senin selasa jumat m;nggu 1 2 3 456 7 o mar oapr o...

2
Pikiran Rakyat '..-'~"""'. ,...-.......- o Senin 1 2 3 17 18 19 OJan OPeb o Selasa 0 Rabu 456 7 20 21 22 o Mar OApr o Me; o Kam;s 0 Jumat 8 9 10 11 23 24 25 26 OJun OJul 0 Ags o Sabtu . M;nggu 12 13 14 15 1~ @ 28 29 30 31 OSep OOkt ONov .Des Prof Dr. Ir. Muhammad Nuh, DEA UN Jadi Tantangan Berat - - - -- - ~ ... - - P EMBAWAANNYA tenang, pa- paraimya terstruktur, serta tang- gap dan mudah beradaptasi dalam lingkungan barn. ltulah sekilas gambaran sosok Prof. Dr. Ir. Muham- mad Nub, DEA. Berlatar belakang akademisi, jam terbang karier politik pria kelahiran Surabaya, 17 Juni 1959 ini, boleh dibilang cukup matang. Dua periode sudah Nub menjabat seba- gai menteri di dua departemen berbeda dalam kabinet di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).Dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, Nub menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). Sebe- lumnya, di Kabinet Indonesia Bersatu jilid I, Nuh adalah Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo). Meski untuk kedua jabatan tersebut Nub memiliki kapabilitas dan kompeten- si yang tidak diragukan, tentunya peker- jaan dan masalah yang ia temui di dua de- partemen itu tetap saja berbeda. Namun pad a kenyataannya, dia tetap men gang- gap tanggung jawab yang ia emban itu sarna. "Tidak ada perbedaan di Depkom- info dan Depdiknas, kesibukannya sarna ~ saja kok," ujar Nub ketika ditemui seusai mengunjungi Redaksi Pikiran Rakyat, Rabu (16/12). Bagi Nub, bidang kajian di kedua de- partemen yang pernah dipimpinnya me- mang tidak terlalu asing. Kendati demikian, tidak bisa dipungkiri, segala permasalahan yang teIjadi dalam pem- bangunan pendidikan bangsa ini memang belum semua dikuasai Nub. Hal ini terli- hat ketika dia belum bisa menjelaskan pertanyaan tentang masalah guru honor- er. "Terus terang masalah guru honorer saya belum paham betul. Jadi saya se- rahkan pada DiIjen PMPTK. Kalau saya menjawab takutnya malah salah-salah," ujar Nub berseloroh. -- Tidak heran jika banyak pihak yang masih menilai program keIja seratus hari Nub sebagai Mendiknas terkesan nor- matif dan belum menjawab semua per- masalahan yang teIjadi. Sebagai penyegar ingatan, delapan program keIja seratus hari Nuh sebagai Mendiknas adalah penyediaan internet secara massal di sekolah, penguatan kemampuan kepala dan pengawas sekolah, pemberian bea- siswa perguruan tinggi negeri (PTN) un- tuk siswa SMA/SMKjMA berprestasi dan kurang mampu, penyusunan kebijakan khusus bagi para guru yang bertugas di daerah terdepan dan terpencil, penyusunan dan penyempurnaan Ren- cana Strategis (Renstra) 2010-2014, pengembangan budaya dan karakter bangsa, pengembangan metodologi bela- jar-mengajar, serta yang terakhir membu- at roadmap sinergitas lembaga pen- didikan (Depdiknas-Depag) dengan para pengguna lulusan untuk mengatasi ma- salah ketenagakeIjaan. Di kedelapan poin itu, tidak satu pun yang menyinggung soal nasib guru hono- rer. Padahal, Komisi X DPR RI pernah menyatakan bahwa Nub seharnsnya mengangkat persoalan nasib guru hono- rer dan guru bantu yang rencananya akan dituntaskan pada 2009 sebagai isu utama. Namun. Nub menyikapi semuanya dalam dua kalimat. "Permasalahan pendidikan di Indonesia sudah banyak, sebaiknya se- lesaikan satu persatu. Jangan dulu menambah masalah yang barn karena stok masalah pendidikan tidak akan per- nab habis," tuturnya. Program lain yang mendapat kritikan adalah beasiswa perguruan tinggi negeri (PTN) untuk siswa tidak mampu berprestasi. Program ini dinilai banYak anggota Komisi X sebagai program usang yang sempat dicanangkan menteri se- belumnya. Namun, Nub boleh berbangga

Upload: lamminh

Post on 25-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Senin Selasa Jumat M;nggu 1 2 3 456 7 o Mar OApr o Me;pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/pikiranrakyat...dan pengawas sekolah, pemberian bea-siswa perguruan tinggi negeri

Pikiran Rakyat'..-'~"""'. ,...-.......-

o Senin

1 2 317 18 19

OJan OPeb

o Selasa 0 Rabu

456 720 21 22

o Mar OApr o Me;

o Kam;s 0 Jumat

8 9 10 1123 24 25 26

OJun OJul 0 Ags

o Sabtu . M;nggu

12 13 14 15 1~

@ 28 29 30 31

OSep OOkt ONov .Des

Prof Dr. Ir. Muhammad Nuh, DEA

UN Jadi Tantangan Berat- - - -- - ~ ...- -

P EMBAWAANNYA tenang, pa-paraimya terstruktur, serta tang-gap dan mudah beradaptasi

dalam lingkungan barn. ltulah sekilasgambaran sosok Prof. Dr. Ir. Muham-mad Nub, DEA. Berlatar belakangakademisi, jam terbang karier politik priakelahiran Surabaya, 17 Juni 1959 ini,boleh dibilang cukup matang.

Dua periode sudah Nub menjabat seba-gai menteri di dua departemen berbedadalam kabinet di bawah kepemimpinanPresiden Susilo Bambang Yudhoyono(SBY).Dalam Kabinet Indonesia Bersatujilid II, Nub menjabat sebagai MenteriPendidikan Nasional (Mendiknas). Sebe-lumnya, di Kabinet Indonesia Bersatu jilidI, Nuh adalah Menteri Komunikasi danInformasi (Menkominfo).

Meski untuk kedua jabatan tersebutNub memiliki kapabilitas dan kompeten-si yang tidak diragukan, tentunya peker-jaan dan masalah yang ia temui di dua de-partemen itu tetap saja berbeda. Namunpad a kenyataannya, dia tetap men gang-gap tanggung jawab yang ia emban itusarna. "Tidak ada perbedaan di Depkom-info dan Depdiknas, kesibukannya sarna

~ saja kok," ujar Nub ketika ditemui seusaimengunjungi Redaksi Pikiran Rakyat,Rabu (16/12).

Bagi Nub, bidang kajian di kedua de-partemen yang pernah dipimpinnya me-mang tidak terlalu asing. Kendatidemikian, tidak bisa dipungkiri, segalapermasalahan yang teIjadi dalam pem-bangunan pendidikan bangsa ini memangbelum semua dikuasai Nub. Hal ini terli-hat ketika dia belum bisa menjelaskanpertanyaan tentang masalah guru honor-er. "Terus terang masalah guru honorersaya belum paham betul. Jadi saya se-rahkan pada DiIjen PMPTK. Kalau sayamenjawab takutnya malah salah-salah,"ujar Nub berseloroh.

--

Tidak heran jika banyak pihak yangmasih menilai program keIja seratus hariNub sebagai Mendiknas terkesan nor-matif dan belum menjawab semua per-masalahan yang teIjadi. Sebagai penyegaringatan, delapan program keIja seratushari Nuh sebagai Mendiknas adalahpenyediaan internet secara massal disekolah, penguatan kemampuan kepaladan pengawas sekolah, pemberian bea-siswa perguruan tinggi negeri (PTN) un-tuk siswa SMA/SMKjMA berprestasi dankurang mampu, penyusunan kebijakankhusus bagi para guru yang bertugas didaerah terdepan dan terpencil,penyusunan dan penyempurnaan Ren-cana Strategis (Renstra) 2010-2014,pengembangan budaya dan karakterbangsa, pengembangan metodologi bela-jar-mengajar, serta yang terakhir membu-at roadmap sinergitas lembaga pen-didikan (Depdiknas-Depag) dengan parapengguna lulusan untuk mengatasi ma-salah ketenagakeIjaan.

Di kedelapan poin itu, tidak satu punyang menyinggung soal nasib guru hono-rer. Padahal, Komisi X DPR RI pernahmenyatakan bahwa Nub seharnsnyamengangkat persoalan nasib guru hono-rer dan guru bantu yang rencananya akandituntaskan pada 2009 sebagai isu utama.Namun. Nub menyikapi semuanya dalamdua kalimat. "Permasalahan pendidikandi Indonesia sudah banyak, sebaiknya se-lesaikan satu persatu. Jangan dulumenambah masalah yang barn karenastok masalah pendidikan tidak akan per-nab habis," tuturnya.

Program lain yang mendapat kritikanadalah beasiswa perguruan tinggi negeri(PTN) untuk siswa tidak mampuberprestasi. Program ini dinilai banYakanggota Komisi X sebagai program usangyang sempat dicanangkan menteri se-belumnya. Namun, Nub boleh berbangga

Page 2: Senin Selasa Jumat M;nggu 1 2 3 456 7 o Mar OApr o Me;pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/pikiranrakyat...dan pengawas sekolah, pemberian bea-siswa perguruan tinggi negeri

Nub untuk menghentikan UN sesuai de-ngan keputusan Mahkamah Agung (MA).

Kendati demikian, Nub menghadapi.se-mua dengan tenang dan menjelaskan ala-san kuat mengapa UN tetap akan dilak-sanakan. "Sampai saat ini kami belummenerima putusan resmi'dari MA untukmenghentikan UN. I>isamping itu, pakarhukum independen yang kami ajakberdiskusi menyatakan bahwa Mendiknastidak melanggar undang-undang," tu-turnya. .

Nub mengatakan, pemerintah sejak du-lu selalu mengkaji setiap program yangdilaksanakan. "Sistem yang ada adalahperbaikan dari sistem sebelumnya. Kitatabu UN sebenarnya sudah digelar sejaksebelum merdeka sampai 1971.Waktu itunamanya ujian negara," katanya.

Dengan tingkat kelulusan yang 30-40persen, sistem UN kemudian dihapus danpenyelenggaraan ujian diserahkan padasekolah. Tujuannya, meningkatkan AngkaPartisipasi Kasar (API<) sesuai denganamanat Rencana Pembangunan LimaTahun (Repelita) pada 1969. Setelah dika-ji, ternyata ada ketidakberesan denganpenyelenggaraan ujian oleh sekolah."Hampir semua siswa sekolah lulus 100persen, bahkan di daerah yang minim gu-ru," ujar Nub.

Untuk itu, tambah Nub, pada 1993-2002, sistem kemudian disempurnakanmenjadi Evaluasi BelajarTahap Akhir Na-sional (Ebtanas) yang merupakan ga-bungan antara ujian negara dan ujiansekolah. 'Ternyata ini tidak berhasiljuga,karena ada gap kesenjangan yang tinggidari hasil UN dan ujian sekolah. Olehkarena itu, sejak 2002 dikembalikankepada sistem Ujian Akhir Nasional(UAN),"katanya menjelaskan.

Nub mengakui, keberatan darimasyarakat timbul ketika UAN yang ke-mudian berganti nama menjadi UN, tidaklagi disertasi ujian susulan semenjak2006. Sementara itu, standar kehdusanterus dinaikkan.

Sejak itu, kata Nub, masalah UNbanyak diadukan masyarakat ke pengadi-Ian. 'Waktu itu masih di tingkat pengadi-Ian negeri dan pengadilan tinggi. Namuntidak satu pun yang memutuskan bahwapenyelenggaraan UN melanggar aturan.Hanya, tuntutan primer masyarakat me-mang dikabulkan," tuturnya.

Tuntutan primer itu, Ianjut Nub, terkaitmasalah peningkatan sarana, prasarana,dan kualitas guru. "Perbaikan sarana danprasarana serta kualitas dan k~ahteraanguru sejak itu kita lakukan sampaisekarang dengan Dana Alokasi Khusus(DAK), role sharing, sertifikasi guru, dan

lain-lain," ujarnya.Terkait masalah kecurangan

dalam UN, Nub menilai, tidakada satu pihak pun yang bisamenjamin tidak ada kecurang-an teIjadi dalam sebuah ujian."Jangankan UN, dalam ujiansekolah atau ulangan umumsaja tidak ada yang menjaminsemua bisa jujur. Yang pen-ting adalah usaha kita dalammenekan kemungkinan ter-jadinya kecurangan,"katanya.

Untuk itu, Nub men-canangkan, bertekadmelak-sanakan UN 2010 denganpencapaian yangberprestasi danjujur. "Kitaakan perbaiki sedemikianrupa dari mulai pembu-atan saal hingga eva1uasiagar tidak ada kesem-patan bagi siapa pun un-tuk berbuat curang," tu-turnya. (Handri Han-

driansyah/''PR'T:* _

ADESAYU INDRAj"PR"

PROF. Dr. Jr. Muhammad Nuh, DEA

karena program tersebut kini sudah ram-pung sebelum genap .seratus hari Nubmenjabat sebagai Mendiknas. Beberapawaktu lalu, program beasiswa Bidik Misiuntuk membantu calon mahasiswaberprestasi dari kalangan tidak mampuresmi diluncurkan. "Ini adalah salah satujawaban dari sekian banyakmasalah pen-didikan yang teIjadi," katanya

Nub mengatakan, calon mahasiswaterbagi ke dal~ empat kuadran golong-an, yaitu siswa berprestasi dari kalanganmampu, siswa kurang berprestasi darikalangan mampu, siswa kurangberprestasi dari kalangan tidak mampu,dan siswa berprestasi dari kalangan tidakmampu.

"Untuk dua kuadran, siswa dari kalan-gan mampu berprestasi dan kurangberprestasi, kita tidak perlu khawatir. Un-tuk siswa berprestasi yang tidak mampu,sekarang sudah adajawaban. Untuk siswakurang berprestasi dan tidak manipu,memang agak sulit. Namun ke depantetap kita pikirkan bagaimana caramembantu mereka," ujar Nub men-jelaskan.

Terkait pengadaan internet mas':sal, Nub diingatkan tentang adanyatunggakan pembayaran internetyang masih hams diselesaikan se- i ..belum melanjutkan program ,itu.Nub juga diharapkan mengkaji Ie-bih lanjut jaringan yang ada, supayaprasarana pendukung seperti kom-puter yang telah disiapakan tidak I .menjadi barang mangkrak.

Di balik kritikan yang muncul,hams diakui bahwa Nub memangmemiliki catatan baik dengan pro-gram Wlffiaxnya ketika ia menjabatsebagai Menkominfo, program yangsempat diragukan banyak pihak didalam dan luar negeri. Optimismeserupa kembali ditunjukan Nuhdalam program internetisasi masalsekolah. "Kita punya pertumbubandan kemampuan sumber daya yangbesar dalam bidang TII<,"katanya.

Menurut Nub, masyarakat In-donesia. pada umumnya sudah

mengalami "demam TIK". "Kitabisa lihat,untuk masyarakat umum, TIK identik de-ngan telefon seluler. Data menunjukkanbahwa dari sekitar 230 juta penduduk In-donesia, pengguna telefon seluler sudahmencapai 100 juta lebih. ltu sudah limapuluh persen lebih. Tidak menutup ke-mungkinan, itu juga akan mempercepatpemerataan akses internet di seluruhdaerah dan di seluruh kalangan, terlebihdengan adanya Universal Service Obliga-tion (USO),"ujarnya.

Mengenai infrastruktur, menurut Nub,tinggal Maluku dan Papua yang belumterakses. "Daerah lain di Indonesia sudahcukup mumpuni. Kita harap semua ter-jangkau sehingga bisa digunakanjuga dibidang pendidikan," tuturnya.

Di luar program seratus hari, tantanganberat yang dihadapi Nuh di awal-awal

masajabatannya sebagai Mendik-nas adalah masalah UjianNasional (UN). Banyak pihak,

dari kalangan akademisi hing-ga DPR, sempat menekan

NamaLahirAgamaJabatanNamaIstriNamaAnak

: Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh, D.EA: Surabaya, 17 Juni 1959: Islam: Menteri Pendidikan Nasional

: drg. Lally Rachmawati: Rachma Rizqina Mardhotillah

Pendldlkan

- SI FakultasTeknikElektroITS,1983

- S2 Jurusan Signaux et System, Universite Science et Techniquedu Languedoc Mantpellier Pranci, 1987

" S3 Jurusan Signaux et System, Universite Science et Techniquedu Languedoc Mantpellier Prancis, 1990

.. Karler

- Ketua Jurusan Teknik Elekronika, Politeknik Negsri Surabaya ITS,1992-1993

- Direk1ur Politeknik Negeri Surabaya ITS, 1997-2003

- Guru Besar ITS, 2004

- Rektor ITS, 2003-2006

- Menkominfo, 2007-2009

- Mendiknas, 2009-2014