senin, 20 desember 2010 i media indonesia beralihnya ... · berapa tanaman pala wija. namun,...

1
Merapi. Mereka berdomisili tak jauh dari kawasan Kali Putih. Untuk mencukupi kebutuh- an hidup sehari-hari, mereka terpaksa mencari batu-batuan. Lahan pertanian mereka telah hancur tertutup debu vulkanik letusan Merapi beberapa waktu lalu. “Daripada di rumah tidak ada yang dilakukan, tanaman padi saya di sawah juga sudah hancur, mau bagaimana lagi untuk mencari nafkah buat ke- luarga?” ujar Yanto, 40, seorang pencari batu. Pertanian hancur Sebelumnya, warga Desa Ju- moyo, Kecamatan Salam, Kabu- paten Magelang, ini bekerja se- bagai petani. Ia memiliki lahan seluas 0,5 hektare di daerahnya untuk ditanami padi dan be- berapa tanaman palawija. Namun, semuanya telah hancur tersiram hujan abu se- jak erupsi Merapi pada 26 Oktober. Hingga akhir November, Yanto dan warga lainnya meng- ungsi di daerah Mungkid, Kabupaten Magelang. Mereka baru kembali ke rumahnya awal Desember lalu. Karena kesulitan ekonomi semenjak kembali dari tempat pengungsian, Yanto dan warga daerah itu memutuskan men- cari batu dari material vulkanis Merapi yang terbawa aliran sungai saat terjadi banjir lahar dingin di sekitar Kali Putih. Lagi pula, katanya, belakang- an kerap terjadi banjir lahar dingin akibat turun hujan di kawasan puncak Merapi. Ka- Beralihnya Petani Menjadi Pencari Batu Kali Putih penuh tumpukan material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi yang larut saat banjir lahar dingin. Tosiani rena itu, Yanto beranggapan, da ripada bencana sekunder erupsi gunung itu membuat ta kut warga sekitar, ia dan warga lainnya berinisiatif me- manfaatkan material vulkanis itu untuk dijual. Dengan be- gitu, bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga warga eks pengungsi. “Kalau terus-menerus meng- harap dan mengandalkan ban- E MPAT lela ki men- cangkul. Tidak lama kemudian, salah sa- tu di antara mereka membungkuk mengambil lem- pengan batu berukuran besar. Dengan sigap mereka menyi- sihkan pasir yang menutup ba- tuan tersebut, lalu menggotong ke tepi kawasan Kali Putih, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, kemarin. Makin siang, mereka terlihat tetap bersemangat, meski kulit mereka terbakar terik matahari. Sesekali terdengar gurauan yang menimbulkan tawa pen- cari batu lain yang menggema di kawasan kali. Peluh di dahi dan leher pun diusap dengan ujung kaus. Setelahnya, mereka beranjak ke sisi lain bagian sungai yang penuh tumpukan material vul- kanik hasil erupsi Gunung Me- rapi yang larut saat banjir lahar dingin beberapa waktu lalu. Jika mendapat batuan, me- re ka mengangkutnya untuk dikumpulkan dalam sebuah gerobak. Di sisi lain, puluhan lelaki me lakukan hal yang sama, menggaruk pasir untuk men- cari batuan besar. Batu-batu yang mereka dapat nantinya dijual untuk bahan baku pembuatan tegel. Sejum- lah toko tegel di wilayah Mage- lang siap menampung batuan yang mereka kumpulkan. Puluhan lelaki itu kebanyak- an merupakan warga eks peng- ungsi korban letusan Gunung MI/TOSIANI MENCARI BATU: Warga korban erupsi Gunung Merapi mencari batu di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kemarin. Batu-batu tersebut nantinya dijual dengan harga Rp5.000/batu. tuan dari pemerintah dan para dermawan jelas tidak mungkin. Sementara itu, bekal berupa bahan makanan yang dibawa dari tempat pengungsian juga telah habis. Maka dari itu, kami mencari batu saja,” tambah Jo- yo, 50, pencari batu lainnya. Batuan yang mereka cari haruslah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pihak pembeli, yakni produsen tegel. Ukuran- nya sekitar 30x40 cm. Untuk sa tu batu yang didapatnya, kata Joyo, dihargai Rp5.000 oleh toko tegel. “Dalam sehari, paling banter saya hanya mampu mengum- pulkan sekitar 10 tegel. Tiap tegel dijual Rp5.000. Lumayan bisa untuk makan saya, istri, dan tiga anak saya setiap hari- nya,” kata Joyo. Kendati hasil dari bekerja Nusantara | 7 SENIN, 20 DESEMBER 2010 I MEDIA INDONESIA mencari batu tidak cukup ba- nyak, Joyo mengaku lebih se- nang karena ada pekerjaan. “Rasanya seperti ada harap- an lagi. Soalnya dari kemarin- kemarin susah, pekerjaan tidak ada, makanan juga tidak ada. Sekarang merasa lega karena ada penghasilan.” (N-1) tosiani @mediaindonesia.com Tanaman padi hancur, mau bagaimana lagi untuk mencari nafkah keluarga?” Yanto Seorang pencari batu

Upload: others

Post on 09-Sep-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SENIN, 20 DESEMBER 2010 I MEDIA INDONESIA Beralihnya ... · berapa tanaman pala wija. Namun, semuanya telah han cur tersiram hujan abu se-jak erupsi Merapi pada 26 Oktober. Hingga

Merapi. Mereka berdomisili tak jauh dari kawasan Kali Putih.

Untuk mencukupi kebu tuh-an hidup sehari-hari, me reka terpaksa mencari batu-ba tuan. Lahan pertanian mereka telah hancur tertutup debu vul kanik letusan Merapi beberapa waktu lalu.

“Daripada di rumah tidak ada yang dilakukan, tanaman padi saya di sawah juga sudah hancur, mau bagaimana lagi un tuk mencari nafkah buat ke-luarga?” ujar Yanto, 40, seorang pencari batu.

Pertanian hancurSebelumnya, warga Desa Ju-

moyo, Kecamatan Salam, Ka bu-paten Magelang, ini bekerja se-bagai petani. Ia memiliki la han seluas 0,5 hektare di dae rahnya untuk ditanami padi dan be-berapa tanaman pala wija.

Namun, semuanya telah han cur tersiram hujan abu se-jak erupsi Merapi pada 26 Oktober.

Hingga akhir November, Yanto dan warga lainnya meng-ungsi di daerah Mungkid, Ka bupaten Magelang. Mereka baru kembali ke rumahnya awal Desember lalu.

Karena kesulitan ekonomi semenjak kembali dari tempat pengungsian, Yanto dan warga daerah itu memutuskan men-cari batu dari material vulkanis Merapi yang terbawa aliran sungai saat terjadi banjir lahar dingin di sekitar Kali Putih.

Lagi pula, katanya, belakang-an kerap terjadi banjir lahar dingin akibat turun hujan di kawasan puncak Merapi. Ka-

Beralihnya Petani Menjadi Pencari BatuKali Putih penuh tumpukan material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi yang larut saat banjir lahar dingin.

Tosiani

rena itu, Yanto beranggapan, da ripada bencana sekunder erupsi gunung itu membuat ta kut warga sekitar, ia dan war ga lainnya berinisiatif me-manfaatkan material vulkanis itu untuk dijual. Dengan be-gitu, bisa memenuhi kebu tuh an ekonomi keluarga warga eks pengungsi.

“Kalau terus-menerus meng-harap dan mengandalkan ban-

EMPAT lela ki men- cang kul. Ti dak la ma ke mu dia n, sa lah sa-tu di antara me re ka

mem bungkuk mengambil lem-pengan batu berukuran besar.

Dengan sigap mereka menyi-sihkan pasir yang menutup ba-tu an tersebut, lalu menggotong ke tepi kawasan Kali Putih, Ka bupaten Temanggung, Jawa Tengah, kemarin.

Makin siang, mereka terlihat tetap bersemangat, meski kulit mereka terbakar terik matahari. Sesekali terdengar gurauan yang menimbulkan tawa pen-ca ri batu lain yang menggema di kawasan kali.

Peluh di dahi dan leher pun diusap dengan ujung kaus.

Setelahnya, mereka beranjak ke sisi lain bagian sungai yang penuh tumpukan material vul-kanik hasil erupsi Gunung Me-rapi yang larut saat banjir lahar dingin beberapa waktu lalu.

Jika mendapat batuan, me-re ka mengangkutnya untuk di kum pulkan dalam sebuah ge ro bak.

Di sisi lain, puluhan lelaki me lakukan hal yang sama, meng garuk pasir untuk men-ca ri batuan besar.

Batu-batu yang mereka dapat nantinya dijual untuk bahan baku pembuatan tegel. Sejum-lah toko tegel di wilayah Mage-lang siap menampung batuan yang mereka kumpulkan.

Puluhan lelaki itu keba nyak-an merupakan warga eks peng-ungsi korban letusan Gunung

MI/TOSIANI

MENCARI BATU: Warga korban erupsi Gunung Merapi mencari batu di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kemarin. Batu-batu tersebut nantinya dijual dengan harga Rp5.000/batu.

tuan dari pemerintah dan para dermawan jelas tidak mungkin. Sementara itu, bekal berupa bahan makanan yang dibawa dari tempat pengungsian juga telah habis. Maka dari itu, kami mencari batu saja,” tambah Jo-yo, 50, pencari batu lainnya.

Batuan yang mereka cari haruslah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan pihak pembeli, yakni produsen tegel. Ukuran-

nya sekitar 30x40 cm. Untuk sa tu batu yang didapatnya, kata Joyo, dihargai Rp5.000 oleh toko tegel.

“Dalam sehari, paling banter saya hanya mampu mengum-pulkan sekitar 10 tegel. Tiap tegel dijual Rp5.000. Lumayan bisa untuk makan saya, istri, dan tiga anak saya setiap hari-nya,” kata Joyo.

Kendati hasil dari bekerja

Nusantara | 7SENIN, 20 DESEMBER 2010 I MEDIA INDONESIA

men cari batu tidak cukup ba-nyak, Joyo mengaku lebih se-nang karena ada pekerjaan.

“Rasanya seperti ada ha rap-an lagi. Soalnya dari ke marin-kemarin susah, peker ja an tidak ada, makanan juga ti dak ada. Sekarang merasa lega karena ada penghasilan.” (N-1)

[email protected]

“Tanaman padi hancur, mau bagaimana lagi un tuk mencari nafkah ke luarga?”YantoSeorang pencari batu