isi picis/ gya tinampan mring Jaka Suraya/ muwus wis

balia age/ punang sona musna wus/ bagor nulya binêkta panti/ arta laju

sinuntak/ ing jogan supênuh/ Bok Suraya eram mulat/ de samono kadibyanira

kang siwi/ kalangkung sukuring Hyang//

9. Wus mangkana Ki Jaka gya mijil/ munggèng latar sru nithik kang sela/

kaping kalih panithike/ tandya jlêg praptanipun/ punang sona kang kaping

kalih/ sajaran tèji gêngnya/ Bok Suraya ndulu/ langkung singunên tyasira/

sona matur paran karsa animbali/ sumangga kadhawuhna//

10. Ki Jaka ngling jupukêna dhuwit/ mring jro gurda kang rupa salaka/ musna

kang sona tan suwe/ wangsul wus nyakot rajut/ bagor kêbak isi kang picis/

Page 112: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

salaka wus tinanpan/ Ki Jaka amuwus/ wis sona sira balia/ punang sona wus

musna Ki Jaka nuli/ manjing sajroning wisma//

11. Sarwi nyuntak bagor dhuwit putih/ angguladrah ngêbaki kang jogan/ Bok

Suraya suka tyase/ eram dènya andulu/ dhuwit prapta datan pawilis/ ukon

kêton rupiyah/ pirang-pirang tumpuk/ langkung bingung Bok Suraya/ sru

pakewuh gone arsa anyimpêni/ tan ana kanggo wadhah//

12. Bok Suraya alon dènirangling/ lah kapriye apa kanggo wadhah/ myang ing

ngêndi panyimpêne/ Jaka Suraya muwus/ iyo mêngko pinikir maning/ saiki

ênêngêna/ ing kono karuhun/ sun arsa ngambil arta mas/ pun Suraya sigra

mêdal saking panti/ sampun prapta ing latar//

13. Nulya nithik kang sela kaping tri/ jlêg kang prapta sona kaping tiga/ sami lan

dipangga gênge/ satrêbang mripatipun/ gêbyar-gêbyar angêgirisi/ Bok

Suraya duk mulat/ dhipêt êrêmipun/ tan wani lamun mêlèka/ wus tan darbe

cipta lamun maksih urip/ suta Jaka Suraya//

14. Sona matur paran kang kinapti/ animbali dhatêng dasihira/ Jaka Suraya

wuwuse/ jupukna dhuwit ingsun/ anèng gurda kang rupa rukmi/ punang sona

gya musna/ tan antara wangsul/ sarwi nyakot bagor ingkang/ kêbak isi uang

kancana tinampi/ dening jaka Suraya//

15. Sakalangkung sukanirèng galih/ Ki Jaka ngling [40] lah uwis balia/ marang

dunungira manèh/ punang sona musna wus/ pun suraya gya manjing panti/

sarwi anyuntak arta/ nèng jogan kumrupyug/ Bok Suraya bingung mulat/

datan têlas gawokira jroning ati/ dene kabina-bina//

16. Cinarita Ki Jaka wus kardi/ wisma gêdhong agêng langkung pelag43

/ pêpak

prabot pirantine/ miwah panganggènipun/ Bok Suraya kalawan siwi/ sirna

sipating sudra/ wus pindha wong luhur/ karya ebating tumingal/ samya

ngungun kang tangga miwah têpalih/ dene ora kayaa//

17. Bok Suraya salawase miskin/ mêngko dadi bangsaning hartawan/ plok

tininggal ing lakine/ ing ngêndi gone luru/ kasugihan angingu dhêmit/ nahan

ta kang rêrasan/ samana winuwus/ suraya manabdèng rena/ sêdyaningwang

si bapa ingsun walêsi/ dènya tega mring sira//

18. Bok Suraya duk miyarsa angling/ ing bab iku anggèr sakarsanta/ ingsun tan

bisa nyaruwe/ luwih-luwih sirèku/ ingsun amung mêkas sathithik/ nadyan sira

43

pelak #*

Page 113: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

walêsa/ aja praptèng lampus/ wit iku kang ngukir sira/ tan prayoga

bokmanawa milalati/ mung iku wêkasingwang//

19. Pun Suraya duk miyarsa wêling/ muwus aja sumêlang tyasira/ wus sun pikir

sadurunge/ samana sigra nambut/ ingkang pêdhang kalangkung lungit/

tinalongsong kancana/ kinalungkên sampun/ Jaka Suraya gya mangkat/

tanpa kanthi lumampah ing wanci ratri/ ing marga tan winarna//

20. Praptèng Garba Sonya wanci enjing/ pun suraya ngumbar kapurunan/

manggihi lawan patihe/ muwus patih praptèngsun/ nêdya njabêl nagara iki/

karana ratunira/ tan pêrang tumangguh/ mêngko ingsun kang minangka/

sarayane ratunira kang wus lalis/ tan nêdya mundur ing prang

Pupuh XVIII Durma

1. Kyana patih miwah sagung pra punggawa/ kapita duk miyarsi/ sru dènira

nabda/ èh sira bocah apa/ murang krama tanpa kèring/ ngumbar kasuran/

sapa apanirèki//

2. Sarta ngêndi pinangkanira ing wuntat/ dene ta kumawani/ bocah mung

sapala/ sapira bangganira/ Ki Jaka asru mangsuli/ yèn tambah mringwang/

Suraya aran mami//

3. Pra punggawa bramantya sru wuwusira/ sabar kiyai patih/ bocah murang

tata/ tan nuntên tinandangan/ pra punggawa nubruk wani/ Jaka Suraya/

indha mêsat mring jawi//

4. [41] Sru sêsumbar lah payo rêbutên ingwang/ iki bocah ing bukit/ kampung

Saralaya/ kono wismamanira/ Ki Jaka sigra anarik/ pêdhang kumilat/ tandya

narajang wani//

5. Pra punggawa mantri miwah hulubalang/ panggih samya nadhahi/ Ki Jaka

sru mêdhang/ tinangkis sami pêdhang/ kumêncras warani ratri/ rame

wurahan/ pêdhang pinêdhang gênti//

6. Miwah tangkis-tinangkis ulah warastra/ tan ana kasaliring/ rinoban ing

kathah/ Ki Jaka kèwran ing tyas / gya matak ajinira jin/ sampun limunan/ Ki

Jaka tan kaèksi//

Page 114: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

7. Pra punggawa gêragu kecalan mêngsah/ matur marang Ki Patih/ mêngsah

sagêd ngical/ dede44

suwadosira/ Ki Patih parentah aglis / barisa kapang/

lamun bocah kaèksi/

8. Aja kongsi gagal tungkêbên ing kathah/ yata ingkang winarni/ Sang Prabu

miyarsa/ Ramèswara45

ing wadya/ nyêkêl bocah kumawani/ aran Suraya/ ing

Saralaya bukit//

9. Sampun katur Sang nata kalangkung duka/ kaparat mêjanani/ dhawuhirèng

Nata/ kinèn nyantosanana/ bocah cêkêlên dènkèni/ aturna mringwang/ apa

dhapure anjing//

10. Duk ngatingal46

Jaka Suraya rinêmpak/ amêdhange tan polih/ rame ing

bacira/ wadya saya gung prapta/ oncat Jaka Suraya nis/ karoban lawan/

praptèng jro wana sêpi//

11. Sigra nithik kang jimat sela thithikan/ sapisan kaping kalih/ nuli kaping tiga/

jlêg-jlêg kang sona prapta/ nèng ngarsa umatur Gusti/ paran kinangsa/

nimbali para dasih//

12. Ngungun Jaka Suraya sru wuwusira/ marmane sira katri/ padha ingsun

undang/ bêdhahên prajanira/ Sri Purba angkara aglis/ ing Garba Sonya/ iku

kalilip mami//

13. Punang sona katiga duk amiyarsa/ musna umangsah aglis/ nrajang

pabarisan/ punggawa Garba Sonya/ duk mulat sona tri prapti/ bubar

sumêbar/ ngungsi marang Ki Patih//

14. Matur lamun kang sona ing nguni prapta/ samnya ngamuk mawêrdi/ kèh

wadya kang pêjah/ Ki Patih kagyat maras/ lumajêng ngungsi ing puri/

kadhaton kêbak/ dadya gung tanpa wilis//

15. Sri Narendra kagyat gugup duk umiyat/ wadya gung manjing puri/ patih wus

pratela/ lamun Jaka Suraya/ ngirid sona nggêgirisi/ abdi paduka/ yatna Sri

Narapati//

44

dene #*

45 pramèswara #*

46 katingal #*

Page 115: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

16. Arsa ngambil kang jimat sela thithikan/ wêkasan tan pinanggih/ [42]nis

sawadhahira/ langkung sungkaweng nata/ sela thithikan sampun nis/ rumaos

tiwas/ katungka ingkang ngungsi//

17. Pra punggawa jêjêl malêbêt ing pura/ ajrih binujêng anjing/ samana Sang

Nata/ yatna yèn darbe slendhang/ wasiyat kinarya angkin/ pinusthi sigra/

dhawuh èh sira patih//

18. Sumingkira sawadya punggawanira/ marang pungkuran sami/ uyêk pra

wanodya/ tambuh ing solahira/ sakalangkung kontrang-kantring/ tandya kang

sona/ katiga sami prapti//

19. Manjing pura nêdya ngungsir pra punggawa/ dupi praptèng ngarsaji/ kang

slendhang wasiyat/ jinèrèng munggèng ngarsa/ sona tri wus tanpa budi/

andhêkêm samnya/ limprêk-limprêk kang dhiri//

20. Tanpa krêkat sirna dayane kang sona/ eram kang sami meksi/ dibyanirèng

nata/ tuhu ratu gêgala/ punjul sêsamining aji/ Sang Nata sigra/ dhawuh eh

sona katri//

21. Dipun enggal balia mring dunungira/ aja kopindho maning/ mlêbu marang

pura/ sun pêrung kupingira/ sinêntak us47

kang sona nis/ praptèng gyanira/

Jaka Suraya nguni//

22. Sakalangkung ngungun Ki Jaka Suraya/ dene sona wus bali/ ngalumpruk

angganya/ kadi tan darbe krêkat/ tandha yèn kasor ing jurit/ Jaka Suraya/

kawêken tyas sru angling//

23. Èh ta sona balia mring dunungira/ punang sona sampun nis/ watu ta Ki Jaka/

lajêng mring ardi Serang/ panggih lan Ki Jagung Garing/ matur rèhira/ tiwas

dènira jurit//

24. Punang sona kasor ing prabawanira/ lan Purba Angkara ji/ paran karsa

tuwan/ ulun srah jiwa raga/ wacana Ki Jagung Garing/ aja sumêlang/ yèn

ingsun maksih urip//

25. Masa dadak kalaha ing budi daya/ mungsuh ratu taruni/ lah sira balia/ aja

wêdi kangêlan/ iki tamakna dèntiti/ sêsirêpingwang/ watakên kang patitis//

47

wus #*

Page 116: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

26. Sarta sira rimangga talikêmtular/ yêkti datan kaèksi/ samana Ki Jaka/ pinêtik

wigatinya/ wus tumanêm sanubari/ kalilan mangkat/ datan pêgat mangèsthi//

Pupuh XIX Megatruh

1. Lampahira ing marga datan winuwus/ samana ing wanci ratri/ Ki Jaka

sampun ngalimun/ wus praptèng sajroning nagri/ nuju pojoking kadhaton//

2. Nulya inggih andhêkukul ngrangkul dhêngkul/ sarwi nungku ing pangèsthi/

wiwit sontên praptèng dalu/ lagi luwar dènira mrih/ sirêpe wong sakadhato-

[43]n//

3. Dupi sampun sidhêm wanci lingsir dalu/ Ki Jaka manjing jro puri/ tan ana

ingkang sumurup/ nahanta ingkang winarni/ Sang Nata sare kalêson//

4. Para putri miwah sagung wong kadhatun/ siji tan ana ngalisik/ wus kênèng

sêsirêpipun/ Ki Jaka nulya angambil/ sela thithikan sing kanthong//

5. Sru thinithik kang sona jlêg praptanipun/ kinèn anggondhol Sang aji/

kajujugna wismanipun/ kampung Saralaya bukit/ Sang nata laju ginondhol//

6. Sanalika Ki Jaka nyarêngi mantuk/ praptèng wisma kampung bukit/ kalawan

sona wus cundhuk/ Sang nata kapati guling/ tan wignya wungu kang gloso//

7. Lamun datan winungu sadangunipun/ sayêkti manggunga guling/ saking

ampuh sirêpipun/ kang kataman lir ngêmasi/ Bok Suraya wruh andongong//

8. Punang sona wus kinèn wangsul musna wus/ Bok Suraya tanyèng siwi/ paran

pratingkahirèku/ anggawa marang sudarmi/ apa iku praptèng layon//

9. Karti nanya wus wêwarta sarèhipun/ mung kinarya amalêsi/ samana busana

Prabu/ sadaya dipunlukari/ kang sare datan karaos//

10. Sinalinan ing pangangge liyanipun/ wusnya lukar Sri Bupati/ sinarèkakên ing

kasur/ linangse jro tilamsari/ Ki Jaka manabda alon//

11. Lah ta umirêksanên si bapa iku/ dimèn kapenaka guling/ sun arsa mentar

mring gunung/ marak Kyai Jagung Garing/ pêrlu ngaturi pawartos//

12. Kahananing lêlakon kang wis tumuwuh/ Bok Suraya muwus bêcik/ Ki Jaka

mangkat lumaku/ datan winarna ing margi/ prapta panggih Sang Palunggoh//

Page 117: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

13. Gya ngabêkti dinangu apa wis rampung/ pakaryanira kang gaib/ andhustha

marang Sang Prabu/ kang dinangu matur aris/ pangèstu tuwan ginantos//

14. Sampun pragad samangke sare Sang Prabu/ wontên Saralaya bukit/ sadaya

busananipun/ sampun kawula lukari/ tan wontên kantun sawiyos//

15. Lah punika sumangga katur pukulun/ Ki Jagung Garing nampeni/ lah Suraya

wruhanamu/ slendhang kang ginawe angkin/ iki wasiyat kinaot//

16. Kêna kanggo ngêkêsake marang mungsuh/ sakèh ing satosa kalir/ sapira

gambiranipun/ yèn andhêlêng slendhang iki/ jinèrèng têmah ngalentroh//

17. Tanpa krêkat awak ngalumpruk lir ka-[44]puk/ marma duk pêrang sirèki/

sonanira têmah mundur/ kêna prabawaning jarit/ slendhang wasiyat kinaot//

18. Duk miyarsa Suraya kalangkung ngungun/ dene Kyai Jagung Garing/ sidik

waskitha ing kalbu/ wus priksa kang dènlakoni/ duk sona prang padha kasor//

19. Ing wêkasan Suraya ngartikeng kalbu/ samana laju winisik/ yèn sudarmanira

tuhu/ tan kêlar dada48

narpati/ awit dudu trahing katong//

20. Marma kudu narima aja winangsul/ ing Garba Sonya nagari/ gêdhe

pangkalaning laku/ wus ana kang darbe waris/ patih pamomonging katong//

21. Iya iku kang wajib mêngku kadhatun/ aja dinawa pamikir/ warahe mrang

sudarmamu/ Suraya matur wotsari/ sandika pocung ginantos//

Pupuh XX Pocung

1. Wusnya rampung : ing dalu datan winuwus/ enjing Ki Suraya/ nyuwun pamit

arsa mulih/ wus jinurung mangkat saking ardi Serang//

2. Tan cinatur : ing marga wus praptèng wangun/ panggih lawan rena/ Bok

Suraya wis jinati/ sakathahe pamisik kang saking Serang//

3. Dhawuhipun : Ki Jagung Garing tinutur/ marang renanira/ napisthanana

kalêmpit/ Bok Suraya langkung suka lon wacana//

4. Yèn kadyèku : apa tan bêcik winungu/ kang kapati nendra/ winartan pitutur

jati/ lêlakone kabêh cocog lan pamêca//

48

dadi #*

Page 118: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

5. Jaka sunu : nêmbadani ing panêmu/ samana gya dandan/ Bok Suraya lawan

siwi/ sarwa adi wus pindha bangsa ngawirya//

6. Pan cinatur : panganggone langkung luhur/ wastra sarwa sutra/ miwah

ingkang rêtna rukmi/ tuhu mungguh kang karêngga ing busana//

7. Wimbuh sêmu : ing warna myang wandanipun/ mêlas Bok Suraya/ cahya

sumringah mranani/ maksih pantêsêng kang rujak wuni bapang//

8. Intênipun sinêling mirah jumêrut/ wingking kasinungan/ sotya lit pating

karanthil/ tinon momyor kang sotya pating galêbyar//

9. Ingkang sunu : mangangge calana jamus/ sinjang kêkèncongan/ baledhak

putih mantêsi/ arasukan lakên langking langkung gilap

10. Dhêstharipun : adu mancung tanpa kuncung/ cakrak dènya macak/ tebes

winon rintik-rintik/ lunging carik luwês gathuk lir tinata//

11. Tuhu mungguh : Suraya Prabu dinulu/ sarwi nganggar pêdhang/ kacihna

bocah winani/ dhasar tansah anggembol sela thithikan//

12. Enggalipun : tan kuciwa dènya ngrasuk/ [45]yata kawuwusa/ kang sare nèng

tilamsari/ tanpa nglilir wus sapêkên dangunira//

13. Dupi sampun : cakêt Bok Suraya lungguh/ ing kursi lan suta/ winiyak

langsening kanthil/ pun Suraya mênyat ngadêg matak mantra//

14. Ing pamungu : jinawab rambah ping têlu/ ingkang sare kagyat/ grêgah wungu

dènya guling/ langkung ngungun bingung ing paningalira//

15. Lingak-linguk : lir bisu dangu tan muwus/ tanggap Bok Suraya/ dhuh andika

Sang Prajurit/ punapa ta praptèng mangke tan kanyatan//

16. Yèn ing dangu : nilar somah lawan sunu/ inggih pun Suraya/ duk samantên

maksih alit/ lah punika samangke sampun diwasa//

17. Sakalangkung : prakosa santoseng kalbu/ inggih pun Suraya/ kuwawi

dipungondhêli/ wus kalacak anak angungkuli bapak//

18. Tandhanipun : andika kenging kausung/ têmah praptèng wisma/ sare tan

sagêd ngalilir/ dipunèngêt manungsa ngunduri tuwa//

Page 119: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

19. Calon lampus : tan tulus ing gêsangipun/ dene ta andika/ nglampahi wus

madêg aji/ rabi putri kuwasa mêngku nagara//

20. Inggih sokur : nanging dènèngêt ing pungkur/ lêlakon andika/ sayêkti botên

lêstari/ wit andika dede trahing naranata//

21. Marmanipun : dipunnarimah ing kalbu/ sampun kapêpanjang/ manawi

manggih bilahi/ sintên ingkang kecalan tarlèn mung kula//

22. Kang inguwus : tan têlas pangungun49

/ dene anèng wisma/ pelak tanpae lan

puri/ panggih rabi lan suta Jaka Suraya//

23. Wus sumurup : kabeh ing lêlakon ingsun/ sapa kang sung warta/ sakêthi ora

andugi/ têka cêtha gênah tan ana kang salah//

24. Nulya muwus : iki priye têgêsipun/ kaya wong supêna/ aku iki kurang ngêrti/

mangka aku wis dadi nata ing radya//

25. Têka banjur : anèng kene dunung ingsun/ somah mung carita/ kang saking

pawartèng siwi/ lir wêcane Ki Jagung Garing ing Serang//

26. Kang sinung wruh pamêcane guru tuhu/ dahat eraming tyas/ lêlakone kang

pinanggih/ andupara sakêthi datan dènyana//

27. Nulya muwus èh Suraya sutaningsun/ paran karsanira/ rèhne ingsun darbe

nagri/ apa ora sira kang gumanti mringwang//

28. Sunu matur : kula botên darbe kayun/ sumêngka angangka/ kumawaa madêg

aji/ awit kula dede têdhaking awirya//

29. Jroning kalbu : narimah mung mongmong biyung/ sok ugi sinung-[46]an/ ing

bagas lawan basuki/ bab kaprabon langkung ing karsa andika//

30. Lamun gêtun : kenging tinêdhakan wangsul/ dhatêng Garba Sonya/ manawi

taksih kadugi/ ngrêbat praja kang langkung awrat sinangga//

31. Yèn katêmpuh : pakewuh yêkti binunuh/ kang rama manabda/ sandhanganku

ana ngêndi/ dene iki salin kabêh nganggo anyar//

49

ingkang inguwus : datan têlas ing pangungun @#*

Page 120: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

32. Suta matur : saèstu sampun kapundhut/ dhatêng kang kagungan/ jêr andika

tan darbèni/ mung anggadhuh yêkti kajabêl kang gadhah//

33. Sawusipun sinulangakên ing sunu/ kang sinung sêsulang/ panglocitanirèng

galih/ kayata ya bênêr kandhane Suraya//

34. Dangu-dangu : pinapas dening pamumus/ wêkasan rumasa/ kalamun wus tan

darbèni/ agul-agul kang jimat watu thithikan//

35. Sartanipun slendhang wasiyat wus katut/ sirna tanpa gana/ wus narima Sang

Prajurit/ datan nêdya mangkrok pindha wong taruna//

Pupuh XXI Sinom

1. Samana sampun paragad/ pangêjuming tyas basuki/ rukun dènya bêbatihan/

Bok Suraya lan prajurit/ kumpul lir wingi nguni/ wus manut pangrèhing

sunu/ ri Sang Jaka Suraya/ lulus aji bawa mukti/ suka bungah ngayomi mring

yayah rena//

2. Miwah sagung kulawangsa/ tanapi tangga têpalih/ nguni wèh kang para

mitra/ sami sinupêkêting sih/ sinung suka lan bukti/ wêkasan dadya misuwur/

sira Jaka Suraya/ sugih dhuwit sugih bêcik/ tur pikire tatag santosaning

karya//

3. Sanadyan maksih taruna/ wus sêpuh ingkang pamanggih/ labêt saking datan

kêndhat/ marak mring Ki Jagung Garing/ tansah sinung pamisik/ pinaring

wulang linuhur/ marma Jaka Suraya/ miwah sira Sang prajurit/ sasomahnya

sinung rèh gatining gêsang//

4. Aywa nyalèwèng ing lampah/ mungguh pêrluning aurip/ wiwit gêsang

praptèng laya/ manggiha suka basuki/ tarlèn mung budi adi/ ingkang nênarik

rahayu/ mungguh ayuning driya/ padha manduma rijêki/ mring sêsama kang

samya kurang binoga//

5. Sadaya sampun tinampan/ piwulangira Sang Rêsi/ tan ana ingkang tinilar/

pinituhu dènlampahi/ marma têntrêm ing ati/ tan ana rêncananipun/ sira Jaka

Suraya/ mukti lawan yayah bibi/ gêsangira kasêmbadan ing sakarsa//

6. Mangke ingkang kawuwusa/ ing Garba Sonya nagari/ pramèswarinya Sang

[47] Nata/ ibu Sang Dyah Sarimurni/ dahat singkêling galih/ ing rèh sirnanya

Sang prabu/ tan ana kang pawarta/ dene wus antara lami/ gya nimbali Kyana

Patih praptèng pura//

Page 121: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

7. Dinangu paran kang warta/ sirnane Sri Narapati/ dene wus antara lama/ tan

ana kondur mring puri/ baya Sri Narapati/ wus pinulung jawata gung/ sayêkti

tan prayoga/ yèn praja sêpi Narpati/ nuwuhake rusuh ing para kawula//

8. Karana tan bisa tata/ tan ana ingkang ngadili/ paran patih budinira/ sira

kang kajibah mikir/ wau tanyana patih/ bêla sungkawa ing prabu/ dene Sang

pramèswara/ kalangkung turideng galih/ ing wusana maripih alon turira//

9. Dhuh Jêng Sang ri Sang juwita/ mugi sampun dahat kingkin/ sirnanipun Sri

Narendra/ dènya nis saking jro puri/ kawula sampun nuding/ nêbar para

punggawa gung/ ngêngingsêp nungsung warta/ ing dunungnya Sri Bupati/

bokmanawi lêrês lir cipta paduka//

10. Pinulung dening jawata/ katandha dènya wus lami/ para punggawaning

praja/ mêksa dèrèng antuk titik// pawartos kang patitis/ marma mugi

Kangjêng ratu/ botên sungkawèng driya/ manawi kagalih yêkti/ sampun

cundhuk gathuk ing purwa wusana//

11. Purwanira andupara/ bêdhahipun prajeng ngriki/ paragad sami sakala/

nuntên ginanti narpati/ sayêkti langkung gaib/ lêlakyan ingkang tumuwuh/

têmah ingkang gumantya/ sirna tan wontên udani/ tanpa warta tandha

karsaning Hyang Sukma//

12. Yêkti sakêthi nglêngkara/ tan kenging cinakrèng budi/ kados sampun dados

cihna/ mênggah ing raos kang gaib/ cundhuk kalawan budi/ purwa wusana

wus têpung/ miwah ingkang kahanan/ sadaya sami pinanggih/ andupara

wangsul lawan anglêngkara//

13. Sakathahing lêlampahan/ tan wontên ingkang nalisip/ condhong lawan

kayakinan/ makatên mênggah ing budi/ samana Sriyodati/ kalangkung

panujwèng kalbu/ miyarsa aturira/ Ki Patih têka mranani/ pramèswari têmah

sirna singkêling tyas//

14. Enggalipun kang carita/ patih gumantyèng narpati/ Sang Sori mangayu

bagya/ Para punggawa munggalit/ sadaya angèstrèni/ Ki Patih

jumênêngipun/ na-[48]ta ing Garba Sonya/ mangun kasukan mênuhi/ ajêjuluk

Sang Prabu Purbanatara//

15. Suka sagung wong jro praja/ tanapi kang walang galih/ miwah sagung pra

punggawa/ tanapi pra kawula lit/ karana Sri Bupati / adil paramarteng wadu

Page 122: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

/ dènya madêg narendra/ kadi wus karsaning Widi / marmanira widada lulus

raharja//

16. Cinarita randhanira/ Sang Nata ingkang sampun nis/ yèku atmajaning nata/

kang sampun surud ing nguni/ kusuma Sarimurni/ kalêrês waris pambayun/

wajib gumantyèng nata/ mêngku Garba Sonya nagri/ marmanipun kasuwun

kaangkah garwa//

17. Dening kang jumênêng mangkya/ dadosa sorining puri/ kinarya jimat pusaka/

mring kang lagya madêg aji/ kang ibu anyondhongi/ Sang Dyah tan suwalèng

kayun/ putra sinung wanita/ ing ibu sang pramèswari/ rèh punika winaton

patang prakara//

18. Kang sapisan gathukira/ wong palakrama ping kalih/ pêcating nyawa ping

tiga/ laire kang jabang bayi/ ping pat tibaning warih/ udan tumurun sing

luhur/ iku kabeh tan kêna/ binudi dening sujalmi/ sajatine atas karsaning

Pangeran//

19. Marmane aja dinawa/ sira anggèr anak mami/ lir nglakoni pakoning hyang/

manungsa namung sadarmi/ samana kusuma di/ sumanggèng karsa kang ibu/

enggaling kacarita/ kusumèng Dyah Sarimurni/ sampun dhaup lan kang

anyar madêg nata//

20. Agêng ingkang pamiwaha/ datan winarna ing tulis/ sagung ingkang pra

punggawa/ agêng alit nayogyani/ miwah kang para dasih/ mangayu bagya

ing kalbu/ sami sukuring sukma/ samana Sri Narapati/ lulut dènya sih-sinihan

lawan garwa//

21. Widada jumênêngira/ wimbuh arjaning nagari/ suka tyase pra kawula/ tan

ana cêngil-cinêngil/ dhasar kang madêg aji/ widagda rumêksèng ulun/ gêng

alit kauningan/ kang sugih miwah kang miskin/ kang durjana miwah kang

bangsa yujana//

22. Kang kawêngku ing narendra/ pinèt wigatining urip/ ing sarina sawênginya/

tarlèn kaginusdhèng galih/ aywa na kang prihatin/ jalaran katamaning luh/

pangluh ing budi badan/ kang pinandêng ing pambudi/ pra manungsa

gêsanga têntrêm lan tata//

23. Wêkasan kontaping [49] jana/ ing Garba Sonya praja di/ tinêbihan parang

muka/ labêt kang jumênêng aji/ budatama martani/ kalaban sagung tumuwuh/

satomyang têtanêman/ pinardi lulus lêstari/ kar tumêngkar dadia

martananingrat//

Page 123: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

2. Sinopsis Sêrat Panithikan

Ada seorang prajurit yang berjalan sendirian di tengah hutan. Bertemu dengan

seorang juru tenung bernama Nyai Wêrdha, memberitahu kepada Sang prajurit bahwa

dalam sebuah pohon ada uangnya. Berapapun uang yang akan Sang prajurit ambil

Nyai Wêrdha tidak akan memintanya, hanya berpesan supaya mengambilkan

miliknya batu panithikan yang tertinggal di dalamnya. Sang prajurit dibekali

selendang untuk masuk kedalamnya (Pupuh I Asmaradana – Pupuh II

Dhandhanggula).

Sang prajurit dapat memasuki lubang dalam pohon itu dengan mudah. Di

dalamnya terdapat tiga tempat yang masing-masing dijaga oleh seekor anjing.

Dengan selendang Sang prajurit bisa menyingkirkan anjing itu dan mengambil

uangnya. Sesampainya diluar Sang prajurit lupa mengambil batu panithikan dan

selendang milik Nyai Wêrdha sehingga ia harus masuk lagi mengambil batu dan

selendang.Sang prajurit berfikir apa kekuatan batu itu. Sang prajurit bertanya kepada

Nyai Wêrdha tentang batu itu tetapi Nyai Wêrdha berbohong. Sang prajurit tidak

mempercayainya dan membunuh Nyai Wêrdha (Pupuh III Pangkur – Pupuh IV

Sinom).

Batu panithikan itu telah dimiliki oleh Sang prajurit. Sang prajurit yang

membawa banyak uang dalam perjalanannya berfikir untuk pergi ke luar negeri.

Akhirnya sang prajurit pergi ke negeri Garba Sonya. Di sana ia berfikir akan bahagia

Page 124: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

dengan uang yang dibawanya, banyak yang menjadi temannya karena hanya

menginginkan uangnya. Sang prajurit bertanya-tanya kepada temannya tentang

seorang gadis yang pantas ia nikahi, dengan saran teman-temannya untuk menikahi

Sang putri (Pupuh V Kinanthi – Pupuh VI Pocung).

Sang prajurit hanya menghambur-hamburkan uang hingga akhirnya Sang

prajurit jatuh miskin, tidak ada seorang temannya yang menolongnya. Sang prajurit

bekerja sebagai buruh dan akhirnya ia sakit. Kesengsaraan yang ia rasakan, kemudian

ia teringat dengan batu panithikan yang ada dalam kantong bajunya. segera ia

mengambil batu dan nithik sekali, keluarlah anjing yang pertama. Anjing pertama

mengambilkan uang yang ada dalam pohon. Nithik dua kali batu itu, dan tiga kali.

Begitu hingga anjing yang ketiga mengambilkan uang dan ketiga anjing itu kembali

hilang dalam batu itu (Pupuh VII Mijil – Pupuh VIII Megatruh).

Sang prajurit kembali menjadi orang kaya, membeli rumah, kereta dan

mempunyai pembantu bagaikan seorang raja. Kini ia berteman dengan orang yang

tua karena menurutnya berteman dengan anak muda hanya mencari kesenangan saja.

Dengan kehidupannya yang berkecukupan Sang prajurit kembali teringat untuk

menikahi Sang putri. Meminta tolong kepada anjing siluman itu Sang prajurit

memerintahkan untuk membawa Sang putri kerumahnya. Tidak lama kemudian

anjing sudah datang dengan menggendong Sang putri yang tertidur lelap. Melihat

kecantikan Sang putri, Sang prajurit hanya terdiam. Sang putri dikembalikan ke

dalam istana agar tidak membuat curiga Sang raja (Pupuh IX Gambuh).

Page 125: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Pagi hari Sang putri bercerita pada ayanhya (raja) bahwa semalam ia dibawa

oleh seekor anjing dan diberikan pada seorang prajurit. Sang raja kaget mendengar

mimpi anaknya dan segera memerintahkan abdinya untuk menjaga Sang putri di

malam hari. Malam hari, sang putri yang sudah tidur dijaga oleh seorang abdi, tidak

lama kemudian datang seekor anjing yang sangat besar dan membuat takut abdinya.

Sang putri di bawa ke rumah Sang prajurit (Pupuh X Sinom).

Abdi raja itu melaporkan apa yang dilihatnya semalam. Sang raja kemudian

memanggil Sang putri. Sang putri diberi kalung biji sawi agar apabila dipakainya bisa

mengetahui siapa yang menculiknya. Malam hari anjing tersebut datang kembali dan

menculik sang putri. Pagi hari Sang raja dan para pengawalnya mengikuti biji sawi

yang jatuh dijalan. Hingga akhirnya sampai di rumah Sang prajurit (Pupuh XI

Asmaradana).

Sang prajurit dibawa untuk menjalani hukuman. Dalam penjara Sang prajurit

tidak bisa tidur dan makan, berfikir bagaimana caranya agar bisa keluar dari tempat

tersebut. Akhirnya ia meminta tolong pada penjaga penjara untuk mengambilkan batu

panithikan yang tertinggal di rumahnya. Penjaga penjara mengambilkan batu

panithikan dan diberi upah sebuah intan (Pupuh XII Mijil ).

Tiba saatnya Sang prajurit dihukum gantung. Di alun-alun sudah banyak

orang berkumpul untuk menyaksikannya. Sebelum digantung Sang prajurit

mempunyai satu permintaan,untuk merokok satu batang. Akhirnya Sang prajurit

Page 126: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

diperbolehkan dan dikeluarkan batu dari kantongnya. Nithik sekali, dua kali, tiga kali.

Keluarlah ketiga anjing dari batu itu dan membuat kaget semua yang

menyaksikannya. Ketiga anjing itu mengamuk di alun-alun dan membuat banyak

orang meninggal tak terkecuali Sang raja. Sang patih memohon kepada Sang prajurit

agar menghentikan ketiga anjing itu agar tidak menghancurkan seluruh negeri (Pupuh

XIII Dhandhanggula).

Seluruh raja dari berbagai kerajaan diundang untuk menyaksikan penobatan

Sang prajurit menjadi seorang raja yang berjuluk Sang Prabu Purba Angkara. Sang

raja menikah dengan Sang putri. Selama menjadi raja banyak rakyatnya yang

kelaparan, karena Sang raja hanya bersenang-senang memikirkan diri sendiri (Pupuh

XIV Pangkur).

Di desa Saralaya Sang prajurit meninggalkan seorang istri dan anaknya yang

bernama Suraya. Suraya dan ibunya hidup dengan bekerja sebagai buruh untuk

mencukupi kebutuhannya. Suraya dan ibunya meminta tolong seorang guru yang

bernama Kyai Jagung Garing di gunung Serang. Di sana Kyai Jagung Garing

menceritakan semua tentang Sang prajurit. Kyai Jagung Garing memberitahukan

apabila nanti Suraya berumur 15 tahun baru ia bisa mencari ayahnya (Pupuh XV

Kinanthi).

Suraya sudah berumur 15 tahun dan kembali ke gunung Serang menemui

Kyai Jagung Garing. Suraya diberi bekal ilmu jin palimunan agar ia bisa menghilang

Page 127: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

dan mengambil batu panithikan yang disimpan ayahnya di dalam istana. Setelah

cukup ilmunya Suraya berangkat ke negeri Garba Sonya. Sesampainya disana Suraya

berhasil mengambil peti berisi batu panithikan dan selendang. ketiga anjing itu

diperintah Suraya untuk menghancurkan negeri Garba Sonya dan membawa pulang

ayahnya (Pupuh XVI Asmaradana - Pupuh XVIII Durma).

Sang prajurit yang masih tertidur berhasil dibawa pulang oleh anjing itu tanpa

terbangun. Sang prajurit di lepas baju kebesarannya sebagai raja dan dikembalikan ke

negeri Garba Sonya. Ibu Suraya yang melihat suaminya yang masih tertidur hanya

terdiam. Sementara itu, Suraya kembali ke gunung Serang memberitahukan kepada

Kyai Jagung Garing tentang apa yang terjadi. Batu panithikan dan selendang di

kembalikan pada Kyai Jagung Garing, tetapi menolaknya. Kyai Jagung Garing

mempercayai Suraya untuk membawanya. Akhirnya, Suraya kembali kerumah.

Sudah seminggu ayahnya tertidur tanpa terbangun, Suraya membangunkan ayahnya

dengan membacakan mantra. Seketika ayahnya kaget karena melihat Suraya dan

ibunya. Istrinya memberitahukan keada Sang prajurit apa yang telah terjadi (Pupuh

XIX Megatruh - Pupuh XX Pocung)

Di negeri Garba Sonya para pengawal dan seluruh rakyatnya mencari

keberadaan Sang raja yang menghilang. Sudah lama tidak ada kabarnya hingga

akhirnya Sang patih dinobatkan menjadi raja dan menikah dengan Sang putri, Dewi

Sarimurni. Semua rakyat bersuka cita dan akhirnya negeri Garba Sonya berkembang

menjadi negeri yang besar. (Pupuh XXI Sinom)

Page 128: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

B. Kajian Isi

Naskah SP ini merupakan jenis naskah sastra dongeng, di dalamnya mengandung

ajaran moral seperti ajaran dalam kerumahtanggan dan keagamaan. Ajaran moral

dalam berumah tangga yang berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia dan

ajaran keagamaan yang berhubungan dengan manusia sebagai makhluk ciptaanNya.

Ajaran dalam berumah tangga antara lain, peran istri sebagai ibu rumah tangga,

kewajiban suami sebagi kepala rumah tangga, kewajiban anak berbakti kepada kedua

orangtua, keutamaan menikah dan ajaran dalam mencari pasangan. Ajaran

keagamaan adalah, mempercayai kekuasaan Allah SWT, ajaran untuk bersedekah,

mempercayai takdir, tidak sombong, dan ajaran untuk mengingat kematian.

Ajaran dalam SP ini berupa anjuran dan larangan. Ajaran ini digambarkan

melalui perwatakan dalam tokoh-tokohnya. Seperti ajaran yang berupa anjuran untuk

berbakti kepada anaknya, yang dicontohkan Suraya dalam mencari ayahnya.ajaran

yang berupa larangan yang dicontohkan oleh Sang prajurit yang sombong dengan

kekayaannnya. Berikut ini dikemukakan lebih rinci mengenai ajaran-ajaran yang

terkandung dalam Sêrat Panithikan.

1. Ajaran Moral dalam Berumah Tangga

Rumah tangga adalah bentuk terkecil dari suatu masyarakat., yang awalnya

beranggotakan suami dan istri. Langkah awal dalam berumah tangga ditandai dengan

pernikahan antara laki-laki dan perempuan yang saling mencintai. Pernikahan

dilakukan atas dasar cinta kasih dan untuk mendapatkan keturunan. Dalam berumah

Page 129: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

tangga masing-masing anggota keluarga mempunyai peran yang harus dilakukan agar

tercipta keharmonisan dalam berumah tangga.

1) Peran Istri sebagai Kepala Keluarga.

Istri mempunyai peran sebagai pendamping kepala keluarga dan

mendidik anak, tetapi apabila dalam rumah tangga tidak ada seorang suami

maka peran suami dapat digantikan oleh istrinya, misalnya dalam mencari

nafkah. Peran istri sebagai kepala keluarga menggantikan suaminya tersirat

dalam pupuh XV Kinanthi bait 9-10, sebagai berikut :

9. Suta ginawa bêburuh/ tanggêntang anggendhong sênik/ mring

mancapat manca lima/ mangkana kongsi sawarsi/ dènya nyaranti ing

priya/ tita têtela tan mulih//

10. Dangu-dangu dènya buruh/ mênthêl bisa simpên picis/ saking wêkêle

mring karya/ samubarang dènlakoni/ talaten kanthi narima/ winantu

pangati-ati//

Terjemahan :

9. Anak dibawa buruh, panas-panas menggendong bakul mengelilingi

desa, demikian sampai setahun. Dilakukannya menggantikan

lelakinya sudah lama tidak pulang.

10. Lama-lama bekerja buruh bisa menyimpan uang dari giatnya bekerja.

Apa saja dilakukannya dengan sabar dan menerima disertai dengan

berhati-hati.

Dari dua bait di atas dapat dijelaskan bahwa Ibunya Suraya bekerja

sebagai buruh dengan membawa Suraya mengelilingi desa agar mendapatkan

uang untuk menafkahi keluarga karena suaminya sudah lama tidak pulang.

Page 130: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Dari kesabaran dan giatnya bekerja Ibunya Suraya bisa mengumpulkan uang

untuk keperluannya. Hal di atas menyiratkan bahwa istri menggantikan peran

suami untuk mencari nafkah karena suaminya tidak ada.

2) Kewajiban Suami sebagai Kepala Rumah Tangga.

Dalam rumah tangga suami mempunyai peran sebagai kepala keluarga

untuk mengayomi seluruh anggota keluarga termasuk mencari nafkah untuk

seluruh anggota keluarga. Sudah menjadi kewajiban seorang suami

memikirkan dan menafkahi seluruh anggota keluarga. Dalam hukum agama,

seorang suami diperbolehkan mempunyai istri lebih dari satu asalkan bisa

berlaku adil dalam menafkahi lahir dan batin. Apabila mempunyai seorang

istri tidak bisa menafkahi lahir batin maka dianjurkan untuk tidak menikah

lagi karena dikhawatirkan akan menelantarkan istri dan anak-anaknya. Hal

itu tertuang dalam pupuh XVI Asmaradana bait 5, sebagi berikut :

5. Bapakne Suraya iki/ sanadyan rabia sasra/ wong lanang awênang

bae/ nanging lamun bisa nata/ marang wajibing krama/ balik bojo siji

amung/ kapiran nora kadriya//

Terjemahan:

5. Ayah Suraya ini, walaupun menikahi seribu kali, seorang lelaki

berkuasa tetapi jika bisa mengatur kepada kewajiban menikah, istri

satu saja kelaparan tidak dipikirkan.

Dari kutipan bait di atas dapat dijelaskan bahwa ayah Suraya (Sang

prajurit) walaupun menikah seribu kali seorang laki-laki mempunyai

Page 131: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

kekuasaan jika bisa mengatur rumah tangga. Kenyataannya mempunyai

seorang istri saja ditinggalkan di rumah dan menikah lagi.

Mempunyai istri lebih dari satu (poligami) dalam agama

diperbolehkan. Dengan syarat bisa berlaku adil terhadap semua istrinya.

Dalam kenyataannya tidak ada manusia yang bisa berlaku adil, sehingga

alangkah baiknya apabila mempunyai seorang istri dan bisa menafkahi lahir

batin. Sifat manusia selalu ingin menuruti hawa nafsu, karena manusia diberi

perasaan dan akal maka digunakan untuk berfikir yang terbaik.

3). Kewajiban Anak Berbakti pada Orangtua.

Kewajiban seorang anak yang tidak akan putus bahkan sampai

orangtuanya meninggal adalah mendoakan orangtuanya. Mendoakan

orangtua merupakan salah satu cara untuk berbakti kepada orangtua setelah

meninggal. Kewajiban anak kepada kedua orangtuanya selama di dunia

adalah berbakti, karena kedua orangtua yang melahirkan dan merawat

sampai dewasa sehingga sudah sepantasnya kita berbakti kepada kedua

orangtua. Apapun perbuatan orangtua kepada kita, kita wajib berbuat baik

kepada mereka meskipun harus mempertaruhkan nyawa. Salah satu cara

berbakti kepada orangtua adalah mencarinya walaupun mempertaruhkan

nyawa. Dalam naskah ini pesan tersebut tersirat pada pupuh XVI

Asmaradana bait 9, sebagai berikut :

Page 132: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

9. Suraya matur wotsari/ lah inggih dhatêng sandika/ sagêda nglampahi

pangrèh/ punapa dhawuh paduka/ sayêkti linampahan/ nadyan sakit

praptèng lampus/ kawula botên suminggah//

Terjemahan :

9. Suraya berkata dengan menyembah. Patuh terhadap perintah semoga

bisa menjalani apa yang menjadi perintah beliau, dijalani meskipun

sakit sampai meninggal saya tidak akan pergi.

Dari bait di atas menyiratkan sebuah pesan bahwa keinginan Suraya

mencari ayahnya sangat kuat meskipun dia dan ibunya ditelantarkan.

Sebagai anak Suraya merasa wajib berbakti kepada orangtuanya dengan

mencari ayahnya walaupun harus mempertaruhkan nyawanya. Tingkah

laku Suraya dapat dijadikan contoh kepada kita semua bahwa apapun

perbuatan orangtua kepada anaknya, sebagai anak wajib berbakti kepada

orangtua.

4). Keutamaan Menikah.

Pernikahan sebagai tanda awal dalam menjalani kehidupan berumah

tangga. Sepasang suami istri mendapatkan kebaikan setelah menikah

dibandingkan saat mereka hidup sendiri. Manusia satu sama lain saling

membutuhkan dan melengkapi. Dalam kehidupan rumah tangga suami istri

harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing agar saling

melengkapi. Keutamaan atau kebaikan menikah dapat dirasakan bagi mereka

Page 133: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

yang sudah menjalaninya. Pernyataan di atas tertuang dalam naskah pada

pupuh X Sinom bait 2-3, sebagai berikut :

2. Sumêdya ngupaya krama/ sampun kamanah prayogi/ kathah [22]

pakantuk ing krama/ sapisan têntrêming ati/ kaping kalih nuntuni/

jênak anèng wisma tutut/ dene kang kaping tiga/ sayêkti bisa

sumingkir/ anyingkiri mring awon pasuning karsa//

3. Lamun andarbèni garwa/ wontên ingkang anggondhèli/ tan kenging

sakarsa-karsa/ nadyan panjênêngan aji/ sayêkti darbe ering/

dhatêng garwa kangjèng ratu/ anggên gunaning garwa/ saya yèn

pinuju sakit/ garwanira kang wajib amulasara//

Terjemahan :

2. Keinginan menikah sudah terbukti baik, banyak kebaikan yang

diperoleh dari menikah. Pertama, membuat hati tentram, kedua, ada

teman membuat betah tinggal di rumah, yang ketiga bisa

menghindarkan diri dari hal yang tidak baik.

3. Apabila mempunyai istri ada yang mengikuti tidak boleh seenaknya

walaupun kamu seorang raja. Mempunyai rasa agak takut kepada

istri, seorang raja terhadap istrinya. Apabila suami sakit, istrinya

yang wajib merawat.

Dari bait-bait di atas dapat diambil ajaran tentang kebaikan menikah.

Pertama, membuat hati tentram, kedua, bisa betah tinggal dirumah dan ketiga

bisa menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dalam rumah tangga

seorang suami tidak boleh bertindak sewenang-wenang terhadap istrinya

meskipun seorang raja harus mempunyai rasa takut pada istrinya karena pada

saat sakit istrinya yang merawatnya. Hal tersebut mengajarkan pada kita agar

Page 134: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

dalam kehidupan berumah tangga saling menyayangi dan meghormati satu

sama lain agar anggota keluarga tidak ada yang berbuat sewenang-wenang

terhadap anggota keluarga lain.

5). Ajaran dalam mencari pasangan / Jodoh.

Dalam kehidupan manusia ada 4 hal yang sudah ditetapkan oleh

Tuhan, yaitu : hidup, mati, jodoh dan rizki. Salah satunya jodoh sudah

ditentukan oleh Tuhan. Sebagai manusia wajib menyakini dan berusaha

mencarinya. Dalam mencari pasangan istri atau suami harus berhati-hati agar

tidak menyesal kemudian hari. Dalam mencari pasangan selain rasa cinta

orang jawa memperhatikan bibit (keturunan), bebet (kekayaan), bobot

(kedudukan sosial). Dalam mencari pasangan harus menyesuaikan dengan

keadaan dan kemampuan diri masing-masing agar tidak menyesal kelak.

Dalam naskah ini terdapat gambaran beratnya menikah seorang anak raja

karenan tidak sederajat. Tertuang dalam pupuh X Sinom 7-9, sebagai berikut

:

7. Lah mungguh pêrlune apa/ awak ingsun rabi putri/ apan wus akèh

tuladhan/ abote wong rabi putri/ marga dudu sêsami/ tan lamak

darajatipun/ akèh prakaranira/ rèwèle maneka warni/ kang sapisan

sok ngadi-adi ing karsa//

8. Kapindho sok gêlêm ngina/ mring wong lanang dupèh cilik/ ping

têlu kudu wibawa/ ing karya mung anggêdhingkring/ yèn mangkono

wak mami/ kalêbu bêbasanipun/ nyêngka pangawak braja/ amêngku

dudu sêsami/ kang mangkono têmahane tan kapenak//

9. Luwih bêcik sun ngupaya/ rabi kang padha wong cilik/ supaya

sênêng tyasingwang/ ora kagêdhèn pamikir/ kang sarta ora kongsi/

Page 135: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

dadi pocapan lènipun/ yata wusnya mangkana/ Sang prajurit èngêt

malih/ ing nalika kasmaran mring Sang kusuma//

Terjemahan :

7. Perlunya apa aku menikahi seorang putri. Sudah banyak contoh

beratnya orang menikah dengan seorang putri. Keluarga tidak sama

tidak sama derajatnya, banyak perkara, berbagai macam kesusahan,

yang pertama kadang bagus dalam keinginan.

8. Kedua kadang menghina kepada lelakinya karena orang biasa, ketiga

harus berwibawa, dalam pekerjaan hanya bermalas-malasan. Jika

demikian aku ini termasuk peribahasa memaksa diri memiliki bukan

sesama, yang demikian tdak akan baik.

9. Lebih baik berusaha menikahi orang yang sesama supaya senang

hatiku, tidak banyak pikiran, serta tidak sampai menjadi omongan

tetanga. Jika sudah demikian Sang prajurit ingat kembai ketika jatuh

cinta pada Sang putri.

Dari ketiga bait di atas dapat dijelaskan bahwa Sang prajurit merasa

berat menikahi seorang putri (anak raja). Sudah banyak contoh susahnya

menikah dengan anak raja karena tidak sederajat status sosialnya. Banyak

masalah yang timbul dari pernikahan yang tidak sama status sosialnya, antara

lain; pertama, bagus dalam setiap keinginan, kedua, kadang istri menghina

suami karena bukan dari status sosial yang sama, ketiga, dalam pekerjaan

bermalas-malasan. Lebih baik menikah dengan seseorang yang sama status

Page 136: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

sosialnya agar senang dalam hati, tidak banyak pikiran, dan tidak menjadi

omongan tetangga.

2. Ajaran dalam Keagamaan.

Manusia adalah makhluk beragama, beragama merupakan hubungan

manusia dengan Allah SWT yang bersifat individu. Memeluk suatu agama

merupakan wujud manusia yang menyakini dan mempercayai Allah SWT dengan

beribadah. Dalam kehidupan di dunia manusia membutuhkan Allah SWT, karena

manusia tidak mempunyai kekuatan selain dari Allah SWT.

Allah SWT yang telah menciptakan dunia ini dengan seluruh isinya. Segala

sesuatu yang terjadi di dunia ini atas kekuasaan Allah SWT. Manusia sebagai

makhluk ciptaanNya menyadari kekuasaan Allah SWT sehingga manusia wajib

menyembah Allah SWT. Berbakti kepada Allah SWT dilakukan dengan cara

menjalankan semua perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Semua manusia

yang hidup di dunia ini akan kembali kepada Allah SWT dan

mempertanggungjawabkan perbutannya, oleh karena itu di dunia ini digunakan untuk

beribadah kepada Allah SWT agar tidak menyesal kelak. Di bawah ini akan di

uraikan mengenai ajaran keagamaan yang terkandung dalam naskah SP.

1). Mempercayai kekuasaan Allah SWT.

Dunia dan seluruh isinya merupakan ciptaan Allah SWT yang tidak dapat

dihitung dengan ilmu apapun. Kekuasaan Allah SWT menciptakan segala

sesuatu di dunia ini agar manusia dapat bersyukur dan bertakwa kepada Allah

Page 137: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

SWT, karena sesungguhnya manusia tidak mempunyai kekuatan apapun di

hadapan-Nya.. Allah SWT yang berkuasa atas hambaNya, tidak akan terjadi

pada diri manusia bila Allah SWT tidak menghendakinya, sepperti jodoh, rezeki,

hidup, mati, kaya dan miskin. Kita sebagai makhluk yang diberi kesempurnaan

wajib bersyukur atas segala sesuatu.Semua yang dimiliki di dunia ini tidak ada

artinya ketika manusia mati, karena manusia mati hanya membawa amal baik

selama di dunia.. Dalam naskah ini terdapat ajaran untuk mempercayai

kekuasaan Allah SWT pada pupuh IV Sinom bait 23, yaitu :

2. Ora langgêng ananira/ mung ngèngêti sugih picis/ ciptaning driya

mangkana/ bênêr Gusti Allah iki/ sipat rahman lan rahkim/ sih murah

myang dasihipun/ yèn paring kasugihan/ marang dasihe kang miskin/

sayêktine ora kêkurangan marga//

Terjemahan :

2. Tidak selamanya adanya hanya mengingat kaya uang, gagasan hati

demikian. Benar Allah SWT ini mempunyai sifat Pengasih dan

Penyayang yang memberi kemurahan kepada hamba-Nya. Jika memberi

kekayaan kepada hamba-Nya yang miskin sebenarnya tidak kekurangan

jalan.

Dari bait di atas menekankan kepada manusia sebagai hamba-Nya

untuk mempercayai kekuasaan Allah atas segala sesuatu. Manusia jangan

hanya mengunggulkan kekayaan di dunia karena sesungguhnya menjadikan

seseorang yang miskin menjadi kaya Allah SWT tidak kekurangan jalan dan

sebaliknya.

Page 138: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

2). Ajaran untuk Bersedekah.

Dalam kehidupan beragama manusia sebagai makhluk sosial

mempunyai kewajiban untuk bersedekah (berbagi) dengan sesama yang

kekurangan. Bersedekah merupakan salah satu cara membersihkan harta.

Bersedekah selain berhubungan dengan sesama juga bertujuan untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan beramal baik kepada sesama

yang membutuhkan. Ajaran bersedekah terdapat dalam pupuh VIII Megatruh

bait 9-10 dan pupuh XXI Sinom bait 4, sebagai berikut :

9. Linampahan wêwarahe para sêpuh/ dêdana myang pêkir miskin/

myang wèwèh pra mitranipun/ ing sabên Jumungah ari/ sidêkahira

tan angop//

10. Sami pinèt ing puji pandonganipun/ kang supaya anyawabi/ ing luluse

sêdyanipun/ dènya ngangkah mring Sang putri/ aywana sawiyos-

wiyos//

Terjemahan :

9. Dijalani nasihat orang-orang tua,untuk keutamaan fakir miskin serta

memberi teman-teman di setiap hari Jum’at, bersedekahlah tidak

berhenti.

10. Dengan dimintai dalam doanya supaya mempengaruhi dalam

terkabulnya keinginan. Olehnya menginginkan Sang putri. janganlah

seenak-enaknya.

Pupuh XXI Sinom bait 4 :

3. Aywa nyalèwèng ing lampah/ mungguh pêrluning ngaurip/ wiwit gêsang

praptèng laya/ manggih asuka basuki/ tarlèn mung budi adi/ ingkang

Page 139: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

nênarik rahayu/ mungguh ayuning driya/ padha manduma rijêki/ mring

sêsama kang samya kurang binoga//

Terjemahan :

4. Jangan menyelewengdalam menjalani perlunya hidup. Dari lahir

sampai mati bertemu kesenangan keberuntungan. Tidak lain hanya

budi baik yang dapat menarik keberuntungan, pantas bagusnya hati

berbagilah rejeki kepada sesama yang kurang makanan.

Dari ketiga bait di atas dapat dipetik ajaran untuk bersedekah kepada fakir

miskin pada hari jum’at agar doanya terkabul. Dalam menjalani kehidupan

jangan menyeleweng karena dalam hidup tingkah laku yang baik yang dapat

mendatangkan keberuntungan, maka sebaiknya berbagilah kepada sesama

yang kekurangan.

3). Ajaran utuk Menyakini Takdir.

Manusia lahir ke dunia membawa takdirnya masing-masing yang

sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Manusia lahir di dunia ini hanya

menjalani takdir yang sudah ditetapkan oleh allah SWT tetapi tidak ada

seorangpun yang mengetahui takdirnya. Hidup, mati, jodoh dan rezeki semua

sudah diatur oleh Allah SWT, manusia hanya menjalani dan berusaha tapi

tidak bisa merubah takdir. Dalam naskah ini juga mengajarkan tentang takdir

manusia yang sudah ditetapkan sebelum manusia dilahirkan ke dunia, pada

pupuh VIII Dhandhanggula bait 6, pupuh XIV Pangkur bait 15 dan pupuh

XXI Sinom bait 17-18, sebagai berikut :

Page 140: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

a. Pupuh VIII Dhandhanggula bait 6

6. Dènya nandhang prihatin ing batin/ sru nalangsa munggèng jro

kunjara/ èngêting guru wulange/ bêgja cilaka iku/ wus pinasthi

dening Hyang Widi/ sakèhing makluking Hyang/ kang urip sadarum/

wus pinanci pancènira/ sadurunge manusa lair nèng bumi/

pêpêsthèn wus tumiba//

Terjemahan:

6. Merasa sengsara dihatinya, semakin sengsara ada di dalam penjara.

Teringat ajaran gurunya, beruntung celaka itu sudah pasti atas Allah

SWT semua makhluk-Nya. Yang hidup semua sudah dipastikan

sebelum manusia lahir di dunia ini, takdir sudah dituliskan.

b. Pupuh XIV Pangkur bait 15

15. Tan ana ingkang kacuwan/ Sang pangantèn lulut dènya mangun sih/

Sang rêtna sajroning kalbu/ narimah panduming Hyang/ dènya

krama tan sami bangsaning luhur/ mung bangsa alit kewala/ kanthi

linabuhan pati//

Terjemahan :

15. Tidak ada yang kecewa sang pengantin saling menyayangi dengan

cinta kasih. Sang putri dalam hatinya menerima takdir Allah SWT

menikah tidak sama derajatnya, hanya dengan orang kecil sampai

mati.

c. Pupuh XXI Sinom bait 17-18

17. Dene kang jumênêng mangkya/ dados sasorining puri/ kinarya

jimat pusaka/ mring kang lagya madêg aji/ kang ibu anyondhongi/

Sang dyah tan suwalèng kayun/ putra sinung wanita/ ing ibu Sang

Pramèswari/ rèh punika winaton patang prakara//

Page 141: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

18. Kang sapisan gathukira/ wong palakrama ping kalih/ pêcating

nyawa ping tiga/ laire kang jabang bayi/ ping pat tibaning warih/

udan tumurun sing luhur/ iku kabeh tan kêna/ binudi dening

sujalmi/ sajatine atas karsaning Pangeran//

Terjemahan :

17. Yang berkuasa saat itu menjadi raja di istana dengan jimat pusaka.

Kepada yang menjadi raja, ibunya merestui. Sang putri tidak

memiliki keinginan untuk mempunyai anak perempuan dari istri

raja. Perkara itu ditentukan oleh 4 hal.

18. Pertama bertemunya jodoh (orang menikah), kedua berpisahnya

nyawa, ketiga lahirnya seorang bayi keempat lahirnya keturunan

yang baik. Itu semua tidak bisa dibuat oleh seseorang, semua

atas kehendak Tuhan.

Dalam teks SP pupuh XXI Sinom bait 17 dan 18 disebutkan 4 hal yang

terjadi atas kehendak Tuhan. Empat hal diatas yaitu, jodoh, kematian,

kelahiran dan keturunan yang baik. Dari keempat hal tersebut yang ada satu

hal yang bisa dibuat manusia, yaitu keturunan yang baik. Baik atau buruk

keturunan seseorang tidak menjadi takdir Allah SWT melainkan terjadi karena

pendidikan dalam keluarga dan lingkungan. Lebih tepat apabila satu hal itu

adalah rizki, rizki seseorang sudah ditentukan oleh Allah SWT, manusia

hanya bisa mengusahakannya.

Dari bait bait dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk

ciptaan-Nya hanya menjalani takdir yang sudah ditetapkan dan menerima

Page 142: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

dengan sabar walalupun tidak sesuai dengan keinginan manusia. Takdir yang

sudah ditetapkan manusia merupakan hal terbaik yang Allah SWT berikan

kepada hamba-Nya, sehingga sebagai manusia tidak perlu sedih menjalaninya.

Semua itu tidak bisa dibuat oleh manusia.

4). Ajaran untuk Tidak Sombong

Manusia di dunia ini sebagai makhluk ciptaan-Nya tidak memiliki

kekuataan apapun di hadapan-Nya. Semua yang dimiliki manusia hanyalah

titipan. Ketika ajal menjemput tidak ada yang dibawa manusia kecuali amal baik.

Manusia hanya bisa berusaha untuk memperolehnya tetapi jika Allah SWT tidak

menghendaki maka semua akan hilang begitu saja. Maka tidak sepantasnya

,manusia di dunia menyombongkan diri dengan apa yang dimilikinya. Gambaran

tersebut terdapat dalam naskah pada pupuh IV Sinom bait 1 dan pupuh XII Mijil

bait 24-26, sebagai berikut :

a. Pupuh IV Sinom bait 1

1. Kang padha dadi tuladhan/ pan wus kanyatan sami/ yèn wong ambêk

sumakèhan/ asring nêmahi bilahi/ saking tingkah pribadi/ kang

kaladuk tindakipun/ ladak angidak-idak/ marang sêsamining jalmi/

datan èngêt dhatêng apêsing kawula//

Terjemahan :

1. Menjadi contoh kita semua, sudah terjadi. Jika orang memiliki watak

sombong, sering menemui celaka dari tingkah lakunya sendiri.

Tingkahya angkuh menginjak-injak terhadap sesama, tidak ingat

kepada kesusahannya.

Page 143: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

b. Pupuh XII Mijil bait 24-26

24. Apa dene kabèh wis mangêrti/ lamun awakingong/ sugih dhuwit

balaba awèwèh/ jêbul dadak nyalèwèng ing kapti/ ngarah rabi putri/

wêkasan kasluru//

25. Tumiba ing cilaka wak mami/ dadi raganingong/ kêna yèn

kaparibasakake/ cebol pêksa anggayuh kang langit/ tan rumasa

mami/ maune wak ingsun//

26. Luwih mlarat tanpa ika iki/ mung manggung rêkaos/ barêng sinung

kamurahan mangke/ dening Allah kang mur-[29]bèng dumadi/ dadak

salin kapti/ andhandhang kumlungkung//

Terjemahan:

24. Semua sudah mengerti jika aku ini kaya uang, semua teman diberi

ternyata menyeleweng keinginan menginginkan menikahi putri

akhirnya kecewa.

25. Saatnya celaka aku ini dadi orang bisa diumpamakan cebol memaksa

mendapatkan langit tidak merasa aku ini dahulu aku

26. Lebih miskin tidak punya apa-apa hanya menanggung susah. Setelah

diberi kemurahan Allah yang menguasai segalanya, berganti keinginan

menjadi sombong.

Dari bait-bait di atas dapat dijelaskan bahwa orang yang mempunyai

watak sombong sering menemui celaka dari perbuatannya sendiri dan

menginjak-injak harga diri sesamanya. Sang prajurit ketika kaya memberikan

uang kepada teman-temannya dan memiliki keinginan untuk menikahi Sang

Page 144: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

putri. Dahulu Sang prajurit hanyalah orang miskin yang tidak mempunyai apa-

apa, tetapi setelah diberi kemurahan harta berganti menjadi orang sombong.

Banyak orang yang mempunyai kekayaan dan kedudukan yang tinggi

lupa akan Allah SWT. Mereka lupa bahwa apa yang didapat di dunia ini tidak

lain karena kekuasaan Allah SWT, sehingga mereka di dunia berlaku sombong

dan tidak menghargai terhadap sesama. Sesungguhnya apabila Allah SWT

menghendaki sesuatu atas hamba-Nya tidak kekurangan jalan. Kekayaan dan

kedudukan akan diambil apabila seseorang menyalahgunakannya, tetapi apabila

manusia bersyukur Allah SWT akan menambah nikmatnya.

5). Ajaran untuk mengingat kematian.

Semua yang hidup di dunia ini pasti akan mati. Semua makhluk hidup

akan kembali kepada Sang pencipta. Kematian tidak memandang umur dan

status sosial. Kematian sudah digariskan oleh Allah SWT pada setiap orang

dengan jalannya masing-masing. Untuk itu manusia harus selalu ingat dengan

kematian agar hidupnya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri

sendiri dan orang lain. Dalam naskah ini terdapat ajaran agar dalam hidup

mengingat kematian pada pupuh XVI Asmaradana bait 18, sebagai berikut :

18. Prajurit kang madêg aji/ kalimput ing kawibawan/ dupèh wus dadi

Pamase/ tur rabi putrining nata/ sangêt datan rumasa/ yèn ing donya ana

lampus/ Sang patih tur pariwara//

Page 145: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Terjemahan:

18. Prajurit yang menjadi raja. Tertutupi oleh kewibawaan karena sudah

menjadi terhormat apalagi menikahi putri raja, sangat tidak merasa jika di

dunia ini ada kematian Sang patih memberitahukan.

Sang prajurit yang menjadi raja menjadi tertutup hatinya apalagi sudah

menikah dengan Sang putri. Tingkah lakunya seakan-akan di dunia ini tidak

akan mati. Dapat diambil ajaran bahwa manusia hidup di dunia ini walaupun

kaya dan terhormat, tetapi tidak boleh melupakan kewajibannya terhadap Tuhan

dan berbagi kepada sesama, karena manusia hidup di dunia ini hanya sementara.

Kehidupan di dunia ini dijadikan bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.

Ajaran moral di atas masih relevan dan berguna bagi masyarakat sekarang,

baik dalam ajaran berumah tangga dan ajaran dalam keagamaan sebagai

makhluk ciptaan Tuhan. Manusia sekarang sering mengabaikan ajaran moral

dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi sehingga contoh-contoh di atas

dapat berperan untuk menjadikan manusia agar berakhlak dan berbudi pekerti

luhur, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Page 146: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Page 147: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 139

BAB V

PENUTUP

Pada akhir penulisan ini dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pembahasan

yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian ini diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

A. KESIMPULAN

1. Naskah SP merupakan koleksi Perpustakaan Museum Negeri Sanabudaya

Yogyakarta dengan nomor katalog MSB/L236, kode koleksi perpustakaan

PB.A 123 dan kode microfilm Rol.91 No.3 merupakan naskah tunggal,

sehingga peneliti dalam menyunting teks menggunakan metode edisi standar.

Dalam naskah SP dikerjakan melalui cara kerja filologi mulai dari deskripsi

naskah, transliterasi, kritik teks, aparat kritik ditemukan varian-varian yaitu,

lacuna sebanyak 20 kata, adisi sebanyak 4 kata, dan hiperkorek sebanyak 24

kata. Pembenaran varian-varian tersebut berpedoman pada kesesuaian konteks

kalimat secara linguistik dan konvensi tembang. Sehingga suntingan teks SP

dalam penelitian ini merupakan teks yang bersih dari kesalahan dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

2. Sêrat Panithikan adalah jenis Sêrat Sastra Dongeng. Dalam kajian isi naskah

SP diperoleh ajaran moral dalam rumah tangga dan ajaran dalam keagamaan.

Ajaran moral dalam berumah tangga antara lain peran istri sebagai kepala

keluarga, kewajiban seorang suami sebagai kepala rumah tangga, kewajiban

Page 148: SÊRAT PANITHIKAN (Suatu Tinjauan Filologis)/Srat... · dan berhuruf Jawa carik berjumlah 49 halaman. Teknik pengumpulan data melalui tahapan inventarisasi melalui katalog-katalog

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

anak berbakti kepada orang tua, keutamaan menikah, dan ajaran untuk

mencari pasangan. Ajaran dalam keagamaan antara lain, ajaran untuk :

mempercayai kekuasaan Allah SWT, bersedekah, meyakini takdir, tidak

sombong, serta ajaran untuk mengingat kematian.

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Penelitian terhadap SP ini terbatas pada kajian filologis dan kajian isi

mengenai ajaran moral dalam berumah tangga dan dalam keagamaan.

Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut dari sudut pandang

ilmu lain, misalnya linguistik, sastra, stilistika (gaya bahasa), tekstologi

(sejarah teks), maupun sosiologi. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan

bentuk penelitian yang lebih lengkap, utuh dan mendalam.

2. Naskah SP sebagai salah satu karya sastra yang di dalamnya mengandung

nilai-nilai luhur budaya masih memerlukan penanganan. Oleh karena itu,

merupakan kewajiban bagi para filolog untuk ikut menyelamatkan,

melestarikan, meneliti, mendayagunakan dan menyebarluaskan, sehingga

dapat dijadikan tambahan wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan

yang berguna bagi masyarakat luas.