semua akan indah pada waktunya

32
“Non si mamang udah siap itu katanya cepetan nanti jalanan macet. Sekolah non yang sekarang kan lumayan jauh” si mbok sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar. “Iya 5 menit lagi selesai” ucapku yang sedang berdandan di depan cermin. Hari pertama aku masuk sekolah yang baru. Yup, aku baru saja pindah. Entah apa alasannya papah ku lah yang memindahkannya. Aku sih tidak peduli mau sekolah dimana toh sama saja semuanya nothing special. Aku bukan tipe yang suka dandan, tapi hari ini aku hanya ingin terlihat rapi makanya aku lama di depan cermin. Si mbok yang barusan saja mengetuk pintu kamar dan yang mengingatkan ku bahwa aku hampir telat. Dia sudah aku anggap seperti ibu sendiri karena telah mengurusi ku sejak kecil saat mamah meninggal karena melahirkan aku. “Ayo mang kita jalan” ucapku yang menepuk bahunya saat tiba di dalam mobil. “Berangkattttt” ucap mamang dengan semangat 45nya. Jakarta kota yang ramai, sangat ramai tepatnya tapi gak pernah sekalipun aku merasakan keramaian itu. Memang si mbok dan mamang telah mengisi hari-hari ku selama ini, mereka baik, selalu menghiburku, tidak pernah terlihat sedih, tapi mereka tetaplah orang lain walaupun sudah ku anggap keluarga. “Tuh kan non macet, ahhh telat kita gimana dong non? Masa udah telat aja di hari pertama, bisa diomelin bapak nih”

Upload: jenderal-soedirman-unoversity

Post on 09-Apr-2017

163 views

Category:

Entertainment & Humor


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Semua akan indah pada waktunya

“Non si mamang udah siap itu katanya cepetan nanti jalanan macet. Sekolah non yang

sekarang kan lumayan jauh” si mbok sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar.

“Iya 5 menit lagi selesai” ucapku yang sedang berdandan di depan cermin.

Hari pertama aku masuk sekolah yang baru. Yup, aku baru saja pindah. Entah apa

alasannya papah ku lah yang memindahkannya. Aku sih tidak peduli mau sekolah dimana

toh sama saja semuanya nothing special. Aku bukan tipe yang suka dandan, tapi hari ini

aku hanya ingin terlihat rapi makanya aku lama di depan cermin. Si mbok yang barusan

saja mengetuk pintu kamar dan yang mengingatkan ku bahwa aku hampir telat. Dia sudah

aku anggap seperti ibu sendiri karena telah mengurusi ku sejak kecil saat mamah

meninggal karena melahirkan aku.

“Ayo mang kita jalan” ucapku yang menepuk bahunya saat tiba di dalam mobil.

“Berangkattttt” ucap mamang dengan semangat 45nya.

Jakarta kota yang ramai, sangat ramai tepatnya tapi gak pernah sekalipun aku

merasakan keramaian itu. Memang si mbok dan mamang telah mengisi hari-hari ku

selama ini, mereka baik, selalu menghiburku, tidak pernah terlihat sedih, tapi mereka

tetaplah orang lain walaupun sudah ku anggap keluarga.

“Tuh kan non macet, ahhh telat kita gimana dong non? Masa udah telat aja di hari

pertama, bisa diomelin bapak nih” ucap mamang kesal sambil menggaruk kepalanya

yang aku yakin tidak gatal.

“Aku lari aja ya mang” ucap ku sambil membuka pintu mobil.

“Non jangannn ...” teriak mamang yang belum selesai bicara sudah aku tinggalkan.

Lari adalah keahlianku, begitu juga dengan lari dari kenyataan. hanya masalah dalam

hidup yang bisa aku hindari tidak dengan kenyataan takdir yang sudah di gariskan.

“Hosh... Hosh... Hosh... Ketemu” nada yang setengah bergetar aku lanjutkan untuk

berlari menuju gerbang yang telah terlihat.

“Aaaaaaa” sebuah motor melewati genangan air yang sukses membuat baju seragam ku

kotor. “Aduuuhhh gimana ini” aku hanya berdecak kesal dan membersihkan bajuku yang

kotor dengan kedua tangan.

“Maaf gak sengaja” ucap laki-laki yang telah membuat bajuku kotor.

“Yahh kotor kann” gumam ku yang tidak melihat wajah yang barusan meminta maaf

kepada ku. Aku tak perdulikan dia yang ada di depanku ini, aku hanya fokus ke bajuku.

Page 2: Semua akan indah pada waktunya

“Ada apa iel?” ucap seorang lagi yang baru saja datang dan menghampiri kami.

“Baju dia kotor gara-gara gue”

“Kita anter aja, sekolah dimana emangnya?” aku masih saja fokus ke bajuku hingga tak

sadar jika ada yang bertanya.

“Haiii helloo kita mau nganterin kamu nih, sekolah kamu dimana ya?” aku terhentak

kaget saat ada tangan di depan wajahku.

“Gak usah bisa sendiri” jawab ku yang berjalan meninggalkan mereka dan melanjutkan

perjalanan.

“Dia gak mau iel” mereka saling menatap dan memperhatikan perempuan yang baru saja

menolak pertolongan mereka.

“Yaudah ke sekolah aja” ucap salah satu dari mereka sambil menaiki motornya kembali

dan berjalan menuju sekolah yang mereka maksud.

Hari yang sial, jalanan macet dan harus lari ke sekolah, dan sekarang seharian

memakai baju yang kotor. Berharap saat guru melihat aku disuruh keluar dari kelas dan

pulang untuk ganti baju, inginnya sih begitu.

“Eeehhh tunggu dulu sebentar, ada keperluan apa kamu datang kesini? Dari sekolah

mana?” seorang satpam memberhentikan jalan ku yang baru saja selangkah

meninggalkan gerbang.

“Saya murid baru pak”

“Ohh kamu murid baru itu toh, mari bapak antar ke kantor polisi eeehh maksudnya ke

kantor guru” aku mengikuti kemana satpam ini pergi.

Baju sekolah ku yang dulu dengan yang sekarang sangatlah berbeda, makanya dari

tadi aku menjadi sorotan mata seantereo sekolah ini. Dari warna nya yang mencolok

hingga modelnya yang berbeda tentu aku seperti alien yang berada di tengah-tengah

manusia.

Tok... Tok... Tok...

“Maaf mengganggu bu, saya mau mengantarkan anak baru itu”

“Oh iya suruh masuk saja”

“Kamu disuruh masuk itu, bapak tinggal ya. Permisi bu”

“Selamat datang di sekolah kami. Loh baju kamu kenapa kotor sayang?” tanya guru itu

dengan ramah yang ternyata adalah kepala sekolah.

Page 3: Semua akan indah pada waktunya

“Tadi ada insiden kecil, tapi gapapa kok” ucap ku yang sambil menutupi bagian yang

kotor.

“Maaf ya kami kehabisan stock baju. Gapapa kan kalau kamu masih pake baju sekolah

kamu yang dulu?”

“Iya gapapa”

“Oke sebelumnya terima kasih ya. Oh iya karena ini hari pertama kamu, maka ibu akan

ajak kamu berkeliling sekolah ini ya”

“Gak usah bu, baru masuk saja tadi sudah jadi tontonan karena baju saya yang beda.

Nanti saja bu kelilingnya kalau saya sudah dapat seragam sekolah ini”

“Ohh iya ya, oke deh kita langsung ke kelas kamu aja ya”

Di dalam kelas saja menjadi tontonan karena seragam kami berbeda gimana kalau

tadi aku berkeliling sekolah, bisa langsung terkenal. Walaupun kepala sekolah tadi sudah

menjelaskan dan menceritakan aku di depan mereka semua, tetap saja aku ini alien. Aku

dipersilahkan duduk oleh wali kelas ku, dan berkesempatan duduk dengan perempuan

setengah blasteran belanda.

“Hai gua atsar, salam kenal ya archi” ucap teman sebangku ku tadi.

Setengah hari sudah aku lewati di sekolah baru ini. Perut lapar membuat aku ingin

beranjak dari bangku yang hampir tak pernah aku tinggalkan. Ingin keluar malu karena

seragam kami berbeda, menetap juga salah karena perut ini tidak bisa di ajak

berkompromi. Akhirnya aku putuskan untuk ke kantin membeli sesuatu. Jam isitirahat

seperti ini wajar jika kantin ramai dengan murid-murid sekolah tapi kalo hanya satu

tempat yang penuh bukannya sangat aneh? Ada satu tempat yang sangat penuh dengan

masa, mungkinkah makanan atau minuman disana lebih enak dan murah? Tapi kok di

dominasi perempuan? Tak peduli dengan itu, aku mengunjungi salah satu pedagang

makanan kesukaan ku yaitu siomay.

“Siomay, tahu, kol ya bang” ucap ku yang sambil menyerahkan uang 10.000

“Kok seragam nya beda neng?”

“Saya baru bang disini, belum dapet seragam”

“Ohh. Ini siomaynya makasih ya” aku menerima siomay itu dan langsung pergi dari

tempat.

“Yo kayaknya gua liat seragam yang tadi pagi deh”

Page 4: Semua akan indah pada waktunya

“Ah masa? Kayaknya mata lu deh yang butek abis di kerubungin tadi”

“Iya kali ya”

Sehari ini sukses aku lewatkan dan pelajaran hari ini adalah besok harus bawa jaket

biar gak jadi sorotan. Ehh tapi rok nya gimana? Tetep aja keliatan perbedaanya tapi lebih

mending lah daripada semuanya keliahatan beda. Aku menunggu sekolah sepi baru

pulang karena tidak ingin menjadi sorotan lagi. Suasana sekolah saat sore hari dan sepi

seperti ini sangat terlihat horor. Hal yang paling aku benci adalah makhluh halus, apanya

yang halus kalo bisa bikin orang jantungan? Aku berlari saat melawati lorong sekolah dan

menunggu mamang di depan gerbang.

“Hai” seseorang menepuk pundak ku dari belakang. Aku yang terkejut langsung menoleh

ke arahnya.

“Ngapain disini? Minta pertanggung jawaban tadi pagi?” aku yang bingung langsung

melihat baju ku.

“Ada apaan iel? Ohhh kamu yang tadi pagi kan? Tadi gak mau dianter dan sekarang

minta dianter pulang?”

“Hush gak boleh suudzan yo”

“Bercanda iel, jangan diambil hati ya” aku yang bingung hanya memperhatikan

percakapan mereka.

“Rumah kamu dimana?” aku masih diam seribu bahasa karena tidak mengerti apa

maunya mereka.

“Helloooo kamu sering banget bengong ya, kamu minta dianter kerumah kamu kan?”

seseoarang yang dipanggil dengan yo tadi melambaikan tangannya lagi ke wajah ku dan

membuat aku terhentak kaget.

“Kalian siapa sih? Aku gak punya urusan sama kalian” tak lama datang mobil jemputan

ku. Aku yang senang langsung masuk kedalamnya begitu saja tanpa mengucapkan

sepatah katapun ke mereka.

“Aneh ya, cus ahh cabut”

Pagi ini harus menjadi pagi yang fresh. Tak ada lagi macet dan lari apalagi baju

kotor, walaupun hari ini aku harus di selimuti jaket setidaknya cara ku ini lebih baik.

“Fy, sejak kapan rok sekolah kita ganti?” perjalanan ku kelas terhenti saat ada 2

Page 5: Semua akan indah pada waktunya

perempuan berhenti di depan ku.

“Kayaknya gak ada pemberitahuan sama sekali dari guru ataupun osis deh” ucap

perempuan di sebelahnya dengan polos.

“Lo penyusup ya disini? Atau mau mata-matain rio dan gabriel?” ucap perempuan yang

terlihat sangat jutek.

“Kalau saya penyusup seharusnya saya gak pake pakaian yang mencolok” aku takut

sebenarnya karena ini kali pertama aku di labrak.

“Dia bener shil, nanti ketauan kan kalo dia emang mata-mata”

“Ishhh ify, lu gak tau cara ngelabrak sihhh” pertengkaran kecil mereka aku manfaatkan

untuk kabur.

“Loh shil itu anak kemana?”

“Tuh kan gara-gara lo dia kabur”

“Loh kok gue sih shil?”

“Iyalah siapa lagi coba”

Padahal sudah memakai jaket, tetap saja terlihat bedanya. “Kapan sih seragamnya

jadi?” gerutu kesal dalam hati. Kalo sampai satu semester aku angkat tangan ah, lebih

baik keluar dari sekolah ini. Baru sehari aja rasanya udah kaya setahun gimana kalo satu

semester, bisa habis badan aku di labrak sana sini. Hari ini cukup hanya labrakan saja,

please jangan ada kejadian aneh lagi. Seperti biasanya aku menunggu mamang di depan

gerbang, tidak ada perempuan tadi pagi karena sekolah ini aku yakini sudah sepi.

“Kamu itu sekolah dimana sih? Setiap pulang pasti ada di depan gerbang” ada seseorang

yang berbicara di belakang ku. Sepertinya bukan perempuan yang tadi pagi, suara ini

lebih ke laki-laki

“Salah ya berdiri disini?” tanya ku dengan berani karena aku gak mau seperti tadi pagi.

“Aku kan cuma nanya, setahu ku disini gak ada sekolahan lagi dan dari seragam kamu

aku baru lihat seragam itu” aku beruntung, tak lama mobil jemputan ku datang jadi aku

bisa kabur dari laki-laki ini.

“Setidaknya aku harus tahu siapa nama kamu?” saat ingin masuk ke dalam mobil laki-

laki itu menahanku dengan memegang tangan.

“Buat apa? Bukan pak lurah yang suka ngedata warganya kan?” ucapku saat berbalik

menatapnya dan melepaskan tangan dia dari tangan ku.

Page 6: Semua akan indah pada waktunya

Sekolah itu bener-bener aneh, setiap hari selalu saja ada kejadiannya. Pokoknya hari

ini aku mau tenang, gak mau di labrak lagi apalagi ketemu laki-laki yang selalu aja ada

padahal sekolah sudah sepi. Aku berlari sekencang-kencangnya saat melewati gerbang,

sapaan pak satpam aku hiraukan “Maaf pak ini darurat” ucapku dalam hati. Berhubung

aku jago lari jadi setidaknya 5 menit aku sudah sampai di depan kelas. Kelemahan ku

dalam berlari adalah aku tidak melihat ke depan, kalo di lapangan lari sih wajar saja

karena gak ada siapapun di depan pelari tapi ini kan sekolah banyak murid yang lalu

lalang. Dubraaaaaakkkkkk....... Aku menabrak tubuh seseorang yang sepertinya lebih

besar dari badanku karena yang mental bukan dia tapi aku. Bokongku sakit tak karuan

karena yang melindungi badanku adalah si bokong, ditambah kepala ku yang pusing

karena menabrak bahu seseorang yang sangat keras.

“Aaawww sakit” ucapku yang mengusap kedua bokong ku.

“Kenapa lari kan jam masuk masih lama, mau aku bantu berdiri?” saat aku ingin meraih

tangan yang ada di hadapanku, aku kaget karena laki-laki itu lagi ternyata.

“Loh? Kamu lagi, kamu sekolah disini atau gimana?” tanya nya yang sekarang duduk

tepat di depan ku. Aku langsung berdiri dan meninggalkannya begitu saja.

Sepulang sekolah aku langsung mengompres kepala ku yang seharian ini pusing

karena habis nabrak. Aku masih heran kenapa dari awal masuk hingga sekarang aku

selalu berhadapan dengan laki-laki itu. Penasaran sih siapa namanya tapi udahlah gak

peduli.

Hari ini akan ada kejadian apa lagi coba? Pake jaket tetep ketahuan, jalan biasa

dilabrak, lari ya nabrak, cara apa lagi yang harus aku pake?

“Pak aku duduk di pos dulu boleh gak?” ucap ku ke satpam yang kemarin aku acuhkan

sapaannya.

“Boleh, tapi sebelum bel tetep masuk ke kelas ya” aku berjalan menuju pos satpam.

Rencananya sih hari ini aku mau nunggu di pos satpam sampai bel bunyi. 30 menit lagi

itu ternyata lama ya, aku ngantuk menunggu selama itu sampai tidak sadar kalau bel

sudah berbunyi. Pak satpam yang sedang menutup gerbang pun tidak terdengar suaranya

“Neng bangun, bel sudah bunyi loh” pak satpam membangunkan ku dengan lembut, tapi

Page 7: Semua akan indah pada waktunya

ya namanya bangun paksa jadi aku masih sedikit lemas, nyawa belum terkumpul semua.

“Iya pak” aku berjalan lunglai dan setengah mengantuk sesekali menguap.

“Hei kalau jalan liat-liat” ucapnya yang memegang jidat ku. Ternyata aku hampir

menabrak tiang, padahal tinggi dan besar tapi aku tidak melihatnya mungkin efek

ngantuk.

“Makasih” ucapku ketika sadar kalau di depan ku itu tiang, tanpa memperhatikan

belakang yang telah menolong ku.

“Siapa iel?”

“Cewe ajaib”

“Eih?”

Kejadian hari ini gak terlalu buruk hanya aku saja yang hampir tertabrak. Oh iya

siapa ya yang sudah menolongku tadi? Yahhh setidaknya aku tidak bertemu laki-laki itu,

rencana pos satpam berhasil jadi setiap hari aku harus kesana.

“Neng, sebentar lagi bel masuk mau bunyi sana ke kelas” pak satpam berbicara kepadaku

sambil berteriak dari depan gerbang. Aku yang tengah asyik membaca tetap mendengar

teriakan itu.

“Iya, makasih ya pak” ucap ku yang beranjak dari tempat duduk ku. Suasana sekolah

sudah mulai sepi karena bel tanda masuk sudah berbunyi.

“Archi archi hei archi” seseorang memanggil ku dengan setengah berteriak aku yang

mendengar langsung menoleh ke sumber suara itu datang.

“Iya bu kenapa?”

“Sini ke ruangan saya sebentar” ucap kepala sekolah yang tadi memanggil ku.

“Taraaa lihat apa yang ibu pegang”

“Yeayyy seragam sekolah aku” ucap ku girang saat melihat seragam ku di tangan kepala

sekolah.

“Maaf ya telat, sebagai gantinya seragam kamu sudah ibu cuci dan gosok jadi kamu bisa

memakainya langsung” aku yang mendengar pernyataan itu langsung buru-buru

mengganti seragam ku.

“Soal keliling sekolah maaf ibu gak bisa, tapi tenang saja sebagai gantinya nanti ibu

minta tolong dari osis ya” aku yang mendengar hanya menganggukan kepala saja.

Page 8: Semua akan indah pada waktunya

Masuk ke kelas tadi sebenarnya telat tapi berhubung aku di dampingi kepala sekolah

sang wali kelas ku mengerti dan memakluminya. Hari ini aku bisa belajar dengan tenang

tanpa ada gangguan apapun karena seragam ku sudah sama dengan mereka. Aku bisa

jalan-jalan ke kamar mandi, wc, bahkan lapangan basket yang kata teman sebangku ku

selalu ramai jika petinggi osis bermain.

“Lab?” gumamku yang sedikit senang karena untuk pertama kalinya melihat lab science

sekolah ini. Aku senang dengan lab science karena banyak alat-alat biologis, dengan

langkah yang cepat aku menghampiri tempat tersebut.

Byuuuuurrrr..... Seseorang menyiramku dengan air berwarna kecoklatan, aku yang kaget

hanya diam tak bergerak sedikitpun.

“Maaf maaf aku gak sengaja, dikirain gak ada orang” ucap orang itu dengan penuh

penyesalan.

“Seragam aku” suara ku gemetar dan air hangat yang keluar dari mata pun mulai

membasahi pipi. Gimana tidak, seragam ini baru saja aku kenakan tapi sudah kotor

bahkan basah.

“Jangan dipegang, maaf aku bener-bener gak sengaja. Tunggu disini ya aku ambil jaket

dulu” orang itu masuk ke dalam lab yang katanya ingin mengambil jaket. Aku gak peduli,

aku pergi dari tempat menuju kamar mandi untuk membersihkan bajuku.

“Yo lu liat cewe yang berdiri disini gak?”

“Liat, baru aja pergi kesana. Kenapa sih ada apa lagi?”

“Cewe itu lagi yo”

“Lagi? Dan kali ini lu apain dia iel?”

Pokoknya hari ini aku harus pake jaket kemanapun berada, biarin aja cuaca hari ini

panas aku tetep pake jaket.

“Archi kamu sakit dari tadi pake jaket?” tanya teman sebangku ku yang memang dari jam

pertama aku tidak melepas jaket.

“Ngga kok, lagi pengen aja”

“Archi kamu di panggil kepala sekolah” teriak ketua kelas ku. Jam pertama tadi tidak ada

guru karena semua sedang rapat maka jadilah sekolah ini ramai seperti jam istirahat.

Tok... Tok... Tok...

Page 9: Semua akan indah pada waktunya

“Iya masuk”

“Permisi bu, ibu panggil saya?”

“Sini masuk sayang. Sebelumnya ibu mau kenalin dulu wakil osis kita”

“Hai aku Gabriel” laki-laki itu lagi, ucapannya memang sambil tersenyum tapi aku masih

kesal dengan kejadian kemarin.

“Archi, haiiii archi. Kok bengong? Kaget ngelihat gabriel yang ganteng atau kamu lagi

sakit?” ucap kepala sekolah.

“Ah ngga keduanya bu”

“Cuacanya panas loh kok kamu pake jaket?”

“Biar gak basah lagi” ucap ku yang sedikit menyidir sambil memalingkan wajah ke arah

lain, pokoknya sampai wajah Gabriel tidak terlihat.

“Ohh oke lah. Sesuai janji ibu hari ini kamu keliling sekolah sama iel ya. Seharian ini ada

rapat untuk kelas 3 jadi seharian tidak ada jam pelajaran”

“Saya sama teman saya saja bu keliling sekolahnya” tolak aku dengan halus.

“Bukannya ibu tidak percaya, hanya saja kamu kan baru jadi kamu tanggung jawab ibu.

Tenang saja kok iel ini wakil osis kita dan dia sudah kelas 3 jadi tidak ada yang berani

macam-macam dengan kalian selama keliling sekolah nanti”

“Kamu juga belum tau semua watak teman-teman satu sekolah, lebih aman kalau kamu

sama aku”

Hari-hari ku sepertinya harus dibayangi orang ini deh. Dari awal sampai sekarang

masa aku ketemu terus dengannya. Mau tak mau aku setuju dengan apa kata kepala

sekolah, mau gimana lagi 2 lawan 1. Perjalanan di awali dari gerbang sekolah dan

parkiran yang cukup luas sampai mobil pun bisa masuk sepertinya. Berlanjut ke masjid

sekolah dan beberapa tempat ekskul seperti PMR, Paskibraka, Pramuka, Silat, Basket,

Futsal, Paduan suara, Chord (alat musik), Club english, Tari, Jurnalistik, dan bahkan

OSIS. Berlanjut ke lorong kelas 1, 2, dan yang terakhir 3. Banyak anak yang keluar dari

kelas dan bermain di depan kelas tentu saja hari ini tidak ada KBM. Tempat terakhir yang

kami kunjungi adalah kantin setelah perpustakaan, taman baca, dan taman bunga kami

lewati. Aku beli 2 kotak susu, satu untuk ku dan satu lagi untuknya. Walaupun masih

gondok tapi aku masih tau rasa berterima kasih.

“Makasih” ucapnya aku hanya menganggukan kepala.

Page 10: Semua akan indah pada waktunya

“Milo, kaya rio aja kamu” mendengar pernyataannya membuat aku mengernyitkan dahi.

“Dari semua tadi ada yang mau kamu tanyain?” lanjutnya.

“Kenapa dari awal jalan sampai sekarang semua mata ngeliatin kita? Risih” ucap ku

dengan jujur. Dari awal tadi semua mata mengarah kita, lebih tepatnya sih aku. Ada yang

berbisik bahkan dengan sengaja menyenggol ku saat berpapasan.

“Ohh hahaha maaf ya, untuk pertanyaan itu kamu tanya aja sama temen sebangku kamu

atau temen sekalas” tawanya yang lepas dan sambil mengacak rambutku membuat aku

lupa dengan semua kejadian menyebalkan tadi.

“Mau makan apa? Kali ini aku yang traktir” aku menolak dan menggelengkan kepala.

“Siomay ya? Enak loh”

“Pake banget gak?” ucapku spontan dan membuat Gabriel tertawa sangat lepas.

“Harus pake banget ya?”

“Waktu pertama kali kesini tempatnya penuhhhhh banget, tapi herannya cewe semua”

pernyataan ku lagi-lagi membuatnya tertawa sangat lepas, aku yang bingung dengan

ucapan ku hanya menggerutu kesal.

“Abangnya ganteng kali makanya rame sama cewe”

“Masa? Perasaan gak kaya brad pitt atau adam levine deh” lagi-lagi orang yang di

sebelahku tertawa, sepertinya aku berbakat jadi pelawak.

“Yuk kita kesana” Gabriel menarik tanganku dan mengajak ku ke tempat siomay yang dia

maksud.

Setelah kita makan siomay, Gabriel benar-benar memaksa ku untuk

mengantarkannya ke rumah. Awalnya kita ke kelasnya untuk mengambil jaket dan kunci

motornya lalu ke kelas ku untuk mengambil tas. Tau kan apa yang terjadi? Semua mata

melihat ke arah ku, aku yang dilihatin hanya menunduk dan Gabriel masih santai seperti

tidak terjadi apa-apa. Paling parah itu pas di kelas ku sendiri, sebagian diam membeku

dan sebagiannya lagi berbisik membicarakan ku dan Gabriel masih saja stay cool.

Di tempat parkir aku sudah memutuskan tidak jadi diantarnya pulang, tapi dia

memaksa ku dengan terus memegang tangan ku dan gak akan melepaskan sampai aku

mau diantar pulang. Tentu aku menerima ajakannya karena semua mata yang ada di

tempat parkir melihat ku setajam silet saat Gabriel memegang tangan ku dan tidak

melepaskannya.

Page 11: Semua akan indah pada waktunya

“Cuekin aja yang ngeliatin kamu, anggep fans” ucap Gabriel yang tahu kegelisahan ku.

“Fans? Fans apa yang bikin bintangnya gak nyaman? Itu bukan tatapan kagum tapi mau

bunuh” gerutu ku dengan kesal.

“Kamu itu ternyata lucu ya” tawa dan senyumnya lagi-lagi membuat aku melupakan

kejadian menakutkan tadi.

Sesampai di rumah, aku basa-basi mengajaknya masuk kedalam dan untungnya dia

menolak karena masih ada urusan di sekolah yang belum selesai. Sebelum Gabriel pergi

ia sempat mengingatkan aku untuk lebih berhati-hati ke sekolah nanti. Aku yang tahu

maksudnya langsung lah berkobar-kobar.

“Pastilah, aku gak mau digituin lagi, memangnya aku salah apa? Tujuan aku keliling kan

biar tahu kenapa mereka liatinnya begitu banget aku bukan alien lagi kan yang

seragamnya udah sama kaya mereka. Liat aja besok aku balas mereka semua” ucapan ku

yang berkobar membuat Gabriel tertawa lepas sambil mengacak-acak rambutku.

Dari awal di gerbang sampai aku duduk di bangku pun semua mata memperhatikan

ku. Seakan aku alien yang baru belajar di bumi, aku tampak aneh bagi mereka. Bahkan

teman sebangku ku memperhatikan ku dengan tatapan setajam silet namun tak ada

sepatah katapun yang keluar dari mulutnya saat aku bertanya “Ada apa?” Teringat pesan

Gabriel kemarin aku menerka “Ini kah maksud dia?” Tapi apa yang salah dengan ku?

Memangnya salah jika aku keliling sekolah dengan wakil osis, toh mereka juga bisa

meminta ke osis kalau mereka mau.

Jam istirahat pertama ini aku gunakan untuk ke kelas nya Gabriel untuk meminta

penjelasan pernyataanya kemarin. Di perhatikan seantereo sekolah itu tidak enak ya,

pantas artis risih. Artis enak bisa dapet duit gimana kalo ini?

“Gab eh maksudnya kak gabriel ada?” tanya ku saat sampai di depan kelas nya.

“Ada urusan apa?” tanya jutek teman sekelasnya ini membuat aku mengurungkan niat

mencari Gabriel.

“Mmm gak jadi deh, maaf ka” ucap ku sambil mundur dan meninggalkan kelas Gabriel.

“Apa di ruang osis ya?” gumam ku sambil berfikir. Langkah ku menuju ruang osis

berada.

Tok... Tok... Tok...

Page 12: Semua akan indah pada waktunya

“Iya masuk, gak dikunci kok” aku membuka pintu ruang osis dengan perlahan karena

pintunya berbunyi saat aku membukanya.

“Silahkan masuk dan selamat datang”

“Bukannya dia cowo yang sering sama gabriel ya? Rio bukan ya namanya” gumam ku

dalam hati sambil mencari struktur organisasi di ruangan ini.

“Ada perlu apa sampai dateng ke sini?” ucapnya yang sudah tepat berada di depan ku.

Aku yang terkejut mundur selangkah ke belakang.

“Hobby banget bengong ya kamu”

“Ka mario?”

“Iya saya. Ehhh panggil aja rio kepanjangan kan kalo panggil mario”

“Ohh oke, kaka liat kak gabriel?”

“Dipanggil mamah ira tadi”

“Siapa? Mamah ira?”

“Iya, kepala sekolah kita. Udah pernah ketemu kan? Nah kita semua manggilnya mamah

ira karena dia itu mamah kita di sekolah ini” jelasnya panjang lebar, aku hanya

menganggukan kepala tanda mengerti.

“Ada masalah apa memangnya?”

“Gini, kenapa satu sekolah ngeliatin aku begitu banget, aku gak nyaman. Aku mau bilang

ke kak gabriel biar dia kasih penjelasannya kalau gak di kasih tau aku mau bilang ke

kepala sekolah trus aku mau pindah aja”cerita ku sangat menggebu-gebu sampai lupa di

hadapan ku adalah ketua osis sekolah ini.

“Ohh begitu, mau aku ceritain?” aku mengangguk dengan semangat.

“Sini duduk biar gak cape” aku menuruti apa katanya dan duduk di sebelahnya.

Di sekolah ini OSIS merupakan organisasi yang sangat di hormati oleh seantereo

sekolah. Jadi anggotanya saja harus melewati seleksi yang cukup ketat. Kebayang dong

gimana hebatnya ketua dan wakil OSIS sekolah ini? Gabriel itu wakil osis plus artis

sekolah ini karena ketampanannya, sifatnya yang ramah ke semua cewe juga jadi nilai

plus tersendiri. Bahkan juga terdengar ada fans club sendiri untuk masing-masing

anggota OSIS dan tentunya ketua dan wakil yang banyak membernya. Bisa dirumuskan

sendiri kan kenapa reaksi mereka seperti itu?

“Kasian kak gabriel dong jadi gak punya privasi sendiri, trus kalo dia punya cewe yang

Page 13: Semua akan indah pada waktunya

disuka juga gak bisa terus terang? Ihhh cewe-cewe disini jahat, memonopoli orang

seenaknya. Emang mereka siapa bisa ngatur kak gabriel?” ucapan ku yang spontan

setelah mendengar cerita kak Rio membuatnya tertawa geli dan tak berhenti, aku yang

melihatnya tertawa kesal.

“Kok cemberut kan aku udah ceritain semuanya”

“Gak kak rio gak kak gabriel sama aja sukanya ngetawain orang”

“Iel bisa ketawa? Wow hebat”

“Eih?”

“Iel itu panggilannya gabriel”

“Bukan, maksud aku dia kan ramah kok hebat dia bisa ketawa bukannya wajar kalo

begitu?”

“Aku bilangnya ramah bukan ketawa beda ya”

“Loh kenapa?”

“Karena dia baik banget sama siapa aja sampai ada yang tega manfaatin kebaikannya

padahal dia udah cinta sama itu cewe”

“Oh ya? Jahat banget itu cewe, sekolah disini juga apa ka? Kelas berapa? Sekelas? Ciri-

cirinya gimana? Namanya?” deretan pertanyaan ku tak ada yang dijawab dengan benar,

semuanya di jawab dengan tawanya yang pecah.

“Males ah ngobrol sama kak rio”

“Ehh iya maaf-maaf. Tenang aja archi itu udah lama kok, cewe itu gak satu sekolah sama

kita dan kayaknya iel juga udah lupa dan udah bisa jatuh cinta lagi”

“Kok kaka tau nama aku?”

“Hahaha udah ah, masuk sana bel udah bunyi itu apa kamu mau aku anter ke kelas?”

goda kak Rio.

“Makasih, udah kenyang sama tatapan mereka” kak Rio hanya tertawa melihat gaya ku

yang gak kalah menyebalkan.

“Chi, kalo kamu kenapa-kenapa lapor ya pintu ini kebuka kok buat kamu. Kamu kenapa-

kenapa aku juga yang repot, oke?” tak menjawab pertanyaan kak Rio karena aku kira dia

hanya menggoda ku lagi.

Aku tidak puas dengan penjelasn dari kak Rio, pokoknya aku harus ketemu Gabriel.

Tapi seharian ini aku gak ketemunya sedikitpun. Giliran dicariin gak ketemu, giliran gak

Page 14: Semua akan indah pada waktunya

di cari ketemu terus, maunya sih apa ya. Tatapan mereka hari ini bikin aku bener-bener

kenyang, mau kemana-mana juga jadi gak enak.

“Atsar kamu kenapa? Salah aku apa sama kalian? Aku kan baru disini gak tau apa-apa”

ucap ku sangat memelas pada teman sebangku yang sedang membaca buku. Awalnya ia

tidak ingin menjawab pertanyaan ku, tetapi aku selalu merengek meminta penjelasan

minimal dari teman sebangku saja itu sudah cukup.

“Kemarin kamu dekat banget dengan kak gabriel. Kak gabriel itu wakil osis sekolah ini

dan dia punya fans tersendiri. Hhhhh sebenarnya aku iri sih ngeliat kamu bisa deket

begitu sama kak gabriel tapi kalo dipikir aku jahat ya mementingkan ego sendiri”

“Makasih atsar, aku cuma disuruh kepala sekolah kok seharian kemarin sama dia”

“Iya? Disuruh aja kan gak ada hubungan apa-apa?” aku menganggukan kepala.

“Ahhh syukurlahh” Masalah hari ini clear, selesai sudah. Cukup masalah hari ini aja yang

ribet jangan nambah lagi.

Baju olahraga baru yeayy setelah beberapa minggu ini aku masih menggunakan baju

yang lama. Oh iya sudah lama juga aku gak lihat kak Rio atau Gabriel. Apa karena aku

nyariin ya makanya gak ketemu *ehh. Denger kabar sih mereka lagi sibuk untuk sertijab

atau serah terima jabatan karena mereka sebentar lagi akan lulus. Tunggu sebentar, lulus?

Apa artinya aku gak bisa ketemu mereka lagi? Kenapa jadi deg-degan? Kok jadi takut

begini sih.

“Archiiii awaaaassss” Dubraaaakkk..... Dengan mulus bola basket itu mengenai kepala

ku.

“Bengong aja sih makanya perhatiin chi” omel Atsar yang membantuku berdiri.

“Sakit?” aku mengangguk perlahan karena menahan pusing.

“Ampun deh chi, nangkep bola aja gak bisa gimana mau nangkep hati orang lain” suara

yang sangat aku kenal dan saat ini lagi gak pengen ketemu.

“Diem deh kak rio, jangan bawel”

“Nih pake ini biar enakan” kak Gabriel yang datang langsung duduk di samping ku.

“Loh tadi katanya gak mau kesini iel”

“Kata siapa?”

“Wahh kalo begini kita harus tanding siapa yang berhak buat dia”

Page 15: Semua akan indah pada waktunya

“Dia bukan barang yang dipertaruhkan yo, berapa kali gua harus bilang ke lu” aku yang

di tengah-tengah mereka hanya memperhatikan mereka satu persatu tanpa mengerti apa

maksudnya.

“Bukan taruhan kok, cuma memastikan seberapa pentingnya dia dan seriusnya bagi lu”

pembicaraan mereka sepertinya serius karena kak Rio yang suka bercanda saat ini

mukanya tidak seperti biasanya. Aku mengendap perlahan-lahan untuk menjauhi mereka

tapi tangan ku dipegang oleh kak Gabriel.

“Jangan kemana-mana, habis ini kita ke UKS” walaupun dengan senyuman, tetap saja

mimik mukanya serius, sangat serius.

“Satu lawan satu selama 10 menit”

“Oke gak masalah” mereka beranjak dari bangku masing-masing dan berlari ke tengah

lapangan. Teman sekelas ku yang sedang latihan di lapangan sebelahnya berteriak histeris

karena melihat mereka bermain secara live. Aku yang duduk di dekat lapangan

pertandingan mereka malah takut, mau kabur nanti diomelin kak Gabriel kalo gak kabur

makin diomelin sama fans mereka. Satu lawan seribu, lebih baik aku kabur daripada

diomelin seribu orang.

Pertandingan mereka disaksikan murid sekolah yang sedang pelajaran olahraga

ataupun yang sedang tidak ada guru. Semuanya antusias senang karena ketampanan

mereka yang sungguh ku akui mereka sangat keren saat bermain basket. Serius diiringi

keringat yang mengalir di dahi membuatnya sangat cool. Kak Rio maupun kak Gabriel

memiliki pendukungnya masing-masing dan jika dihitung dari suara teriakannya jumlah

mereka sama.

Apa hanya aku sendiri yang merasakan pertandingan mereka kali ini bukan untuk

menghibur? Aku merasa pertandingan mereka ini serius, sangat serius. Apa maksud

ucapan mereka tadi berhubungan dengan ini ya? Kalau aku berhentikan sama saja aku

cari mati *geleng-geleng kepala*.

“Jangann sakitin dia ya” ucap kak Rio yang memberi tanda selamat ke kak Gabriel.

“Kayaknya lu baru kenal gua yo” aku yang melihatnya dari jauh makin deg-degan

padahal tidak ada yang terluka sama sekali.

“Iya, udah lama gua gak liat iel yang begini” pertandingan mereka selesai setelah ucapan

kak Rio yang membuat kak Gabriel tersenyum dengan sangat tulus. Semua teriakan

Page 16: Semua akan indah pada waktunya

penonton juga tanda selesainya pertandingan mereka dengan saling jabatan tangan.

“Ayo siapa yang mau main basket sama rio” teriakan kak Rio di tanggapi dengan riuh,

hampir semua yang mendengar, melihat, dan bisa datang ke ajakannya menghampiri kak

Rio yang di lapangan termasuk teman sekelas ku.

“Ada yang aneh” pikir ku yang masih berdiri di tempat persembunyian.

“Kenapa cuma kak Rio yang di lapangan? Kak Gabriel kemana ya?” aku celingak-

celinguk mencari sosok yang tinggi semampai itu. Kak Gabriel menghilang di tempat dan

hanya kak Rio yang di kerubungin.

“Hayo cari siapa?” aku kaget sampai tidak bisa berbicara apa-apa. Orang yang tadi aku

cari ternyata ada di belakang aku.

“Kenapa ka?” tanya ku acuh.

“Harusnya aku yang nanya kenapa. Kenapa pergi dari tempat duduk tadi? Kan udah aku

bilang jangan kemana-mana”

“Kalo aku disana dicium bola lagi gimana? Mau jadi apa kepala aku nanti?” ucap ku

ngeles, sebenernya takut sama fansnya kak Gabriel yang bejibun itu.

*Muah....

“Kalo dicium aku, kepala kamu jadi apa?” seketika aku diam membeku, speechless. Apa

yang barusan kak Gabriel lakukan? Aku gak mimpi kan? Dia cium kening aku? Kenapa?

Tanda apa itu?

“Ayo kita ke UKS, takut memar nanti” badan ku masih membeku gak percaya tapi sudah

di seret kak Gabriel ke UKS.

Aku bener-bener gak tau apa yang terjadi pada diriku sendiri akhir-akhir ini. Sejak

kejadian itu kak Gabriel sering mengunjungi ku, sering menemui ku, bahkan aku mulai

dimusuhi lagi oleh teman sekalas, Atsar teman sebangku pun terkadang mendiamkan aku

ketika kak Gabriel datang ke kelas saat jam istirahat. Tersebar gosip diriku dan kak

Gabriel berpacaran. Awalnya mereka menganggapnya gosip, tapi kalau kak Gabrielnya

sendiri yang sering datang ke kelas ku bukannya meyakinkan mereka jadinya? Sesekali

kak Rio juga meledek ku, ihh aku kesal jadinya. Apa yang terjadi padaku sebenarnyaaaaa

*frustasi*

Dubraaakkkk.........

Page 17: Semua akan indah pada waktunya

“Kak rio jelasin semuanya sekarang!!!” aku mendobrak pintu ruang OSIS dengan paksa.

“Pelan dong archi kalo rusak susah minta gantinya” ucap kak Rio memelas.

“Kenapa kak gabriel jadi sering dateng ke kelas ku? Kenapa dia jadi perhatian? Kenapa

dia jadi lebih peduli sama aku? Kenapa dia tau semua tentang aku? Salah aku apa sama

dia?”

“Disini emang tempat konsul, tapi bukan konsul cinta juga chi. Gak tau aku jomblo?”

ucap kak Rio bercanda seperti biasanya.

“Tanya aja sama gabrielnya langsung, orangnya di belakang kamu”

“Ada apa chi?” aku langsung mengahadap belakang dan menatapnya tajam.

“Sebenernya aku mau nanya ini, dan harus di jawab satu-satu” ucap ku dengan semangat.

“Kenapa kaka cium aku? Kenapa jadi sering ke kelas? Kenapa tau rumah aku? Kenapa

lebih peduli aku? Kenapa pengen tau banyak tentang aku? Kenapa...”

“Karena aku suka sama kamu” seketika ruangan sepi, badan ku membeku lagi dibuatnya.

“Ekhm sebentar, kalian ciuman?” aku yang tersadar akan ucapan kak Rio langsung

melempar benda apapun yang ada di samping ku.

“Aku gak tau sih suka atau cinta ya”

“Tapi kan ka aku belum lama disini, kenal kalian aja terbilang baru”

“Kamu lupa ya kejadian 5 tahun lalu?”

“Hah 5 tahun lalu?”

Waktu itu keadaanya sedang hujan deras, banjir dimana-mana apalagi yang namanya

ibu kota ini hujan sedikit saja sudah banjir. Motor Gabriel sudah terendam banjir sekian

jam sehingga motornya sudah tak kuat lagi berjalan. Saat itu ia tepat berhenti di sebuah

perumahan dan tepatnya di suatu rumah. Rencana awal ia hanya untuk berteduh tapi

hujan tak kunjung berhenti hingga akhirnya Gabriel pingsan kedinginan. Archi yang baru

saja pulang melihat seseorang jatuh pingsan di depan pagarnya. Segera Archi memerintah

mamang untuk menggotongnya dan meletakkan di kamarnya. Si mbok dengan cekatan

membawa handuk. Terlihat sangat jelas raut wajah Archi yang khawatir, orang yang

dihadapannya terlihat sangat pucat. Sempat Gabriel siuman dan melihat seorang

perempuan sedang mencari selimut di dalam lemari. Sekitar 10 selimut ia dapatkan dan ia

kenakan di badan Gabriel. Archi tidak sadar jika orang yang ia sedang selimutkan sudah

siuman karena matanya berkaca-kaca melihat orang di depannya ini diam tidak berdaya.

Page 18: Semua akan indah pada waktunya

Hal ini lah yang membuat hati Gabriel tersentuh, perempuan yang bahkan ia tak tahu

namanya menangis untuk dirinya dan sedangkan selama ini ia menangis untuk

perempuan yang telah mengabaikan dirinya. Archi terjaga hingga tengah malam, dirinya

tidak tidur hanya menunggu Gabriel siuman. Gabriel yang tidak berdaya juga tidak bisa

bangun saat itu juga. Hingga pagi tiba, Gabriel mendapati perempuan yang sudah

berkorban untuknya tertidur lelap, karena dirinya tidak ingin membangunkannya maka

Gabriel keluar dan berpamitan dengan si mbok dan mamang. Hatinya kini tersentuh

kembali saat motor yang ia kenakan kemarin sudah benar atas perintah perempuan yang

sudah menolongnya. Ada perasaan ragu untuk pulang karena ia belum sempat

mengetahui namanya tapi Gabriel malu jika berpenampilan seperti ini dihadapannya.

Maka Gabriel memutuskan untuk kembali esok hari. Takdir berkata lain ketika Gabriel

ingin bertamu kembali ke rumah itu dengan keadaan yang lebih baik ternyata

penghuninya telah pindah.

Mendengar cerita Gabriel air mata Archi jatuh dengan derasnya dan terkadang

sesenggukan terdengar dari mulutnya. Bahunya yang naik turun dengan cepat

menandakan tangisnya sudah tak tertahankan lagi.

“Maafin aku ya gak sempet pamitan” ucap Gabriel yang menghampiri Archi.

“Udah jangan nangis, ini salah ku” Gabriel memeluk Archi dengan sangat erat seakan

dirinya tidak ingin berpisah lagi darinya.

Setelah mendengar cerita Gabriel aku langsung memperkenalkan dirinya ke mamang

dan si mbok. Betapa terkejutnya aku ketika mereka semua sudah tau.

“Kok aku gak di kasih tau sih mbok?” aku cemberut karena mereka merahasiakan ini

semua.

“Gak maksud non, tadinya kita cuma nebak-nebak eh ternyata bener”

“Iya non, si mbok gak berani bilang takut salah”

“Mereka gak salah, kamu aja yang lupa sama muka aku”

“Ohh jadi sekarang kamu nyalahin aku?”

“Bukan begitu, aduhhh cowo emang selalu salah ya”

“Non hari ini si mbok buat donat loh”

“Donat kentang? Keju? Coklat?”

Page 19: Semua akan indah pada waktunya

“Lengkap pokoknya”

“Oke let’s go”

“Ohh jadi cara bujuk kamu begini?” si mbok hanya mengedipkan sebelah matanya dan

mengacungkan jempolnya.

“Katanya tau semua tentang aku, payah”

“Ya tapi gak semua juga kan chi” Gabriel menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Oke, habis ini kita ada pelajaran tentang Archi siap?”

“Siap tuan putri” ucap Gabriel dengan senyum yang membuat hatiku panas menahan

malu.

Resminya Aku dan Gabriel berpacaran sudah tersebar seantereo sekolah. Awalnya

aku dimusuhi habis-habisan tapi entah darimana cerita yang Gabriel ceritakan kepada ku

ikut menyebar. Ada untungnya sih dengan begitu ada beberapa yang merestui hubungan

kami.

“Fans lo berkurang iel, dan haters lu lebih banyak chi dibanding fans” ucap kak Rio

diiringi tawanya.

“Kak Gabrielll” aku merengek sambil mengguncangkan tubuhnya.

“Yo jangan usil lah”

“Dih minta bantuan, 1 lawan 1 dong payah nih”

“Rio maaf ya kemarin aku ketiduran, semalem kamu cerita apa bisa diulang gak

kayaknya seru deh” tiba-tiba datang perempuan yang waktu itu sempat melabrak ku kalo

gak salah namanya Ify.

“Gak jadi fy, aku udah lupa”

“Yah yo, maaf aku ketiduran. Oh iya nanti malem jadi?”

“Ekhm ohh jadi begitu, akal bulus muslihat kaka ketauan kannn”

“Apaan sih, sotil” ucap kak Rio masih dengan coolnya yang membuat aku kesal.

“Kak Ify mau tau tentang kak rio gak?”

“Archi” ucap kak Rio yang greget dan ingin menangkap ku, aku langsung berlindung di

belakang kak Gabriel.

“Kak ify ikut aku ayo” aku memegang tangan kak Ify dan mengajaknya berlari menjauhi

mereka. Awalnya kak Rio ingin mengejarku, untungnya di tahan oleh kak Gabriel.

Page 20: Semua akan indah pada waktunya

“Apa sih iel, cewe lo noh pengen gue sentil”

“Sialan, itu cewe gua, berarti urusannya sama gue”

“Ahh gua masih gak percaya sama cerita lu. Kok lu gak cerita sih?”

“Entah lah, gua terpuruk banget yo ketika satu per satu orang yang ada di samping gua

dan gua sayang pergi begitu aja”

“Lo kira gua ngga? Ditambah sifat lu yang berubah jadi dingin. Gua harus tetep pake

semua topeng agar lu balik lagi, tapi sia-sia”

“Sorry sob kalo gua ngerepotin”

“Kalo lu ngerepotin udah dari dulu lu gue tinggal sendirian”

“Thanks bro”

“Hemm sorry ya iel, cerita lu gua sebar di fans site gue”

“Sial, jadi lu yang nyebar” ucap Gabriel sambil memukul Rio.

“Kan demi archi juga biar gak terlalu di musuhin”

“Tetep aja ember lu gak ilang” pukulan kedua Gabriel gagal karena Rio berhasil

meloloskan diri dan berlari.

Lari-larian terjadi di tengah lapangan, Gabriel mengejar Rio dan Rio mengejar Archi

dan Ify. Semua terlihat menyenangkan, memang tak ada peristiwa yang sangat

menghebohkan tapi memendam rasa selama 5 tahun itu cukup menyakitkan. Kini semua

rasa itu seudah melegakan, tak ada lagi yang tertinggal. Archi, perempuan yang selama

ini Gabriel cari telah di temukan, sejak pertama bertemu di dekat sekolah dengan tidak

sengajanya Gabriel menginjak lubang yang mengakibatkan baju orang kotor hingga ia

melihat sendiri supir dan pembantu Archi. Awalnya dirinya tak percaya jika orang yang

selama ini ia cari di hadapannya, berbagai informasi ia cari dengan teliti hingga

kenyataan mengatakan perempuan itu adalah Archi. Garis takdir memang sudah di

gariskan tinggal bagaimana kita menjalaninya.