seni kontemporer kel.3
TRANSCRIPT
Seni rupa kontemper
indonesia
A. Defenisi seni kontemporer
Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh
dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau
lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang
sama atau saat ini; jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak
terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman
sekarang atau sebuah pembebasan secara konsep dan visual dari
batasan2 yang ada dalam banyak genre dan isme seni lukis yang kita
kenal sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara
tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya
lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan
tarian, lebih kreatif dan modern.
Istilah kontemporer (berasal dari bahasa Inggris contemporary) dalam
seni rupa dipakai untuk menamai kecenderungan yang berkembang
pada masa mutakhir atau sezaman. Artinya, seni rupa kontemporer
memperlihatkan kecenderungan (trend) yang umum terjadi pada
waktu yang bersamaan dan masih merupakan bagian perkembangan
seni rupa modern yang rentangan waktunya panjang. Pada sisi lain
ada pula yang berpendapat bahwa seni rupa kontemporer justru
menentang dan menyimpang dari kebiasaan seni rupa modern.
Kata “kontemporer” yang berasal dari kata “co” (bersama) dan
“tempo” (waktu).sedangkan menurut pandangan Yasraf Amir Piliang,
pemerhati seni, pengertian seni kontemporer adalah seni yang dibuat
masa kini, jadi berkaitan dengan waktu. Jadi dapat di artikan bahwa
seni kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan
situasi waktu yang sedang dilalui. Secara awam seni kontemporer bisa
diartikan sebagai berikut:
1. Tiadanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya
batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari,
musik, anarki, omong kosong, hingga aksi politik.
2. Punya gairah dan nafsu "moralistik" yang berkaitan dengan
matra sosial dan politik sebagai tesis.
3. Seni yang cenderung diminati media massa untuk dijadikan
komoditas pewacanaan, sebagai aktualitas berita yang
fashionable.
B. Perkembangan seni kontemporer Indonesia
Dalam seni rupa Indonesia, istilah kontemporer muncul awal 70-an,
ketika Gregorius Sidharta menggunakan istilah kontemporer untuk
menamai pameran seni patung pada waktu itu. Suwarno Wisetrotomo,
seorang pengamat seni rupa, berpendapat bahwa seni rupa
kontemporer pada konsep dasar adalah upaya pembebasan dari
kontrak-kontrak penilaian yang sudah baku atau mungkin dianggap
usang.
Konsep modernisasi telah merambah semua bidang seni ke arah
kontemporer ini. Paling menyolok terlihat di bidang tari dan seni lukis.
Seni tari tradisional mulai tersisih dari acara-acara televisi dan hanya
ada di acara yang bersifat upacara atau seremonial saja.
Lukisan kontemporer semakin melejit seiring dengan meningkatnya
konsep hunian minimalis, terutama di kota-kota besar. Seperti
diungkapkan oleh seniman lukis kontemporer Saptoadi Nugroho dari
galeri Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta, "Lukisan kontemporer
semakin diminati seiring dengan merebaknya konsep perumahan
minimalis terutama di kota-kota besar. Akan sulit diterima bila kita
memasang lukisan pemandangan, misalnya sedangkan interior
ruangannya berkonsep modern."[2]
Pendapat lain dari Yustiono, staf pengajar FSRD ITB, melihat bahwa
seni rupa kontemporer di Indonesia tidak lepas dari pecahnya isu
posmodernisme (akhir 1993 dan awal 1994), yang menyulut
perdebatan dan perbincangan luas baik di seminar-seminar maupun di
media massa pada waktu itu.
C. Macam – macam seni yang mengandung seni
kontemporer
1. Seni Lingkungan
Pada pertumbuhan seni rupa kontemporer di pertengahan tahun
1960an hingga 1970an ada kecenderungan para perupa untuk
memanfaatkan lingkungan alam sebagai bagian atau bahkan inti dari
karya seni yang digagasnya. Mereka mengusung dua tujuan utama,
yakni penolakan atas komersialisasi seni dan mendukung gerakan
cinta lingkungan. Nama yang diberikan kepada konsep seni yang
melibatkan alam ini adalah Seni Lingkungan.
Perupa Indonesia Teguh Ostenrik pernah membuat sebuah piramid
dari sampah plastik yang dipadatkan sebagai keprihatinannya pada
masalah sampah di negara kita. Hal yang
lain dilakukan Dadang Christanto dengan karyanya berjudul 1001
Manusia Tanah dengan isi menggugat persoalan tanah. Seribu patung
fiberglass (serat kaca) diletakkan di pinggir pantai Marina, Ancol dan
dirinya sebagi satu patung bergerak.
2. Seni Rupa Pertunjukan
Seni Rupa Pertunjukan atau Performance Art mulai berkembang pada
akhir tahun 1960an dan bersifat mendunia. Istilah kecenderungan
dalam seni ini berkaitan dengan Body Art, Happenings, Actions, Fluxus,
dan Feminist Art. Konsep utama para perupanya adalah bahwa
diperlukan media ekspresi baru yang dapat memadukan aspek gerak
dan bunyi dengan aspek rupa. Elemen-elemen musik, tari, teater, dan
video pun turut membentuk cabang seni yang unik dan menganggap
peristiwa senilah yang paling utama dalam hal ini. Pada
pertunjukannya, aspek improvisasi yang teatrikal amat menguat
sehingga terkadang agak sulit dimengerti penonton. Bahkan ada
kalanya penonton pun dilibatkan sebagai bagian dari karya yang
dilangsungkan.
Di Indonesia, gejala yang sama muncul pula di kalangan perupa muda
yang tinggal di kota-kota besar. Ada yang mengangkat isu lingkungan
yang makin rusak seperti dilakukan Tisna Sanjaya; Yoyo Yogasmana
banyak mengeksplorasi tubuhnya; Nindityo Adipurnomo yang sering
mengangkat lambang tradisi Jawa; Nyoman Erawan yang berangkat
dari akar tradisi Bali; Arahmaiani dengan tanggapannya atas
globalisasi; dan perupa Iwan Wijono.
3. Seni Instalasi
Seni Instalasi (Installation) berkembang sejak tahun 1970an terutama
di Amerika Serikat dan juga Eropa.
Makna seni Instalasi erat terkait dengan lokasi di mana karya ini
dipasang sekaligus dipamerkan, baik di galeri biasa maupun di tempat
tertentu berdasarkan konsep sang perupa. Karya yang dipamerkan
umumnya tidak untuk dijual karena objeknya dapat berupa apa saja
seperti dengan memanfaatkan ribuan kertas yang disusun sedemikian
rupa di dalam sebuah ruangan sehingga mirip lingkungan di bawah air
atau dunia khayal.
Seni Instalasi juga tumbuh di Indonesia dan mula-mula muncul pada
saat Gerakan Seni Rupa Baru muncul pada tahun 1975. Saat itu ada
keinginan dari para perupa muda seperti FX Harsono, Hardi, B. Munni
Ardhi, Nyoman Nuarta, dan Jim Supangkat untuk menampilkan karya
yang tidak lagi tersekat seperti seni lukis, patung, atau desain. Pada
masa kini Seni Instalasi digiatkan oleh banyak perupa seperti Heri
Dono, Tisna Sanjaya, Dadang Christanto, Krisna Murti, Andar Manik,
dan Teguh Ostenrik. Tisna Sanjaya melalui Seni Instalasinya yang
berjudul “Pohon Tidak Tumbuh Tergesa” menanam seribu pohon
mahoni di Bandung dan Solo sebagai bentuk daya kritisnya selaku
perupa atas kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada
kelestarian lingkungan.
4. Seni Video
Istilah Seni Video merupakan terjemahan dari Video Art yang mulai
berkembang pada pertengahan tahun 1960an. Seni Video adalah
karya rekaman video yang dibuat oleh seorang perupa. Pengaruhnya
bersifat internasional, termasuk ke Indonesia.
Di Indonesia perupa Krisna Murti adalah salah seorang tokoh
penting seni baru ini. Pada praktiknya pula karya rekaman video
seni ini kadang menjadi elemen Seni Instalasi atau Seni Rupa
Pertunjukan.
Kecenderungan para perupa untuk memanfaatkan teknologi sebagai
media berekspresi melahirkan beragam bentuk seni rupa alternatif
yang inovatif atau baru sama sekali. Sebuah karya atau peristiwa
seni yang berlangsung di belahan dunia berbeda dapat dikunjungi
secara langsung (on-line) melalui layar monitor. Sebagai contoh,
Maki Ueda, seorang perupa kontemporer dari Jepang membuat
sebuah proyek seni “Hole in the Earth” hasil kerja sama dengan
mitranya di Belanda. Ueda menempatkan sebuah monitor dan
kamera di Pesantren Daarut Tauhid pimpinan Aa Gym di Bandung di
mana para pengunjung dapat berkomunikasi secara langsung
dengan siapapun yang kebetulan melakukan hal yang sama di
Rotterdam Belanda. Dengan begitu kontak antarmanusia kini tidak
lagi terbatasi ruang dan waktu.
D. Hal yang terkait dengan seni kontemporer
Ada istilah dalam dunia seni rupa yang disebut avant-garde yang
arti harfiahnya garda- depan. Istilah ini diberikan kepada
sekelompok perupa yang cenderung menentang kaidah dan
mengedepankan nilai-nilai kebaruan serta bersifat eksperimental.
Pembaharuan juga dilakukan pada berbagai aspek konsep, media,
teknik, tema, makna, tempat, dan waktu.
CONTOH SENI RUPA
KONTEMPORER
KARYA Robi Fathoni yang basis kreatif gambar (drawing)-nya begitu kuat mewarnai tiap
karyanya. (foto: kuss)
Tugas Kesenian
Seni Rupa Kontemporer Indonesia
Anggota Kelompok
Anita FadhilaRazil SukmaRuri Dwi Pari
Ryandhika R.FSyahrul MubarakYolanda Rahmi
Kelompok
III
SMA N I Bukittinggi