sepsis neonatorum 2

59
BAB I PENDAHULUAN Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru mengenai definisi sepsis. Salah satunya menurut The International Sepsis Definition Conferences (ISDC) sepsis adalah sindroma klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi,SIRS, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian. Sepsis ditandai dengan respon inflamasi sistemik dan bukti infeksi pada bulan pertama kehidupan, berupa perubahan temperatur tubuh, perubahan jumlah leukosit, takikardi, dan takipnea. Sedangkan sepsis berat adalah sepsis yang ditandai dengan hipotensi atau disfungsi organ atau hipoperfusi organ. Angka kejadian sepsis di Indonesia masih tinggi yaitu 8.7 sampai 30.29% dengan angka kematian 11.56 sampai 49.9%. Sepsis merupakan penyebab kematian utama pada bayi, insiden sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1.8 sampai 18 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian sebesar 12 sampai 68%, sedangkan di negara maju angka kejadian sepsis berkisar antara 3 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 10,3%. 1

Upload: ct-lieza

Post on 21-Jan-2016

119 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sepsis Neonatorum 2

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru mengenai

definisi sepsis. Salah satunya menurut The International Sepsis Definition Conferences

(ISDC) sepsis adalah sindroma klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response

Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari

infeksi,SIRS, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian.

Sepsis ditandai dengan respon inflamasi sistemik dan bukti infeksi pada bulan

pertama kehidupan, berupa perubahan temperatur tubuh, perubahan jumlah leukosit,

takikardi, dan takipnea. Sedangkan sepsis berat adalah sepsis yang ditandai dengan hipotensi

atau disfungsi organ atau hipoperfusi organ.

Angka kejadian sepsis di Indonesia masih tinggi yaitu 8.7 sampai 30.29% dengan

angka kematian 11.56 sampai 49.9%. Sepsis merupakan penyebab kematian utama pada bayi,

insiden sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1.8 sampai 18 per 1000 kelahiran

hidup dengan angka kematian sebesar 12 sampai 68%, sedangkan di negara maju angka

kejadian sepsis berkisar antara 3 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 10,3%.

1

Page 2: Sepsis Neonatorum 2

BAB II

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK FK UNIVERSITAS TRISAKTI

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Nama Mahasiswa : Pembimbing :

NIM : 030.08.304 Tanda tangan:

IDENTITAS PASIEN

Nama : By. Ny S Jenis Kelamin : laki-laki

Umur : 1 hari Suku Bangsa : Indonesia

Tempat/Tanggal lahir : Jakarta/ 1 Juli 2013 Agama : Islam

Alamat : Perumahan Griya Bukit Jaya,

blok EG NO.8

.

Orang tua / Wali

Ayah :

Nama : Tn.D

Umur : 37 tahun

Agama : Islam

Alamat :Perumahan Griya Bukit

Jaya, blok EG NO.8

Pekerjaan :Karyawan swasta

Penghasilan : ±Rp 1.800.000,00

Ibu :

Nama : Ny.K

Umur : 20 tahun

Agama : Islam

Alamat :Perumahan Griya Bukit

Jaya, blok EG NO.8

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghasilan : -

Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung

I. RIWAYAT PENYAKIT

A. ANAMNESIS

Dilakukan secara antoanamnesis dengan ibu pasien yang mana :

Lokasi : Perinatologi lantai IV Timur

Tanggal / waktu : 2 Juli 2013 pk. 10.00 WIB

Tanggal masuk : 1 Juli 2013

Keluhan utama : menangis lemah/ merintih

Keluhan tambahan : gerakan kurang aktif

2

Page 3: Sepsis Neonatorum 2

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Pasien di bawa ke ruang Perinatologi kerana didapatkan tangisan yang lemah dan

merintih sejak ±2 jam setelah dilahirkan. Gerakan pasien juga terlihat tidak aktif. Yang mana

sebelumnya pasien dikatakan langsung nangis oleh ibu setelah dilahirkan namun tidak begitu

kuat. Saat pasien dibawa ke ruang perinatologi dilakukan tindakan resusitasi dengan Neopuff

dan selama tindakan resusitasi tanda vital pasien dimonitor. Namun setelah ± 30 menit

resusitasi dilakukan pasien terlihat masih merintih dan gerakan masih tidak aktif serta masih

terlihat sesak lalu di instruksikan untuk dilakukan pemasangan CPAP dengan FiO2 8-60%.

Lalu tanda-tanda vital serta klinis pasien tetap dipantau dan 30 menit kemudian pasien sudah

mulai menangis kuat dan udah ada sedikit gerakan yang aktif, sesak terlihat berkurang dan

saturasi Oksigen pasien mulai stabil yaitu 100%. Pasien terus dipantau di ruang perinatologi.

RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN

KEHAMILAN

Morbiditas kehamilan P1A0, Pre eklamsia berat pada ibu.

Perawatan antenatal Kontrol rutin ke puskesmas dan telah

mendapatkan suntikan TT

Tempat persalinan Kamar bersalin RSUD BA. Pada

tanggal 1-Juli-2013 jam 18.50wib.

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan

Lahir spontan pervaginam

Penyulit:

Ibu pasien dalam keadaan pre

eklampsia berat.

Ketuban pecah dini > 24 jam.

Ketuban hijau kental.

Masa gestasi Cukup bulan/ usia gestasi 37 minggu

Keadaan bayi Berat lahir : 2950 gr

Panjang lahir : 48 cm

Lingkar kepala : 32 cm

Langsung menangis ( + ) namun lemah

Kemerahan ( + ), biru (-), kuning(-)

3

Page 4: Sepsis Neonatorum 2

Nilai APGAR : 6/7

Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : Pasien dilahirkan dalam kondisi disertai

penyulit di mana ibu pasien dalam keadaan pre eklampsia berat saat hamil dan ketuban pecah

dini > 24 jam sebelum lahir. Lalu didapatkan ketuban hijau kental. Pasien juga lahir dengan

langsung menangis namun lemah dan niai apgar : 6/7. Disimpulkan keadaan kehamilan dan

persalinan ibu kurang baik.

RIWAYAT PERKEMBANGAN

-

RIWAYAT MAKANAN

-

RIWAYAT IMUNISASI

-

RIWAYAT KELUARGA

a. Corak Reproduksi

NoTanggal

lahir (umur)

Jenis

kelaminHidup

Lahir

matiAbortus

Mati

(sebab)

Keterangan

kesehatan

1.1 Juli 2013/ 1 hari Laki-laki + - - -

Asfiksia neonatorum

b. Riwayat Pernikahan

Ayah / Wali Ibu / Wali

Nama Tn. D Ny. S

Perkawinan ke- 1 (pertama) 1 (pertama)

Umur saat menikah 34 tahun 32 tahun

Pendidikan terakhir SMA SMP

Agama Islam Islam

Suku bangsa Jawa Jawa

Keadaan kesehatan Sehat Sehat

Kosanguinitas - -

Penyakit, bila ada - Pre eklamsia berat saat hamil

4

Page 5: Sepsis Neonatorum 2

c. Riwayat Keluarga orang tua pasien

Ibu pasien menderita hipertensi dalam kehamilan sejak usia kehamilan 7 bulan. Ibu

pasien juga mengaku sering mengalami keputihan saat hamil namun ibu pasien tidak

berobat mengenai hal ini. Ibu pasien merasa gatal pada daerah kemaluan, keputihan

lengket berwarna putih, kadang berbau, dan ibu pasien menganti celana dalam 2-3x

perhari. Ibu pasien menyangkal tidak ada menderita penyakit selain dari yang telah

dinyatakan atau demam yang tinggi sepanjang hamil. Infeksi saluran kemih pada ibu

pasien juga disangkal.

Kesimpulan Riwayat Keluarga : pasien merupakan anak pertama dan ibu pasien

mempunyai beberapa faktor morbiditas saat hamil.

RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN

Perumahan : menumpang di rumah mertua.

Keadaan rumah : rumah pasien 1 lantai, dihuni sebelumnya oleh 4 orang terdiri dari 3 kamar

tidur, tembok terbuat dari batu bata, ubin dari keramik. Dan pencahayaan serta aliran udara

baik dengan jendela yang selalu terbuka kecuali saat hujan. Tiap kamar tidak mempunyai

jendela namun ada kipasnya. Mempunyai satu kamar mandi .

Daerah dan lingkungan : tinggal di daerah padat penduduk dan sumber air bersih dari PAM.

Sampah diambil petugas kebersihan 3 kali perminggu.

Kesimpulan Keadaan Lingkungan : baik.

RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI

Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp1.800.000,- /bulan.

Manakala ibu pasien tidak berkerja hanya ibu rumah tangga. Menurut ibu pasien penghasilan

tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Kesimpulan sosial ekonomi: Cukup baik.

II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 2 Juli 2013 jam 08.00 WIB)

A. Status Generalis

Keadaan Umum

Kesan Sakit : Tampak sakit berat, tangis lemah, gerakan kurang aktif.

Kesadaran : apatis.

Keadaan lain : anemis ( - ), ikterik ( - ), sianosis ( - ), dyspnoe ( + )

5

Page 6: Sepsis Neonatorum 2

Kesan gizi : gizi cukup.

Data Antropometri

Berat Badan Lahir : 2.950 gr

Panjang badan : 48 cm

Lingkar Kepala : 32 cm

Lingkar dada : 31.5 cm

T anda Vital

Nadi : 150x / menit, lemah, ekual kanan dan kiri.

Tekanan Darah : 50/24 mmHg

Nafas : 70 x / menit. takipnoe, tipe abdomino thorakal.

Suhu : 37.4 O C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)

Saturasi O2 : 95 %

Ballard skor : usia gestasi 37 minggu

Downes skor :

Pemeriksaan Hasil Skor

Frekuensi napas 70 x/menit 1

Retraksi Retraksi ringan 1

Sianosis Tidak sianosis 0

Air entry Ada kemasukan udara 0

Merintih Terdengar merintih tanpa menggunakan stetoskop 2

Total : 4 (gangguan nafas sedang)

KEPALA : Normocephali, ubun-ubun besar terbuka.

RAMBUT : Rambut hitam halus, distribusi merata dan tidak mudah dicabut.

WAJAH : Wajah simetris saat statis maupun menangis, sianosis(-)

MATA :

Visus : tidak dinilai Ptosis : -/-

Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-

Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-

Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+

Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+

6

Page 7: Sepsis Neonatorum 2

Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor

Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+

TELINGA :

Bentuk : normotia

Posisi : : low set ear-/-

Recoil segera : +/+

Skin tags : +/+

HIDUNG :

Bentuk : simetris Napas cuping hidung : +/+

Sekret : -/- Deviasi septum : -

Mukosa hiperemis : -/-

BIBIR : Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)

MULUT :

trismus : -

langit-langit : normal

bau pernafasan :-

gigi geligi :-

LIDAH : normoglossia.

TENGGOROKAN : sulit dinilai.

LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB,

tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di

tengah.

THORAKS : bentuk normal, simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernafasan yang

tertinggaal, pernafasan abdomino thorakal, retraksi sela iga (+/+).

JANTUNG :

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi Tidak dilakukan.

Perkusi Tidak dilakukan.

Auskultasi Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-).

PARU :

Inspeksi Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (+)

Palpasi Vocal fremitus sulit dinilai.

Perkusi Tidak dilakukan.

Auskultasi Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

7

Page 8: Sepsis Neonatorum 2

ABDOMEN :

Inspeksi perut rata, retraksi epigastrium (+), efloresensi pada kulit perut maupun

benjolan (-).

Palpasi Supel, tidak teraba adanya massa maupun pembesaran organ, nyeri tekan

sulit dinilai, turgor kulit baik.

Perkusi Tidak dilakukan.

Auskultasi Bising usus (+).

ANOGENITALIA : jenis kelamin laki-laki, anus (+), testis +/+.

KGB :

Preaurikuler : tidak teraba membesar

Postaurikuler : tidak teraba membesar

Submandibula : tidak teraba membesar

Supraclavicula : tidak teraba membesar

Axilla : tidak teraba membesar

Inguinal : tidak teraba membesar

ANGGOTA GERAK :

Ekstremitas : akral hangat ++ / ++

Tangan Kanan Kiri

Tonus otot lemah lemah

Refleks fisiologis (+) (+)

Refleks patologis (-) (-)

Lain-lain oedem (-) oedem (-)

Sianosis (-) sianosis (-)

Kaki Kanan Kiri

Tonus otot melemah melemah

Refleks fisiologis (+) (+)

Refleks patologis (-) (-)

Lain-lain oedem (-) oedem (-)

Sianosis (-) sianosis (-)

8

Page 9: Sepsis Neonatorum 2

TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi, ruam (-), lordosis (-), kifosis

(-), skoliosis (-), spina bifida (-).

KULIT : warna sawo matang merata, anemis (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik,

lembab, pengisian kapiler 3 detik.

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal 1 Juli 2013

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

HEMATOLOGI

Leukosit

Hemoglobin

Hematokrit

Trombosit

IT Ration

3.8 ribu/μL

17.0 g/dL

55%

127 ribu/ μL

0.06

9.4-34

15.2-23.6

44-72

229-553

<0.2

METABOLISME KARBOHIDRAT

Gula darah CITO 59 mg/dL 40-60

IMUNOSEROLOGI

Anti HIV :

Screening/ Rapid test

Non reaktif Non reaktif

HEPATITIS

HBsAg kualitatif Non reaktif Non reaktif

AUTOIMMUNE

CRP kuantitatif 5* <5

IV. RESUME

Pasien bayi laki-laki usia 1 hari dibawa ke ruang Perinatologi RSUD BA dari kamar

bersalin dengan tangisan yang lemah dan merintih sejak ±2 jam setelah dilahirkan. Gerakan

pasien juga terlihat tidak aktif. Pasien dikatakan langsung nangis setelah lahir namun tidak begitu

Page 10: Sepsis Neonatorum 2

kuat. Saat pasien dibawa ke ruang perinatologi dilakukan tindakan resusitasi dengan Neopuff

sambil dipantau tanda vital pasien. Kerana tidak menunjukkan perbaikan lalu di instruksikan

untuk dilakukan pemasangan CPAP dengan FiO2 8-60% sambil dipantau tanda-tanda vital serta

klinis pasien . 30 menit kemudian pasien sudah mulai menangis kuat dan sudah ada sedikit

gerakan yang aktif, sesak terlihat berkurang dan saturasi Oksigen pasien mulai stabil yaitu 100%.

Pasien terus dipantau di ruang perinatologi.

Pasien lahir spontan pervaginam pada tanggal 1 Juli 2013 jam 18.50 wib di kamar

bersalin RSUD BA. Lahir langsung menangis namun lemah, nilai apgar skor : 6/7. Berat badan

lahir: 2950gr, panjang badan: 48cm, lingkar kepala: 32cm, lingkar dada: 31.5 cm. Pasien

dilahirkan dalam kondisi disertai penyulit di mana ibu pasien dalam keadaan pre eklampsia berat

saat hamil usia 7 bulan dan ketuban pecah dini > 24 jam sebelum lahir. Lalu didapatkan ketuban

hijau kental saat lahir.

Ibu pasien juga mengaku sering mengalami keputihan saat hamil namun ibu pasien tidak

berobat mengenai hal ini. Ibu pasien merasa gatal pada daerah kemaluan, keputihan lengket

berwarna putih, kadang berbau, dan ibu pasien menganti celana dalam 2-3x perhari. Ibu pasien

menyangkal tidak ada menderita penyakit selain dari yang telah dinyatakan atau demam yang

tinggi sepanjang hamil. Infeksi saluran kemih pada ibu pasien juga disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum: tampak sakit berat, tangis lemah,

gerakan kurang aktif. Kesadaran: apatis. Keadaan lain didapatkan dyspnoe ( + ), kesan gizi: gizi

cukup. Tanda-tanda vital didapatkan nadi: 150x / menit, lemah, ekual kanan dan kiri. Tekanan

Darah: 50/24 mmHg, frekuensi nafas : 70 x / menit (takipnoe), suhu: 37.4 O C, Saturasi O2: 95

% . Ballard skor : usia gestasi 37 minggu dan Downes skor : 4 (sesak nafas sedang). Ditemukan

adanya pernafasan cuping hidung dan retraksi sela iga (+). Ekstremitas : akral hangat, sianosis

(-).

Pada pemeriksaan laboratorium didaptkan leokopeni : 3.8 ribu/μL dan trombositopenia: 127

ribu/ μL. Pemeriksaan nilai CRP didapatkan dalam nilai batas yaitu 5. Manakala Anti HIV dan

HBsAg didapatkan non reaktif.

V. DIAGNOSIS BANDING

Page 11: Sepsis Neonatorum 2

-Sepsis neonatorum

-Asfiksia neonatorum

-Transient Tachypnea of the newborn (TTN)

-Sindroma aspirasi mekonium

VI. DIAGNOSIS KERJA

-NCB SMK ,usia gestasi 37 minggu.

-Bayi Iahir spontan pervaginam dengan penyulit KPD >24jam dan pre eklampsia berat.

-Sepsis neonatorum

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN

Kultur darah : identifikasi bakteri atau jamur

Pemeriksaan hematologis

-H2TL, elektrolit, gula darah.

-Masa perdarahan

-fungsi ginjal

Pemeriksaan lain:

-C-reactive protein

VII. PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa

-Di informasi dan edukasi mengenai kondisi pasien kepada orang tuanya.

-Dirawat dengan observasi ketat di ruang perinatologi

-Di observasi keadaan umum, klinis dan TTV pasien.

-Pasien dipuasakan dari asupan oral.

Medikamentosa

-O2 nasal low flow 1L/m

-Kebutuhan cairan :60cc/kgBB/h

-IVFD D10% 7.3cc/j

-Inj tazocin 2x150 mg

-inj gentamisin 1x15mg

Page 12: Sepsis Neonatorum 2

VIII. PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

Ad Fungtionam : dubia ad bonam

FOLLOW UP

Tgl S O A P

1/7/2013

Perawatan

hari 1

Usia =1 hari

Usia gestasi:

37 minggu

BB=2950gr

Jam

20.00wib

Tangis merintih

, lemah dan

gerakan kurang

aktif.

nafas terlihat

berat.

Ku: tampak sakit

berat, sianosis (-),

ikterik (-),

Kes: CM

T: 36.8°C

N: 136x/m

R : 69x/m

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (+/+)

Thorax : retraksi

dinding dada(+)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+), hepar

dan lien tidak teraba

membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

-NCB

SMK ,usia

gestasi 37

minggu.

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-Sindroma

gangguan

napas (SGN)

-O2 nasal low flow

1L/m

-Kebutuhan cairan :

60cc/kgBB/h

-IVFD D10% 7.3cc/j

-Inj tazocin 2x150

mg

-inj gentamisin

1x15mg

-kultur darah.

-sementara puasa.

Page 13: Sepsis Neonatorum 2

- -

- -

Sianosis (-)

Downes skor: 4

2/7/2013

Perawatan

hari II

Usia:1 hari

BB =2900gr

Balance/12j

= -9cc

Dieresis =

0.7cc/

kgBB/j

Tangis kuat,

gerakan mulai

aktif. Nafas

masih terlihat

cepat.

Ku: tampak sakit

sedang, sianosis (-),

ikterik (-),

Kes: CM

T: 38.2°C

N: 147x/m

R : 98x/m

SpO2 : 100%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(+)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+), hepar

dan lien tidak teraba

membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

-NCB

SMK ,usia

gestasi 37

minggu.

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-Sindroma

gangguan

napas (SGN)

-CPAP FiO2 80%

Kebutuhan cairan:

60cc/kgBB/j

-IVFD D10% 7.3cc/j

-Inj tazocin

2x150 mg

-inj gentamisin

1x15mg

-coba minum 6x5

cc/ OGT

Page 14: Sepsis Neonatorum 2

Jam

17.10wib

Jam

20.30wib

Jam

21.50wib

NGT berwarna

kemerahan, ±

3cc.

Tangis kuat,

gerakan aktif.

-

-kejang (+),

fokal pada kaki

sebelah kanan,

frekuensi <10x,

durasi ± 10”

Downes skor: 2

CRT <3”

GDS CITO 06.00:

78 mg/dl

Ku: tampak sakit

sedang, sianosis (-),

ikterik (-),

Kes: CM

TD:53/20 mmHg

T: 37.0°C

N: 160x/m

R : 90x/m

SpO2 : 97%

Hasil lab :

PT : 49.2 “

APTT: 105.5”

T: 38.6 °c

N: 161x/m

R: 86x/m

TD: 53/20 mmHg.

-perdarahan

gastrointestinal

-

-.

R/ Cek laboratorium

-faal hemostasis:

protrombin time

(PT).

Masa tromboplastin

(APTT).

-Sementara puasa

OGT terbuka.

Antibiotik diganti :

-inj meropenam

(40mg/KgBB)

2x118mg

-Rencana transfusi

Cryo : 3x30cc

FFP: 3x60cc

-Inj phental (20

mg/KgBB)

Page 15: Sepsis Neonatorum 2

3/7/2013

Perawatan

hari III

Usia:2 hari

BB =2900gr

Balance/24j

= +71.14 cc

Duresis =

0.84cc/

kgBB/J

-Tangis kuat,

gerakan lemah,

-sesak (+).

-kejang tadi

pagi masih, 2x,

durasi ±3detik.

-NGT hijau

kekuningan.

Ku: tampak sakit

sedang, sianosis (-),

ikterik (-),

Kes: apatis

T: 36.7°C

N: 132x/m

R : 120x/m

TD: 64/21 mmHg.

SpO2 : 96%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(+)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+), hepar

dan lien tidak teraba

membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

Downes skor: 2

CRT 2”

NCB

SMK ,usia

gestasi 37

minggu.

- lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-FIRS suspek

sepsis

neonatorum

-Kejang et

causa

hipokalsemia.

-CPAP FiO2 70%

Kebutuhan cairan:

80cc/kgBB/j

-bolus ca gluconas

15 cc + D5% 10cc

15 menit sambil

pantau TTV.

-Lanjutkan dengan

maintenance ca

gluconas 5cc/kgBB/

50cc NSD10%.

-inj Phental

4mg/kgBB/24jam

-inj meropenam

2x120 mg

R/ post transfusi 6

jam cek ulang PT,

APTT, Ca+ ion.

R/ tranfusi (II)- jam

18.00wib

Cryo 30cc

FFP 60cc

Page 16: Sepsis Neonatorum 2

GDS CITO 06.00: 3-7-13

-85 mg/dl Ca+ ion : 0.70 mmol/L

Hb: 16.7 g/dL Ht: 52%

Leu: 4.3 ribu/uL Trom : 79 ribu/uL

S O A P

4-7-13

Perawatan

hari ke IV

Usia : 3 hari

Usia gestasi

37 minggu

BB: 2950gr

Balance

cairan/24J

Balance:

+55.24

Duresis:

0.84cc/kgbb

/J

-os mulai nafas

spontan dengan

NCPAP.

-OS terlihat

masih lemah,

jarang tangis.

Gerakan lemah.

Ku: tampak sakit

sedang, sianosis (-),

ikterik (-),

Kes: Apatis

T: 37.4°C

N: 136x/m

R : 90x/m

TD: 69/39 mmHg.

SpO2 : 93%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(+)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+), hepar

dan lien tidak teraba

membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

-NCB

SMK ,usia

gestasi 37

minggu.

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-FIRS suspek

sepsis

neonatorum

FIO2 mulai diturun

bertahap 3 point 6-

10 jam.

-kebutuhan

cairan

:80cc/kgBB/hari

- IVFD ca gluconas

5cc/kgBB/ 50cc

NSD10%.

-IVFD KCl

2.3cc/kgBB

-inj Phental

4mg/kgBB/24jam

-inj meropenam

2x120 mg

-sementara puasa.

R/ tranfusi (III) jam

06.00

Cryo 30cc

FFP 60cc

-Post transfusi 6 jam

cek H2TL, PT,

APTT, Na+, K+, Ca+

ion, ureum,

Creatinin.

Page 17: Sepsis Neonatorum 2

Sianosis (-)

Downes skor: 3

RR: 2, retraksi :1

CRT 2”

Hasil lab tanggal 4-7-13

GDS CITO: 62 mg/dL

Hb: 17.1 mg/dL

HT : 51%

Leu : 9.4 ribu/uL

Trom : 59* ribu/Ul

PT : 21.5”

APTT: 44.7”

Ureum: 44*mg/dL

Cr: 0.41 mg/dL

Na+ : 138 mmol/L

K+ : 2.7* mmol/L

Cl- : 102 mmol/L

Ca+ : 0.57*

mmol/L

S O A P

5-7-13

Perawatan

hari ke V

Usia :4 hari

BBL:2950gr

BBS:3200gr

Balance

cairan /24j

Balance :-

123.4cc/kgb

b

Duresis :3.6

cc/kgbb/J

-terlihat lemah.

-sesak(+)

Demam(-)

Sianosis (-)

Tangis lemah,

gerakan tidak

aktif.

Ku: tampak sakit

sedang, sianosis (-),

ikterik (-),

Kes: Apatis

T: 36.7°C

N: 128x/m

R : 102x/m

SpO2 : 92%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(+)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+), hepar

NCB

SMK ,usia

gestasi 37

minggu.

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-FIRS suspek

sepsis

neonatorum

NCPAP FiO2 55%

Kebutuhan cairan :

100cc/kgbb/h

-IVFD Aminofusin

2gr 3cc/j

-IVFD NSD10% 7cc/j

-IVFD ca gluconas

7cc

-KCl

4cc/kgBB/50cc

-Transfusi FFP 60cc

/24J + lasix intra

FFP

-inj Phental

4mg/kgBB/24jam

-inj meropenam

2x120 mg

-coba minum 6x4cc

(ASI)

Page 18: Sepsis Neonatorum 2

dan lien tidak teraba

membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

Downes skor: 4

RR: 2, retraksi :1

CRT 2”

GDS CITO: 71

mg/dl

R/ FFP 60cc(IV)jam

19.00wib.

6-7-13

Perawatan

hari ke-6

Usia: 5 hari

BBL:2950gr

BBS:3200gr

Balance

cairan/24ja

m

Balance: -

8.85cc/kgbb

Duresis:2.6c

c/kgbb/J

Os terlihat

kuning pada

kulit.

sianosis(-),

demam(-),

sesak masih.

Os tampak

lemah. Gerakan

kurang aktif.

Ku: tampak sakit

sedang, sianosis (-),

ikterik (+),

Kes: Apatis

T: 36.8°C

N: 112x/m

R : 84x/m

TD: 57/29

Sat O2 : 93%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(+)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

NCB

SMK ,usia

gestasi 37

minggu.

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-FIRS suspek

sepsis

neonatorum

FiO2 35-40%

FiO2 turun 5 pont /6-

10 jam

Kebutuhan cairan :

110cc/kgBB/h

-AF STOP.

-NSD10%

303cc/h12.6cc/ja

m

-Ca gluconas 7cc:

3.2 cc/50

-KCl 4cc : 1.8/50cc

-inj Phental

4mg/kgBB/24jam

-inj meropenam

2x120 mg

-mi 8x5cc

Page 19: Sepsis Neonatorum 2

Abdomen : buncit,

supel, bu(+), hepar

dan lien tidak teraba

membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

Downes skor: 4

RR: 2, retraksi :1

CRT 2”

GDS CITO: 67mg/dl

7-7-13

Perawatan

hari ke 7

Usia: 6hari

BBL:2959gr

BBS:3200gr

Balance

cairan/24j

Balance :

+96.1cc/kgb

b/j

Duresis:2.9c

c/kgbb/j

Ikterik (-)

Demam(-)

Sesak(+)

berkurang

Muntah (-)

Ku: tampak sakit

sedang, sianosis (-),

ikterik (-),

Kes: CM

T: 36.4°C

N: 112x/m

R : 84x/m

TD: 57/29

Sat O2 : 93%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(+)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

NCB

SMK ,usia

gestasi 37

minggu.

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-FIRS suspek

sepsis

neonatorum

NCPAP FiO2 32%

FiO2 turun bertahap

2-3 point/6jam

Kebutuhan cairan

110cc/kgBB/h

-NSD10% 245cc/h

(10.2cc/j)

-AF 2gr 118cc/h

(4.9cc/j)

-ca gluconas 4.2cc

-KCl 2.4cc

-FFP terakhir jam

02.00wib stop

-mi 4x7- 4x9cc

(pantau toleransi)

R/cek

PT,APTT,GDS, Ca

Page 20: Sepsis Neonatorum 2

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+), hepar

dan lien tidak teraba

membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

Downes skor: 4

RR: 2, retraksi :1

CRT 2”

ion,H2TL,Na,K,Cl

Hasil lab 7-7-13

GDS CITO: 79mg/dl

Leu :10.6 Hb:15.4 Ht: 47% Trom :38*

PT:19.2” * APTT: 43.3” *

Bilirubin total:4.31 Bilirubin direk:0.65

Ca ion:0.81*mmol/L

Na:140mmol/L K:3.5*mmol/L Cl: 97*mmol/L

8-7-13

Perawatan

hari ke 8

Usia:7hari

BBL:2950gr

BBS:3300gr

Ikterik (-)

Demam(-)

Sesak(+),

berkurang

Muntah (-)

Lemah (+)

Ku:tampak terbaring

lemah, ikterik (-),

sianosis(-)

Kes : CM

T: 36.8°C

N: 99x/m

R : 44x/m

Sat O2 : 98%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

NCB SMK

usia gestasi 37

minggu

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

NCPAP FiO2 8-25%

turun bertahap 2-3

point/ 6J

Kebutuhan cairan :

110cc/kgBB/h

NSD10% 10.2cc/j

AF 4.9cc/j

Ca gluconas

5cc/kgbb

Mi 4x11-13cc (SF)

Page 21: Sepsis Neonatorum 2

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(-)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+) 4x/m,

hepar dan lien tidak

teraba membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

CRT <2”

GDS CITO:76mg/dl

(n)

-FIRS suspek

sepsis

neonatorum

9-7-13

Perawatan

hari ke9

Usia:8hari

BBL:2950gr

BBS:3000gr

Balance

cairan/24j

Balance:

Demam(-)

Sesak(-)

Muntah (-)

Namun os

masih sedikit

lemah.

Ku:tampak terbaring

lemah, ikterik (-),

sianosis(-)

Kes : CM

T: 37.0°C

N: 122x/m

R : 52x/m

Sat O2 :92- 95%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

NCB SMK

usia gestasi 37

minggu,

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

NCPAP FiO2 21%

(peep 7)

-Kebutuhan cairan

110cc/kgbb/h

-NSD10% 8CC/J

(GIR=4)

-AF 1gr 2.75cc/j

-Ca gluconas 2,8cc

-KCl : 1,1cc

-Inj meropenam

Page 22: Sepsis Neonatorum 2

+191cc

Duresis: 2.3

cc/kgbb/J

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(-)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+) 4x/m,

hepar dan lien tidak

teraba membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

CRT <2”

Hasil kultur MO :

resistensi darah :

steril

-FIRS suspek

sepsis

neonatorum

3x120mg

-Phenobarbital (PO)

1x10mg

-Mi 4x15cc-17cc

(pantau)

10-7-13

Perawatan

hari 10

Usia: 9 hari

BBL:2950gr

BBS:3300gr

Balance

cairan/24j

Balance :

Demam(-)

Sesak(-)

Muntah (-)

Gerakan lemah.

Ku:tampak terbaring

lemah, ikterik (-),

sianosis(-)

Kes : CM

T: 36.5°C

N: 92x/m

R : 52x/m

Sat O2 : 98%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

NCB SMK

usia gestasi 37

minggu,

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-FiO2 flow 6-21%

-kebutuhan cairan

110cc/kgbb/h

-NSD10% 189/h: 7.8

CC/J (GIR=4)

-Ca gluconas

3,4cc/50cc

-KCl : 1,3cc/50cc

- Inj meropenam

3x120mg

Page 23: Sepsis Neonatorum 2

+132,8cc

Duresis:

2,55cc/kgbb

/j

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(-)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+) 4x/m,

hepar dan lien tidak

teraba membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

CRT <2”

-FIRS suspek

sepsis

neonatorum

Phenobarbital (PO)

1x10mg

-HFN 4x19 @ 4x21

Rencana: dilakukan

kultur jamur.

11-7-13

Perawatan

hari 11

Usia:10 hari

BBL:2950gr

BBS:3300gr

Balance

cairan/24J

Balance:-

99.7cc

Duresis:3,90

0cc/kgbb/j

Demam(-)

Sesak(-)

Muntah (-)

Tangis kuat (+)

Gerakan mulai

aktif.

Ku:tampak terbaring

lemah, ikterik (-),

sianosis(-)

Kes : CM

T: 36.0°C

N: 136x/m

R : 42x/m

Sat O2 : 95%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(-)

-NCB SMK

usia gestasi 37

minggu,

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-sepsis

neonatorum

-kebutuhan cairan

120cc/kgBB/h

-AF 3,5gr 9.6cc/j

-minum 4x22-4x24

(pipet), pantau

toleransi

- Inj meropenam

3x120mg

Phenobarbital (PO)

1x10mg

Rencana cek Ca ion

Kultur jamur

dilaporkan tidak

Page 24: Sepsis Neonatorum 2

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+) 4x/m,

hepar dan lien tidak

teraba membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

CRT <2”

Hasil lab:

Ca ion: 1.05*

mmol/L

bisa dilakukan.

12-7-13

Perawatan

hari ke 12

Usia:11hari

BBL:950gr

BBS:3400gr

Balance

cairan/24j

Balance:

+210

Duresis:

1.8cc/kgbb/J

Demam(-)

Sesak(-)

Muntah (-)

Tangis kuat (+)

Gerakan mulai

aktif.

Ku:tampak terbaring

lemah, ikterik (-),

sianosis(-)

Kes : CM

T: 37.0°C

N: 122x/m

R : 52x/m

Sat O2 : 95%

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(-)

-NCB SMK

usia gestasi 37

minggu

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-sepsis

neonatorum

Kebutuhan cairan

120cc/kgbb/h

-AF 5.5gr -9.6cc/j

- Inj meropenam

3x120mg

Phenobarbital (PO)

1x10mg

-mi 4x26, 4X28-

30cc (SF)

Page 25: Sepsis Neonatorum 2

Mi oral:

61cc/kgbb

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

supel, bu(+) 4x/m,

hepar dan lien tidak

teraba membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

CRT <2”

13-7-13

Perawatan

hari 13

Usia:12hari

Usia

gestasi:37

minggu

BBL:2950gr

BBS:3300gr

Balance

cairan/24j: -

85

Duresis :3.7

2cc/kgbb/j

Demam(-)

Sesak(-)

Muntah (-)

Tangis kuat (+)

Gerakan aktif.

Ku:tampak terbaring

lemah, ikterik (-),

sianosis(-)

Kes : CM

T: 36.8°C

N: 106x/m

R : 56x/m

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (-/-)

Thorax : retraksi

dinding dada(-)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

-NCB SMK

usia gestasi 37

minggu,

-lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-sepsis

neonatorum

Kebutuhan cairan:

120cc/kgbb/h

Mi 8x30cc

Rencana pulang

senin.

Page 26: Sepsis Neonatorum 2

Abdomen : buncit,

supel, bu(+) 4x/m,

hepar dan lien tidak

teraba membesar.

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

CRT <2”

Hasil lab: 13-7-13

Leu:7.8ribu/uL Hb :13.6g/dL Ht :40% Trombosit: 149 ribu/uL *(229-553)

S O A P

15-7-13

Perawatan

hari 15

Usia:14hari

Usia

gestasi:37

minggu

BBL:2950gr

BBS:3300gr

Demam(-)

Sesak(-)

Muntah (-)

Tangis kuat (+)

Gerakan aktif.

Ku:tampak sakit

sedang, aktif,

ikterik(-), sianosis(-)

Kes : CM

T: 37.1°C

N: 120x/m

R : 92x/m

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI-/-

Hidung : nch (-/-)

bibir : kering(+)

Thorax : retraksi

dinding dada(-)

ringan.

SN vesikuler +/+,

whe -/-, rh -/-.

BJ I/II reg, m-,g-

Abdomen : buncit,

NCB SMK

usia gestasi 37

minggu

--lahir spontan

pervaginam

dengan

penyulit KPD

>24jam dan

pre eklampsia

berat.

-Sepsis

neonatorum

-mi ondemand

Rencana pulang

berobat jalan hari

ini.

Page 27: Sepsis Neonatorum 2

supel, bu(+) 3x/m,

Ekstremitas : akral

hangat

- -

- -

Sianosis (-)

CRT <2”

BAB III

ANALISA KASUS

Pada kasus ini, awalnya pasien mengalami gangguan napas yang disebut Sindroma

Gangguan Napas (SGN) atau RDS, (Respiratory Distress Syndrome). Di mana gangguan napas

merupana suatu keadaan meningkatnya kerja pernafasan yang ditandai oleh bebrapa kriteria dan

pada pasien ini adanya:

a) Takipnea : frekuensi napas > 60x/menit

b) Retraksi sela iga interkostal (+) sepanjang inspirasi.

c) Ditemukan adanya pernafasan cuping hidung

d) Pasien terdengar merintih atau grunting saat inspirasi.

Semua gejala berikut sudah mulai terjadi jam jam pertama sesudah pasien lahir di mana

adanya gejala distress respirasi (takipnea, retraksi, napas cuping hidung, dan grunting).Dan

gejala ini menetap pada beberapa jam setelah lahir , yang merupakan indikasi adanya gangguan

napas atau distress respitasi yang sangat memerlukan tindakan lanjutan segera. Dan setelah

dievaluasi gawat nafas pada pasien mengikut Downes Skor memberi nilai 4 pada awalnya yang

mana termasuk dalam gangguan nafas sedang.

Maka pada pasien telah dilakukan tindakan awal berupa tindakan resusitasi dan dimonitor

keadaan umum serta tanda-tanda vital pasien. Pasien diputuskan untuk di tindak lanjut dengan

dirawat di ruang Perinatologi dengan diobservasi ketat kondisi pasien.

Page 28: Sepsis Neonatorum 2

Pada pasien ditemukan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) atau

Fetal Inflammatory Response Syndrome (FIRS) dan infeksi apabila pasien tetap mengalami

perburukan gangguan nafas akut serta perdarahan pada lambung. Di mana merupakan salah satu

tanda telah terjadinya perubahan system hematologik dan mungkin sistem yang lain. The

International Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001), menyatakan bahawa sepsis adalah

sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi.

Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat,

renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian. SIRS/FIRS merupakan

gambaran klinis infeksi dengan respon sistemik yang pada stadium lanjut menimbulkan

perubahan fungsi berbagai organ tubuh yang disebut Multi Organ Dysfunction Syndrome

(MODS).

Pada pasien diduga terjadinya sepsis awitan dini yang mana sepsis awitan dini terjadinya

infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya

diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero. Kemungkinan besar infeksi terjadi sewaktu

pasien masih didalam kandungan (fetal state), kerana terjadinya penjalaran infeksi kuman

vagina-ascending infection- dari ibu yang terinfeksi. Bisa juga akibat kuman dari luar kerana

pada pasien juga terjadinya ketuban pecah dini >24 jam sebelum kelahirannya.

Pada pasien diduga terjadinya infeksi intranatal yang mana pada umumnya merupakan

infeksi asendens yaitu infeksi yang berasal dari vagina dan serviks. Di tamabah adanya faktor

risiko dari ibu yaitu ketuban pecah dini > 24jam maka kuman dari serviks dan vagina menjalar

ke atas dan dapat menyebabkan korionitis dan amnionitis. Akibat korionitis, maka infeksi

menjalar terus melalui umbilikus dan akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis menyebabkan

amnionitis dan liquor amnion yang terinfeksi ini masuk ke traktus respiratorius dan traktus

digestivus janin sehingga menyebabkan infeksi disana.

Dari gejala klinis pasien tidak khas dan tidak spesifik kepada sepsis namun cenderung

mengarah ke sepsis yaitu adanya gawat nafas yang mana menunjang 90% sepsis pada

neonatorum, berupa takipnea dan retraksi dada. Kemudian adanya tanda-tanda gangguan

hematologik, kejang, letargi , kurang gerakan aktif dan lemah serta penurunan kesedaran.

Hasil laboratorium pada pasien yang mengindikator sepsis :

Page 29: Sepsis Neonatorum 2

Leokopenia dimana sel darah putih <5.000. Pada pasien 3.8 ribu/μL pada awalnya namun

lama kelamaan nilai leukosit meningkat perlahan-lahan seiring dengan perbaikan klinis pasien

sehinga kadar terakhir leukosit dicapai adalah 7.8ribu/uL. Kemudian adanya trombositopenia:

127 ribu/ μL.

Pemeriksaan nilai CRP didapatkan dalam nilai batas yaitu 5. Dimana peningkatan nilai

CRP sering pada sepsis neonatorum sekitar 97-100%. Namun selalunya tidak memberikan hasil

yang signifikan pada awalnya yang mana sensitivitas saat awal hanya sekitar 60%. Sebaiknya

dilakukan test ulang yang mana sensitivitas meningkat hingga 84%. Gangguan hematologi

dimana pemanjangan masa perdarahan. Ini merupakan salah satu respon sistemikpada keadaan

FIRS/SIRS. Ditemukan hipokalsemia yang mengakibatkan terjadinya kejang-kejang pada pasien.

Pada pasien telah dilakukan kultur darah pada hari pertama dirawat untuk

mengidentifikasi kuman penyebab namun hasinya steril dan sempat di anjurkan melakukan

kultur jamur pada pasien. Kultur jamur merupakan pemeriksaan baku emas diagnostic

bakterimia. Kesimpulan, pada pasien menunjukkan gejala klinis infeksi dan telah terjadinya

gangguan beberapa sistem tubuh. Dan walaupun hasil kultur darah didapatkan steril masih tidak

bisa menyingkirkan tidak terjadinya sepsis pada pasien ini kerana uji kultur darah hanya

memegang 2-25% keberhasilan pada bayi yang dicurigai sepsis pada klinisnya. Sedangkan gejala

klinis dan pemeriksaan yang lain menunjang ke arah sepsis neonatorum awitan dini.

Tatalaksana

i) Pemasangan CPAP dilakukan pada pasien ini di mana CPAP itu sendiri merupakan suatu

alat untuk mempertahankan tekanan positif pada saluran napas neonates selama pernapasan

spontan. Dan pada pasien dipasang atas indikasi:

a) Frekuensi napas >60 menit

b) Merintih (grunting) dalam derajat sedang

c) Adanya retraksi dinding dada.

Selama pemasangan tersebut dipantau beberapa hal yaitu:

a) Respirasi: frekuensi napas, merintih, retraksi, dan napas cuping hidung.

Page 30: Sepsis Neonatorum 2

b) Suhu juga diukur dengan benar.

c) Dinilai perfusi sentral dan perifer pasien serta tekanan darah .

d) Nilai ada atau tidak kelainan neurologis.

e) Memantau saturasi.

Setelah pasien dilihat dan dinilai dapat bernafas dengan lebih baik dan terjadi penurunan

frekuensi nafas dan retraksi maka kadar FiO2diturunkan secara bertahap 2-5 % hingga menjadi

sekitar 25%. Dan CPAP dilepas secara berperingkat.

ii) Pemilihan antibiotik

Pemberian antibiotik pada awalnya biasanya disesuaikan berdasarkan prevelansi kuman

penyebab tersering sepsis di wilayah tersebut.

iii) Tindakan transfusi

Diberikan tranfusi FFP dan cyropresipitat untuk mengatasi gangguan koagulasi yang terjadi.

Pemilihan FFp dikatakan bukan sahaja mengandungi faktor koagulasi malah juga

mengandungi antibody, komplemen, dan protein lain.

Page 31: Sepsis Neonatorum 2

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi Sepsis

Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah atau

jaringan lain atau dapat dikatakan suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan tersebut.

Septikemia adalah penyakit sistemik yang berhubungan dengan adanya dan bertahannya

mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah. Bakteremia adalah adanya bakteri di

dalam darah. Viremia adalah adanya virus di dalam darah.(1)

Defenisi Sepsis Neonatorum

Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan

diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan.Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat

beberapa perkembangan baru mengenai definisi sepsis. Salah satunya menurut The International

Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya

Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses

berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi

multiorgan, dan akhirnya kematian.(1)

Klasifikasi Sepsis Neonatorum

Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan menjadi dua

bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early- onset neonatal sepsis ) dan sepsis

neonatorum awitan lambat ( late - onset neonatal sepsis).Sepsis awitan dini (SAD) merupakan

infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya

di peroleh pada saat proses kelahiran atau in utero. Incidence rate sepsis neonatorum awitan

dini adalah 3,5 kasus per 1.000 kelahiran hidup dan 15- 50% pasien tersebut meninggal. Sepsis

awitan lambat (SAL) merupakan infeksi pascanatal (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari

lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial). Proses infeksi pasien semacam ini

disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal. Angka mortalitas SAL lebih rendah daripada

Page 32: Sepsis Neonatorum 2

SAD yaitu kira- kira 10 -20%. SAD sering dihubungkan dengan infeksi intranatal, sedangkan

SAL sering dihubungkan dengan infeksi postnatal terutama nosokomial. Tabel di bawah ini

mencoba menggambarkan klasifikasi sepsis berdasarkan awitan dan sumber infeksi.(2)

Faktor Resiko

Terjadinya sepsis neonatorum dipengaruhi oleh faktor resiko pada ibu, neonatal dan lain-

lain. Antara faktor resiko ibu ialah ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila

ketuban pecah lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1% dan bila

disertai korioamnionitis, kejadian sepsis akan meningkat menjadi 4 kalinya. Infeksi dan demam

(>38°C) pada masa peripartum akibat korioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina

oleh Streptokokus grup B (SGB), kolonisasi perineal oleh E. coli , dan komplikasi obstetrik

lainnya. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau. Status paritas (wanita multipara atau gravida

lebih dari 3 kali) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun) . Persalinan dan

kehamilan kurang bulan. Status sosial - ekonomi ibu, ras, dan latar belakang mempengaruhi

kecenderungan terjadinya infeksi. Ibu yang berstatus sosio - ekonomi rendah mungkin

nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya yang padat dan tidak higienis. Antara faktor resiko pada

neonatal pula ialah p rematuritas dan berat badan lahir rendah (<2 500 gram). Umumnya

imunitas bayi BBLR dan tidak cukup bulan lebih rendah daripada bayi cukup bulan. Transpor

imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah

lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipogamaglobulinemia

berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. BBLR ini sangat mudah mengalami

infeksi. Hal ini berhubungan dengan keadaan imunoglobulin yang masih rendah, aktivitas

bakterisidal, neutrofil serta efek sitotoksik limfosit masih rendah. Resusitasi pada saat kelahiran,

misalnya pada bayi yang mengalami fetal distress dan trauma pada proses persalinan. Prosedur

invasif seperti intubasi endotrakeal, pemakaian ventilator, kateter, infus, pembedahan, akses vena

sentral, kateter intratorakal. Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis oleh E. coli ),

Page 33: Sepsis Neonatorum 2

defek imun, atau asplenia. Bayi mengalami cacat bawaan. Bayi yang tidak diberi air susu ibu

( ASI) . Pemberian nutrisi secara parenteral pada bayi . Perawatan di bangsal intensif bayi

baru lahir yang terlalu lama. Perawatan di bangsal bayi baru lahir yang overcrowded dan bayi

kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi daripada bayi berkulit putih.(3)

Antara faktor resiko lain - lain ialah beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa sepsis

neonatorum lebih sering terjadi pada bayi laki- laki daripada perempuan, pada bayi kulit hitam

daripada kulit putih, pada bayi dengan status ekonomi rendah, dan sering terjadi akibat prosedur

cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan maupun anggota keluarga pasien, serta

buruknya kebersihan di Neonatal Intensive Care U nit (NICU).(2)

Semua faktor - faktor di atas sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan masih

menjadi masalah sampai saat ini. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab tidak adanya

perubahan pada angka kejad ian sepsis neonatal dalam dekade terakhir ini. Faktor - faktor resiko

ini walaupun tidak selalu berakhir dengan infeksi, harus tetap mendapatkan perhatian khusus

terutama bila disertai gambaran klinis.

Patogenesis

Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi kuman karena

terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion, dan beberapa

faktor anti infeksi dari cairan amnion. Infeksi pada neonatus dapat terjadi antenatal, intranatal

dan pascanatal. Lintasinfeksi perinatal dapat digolongkan sebagai berikut(1)

a) Infeksi Antenatal .

Infeksi antenatal pada umumnya infeksi transplasenta, kuman berasal dari ibu, kemudian

melewati plasenta dan umbilikus dan masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi bayi. Infeksi

bakteri antenatal antara lain oleh Streptococcus Group B. Penyakit lain yang dapat melalui lintas

ini adalah toksoplasmosis, malaria dan sifilis. Pada dugaan infeksi tranplasenta biasanya selain

skrining untuk sifilis, juga dilakukan skrining terhadap TORCH (Toxoplasma, Rubella,

Cytomegalovirus dan Herpes ).

b) Infeksi Intranatal

Page 34: Sepsis Neonatorum 2

Infeksi intranatal

pada umumnya merupakan

infeksi asendens yaitu

infeksi yang berasal

darivagina dan serviks.

Karena ketuban pecah dini

maka kuman dari serviks

dan vagina menjalar ke atas

menyebabkan korionitis

dan amnionitis. Akibat

korionitis, maka infeksi

menjalar terus melalui

umbilikus dan akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis menyebabkan amnionitis dan liquor amnion

yang terinfeksi ini masuk ke traktus respiratorius dan traktus digestivus janin sehingga

menyebabkan infeksi disana.

Infeksi lintas jalan lahir ialah infeksi yang terjadi pada janin pada saat melewati jalan lahir

melalui kulit bayi atau tempat masuk lain. Pada umumnya infeksi ini adalah akibat kuman Gram

negatif yaitu bakteri yang menghasilkan warna merah pada pewarnaan Gram dan kandida.

Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat

bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat

mengkontaminasi bayi selama melahirkan.

c) Infeksi Pascanatal

Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi nosokomial yang diperoleh bayi dari

lingkungannya di luar rahim ibu, seperti kontaminasi oleh alat - alat, sarana perawatan dan oleh

yang merawatnya. Kuman penyebabnya terutama bakteri, yang sebagian besar adalah bakteri

Gram negatif. Infeksi oleh karena kuman Gram negatif umumnya terjadi pada saat perinatal yaitu

intranatal dan pascanatal.

Lintas infeksi perinatal dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 35: Sepsis Neonatorum 2

Bila paparan kuman ini berlanjut dan memasuki aliran darah, akan terjadi respons tubuh

yang berupaya untuk mengeluarkan kuman dari tubuh. Berbagai reaksi tubuh yang ter jadi akan

memperlihatkan pula bermacam gambaran gejala klinis pada pasien. Tergantung dari perjalanan

penyakit, gambaran klinis yang terlihat akan berbeda. Oleh karena itu, pada penatalaksanaan

selain pemberian antibiotika, harus memperhatikan pula gangguan fungsi organ yang timbul

akibat beratnya penyakit.

Manifestasi Klinik

Gambaran klinis pasien sepsis neonatus tidak spesifik. Gejala sepsis klasik yang

ditemukan pada anak jarang ditemukan pada neonatus, namun keterlambatan dalam menegakkan

diagnosis dapat berakibat fatal bagi kehidupan bayi. Gejala klinis yang terlihat sangat

berhubungan dengan karakteristik kuman penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya

kuman.

Janin yang terkena infeksi akan menderita takikardia, lahir dengan asfiksia dan

memerlukan resusitasi karena nilai Apgar rendah. Setelah lahir, bayi tampak lemah dan tampak

gambaran klinis sepsis seperti hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang- kadang

hiperglikemia, tampak tidak sehat dan malas minum. Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan

dan gangguan fungsi organ tubuh. Selain itu, terdapat kelainan susunan saraf pusat (letargi ,

refleks hisap buruk, menangis lemah kadang - kadang terdengar high pitch cry, bayi menjadi

iritabel dan dapat disertai kejang), kelainan kardiovaskular (hipotensi, takikardi, bradikardi,

pucat, sianosis, dingin dan clummy skin). Bayi dapat pula memperlihatkan kelainan

hematologik (ikterus, splenomegali, petekie, dan pendarahan), kelainan gastrointestinal (distensi

abdomen, anoreksia, muntah, diare dan hepatomegali), ataupun gangguam respirasi (apnea,

dispnea, takipnea, napas cuping hidung, merintih dan sianosis).

Selain itu, menurut Buku Pedoman Integrated Management of Childhood Illnesses

tahun 2000 mengemukakan bahwa kriteria klinis Sepsis Neonatorum Berat bila ditemukan satu

atau lebih dari gejala- gejala berikut ini: l aju napas > 60 kali per menit, retraksi dada yang

dalam , cuping hidung kembang kempis ,bayi merintih , ubun - ubun besar membonjol, bayi

mengalami k ejang, keluar pus dari telinga , kemerahan di sekitar umbilikus yang melebar ke

kulit, s uhu >37,7°C (atau akral teraba hangat) atau < 35,5°C (atau akral teraba dingin) , letargi

Page 36: Sepsis Neonatorum 2

atau tidak sadar, penurunan aktivitas atau gerakan, tidak dapat minum,t idak dapat melekat pada

payudara ibudan tidak mau menetek.(3)

Bervariasinya gejala klinik ini merupakan penyebab sulitnya diagnosis pasti pada pasien.

Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan

khusus lainnya perlu dilakukan.

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Berbagai penelitian dan pengalaman para ahli telah digunakan untuk menyusun kriteria

sepsis neonatorum ini baik berdasarkan anamnesis (termasuk adanya faktor resiko ibu dan

neonatus terhadap sepsis), gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Kriteria sepsis ini

berbeda tergantung pada karakteristik kuman penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya

kuman ini. Kriteria sepsis juga berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Bagi

pemeriksaan penunjang dilakukan berbagai pemeriksaan termasuk pemeriksaan darah rutin

untuk memeriksa hemoglobin (Hb), leukosit, trombosit, laju endap darah (LED), Serum

Glutamic Oxaloacetic Transaminase(SGOT), dan Serum Glutamic Pyruvic

Transaminase(SGPT). Analisa kultur urin dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi

dapat mendeteksi kuman. Laju endah darah, dan protein reaktif - c (CRP) akan meningkat

menandakan adanya inflamasi. Tetapi sampai saat ini pemeriksaan biakan darah merupakan baku

emas dalam menentukan diagnosis sepsis.

Pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hasil biakan baru akan diketahui dalam

waktu minimal 3- 5 hari. Hasil kultur perlu dipertimbangkan secara hati - hati apalagi bila

ditemukan kuman yang berlainan dari jenis kuman yang biasa ditemukan di masing - masing

klinik. Kultur darah dapat dilakukan baik pada kasus sepsis neonatorum awitan dini maupun

lanjut.

Penatalaksanaan

Penanganan sepsis dilakukan secara suportif dan kausatif. Tindakan suportif antara lain

ialah dilakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa, koreksi jika terjadi hipovolemia,

hipokalsemia dan hipoglikemia, atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolik, awasi adanya

hiperbilirubinemia dan pertimbangkan nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi

Page 37: Sepsis Neonatorum 2

enteral. Tidakan kausatif dengan pemberian antibiotik sebelum kuman penyebab diketahui.

Biasanya digunakan golongan penicilin seperti ampicillin ditambah aminoglikosida seperti

gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di

ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan

aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didapat hasil biakan dan uji sistematis,

diberikan antibiotik yang sesuai. Terapi dilakukan selama 10 - 14 hari, bila terjadi meningitis,

antibiotik diberikan selama 14- 21 hari dengan dosis sesuai untuk meningitis.

Komplikasi

Komplikasi sepsis neonatorum antara lain ialah meningitis,neonatus dengan meningitis

dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan/atau leukomalasia peri ventrikular,hipoglikemia,

asidosis metabolik,koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial dan pada

sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi Acute Respiratory Distress

Syndrome (ARDS). Selain itu ada komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan

aminoglikosida, seperti ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal, komplikasi akibat gejala sisa

atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari gangguan perkembangan sampai dengan

retardasi mental dan komplikasi kematian.

Prognosis

Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 - 40 %. Angka tersebut berbeda-

beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen etiologik, derajat prematuritas bayi,

adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai da n keadaan ruang bayi atau unit

perawatan. Angka kematian pada bayi BBLR adalah 2 kali lebih besar. Dengan diagnosis dini

dan terapi yang tepat, prognosis pasien baik; tetapi bila tanda dan gejala awal serta faktor resiko

sepsis neonatorum terlewat, akan meningkatkan angka kematian. Pada meningitis terdapat

sequele pada 15 - 30% kasus neonates Rasio kematian pada sepsis neonatorum 2 –4 kali lebih

tinggi pada bayi kurang bulan dibandingkan bayi cukup bulan. Rasio kematian pada sepsis

awitan dini adalah 15 – 40 % (pada infeksi SGB pada SAD adalah 2 – 30 %) dan pada sepsis

awitan lambat adalah 10 – 20 % (pada infeksi SGB pada SAL kira – kira 2 %).

Page 38: Sepsis Neonatorum 2

DAFTAR PUSAKA

1. Sholeh.M, Yunanto.A, Dewi.R. Sepsis Neonatorum. Buku Ajar Neonatologi. Jilid 1,

Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2012:170-185.

2. Sholeh.M, Yunanto.A, Dewi.R. Sepsis Neonatorum. Buku Ajar Neonatologi. Jilid 1,

Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2012:170-185.

3. Sepsis Neonatorum. Paket Pelatihan PONEK. Asuhan Neonatus Essential Jakarta: Badan

Penerbit IDAI: 2012: 215-219.

4. Indrasanto.E, Dharmasetiawani.N, Rohsiswatmo.R. Pemeriksaan Fisik Neonatus.Modul

Asuhan Neonatus Essential, Jakarta: Badan Penerbit IDAI: 2012

Page 39: Sepsis Neonatorum 2

5. Indrasanto.E, Dharmasetiawani.N, Rohsiswatmo.R. Tatalaksana Cairan dan Elektrolit

pada Neonatus.Modul Asuhan Neonatus Essential, Jakarta: Badan Penerbit IDAI: 2012

6. Wiliam W. Current Pediatriv Diagnosis & Treatment. 21st edition. USA: Mac Graw-Hill

Education.2012.

7. Diakses di http://www.slideshare.net/alunand350/2neonatal-sepsis-ponek