seminar proposal
DESCRIPTION
hjguhijiuTRANSCRIPT
HUBUNGAN PENINGKATAN KADAR GULA DARAH PUASA DENGAN
PENINGKATAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
Proposal Skripsi
Oleh :
GRACE TYAN DHINI
NPM. 11310144
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Hubungan Peningkatan Kadar Gula Puasa dengan
Peningkatan Kadar Trigliserida pada Pasien DM tipe 2 di
Rumah Sakit Umum Daerah DR. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung
Nama Mahasiswa : Grace Tyan Dhini
NPM : 11310144
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk seminar proposal skripsi.
i
Pembimbing I
dr. Teddy, Sp.PD
Bandar Lampung, Januari 2015
Pembimbing II
dr. Neno Fitriyani H
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan........................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
Daftar Tabel...................................................................................................... iv
Daftar Gambar ................................................................................................. v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 4
1.5 Ruang Lingkup............................................................................. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pankreas........................................................................................ 7
2.2 Insulin........................................................................................... 8
2.3 Glukosa......................................................................................... 9
2.4 Trigliserida.................................................................................... 11
2.5 Diabetes Melitus........................................................................... 14
2.6 Diabetes Melitus tipe 2................................................................. 19
ii
2.7 Hubungan Kadar Gula Darah dengan Kadar Trigliserida......... 34
2.8 Kerangka Teori............................................................................. 35
2.9 Kerangka Konsep....................................................................... 36
2.10 Hipotesis..................................................................................... 36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................... 37
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 37
3.3 Populasi dan Sampel..................................................................... 38
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi........................................................ 38
3.5 Variabel Penelitian........................................................................ 39
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian..................................... 39
3.7 Pengumpulan Data........................................................................ 40
3.8 Pengolahan Data........................................................................... 40
3.9 Analisis Data................................................................................. 41
3.10 Alur Penelitian............................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kadar Gula Darah.................................................................................. 10
2.2 Kadar Trigliserida Darah........................................................................ 14
3.1 Definisi Operasional............................................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Teori.................................................................................... 35
iv
2.2. Kerangka Konsep................................................................................. 36
3.1 Alur Penelitian....................................................................................... 42
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis
merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal. Berbagai penelitian epidemiologi
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka prevalensi DM
dari tahun ke tahun. Secara epidemiologi, Indonesia menduduki peringkat
keempat jumlah penyandang diabetes (diabetesi) terbanyak setelah
Amerika Serikat, China, dan India. Pada tahun 2005 didunia terdapat 200
juta (5,1%) diabetesi(penyandang diabetes) dan 20 tahun kemudian
diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat dua kali lipat. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah diabetesi di Indonesia pada tahun
2003 sebanyak 13,7 juta jiwa yang terdiri dari 14,7% di daerah perkotaan
dan 5,8% di daerah pedesaan dan berdasarkan pola pertumbuhan
penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan ada 20,1 juta jiwa
penyandang diabetes (diabetesi).1,2
Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6%
dari orang dewasanya. Angka ini bisa menjadi baku emas untuk
membandingkan kekerapan Diabetes Melitus tipe 2 antar beberapa
kelompok etnik diseluruh dunia, hingga kita bisa membandingkan suatu
negara atau kelompok etnik yang mayoritaas penduduknya berkulit putih
1
2
seperti negara Singapura. Kemakmuran suatu negara juga mempengaruhi
kekerapan DM tipe 2 akibat perubahan gaya hidup masyarakatnya, seperti
beberapa bangsa Mikronesia dan Polinesia di Pasifik, Indian Pima di AS,
orang Meksiko yang ada di AS, bangsa Creole di Mauritius dan Suriname,
penduduk asli Australia dan imigran India di Asia. Prevalensi ini juga
ditemukan di Malta, Arab Saudi, Indian Canada, Cina di Maurituis, dan
Taiwan.3
Menurut penelitian epidemiologi yang dilaksanakan antara tahun
2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan prevalensi DM tipe 2 sebesar
14,7%, demikian juga di Makasar prevalensi tahun 2005 mencapai 12,5%.
Sementara itu, di Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tercatat bahwa pada
tahun 2005-2006 jumlah penderita DM mengalami peningkatan 12% dari
periode sebelumnya 6.256 jiwa.3,4
Prevalensi faktor resiko DM di Indonesia dari tahun 2001-2004
yaitu : obesitas dari 12,7% menjadi 18,3%, hiperglikemia dari 7,9 %
menjadi 11,3%, dan hiperkolesterol dari 6,5% menjadi 12,9%.5
Dislipidemia sering dijumpai pada pasien DM tipe 2. Dislipidemia
yaitu gangguan metabolisme lipid berupa peningkatan kadar kolesterol
total, trigliserida (TG), low density lipoprotein (LDL), dan penurunan
kadar high density lipoprotein (HDL). Gambaran dislipidemia pada DM
tipe 2 yang paling sering ditemukan adalah peningkatan kadar trigliserida
dan LDL dan ditemukan penurunan HDL.6
3
Agnes (2012) melaporkan dari 143 pasien DM tipe 2 yang
memiliki kadar trigliserida baik 51 pasien(36%), kadar trigliserida sedang
60 pasien (42%), dan kadar trigliserida buruk 32 pasien(22%).5
Syahrul (2013) meneliti pada 64 pasien didapatkan hasil bahwa
pasien yang mengalami hipertrigliseridemia adalah sebanyak 27 orang
(42,2%) dan pasien yang memiliki kadar trigliserida normal adalah
sebanyak 37 orang (57,8%). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
kadar gula darah diikuti dengan meningkatnya kadar trigliserida.7
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian “Hubungan Peningkatan Kadar Gula Darah Puasa dengan
Peningkatan Kadar Trigliserida pada Pasien DM tipe 2 Di RSUD DR. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian yang telah di kemukakan sebelumnya maka
rumusan msalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah Terdapat Hubungan Peningkatan Kadar Gula Darah Puasa dengan
Peningkatan Kadar Trigliserida pada Pasien DM tipe 2 di RSUD DR. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung?
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Peningkatan Kadar Gula
Darah Puasa dengan Peningkatan Kadar Trigliserida pada Pasien
Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui peningkatan kadar gula darah puasa pada
pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung.
b) Untuk mengetahui peningkatan kadar trigliserida pada pasien
DM tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
c) Untuk mengetahui hubungan peningkatan kadar gula darah
puasa dengan peningkatan kadar trigliserida di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan ilmu
pengetahuan tentang kadar gula darah puasa dan kadar trigliserida
pada pasien DM tipe 2.
5
2. Manfaat Bagi Tempat Peneliti
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan upaya-upaya
preventif hipertrigliseridemia pada pasien DM tipe 2.
b) Menciptakan kerjasama yang bermanfaat antara RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek dengan mahasiswa FK Universitas Malahayati.
3. Manfaat Bagi Universitas
a) Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan sumber pustaka
ilmiah bagi universitas.
b) Dapat terbinanya kerjasama antara universitas dengan tempat
penelitian dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan dan
keterampilan.
4 . Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman,
wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai kadar gula darah puasa
dan kadar trigliserida pada pasien DM tipe 2.
5. Manfaat Bagi Peneliti lain
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data sekunder
untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kadar gula
darah puasa dan kadar trigliserida pada pasien DM tipe 2
6
6. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
petugas kesehatan tentang hubungan peningkatan kadar gula darah
puasa dengan peningkatan kadar trigliserida pada pasien DM tipe
2.
1.5 Ruang Lingkup
Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian ini, maka peneliti ingin
membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Judul Penelitian
Hubungan Peningkatan Kadar Gula Darah Puasa dengan
Peningkatan Kadar Trigliserida pada Pasien DM tipe 2 di RSUD
DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan bulan Januari 2015.
3. Subjek Penelitian
Pasien DM tipe 2 yang pernah berobat di RSUD DR. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung periode Januari-Desember 2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pankreas
Pankreas memiliki peranan yang sangat penting dalam
metabolisme glukosa, lipid, dan protein. Pankreas terdiri atas asini dan
jutaan pulau Langerhans (insula pancreatica). Pulau Langerhans
mengandung empat jenis sel utama yaitu :
1. Sel alfa
Jumlahnya kira-kira 25% dari seluruh sel. Sel ini menyekresi hormon
glukagon yang berfungsi untuk meningkatkan kadar glukosa darah
dengan mempercepat perubahan glikogen, asam amino, dan asam lemak
dihati menjadi glukosa.
2. Sel beta
Jumlahnya kira-kira mencakup 50% dati seluruh sel. Sel ini menyekresi
hormon insulin yang berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan transport glukosa kedalam hati, otot dan jaringan
adipose. Efek ini berlawanan dengan efek glukagon.
3. Sel delta
Sel ini mencakup 10% dari seluruh sel. Sel ini menyekresi hormon
somatostatin yang berfungsi untuk mengurangi dan menghambat
sekretori dari sel alfa dan sel beta.
7
8
4. Sel PP
Sel ini terdapat dalam jumlah kecil dan menyekresi hormon yang
fungsinya masih belum jelas yaitu hormon polipeptida pankreas.8,9
2.2 Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul sebesar
5808. Insulin terdiri atas dua rantai asam amino yang dihubungkan satu
sama lain oleh ikatan disulfida . Secara historis, insulin dihubungkan
dengan “gula darah” sehingga insulin sangat berperan dalam metabolisme
karbohidrat. Dalam kondisi normal, apabila kita memakan makanan yang
tinggi karbohidrat, insulin akan disekresikan dalam jumlah yang besar dan
mengatur penyimpanan karbohidrat di hati dan otot dalam bentuk
glikogen.
Selain berefek pada metabolisme karbohidrat, insulin juga
mempunyai efek terhadap metabolisme lemak. Insulin akan meningkatkan
pemakaian glukosa oleh jaringan tubuh, yang secara otomatis akan
berfungsi sebagai “penghemat lemak”. Selain itu, insulin juga
menghambat kerja enzim lipase sensitive hormon, enzim yang
menyebabkan hidrolisis trigliserida dalam sel-sel lemak, sehingga
pelepasan asam lemak dari jaringan adipose ke sirkulasi darah akan
terhambat.8
2.3 Glukosa
9
2.3.1 Definisi
Karbohidrat tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan, senyawa ini
mempunyai peran metabolic yang penting. Pada tumbuhan, glukosa
disintesis dari karbondioksida dan air melalui fotosintesis. Hewan dapat
menyintesis karbohidrat dari asam amino. Glukosa merupakan karbohidrat
terpenting, kebanyakan karbohidrat dalam makanan diserap dalam bentuk
glukosa. Glukosa merupakan bahan bakar metabolik utama pada mamalia
dan bahan bakar universal bagi janin. Secara biomedis, glukosa merupakan
monosakarida terpenting.8,10
2.3.2 Metabolisme Glukosa
Tubuh mempertahankan kadar glukosa dalam darah yang konstan
dalam keadaan apapun saat pasokan makanan dan kebutuhan berubah-
ubah seperti saat tidur, makan, dan bekerja. Proses ini disebut sebagai
homeostasis glukosa. Kadar yang normal yaitu sekitar 80-100mg/dl pada
dewasa dan 80-90mg/dl pada anak.
Saat tubuh mengalami hipoglikemi, keadaan ini dicegah dengan
pelepasan glukosa dari simpanan glikogen dalam hati melalui jalur
glikogenesis dan sintesis glukosa dari laktat, gliserol, dan asam amino
dihati melalui jalur glukoneogenesis serta melalui pelepasan asam lemak
dari simpanan jaringan adiposa.
Kebalikannya, saat tubuh mengalami hiperglikemi dicegah oleh
perubahan glukosa menjadi glikogen dan perubahan glukosa menjadi
triasilgliserol (trigliserida) di jaringan adiposa. Keseimbangan antar
10
jaringan dalam menggunakan dan menyimpan glukosa selama puasa dan
makan terutama melalui kerja hormon metabolic, yaitu insulin dan
glukagon.11
Tabel 2.1. Kadar Gula Darah
Gula Darah Normal Tinggi
Sewaktu 100-199 ≥200
Puasa 100-125 ≥126
Sumber : Konsensus PERKENI 201112
2.3.3 Jadwal Pengambilan Gula Darah
Gula Darah Puasa
Kadar glukosa darah yang diukur setelah berpuasa (intake glukosa)
minimal 8 jam.
Gula Darah Sewaktu
Kadar glukosa darah yang diukur sewaktu-waktu tanpa melakukan
persiapan puasa.
Gula Darah 2 jam Post Prandial (setelah makan)
Kadar glukosa yang diukur 2 jam setelah makan (intake glukosa).12
2.4 Trigliserida
2.4.1 Definisi
11
Triasilgliserol (Trigliserida) merupakan simpanan lipid yang
utama pada manusia dan juga merupakan sekitar 95% jaringan lemak
tubuh. Trigliserida adalah ester trihidrat asam lemak dan gliserol.
Trigliserida diangkut dari usus dalam bentuk kilomikron dan dari hati
dalam bentuk VLDL (very low density lipoprotein). Dalam plasma,
trigliserida terdapat dalam berbagai konsentrasi di berbagai fraksi
lipoprotein. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi trigliserida maka semakin rendah kepadatan (densitas) dari
lipoprotein. Pembawa utama trigliserida dalam plasma adalah kilomikron
dan VLDL.10
2.4.2 Rumus Kimia
Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR-CH2COOR-CH2-
COOR. Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara
alami dapat bervariasi, namun panjang yang paling umum adalah 16 atau
18.
Pada tubuh manusia terdapat tiga asam lemak yang paling sering terdapat
dalam trigliserida :
a) Asam stearat : mempunyai 18 rantai karbon dan sangat jenuh dengan
atom hdrogen
b) Asam oleat : mempunyai 18 rantai karbon tetapi mempunyai satu ikatan
ganda dibagian tengah rantai
c) Asam palmitat : mempunyai 16 rantai karbon dan sangat jenuh.8
2.4.3 Penyimpanan trigliserida
12
Penyimpanan trigliserida dipengaruhi oleh enzim lipoprotein lipase
yang diaktifkan oleh insulin. Insulin akan mengubah glukosa menjadi
asam lemak, yang nantinya dibentuk sebagai trigliserida dalam bentuk
LDL dan ditimbun di jaringan adiposa.8,10
2.4.4 Hidrolisis Trigliserida
Bila lemak akan digunakan, pertama-tama lemak harus ditranspor
ke jaringan lain dalam bentuk asam lemak bebas. Keadaan ini dicapai
dengan hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Ada dua
jenis rangsangan yang berperan penting dalam meningkatkan hidrolisis
trigliserida, yaitu :
a) Bila persediaan glukosa pada sel lemak sangat rendah, salah satu hasil
pemecahan α-gliserofosfat juga menjadi sangat rendah. Zat ini
dibutuhkan untuk membentuk gugus gliserol yang baru disintesis, bila
tidak ada, maka akan bergeser kearah hidrolisis.
b) Efek dari enzim lipase sensitive hormon di dalam sel-sel lemak akan
menjadi aktif. Keadaan ini menyebabkan hidrolisis trigliserida yang
disimpan, sehingga akan melepaskan banyak asam lemak dan gliserol
kedalam sirkulasi darah, akibatnya konsenterasi asam lemak bebas
dalam plasma akan meningkat.8,10
2.4.5 Dislipidemia
Pada diabetes, dislipidemia yang biasa timbul berupa trias lipid,
yaitu hipertrigliseridemia, hiperkolesterolemia (LDL), rendahnya kadal
13
HDL. Resistensi insulin pada DM tipe 2 dapat meningkatkan kadar
trigliserida darah. Menurut konsensus pengelolaan diabetes mellitus di
Indonesia, keadaan dislipidemia adalah rendahnya kadar kolesterol HDL
dan tingginya kadar trigliserida darah.12
2.4.6 Tes Trigliserida
Terdapat tiga metode pemeriksaan trigliserida, yaitu ultrasentrifus,
elektroforesis, dan enzimatik kolorimetri.
1. Ultrasentrifus, metode ini merupakan pemisahan fraksi-fraksi lemak.
Lemak akan bergabung dengan protein membentuk lipoprotein. Berat
jenis lipoprotein ditentukan dari perbandingan antara banyaknya lemak
dan protein. Semakin tinggi perbandingan antara lemak dan protein
maka semakin rendah berat jenisnya. Berat jenis lemak murni lebih
rendah daripada berat jenis air.
2. Elektroforesis, metode ini dapat memisahkan kilomikron,
betalipoprotein, prebetalipoprotein, dan alfalipoprotein. Serum
diteteskan pada selaput dari selulosa atau kertas saring yang diletakkan
pada medan listrik kemudian intensitas warna yang terbentuk diukur
dengan densimeter.
3. Enzimatik kolorimetrik, trigliserida akan dihidrolisis secara enzimatik
menjadi gliserol dan asam bebas. Kompleks warna yang terbentuk
diukur kadarnya menggunakan spektofotometer, intensitas warna yang
terbentuk dapat ditentukan dengan mengukur absorbansnya pada
rentang panjang gelombang 480-550 nm.
14
Untuk pemeriksaan ini pasien disuruh untuk puasa minimal 12
jam atau maksimal 14 jam, sampel darah diperoleh melalui vena punksi
pada vena mediana cubiti dengan menggunakan disposible syringe 10
cc. Diambil darah sebanyak 5 mL tanpa antikoagulan agar darah dapat
membeku kemudian disentrifus 3000 rpm selama 10 menit untuk
mendapatkan serum. Setelah itu serum dipisahkan dari bekuan darah
dan siap untuk dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total dan kadar
trigliserida.8
Tabel 2.2 Kadar Trigliserida Darah
Sumber : American Heart Association13
2.5 Diabetes Melitus
2.5.1 Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah.1
Kadar (mg/dl) Interpretasi
<150151-199200-499>500
Rentang normal, resiko rendahDiatas ambang batas normalBerisikoRisiko tinggi
15
Diabetes Melitus (DM) merupakan sindroma kronik gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat resistensi insulin pada
jaringan yang dituju.13
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat.14
2.5.2 Klasifikasi
Klasifikasi diabetes berdasarkan American Diabetic Assosiation (ADA)
dibagi menjadi empat :
1. Diabetes Tipe 1 (juvenile-onset) atau Insulin dependent dioiabetes
mellitus (IDDM)
DM tipe 1 dapat muncul disemua usia. Biasa disebut diabetes
tergantung insulin, disebabkan karena kurangnya sekresi insulin.
Dibagi menjadi dua subtipe, yaitu :
a) Autoimun
akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel beta pankreas
b) Idiopatik
Tanpa bukti autoimun dan belum diketahui sumbernya. Subtipe ini
sering timbul pada etnik keturuunan Afrika-Amerika dan Asia.
2. Diabetes Tipe 2 (onset maturitas) atau (Non Insulin Dependent
Diabetes MElitus)
16
Merupakan jenis diabetes yang tidak tergantung insulin, disebabkan
oleh penurunan sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolism
insulin, seringkali disebut sebagai resistensi insulin. Obesitas sering
dikaitkan dengan penyakit ini.
3. Diabetes Gestasional (GDM)
Dikenali pertama kali selama kehamilan. Faktor resiko terjadinya
GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga,
dan riwayat diabetes gestasional terdahulu.
4. Diabetes Tipe khusus lain
a) Kelainan genetik dalam sel beta seperti yang dikenali pada MODY,
subtipe ini bermanifestasi sebelum usia 14 tahun.
b) Kelainan genetik pada kerja insulin menyebabkan sindrom
resistensi insulin berat
c) Penyakit eksokrin pada pankreas menyebabkan pankreatitis kronik
d) Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali
e) Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
f) Infeksi.8,14
2.5.3 Gejala Klinis
Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak
dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau
toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemia berat akan
timbul glukosuria (glukosa dalam urin) yang mengakibatkan diuresis
17
osmosis yang menyebabkan poliuria (peningkatan keluaran urin) dan
polidipsi (peningkatan rasa haus). Karena glukosa hilang bersama urin
maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif sehingga mengalami
polifagia (peningkatan rasa lapar) dan berat badan menurun. Gejala lain
adalah lelah, mengantuk, kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi pada
pria, dan pturitus vulva pada wanita.
Pasien dengan DM tipe 1 maupun tipe 2 memperlihatkan gejala
yang eksplosif seperti : polidipsia, poliuria, polifagia, turunnya berat
badan, lemah, somnolen beberapa hari atau beberapa minggu. Hanya
perbedaannya pasien dengan DM tipe 1 bisa mengalami ketoasidosis jika
berat, sedangkan pasien DM tipe 2 tidak mengalami ketoasidosis.1,14
2.5.4 Kriteria Diagnosis
PERKENI membagi alur diagnosis DM menjadi dua bagian
besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Apabila ditemukan
gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis namun apabila tidak
ditemukan gejala khas DM maka diperlukan dua kali pemeriksaan
glukosa darah abnormal. Diagnosis DM juga dapat ditegakkan melalui
cara TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral).
Kriteria diagnosis DM
18
1.Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1
mmol/L) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
2.Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7,0
mmol/L) Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam
3.Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air
Cara pelaksanaan TTGO:
- Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-
hari (dengan karbohidrat yang cukup).
- Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelumn
pemeriksaan, minum air putih tanpa gula diperbolehkan.
- Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa.
- Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB
(anak-anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5
menit.
- Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai.
- Diperiksa glukosa darah dua jam sesudah beban glukosa.
19
- Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan
tidak merokok.
Hasil pemeriksaan glukosa darah dua jam pasca pembebanan dibagi
menjadi 3, yaitu :
- <140 mg/dl → normal
- 140 − < 200 mg/dl → toleransi glukosa terganggu
- ≥ 200 mg/dl → diabetes.3
2.6 Diabetes Melitus tipe 2
2.6.1 Definisi
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan suatu sindrom dengan
terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sensitivitas jaringan target terhadap efek
metabolik insulin. Penurunan sensitivitas terhadap insulin ini seringkali
disebut dengan resistensi insulin.
DM tipe 2 lebih sering dijumpai dan ditemukan sebanyak 90% dari
seluruh kasus diabetes mellitus. Pada kebanyakan kasus DM tipe 2 dialami
oleh pasien usia dewasa, tetapi akhir-akhir ini dijumpai peningkatan kasus
yang terjadi pada individu usia muda. Tren tersebut berkaitan dengan
peningkatan prevalensi obesitas pada anak dan dewasa. 8
2.6.2 Epidemiologi
20
Menurut penelitian epidemiologi yang dilaksanakan di Indonesia.
prevalensi DM tipe 2 terbilang tinggi di daerah Pekajangan, suatu desa
dekat Semarang (2,3%), prevalensi di daerah itu tinggi disebabkan karena
banyak perkawinan antar kerabat. Suatu penelitian yang dilakukan di
Jakarta tahun 1993, DM tipe 2 tinggi terjadi didaerah urban (perkotaan)
adalah 5,69% , berbeda dengan hasil penelitian didaerah rural (pedesaan)
yang dilakukan di suatu daerah di Jawa Barat tahun 1995 dengan hasil
hanya 1,1%. Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi
kejadian diabetes.
Pada tahun 2006, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia bekerjasama dengan Bidang Penelitian
dan Pengembangan Departemen Kesehatan melakukan surveilans Faktor
Resiko Penyakit Tidak Menular di Jakarta yang melibatkan 1591 subjek
hasilnya sebesar 12,1%. Melihat kenaikan prevalensi diabetes diatas, dapat
diperkirakan dalam 1 atau 2 dekade mendatang kejadian DM di Indonesia
akan meningkat drastis.
Diabetes Melitus lebih banyak menyerang etnik kulit hitam
dibandingkan kulit putih. Selain itu, DM lebih meningkat di negara
berkembang, hal ini memperlihatkan bahwa kemakmuran suatu bangsa
mempengaruhi prevalensi DM. DM tipe 2 juga lebih banyak terjadi pada
usia dewasa.3
2.6.3 Etiologi
21
Penyakit DM tipe 2 disebabkan oleh penurunan sensitivitas
jaringan target terhadap efek metabolik insulin atau resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. 1,3
2.6.4 Gejala Klinis
Pada pasien DM tipe 2 mungkin sama sekali tidak memperlihatkan
gejala apapun. Pada hiperglikemia yang lebih berat, pasien tersebut
mungkin menderita polidipsi, poliuri, lemah dan somnolen. Dm tipe 2
biasanya tidak mengalami ketoasidosis. Gejala lainnya adalah kesemutan,
kulit terasa panas, rasa tebal dikulit, kram, mudah lelah, mata kabur, gatal
disekitar kemaluan (pruritus vulva) pada wanita, gigi mudah goyah dan
mudah lepas, impotensi pada pria, para ibu hamil sering mengalami
keguguran atau kematian janin.1,14
2.6.5 Patofisiologi
Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal hanya saja jumlah reseptor
insulin pada permukaan sel yang kurang. Karena reseptor insulin
jumlahnya sedikit, maka glukosa yang masuk kedalam sel akan sedikut
juga, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa didalam
pembuluh darah akan meningkat. Jadi pada DM tipe 2 disamping kadar
glukosa dalam darah tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal, keadaan
ini yang disebut dengan resistensi insulin.
22
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dihubungkan dengan efek
utama kekurangan insulin, yaitu :
a) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel tubuh, yang mengakibatkan
peningkatan kadar glukosa darah sampai 300 mg/dl atau lebih
b) Peningkatan penyimpanan lemak sehingga menyebabkan kelainan
metabolisme lemak atau pengendapan lemak pada dinding vaskuler.
c) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh
Keadaan patologi tersebut akan berdampak hiperglikemi. Hiperglikemi
adalah keadaan dimana kadar glukosa darah lebih dari normal. Secara
rinci, terjadinya hiperglikemi menyebabkan perubahan metabolic, seperti :
Transpor glukosa kedalam sel berkurang
Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap
terdapat kelebihan glukosa dalam darah
Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan
glikogen berkurang, dan glukosa dari hati disekresi terus menerus
kedalam darah
Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari unsur non karbohidrat)
meningkat kedalam darah karena hasil dari pemecahan asam amino dan
lemak
Hiperglikemi akan mengakibatkan pertumbuhan berbagai
mikroorganisme (bakteri, jamur) dengan cepat. Mikroorganisme tersebut
sangat cocok hidup didaerah yang kaya glukosa. Setiap terjadi peradangan
23
akan terjadi peningkatan jumlah darah di tempat cidera, kondisi itulah
yang membuat mikroorganisme mendapat pasokan nutrisi sehingga pada
pasien DM mudah mengalami infeksi.15
2.6.6 Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko untuk diabetes melitus adalah sebagai berikut :
a) Obesitas
Individu dewasa dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2.
Resistensi insulin mengganggu penggunaan dan penyimpanan
karbohidrat. Perkembangan resistensi insulin dan gangguan metabolism
glukosa biasanya terjadi secara bertahap yang dimulai dengan
peningkatan berat badan dan obesitas, akan tetapi, mekanisme yang
menghubungkan obesitas dengan resistensi insulin masih belum pasti.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah reseptor insulin di
otot rangka, hati dan jaringan adipose pada orang obese lebih sedikit
dibandingkan dengan orang kurus.
b) Aktivitas fisik kurang.
c) Wanita dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat ≥ 4000 gram atau
riwayat diabetes melitus gestasional.
d) Hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi
obat antihipertensi).
e) Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl.
f) Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT).
24
g) Sindrom Ovarium Polisiklik (PCOS)
menyebabkan peningkatan produksi androgen dan resistensi insulin.
Sindrom ini merupakan salah satu kelainan endokrin tersering pada
wanita.
h) Sindrom Cushing atau akromegali
Penyakit ini menurunkan sensitivitas berbagai jaringan terhadap efek
metabolic insulin dan dapat menyebabkan timbulnya diabetes melitus
tipe 2.
i) Lipodistrofi
Didapat atau genetic, akibat akumulasi lipid dihati
j) Auto antibody terhadap reseptor insulin
k) Masuk kelompok etnik resiko tinggi (African American, Latino, Native
American, Asian American, Pacific Islander).3,8
2.6.7 Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2 kategori mayor:
1. Komplikasi Metabolik Akut
a) Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum >600 mg/dl.
b) Hiperosmolaritas nonketotik
Hiperosmolar nonketotik adalah suatu keadaan dimana kadar
glukosa darah sangat tinggi sehingga darah menjadi sangat kental,
kadar glukosa darah DM bisa sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa
ini akan menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar dari tubuh
melalui kencing sehingga timbulah kekurangan cairan tubuh atau
25
dehidrasi. Gejala hiperosmolar nonketotik mirip dengan
ketoasidosis. Perbedaannya, pada hiperosmolar nonketotik tidak
dijumpai nafas yang cepat dan dalam serta berbau keton. Gejala
yang ditimbulkan adalah rasa sangat haus, banyak kencing,
lemah, kaki dan tungkai kram, bingung, nadi berdenyut cepat,
kejang dan koma.
c) Diuresis osmotik
d) Dehidrasi berat.7,14
2. Komplikasi kronik jangka panjang
a) Retinopati Diabetik
Gejalanya berupa mikroaneurisma, perdarahan, jaringan parut retina
yang dapat menimbulkan kebutaan.
b) Nefropati diabetik
Gejala klinisnya berupa proteinuria, hipertensi, uremia.
c) Neuropati diabetik
Gejala yang timbul antara lain nyeri, parestesia, kurangnya sensasi
getar dan proprioseptik, gangguan motorik, hilangnya refleks-refleks
tendon dalam, serta kelemahan otot.
d) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit ini merupakan salah satu penyulit makrovaskuler pada DM
dan bermanifestasi sebagai aterosklerosis.
26
e) Gangguan Saluran Pencernaan
Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan saraf yang
memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk
menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan
proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama
tinggal di dalam lambung. Gangguan pada usus yang sering
diutarakan oleh penderita DM adalah sukar buang air besar,
perut kembung, dan kotoran keras. Keadaan sebaliknya adalah
kadang-kadang menunjukkan keluhan diare, kotoran banyak
mengandung air tanpa rasa sakit.7,14
2.6.8 Tatalaksana
Modalitas pada penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari (1) terapi
non farmakologis dan (2) terapi farmakologis.
A. Terapi non farmakologis meliputi :
1. Terapi Gizi Medis
Merupakan salah satu terapi non farmakologis yang sangat
direkomendasikan bagi penyandang diabetes (diabetesi).
Tujuan terapi gizi medis adalah untuk mencapai dan mempertahankan :
Kadar Glukosa Darah mendekati normal
- Glukosa puasa berkisar 90-120 mg/dl
- Glukosa darah 2 jam setelah makan <180 mg/dl
- Kadar A1c <7%
Tekanan darah <130/80 mmHg
27
Profil lipid
- Kolesterol LDL <100 mg/dl
- Kolesterol HDL >40 mg/dl
- Trigliserida <150 mg/dl
Berat badan normal
Untuk mencapai tujuan terapi diatas, diabetesi harus dapat
melakukan perubahan pola makan secara konsisten baik dalam
jadwal, jumlah dan jenis makanan sehari-hari (3J).
1) Jenis bahan makanan
a) Karbohidrat
Sebagai sumber energi, karbohidrat yang diberikan pada
diabetesi tidak boleh lebih dari 55-65% dari total kebutuhan
energi sehari. Pada setiap gram karbohidrat terdapat
kandungan energi sebesar 4 kilokalori.
Rekomendasi pemberian karbohidrat :
Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung
karbohidrat, lebih ditentukan oleh jumlahnya
dibandingkan jenis karbohidrat itu sendiri.
Jumlah serat 25-50 gram per hari.
Jumlah sukrosa sebagai sumber energi tidak perlu
dibatasi, namun jangan sampai lebih dari total kalori
perhari.
28
Penggunaan alcohol harus dibatasi tidak boleh lebih dari
10 gram/hari.
Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gram/hari.
b) Protein
Jumlah kebutuhan protein sekitar 10-15% dari total kalori
per hari. Protein mengandung energi sebesar 4 kilo
kalori/gram.
Rekomendasi pemberian protein :
Pada keadaan kadar glukosa darah terkontrol, asupan
protein tidak akan mempengaruhi konsenterasi glukosa
darah.
Pada pasien dengan kadar glukosa tidak terkontrol,
pemberian protein sekitar 0,8-1,0 mg/kg berat badar/hari.
Pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein
diturunkan sampai 0,85 gram/kg berat badan/hari dan
tidak kurang dari 40 gram.
Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber
protein nabati lebih dianjurkan dari protein hewani.
c) Lemak
Jumlah maksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari.
Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori
29
per garamnya. Bahan makanan ini penting untuk membawa
makanan yang tidak larut air seperti vitamin A, D, E, K.
Rekomendasi pemberian lemak :
Jika kadar kolesterol LDL ≥100 mg/dl, asupan asam
lemak jenuh diturunkan sampai maksimal 7% dari total
kalori per hari.
Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/dl, jika kadar
kolesterol LDL ≥100 mg/dl, maka maksimal kolesterol
yang dapat dikonsumsi 200 mg per hari.
Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi
kebutuhaan asam lemak tidak jenuh
2) Jumlah Kalori
Perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur,
ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani.
Penentuan status gizi berdasarkan Rumus Brocca :
Lakukan terlebih dahulu perhitungan berat badan idaman :
Berat Badan Idaman (BBI) = (TB cm-100) - 10%
Jika laki-laki <160 dan wanita <150 tidak dikurangi 10%
Penentuan status gizi dihirung dari :
(BB actual : BB idaman) x 100%
Interpretasi Hasil :
30
BB kurang <90%
BB normal 90-110%
BB lebih 110-120%
Gemuk >120%
Penentuan kebutuhan kalori per hari :
Kebutuhan basal
Pria : BB idaman (kg) x 30 kalori
Wanita : BB idaman (kg) x 25 kalori
Penyesuaian :
Umur >40 tahun : -5%
Aktivitas ringan : +10%
(duduk-duduk, nonton televisi, dll)
Aktivitas sedang : +20%
(kerja kantoran, ibu rumah tangga, dokter, perawat)
Aktivitas berat : +30%
(olahragawan, tukang becak, dll)
Stres metabolic : +10-30%
(infeksi, operasi, stroke, dll)
Kehamilan trimester I dan II : +300 kalori
Kehamilan trimester III dan menyusui : +500 kalori
3) Jadwal Pemberian
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar:
31
Makan pagi : 20%
Makan siang : 30%
Makan malam : 25%
Serta 2-3 porsi ringan (10-15%) diantara makan besar.
2. Latihan Jasmani
Latihan jasmani oleh diabetesi akan menimbulkan
perubahan metabolik. Pada DM tipe 2 latihan jasmani dapat
memperbaiki kendali glukosa secara menyeluruh dan akan
memberikan pengaruh yang baik pada lemak tubuh, tekanan
darah arteri, aliran darah pada kulit, hipertrigliseridemi, serta
fibrinolisis.
Prinsip latihan jasmani pada diabetes :
Frekuensi : olahraga sebaiknya dilakukan dengan
teratur 3-5 kali/minggu.
Intensitas : ringan dan sedang.
Durasi : 30-60 menit.
Jenis : latihan jasmani endurans (aerobic) untuk
meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti :
berjalan, jogging, berenang, dan bersepeda.3
B. Terapi Farmakologis (Medikamentosa)
Pada DM tipe 2 terjadi resistensi insulin pada organ
terutama otot dan hati. Awalnya resistensi belum
memperlihatkan gejala klinis yang berarti, jumlah gula darah
32
masih normal karena sel beta pankreas masih mampu
mengkompensasi keadaan tersebut. Kemudian setelah terjadi
ketidaksanggupan sel beta pankreas, gejala klinis yang khas
mulai timbul seperti hiperglikemi. Apabila upaya perubahan dan
pengendalian gaya hidup tidak berhasil, maka diperlukan terapi
medikamentosa agar dapat mencegah komplikasi diabetes. Pada
beberapa orang, insulin dari luar harus diberikan untuk mengatur
kadar gula darah.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral
dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1) Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan
sensitifitas sel terhadap insulin).
a) Biguanid
Menurunkan glukosa darah dengan cara menurunkan
produksi glukosa hati, meningkatkan pemakaian glukosa
oleh sel usus, dan menghambat absorpsi glukosa diusus
sesudah makan.
b) Glitazone
Obat ini merangsang ekskresi protein yang dapat
memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki
glikemia. Obat ini juga dapat menurunkan kadar
trigliserida dan meningkatkan kadar HDL, serta
memperbaiki fungsi endotel
33
2) Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin
a) Sulfonilurea
Obat ini digunakan pada pasien DM tipe 2 sejak tahun
1950-an. Obat ini digunakan sebagai terapi awal
pengobatan diabetes terutama bila konsenterasi glukosa
tinggi dan sudah terjadi gangguan sekresi insulin. Obat ini
tidak bisa digunakan pada pasien DM tipe 1.
b) Glinid
Obat ini mempunyai struktur yang mirip dengan
sulfonilurea hanya saja memiliki masa kerja yang lebih
pendek.
3) Obat-obat penghambat Alfa Glukosidase
Obat ini bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum
digunakan untuk mengendalikan hiperglikemia post-prandial
(post-meal hyperglycemia),
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat
hipoglikemik oral, yaitu :
1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang
kemudian dinaikkan secara bertahap.
2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja,
dan efek samping obat-obat tersebut.
3.Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan
kemungkinan adanya interaksi obat.
34
4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik
oral, usahakanlah menggunakan obat oral golongan lain,
bila gagal lagi, baru pertimbangkan untuk beralih pada
insulin.
5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita
lanjut usia, oleh sebab itu sebaiknya obat hipoglikemik
oral yang bekerja jangka panjang tidak diberikan pada
penderita lanjut usia.
6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita.3
2.7 Hubungan Kadar Gula Darah dengan Kadar Trigliserida
Saat kondisi tubuh mendapat asupan nutrisi yang berlebihan,
obesitas, dan dislipidemia, asam lemak bebas dalam dalam darah ikut
meningkat. Bila terjadi dalam jangka waktu yang lama, sel beta
pankreas tidak mampu mengkompensasi dan terjadilah resistensi
insulin. Resistensi insulin mengakibatkan peningkatan kadar asam
lemak bebas dalam tubuh. Asam lemak bebas kemudian dibentuk
sebagai trigliserida dan ditranspor dalam darah. Pada DM tipe 2,
resistensi insulin mempengaruhi peningkatan metabolisme lemak
sehingga terjadi hidrolisis trigliserida kedalam darah. Selain itu,
resistensi insulin pada DM tipe 2, terjadi pengaktifan enzim fosforilase
yang mengakibatkan pemecahan glikogen dari hati kedalam darah
sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah.
35
Dari urraian diatas, dapat dilihat bagaimana hubungan antara
kadar gula darah dengan kadar trigliserida.5
2.8 Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber : 5
2.9 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
PENINGKATAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU
PENINGKATAN KADAR TRIGLISERIDA
Asam Lemak Bebas↑
Resistensi Insulin
Trigliserida↑
Enzim hepar peka-hormon aktif
DIABETES MELITUS TIPE 2 (Gula Darah Puasa↑)
Sel Beta tidak mampu mengkompensasi
Hidrolisis Trigliserida
Dislipidemia
36
2.10 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada Hubungan Peningkatan Kadar Gula Darah Puasa dengan
Peningkatan Kadar Trigliserida pada Pasien DM Tipe 2 di RSUD
DR. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
Ha : Ada Hubungan Peningkatan Kadar Gula Darah Puasa dengan
Peningkatan Kadar Trigliserida pada Pasien DM Tipe 2 di RSUD
DR. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah analitik observasional karena penelitian ini
mencari hubungan antar variabel dengan rancangan penelitian cross
sectional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
peningkatan kadar gula darah puasa dengan peningkatan kadar trigliserida
pada pasien DM tipe 2 di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung.
Cross sectional dipilih karena peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Tiap subjek hanya diobservasi
satu kali dan pengukuran variabel bebas dan terikat dilakukan sekali dalam
waktu yang bersamaan pada saat pemeriksaan tersebut.16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian di poli penyakit dalam dan bagian rekam medik
RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian pada bulan Januari 2015 menggunakan data
rekam medik periode bulan Januari s/d Desember 2014.
37
38
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DM tipe 2 yang
datang berobat di poli penyakit dalam RSUD DR. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung pada bulan Januari s/d Desember 2014.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 393 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
dan merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.
Pengambilan sampel menggunakan teknik non-propability
samples. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini secara total
sampling, yaitu dengan menjadikan seluruh populasi sebagai
sampel. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 393 orang. 16,17
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a) Pasien diabetes melitus tipe 2
b) Pasien berobat di poli penyakit dalam RSUD dr. H. Abdul
Moeloek pada bulan Januari-November 2014
c) Pasien yang diperiksa gula darah puasa dan kadar trigliserida
d) Subyek tanpa komplikasi penyakit lain
39
2. Kriteria Eksklusi
a) Pasien diabetes melitus tipe 1, tipe lain, dan gestasional
b) Subyek dengan komplikasi penyakit lain
c) Subyek yang mendapat terapi obat anti kolesterol
d) Rekam medik tidak lengkap.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain, artinya apabila variabel independen berubah maka
mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah kadar gula darah puasa.
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan
variabel bebas. Variabel dependen penelitian ini adalah kadar
trigliserida.
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat ukur
Hasil Ukur skala
1 Kadar gula darah puasa pada pasien DM tipe 2
Jumlah kadar gula darah yang diperiksa setelah pasien berpuasa selama miuimal 8 jam
Rekam Medik
0 = Normal, jika kadar glukosa darah puasa 100-125mg/dl
1= Tinggi, jika kadar glukosa darah sewaktu ≥126mg/dl
Ordinal
40
2 Kadar trigliserida pada pasien DM tipe 2
Kadar trigliserida dalam darah pasien DM tipe 2
Rekam Medik
0 = Normal, jika kadar trigliserida ≤150mg/dl
1 = Tinggi, jika kadar trigliserida 150-199mg/dl
Ordinal
3.7 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder, yaitu peneliti melihat data
rekam medik pasien yang telah diperiksa kadar gula darah puasa dan kadar
trigliserida pasien DM tipe 2 di ruang poli penyakit dalam RSUD DR. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung.
3.8 Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dengan melalui 4 tahap yaitu sebagai
berikut:
1. Editing
Kegiatan untuk melakukan pengecekan data apakah sudah lengkap, jelas,
dan relevan.
2. Coding
Setelah melakukan editing data, penulis memberikan kode tertentu pada
tiap data sehingga memudahkan penulis dalam melakukan analisis data.
3. Entering
Data tersebut kemudian diolah menggunakan computer. Data yang diambil
bersifat kuantitatif.
41
4. Cleaning
Kegiatan pengecekan kembali data yang telah dientri ke dalam komputer
tidak terdapat kesalahan.
3.8 Analisis Data
Data diperoleh dari proses pengumpulan data hasil laboratorium yang
tercatat pada rekam medik dan diubah kedalam bentuk tabel, kemudian
diolah menggunakan program SPSS 16.0 for windows.
Analisis Statistik untuk mengolah data menggunakan macam analisa data,
yaitu analisa univariat dan analisa bivariat :
a. Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk menentukan distribusi rata-rata
variabel bebas dan variabel terikat.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen dan variabel dependen, di mana menggunakan uji
statistik chi- square. Uji statistik yang digunakan adalah dengan
hitung kesalahan 5% pembuktian menggunakan rumus chi-square.
Keterangan :
X2 = Nilai distribusi
0 = Frekuensi nilai observasi tiap kategori
E = Frekuensi nilai harapan setiap kategori
42
Maka :
1. Jika p value ≤ 0,05 Ho ditolak berarti ada data sampel yang
mendukung adanya hubungan yang bermakna.
2. Juka p value ≥ 0,05 Ho gagal di tolak berarti ada data sampel yang
tidak mendukung adanya hubungan yang bermakna.
Pada uji chi-square frekuensi harapan tidak boleh kurang dari 5.
Untuk mengetahui derajat hubungan menggunakan OR karena
merupakan penelitian cross sectional, nilai OR untuk
membandingkan kelompok odds yang terekspos dan tidak
terekspos.
3.9 Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Subyek penelitian
Pasien Diabetes Mellitus tipe-2
Data Rekam Medik
Memenuhi kriteria inklusi
Kadar gula darah puasa
Kadar trigliserida
Analisis data
Pembuatan laporan
Kriteria eksklusi
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media
Aesculapius, 2001
2. RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Melitus Terbanyak
Dunia, (Internet). 2011
3. Sudoyo, Aru W, dkk , Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,
Jakarta, Interna Publishing, 2009
4. Ramadhanisa A, Larasati TA, Mayasari D: Hubungan Aktivitas Fisik
dengan Kadar HBA1c pasien DM tipe 2 di Laboratorium Patologi
Klinik RS Abdul Moeloek Bandar Lampung.(jurnal).Universitas
Lampung. 2013
5. C Agnes E, Hubungan antara Kadar Glukosa Darah dengan Kadar
Trigliserida pada DM tipe II di RSD dr. Soebandi Jember (jurnal),
Universitas Jember, 2012
6. Dinamika R, Patofisiologi Diabetes Melitus, 2012
7. Josten S, Mutmainnah, Hardjoeno, Profil lipid penderita DM tipe 2
(jurnal), Universitas Airlangga, 2005
8. Nasution, Syahrul Hamidi, Profil Lipid pada penderita DM tipe 2 di
RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung (skripsi), Universitas
Lampung, 2012
9. Guyton, Arthut C,Hall, John E, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007
10. Eroschenko, Victor P, Atlas Histologi diFiore edisi 11, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008
11. Murray, Robert K, dkk, Biokimia Harper Edisi 27, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2009
12. Mustpha MBtZ, Bab II Tinjauan Pustaka. Universitas Sumatera Utara,
2011
13. PERKENI, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia, Jakarta, Penerbit PB PERKENI, 2011
14. Dorland, W.A.Newman, Kamus Kedokteran Dorland edisi 31, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010
15. Price, Sylvia A, Patofisiologi Volume 2, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2005
16. Sostroasmoro S, Ismael S, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi ke-4. Jakarta, Sagung Seto, 2011
17. Masyhuri, M Zainuddin, , Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis
dan Aplikatif, Rafika Aditama, 2011