seni budaya

19
Sejarah gong GONG JAWA RAFFLES DIPAMERKAN DI "BRITISH MUSEUM" Selama 21 Mei hingga 12 Juli, "British Museum" memamerkan gong jawa koleksi Thomas Stamford Bingley Raffles (6 Juli 1781 - 5 Juli 1826). Koleksi itu diletakkan di Ruang 3, di sebelah kanan pintu masuk museum di kota London itu. Raffles merupakan negarawan ulung Inggris, pendiri kota Singapura, dan orang yang banyak terlibat dalam penaklukan Indonesia pada zaman kolonial. Penulis buku "History of Java" yang bercerita mengenai sejarah pulau Jawa di zaman purbakala itu kembali ke Inggris dengan membawa berbagai barang kesenian, terutama berupa gamelan. Alat musik gong merupakan salah satu koleksi dari beberapa alat musik yang dibawa Raffles pada awal 1800an setelah menghabiskan 20 tahun di Asia Tenggara dan bekerja untuk "East India Company". Koleksi Raffles itu, antara lain, berupa dua gong besar yang terbuat dari logam dengan penyangga kayu berukir gambar burung, naga, rusa, dan hewan lainnya. "Fokusnya memang pada gong itu," ujar kurator British Museum untuk Ruang 3 Dr Mark McDonald, akhir pekan lalu. Menurut dia, gong itu memiliki keunikan karena di tengah dua penyangganya terdapat patung kayu burung yang bergerak-gerak jika gong dipukul. Gamelan itu baru dua kali dipamerkan. Pameran gamelan koleksi Raffles yang disponsori The Asahi Shimbun itu dikunjungi banyak wisatawan mancanegara. Sejumlah pengunjung mengatakan tertarik pada gong itu, selain karena ukurannya yang besar juga keindahan penyangganya yang berukir. Seorang perempuan dari Perancis terlihat asyik memotret dua gong besar yang berada di tengah ruangan itu. "Boleh minta tolong photo saya didepan gong itu," ujar turis dari

Upload: anis-rita-pratiwi

Post on 07-Jul-2016

303 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

seni

TRANSCRIPT

Page 1: Seni Budaya

Sejarah gongGONG JAWA RAFFLES DIPAMERKAN DI "BRITISH MUSEUM"

Selama 21 Mei hingga 12 Juli, "British Museum" memamerkan gong jawa koleksi Thomas Stamford Bingley Raffles (6 Juli 1781 - 5 Juli 1826).

Koleksi itu diletakkan di Ruang 3, di sebelah kanan pintu masuk museum di kota London itu.

Raffles merupakan negarawan ulung Inggris, pendiri kota Singapura, dan orang yang banyak terlibat dalam penaklukan Indonesia pada zaman kolonial.

Penulis buku "History of Java" yang bercerita mengenai sejarah pulau Jawa di zaman purbakala itu kembali ke Inggris dengan membawa berbagai barang kesenian, terutama berupa gamelan.

Alat musik gong merupakan salah satu koleksi dari beberapa alat musik yang dibawa Raffles pada awal 1800an setelah menghabiskan 20 tahun di Asia Tenggara dan bekerja untuk "East India Company".

Koleksi Raffles itu, antara lain, berupa dua gong besar yang terbuat dari logam dengan penyangga kayu berukir gambar burung, naga, rusa, dan hewan lainnya. "Fokusnya memang pada gong itu," ujar kurator British Museum untuk Ruang 3 Dr Mark McDonald, akhir pekan lalu.

Menurut dia, gong itu memiliki keunikan karena di tengah dua penyangganya terdapat patung kayu burung yang bergerak-gerak jika gong dipukul. Gamelan itu baru dua kali dipamerkan.

Pameran gamelan koleksi Raffles yang disponsori The Asahi Shimbun itu dikunjungi banyak wisatawan mancanegara.

Sejumlah pengunjung mengatakan tertarik pada gong itu, selain karena ukurannya yang besar juga keindahan penyangganya yang berukir.

Seorang perempuan dari Perancis terlihat asyik memotret dua gong besar yang berada di tengah ruangan itu.

"Boleh minta tolong photo saya didepan gong itu," ujar turis dari Perancis.

Di ruang itu juga dipamerkan berbagai informasi dan gambar pemain gamelan serta penari dengan ukuran besar, juga photo Raffles dengan beberapa koleksi gamelannya.

Menurut kuraor, dari prasasti diketahui penyangga gong itu merupakan bagian dari alat musik gamelan yang digunakan untuk mengiringi upacara, perayaan, tari, dan pertunjukkan wayang kulit.

Saat ini gamelan tidak saja ditampilkan dalam acara keagamaan tetapi juga makin populer di seluruh dunia.

Komposer Claude Debussy, Bela Bartok, John Cage, Philip Glass dan Lou Harrison dan penyanyi Bjork memsukan unsur gamelan dalam karya mereka.

British Museum

Page 2: Seni Budaya

British Museum London merupakan salah satu museum terbesar dan terpenting dalam sejarah dan budaya manusia di dunia, memiliki koleksi lebih dari tujuh juta benda dari seluruh benua.

Semuanya menggambarkan dan mendokumentasikan sejarah budaya manusia dari awal hingga kini, di antaranya terdapat koleksi dari dunia Islam, zaman renaissance, serta Eropa dan Amerika moderen.

British Museum didirikan pada 1753, sebagian besar didasarkan pada koleksi dari dokter dan ilmuwan Sir Hans Sloane.

Selama dua setengah abad, British Museum melakukan perluasan, seperti dibentuknya lembaga British Museum of Natural History di South Kensington pada 1887.

Museum di Inggris merupakan lembagan non-departemen yang disponsori Departemen Kebudayaan, Media, dan Olahraga. Semua museum nasional dan galeri seni di Inggris tidak mengutip dana dari pengunjung.

Banyak turis asing mengabiskan waktu di British Musem, mereka menyaksikan benda bersejarah dan juga mengelar berbagai macam kegiatan, seperti pergelaran gamelan dan tari jawa yang merupakan rangkaian dari pameran koleksi Raffles.

Dubes RI untuk Kerajaan Inggris Raya dan Republik Irlandia Yuri Thamrin menyampaikan penghargaannya kepada British Musuem yang memprakasai pameran dan kesenian berupa penampilan musik gamelan.

Menurut Dubes, musik gamelan adalah salah satu elemen dari warisan budaya Indonesia yang unik seperti halnya peradaban dunia.

Di Indonesia khususnya di Jawa, kata dia, gamelan memiliki tempat khusus dan merupakan warisan dari Kerajaan Yogyakarta dan Surakarta lebih dari seribu tahun.

Menurut Dubes, hampir 200 tahun yang lalu, alat musik gamelan diserahkan ke Inggris dan dibawa Raffles yang pernah menjadi Gubernur Jawa.

Kurator British Museum untuk Departemen Asia Jan Stuart mengatakan, pergelaran musik gamelan dan tarian itu mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata khususnya dari Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Sapta Nirwandar.

Ribuan Pameran gamelan itu tidak lepas dari peran Kesty Pringgoharjono dari PT Preserve Indonesia yang bertujuan melestarikan dan mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri.

Menurut Kesty, sekitar tiga tahun lalu setelah peluncuran buku Centhini di London, yang ditulisnya kembali dalam bahasa Inggris, Kesty berjumpa dengan kurator dari British Museum dan bertanya mengenai koleksi Indonesia yang dimiliki British Museum.

Ternyata koleksi itu mencapai ribuan jumlahnya, kata dia, tapi kebanyakan tidak pernah dipamerkan dan hanya disimpen di gudang.

Salah satu koleksi asal Indonesia yang ada digudang itu koleksi Raffles.

Menurut Kesty, British Museum melihat jauh lebih menarik memamerkan koleksi Mesir, Persia, China, India, dan Eropa.

"Kalau bisa dibilang, artefak Indonesia bukan merupakan prioritas mereka, apalagi kalau dilihat dari sejarah," ujarnya.

Namun, setiap berjumpa kurator dari British Musuem, Kesty tidak bosan mengingatkan tentang

Page 3: Seni Budaya

pameran koleksi dari Indonesia di British Museum dan tidak hanya disimpan di gudang.

"Saya tidak menyerah meskipun awalnya tidak ada dukungan dari pemerintah, saya terus melakukan pendekatan ke British Museum dan baru 2009 ini British Muesum memamerkan 'Gong Gede' milik Raffles sekalian dengan pertunjukan gamelan," katanya.

Menurut dia, meskipun masih dengan skala kecil, paling tidak Indonesia ada gaungnya di British Museum. (U.Zeynita Gibbons)***5***Sebab-sebab

Asal mula GONG diletakkan menggantung.

Anak muda sekarang sudah banyak yang tidak mengetahui apalagi memahami mengenai sejarah budaya bangsa. Perkembangan jaman selalu disalah artikan untuk melupakan budaya warisan leluluhur yang seharusnya dijaga serta dilestarikan sepanjang masa. Oleh karena itu saya berusaha untuk menceritakan kembali sedikit mengenai sejarah budaya warisan nenek moyang. Semoga bisa memberikan sedikit pencerahan bagi orang-orang yang mau memahami dan melestarikannya.

Gong merupakan salah satu alat musik asli warisan nenek moyang Indonesia, disetiap pelosok daerah dan suku-suku asli banyak dijumpai alat ini. Alat ini juga ditemukan dibeberapa negara, tetapi fungsinya sangat banyak diketemukan di Indonesia, oleh karena itulah Gong diyakini ASLI berasal dari Nenek Moyang Indonesia.

Rata-rata bentuk dan bahan Gong sama, yaitu terbuat dari logam berbentuk bundar dan ada tonjolan ditengahnya. Sedangkan fungsi ditiap suku sangat beragam. Di kalimantan ditemui sebuah tarian yang memakai alat ini sebagai pijakan. Sedangkan di Jawa, rata-rata alat ini merupakan salah satu dari alat Gamelan sebagai pengiring tarian atau kesenian wayang. Sebagai alat gamelan dan sebagai alat satuan yg berdiri sendiri, alat ini diletakkan menggantung pada sebuah kayu yang biasanya berukiran Nagaraja.

Ada sebuah cerita mengapa Gong di jawa ditaruh menggantung, bukan ditaruh dibawah seperti diketemukan didaerah Kalimantan. Dahulu kala pertunjukan wayang di Jawa diadakan minimal sehari semalam dalam mengiringi beberapa acara. Semakin tinggi derajat orang yang mempunyai hajat, biasanya semakin lama pertunjukan wayang diadakan.

Suatu waktu karena lelah manggung sehari semalam tanpa henti dan masih dilanjutkan pada hari berikutnya, seorang waranggana (penyanyi dalam group gamelan) yang sangat montok tertidur tepat disebelah Gong. Kebetulan pemukul gong saat itu juga agak sedikit mengantuk. Akhirnya pada suatu waktu ketukan Gong akan dipukul, situkang tadi terpeleset dan salah memukul (ma’af) bukit kembar mbak waranggana yang sedang tertidur disebelahnya.

Pertunjukan wayang sempat berhenti beberapa saat karena ada suara aneh pada ketukan tersebut. Yang mana seharusnya bunyi ketukan saat itu adalah berbunyi “GONG”, tetapi saat itu walhasil bunyi yg terdengar adalah “TUK….ADUHH”. Sang Dalang melirik pemain gamelan dan mencari tahu apa yang sudah terjadi. Ooooaaalllaaahhhhhhh, ternyata si tukang gong salah memukul. Akibat insiden kecil ini sang waranggana jadi terbangun dan sedikit meringis kesakitan sambil mengelus dadanya yang terpukul. Sedangkan pemukul gong disuruh kebelakang untuk mencuci muka serta meminum kopi agar tidak ngantuk.

Sang Dalang akhirnya mempunya ide untuk menggantungkan saja Gong tersebut, hal ini dikarenakan agar dilain hari tidak ada kejadian serupa yang sedikit menggelikan serta memalukan ini. Oleh karena itulah, semenjak saat itu, kenapa alat gamelan GONG diletakkan menggantung.

Page 4: Seni Budaya

Demikian cerita yang saya dengar dan saya baca dari orang yang gak jelas serta dari sumber yang tidak jelas pula. Semoga tulisan ini TIDAK dijadikan acuan sebagai garapan skripsi, disertasi, dan ajaran disekolah-sekolah lainnya. Apabila dipakaipun, itu adalah salah sampean sendiri bukan salah saya.

Terimakasih, Wassalam.

Gamelan, Orkestra a la JawaGamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa menikmati versi aslinya.

Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.

Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.

Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.

Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai sebuah

Page 5: Seni Budaya

pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.

Contoh-contoh

Maskot Bantul Ekspo, Gong Golong Gilig Simbol Semangat Persatuan

Gong besar berdiameter 6,3 m sebagai maskot Bantul Ekpo Tahun 2008 buatan perajin gamelan Poniman ( 52 ) dari Kalinongko, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul yang kini telah terpasang di komplek Pasar Seni Gabusan Jl. Parangtritis Km.9,5. Menurut Kepala Kantor Humas Kabupaten Bantul yang juga Ketua Panitia Bantul Ekspo Tahun 2008, Drs. Bambang Legowo, MSi mestinya tidak hanya dilihat semata-mata dari besarnya saja namun yang lebh dari itu adalah makna yang ada di baliknya.

Sebagai salah satu elemen dari alat musik gamelan maka gong adalah sebagai tanda pembuka serta penutup dari suatu gendhing (lagu), sehingga secara seremonial sering digunakan pula dalam pembukaan maupun penutupan suatu acara tertentu. Dalam satu rangkaian alat musik gamelan, selain gong ada alat musik yang mirip gong namun lebih kecil yang dinamakan kempul. Secara filosofi kempul berasal dari kata kumpul atau bersatu kembali untuk besama-sama memasuki harapan atau babak baru dalam kehidupan.

Bagi masyarakat Kabupaten Bantul yang tertimpa musibah gempa bumi tangal 27 Mei 2006 dengan memakan banyak korban jiwa dan harta benda, dalam waktu dua tahun telah berhasil melewati masa tanggap darurat, rehabilitasi rekosntruksi serta rekonsiliasi ( rukun kembali ) untuk bangkit menatap masa depan yang lebih baik dilandasi semangat besarnya kebersamaan, kegotong royongan, kemandirin dan nilai-nilai kearifan lokal seperti guyup rukun, gumregut serta jiwa yang golong gilig ( menyatu ) dalam tekad.

"Gong besar sebagai simbol dari besarnya semangat persatuan dan kebersamaan masyarakat Bantul itu sehingga diharapkan akan berhasil memecahkan rekor MURI yang akan diserahkan pada tanggal 1 Agustus 3008 pukul 14.00 saat pembukaan Bantul Ekspo Tahun oleh Gubernur DIY," jelas Drs. Bambang Legowo, MSi

Even tahunan Bantul Ekspo yang akan berlangsung dari tangal 1-11 Agustus 2008, selain telah menjadi media promosi berbagai produk industri kerajinan unggulan bagi masyarakat Bantul juga diikuti oleh berbagai pengusaha dari luar Bantul.

Gong warning alat musik tradisional sikkaSeni musik juga senyawa dengan seni suara.Bunyi dan suara adalah dua kepingan yang menjadi satu didalam seni musik.Selanjutnya seni suara atau nyanyian adalah lanjutan perkembangan dari doa-doa bernada deklamasi.Dan doa-doa bernada primitif yang berdeklamasi bertekanan keras dan lembut adalah doa yang pantas bagi Tuhan.Dan bila doa-doa bertekanan itu diberi alat bantu perkusi/pukul,tiup/argofon maka lahirlah sebuah seni suara/nyanyian bernada,bertonasi teratur dengan ritmis yang melodis.Ini sebuah seni musik.

Mahillon,seorang pakar dari Barat memberi Indonesia dalam dua kawasan yang mengutamakan gong-music with a gong culture dan kawasan musik sinetik.Dan Kurt Pahlen menegaskan bahwa manusia primitf itu tidak memiliki kata-kata setiap hari dalam pengungkapan perasaan melainkan melalui bunyi dan suara.

Merujuk rumusan para ahli demikian,musik Sikka-Krowe (salah satu suku di Kab.Sikka) dikuasai alat pukul/perkusi yang disebut gong-waning.Gong adalah perkusi,waning adalah alat pukul kulit

Page 6: Seni Budaya

atai membrafon.Kawasan berbudaya gong-music with a gong culture.

Dalam gelar musik dan peralatannya,orang Sikka-Krowe mengenal alat musik tradisional: alat pukul/perkusi/diofon;alat pukul kulit/membrafon;alat tiup/agrofon;alat petik/dawai/kordofon dan alat gesek.

1. Alat pukul/perkusi/diofon- Gong =8 buah gong dari seng/gengseng(inan 2,anak 2,depon 1,udon 1,beit 1,lepeng 1)

- Gong tana/Sina ratu gong =Semacam Gong purba terdiri dari bledonan,halengan dan tetolon.

- Lago Ukar = Letor =Semacam xylophone kayu,bambu

- Tereng =Potongasn bambu ruas

- Saun/peli wikir =Alat belahan bambu

- Korak =Alat pukul tempurung

2. Alat pukul kulit/membrafon-Waning/Gedang =Gendang kulit(waning inan dan waning anak)

-Gedang Sora =Gendang pendek untuk sora/nyanyi

-Gedang Leke =Gendang sedang untuk tandak leke

-Genda =Gendang bulat/tambur

3. Alat Tiup/agrofon =-Klekor =Suling bambu (Klekor hawuan,klekor riwun)

-Klekor Lero =Klarinet Bambu

-Feko =Suling Bambu

-Hego/Ego =Semacam senar bambu yang dibunyikan melalui mulut

4. Alat Petik/Dawai/kordofon =-Hitek/Werit =Semacam gitar bambu

-Sato =Semacam Okulele bambu

5. Alat Gesek =

Page 7: Seni Budaya

-Rorembeka =Semacam biola..

Demikian,ternyata di Kabupaten Sikka setiap suku memiliki budaya dan keragaman alat seni musik tradisional yang luar biasa.Setiap generasi di berbagai suku di Sikka tetap melestarikan seni budaya mereka sampai dengan sekarang ini.

Alat Musik Tradisional yang Terlupakan Pada saat dijumpai di halaman depan Taman Budaya Pontianak, ia sedang memainkan alat musik tradisional. Di Taman Budaya, ia mengikuti bazar musik.

Kristian berasal dari Sanggau Kapuas. Ia membuat usaha tersebut, sejak 1986. Alat yang dijualnya seperti, Gong, Geromong, Ketawa, Gong Bone, Gong Tama, dan Sobang atau lebih dikenal dengan Bedug.

Banyak sanggar di Kalimantan Barat, memesan peralatan darinya. Peralatan itu digunakan untuk mengiringi seni tari. Harga satu set peralatan dijual Rp 10 juta. Kalau konsumen membeli eceran, harganya Rp 2 juta. Keuntungan yang didapat kecil, dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

"Selain di Kalbar, juga menerima pesanan dari Sarawak Malaysia, karena terlalu sibuk dengan mengikuti pameran ini, dan keterbatasan kayu yang berkualitas maka pesanan dibatasi," kata Kristian.

Dia hanya melayani pemesanan dari Kalbar saja, pada 2009, sudah ada empat set alat yang dipesan. Uang yang didapat sebanyak Rp 40 juta. Ia merasa yang menjadi kendala adalah, kurangnya tenaga ahli yang bisa membuat kerajinan ini. Modal mencari kayu berkualitas sangat sulit, dan sarana infrastruktur yang ada.

Sambil pulang kampung, dia memanfaatkan untuk mencari bahan baku yang akan diolah untuk peralatan musik. Sekarang ini, daya beli masyarakat membeli alat musik tradisional sangat sedikit.

Dalam membuat alat musik, ada beberapa warna dibuat. Warna untuk alat musik mewakili semua etnik di Kalbar. Seperti merah, kuning, putih dan hitam. Selama ini, untuk melestarikan alat musik, belum ada kerjasama dengan instansi terkait. Seperti Dinas Pariwisata, sebenarnya dengan alat musik tradisional bisa mendatangkan para turis untuk datang.

"Selama ini setiap mengikuti pameran, saya menggunakan uang sendiri, agar alat-alat ini bisa banyak dikenal oleh masyarakat luas," katanya.

Pelayanan yang diberikan untuk konsumen, apabila ada kerusakan, maka alat tersebut bisa dikembalikan dan diantar kembali. Ongkos angkutan dia yang membayar.

Rencananya, ia mau mengambil anak yang putus sekolah atau dari SD, dan akan dilatih membuat peralatan musik dan menyetel ritme gong. "Takutnya setelah saya tidak ada lagi di dunia, bisa diteruskan sama anak didiknya, agar alat dan musik ini terus ada dan berkembang," katanya.

Pemerintah untuk mendukung dan membiayai operasional, memberikan wadah atau tempat. Kalau hanya mengharapkan tempat yang sekarang, akan menganggu tetangga lainnya. Karena pada saat membuat alat musik, suara dari alat cukup berisik bagi lingkungannya.

Ia telah banyak mendengar dari turis yang datang berkunjung, bahwa letak Kalbar sangat strategis. Tapi sangat disayangkan, sarana infrastruktur tidak dibangun, sehingga menghambat mereka, untuk melakukan perjalanan wisata.

Padahal banyak tempat wisata yang bisa dijadikan objek pariwisata Kalbar. "Selama ini belum bisa dirasakan, karena keterbatasan sarana, ini merupakan aset jangka panjang untuk pemerintah,"

Page 8: Seni Budaya

ujarnya.

APAKAH ALAT MUSIK ANGKLUNG, ANGKLUNG PENTATONIS DAN ANGKLUNG PADAENG? APAKAH ALAT MUSIK ANGKLUNG ITU?

Angklung adalah alat musik terbuat dari bambu, dimainkan dengan cara digetarkan dan satu alat menghasilkan satu nada. Termasuk dalam kategori alat musik idiophone

Sound: sound alat musik angklung

APAKAH ANGKLUNG PENTATONIS?

Angklung pentatonis adalah angklung dari masyarakat Sunda (dan dari daerah lainnya di Indonesia), dan dimainkan dengan lima nada tradisional, sehingga disebut pentatonis (5 nada), antara lain: pelog, salendro, madenda.

Sound: sound untaian nada da-mi-na-ti-la-da : Pelog Sound: sound untaian nada da-mi-na-ti-la-da : Salendro Sound: sound untaian nada da-mi-na-ti-la-da : Madenda

Sound: sound lagu pentatonis

APAKAH ANGKLUNG PADAENG?

Bapak Angklung Diatonis Daeng Sutigna, pada tahun 1937 mulai membuat angklung yang bertangganada diatonis (tepatnya diatonis kromatis), sehingga jumlah nadanya menjadi 7 buah seperti halnya alat musik dunia lainnya (misal piano, organ, biola)

Video: angklung diatonis Sound: sound untaian nada do-re-mi-fa-sol-la-ti-do

Sound: sound lagu diatonis

Jenis alat musik angklung yang akan banyak dibahas di sini adalah angklung diatonis (disebut juga angklung padaeng). Untuk selanjutnya kata angklung  di sini bermakna angklung diatonis (= angklung padaeng)

Angklung Padaeng menjadi angklung bertangga nada diatonik kromatis, seperti halnya alat musik standard lainnya di dunia.

Beliau membuat angklung diatonis ini dalam dua jenis, yaitu angklung melodi (satu angklung mewakili satu nada) dan angklung accompagnement (satu angklung mewakili satu akord). Berikut disampaikan secara ringkas cara memainkan alat musik angklung agar dihasilkan permainan yang sempurna.

Page 9: Seni Budaya

RESUME KEMENTRIAN PEMBAHASAN ALAT MUSIK DAWAIPengantar Alat Musik Dawai

Alat musik dawai merupakan salah satu jenis alat musik yang terdapat di hampir seluruh penjuru dunia. Dalam pengelompokan menurut Kurt Sach dan Von Hornbostel alat musik dawai dikenal dengan istilah Kordofon (chord = tali/senar/dawai) artinya alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran dawai.

Alat musik ini bentuknya beraneka ragam di setiap daerah dengan namanya masing-masing. Terkadang ada kesamaan bentuk tapi namanya berbeda seperti alat musik Al-’Ud dari Arab yang bentuknya mirip dengan alat musik Gambus dari Palembang. Atau alat musik Hitek di Flores yang bentuknya mirip dengan Keteng-keteng dari Karo.

Atau dari segi penamaan banyak kemiripan meskipun bentuknya berbeda. Seperti alat musik hasapi, kulcapi, dan husapi di Sumut, sape dan sampeq di Kalimantan, kacapi di Sunda, kacaping dan katapi di Sulawesi, dan sebagainya. Bahkan di negeri Persia terdapat alat musik dutar dan sehtar. Keduanya sama-sama alat musik dawai. Perbedaannya yang paling utama terletak pada jumlah dawainya (du = dua dan seh = empat). Keduanya juga dilihat dari namanya ada hubungan dengan nama alat musik seperti guitar, gitar, siter, atau alat musik di Italia pada abad ke-19 yang disebut chittara.

Alat musik dawai banyak digunakan dalam aktivitas-aktivitas budaya di berbagai lingkungan masyarakat di seluruh dunia, baik dalam budaya tradisional maupun modern. Seperti di masyarakat Jepang ada sebuah tarian yang disebut “Azuma Asobi” yang dilakukan dalam sebuah upacara adat. Tarian ini biasa diiringi alat musik dawai siter wagon yang juga disebut Yamato-goto. Atau di Nusantara ada alat musik engkratong yang merupakan salah satu jenis alat musik dawai bersejarah yang pernah dipakai masyarakat Murut dan Iban yang berada di pulau Kalimantan.

Penyebaran alat musik dawai juga tidak bisa dipisahkan dari kaitannya dengan aktivitas keagamaan dan penyebarannya. Seperti kalau kita mendengar alat musik gambus maka alat itu lebih dekat jika diasosiasikan dengan misi Islam. Berbeda dengan organ yang lebih dekat jika dikaitkan dengan gereja / Kristen.Akustika Alat Musik Dawai

Alat musik dawai sebagaimana alat musik lainnya terutama dalam proses pembentukan suara memiliki hubungan erat dengan ilmu akustika. Dalam dunia musik, ilmu akustika berkaitan erat dengan bagaimana merancang dan menyusun struktur alat musik, cara memainkannya dan cara memanipulasi suara dengan tehnik-tehnik tertentu.

Di dalam proses pembentukan suara alat musik dawai, dikenal juga proses amplifikasi. Proses amplifikasi merupakan proses penguatan bunyi dengan tehnik atau alat tertentu. Ada amplifikasi dengan tehnik resonansi di mana pada alat musik dawai, ketika dawai bergetar ada benda lain (resonator) yang juga ikut bergetar sehingga energi bunyi yang dihasilkan lebih kuat dan lebih keras terdengan oleh indera pendengar manusia. Di samping itu ada juga amplifikasi yang menggunakan alat listrik seperti amplifier.

Resonator pada alat musik dawai pada umumnya berupa rongga udara yang terdapat pada badan alat musik dawai. Perhatikan alat musik seperti gitar, biola, kecapi dan sebagainya yang masing-masing memiliki rongga udara dengan bentuknya masing-masing. Ada juga alat musik dawai yang resonatornya berupa rongga mulut seperti ”busur musikal” dari Afrika atau Brazil.

Keterangan :A = Dawai / Senar B = Jembatan / Bridge C = Papan Resonator D = Busur

Bila dawai (A) dipetik maka akan bergetar, getaran itu kemudian merambat melalui jembatan suara (B) menuju ke papan resonator (C) sehingga ia ikut bergetar dan menambah

Page 10: Seni Budaya

kerasnya bunyi yang dihasilkan. Tapi bunyi yang dihasilkan tidak akan keras lagi jika busur (D) diangkat karena yang bergetar tinggal dawai itu sendiri dan busurnya.

Jembatan Suara (bridge)Dalam alat musik dawai, jembatan suara ini berperan penting dalam merambatkan getaran

dawai menuju resonator. Secara umum semua alat musik dawai memiliki jembatan suara, kecuali pada alat Busur Dawai dari Afrika / Brazil yang resonatornya menggunakan rongga mulut.

Ada beberapa istilah untuk menyebut jembatan suara ini, di antaranya : kuda-kuda, tumpang sari, inang, (di daerah Sunda) srenten (di Jawa), dan sebagainya.

Bahan baku, bentuk, dan ukuran jembatan suara ini pun bervariasi. Pada umumnya jembatan suara dibuat tipis atau runcing pada bagian yang bersentuhan dengan dawai agar suara yang dihasilkan lebih jelas dan mulus, tapi ada juga beberapa alat musik dawai seperti dari India yang pada bagian itu dibuat lebar, baik pipih maupun cembung. Hal ini dimaksud kan untuk memunculkan nada harmonik yang berasal dari gesekan friksi antara dawai dan jembatannya.

Dalam alat-alat musik dawai yang pada setiap senarnya ketika dimainkan bisa dilakukan perubahan nada, fungsi jembatan ini diperankan juga oleh batas-batas pemisah nada pada papan jari yang dikenal dengan istilah fret. Beberapa instrumen dawai ada yang memiliki fret (fretted) seperti pada gitar ada juga yang tidak memiliki fret (unfretted/fretless) seperti pada biola, cello, dsb. Instrumen dawai yang memiliki fret menghasilkan bunyi yang stabil dan akurat. Berbeda dengan yang fretless di mana bunyinya lebih fleksibel dan berayun, bergantung pada ketajaman sense of tone pemain musiknya.

Fisika Bunyi pada Alat Musik DawaiUntuk mempelajari proses pembentukan bunyi pada alat musik dawai kita perlu

mengingat kembali pelajaran IPA di SMP tentang Fisika Bunyi. Ada beberapa prinsip utama dalam fisika bunyi di antaranya yang berkaitan dengan pembentukan gelombang. Busur Dawai bisa dijadikan media paling sederhana dalam mempelajari tentang pembentukan gelombang ini.

Di dalam fisika bunyi ini berlaku prinsip-prinsip sebagai berikut :- Keras dan lemahnya bunyi ditentukan oleh lebar getaran (amplitudo)- Tinggi rendahnya nada ditentukan oleh frekuensi (jumlah getaran per detik)- Pada alat musik dawai amplitudo ditentukan oleh keras-lemahnya petikan pada dawai,

sementara frekuensinya ditentukan oleh panjang-pendeknya dawai dan besar-kecilnya ukuran diameter dawai.

Bahan baku dawai juga berpengaruh pada frekuensi meskipun tidak begitu besar. Hanya yang pasti perbedaan bahan baku ini sangat berpengaruh pada aspek warna suara (Timbre) yang dihasilkan. Suara dawai yang terbuat dari baja, timbre-nya akan berbeda dengan dawai yang terbuat dari nilon meskipun frekuensi yang dibunyikan sama. Hal ini sama halnya dengan perbedaan warna suara (timbre) pada alat-alat musik seperti piano, gitar, biola, terompet, seruling dan sebagainya pada saat alat-alat musik itu membunyikan nada yang sama.

Page 11: Seni Budaya

Diagram Gelombang Bunyi

a

a = bukit gelombang

b = lembah gelombang

c = amplitudo

d = panjang gelombang

b

c

d

Klasifikasi Alat Musik DawaiDalam dunia musik dikenal berbagai macam pengelompokan alat musik. Pengelompokan

ini didasarkan pada bervariasinya aspek yang dijadikan dasar pengelompokan. Ada yang mengelompokkan berdasarkan bentuk, bahan baku, sumber bunyi dsb. Seperti dalam tradisi musik klasik Barat dikenal klasifikasi alat musik stringed instruments (instrumen berdawai), percussion

instruments (instrumen ritmis), dan wind instruments (instrumen tiup).Pengelompokan yang cukup terkenal adalah pengelompokan yang dilakukan oleh Kurt

Sach dan Von Hornbostel yang mengelompokkan alat musik berdasarkan sumber bunyinya sebagai berikut :1. Chordophone = dari getaran dawai (chord)2. Membranophone = dari getaran selaput kulit / plastik3. Aerophone = dari getaran udara4. Idiophone = dari getaran badan alat itu sendiri5. Elektrophone = dari energi listrik.

Di samping kelima kelompok di atas, untuk beberapa kasus seperti alat musik hitek dari Flores atau Keteng-keteng dari Karo, kedua alat musik ini merupakan kombinasi dari dua klasifikasi yaitu Idiophone dan Chordophone. Sehingga muncul istilah Idiochord karena alat musik ini sumber bunyinya adalah getaran dawai yang mana dawai itu sendiri berasal dari badan alat musik itu.

Page 12: Seni Budaya

Kurt Sach dan Von Hornbostel pun mengelompokan alat musik dawai (chordophone) berdasarkan karakteristik bentuknya menjadi 5 (lima) kelompok yaitu :1. Kelompok Busur 2. Kelompok Lira3. Kelompok Harpa4. Kelompok Lut5. Kelompok Siter

Jenis busur pada umumnya ditandai dengan kedua ujung dawai yang diikatkan pada kedua titik ujung penyanggah. Akibat tarikan dari regangan dawai, kedua ujung penyanggah yang lentur membentuk lengkungan busur.

Jenis lira dan harpa, pada prinsipnya ditandai hubungan antara posisi dawai dan kotak suaranya. Untuk jenis lira posisi dawai sejajar dengan sebagian permukaan kotak suaranya. Adapun untuk jenis harpa posisi dawai tegak lurus terhadap kotak suara.

Jenis lut dan siter, pada prinsipnya ditandai dengan sama-sama memiliki kotak suara dan posisi dawai yang sepenuhnya sejajar dengan permukaan kotak suara. Perbedaannya kalau jenis lut memiliki leher (neck) yang berfungsi sebagai papan jari (finger board) atau penyangga dawai (string bearer), sementara jenis siter tidak memiliki leher.

Karakteristik alat musik dawai secara umum bisa digolongkan pada salah satu dari lima kelompok di atas. Kecuali untuk alat musik Kora dari Afrika yang karakteristik bentuknya bisa masuk jenis harpa dan bisa juga masuk jenis lut. Oleh sebab itu alat musik ini dikenal juga sebagai alat musik harp-lut.Jumlah Senar pada Alat Musik Dawai

Alat Musik Dawai DuniaNama Alat Musik Jumlah Dawai

Dan Bao Vietnam 1 buahShamisen Jepang 3 buahSehtar Persia 4 buahSitar India 6, 7, 13 buahKora Afrika 21 buah

Alat Musik Dawai NusantaraNama Alat Musik Jumlah Dawai

Hasapi Toba, Kulcapi Karo, 2 buah

Rebab Jawa / Sunda 2 buahGambus Melayu 7 buahKecapi Sunda 15 – 18 buah

Sasando NTT 9, 10, 11, 24, 48 buah

Di samping jumlah dawai yang bervariasi, karakteristik lain dari alat musik dawai adalah dalam hal kombinasi dawainya. Ada yang dawai tunggal seperti pada kecapi, dawai ganda seperti pada gambus dan al-'Ud, ada juga dawai tripel seperti pada piano dan saz dari Turki.

Dalam alat musik dawai pun dikenal adanya dawai simpatetik yaitu dawai yang sengaja dipasang tidak untuk digetarkan secara langsung tetapi akan ikut bergetar ketika dawai utama dibunyikan. Alat musik berdawai simpatetik ini contohnya seperti Sitar dari India

Selanjutnya berkaitan dengan nada-nada yang dihasilkan dalam alat musik dawai, nada tersebut pada umumnya merupakan nada yang bunyinya paling kuat (fundamental). Sementara nada-nada lain yang bunyinya lebih lemah disebut dengan anak suara atau nada harmonik.

Dalam alat musik dawai tertentu seperti Tanpura dari India, dikenal juga nada drone, yaitu nada yang dibunyikan secara terus-menerus dan dipertahankan sampai lama, baik hanya satu nada maupun beberapa nada.Pelarasan pada Alat Musik Dawai

Page 13: Seni Budaya

Pelarasan merupakan satu cara untuk mengatur bagaimana nada-nada dalam alat musik ditentukan / distel susunannya. Istilah lain untuk pelarasan adalah "penyeteman" seperti yang biasa dilakukan pada gitar.

Pada alat musik dawai pelarasan ini bisa dilakukan dengan mengatur ketegangan dawai melalui bagian pengatur pelarasannya seperti jembatan suara atau kupingan (tunning pegs). Seperti pada gitar dilakukan dengan memutar-mutar bagian kupingannya, pada kecapi dengan menggeser-geser tumpang sari-nya di samping memutar-mutar tunning pegsnya. Atau pada alat musik Kora yang dilakukan dengan cara menggeser-geser tali pengikat dawainya.

Dengan pelarasan ini maka alat musik dawai dapat dimainkan sesuai dengan karakteristik harmoni tangga nada alat tersebut.

Gamelan, Iringan Musik Dari Masa Majapahit24/06/2006 10:12

Suara gamelan yang ditabuh dengan apiknya membawa susasana tersendiri bagi para pendengarnya. Bagi masyarakat Jogja, tabuhan instrumen gamelan bukan hal yang asing lagi di telinga. Pada setiap acara wayangan, ketoprakan, dan upacara dalam kraton, tabuhan alat musik ini tidak pernah absen untuk diperdengarkan.

Gamelan berasal dari kata dalam bahasa Jawa 'gamel', yang berarti melakukan. Walau kadang menggunakan vokal dan instrumen berdawai, gamelan sangat mudah dikenali dari banyaknya instrumen metal yang dipakai. Gamelan khas Jawa Tengah terdiri dari saron, gender, gangsa, dan ugal. Bentuknya merupakan lempengan metal, dengan ukuran kecil, yang dijajarkan dalam satu baris.

Selain itu ada pula bonang dan kenong yang bentuknya mirip genderang serta gong yang digantung. Instrumen yang dinamai gambang juga menambah ramainya tabuhan gamelan. Bentuknya mirip dengan gender, saron dan yang lainnya, tapi mengganti lempengan metalnya dengan lempengan kayu. Kendhang yang juga merupakan alat tabuh, merupakan salah satu alat wajib dalam gamelan.

Pada masa kerajaan Mataram, gamelan mulai dibuat dengan menggunakan bahan dasar logam, yang menjadikan perubahan vital pada alat musik ini. Perkembangan gamelan pun dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan yang begitu signifikan. Variasi dalam penggunaan instrumen musik ini mulai beragam. Saat ini, sering kali, gamelan dipadukan dengan alat musik modern seperti gitar atau keyboard, atau bahkan dipadukan dengan musik progresif.

Gamelan yang dianggap lebih rumit daripada jenis alat musik lainnya ini pada awalnya diperkenalkan oleh kerajaan Majapahit. Pada abad ke-16, gamelan pun mulai digunakan juga sebagai sarana untuk menyebarkan agama Hindu. Selain itu, gamelan biasanya digunakan untuk menemai tarian, pertunjukan wayang, hingga ke ritual-ritual tertentu. Biasanya gamelan sangat kuat terkait dengan kegiatan kesultanan dan ritual Jawa.

Kemajuan dan modernisasi memang sedikit banyak telah menurunkan dan menggerus eksistensi gamelan di masyarakat Jogja sendiri. Peminat masyarakat untuk belajar menabuh ataupun berminat untuk menikmati tampak turun.

Page 14: Seni Budaya

"Saya belajar menjadi wiyaga (penabuh gamelan) karena saya mau melestarikan salah satu budaya tradisional," demikian ungkap Banu Wijawa (23) yang tergabung dalam kelompok gamelan muda-mudi Alfonsus. Belajar menjadi wiyaga pada saat ini sering dirasa sebagai hal yang 'ketinggalan jaman' oleh para generasi muda.

Padahal bila ditilik dari harganya, gamelan ini sangat bernilai tinggi. Harga lengkap satu set gamelan minimalnya samapai dengan Rp 150 juta, sedangkan untuk gamelan yang memiliki kualitas baik dapat mencapai Rp 600 juta, atau bahkan Rp 1 milliar.

Menurut Banu dalam melestarikan budaya, kita seharusnya selalu berpikir positif. "Budaya itu kan milik kita sendiri, jadi siapa lagi yang harus melestarikannya kalau bukan kita