:0 jan o mar oapr .me; ojun jul ags arig~ ketika...

2
KOMPAS . Sabtu 12 13 27 28 OSep OOk; o Kamis .,:) Jumat 8 9 10 11 23 24 2S 26 OJun 0 Jul 0 Ags o Rabu 6 7 21 22 -- OApr .Me; o Selasa 4 5 20 o Mar o Senin 123 17 18 19 " \:0 Jan 0 Peb Arig~ Ketika Kreativitas · Tertqnta~g> ' ~ '- Berawal dari cita-cita anak band yang ingin berkreasi dengan variasi efek gitar dan membuat sendiri rekaman albumnya, awal 2006, Arie Ardiansyah gitaris band Disconnected, bosan bermain dengan amplifier analog dan stompbox at au perangkat keras penghasil suara efek gitar. Alasannya, variasi suara tetaplah terbatas. OlehCORNELIUSHELMY DATAOIRI . Nama:ArieArdiansyah . Lahir: Palem bang, 20 Februari 1982 . Orangtua: Hartudi Djohar (ayah) dan Nurlinda (ibu) . Status: Belum menikah . Pendidikan: - SMA 20 Bandung, 1997-2000 - 5-1 Jurusan IImu Tanah, Fa- kultas Pertanian, Universi- tas Padjadjaran, Bandun9, 2000-2006 - Pendidikan Microsoft Appli- cation Developer Institut Teknologi Nasional, Ban- dung, 2007-2008 Situs itu di antaranya, www.kvraudio.com dan www.musicdsp.com. Di sini ba- nyak pengembang perangkat lu- nak yang berdiskusi tentang pemrosesan sinyal audio digital, mulai dari yang gratis hingga yang komersial. Ide Arie pun berkembang. Dia berpikir, jika berhasil mem- buat sendiri audio plug-in, ia akan mendapatkan variasi efek gitar dan rekaman yang berku- alitas baik. Namun, ia tak ingin sekadar meniru. Dia ingin mem- buat produk sendiri, sesuai de- ~an keinginannya. "Rasa penasaran ini mendo- rong saya untuk belajar lebih banyak. Kalau orang lain bisa, mengapa saya tidak? Lagi pula, harganya bisa lebih murah," ceritanya. S ementara itu, untuk membeli perangkat keras amplifier dan efek stompbox sesuai keinginan dia, harganya tak terjangkau. Harga efek stompbox itu Rp 300.000- Rp 2 juta dan perangkat keras amplifier gitar yang berkualitas bisa mencapai Rp 30 juta. Salah satu alternatif, ia meng- gunakan amplifier dan efek stompbox dalam bentuk perang- kat lunak. Namun, ini pun tak bisa dia lakukan karena saat itu harganya 89-300 dollar AS.Un- tuk produk seharga 89 dollar, seperti Studio Devil, pun ia hanya mendapat tiga simulasi amplifier dan dua pengeras suara gitar tanpa pilihan stompbox. Selain itu, bersama bandnya, Disconnected, Arie punya keinginan lain, yakni membuat album rekaman lewat studio musik. Namun, kendalanya pun setali tiga uang. Ketika itu, un- tuk membuat album dengan 10 lagu minimal harns merogoh kocek sekitar Rp 5 juta. "Saat itu saya berpikir bagai- mana caranya agar kedua mimpi itu bisa tercapai. Tentunya tan- pa harns mengeluarkan banyak biaya," ujar Arie. Hingga pertengahan 2006, kegemarannya berselancar di dunia maya membawa.perun- tungan. Tanpa sengaja Arie me- nemukan beberapa forum di si- tus internet yang membahas pembuatan audio efek digital atau biasa disebut pemrosesan sinyal audio digital dalam ben- tuk perangkat lunak audio plug-in. bisa memahami bahasa pemrograman. Semua itu belum termasuk hitungan materi, seperti uang yang dia keluarkan untuk sewa koneksi internet di warnng internet hingga rusaknya perangkat komputer dan penge- ras suara miliknya. - - - - -- "Saya sempat mau berhenti, tetapi ternan-ternan memberi semangat. Dukungan itu mem- buat saya kembali bersemangat. Saya yakin bisa membuat se- suatu meski harus melalui ber- bagai kegagalan. Saya makin pe- nasaran," katanya. Tekad Arie membuahkan ha- sil, tiga jenis audio plug-in bisa dibuatnya pada November 2007. Dia sempat bingung memberi nama pada produknya itu se- belum memilih label Aradaz VST Plug-in. Nama Aradaz di- ambil dari panggilannya seha- ri-hari. Ada tiga jenis audio plug-in yang dia hasilkan, yakni Crunch untuk audio plug-in yang meng- hasilkan efek suara renyah. Efek gitar ini biasa digunakan untuk musik pop dan blues. Green un- tuk jenis musik lebih keras, se- perti rock dan metal. White un- tuk musik metal ekstrem atau saug~ ~ras. Modal semangat Semangat menjadi modal utama Arie kala itu. Sebagai ma- hasiswa Ilmu Tanah di Univer- sitas Padjadjaran, Bandung; ia sama sekali tidak mempunyai dasar pengetahuan ten tang ba- hasa pemrograman ataupun pemrosesan sinyal digital. Mulai November 2006 ia bertekad belajar secara otodi- dak. Buku-buku mengenai ba- hasa pemrograinan dan tentang pemrosesan sinyal digital pun dia belL Karena buku-buku itu umumnya berbahasa Inggris, dia juga membeli kamus serta buku fisika dan matematika. Selama proses belajar secara otodidak itu, Arie sempat kehilangan semangat karena be- berapa kali mencoba tetap saja gagal. Meski sampai mengaki- batkan skripsinya terbengkalai, dia tetap saja belum sepenuhnya _~_ __ --';"".-.:01__ -- Kliping Humos Unpod 2009 --------. --- - -- --

Upload: nguyenanh

Post on 27-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: :0 Jan o Mar OApr .Me; OJun Jul Ags Arig~ Ketika ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/kompas-20090516-ari... · Un-tuk produk seharga 89 dollar, seperti Studio Devil,

KOMPAS. Sabtu

12 1327 28

OSep OOk;

o Kamis .,:)Jumat8 9 10 1123 24 2S 26

OJun 0 Jul 0 Ags

o Rabu6 7

21 22--OApr .Me;

o Selasa4 5

20

o Mar

o Senin123

17 18 19

" \:0 Jan 0 Peb

Arig~ Ketika Kreativitas· Tertqnta~g> ' ~ '-

Berawal dari cita-cita anak band yang ingin berkreasi

dengan variasi efek gitar dan membuat sendirirekaman albumnya, awal 2006, Arie Ardiansyah

gitaris band Disconnected, bosan bermain denganamplifier analog dan stompbox atau perangkat keraspenghasil suara efek gitar. Alasannya, variasi suaratetaplah terbatas.

OlehCORNELIUSHELMY

DATAOIRI

. Nama:ArieArdiansyah

. Lahir: Palembang, 20 Februari

1982. Orangtua: Hartudi Djohar

(ayah) dan Nurlinda (ibu). Status: Belum menikah. Pendidikan:

- SMA 20 Bandung,1997-2000

- 5-1 Jurusan IImu Tanah, Fa-kultas Pertanian, Universi-tas Padjadjaran, Bandun9,2000-2006

- Pendidikan Microsoft Appli-cation Developer InstitutTeknologi Nasional, Ban-dung, 2007-2008

Situs itu di antaranya,www.kvraudio.com danwww.musicdsp.com. Di sini ba-nyak pengembang perangkat lu-nak yang berdiskusi tentangpemrosesan sinyal audio digital,mulai dari yang gratis hinggayang komersial.

Ide Arie pun berkembang.Dia berpikir, jika berhasil mem-buat sendiri audio plug-in, iaakan mendapatkan variasi efekgitar dan rekaman yang berku-alitas baik. Namun, ia tak inginsekadar meniru. Dia ingin mem-buat produk sendiri, sesuai de-~an keinginannya.

"Rasa penasaran ini mendo-rong saya untuk belajar lebihbanyak. Kalau orang lain bisa,mengapa saya tidak? Lagi pula,harganya bisa lebih murah,"ceritanya.

Sementara itu, untukmembeli perangkat kerasamplifier dan efek

stompbox sesuai keinginandia, harganya tak terjangkau.Harga efek stompbox ituRp 300.000- Rp 2 juta danperangkat keras amplifier gitaryang berkualitas bisa mencapaiRp 30 juta.

Salah satu alternatif, ia meng-gunakan amplifier dan efekstompbox dalam bentuk perang-kat lunak. Namun, ini pun takbisa dia lakukan karena saat ituharganya 89-300 dollar AS.Un-tuk produk seharga 89 dollar,seperti Studio Devil, pun iahanya mendapat tiga simulasiamplifier dan dua pengerassuara gitar tanpa pilihanstompbox.

Selain itu, bersama bandnya,Disconnected, Arie punyakeinginan lain, yakni membuatalbum rekaman lewat studiomusik. Namun, kendalanya punsetali tiga uang. Ketika itu, un-tuk membuat album dengan 10lagu minimal harns merogohkocek sekitar Rp 5 juta.

"Saat itu saya berpikir bagai-mana caranya agar kedua mimpiitu bisa tercapai. Tentunya tan-pa harns mengeluarkan banyakbiaya," ujar Arie.

Hingga pertengahan 2006,kegemarannya berselancar didunia maya membawa.perun-tungan. Tanpa sengaja Arie me-nemukan beberapa forum di si-tus internet yang membahaspembuatan audio efek digitalatau biasa disebut pemrosesansinyal audio digital dalam ben-tuk perangkat lunak audioplug-in.

bisa memahami bahasapemrograman.

Semua itu belum termasukhitungan materi, seperti uangyang dia keluarkan untuk sewakoneksi internet di warnnginternet hingga rusaknyaperangkat komputer dan penge-ras suara miliknya.- -- - --

"Saya sempat mau berhenti,tetapi ternan-ternan memberisemangat. Dukungan itu mem-buat saya kembali bersemangat.Saya yakin bisa membuat se-suatu meski harus melalui ber-bagai kegagalan. Saya makin pe-nasaran," katanya.

Tekad Arie membuahkan ha-sil, tiga jenis audio plug-in bisadibuatnya pada November 2007.Dia sempat bingung memberinama pada produknya itu se-belum memilih label AradazVST Plug-in. Nama Aradaz di-ambil dari panggilannya seha-ri-hari.

Ada tiga jenis audio plug-inyang dia hasilkan, yakni Crunchuntuk audio plug-in yang meng-hasilkan efek suara renyah. Efekgitar ini biasa digunakan untukmusik pop dan blues. Green un-tuk jenis musik lebih keras, se-perti rock dan metal. White un-tuk musik metal ekstrem atausaug~ ~ras.

ModalsemangatSemangat menjadi modal

utama Arie kala itu. Sebagai ma-hasiswa Ilmu Tanah di Univer-sitas Padjadjaran, Bandung; iasama sekali tidak mempunyaidasar pengetahuan ten tang ba-hasa pemrograman ataupunpemrosesan sinyal digital.

Mulai November 2006 iabertekad belajar secara otodi-dak. Buku-buku mengenai ba-hasa pemrograinan dan tentangpemrosesan sinyal digital pundia belL Karena buku-buku ituumumnya berbahasa Inggris, diajuga membeli kamus serta bukufisika dan matematika.

Selama proses belajar secaraotodidak itu, Arie sempatkehilangan semangat karena be-berapa kali mencoba tetap sajagagal. Meski sampai mengaki-batkan skripsinya terbengkalai,dia tetap saja belum sepenuhnya_~_ __ --';"".-.:01__--

Kliping Humos Unpod 2009--------.

---- -- --

Page 2: :0 Jan o Mar OApr .Me; OJun Jul Ags Arig~ Ketika ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/kompas-20090516-ari... · Un-tuk produk seharga 89 dollar, seperti Studio Devil,

..

"Tampilan produk saya m~ihsederhana,hanyatombolpemu-tar dan miskin dekorasi. Sayamalah dibuatkan desain deko--

rasi amplijie7 ~leh pengguna---asal Amerika Serikat," katanya.

Perkenalan

Proses perkenalan pun dimu-lai dengan mencobanya pada]?elangganstudio miliknya, Infi-nite Labs Studio, di kawasan Su-kasenang, Bandung. Produkitudia tawarkan pula kepada perso-nel band yang dikenalnya,seperti Rocket Rokers, The Sigit,dan 70's Orgasm Club.

Setelah yakin produk ini ,bisadigunakan secara massal, ia lan-tas mempromosikannya melaluihttp://aradaz.blogspot.com.Awalnya, produk itu dia tawar-kan sekadar iseng, tak terpikirmengambil keuntungan.

Alasannya, pengetahuanpembuatan produk itu banyakdia dapatkan gratis dari inter-net. Ia mendapat sekitar 100dollar AS per bulan untuk iklanyang terpampang di halamanblog-nya.

Seiring waktu, web pribadi-nya pun banyak dikunjungiorang. Kunjungan rutin sekitar~ooo fer ~ul~ <!..an-2:~ dar2-

20.000 orang telah mengunduhhasil karyanya. Selain Indonesia,mereka umumnya berasal dariJepang, Italia, dan AS.

Pengakuan pada karyanyaberlanjut. Seorang musisi asalBulgaria, Dimitar Nalbantov,mengaku berhasil membuat al-bum dengan audio plug-in tipeCrunch dan Green.

Majalah musik Jepang, DTM,dalam kurun 2008-2009 mere-komendasikan Aradaz VSTPlug-in sebagai produk berkua-litas. Tahun 2008 rekomendasiserupa juga diberikan majalahSpanyol, Cutway Guitar Maga-zine.

Namun, Arie belum puas. Iaingin membuat audio plug-inyang lebih bagus. Dia mengajakternan sepermainannya. Dia di-bantu Rendy Bez (30), desainertampilan pengguna antarmuka(graphical user interface desig-ner); desainer situs, Adhit (30),yang bertanggung jawab mela-kukan tes produk (beta tester),bagian pelanggan, dan penatasuara; serta Grahadea (26) se-bagai manajer proyek sekaligus

pengelola situs. Di sini Arieberperan sebagai pembuat prog-ram sekaligus penganalisis sis-tern.

Untuk karya komersialnyaitu, ia menjanjikan audio plug-indengan variasi dan pilihan lebihbanyak. Produk unggulannyaberupa virtual guitar amplijierbeserta berbagai cabinet danmicrophone simulator. Ia jugamembuat perangkat lunakmaximizer yang berfungsi me-maksimalkansuara dalam pro-ses mastering.

Mengenai harga produknyaitu, Arie berharap bisa bersaingdengan perangkat lunak yangditawarkan perusahaan komer-sial asing. "Target kami, lebihdari 5.000 orang akan membeliproduk yang barn itu," katanya.

Di sisi lain, Arie tak inginseperti kacang lupa pada kulit-nya. Ia menjanjikan masih adaaudio plug-in yang bisa diunduhgratis. Dia ingin semua orangberkesempatan menikmati hasilkaryanya, terutama untuk me-ngembangkan bakat bermusiksiapa saja.