september 2010 wilayah konservasi asia pasifik program ... survey report... · 2.2 analisis data...

44
September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program Kelautan Laporan No 3B/10 Dikompilasi oleh:

Upload: truongnhu

Post on 01-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

September 2010

Wilayah Konservasi Asia Pasifik

Program Kelautan

Laporan No 3B/10

Dikompilasi oleh:

Page 2: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Dipublikasikan oleh: The Nature Conservancy, Wilayah Konservasi Asia Pasifik

Detil Kontak:

Joanne Wilson: The Nature Conservancy’s Indonesia Marine Program, Coral Triangle Center, Jl.

Pengembak No.2, Sanur 80228, Bali, Indonesia

Phone +62-(0)361-287272, Fax +62-(0)361-270737

Email: [email protected]

Sitasi Yang Disarankan:

Wilson, J., Rotinsulu, C., Muljadi A., Wen W., Barmawi, M., Mandagi, S. 2010. Pola Tata Ruang dan

Temporal dari Pemanfaaan Sumber Daya Laut di Wilayah Raja Ampat Hasil Survei Udara Tahun

2006. Laporan oleh Program Kelautan Wilayah Konservasi Asia Pasifik, , The Nature Conservancy.

3/10.

© 2010, The Nature Conservancy

Hak Cipta Dilindungi.

Tidak diijinkan melakukan reproduksi ulang untuk tujuan apapun tanpa seijin dari penerbit. .

Foto Sampul: Perahu penangkap ikan dan kegiatan di daerah pesisir di Raja Ampat ©TNC Indonesia

Program Kelautan

Laporan ini dapat diperoleh di:

The Nature Conservancy’s Indonesia Marine Program

Coral Triangle Center

Jl. Pengembak No.2 Sanur 80228

Bali, Indonesia

Page 3: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya survei ini

yaitu kepada Becky Rahawarin dan Yusdi Lamatenggo (Dinas Perikanan, Raja Ampat), Meity Mondong,

M.Erdi Lazuardi, Irdez Azhar dan Yohannes Fanataf (Conservation International), Reinhart Paat, Titi

Nugraheni, Adityo Setiawan (The Nature Conservancy). Terima kasih juga kami ucapkan kepada Bob

Roberts (AMA) dalam penyediaan pesawat dan menerbangkan kami dengan aman selama survei. Tidak

lupa kami ucapkan terima kasih kepada Otoritas Bandara Dominine Edward Osok di Sorong yang telah

membantu perijinan bagi pesawat untuk melakukan survei serta Pengawas Lalu Lintas Bandara DEO

yang selalu memberikan informasi kondisi cuaca terbaru dan mengarahkan penerbangan selama survei.

Ucapan terima kasih khusus kepada Peter Mous yang telah menyusun dan mengorganisasi survei ini

termasuk mencarikan pesawat udara untuk survei ini.

Page 4: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

2.1 SURVEI UDARA ............................................................................................................. 3 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN .......................................................................... 4

3.1 GAMBARAN UMUM ..................................................................................................... 5 3.2 KAPAL-KAPAL ............................................................................................................... 5 3.3 STRUKTUR PERMANEN/TETAP ............................................................................... 17 3.4 BIOTA ............................................................................................................................ 23

Page 5: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau
Page 6: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau
Page 7: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Kepulauan Raja Ampat terletak di ujung barat laut Provinsi Papua Barat tepat di “jantung” Segitiga

Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau kecil, terumbu karang dan

perairan terbuka. Wilayah ini menjadi rumah bagi terumbu karang yang tertinggi keanekaragamannya di

dunia dan populasi satwa langka seperti Penyu dan mamalia laut termasuk Dugong.

Pada tahun 2006, pemerintah kabupaten Raja Ampat menetapkan enam buah Kawasan Konservasi

Perairan (KKP) baru yang pada akhirnya menambah jumlah total KKP yang ada menjadi 7 buah dengan

luas hampir 1 juta hektar. I

Pada tahun 2006 penduduk Kabupaten Raja Ampat mencapai sekitar 32.055 orang tapi kemudian

berkembang dengan pesat. Hampir seluruh masyarakat menggantungkan hidupnya pada sumberdaya alam

untuk sumber pangan dan penghasilan. Pemahaman tentang pola pemanfaatan sumber daya yang ada,

penyebaran habitat dan spesies kunci sangat penting sebagai informasi untuk pengambilan keputusan dan

perencanaan tata ruang dalam rangka pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam dan perencanaan KKP.

Survei udara adalah sebuah metode yang paling layak dan bermanfaat dalam rangka mengumpulkan data

pada skala ruang yang besar dan digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai distribusi dan

kelimpahan mamalia laut dan biota laut besar lainnya.

Pada bulan Januari dan September tahun 2006 telah dilakukan survei udara dengan menggunakan pesawat

udara kecil berbaling-baling. Survei udara mencapai 30 jam selama 5 hari dan mencakup wilayah dengan

luas sekitar 4.000 km2. Para pengamat melakukan pencatatan dan menggambarkan semua kapal yang

dilihat beserta aktivitasnya, merekam alat tangkap atau struktur permanen dan setiap biota seperti penyu

atau mamalia laut yang dijumpai. Selain itu, dilakukan pencatatan lokasi dengan GPS dan pengambilan

foto-foto pada semua pengamatan. Data yang diperoleh kemudian dipetakan dan dianalisis untuk

menentukan perbedaan-perbedaan dalam pemanfaatan sumberdaya atau distribusi biota-biota di area-area

dalam Raja Ampat dan dalam KKP.

Mayoritas (>75%) dari kapal-kapal yang diamati adalah dari jenis perahu kecil, yaitu sampan dengan atau

tanpa mesin. Temuan ini menunjukkan tingginya pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir oleh

masyarakat lokal untuk kegiatan perikanan artisanal. Meskipun kapal-kapal kecil ini jumlahnya besar,

tetapi studi lain yang dilakukan di wilayah ini menunjukkan bahwa hampir 80% hasil tangkapan

perikanan diambil oleh pihak luar dengan menggunakan kapal yang lebih besar. Alat-alat permanen di

Raja Ampat sebagian besar digunakan untuk kegiatan penangkapan dan tidak mematuhi aturan.

Meskipun demikian, nampaknya sejumlah besar ikan ditangkap menggunakan alat-alat tersebut, atau, alat

ini digunakan untuk menyokong kegiatan penangkapan di daerah-daerah terpencil (Bailey et.al 2008).

Untuk itu mengetahui jumlah, lokasi dan jenis-jenis alat tangkap permanen adalah penting dalam

memahami jumlah yang tepat mengenai usaha perikanan di Raja Ampat selain dapat digunakan sebagai

dasar untuk sistem perijinan atau kuota di masa mendatang dalam rangka pengaturan alat-alat tangkap

perikanan.

Pari Manta, Paus dan Lumba-Lumba jumlah sangat berlimpah pada bulan Januari yang jumlahnya dua

kali lebih banyak dibanding individu yang biasa dijumpai pada bulan September. Sebagian besar biota ini

terlihat di wilayah antara Sorong dan Pulau Salawati, Teluk Dampier dan sekitar Pulau Kofiau. Jejaring

KKP yang ada saat ini tidak cukup banyak mencakup lokasi-lokasi penting untuk spesies-spesies tersebut.

Studi ini menunjukkan bahwa survei udara adalah metode yang sangat bermanfaat untuk mempelajari

pemanfaatan sumber daya dan fauna laut besar di wilayah-wilayah yang terpencil dan luas. Ada potensi

yang sangat besar untuk mengintegrasikan survei udara dengan survei berbasis kapal untuk membantu

dalam kegiatan patroli dan memberikan laporan kepada pihak pemerintah tentang adanya aktivitas-

Page 8: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

aktivitas ilegal. Metode ini juga sangat baik untuk menghitung jumlah, jenis dan distribusi dari alat-alat

tangkap yang tidak diatur (unregulated) seperti misalnya bubu dan pondok nelayan.

Page 9: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Kepulauan Raja Ampat terletak di ujung barat laut Provinsi Papua Barat di jantung segitiga karang,

meliputi wilayah seluas 4 juta hektar yang terdiri dari daratan dan laut termasuk empat pulau besar yaitu

Waigeo, Batanta, Salawati, Misool dan ratusan pulau-pulau kecil lainnya. Banyak dari pulau-pulau

tersebut ditutupi oleh hutan yang belum terjamah yang berada dalam kawasan Taman Nasional. Terumbu

karang di sekitar pulau-pulau ini menopang keanekaragaman jenis karang dan ikan yang tertinggi di

dunia. Survei ilmiah mencatat setidaknya 553 spesies karang Scleractinia (Veron et.al 2009) dan

sedikitnya 1.320 spesies ikan yang merupakan jumlah spesies tertinggi di dunia dalam luas wilayah

seperti Raja Ampat (Allen dan Erdman 2009). Cetacea dan biota laut besar juga merupakan bagian

penting dari ekosistem Raja Ampat dengan total 16 spesies cetacean termasuk Paus Sperma, Paus Biru

Pasifik, dan Lumba-lumba Punggung Bungkuk Indo Pasifik. Selama pengamatan ternyata sering juga

dijumpai Dugong. Beberapa spesies mamalia laut yang diketahui atau diduga muncul di wilayah ini

terdaftar pada IUCN sebagai spesies yang terancam atau langka. Kepulauan Raja Ampat adalah bagian

dari Bentang laut Kepala Burung yang merupakan taman nasional laut terbesar di Indonesia, dan

Jamursba Medi di mana terdapat beberapa pantai peneluran penyu terpenting di dunia. .

Ibukota Kabupaten Raja Ampat yaitu Waisai, terletak di pesisir bagian timur pulau Waigeo. Penduduk

kabupaten Raja Ampat di tahun 2006 adalah 32.055 jiwa yang tersebar di seluruh ibukota dan 88 desa

(Firman dan Azhar 2006). Populasi penduduk meningkat pesat karena pemerintah Kabupaten secara aktif

mendorong program transmigrasi yang mendatangkan ribuan orang dari pulau Jawa ke Raja Ampat.

Masyarakat lokal dan perekonomian daerah sangat bergantung pada keberadaan sumberdaya alambaik

darat maupun lautuntuk industri seperti perikanan, pertambangan, kehutanan, minyak dan gas, budidaya

perikanan dan pariwisata. Akan tetapi, beberapa kegiatan yang terkait dengan industri-industri ini

ataupun pembangunan pesisir yang berkaitan dengan meningkatnya jumlah penduduk ternyata

mengancam keanekaragaman dan kesehatan komunitas laut dan darat di Raja Ampat. Kemakmuran

masa depan daerah ini akan bergantung pada kebijakan dan pengelolaan yang mendukung industri yang

berkelanjutan untuk kepentingan masyarakat lokal dan melindungi keanekaragaman hayati daerah ini

yang begitu luar biasa.

Pada tahun 2006, pemerintah Raja Ampat menetapkan enam KKP baru yang luasnya mencapai 1 juta

hektar yaitu Kofiau, Misool Tenggara, Selat Dampier, Teluk Mayalibit, Ayau dan Wayag Sayang.

Bersama dengan KKP Waigeo Barat yang sudah lebih dulu ada, berdirinya KKP baru ini menjadikan total

jumlah yang ada menjadi 7 buah. Pendeklarasian dan perluasan dari KKP Selat Dampier dan Teluk

Mayalibit pada tahun 2009 menunjukkan bahwa pihak pemerintah kabupaten mengakui dan menghargai

pentingnya konservasi laut sebagai sebuah investasi dalam mengembangkan sektor perikanan yang

berkelanjutan dan pariwisata berbasis laut. The Nature Conservancy dan Conservation International saat

ini bekerja sama dengan pemerintah Raja Ampat dalam rangka mendukung pengelolaan jejaring KKP.

Bentuk-bentuk kerjasama tersebut adalah membantu penyusunan dan implementasi rencana pengelolaan

dan zonasi KKP dan kebijakan perikanan dan rencana tata ruang baik di tingkat provinsi maupun

kabupaten. Melalui proses-proses inilah didorong sebuah pendekatan berbasis ekosistem untuk

pengelolaan sumber daya laut di Raja Ampat dan seluruh Bentang Laut Kepala Burung.

Memahami pola-pola pemanfaatan sumber daya, penyebaran habitat dan spesies kunci adalah penting

dalam memberikan gambaran untuk pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan dan rencana

tata ruang. . Survei udara adalah sebuah metode yang sudah mapan dan bermanfaat untuk mengumpulkan

data pada skala ruang yang besar dan telah digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang distribusi

dan kelimpahan dari mamalia laut dan biota laut besar lainnya misalnya Penyu. Survei-survei tersebut

menyediakan “potret” sebuah daerah dan jika diulang dari waktu ke waktu dapat digunakan untuk

menentukan tren musiman/tahunan. Data-data ini dapat menjadi sangat kuat dalam menentukan sukses

tidaknya sebuah rencana/kebijakan pengelolaan dengan menentukan tingkat kepatuhan terhadap aturan-

aturan batas KKP, perikanan dan lainnya di wilayah geografi yang luas.

Page 10: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan pola tata ruang dan temporal pada distribusi dan jenis

pemanfaatan sumber daya laut dan biota laut besar di Kabupaten Raja Ampat.

Page 11: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

2.1 SURVEI UDARA

Pada tahun 2006, dua survei udara dilakukan di Raja Ampat dengan menggunakan Protokol Survei Udara

TNC (Mous 2006) dengan menggunakan pesawat kecil berbaling-baling jenis Pilatus PC-6 (Pilatus

Porter). Survei pertama dilakukan pada tanggal 9-13 Januari 2006, dan yang kedua pada tanggal 8-22

September 2006. Masing-masing survei (penerbangan) mencapai 30 jam penerbangan selama 5 hari dan

meliputi wilayah sepanjang 4.000 km sepanjang jalur penerbangan yang ditargetkan (Gambar 1). Satu

hal yang penting untuk dicatat adalah jalur penerbangan dan metode survei dibuat sedemikian rupa untuk

memungkinkan penjangkauan wilayah terumbu karang pantai secara maksimal serta untuk

memaksimalkan daerah yang dicakup oleh survei dalam rangka memperoleh informasi distribusi dan

jenis-jenis kegiatan dan biota di Raja Ampat. Estimasi yang akurat dari populasi mamalia laut bukanlah

menjadi tujuan dari survei ini.

Jumlah anggota tim pada masing-masing penerbangan adalah 5 orang, terdiri dari seorang pimpinan tim

yang bertugas mencatat posisi GPS dan mengambil foto pada semua pengamatan, 2 orang pengamat

untuk perikanan/biota (masing-masing di bagian kiri dan kanan pesawat) yang mencatat antara lain:

kapal, alat tangkap permanen dan penampakan biota laut besar, dan 2 orang untuk memetakan terumbu

karang (satu di kiri dan satu di kanan pesawat). Para pengamat mencatat hasil pengamatan berdasarkan

kategori yang ada pada Tabel 1 dan posisi GPS di lembar data yang disediakan (Lampiran A). Ketika

kembali ke kantor, semua data dipindahkan ke program pengolah data Excel dan basis data SIG.

Seluruh kapal dikelompokkan berdasarkan jenis, ukuran, mesin dan kegiatan yang dilakukan ketika

sedang diamati. “Alat Permanen” didefinisikan sebagai alat tangkap buatan manusia yang dibangun atau

dipasang di daerah laut. Alat-alat ini termasuk bagan, rumpon, keramba dan pondok nelayan. Pondok

nelayan adalah semacam bangunan dari berbagai ukuran yang digunakan sebagai tempat menginap oleh

para nelayan yang menangkap ikan jauh dari tempat tinggalnya sehingga tidak memungkinkan melakukan

perjalanan pergi-pulang dalam sehari.

Tabel 1. Kategori Kapal, Alat Terpasang dan Biota Laut Yang Tercatat Selama Pemetaan Udara di Raja

Ampat tahun 2006

Jenis Kapal Ukuran Kapal Mesin

Kapal

Kegiatan Alat

Terpasang

Biota

Perikanan Sampan kecil Tidak

bermesin

Membuang

Jangkar

Bagan Paus/Lumba-

lumba

Penumpang Sampan/dinghy Ketinting Menangkap Ikan Rumpon Manta

Perahu

Tinggal

Kecil <10m MEsin Luar Gleaning Bagang Penyu

Kapal Barang Sedang 10-

20m

Mesin

Dalam

Bergerak/Berlayar Rumah Ikan Hiu

Industri Besar 20-50m Tidak

diketahui

Tidak diketahui Lain-lain Gerombolan ikan

umpan /Tuna

Lain-lain Sangat Besar

>50m

Dugong/Duyung

Tidak Tahu Kumpulan Ikan

Memijah

Burung

Page 12: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 1. Jalur Penerbangan dan batas KKP serta sektor-sektor yang menjadi perhatian.

2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN

Untuk kepentingan analisis, maka Kabupaten Raja Ampat dibagi menjadi enam sektor (Gambar 1) agar

memungkinkan dilakukannya analisis distribusi spasial dari kapal-kapal, alat tangkap permanen dan biota

laut besar. Batas-batas KKP yang ditetapkan pada tahun 2006 juga diidentifikasi (Gambar 1). Data

dianalisis menggunakan ArcGIS dan Excel dengan dasar kedua sektor dan batas-batas KKP untuk survei

bulan Januari dan September 2006. Data-data ini disajikan dalam bentuk peta dan grafik untuk masing-

masing kategori pengamatan. Peta-peta yang menampilkan penyebaran para penguna sumber daya

berdasarkan kategori dibuat dengan menggunakan ArcGIS. Grafik-grafik tersebut juga digunakan untuk

membandingkan jumlah total pengamatan di tiap-tiap kategori berdasarkan sektor dan KKP pada bulan

Januari dan September 2006.

Untuk menyimpan semua foto yang terhubung dengan posisi GPS digunakan CD, yang dibuat dalam

format html dengan peta Raja Ampat yang di-overlay dengan sejumlah titik berwarna merah dan biru

(merah untuk Januari, biru untuk September). Dengan meng-klik titik-titik ini kita akan terhubung

dengan gambar yang relevan dengan posisi ini.

Page 13: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

3.1 GAMBARAN UMUM

Survei udara terbukti menjadi sebuah cara yang efektif dalam melakukan survei untuk kapal-kapal, alat

permanen/terpasang dan biota laut besar secara luas di Kabupaten Raja Ampat. Sebanyak total 3.761

pengamatan berhasil dilakukan dalam dua kali survei (Januari dan September 2006). Terdapat perbedaan

yang signifikan pada penyebaran kapal, alat tangkap permanen dan fauna laut besar di Kabupaten Raja

Ampat berdasarkan sektor, KKP dan antar waktu survei. Mayoritas kapal yang diamati selama survei-

survei tersebut adalah kapal penangkapan kecil dan hanya sedikit kapal komersial besar yang dijumpai.

Jumlah alat tangkap permanen meningkat dari Januari hingga Septermber, dan banyak yang lokasinya

telah berubah. Pari Manta, Paus dan Lumba-lumba secara signifikan lebih berlimpah dengan jumlah

individu pada bulan Januari lebih banyak dua kali lipat dibanding September, yang hampir semuanya

berlokasi di wilayah antara Sorong, Pulau Salawati dan Selat Dampier.

3.2 KAPAL-KAPAL

Total tercatat 1.748 kapal yang dijumpai selama dua kali survei. Kapal-kapal perikanan yang meliputi

semua jenis kapal yang digunakan untuk menangkap ikanmulai dari sampan dayung hingga kapal

komersial besaradalah yang paling sering dijumpai dari semua kapal di Raja Ampat. Ke-1.322 kapal

penangkapan yang dicatat mewakili 75% dari seluruh kapal yang disurvei (Gambar 2). Jumlah kapal

perikanan yang dicatat pada bulan September (777) agak lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Januari

(545), mungkin karena angin barat yang kuat biasanya muncul pada bulan Januari ini yang kemungkinan

membatasi pergerakan kapal-kapal kecil.

Sebagian besar kapal perikanan berukuran kecil, sekitar 70% digolongkan sebagai sampan kecil atau

sampan/dinghy (Gambar 5), baik dengan, atau tanpa mesin “ketinting”. Sangat sedikit kapal perikanan

berukuran besar yang tercatat selama survei-survei tersebut. Hal ini menunjukkan tingginya persentase

nelayan subsisten lokal dan tingginya ketergantungan terhadap wilayah terumbu karang dan pesisir untuk

kegiatan perikanan demi kelangsungan hidup dan mata pencaharian masyarakat lokal. Wilayah pesisir

dan terumbu karang yang terlindung dan dekat dengan pedesaan adalah lokasi tangkap yang paling

mudah diakses oleh penduduk lokal yang menggunakan perahu kecil. Hampir semua kapal penangkap

ikan terkonsentrasi di sekitar terumbu karang dan pulau-pulau di wilayah Sorong, Pulau Salawati (Sektor

6) dan Selat Dampier/Waigeo Selatan (Sektor 2) (Gambar 7 dan Gambar 8). Hanya sedikit kapal yang

tercatat berada di ujung utara Raja Ampat (Sektor 1) (Gambar 5, Gambar 7, Gambar 8). Pada dua kali

survei tidak dijumpai adanya kegiatan penangkapan di kawasan KKP Kawe yang sejak tahun 2008 telah

dinyatakan sebagai daerah perlindungan oleh pemiliknya. KKP dengan aktivitas kapal tertinggi adalah

Selat Dampier, Kofiau dan Misool Tenggara (Gambar 6, Gambar 8). Misool Tenggara adalah satu-

satunya KKP di mana tercatat kehadiran kapal penangkapan ikan dengan panjang lebih dari 10 meter.

Pada saat survei berlangsung, rata-rata sekitar 50% kapal di Raja Ampat sedang melakukan kegiatan

penangkapan aktif, adapun sisanya sebagian besar dalam kondisi sedang membuang jangkar atau sedang

berlayar (Gambar 7). Walaupun demikian terdapat perbedaan yang besar di antara “Sektor” dengan

“KKP” dalam hal persentase kapal yang sedang aktif melakukan penangkapan dan perbedaan antara

bulan Januari dan September. Gambar 9 menunjukkan bahwa pada bulan Januari ada 80% kapal yang

sedang melakuan penangkapan di Ayau dibandingkan dengan 10% di Misool Tenggara dan sekitar 8% di

Teluk Mayalibit. Muncul pula perbedaan di antara kedua waktu survei. Misalnya, di KKP Teluk

Mayalibit, persentase kapal penangkapan meningkat dari 8% di bulan Januari menjadi 60% di bulan

September. Peningkatan persentase kapal yang aktif melakukan penangkapan juga terjadi di KKP

Dampier dan KKP Waigeo Barat Daya, tetapi menurun di Ayau dan Kofiau. Persentase kapal yang

menangkap ikan di KKP Misool Tenggara tetap rendah di kedua survei yaitu sekitar 10-15%. Hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan di KKP dan wilayah Raja Ampat bersifat musiman,

selain karena di beberapa KKP dan musim, kegiatan utamanya dilakukan pada malam hari.

Penumpang dan Pariwisata

Page 14: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Kapal penumpang adalah alat transportasi utama antar pulau bagi penduduk lokal dan ukurannya

bervariasi mulai dari sampan/dinghy sampai kapal motor besar. Pada bulan Januari, kapal penumpang

hanya terlihat di selat-selat yang terlindung sekitar Pulau Salawati yang mungkin disebabkan kondisi

cuaca yang buruk selama bulan Januari. Selama bulan September kapal penumpang lebih menyebar

letaknya di Raja Ampat, di mana dapat dilihat di sekitar Pulau Waigeo, Selat Dampier dan Misool

Tenggara (Gambar 2, Gambar 3, Gambar 6, Gambar 7).

Pada tahun 2006, ada 14 penampakan kapal wisata termasuk kapal tinggal (live-aboard) penyelaman dan

perahu yang lebih kecil (dinghy) atau perahu pendukung lainnya. Kapal-kapal ini tersebar ke utara

sampai ke Wayag, dan ke selatan sampai ke Misool Tenggara, juga di Selat Dampier dan pesisir utara

Waigeo (Gambar 2, Gambar 3, Gambar 6, Gambar 7).

Kapal Kargo/Barang dan Industri Kapal-kapal pengangkut barang (kargo) dan industri paling sering terlihat di daerah Selat Salawati, pada

jalur pelayaran dan terkait dengan anjungan minyak yang terletak antara Misool dan Selat Salawati. .

Ada juga kapal besar yang terlihat di Waigeo Barat Daya dan Misool Tenggara. Hal ini tidak

mengejutkan, karena hampir semua kapal besar dan sangat besar yang tercatat selama survei adalah jenis

kapal kargo dan industri, tapi ternyata ada juga beberapa kapal perikanan besar yang terlihat di KKP

Misool Tenggara

Lain-Lain dan Tidak Diketahui Persentase kategori “Lain-lain” dan “Tidak diketahui” secara bersama-sama mencapai 12% dari seluruh

pengamatan selama survei dan nilai ini disebabkan adanya kesulitan dalam mengenali benda atau kapal

yang berukuran kecil, ataupun letaknya tepat di ujung batas pandangan dari pengamat (Gambar 2,

Gambar 3, Gambar 8, Gambar 9).

Gambar 1. Frekuensi pengamatan kapal berdasarkan jenis di Kabupaten Raja Ampat dari Survei Udara tahun 2006.

Page 15: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 2. Frekuensi pengamatan kapal berdasarkan ukuran di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara tahun

2006.

Gambar 3. Frekuensi pengamatan kapal berdasarkan jenis mesin di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara tahun

2006.

Page 16: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 4. Proporsi relatif dari ukuran kapal untuk setiap kategori jenis kapal di Kabupaten Raja Ampat dari Survei

Udara tahun 2006 (Januari dan September).

Gambar 5. Proporsi relatif dari ukuran kapal untuk setiap kategori jenis mesin di Kabupaten Raja Ampat dari survei

udara tahun 2006 (Januari dan September).

Page 17: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 6. Proporsi relatif kegiatan untuk kapal penangkapan yang teramati di Kabupaten Raja Ampat dari survei

udara tahun 2006.

Gambar 7. Proporsi relatif kegiatan dari kapal perikanan di setiap sektor di Kabupaten Raja Ampat dari survei

udara tahun 2006.

Page 18: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 8. Proporsi relatif kegiatan kapal penangkapan yang teramati di Kabupten Raja Ampat dari survei udara

tahun 2006.

Page 19: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 9. Frekuensi kapal berdasarkan jenis di

setiap sektor di Kabupaten Raja Ampat tahun 2006.

Gambar 10. Frekuensi kapal berdasarkan jenis di

setiap KKP di Raja Ampat tahun 2006.

Page 20: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 11. Frekuensi kapal berdasarkan ukuran

di setiap sektor di Raja Ampat tahun 2006.

Gambar 12. Frekuensi kapal berdasarkan ukuran

di setiap KKP di Raja Ampat tahun 2006.

Page 21: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 13. Distribusi kapal-kapal perikanan di Kabupten Raja Ampat, dari

survei udara bulan Januari 2006. .

Gambar 14. Distribusi kapal-kapal perikanan di Kabupaten Raja Ampat dari

survei udara bulan September 2006. .

Page 22: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 15. Distribusi kapal wisata, penumpang dan lainnya Kabupaten Raja

Ampat dari survei udara bulan Januari 2006.

Gambar 16. Distribusi kapal wisata, penumpang dan lain-lainnya di Kabupaten

Raja Ampat dari survei udara bulan September 2006.

Page 23: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 17. Distribusi kapal angkut (kargo) dan industri di Kabupaten Raja

Ampat dari survei udara bulan Januari 2006.

Gambar 18. Distribusi kapal angkut (kargo) dan industri di Kabupaten Raja

Ampat dari survei udara bulan September 2006.

Page 24: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 19. Distribusi kapal berdasarkan ukuran yang berbeda di Kabupaten

Raja Ampat dari survei udara bulan Januari 2006. .

Gambar 20. Distribusi kapal berdasarkan ukuran yang berbeda di Kabupaten

Raja Ampat dari survei udara bulan September 2006.

Page 25: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

3.3 STRUKTUR PERMANEN/TETAP

Struktur permanen yang tercatat selama survei adalah termasuk beberapa jenis bagan,

rumpon, keramba dan pondok nelayan. Struktur permanen yang masuk ke dalam kategori

“lain-lain” adalah budidaya mutiara, pelampung navigasi serta anjungan minyak dan gas.

Pondok nelayan dan keramba adalah struktur permanen yang paling banyak dijumpai selama

survei-survei ini (Gambar 22). Jumlah struktur permanen di Raja Ampat meningkat sebesar

35% dari Januari hingga September. Belum dapat ditentukan apakah peningkatan ini muncul

akibat perbedaan musim atau karena peningkatan dalam pembangunan struktur permanen itu

sendiri.

Bagan Bagan atau jaring angkat di Raja Ampat digunakan untuk menangkap cumi-cumi atau ikan

Sarden kecil (atau Ikan Teri) yang dijual baik untuk dimakan maupun sebagai umpan. .

Perahu bagan yang masuk ke dalam kategori alat tangkap permanen ini adalah bagan apung

yang berasosiasi dengan kapal penangkap Tuna yang menggunakan hasil tangkapan bagan

sebagai umpannya. Dengan demikian bagan tidak sepenuhnya adalah alat tangkap permanen

karena dapat ditarik oleh perahu lain menuju lokasi-lokasi yang sesuai dengan kebutuhan.

Karena bagan menggunakan cahaya untuk menarik ikan atau cumi-cumi, operasinya

dilakukan pada malam hari sehingga posisi pengamatan pada survei pemetaan udara di siang

hari lebih menunjukkan lokasi membuang jangkar atau pangkalan bagan itu sendiri. . Bagan-

bagan ini terlihat di wilayah Selat Dampier, Misool Tenggara dan Selat Salawati (Gambar 23,

Gambar 24, Gambar 25, Gambar 26). Beberapa bagan tercatat berada di dalam KKP dengan

perkecualian di KKP Misool Tenggara (Gambar 24, Gambar 25, Gambar 26), dan lebih sering

terlihat pada bulan September dibandingkan bulan Januari.

Rumpon Rumpon adalah rakit-rakit terapung yang dibuat dari bahan-bahan yang dapat menarik

perhatian dan mengumpulkan ikan. Rumpon dibuat untuk memudahkan nelayan menangkap

ikan. Lokasi-lokasi rumpon bervariasi antara waktu survei. Pada bulan Januari rumpon

terkonsentrasi di sekitar Pulau Salawati, dan ada satu dua tersebar di sebelah selatan Ayau,

Wayag-Sayang, Kofiau dan Misool Tenggara (Gambar 23, Gambar 24, Gambar 27, Gambar

28). Pada bulan September hampir semua rumpon terlihat berada di Misool Tenggara dan

Kofiau.

Pondok Nelayan Pondok nelayan adalah pondok yang dibangun di atas pantai atau terumbu karang dan

digunakan sebagai tempat berlindung sementara para nelayan lokal misalnya untuk menginap

dan juga sebagai tempat untuk mengeringkan ikan hasil tangkapan. . Beberapa pondok juga

digunakan sebagai pangkalan untuk para buruh perkebunan kelapa dan untuk menyimpan

kelapa/kopra khususnya di Kofiau. Pondok-pondok ini terkonsentrasi di Selat Salawati, KKP

Kofiau, Waigeo selatan dan Teluk Mayalibit (Gambar 23, Gambar 24, Gambar 27, Gambar

28). Jumlah pondok nelayan mengalami peningkatan dari Januari hingga September

khususnya di Selat Salawati dan KKP Kofiau (Gambar 23, Gambar 24). Peningkatan ini bisa

jadi mencerminkan peningkatan kegiatan penangkapan ikan atau pertanian di lokasi-lokasi

yang jauh dari pedesaan. Karena struktur pondok ini biasanya sangat kuat maka

peningkatannya itu sepertinya tidak mencerminkan suatu perbedaan musiman. Peningkatan

jumlah pondok nelayan bisa juga menunjukkan adanya penipisan dari sumber daya di sekitar

desa sehingga nelayan harus berlayar lebih jauh untuk mendapatkan ikan. Pembangunan

pondok yang berada tepat di atas terumbu karang cenderung merusak terumbu karang

setempat akibat proses pembuatannya, terhalangnya cahaya matahari dan pembuangan limbah

termasuk sampah dan kotoran.

Page 26: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Keramba Keramba digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara ikan hidup oleh para pedagang

yang menyuplai ikan seperti Kerapu dan Napoleon untuk kegiatan perdagangan ikan karang

hidup. Ukuran kurungan di keramba cukup bervariasi mulai dari yang kecil yaitu 1-2 m2 yang

dioperasikan oleh masyarakat lokal hingga ke ukuran yang lebih besar untuk kegiatan-

kegiatan komersial. Keramba banyak dijumpai di sekitar daerah-daerah daratan utama di

Raja Ampat termasuk Ayau dengan perkecualian Kofiau dan Wayag-Sayang (Gambar 29,

Gambar 30). Jumlah keramba yang diamati meningkat sampai 30% dari bulan Januari hingga

bulan September (Gambar 23, Gambar 24). Juga terlihat bahwa beberapa keramba yang

diamati selama bulan Januari tidak terlihat pada bulan September yang berarti mereka telah

dipindahkan atau rusak. Keramba-keramba ini juga dijumpai di empat KKP Raja Ampat yaitu

Ayau, Waigeo Barat, Dampier dan Misool Tenggara (Gambar 29, Gambar 30). Keberadaan

keramba ini menjadi perhatian karena biasanya berkaitan dengan kegiatan perdagangan ikan

karang hidup yang menargetkan lokasi pemijahan dari jenis ikan target. Kegiatan

penangkapan di lokasi pemijahan ikan sama sekali tidak berkelanjutan dan kemungkinan akan

bertentangan dengan tujuan-tujuan konservasi dan perikanan berkelanjutan dari KKP.

Alat Permanen Lain Alat tangkap pada kategori “lain-lain” termasuk struktur-struktur seperti budidaya mutiara

dan rumput laut, pelampung navigasi, bubu atau “sero” dan infrastruktur lainnya. Pada bulan

Januari jumlahnya lebih kecil dibanding bulan September (Gambar 22, Gambar23, Gambar

24). Karena kategori ‘lain-lain” ini jumlahnya mencapai sekitar 30% dari semua alat yang

diamati, maka penting untuk lebih banyak membuat klafisikasi kelas-kelas utama dari alat

permanen untuk survei udara yang akan datang. Budidaya mutiara dan rumput laut sedang

berkembang di Raja Ampat karena itu penting untuk mendokumentasikan lokasi dan luasnya.

Beberapa alat permanen seperti bubu juga bisa menjadi jebakan bagi spesies laut besar. Para

penduduk desa di sekitar Selat Dampier melaporkan bahwa Dugong dan Lumba Lumba

kadang-kadang terjebak dan kemungkinan besar dikonsumsi penduduk setempat atau di luar

kepada pihak luar (Rotinsulu, komunikasi personal).

Gambar 21. Frekuensi pengamatan struktur permanen di Raja Ampat berdasarkan survei udara tahun

2006.

Page 27: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 22. Frekuensi alat tangkap permanen

di masing-masing sektor di Raja Ampat Tahun

2006.

Gambar 23. Frekuensi Alat Tangkap

Permanen di masing-masing KKP di Raja

Ampat tahun 2006.

Page 28: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 24. Distribusi bagan di Kabupaten Raja Ampat, dari survei udara bulan

Januari 2006.

Gambar 25. Distribusi bagan di kabupaten Raja Ampat, dari survei udara bulan

September 2006.

Page 29: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 26. Distribusi Rumpon dan Rumah Ikan di Kabupaten Raja Ampat dari

survei udara bulan Januari 2006.

Gambar 27. Distribusi Rumpon dan Rumah Ikan di Kabupaten Raja Ampat dari

survei udara bulan September 2006.

Page 30: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 28. Distribusi Bubu di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara bulan

Januari 2006.

Gambar 29. Distribusi Bubu di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara bulan

September 2006.

Page 31: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

3.4 BIOTA

Biota laut besar yang dicatat selama survei adalah Paus, Lumba Lumba, Dugong, Pari Manta,

Penyu dan Hiu. Selain itu, tercatat pula kemunculan kumpulan ikan Sarden atau “bola

umpan” dan sering bersama dengan kumpulan ikan Tuna atau burung-burung yang

memangsanya. Jumlah pengamatan dan distribusi taksa-taksa utama ini dilaporkan, namun

perlu diketahui bahwa survei ini tidak dirancang, atau dimaksudkan untuk memperkirakan

populasi biota laut besar. Data-data ini benar memperlihatkan bahwa Raja Ampat adalah

sebuah daerah penting bagi kumpulan beraneka ragam dari biota laut besar yang banyak di

antaranya bersifat rentan atau langka, serta mengidentifikasi daerah-daerah dan musim

tertentu yang sangat penting (Gambar 31, Gambar 44). Tetapi, biota besar pergerakannya

sangat tinggi dan kemunculannya di tempat khusus mungkin berhubungan dengan faktor

pasang surut atau upwelling sesaat, atau di daerah dengan produktivitas tinggi. Karena itu

distribusi yang ditunjukkan pada peta hendaknya selalu dikaitkan dengan konteks tersebut.

Paus/Lumba-Lumba Paus/Lumba-Lumba menyebar di seluruh Raja Ampat dengan konsentrasi di sekitar Pulau

Waigeo Selatan, selat antara Pulau Salawati dan Batanta, Kofiau dan pulau-pulau kecil di

lepas pantai utara Pulau Misool (Gambar 31- Gambar 34). Jumlah Paus dan Lumba-Lumba

yang terlihat pada bulan Januari (629) sangat lebih banyak dibanding bulan September (241)

dan kelompok terbesar dijumpai pada bulan Januari (Gambar 33, Gambar 34). Adanya

jumlah musiman yang besar dari Cetacean ini menunjukkan Raja Ampat digunakan oleh

jenis-jenis Cetacean ini sebagai jalur migrasi, dan atau lokasi musiman untuk berkembang

biak dan mencari makan. Tren musiman yang paling kuat terlihat di KKP Kofiau yang paling

tinggi jumlah Paus/Lumba-Lumba-nya dari seluruh KKP pada bulan Januari, akan tetapi tidak

terlihat apapun di bulan September. Karena Paus dan Lumba-Lumba dimasukkan ke dalam

satu kategori maka tidaklah mungkin untuk melakukan analisis data lebih jauh untuk

memisahkan Paus dari Lumba-Lumba, ataupun melakukan identifikasi jenis secara konsisten

untuk seluruh kumpulan data. Meskipun demikian, catatan-catatan yang ada di bagian

“komentar” dan foto udara yang diambil pada saat survei menunjukkan kehadiran Lumba-

Lumba Indopasifik dan Paus Pembunuh atau Paus Pembunuh Palsu di Raja Ampat. Informasi

ini dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun hipotesis atau penelitian lebih lanjut

mengenai Cetacean di Raja Ampat.

Manta Pari Manta terlihat di beberapa lokasi tertentu seperti sekitar Ayau, Selat Dampier dan Misool

bagian selatan. Jumlahnya lebih tinggi di bulan Januari (113) dibanding September (19) dan

kelompok Pari Manta terbesar yang mencapai 50 ekor dijumpai di KKP Dampier pada bulan

Januari (Gambar 31, Gambar 32, Gambar 35, Gambar 36). Pada bulan September lebih dari

separuh Pari Manta yang terobservasi terlihat di KKP Ayau (Gambar 36). Kumpulan Pari

Manta ini bersifat sangat sementara mengingat mereka merespon arus pasang dan daerah

upwelling atau produktivitas tinggi.

Dugong Keberadaan Dugong secara relatif tersebar luas di sekitar pulau-pulau utama di Raja Ampat di

mana jumlah kemunculan bulan Januari dan September hampir sama (30:31) (Gambar 31,

Gambar 32, Gambar 37, Gambar 38). Dugong tersebut umumnya terlihat dekat daerah pesisir

sekitar Pulau Salawati dan Batanta, Pulau Waigeo Timur, Selat Dampier dan sebelah utara

Misool. Satu ekor Dugong terlihat di KKP Kofiau bulan September 2006. Kelompok

terbesar (5-10 ekor) terlihat di bagian timur Waigeo dan Pulau Salawati.

Penyu Penyu terlihat di wilayah pesisir di seluruh Raja Ampat mulai dari Atol Asia di bagian utara

hingga ke tenggara KKP Misool di bagian selatan. Penyu umumnya hidup soliter atau dalam

Page 32: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

kelompok kecil sebanyak 2-5 ekor. Jumlahnya di bulan Januari lebih tinggi (68) dibanding

September (20) (Gambar 31, Gambar 32, Gambar 39, Gambar 40).

Hiu Total sebanyak 17 ekor Hiu dijumpai selama pemetaan udara meskipun sebenarnya survei

udara ini bukanlah metode yang efektif untuk mendeteksi dan menghitung Hiu. Sekitar

setengah dari penampakan itu terjadi di KKP Ayau pada bulan September sedangkan sisanya

terlihat di sekitar Pulau Salawati dan Batanta, Waigeo Tenggara dan Waigeo timur (Gambar

31, Gambar 32, Gambar 41, Gambar 42).

Gerombolan Ikan Umpan/Tuna Gerombolan ikan-ikan yang digunakan sebagai umpan dan predatornya seperti Tuna terlihat

di seluruh Raja Ampat di mana jumlah yang lebih banyak terlihat pada bulan Januari (92)

dibanding September (40) (Gambar 31, Gambar 32, Gambar 43, Gambar 44). Di bulan

Januari kumpulan ikan ini terkonsentrasi di Selat Dampier bagian tengah dan pulau Waigeo

Barat Daya, dan di bagian selatan Raja Ampat sekitar Pulau Misool dan perairan antara Pulau

Misool dan Salawati. Pada bulan September hampir semua kumpulan ikan umpan terlihat di

sepanjang garis pantai bagian timur, selatan dan barat dari pulau Waigeo.

Page 33: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 30. Jumlah semua biota per sektor

Gambar 31. Jumlah semua biota per KKP

Page 34: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 32. Distribusi Paus dan Lumba Lumba di Kabupaten Raja Ampat dari

survei udara bulan Januari 2006

Gambar 33. Distribusi Paus dan Lumba Lumba di Kabupaten Raja Ampat dari

survei udara bulan September 2006.

Page 35: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 34. Distribusi Pari Manta di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara

bulan Januari 2006.

Gambar 35. Distribusi Pari Manta di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara

bulan September 2006.

Page 36: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 36. Distribusi Dugong di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara bulan

Januari 2006.

Gambar 37. Distribusi Dugong di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara bulan

September 2006.

Page 37: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 38. Distribusi Penyu di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara bulan

Januari 2006.

Gambar 39. Distribusi Penyu di Kabupten Raja Ampat dari survei udara bulan

September 2006.

Page 38: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 40. Distribusi Hiu di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara bulan

Januari 2006.

Gambar 41. Distribusi Hiu di Kabupaten Raja Ampat dari survei udara bulan

September 2006.

Page 39: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Gambar 42. Distribusi kumpulan ikan umpan di Kabupaten Raja Ampat dari

survei udara bukan Januari 2006.

Gambar 43. Distribusi gerombolan ikan umpan dari survei udara bulan

September 2006.

Page 40: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Studi ini telah menunjukkan bahwa survei udara adalah sebuah metode yang efektif untuk

memperoleh informasi terperinci tentang pola pemanfaatan sumber daya termasuk kapal-

kapal yang beroperasi di dalamnya, struktur permanen yang berasosiasi dengan kegiatan

penangkapan dan budidaya, serta satwa laut berukuran besar di sepanjang wilayah terpencil

yang luas. Jalur penerbangan pada kegiatan ini difokuskan pada wilayah pesisir, pulau-pulau,

terumbu karang lepas pantai dan kawasan konservasi perairan di mana diperkirakan sebagian

besar kegiatan pemanfaatan akan dijumpai. Pengamatan-pengamatan di bulan Januari dan

September 2006 memberikan gambaran komprehensif paling awal dari pemanfaatan sumber

daya pesisir di seluruh Raja Ampat. Sulit untuk menentukan apakah perbedaan antara bulan

Januari dan September disebabkan oleh pola musiman, kondisi cuaca/pasang surut pada saat

survei, atau periode tren yang lebih lama.

Survei-survei tersebut memberikan informasi yang berharga tentang distribusi dan

karakteristik para pengguna sumber daya dan lokasinya baik di dalam maupun di luar batas

KKP untuk tahun 2006. Informasi ini telah digunakan untuk penyusunan rencana pengelolaan

dan zonasi KKP, rencana-rencana tata ruang laut, strategi-strategi perikanan dan rencana-

rencana pengelolaan pesisir.

Pemanfaatan sumber daya laut digambarkan berdasarkan ukuran, jenis dan kegiatan dari

kapal-kapal. Pada hampir semua kasus, sampan kecil dapat dilihat jelas dan dicatat dengan

akurat. Pada tahun 2006, mayoritas kapal (>75%) yang diamati adalah perahu penangkap

ikan kecil—berupa sampan dengan atau tanpa mesin kecil. Hal ini menunjukkan tingginya

pemanfaatan sumber daya pesisir laut oleh masyarakat setempat untuk perikanan artisanal.

Meskipun demikian, survei berbasis perahu di Raja Ampat terhadap para pemanfaat sumber

daya di KKP Kofiau memperlihatkan meskipun jumlah nelayan setempat adalah mayoritas

dalam kegiatan perikanan (mencapai 90%), sebagian besar hasil tangkapan (mencapai 80%)

diambil oleh beberapa kapal besar yang biasanya berasal dari wilayah lain di Indonesia

khususnya Maluku dan Sulawesi (Muljadi et.al 2009). Oleh karena itu penilaian pola ukuran

dan kegiatan dari kapal-kapal ini penting mengingat peningkatan kecil dalam jumlah kapal

besar kemungkinan berarti peningkatan yang signifikan pada ikan tangkapan dengan hanya

sedikit manfaat yang diberikan kepada masyarakat setempat.

Daerah dengan jumlah kapal penangkapan besar terbanyak yang tercatat selama survei (tidak

termasuk Pelabuhan Sorong) adalah Waigeo Barat dan Selat Dampier dan perairan di sekitar

Misool, mencerminkan kedekatannya dengan pusat populasi utama. KKP dengan jumlah

kapal ikan besar yang terbanyak adalah Misool Tenggara. Tim lapangan lokal dan masyarakat

melaporkan bahwa daerah tersebut sering digunakan oleh kapal rawai ilegal yang berasal dari

Maluku dan berlayar menuju selatan dan seringkali dengan ijin masyarakat lokal tetapi tidak

mempunyai ijin dari dinas perikanan setempat. Saat ini tim lokal bekerja dengan bersama

masyarakat lokal dan aparat penegak hukum untuk lebih sering melakukan patroli.

Pada tahun 2006, keberadaan kapal live-aboard di Raja Ampat yang dicatat masih cukup

sedikit, tetapi dalam kurun lima tahun terakhir ini jumlah kapal live-aboard penyelaman yang

beroperasi di kawasan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2010 ada lebih

dari 20 kapal live-aboard penyelaman yang beroperasi secara reguler atau permanen di Raja

Ampat.

Hampir semua struktur alat permanen yang tercatat dalam survei ini adalah alat tangkap

(rumpon, keramba, bubu dan bagan) atau alat pendukung kegiatan perikanan (pondok

nelayan). Perkecualiannya adalah insfrastruktur yang berhubungan dengan budidaya dan

industri minyak dan gas. Alat-alat yang berhubungan dengan kegiatan penangkapan sebagian

Page 41: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

besar tidak diatur (unregulated), yaitu tidak membutuhkan surat ijin. Akan tetapi, terdapat

jumlah yang signifikan dari ikan yang ditangkap oleh alat-alat penangkapan ini atau

menggunakan alat-alat ini sebagai alat dukung kegiatan penangkapan di wilayah-wilayah

terpencil (Bailey et.al 2008). Memahami jumlah, lokasi dan jenis dari alat permanen ini

penting dalam rangka memahami jumlah upaya penangkapan yang sebenarnya di Raja Ampat

dan dapat digunakan sebagai dasar untuk sistem perijinan atau kuota di masa mendatang

dalam rangka mengatur alat-alat tersebut. Data ini juga menjadi informasi dasar untuk

dibandingkan dengan data dari survei-survei selanjutnya. Jumlah dari semua struktur

permanen kecuali rumpon mengalami peningkatan antara bulan Januari dan September.

Tidak diketahui apakah ini dikarenakan pola musiman atau peningkatan yang bersifat jangka

panjang dari struktur itu sendiri, tetapi yang pasti menunjukkan adanya potensi resiko

meluasnya jumlah alat tangkap yang tidak diatur dan ini berarti meningkatnya jumlah upaya

penangkapan.

Pengamatan terhadap fauna laut besar yaitu Lumba-Lumba, Paus, Dugong, Penyu dan Pari

Manta secara signifikan telah meningkatkan pemahaman kita tentang kemunculan dan

penyebaran spesies-spesies ini di Raja Ampat. Meskipun survei ini tidak dirancang untuk

mendapatkan perkiraan populasi spesies-spesies tersebut, pengamatan telayang dilakukan

telah berhasil mengidentifikasi daerah agregasi dan jalur migrasi penting dari spesies tertentu.

Daerah-daerah ini selanjutnya dapat dijadikan target untuk studi lanjutan di masa mendatang.

Penelitian ini lebih lanjut menegaskan bahwa Raja Ampat adalah sebuah wilayah penting bagi

kumpulan beranekaram dari Cetacean dan fauna besar lainnya termasuk di dalamnya jenis-

jenis yang terdaftar sebagai langka dan terancam punah (Kahn, 2007, IUCN 2010). Jumlah

penampakan Dugong yang relatif besar di kawasan Raja Ampat telah menambah luasan

habitat penting bagi Dugong di Papua Barat (Iongh et.al 2009) dan menunjukkan bahwa Raja

Ampat berpotensi menjadi wilayah penting bagi Dugong. Temuan ini juga menyoroti betapa

pentingnya melindungi padang lamun khususnya di sekitar Waigeo dan Batanta sebagai

tempat di mana Dugong paling banyak diamati.

Studi ini juga menunjukkan bahwa pada tahun 2006 batas-batas jejaring KKP, kecuali

Kofiau, tidak mencakup mayoritas lokasi-lokasi penting untuk fauna laut besar. Perluasan

KKP Selat Dampier di tahun 2008 menambah cakupan KKP atas habitat fauna laut besar.

Namun, dianjurkan agar rekomendasi-rekomendasi pengelolaan yang relevan dengan

perlindungan terhadap fauna laut besar, diterapkan di lokasi di dalam maupun di luar KKP

termasuk pertimbangan ketentuan alat tangkap perikanan demi mencegah tangkapan

sampingan (by-catch) atau terganggunya Cetacean, dan terhadap pembangunan pesisir untuk

mencegah sedimentasi/reklamasi terhadap padang lamun dan habitat-habitat pesisir penting

lainnya.

Keunggulan menggunakan pesawat berbaling-baling adalah dapat dilakukannya survei pada

jarak yang panjang dengan aman, dengan 5 pengamat yang dapat mengambil data dan foto

secara simultan dalam lingkungan yang nyaman, dan survei ini tidak terlalu dipengaruhi oleh

kondisi cuaca. Kelemahannya adalah biaya yang tinggi, jadwal yang relatif kaku dan

minimnya kemampuan pesawat melakukan manuver.

Survei udara di Raja Ampat saat ini dilakukan dengan bantuan pesawat ultra ringan yang

berpangkalan di Selat Dampier. Pesawat ini mempunyai kokpit terbuka dan 2 tempat duduk.

Keunggulan dari metode ini adalah cukup murah, jadwal sangat fleksibel dan pesawat sangat

mampu bermanuver sehingga pesawat dapat berbalik ke suatu lokasi untuk mengkonfirmasi

adanya penampakan seekor fauna atau melihat lebih dekat ke kapal atau infrastruktur.

Kelemahannya adalah jarak yang pendek, rentan terhadap cuaca buruk dan kesulitan dalam

mencatat yang dilakukan oleh 1 orang pada kokpit terbuka.

Studi ini memperlihatkan bahwa survei udara adalah sebuah metode yang sangat bermanfaat

untuk melakukan survei pemanfaatan sumber daya dan fauna laut besar di lokasi terpencil dan

Page 42: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

sangat luas. Ada potensi yang besar dalam hal menggabungkan survei udara dan survei

berbasis kapal dalam rangka membantu patroli dan menginformasikan pemerintah akan

adanya aktivitas-aktivitas yang ilegal. Selain juga merupakan sebuah metode yang sangat baik

untuk menilai jumlah, jenis dan penyebaran dari struktur-strukur yang tidak diatur

(unregulated) misalnya bubu dan pondok nelayan.

Page 43: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Allen, G. R., and M. V. Erdmann. 2009. Reef fishes of the Bird's Head Peninsula, West

Papua, Indonesia. Check List 5:587-628.

Bailey, M., C. Rotinsulu, and U. R. Sumaila. 2008. The migrant anchovy fishery in Kabui

Bay, Raja Ampat, Indonesia: Catch, profitability, and income distribution. Marine

Policy 32:483-488.

Firman, A., and I. Azhar. 2006. Atlas Sumberdaya Pesisir Raja Ampat Provinsi Irian Jaya

Barat.

Iongh, H.H., de & Hutomo, M. & Moraal, M. & Kiswara, W. (2009a) Scientific Report Part I.

National Strategy and Action Plan for the Dugong in Indonesia. , Part ILeiden:

Institute of Environmental Sciences Leiden. (Book (monograph))

Iongh, H.H., de & Hutomo, M. & Moraal, M. & Kiswara, W. (2009b) Strategy Report Part II.

National Conservation and Action for the Dugong in Indonesia. , Part IILeiden:

Institute of Environmental Sciences Leiden. (Book (monograph))

IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2010.3.

<http://www.iucnredlist.org>. Downloaded on 02 September 2010.

Kahn B. 2007 Marine Mammals of the Raja Ampat Islands: Visual and Acoustic Cetacean

Survey & Training Program. Report to Conservation International, Indonesia.

Mous P.J. 2005. Aerial surveying of marine resource use from small fixed-wing aircraft. A

protocol for field operations of The Nature Conservancy Coral Triangle Center.

Version 0.0 (November 2005). Publication from The Nature Conservancy Coral

Triangle Center, Sanur, Bali, Indonesia. 12 p.

Muljadi, A. 2009. Monitoring Report - Uses of marine resources in Kofiau and Boo Islands

marine protected area, Raja Ampat, Indonesia 2006-2008. Technical Report. The

Nature Conservancy Indonesia Marine Program, Sanur.

Veron, J. E. N., L. M. Devantier, E. Turak, A. L. Green, S. Kininmonth, M. Stafford-Smith,

and N. Petersen. 2009. Delineating the Coral Triangle. Galexea, Journal of Coral Reef

Studies 11:91-100.

Page 44: September 2010 Wilayah Konservasi Asia Pasifik Program ... Survey Report... · 2.2 ANALISIS DATA DAN PEMETAAN ... Karang dan mencakup empat juta hektar wilayah yang terdiri dari pulau-pulau

Lampiran A – Lembar data survei udara Cocokkan jam anda dengan penerima GPS--jika catatan berkenaan dengan sebuah kelompok dengan obyek yang sama, tuliskan ukuran grup pada kolom “keterangan”—Catat semua kapal, kecuali yang

ada di rumah atau di pantai.

Nama Tanggal Posisi: 0 Starboard (kanan) 0 Port (kiri)

Jenis Kapal Ukuran Kapal

Jenis

Mesin

Kegiata

n

Alat

Permanen Biota

Catatan ID

Waktu (hh:mm:ss)

Penumpang

Kargo

Insdustri

Pariwisata

Perikanan

Lain-lain

Tidak diketahui

Sampan kecil

Sampan, Dinghy

Kecil (ukuran dek. <10m)

Sedang (ukuran dek, < 20m)

Besar (ukuran dek, < 50 m)

Sangat besar (> 50m)

Tidak bermesin

Ketinting

mesin luar

mesin dalam

tidak diketahui

Bergerak

Membuang jangkar

Menangkap ikan

Tidak diketahui

Keamba

Rumah Ikan

Rumpon

Bagan

Alat tangkap permanen yang lain

Paus/Lumna Lumna

Manta

Dugong

Geombolan umpan/Tuna Catatan