seloko sebagai media komunikasi dakwah di desa …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/uk.160146_khoirun...

103
SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR MERANGIN KECAMATAN PAMENANG BARAT KABUPATEN MERANGIN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S. 1) dalam Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Disusun Oleh: KHOIRUN NASBI UK. 160146 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI

DESA LIMBUR MERANGIN KECAMATAN PAMENANG

BARAT KABUPATEN MERANGIN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S. 1) dalam Prodi Komunikasi Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah

Disusun Oleh:

KHOIRUN NASBI

UK. 160146

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2020

Page 2: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

i

Page 3: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

ii

Page 4: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

iii

Page 5: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

iv

MOTTO

مبسم الله انشحمه انشحي

وانعصش. إن الإوسان نفي خسش. إلاانزيه آمىىا وعمهىاانصهحج وحىاصىا

بش } انعصش {‘بانحق وحىاصىابانص

“(1)Demi masa, (2)Sungguh, manusia Berada Dalam dalam kerugian,

(3)Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling

menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”(QS. Al-

„Asr: 103: 1-3)1

1

Tim Penterjemah dan Penafsir Alqur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta,

Departemen Agama RI, 2011), 913.

Page 6: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

v

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realita yang terjadi di masyarakat yaitu

antara masyarakat di pedesaan yang masih mengimplementasikan seloko,

sebaliknya di daerah perkotaan seloko sudah mulai memudar sehingga baik

keberadaan maupun nilainya yang seharusnya tertanam dalam jati diri

masyarakatnya justru terjadi sebaliknya. Hal ini mendorong penulis untuk

meneliti tentang seloko sebagai media komunikasi dakwah, karena komunikasi

dakwah yang menggunakan seloko kemudian di format sesuai tuntutan budaya,

tempat dan zaman, akan membuat komunikasi dakwah memainkan peran

antisipatif yang berfungsi sebagai pengendali perubahan terkhusus transformasi

nilai sosial dan budaya, hal tersebut juga merupakan kaitan seloko dan dahwah

yang di dukung dengan kemampuan berbahasa. Sehingga tujuan untuk

mendeskripsikan manfa‟at dan mengetahui efektivitas seloko dalam penelitian ini

dapat tercapai.

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif

dengan tipe penelitian deskriptif. Penelitian dengan teori deskriptif merupakan

uraian sistematis teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel

yang akan diteliti. Adapun subjek penelitian ini menggunakan teknik porpusive

sampling. Porpusive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut

yang di anggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia

sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi

sosial yang di teliti. Penelitian ini menggunkan teknik analisis data dengan cara

mereduksi data lalu mendisplaykan data dan menarik kesimpulan serta verifikasi,

sehingga data tersebut menjadi kredibel. Untuk mendapatkan data yang akurat dan

relevan dengan objek penelitian maka penulis menerapkan tiga metode

pengumpulan data yaitu, observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi.

Adapun hasil yang diperoleh penulis adalah pertama, komunikasi dakwah

menggunakan seloko di nilai efektiv karna bisa membuat para komunikan menjadi

tertarik dan merasa nyaman, selain itu juga membuat substansi dari informasi

yang disampaikan dapat lebih mudah dipahami oleh para komunikan. Kedua,

komunikasi dakwah dengan seloko juga bermanfaat, karna kandungan seloko

sendiri berisi ungkapan yang meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan

sehari-hari masyarakatnya dan kaedah-kaedah hukum atau norma-norma, yang

senantiasa dita‟ati dan di hormati oleh masyarakatnya karena mempunyai sanksi.

Menerapkan substansi dari seloko tersebut berarti sama saja menerapkan adat

yang berlaku di daerahnya masing-masing. Akhirnya penulis merekomendasikan

kepada masyarakat terkhusus para tokoh adat dan para da‟i agar selalu

menerapkan seloko, baik dalam rangka untuk melestarikannya maupun untuk

berdakwah, mengingat substansi dari seloko yang baik untuk menata akhlaq dan

kehidupan bermasyarakat.

Kata Kunci : Komunikasi, Dakwah, Seloko.

Page 7: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

vi

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahrobbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat

limpahan Rahmat dan karunianya serta nikmat akal pikiran dan ilmu

pengetahuan, maka saya dapat menyelesaikan skripsi ini, semoga kita selalu

berada dibawah payung keridhoan-Nya. Sholawat beriring salam tak bosan-

bosannya kita sampaikan kepada putra Abdullah, buah hati Siti Aminah, intan

permata kota Makkah, yang bertitelkan Habibillah yakni Nabi Besar Muhammad

SAW. karna berkatnyalah kita bisa merasakan nikmat iman dan islamseperti yang

kita rasakan saat ini. Semoga kita mendapat syafa’atnya di hari akhir kelak.

Aamin.

Kupersembahkan skripsi ini

Untuk dua malaikat yang Allah titipkan disampingku

Mereka adalah ayahku Drs. Saleh Y dan ibuku Nur Azizah

Terimaksih telah tulus ikhlas merawat, membesarkan, mendidik dan memotivasi

dengan mencurahkan kasih sayang dan cinta untukku. Aku bangga memiliki

kedua pahlawan hidupku berkat mereka hari-hariku lebih berwarna dan berkat

mereka pula aku mengenal tuhanku. Tak akan terbalas semua pengorbanan dan

jasamu wahai ayah dan ibu, semoga ridho Allah selalu menyertai setiap tarikan

nafas dan denyutan nadimu, dan semoga dengan selesainya skripsiku ini bisa

menjadi salah satu kado istimewa dalam hidupmu.untuk kedua saudaraku Nasrul

Azmi dan Salsabila semoga Allah mempermudah segala uashamu.

Untuk kedua dosen pembimbingku

Ibu Dian Mursyidah dan ibu Nurbaiti

Terimakasih yang tak terhingga saya ucapkan atas dedikasimu untuk menuntunku

memberikan tunjuk ajar, sehingga saya bisa menyelesaikan studi di kampus

tercinta.saya bangga menjadi salah satu mahasiswa bimbinganmu.

Terimakasih juga saya Ucapkan Untuk seluruh Guru-Guruku di Pondok

Pesantren As’ad Jambi, Utuk seluruh teman-teman kelas B prodi KPI angkatan

16. Untuk teman-teman posko 15. Untuk seluruh teman-teman Dewan Racana

STS-SS, juga seluruh anggota racana, para pembina dan pb pembina. Untuk

teman-teman IMPAAJA dan para senior yang terus memberi semangat. Untuk

saudara seperguruan dan untuk rekan-rekan Protokol Kwarda Jambi yang selalu

memotivasi.

Page 8: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

vii

KATA PENGANTAR

مبسم الله انشحمه انشحي

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT. yang dengan

rahmat dan inayah-Nya kita masih diberi nikmat umur, kesehatan serta iman dan

islam. Kemudian sholawat dan salam selalu kita haturkan pada Nabi Muhammad

SAW. yang telah membawa kita dari alam kejahiliahan hingga ke alam yang

terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan

saat ini.

Skripsi yang berjudul “Seloko Sebagai Media Komunikasi Dakwah di

Desa Limbur Merangin Kecamatan Pamenang Barat Kabupaten Merangin”

adalah skripsi yang disisin dan di ajukan untuk memenuhi persyaratan Strata Satu

(S.1) dalam Prodi Komunikasi Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari

rintangan dan cobaan. Namun harus dijalani dan disyukuri karna semua itu akan

memberikan kita pengalaman dan lebih dewasa dalam menghadapi masalah.

Dalam proses penulisannya, penulis banyak mendapat arahan dan bimbingan

sehingga memperkaya isi dari skripsinya. Pada kesempatan ini penulis akan

menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Dian Mursyidah, M. Ag selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan petunjuk, arahan, bimbingan dan motivasi.

2. Ibu Nurbaiti, S.Ag, M, Fil selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan petunjuk, arahan, bimbingan dan motivasi.

3. Dr.Zulqarnin, M. Ag selaku penguji I yang telah memberi bimbingan dan

motivasi dalam skripsi saya.

4. Bapak Dr. A. Yunus, M.Pd.I selaku Penguji II yang telah memberi

bimbingan dan motivasi dalam skripsi saya.

5. Bapak Drs. Munsarida, M.Fil.I selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.

6. Bapak M. Junaidi Habe, A.Ag,M.Si selaku Ketua Prodi Komunikasi dan

Penyiaran Islam (KPI).

7. Bapak Dr.Zulqarnin, M. Ag selaku dekan Fakultas Dakwah UIN STS

Jambi.

8. Bapak Dr. D.I. Ansusa Putra, Lc, M.A. Hum selaku wakil Dekan Bidang

Akademik dan Kelembagaan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.

9. Bapak Arfan Aziz, Ph. D selaku wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,

Akutansi dan Keuangan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.

10. Bapak Dr. Samin Batubara, M.HI selaku wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.

11. Bapak Prof. Dr. Su‟aidi, MA. Ph. D selaku Rektor UIN STS Jambi.

Page 9: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

viii

Page 10: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

NOTA DINAS ........................................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .......................................... ii

PENGESAHAN ........................................................................................................ iii

MOTTO .................................................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Batasan Masalah .......................................................................... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 6

E. Kerangka Teori ............................................................................ 7

F. Metode Penelitian ........................................................................ 10

G. Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................... 15

H. Studi Relevan .............................................................................. 17

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Limbur Merangin .................................................. 19

B. Letak Geografis Desa Limbur Merangin ..................................... 43

C. Visi dan Misi Desa Limbur Merangin ......................................... 44

D. Struktur Organisasi ...................................................................... 45

BAB III PENERAPAN SELOKO SEBAGAI MEDIA DAKWAH DI

DESA LIMBUR MERANGIN

A. Pengertian, Tujuan serta Kaitan Seloko dan Dakwah ................. 48

B. Implementasi Seloko ................................................................... 58

C. Peran Lembaga Adat dan Da‟i .................................................... 61

BAB IV EFEKTIVITAS SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI

DAKWAH TERHADAP TRANSMISI BUDAYA

A. Efektivitas Seloko Sebagai Media Dakwah ................................ 64

B. Respon Masyarakat ..................................................................... 65

C. Kendala Dalam Menyampaikan Seloko ...................................... 69

Page 11: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

x

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 72

B. Implikasi ...................................................................................... 73

C. Kata Penutup ............................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 12: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Struktur Pemerintah Desa Limbur Merangin ............................................ 46

Tabel 2 : Struktur Pegawai Syara‟............................................................................ 47

Tabel 3 : Struktur Lembaga Adat ............................................................................. 47

Page 13: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta Desa Limbur Merangin ................................................................ 44

Page 14: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

xiii

TRANSLITERASI2

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

Th ط ` ا

Zh ظ B ب

a` ع T ت

Gh غ Ts ث

F ف J ج

Q ق Ch ح

K ك Kh خ

L ل D د

M م Dz ذ

N ن R ر

W و Z ز

H ه S س

؍ ء Sy ش

Y ى Sh ص

Dh ض

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

2 Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

STS Jambi (Jambi :Fak.Ushuluddin Iain STS JAMBI, 2016),136-137.

Page 15: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

xiv

Aa اى Aa ا A ا

Aw ا و Ii ا ى U ا

Ay ا ى Uu ا و I ا

C. Ta’ Marbutah

Transliterasi untuk ta’ marbutah ini ada dua macam:

1. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka

transliterasinya adalah /h/.

Contoh:

Arab Indonesia

Salaah صلاة

Mir‟ah مراة

2. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan

dammah, maka transliterasinya adalah /t/.

Contoh:

Arab Indonesia

Wizaarat al-Tarbiyah وزارةالتبية

الزمنمراة Mir‟at al-zaman

3. Ta’ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah

/tan/tin/tun.

Contoh:

Arab Indonesia

Fajannatan فجئة

Page 16: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya, dari segi bahasa,

sastra, adat istiadat, suku bahkan agama yang beragam. Terkhusus di Provinsi

Jambi, dahulu Provinsi Jambi adalah pusat kebudayaan, ada dua kerajaan besar

yang berkembang di wilayah Jambi, yaitu kerajaan melayu dan Jambi. Tiap-tiap

kebudayaan menghasilkan kebudayaan sendiri-sendiri. Ada beberapa bentuk

peninggalan yang membuktikan hal tersebut seperti situs karang berahi di

Merangin, Candi Muaro Jambi, makam raja raja, dan bentuk stupa budha sebelum

zaman kerajaan ini, wilayah Jambi telah dihuni oleh manusia prasejarah beberapa

bentuk peninggalan dapat ditemukan di wilayah Jambi, seperti batu megalitik di

sekitar danau kerinci dan gua purba. Suku-suku bangsa asli Jambi juga memiliki

budaya yang khas dan indah. Sampai saat ini kebudyaan-kebudayaan itu ada yang

hidup terpelihara di tengah-tengah masyarakat. Sebagian lagi kebudayaan itu

sudah langka di temui.3

Pengaruh budaya melayu sangat terasa dalam budaya Jambi. Hal ini di

sebabkan latar belakang sebagian besar suku asli Jambi berasal dari suku bangsa

melayu. Mayoritas suku bangsa melayu Jambi menganut Agama Islam. Oleh

sebab itu, pengaruh budaya Islam sangat terlihat pada kebudayaan pada suku-suku

bangsa di Jambi. Ada juga pengaruh agama-agama lain seperti Hindu dan Budha.

Pemberian sesaji membakar kemenyan, bentuk stupa candi dan berbagai bentuk

upacara ada yang mempercayai adanya dewa adalah bukti pengaruh tersebut. Dari

berbagai unsur inilah terbentuk kebudayaan Provinsi Jambi yang khas dan unik.

Kebudayaan ini bernilai seni tinggi ada yang sudah terkenal sampai luar Provinsi

Jambi ada juga yang tersimpan di tengah-tengah masyarakat. Oleh karna itu,

diperlukan kearifan tersendiri agar kebudayaan ini tidak tergerus budaya asing

yang belum tentu baik bagi masyarakat Provinsi Jambi.4

3 Hasip Kalimuddin Syam, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah Jilid I Sejarah

Adat Jambi,(Lembaga Adat Provinsi Jambi, 2001) 15. 4 Ibid., 7.

Page 17: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

2

Salah satu budaya Jambi yang sangat populer di tengah masyarakat adalah

seloko adat,yang mana seloko adat ini merupakan salah satu jenis sastra yang ada

dalam sastra Adat Jambi. Seloko adat Jambi adalah ungkapan yang mengandung

pesan, atau nasihat yang bernilai etik dan moral.5 Serta sebagai alat pemaksa dan

pengawas norma norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat

Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya

dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma senantiasa di ta‟ati dan di hormati oleh

masyarakat karna mempunyai sanksi.

Adapun di dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa sastra atau seloko ini sangat

baik untuk di gunakan karena sebagai salah satu cara untuk menyampaikan masalah

yang bersifat tegur sapa, peringatan dan lain-lain. Begitu pula dalam kegiatan yang

memakai upacara adat atau menggunakan prosesi adat, dialognya dilakukan dengan

bahasa sastra, yang disampaikan dalam bentuk seloko, dan bahkan pantun juga di

pakai sebagai salah satu jenis sastra adat. Pemakaian bahasa sastra atau seloko ini

dimaksudkan agar terdengar indah, menyentuh hati, kemudian agar tidak

menyinggung perasaaan bagi yang terkena sasaran dan maksud dari ungkapan seloko

tersebut, kemudian juga agar tidak terdengar kasar oleh khalayak yang hadir. 6

Beberapa seloko adat ini juga mengatur dalam pergaulan sehari-hari salah

satunya:

“[B]erjalan peliharo kaki jangan sampai tepijak kanti, becakap piaro lidah

jangan sampai kanti meludah. Musim elok ketiko baik, teluk tenang, rantau

selesai, padi menjadi, keayek cemetik keno, ke darat jerat keno, ke balik rumah

durian runtuh, naek ke rumah anak lah lahir, kedapur lemang lah tejulur, rumput

mudo kerbaunyo gemuk, aek jernih ikannyo jinak, apo yang di kehendak ado, apo

yang di cinto apo buleh, bibir tesungging senyum para dara di bawo gelak, ilang

lesung pipit di bawo gelak”.7

Salah satu contoh seloko adat yang digunakan pada masyarakat Desa Limbur

Merangin dalam memberikan nasihat kepada anak sebagai media komunikasi dakwah

5

Lembaga Adat Desa Lubuk Lawas, “ Seloko Adat Jambi” di akses melalui alamat

http://www.lubuklawas.desa.id/lembaga-adat/ pada hari Rabu, 04 Desember 2019, pukul 04.41 wib. 6 Hasip Kalimuddin Syam, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah Jilid III Sastra

Adat Jambi,(Lembaga Adat Provinsi Jambi, 2001) 6. 7 Ibid., 10.

Page 18: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

3

adalah “yang cerdik idak membuang kanti, yang dubalang idak mencari lawan, yang

kecik mendenga yang tuo, yang tuo jangan sekatonyo bae”, makna dari kalimat

seloko adat tersebut ialah orang yang pintar tentu tidak tidak akan mengkhianati

temannya karna ia tahu azab orang yang berkhianat itu sangat pedih, kemudian orang

yang kuat tentu tidak akan mencari lawan karna ia tahu satu musuh terlalu banyak

dan seribu kawan terlalu sedikit, kemudian salah satu adab seorang anak kepada

orang tua dan sebaliknya ialah anak patuh dan ta‟at kepada orang tua dan orang tua

tidak boleh seenak nya saja.8

Komunikasi merupakan hal pertama yang dilakukan manusia, untuk menunjang

komunikasi tersebut maka kemampuan berbahasa sangat penting untuk di kuasai.

Sebagaimana Adagium (peribahsa) adat yang berbunyi “Adat Bersendikan Syarak’

Syarak Bersendikan Kitabullah”, yang menjadi pegangan masyarakat Jambi baik

masyarakat tradisional dan modern dalam pergaulan sehari-hari.9 Maka komunikasi

dakwah dengan memanfaatkan seloko, tentunya bisa menjadi salah satu faktor

efektifnya penyampaian sebuah pesan.

Selain itu komunikasi dakwah yang menggunakan bahasa daerah setempat

yakni seloko, juga dapat menarik perhatian dan menjadi penyebab kedekatan

emosional daripada sang aktor komunikasi dengan para komunikan atau

pendengarnya, sehingga pesan yang di sampaikan pun dapat di serap dengan baik.

Dengan harapan selanjutnya substansi daripada pesan yang di sampaikan tersebut

dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka tujuan dari komunikasi dan

dakwah itu pula dapat tercapai. Pada akhirnya dakwah yang di format sesuai tuntutan

budaya, tempat dan zaman, akan membuat komunikasi dakwah yang memainkan

peran antisipatif yang berfungsi sebagai pengendali perubahan terkhusus transformasi

nilai sosial dan budaya.10

8 Observasi awal pada Masyarakat Desa Limbur Merangin 06 November 2019.

9 Hasip Kalimuddin Syam, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah Jilid I Sejarah

Adat Jambi, 12. 10

Asep Saepul Muhtadi, Komunikasi Dakwah Teori, Pendekatan, dan Aplikasi, (Simbiosa

Rekatama Media, Bandung, 2012), 8.

Page 19: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

4

Salah satu fungsi komunikasi ialah mewariskan nilai-nilai budaya. Seiring

perkembangan zaman, maka akhlaq manusia pun semakin bermacam-macam, di

pedesaan seloko masih terus di kembangkan dan dikomunikasikan, sebaliknya di

daerah perkotaan seloko sudah mulai memudar, maka hal ini juga berdampak pada

akhlaq masyarakat sedikit demi sedikit yang sudah mulai menurun. Maka dari itu

mengkomunikasikan seloko sebagai media komunikasi dakwah dianggap penting

supaya dapat mengontrol moral masyarakat yang di takutkan makin menurun seiring

perkembangan dzaman yang masyarakatnya mulai terpengaruh akan budaya baru

yang di anggap dapat merusak nilai-nilai positif yang telah di bangun sejak lama.

Para komunikator perlu menghidupkan seloko yang memiliki nilai syari‟at supaya

dapat menjadi pagar dan tameng untuk masyarakat terkhusus kalangan muda yang

menganggap seloko sebagai budaya yang kolot dan kuno, sehingga dengan adanya

hal tersebut diharapkan dapat merubah pola fikir mereka bahwa seloko yang memiliki

nilai syari‟at dapat menuntun hidup ke arah yang lebih baik.

Limbur Merangin merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan

Pamenang Barat, Kabupaten Merangin. Menurut salah seorang Tokoh Adat Desa

Limbur Merangin Haramaini, penamaan Limbur Merangin berasal dari nama Limbun

Bungin. Ada sebuah keluarga dan anak perempuannya yang berladang di Ujung

Tanjung, anak itu hilang dalam timbunan pasir (Limbun Bungin), karna anak itu

merasa sedih akibat dimarahi orang tuanya lalu menimbun dirinya dalam pasir. Orang

belanda sulit menyebut nama Limbun Bungin dan selalu menyebutkan salah. Mereka

selalu menyebut Limbur Merangin.11

Masyarakat Limbur Merangin merupakan masyarakat dari suku melayu, yang

mana hukum adat Jambi sudah ada sepanjang jalan setapak di dalam rimbo, dan

orang melayu ini beragama Islam.12

Jadi orang melayu sudah tentu beradat, dan orang

11

Website Resmi Desa Limbur Merangin, diakses melalui alamat

http://www.limburmerangin.id/page/sejarah-desa pada hari Selasa, 19 November 2019, pukul 03.13

wib. 12

Muchtar Agus Cholif, Seminar Seni Budaya Jambi LSHRP 15 Se-Sumbagsel, 5 September

2019.

Page 20: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

5

yang beradat sudah tentu beragama Islam. Jikalau ada orang yang menyebut orang

Melayu Jambi tidak beradat tentu akan sangat menyinggung masyarakat melayu

Jambi terkhsus masyarakat Desa Limbur Merangin. Seloko berisi petuah nasehat

yang menjadi pengatur etika dan norma masyarakat sehingga, dalam kehidupan

sehari-hari aturan tersebut tetap dipakai selain untuk menjaga adat istiadat supaya

tetap lestari, seloko juga berguna agar akhlak masyarakat tidak menjadi akhlak

mazmumah. Maka Sudah seharusnya lembaga adat bersama pemerintah

menggalakkan adat yang dikomunikasikan lewat seloko yang berisi nasehat dan

mempunyai sanksi dan hal ini diharapkan bisa memperbaiki akhlaq dan moral

masyarakat, terkhusus generasi muda Desa Limbur Merangin sebagai penerus estafet

kepemimpinan di era mendatang.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan mengangkat sebuah judul : “Seloko Sebagai Media Komunikasi Dakwah di

Desa Limbur Merangin Kecamatan Pamenang Barat Kabupaten Merangin”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan sebelumnya,

pokok masalah yang diangkat dalam penelitian ini ialah, Bagaimanana urgensi seloko

sebagai media komunikasi dakwah di Desa Limbur Merangin, Kecamatan Pamenang

Barat, Kabupaten Merangin?, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Bagaimana Kaitan Seloko dengan Dakwah?

2. Bagaimana penerapan seloko sebagai media dakwah di Desa Limbur Merangin?

3. Bagaimana Efektivitas seloko sebagai media komunikasi dakwah terhadap

transmisi budaya?

C. Batasan Masalah

Agar mempermudah serta tidak menyalahi sistematika penulisan karya ilmiah

sehingga memberikan hasil yang dinginkan, maka penulis merasa perlu membatasi

masalah yang akan dibahas, maka penulis membatasi penelitian ini hanya membahas

Page 21: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

6

tentang, Implementasi peran seloko sebagai media komunikasi dakwah di Desa

Limbur Merangin Kecamatan Pamenang Barat Kabupaten Merangin.

D. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Mengetahui kaitan seloko dengan dakwah

b. Mendeskripsikan penerapan seloko sebagai media dakwah

c. Mengetahui efektivitas seloko sebagai media komunikasi dakwah terhadap

trasmisi budaya

2. Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,baik secara teoritis

maupun praktis:

a. Aspek teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah minat dan

kesadaran untuk lebih mendalami seloko sebagai salah satu fungsi komunikasi yakni

mewariskan nilai-nilai budaya dan syarak. Serta melestarikan budaya berupa seloko

adat Jambi sehingga terus ada pada generasi – generasi selanjutnya.

b. Aspek Praktis

Bagi lembaga adat penelitian ini bisa jadi referensi dalam rangka kedepannya

sehingga membuat dan membangun tradisi seloko pada adat Jambi sebagai media

komunikasi dakwah, khususnya di Desa Limbur Merangin Kecamatan Pamenang

Barat Kabupaten Merangin, bisa di kenang oleh masyarakat luas bukan masyarakat

provinsi Jambi saja tetapi masyarakat di luar provinsi Jambi.

E. Kerangka Teori

1. Seloko

Seloko adat adalah ungkapan yang mengandung pesan, atau nasehat yang

bernilai etik dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma

masyarakat agar selalu di patuhi. Dalam KBBI Adat berarti aturan (perbuatan dan

Page 22: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

7

sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala.13

Jadi, Seloko adat

merupakan sastra adat Jambi yang berisikan petuah-petuah untuk keslamatan dan

kebaikan kehidupan bagi masyarakat.14

Isi ungkapan seloko adat meliputi peraturan

bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaedah-kaedah

hukum atau norma-norma, senantiasa dita‟ati dan di hormati oleh masyarakatnya

karena mempunyai sanksi. Ungkapan-ungkapan seloko adat dapat berupa peribahasa,

pantun atau petatah petitih. Seloko adat juga merupakan sarana masyarakatnya dalam

merefleksikan diri akan hakikat kebudayaan, pemahaman mendasar dari pesan dan

tujuan dari sebuah kebudayaan.

Seloko adat sebagai ekspresi bermakna ganda yaitu tidak terbatas pada struktur

naratif yang tersurat, tetapi ada dimensi-dimensi yang tersirat. Teks-teks seloko adat

tidak hanya di mengerti secara harfiah tetapi di tafsirkan secara simbolik dan

metafisik. Tujuannya adalah untuk mencari makna yang disampaikan lewat teks

tersebut yang berupa konsepsi filosofi (konsep paling dasariah mengenai hakikat

manusia, dunia, dan tuhan). Dengan kata lain dalam makna harfiah atau literal, primer

yang secara langsung di tunjukkan. Bersamaan dengan itu di tunjukkan pula makna

lain yang tidak langsung sekunder, kiasan hanya dapat di pahami berdasarkan makna

yang pertama.15

Berikut beberapa daftar seloko adat dalam pergaulan hidup sehari-hari :

NO Seloko Artinya

1. Tau de ereng dengan gendeng, bilo

telampau arif badan celako tidak arif

badan binaso.

Tau mano yang baik dan buruk

mako hdup harus gedang befikir

2. Kok ado yang beduso diantar ke pintu Kewajiban orang tua atau

13

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta, Balai Pustaka, 1993), 6. 14

Hasip Kalimuddin Syam, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah Jilid III Sastra

Adat Jambi, 9. 15

Bahren Nurdin, “Seloko Adat Melayu Jambi Potret Zaman”, diakses melalui alamat

http://bahren13.wordpres.com/2014/01/12/seloko-adat-melayu-Jambi/ pada hari Kamis, 09 Mei 2019

pukul 01.09 WIB.

Page 23: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

8

tobat, Kok ado yang mati diantar

ketanan yang layu

masyarakat

3. Pakailah ilmu padi, makin berisi

makin menunduk, kian tau kian

betanyo, kian pandai, kian beguru

Rendah hati, berbudi, santun

4. Menuhak kawan seiring, menggunting

dalam lipatan, telunjuk lurus

kelingking bekait.

Pengkhianatan/berkhianat terhadap

teman sendiri

5. Alim sekitab, cerdik secendikio,

batino samalu, jantan basopan

Adab kebersamaan dalam

bermasyarakat

2. Media Komunikasi

Media merupakan alat bantu yang memudahkan proses komunikasi. Media bisa

berupa indra manusia, telepon, surat, telegram, media massa (cetak elektronik),

internet, rumah ibadah, pesta rakyat dan alat bantu lainnya dalam menyebarkan pesan

komunikasi. Dengan demikian, media adalah alat bantu untuk memindahkan pesan

dari komunikator kepada penerima pesan.16

Adapun pengertian daripada komunikasi

menurut Everett M. Rogers adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber

kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku

mereka.17

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa Media

komunikasi adalah suatu alat atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan

informasi dari sumber informasi oleh komunikator ke penerima informasi

(komunikan), contohnya televisi, komputer, koran, dan lain sebagainya. Alat-alat

tersebut merupakan media ketika hendak menyampaikan informasi yang akan

disampaikan. Misalkan seorang kepala desa hendak mengajak warganya kerja bakti

pada hari dan waktu tertentu, kemudian ia menuliskan informasi tersebut di papan

16

Nurudin, Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2016), 48. 17

Nurudin, Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer, 38.

Page 24: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

9

pengumuman, maka media yang digunakan oleh bapak kades tersebut adalah papan

pengumuman dan spidol untuk menulis info tersebut.

3. Dakwah

Perkataan dakwah berasal dari bahasa arab yang artinya, ajakan, seruan

panggilan, undangan. Beberapa makna dakwah secara bahasa adalah (a) An-Nida

artinya memanggil; da‟a fulanun ila fulanah, artinya si fulan mengundang si fulanah,

(b) Ad-du’a Ila syai’I artinya menyeru mendorong pada sesuatu, (c) Ad-da’wat ila

qadhiyat artinya menegaskan atau membelanya baik terhadap yang haq ataupun yang

batil.18

Selanjutnya pengertian dakwah secara umum ialah, suatu pengetahuan yang

mengajarkan seni dan tehnik menarik perhatian orang guna mengikuti suatu ideologi

dan pekerjaan tertentu, atau dengan kata lain ialah ilmu yang mengajarkan cara-cara

mempengaruhi alam fikiran manusia. dakwah berusaha menyebrangkan alam fikiran

manusia kepada suatu ideologi tertentu.

Adapun definisi dakwah dalam Islam adalah mengajak ummat manusia dengan

hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Syekh Ali

Mahfudh mengutarakan pengertian dakwah Islam ialah mendorong manusia agar

melakukan kebaikan dan mennuruti petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebajikan

dan melarang mereka berbuat mungkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia

dan akhirat.19

Dalam pembahasan mengenai dakwah akan kita temui beberapa istilah

yang pengertiannya sama dengan dakwah diantaranya :

a. Tabligh: artinya penyampaian. Maksudnya penyampaian ajaran-ajaran Allah swt.

Kepada umat manusia. Orang yang menyampaikan disebut muballigh. Allah swt.

berfirman yang berbunyi :

انزيه يبه غىن سسالاث الله ويخشىوه ولايخشىن احذاإلاالله.

18

Jum‟ah Amin Abdul „Aziz, Fiqih Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, (Solo,

Era Intermedia , 2005), 24. 19

Hamzah Ya‟qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung, c.v.

Diponegoro, 1986), 14.

Page 25: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

10

“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risallah Allah, dan mereka takut

kepada-Nya, dan tiada seorang pun yang mereka takuti selain Allah swt”.

(Q.S Al-Ahzab: 39).20

Sabda Rasulullah :

به غىاعى ي ونىأيت.

“Sampaikanlah daripadaku walaupun satu ayat ! ” ( H.R. Bukhari).21

b. Amar-ma‟ruf dan Nahi Mungkar : artinya memerintahkan kebaikan dan melarang

perbuatan jahat. Maksudnya dakwah sebagai media yang dapat membatasi

perbuatan manusia agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang menyesatkan.

Tersurat dalam Al-Qur‟an :

كىةوامشوابانمعشوف ووهىاعه انم هىةوآحىاانز ىهم فى الأسض اقامىاانص ك ىكش، انزيه ان م

عاقبتالأمىس. ولل

“Orang-orang yang jika kami tempatkan di bumi, mereka tetap mengerjakan sholat

dan membayarkan zakat dan menyuruh mengerjakan perbuatan baik, dan melarang

perbuatan yang salah dan kesudahan pekerjan mereka itu adalah urusan Allah

swt”. (Q.S. Al-Haj: 41).22

c. Maw‟idhah : artinya pengajaran. Maksudnya mengajar orang dengan cara yang

baik agar mereka sadar kembali ke jalan Allah swt. Allah berfirman yang artinya

:

ادع انى سبيم سب ك بانحكمتوانمىعظتانحسىت.

“Serulah manusia ke jalan Rabb-mu dengan bijaksana dan pelajaran yang baik”.

(Q.S. An-Nahl: 125).23

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

20

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta, Departemen

Agama RI, 2011), 599. 21

Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al-lu’lu’ Wal Marjan Himpunan Hadist Shahih Disepakati

oleh Bukhari dan Muslim jilid 2, (Surabaya : PT Bina Ilmu, 1979), 1012. 22

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta, Departemen

Agama RI, 2011), 469. 23

Ibid., 383.

Page 26: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

11

Tipe penelitian yang digunkan dalam penelitian ini merupakan tipe penelitian

deskriftif dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan teori

deskriptif merupakan uraian sistematis teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan

dengan variabel yang akan diteliti. Teori deskriptif adalah teori-teori yang relevan

yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan di teliti, serta

sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang di

ajukan dan penyusunan instrumen penelitian.24

Penelitian ini bertujuan Untuk

mendeskripsikan manfa‟at komunikasi seloko sebagai media dakwah, dan untuk

mengetahui efektivitas seloko sebagai media komunikasi dakwah terhadap transmisi

budaya.

Oleh karena itu nantinya penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data yang

diperoleh peneliti dari narasumber untuk memberikan informasi yang

menggambarkan penyajian sebagai laporan. Laporan tersebut dapat berasal dari

wawancara, catatan-catatan, foto-foto, dokumen, pribadi, catatan atau memo, dan

dokumen resmi lainnya. Pada penulisan penelitian, penulis menganalisis data tersebut

dan sejauh mungkin menggambarkan sebagaimana aslinya.

2. Setting dan Subjek Penelitian

Adapun dalam rangka meneliti seloko, peneliti tentunya harus turun langsung

ke lapangan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung teori dan

menambah wawasan akan informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti

menggunkan teori Spradley yakni situasi sosial agar memudahkan peneliti dalam

melakukan observasi dan mendapatkan data yang akurat sebagai bahan penelitian.

Setting dan subjek penelitian dalam penelitain kualitatif menurut Spradley dinamakan

:

[S]ituasi sosial, yang terdiri atas tiga elemen yaitu; tempat, pelaku dan aktivitas

yang berinteraksi secara sinergis. Obyek penelitian kualitatif, bukan semata-mata

pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa

peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan, dan sejenisnya. Pada

24

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualittatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2016),

283.

Page 27: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

12

situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam

aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu.25

Subjek penelitian ini menggunakan teknik porpusive sampling. Porpusive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang di anggap paling

tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga

memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang di teliti. Dalam hal

ini Peneliti menggunakan teknik tersebut karna merasa erat kaitannya antara subjek

dengan hal yang akan di teliti.

Setting penelitian ini dilakukan di Desa Limbur Merangin Kecamatan

Pamenang Barat Kabupaten Merangin. Pemilihan setting penelitian di dasarkan

pertimbangan rasional bahwa masih di lestarikannya seloko di desa tersebut. Subjek

penelitian ini berfokus kepada orang yang masih melestarikan seloko yang meliputi

komunikator, da‟i, tokoh adat, pemuda dan masyarakat desa. Mengingat bahwasanya

subjek yang baik adalah subjek yang terlibat aktif, mereka mengetahui, memahami

atas aktivitas yang akan di teliti, serta bisa memberikan informasi terkait dengan

benar dan akurat.

3. Sumber dan Jenis Data

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi

atau keterangan baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta.26

Dalam

hal ini peneliti menngunakan jenis data Kualitatif. Bila dilihat dari sumber datanya

maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber

Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,

dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.27

25

Ibid., 215. 26

Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, (Bandung, Alfabeta, 2011), 5. 27

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualittatif dan R&D, 225.

Page 28: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

13

Sumber primer dalam penelitian ini ialah data-data yang berkenan dengan

Seloko sebagai media komunikasi dakwah di Desa Limbur Merangin Kecamatan

Pamenang Barat Kabupaten Merangin, yang dalam pengumpulan datanya

menggunakan teknik observasi, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil

observasi baik fenomena alam, masyarakat, adat istiadat, kegiatan desa akan disajikan

dalam penelitian. Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini

adalah wawancara dan literature-literature yang mendukung penelitian ini baik berupa

buku, koran, majalah, jurnal, maupun tulisan-tulisan lain yang dianggap penting

dalam mendukung penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Untuk mendapatkan data yang akurat yang

relevan perlu di perhatikan sumber data yang di peroleh dan metode pengumpulan

data data yang tepat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Observasi Lapangan

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian

untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Dalam penelitian ini menggunakan

observasi parsitipatif. Metode ini di lakukan dengan cara menjalin hubungan dengan

informan. Dalam observasi partisipatif peneiti terlibat dengan kegiatan keseharian

orang yang sedang di amati, sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan

apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan

demikian maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.28

Dalam pengumpulan data pada penelitian ini, akan dilakukan observasi

lapangan yang dilakukan di Desa Limbur Merangin, dengan mengamati berbagai hal

28

Ibid., 227.

Page 29: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

14

yang berkaitan dengan seloko adat, baik dalam kegiatan masyarakatnya, para pemuda

serta pegawai syarak dan termasuk mengamati alam sekitar . Data tersebut

diharapkan dapat bermanfa‟at bagi orang banyak.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya29

. Wawancara tahap pertama

biasanya hanya bertujuan untuk memberikan deskripsi dan orientasi awal periset

perihal masalah dan subjek yang dikaji. Tema-tema yang muncul pada tahap ini

kemudian diperdalam, dikonfirmasikan pada wawancara berikutnya. Dalam keadaan

berwancara tentang masalah yang mengandung titik minat, periset kualitatif dapat

melakukan loncatan materi wawancara kepada narasumber yang secara natural

memiliki informasi yang lebih banyak dan menjadi informasi yang lebih penting.30

Adapun sasaran wawancara yang nantinya akan di lakukan dalam penelitian ini

meliputi pemerintah Desa Limbur Merangin, tokoh adat, tokoh masyarakat, da‟i, dan

pemuda. Agar nantinya penelitian ini dapat berjalan sesuai rencana dan informasi

tersebut bisa menjadi teori pendukung penelitain.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data untuk memperoleh data

langsung dari tempat penelitian, yang meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-

peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data penelitian yang

relevan.31

Data dokumentasi yang dimaksud yaitu data tentang responden dan seloko,

serta berbagai data yang dibutuhkan dalam penelitian ini untk melengkapi data yang

diperoleh dari wawancara dan observasi yang didapat. Demikian pula dalam

mengumpulkan data di lapangan peneliti akan mencari data tersebut dengan teknik

dokumentasi yang di peroleh dari dokumen Desa ataupun foto serta video kegaiatan

diDesa Limbur Merangin.

29

Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, 29. 30

Agus Salim,Teori & pradigma penelitian sosial,(Yogjakarta Tiara Wacana,2006), 17. 31

Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, 31.

Page 30: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

15

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak pengumpulan data secara

menyeluruh. Data kemudian di cek kembali, secara berulang, dan untuk

mencocokkan data yang di peroleh, data disitematiskan dan di interprestasikan secara

logis, sehingga diperoleh data yang absah dan kredibel.

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu, maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dalam teorinya semakin lama penulis ke

lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu,

perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian,

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mepermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dpat dibantu dengan peralatan elektonik

seperti komputer dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.32

Setelah data direduksi Maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini,

miles dan huberman (1984) menyatakan “yang paling sering digunakan unuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”.

33

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman ialah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka

32

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualittatif dan R&D, 247. 33

Ibid., 249.

Page 31: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

16

kesimpulan yang dikemukakan meripakan kesimpulan yang kredibel (dapat

dipercaya).34

Teknik analisis data yang di gunakan meliputi data primer, sekunder, maupun

sumber-sumber yang dikumpul, dicatat serta di klasifikasikan dan di rumus untuk

mencari kebenaran yang berhubungan dengan analisis. Dari hal tersebut dijadikan

bahan untuk penulisan skripsi.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar memperoleh data yang terpercaya dan dapat di percaya, maka peneliti

melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan atas sejumlah

kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya pemeriksaan keabsahan data dapat di

lakukan lewat empat cara yaitu :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan di lakukan lewat keikutsertaan peneliti di lokasi

secara langsung dan cukup lama, dalam hal upaya mendeteksi dan memperhitungkan

penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data, karena kesalahan

penilaian data oleh peneliti atau responden, disengaja atau tidak disengaja. Distorsi

data dari peneliti dapat muncul karena adanya nilai-nilai bawaan dari peneliti atau

adanya keterasingan peneliti dari lapangan yang di teliti. Sedangkan distorsi data dari

responden, dapat timbul secara tidak sengaja, akibat adanya kesalahpahaman terhadap

pertanyaan, atau muncul dengan sengaja, karena responden berupaya memberikan

informasi fiktif yang dapat menyenangkan peneliti, ataupun untuk menutupi fakta

yang sebenarnya.

Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan

peneliti dilapangan yang di harapkan dapat menjadikan data yang di peroleh memiliki

derajat realibilitas (ukuran) dan validitas (ketepatan) yang tinggi. Perpanjangan

34

Ibid., 252.

Page 32: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

17

keikutsertaan peneliti pada akhirnya juga akan menjadi semacam motivasi untuk

menjalin hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai objek

penelitian dengan peneliti.35

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara

teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol dalam

penelitian. Faktor tersebut selanjutnya ditela‟ah, sehingga peneliti dapat memahami

faktor tersebut. Ketekunan penelitian dilakukan dalam upaya untuk mendapat

karakteristik data yang benar-benar relevan dan terfokus pada objek penelitian,

permasalahan dan fokus penelitian. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan itu,

maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah

ditemukan itu salah atau tidak.36

3. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan realibitas data melalui

pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang di peroleh dari

berbagai informan.

Terdapat tiga macam teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian

ini, yaitu pemeriksaan menggunakan sumber, teknik, dan waktu. (1) triangulasi

sumber merupakan teknik yang dilaksanakan dengan membandingkan dan mengecek

kembali suatu derajat informasi yang didapat tersebut, (2) triangulasi teknik

pengumpulan dataa merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang dilaksanakan

dengan mengecek informasi yang didapatkan bersama dengan teknik yang dilakukan,

(3) triangulasi waktu merupakan data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di

waktu narasumber masih segar, belum banyak masalah, sehingga akan memberikan

data yang lebih valid sehingga informasi yang didapatkan dapat dipercaya.37

35

Ibid., 270. 36

Ibid., 272. 37

Ibid., 274.

Page 33: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

18

4. Diskusi dengan Teman Sejawat

Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan melakukan

diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan data yang diterima konkret dan

bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut

peneliti mengharapkan mendapat sumbangan, masukan dan saran yang berharga dan

membangan dalam meninjau keabsahan data.

H. Studi Relevan

Seloko yang berisi pesan-pesan yang mengajak kepada kebaikan serta menjadi

media komunikasi dakwah untuk memperbaiki akhlaq baik bagi masyarakat

tradisional dan masyarakat modern terus di galakkan supaya tidak tergerus oleh

zaman. Berdasarkan penelusuran penulis terdapat beberapa karya yang membicarakan

tentang pembahasan tersebut diantaranya, Skripsi yang ditulis oleh Zulkarnain,

Mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Fakultas Ushuluddin, Jurusan

Aqidah Filsafat, yang membahas tentang “Nilai-Nilai Filsafat Moral Dalam Seloko

Adat Perkawinan Jambi di Dusun Pulau Pinang Kecamatan Sarolangun Kabupaten

Sarolangun”. Skripsi ini membahas tentang prosesi adat perkawinan dan nilai nilai

moral yang terkandung dari prosesi adat perkawinan di Desa Pulau Pinang

Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun .38

Jurnal ilmiah Ade Rahima Dosen FKIP Universitas Batanghari Jambi dengan

judul “Nilai-Nilai Religius Seloko Adat Pada Masyarakat Melayu Jambi”. Jurnal ini

membahas tengtang nilai-nilai religius yang terkandung di dalam seloko adat, yang

mencangkup tentang hukum kebiasaan, aturan-aturan hukum yang mengatur segi-segi

kehidupan yang bersifat pribadi maupun kehidupan bermasyarakat.39

38

Zulkarnain, “Nilai-Nilai Filsafat Moral Dalam Seloko Adat Perkawinan Jambi di Dusun

Pulau Pinang Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun”, Skripsi ( Program Strata satu Institut

Agama Islam Negeri Sulthan Taha Syaifuddin Jambi), 2016. 39

Ade Rahima, “Nilai-Nilai Religius Seloko Adat Pada Masyarakat Melayu Jambi”. Jurnal

Universitas Batanghari Jambi (2014), diakses melalui alamat https://media.neliti.com

/media/publication/225562-nilai-nilai-religius-seloko-adat-pada-ma-a196f55d.pdf , pada hari Kamis,

16 Mei 2019, pukul 00.36 WIB.

Page 34: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

19

Jurnal yang ditulis oleh Abdoel Gafar Mahasiswa Universitas Negeri Jambi

dengan judul “Peranan Seloko Dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat di

Kota Jambi” jurnal ini membahas tentang adat berseloko dalam upacara adat

perkawinan di Kota Jambi, dan bertujuan agar adat berseloko dalam perkawinan

memiliki arti penting dan menjadi ciri dan jati diri daerah Jambi.40

Sebagaimana terlihat pada studi relevan ini bahwa sudah banyak penelitian

yang membahas tentang seloko, tetapi diantara kajian ini belum ditemukan ada yang

membahas tentang “Seloko Sebagai Media Komunikasi Dakwah di Desa Limbur

Merangin, Kecamatan Pamenang Barat, Kabupaten Merangin”. Karya-karya diatas

adalah berbeda dengan karya yang sedang penilis rencanakan. Melihat adanya

perbedaan setting, tentu penelitian yang dihasilkan akan berbeda.

40

Abdoel Gafar “Peranan Seloko Dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Di Kota

Jambi”. Jurnal Universitas Negeri Jambi (2012), diakses melalui alamat https://online-

journal.unja.ac.id/index.php/pena/article/view/1441/935 pada hari Sabtu, 30 November 2019, pukul

04.03 WIB.

Page 35: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

20

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA LIMBUR MERANGIN

A. Sejarah Desa Limbur Merangin

Adapun asal nenek moyang orang limbur merangin sekarang tidak di ketahui

secara pasti, dari mana sumber yang saya dengar bermacam-macam pendapat. Ada

yang mengatakan asalnya dari Mataram beragama Hindu, ada pula yang mengatakan

dari Palembang dan sebagainya, yang jelas dua suku pendatang yang ada perbedaan

bahasanya. Mereka mendirikan rumah dan bermukim di Dusun Tuo. Jumlahnya

waktu itu ham 7 buah rumah. Menurut sahibul hikayat semasa buluh masih berbuah

ago, bakul nyiru, air sebelah sini hanyut ke ilir, sebelah sana hanyut ke mudik.

Setelah di sapa si Pahit Lidah, buluh tidak lagi berbuah ago, bakul, nyiru dan air

hanyut ke ilir semuanya. 41

Berapa lama mereka bermukim di Dusun Tuo tidak di ketahui, tanda mereka

cukup lama berada di sana adanya pendam pekuburan cukup banyak di Bukit Sungai

Nawa. Setiap warga Dusun Tuo ada yang meninggal jenazahnya di kebumikan di

Bukit Sungai Nawa. Kata pepatah mati di anta katanah layu. Kata pantun Saluko :

Lubuk mampun pendam sanawa

Kubung ngalayok dalam padi

Mabuk racun dapek di di tawa

Mabuk paruntung di bao mati

Sampai sekarang batu-batu njsan di Bukit Sungai Nawa masih dapat kita

jumpai bukti adanya peradaban nenek moyang masa silam yang di makamkan

penduduk Dusun Tuo masa itu. Daging ular biyang, ular biyung yang tinggal dan

bergelung di suatu bukit sebelah mudik Dusun Tuo sekitar dua kilo meter dari Dusun

Tuo. Setiap hari penduduk Dusun Tuo mudik membawa ambung tempat daging ular

biyang ular biyung Disamping penduduk Dusun Tuo, penduduk Pulau Jalia

41 Haramaini HY, Sejarah Terjadinya Desa Limbur Merangin, (Bukit Penantian, 2010), 4.

Page 36: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

21

Tanjung Lamin juga ikut mengambil daging ular biyang ular biyung tersebut untuk di

makan. Konon setiap penduduk dua dusun tersebut datang mengambil daging ular itu

selalu berbunyi ular biyang ular biyung tidak darah daging ku ambil hati aku jangan

di lait (sayat). Beg‟itulah seterusnya di samping makan daging ular biyang ula biyung

mereka membuat pengek kalong dan pakasam pacat.

Pada suatu hari waktu mengambil daging ular biyang ular biyung salah seorang

orang Pulau Jalia sengaja melait(menyayat) sedikit hati ular biyang ular biyung

tersebut. Merasa hatinya di sayat melampau pantang yang setiap hati di pcringatkan,

maka pada malam hatinya hujan lebat, kilat sambar menyambar, guruh petir sambung

menyambung ular biyang membuka gelung. Kata pepatah baungkai simak tali,

babukak simak pintu lalu turun ke air terus balayia (berlayar) menghulu batang

mangin kabarnya masuk Danau Kerinci ular tersebut apa sekarang masih hidup atau

sudah mati wallahu a‟lam. Besok harinya penduduk Dusun Tuo terkejut melihat

jamban, biduk mereka terdampar di atas tebing, air Merangin sangat keruh. Apa

gerangan yang terjadi...? Maka berbondong-bondonglah orang Dusun Tuo mudik.

Setibanya di tempat ular biyang ular biyung tersebut ternyata ular besar tersebut telah

pergi meninggalkan tempat tinggalnya selama ini. Tanah tempat ia turun longsor, itu

yang membuat air sangat keruh. Sesuai kata pepatah kehuh ayik cingok ka ulu smak

ayik cingok ka moho.42

Bekas gelung ular biyang tersebut masih ada hingga kini. Kata orang yang

.pemah berladang di Bukit Ular Biyang di bekas gelung ular biyang itu waktu

mencam(menanam) padi turun lima gantang benjh, bukit itu sekarang di sebut bukit

biyang. Lama kelamaan penduduk Dusun Tuo merasa kehilangan makanan pokok

mereka selama inj yaitu daging ular biyang ular biyung. Sebagian benduduk Dusun

Tuo ing'm pindah mencari tempat baru maka yang asal 7 bubung rumah 4 bubung

pindah 1e hilir mereka membuat rumah baru yaitu di hilir Bukit Sungai Layang yaitu

di tebing tinggi, sementaxa yang 3 bubung masih tetap di Dusun Tuo. Cukup lama

42

Haramaini HY, Sejarah Terjadinya Desa Limbur Merangin, 5.

Page 37: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

22

pula yang 4 bubung bermukim di tebing tinggi. Setiap warga Tebing Tinggi

meninggal jenazahnya di antar kebukit Sungai Nawa untuk di makamkan. Di antar

pakai biduk(perahu), atau pakai rakit. Tempat pendam orang Tebing Tinggi yaitu di

dataran tinggi(bukit) di dataran rendah itu pendam orang Dusun Tuo sebagai simbol

tempat orang Tebing Tinggi di atas makamnya hams di atas pula. Orang Dusun Tuo

tempatnya agak rendah maka makam keluarga harus rendah pula.

Di suatu sore seorang wanita Tebing Tinggi pergi mancing di sebuah lubuk.

Mancing di tetah pancing cucuk ke bawah. Waktu di tarik terasa berat, lalu di tarik

terus hingga sampaj ke atas di lihat yang kena pancing bukannya ikan tapi ujung

sebuah rantai yang terbuat emas yang mengikat lesung, antan(a1u) dan nyiru yang

juga terbuat dari emas. Karena berharap mendapat semua dan ingin menjadi kaya

raya maka wanita terebut berniat mengangkat semuanya ke biduk(perahu), burung

yang waktu itu ada di atas pohon berbunyi : teh...teh....teh... yang artinya teteh

(potong rantai emas tersebut). Tapi orang tersebut tidak menghiraukan, karena berat

akhimya perahu orang itupun karam dan emas yang mengikat lesung, antan (a1u) dan

nyiru yang juga terbuat dari emas itu kembali tenggelam kc dalam lubuk. Itu pula

sebabnya lubuk itu di namakan lubuk lesung. 43

Bekas peninggalan peradaban dusun Tebing Tinggi yang masih ada sampai

sekarang yaitu bekas jalan mobil (jalan babat). Lama kelamaan penduduk dusun

Tebing Tinggi ada yang ingin membuat pelak (ladang tanaman muda) yaitu di Ujung

Tanjung di dusun Renah Pelayang sekarang. Maka sebahagian mereka mulai „

membuat ladang di Ujung Tanjung. Tanaman yang di tanam waktu itu umumnya

tembakau. Penduduk dusun Tebing Tinggi pindah dari dusun keladang untuk

mengurus tanaman mereka merumput, melabuk(menggembur) dan sebagainya.

Cukup berhasil orang yang berkebun tembakau, hasilnya di samping untuk tembakau

rokok, tembakau sugi bagi ibu-ibu yang memakan sirih, di berikan untuk sanak

43

Ibid., 6.

Page 38: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

23

kerabat, di jual atau di tukar dengan makanan-makanan yang di butuhkan. Hasil

tembakau melimpah ruah maka di sebutlah tanjung palepeh utang.

Pada suatu hari salah satu dari warga yang berladang di Ujung Tanjung

sebelum ke ladang dia melarang anaknya makan sebelum ayah ibunya pulang dari

ladang, ladang ini agak jauh dari rumah. Setelah ibu bapak si anak terebut keladang

anak yang bcrumur kira-kira 9 sampai 10 tahun ini tinggal di rumah sendirian.

Namanya anak-anak tidak bisa menahan lapar sementara ibu bapaknya pergi

keladang pagi pulang petang. Anak tersebut merasa lapar satu-satunya jalan harus

cepat di isi, makan nasi anak ini tidak berani takut di marah ibu bapaknya perutnya

semakin lapar maka anak ini turun dari rumah mencari apa yang baik di makan.

Kebetulan di sekitar rumahnya banyak tumbuh pua. Maka anak tersebut mencari buah

yang masak tapi tidak ada, maka di ambillah pua yang masih muda isinya masih putih

di bawa kerumah lalu dimakan. Sebagian isi pua yang putih itu berserakan di tengah

rumah. Sisa makan yang berserakan di sebut imah. Kata pepatah dakdo imah ngadah

sepai (sapu).44

Haripun masuk petang ibu bapaknya pulang dari ladang. Di lihat di tengah

rumah banyak berserakan imah nasi maka marahlah ibunya lalu pecut anak tersebut.

Ayahnyapun ikut marah. Walau anaknya mengaku tidak makan nasi orang tuanya

tetap tidak percaya. Karena sakit di pecut anak ini mengais tersedu-sedu. Setelah itu

ibu bapak anak ini mandj sebelah mudik, hari sudah mulai gelap. Merasa tidak

bersalah sepeninggal orang tuanya pergi mandi anak ini turun dari rumah duduk di

atas pasir(bungin), lalu di kaisnya pasir dengan menggunakan kedua tangannya untuk

menimbun tubuhnya sambil bemyanyi ngalimbak ngalimbua limbak aku limbunlah

aku kato induk aku makan nasi aku makan pua mudo. Begitulah sambil menimbun

badannya dia terus bemyanyi ngalimbak ngalimbua limbak aku limbunlah aku kato

induk aku makan nasi aku makan pua mudo.

44

Ibid., 6.

Page 39: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

24

Sewaktu ayah ibunya pulang dari mandi hari sudah malam. Melihat anaknya

tidak ada di rumah, lalu dia memanggil tapi tidak menyahut, di cari di dalam kamar

tidak ada. Di lihat jelas-jelas yang memutih di atas lantai bukannya nasi tapi isi pua

muda. Di dengarnya pasat-pasat ada suara orang bemyanyi sayup-sayup antara

terdengar dengan tidak di arah pasir. Suara orang bernyanyi ngalimbak ngalimbua

limbak aku limbunlah aku kato induk aku memakan nasi aku makan pua mudo. Maka

turunlah dua orang tua suami isteri ini mencari di dalam gelap di mana suara orang

bemyanyi yaitu anaknya. Maka di kaisnya pasir dengan tangan, makin di kais

semakin sayup suara anaknya dan akhimya hilang suara anaknya. Maka terpekik

meraunglah ayah dan ibu anak ini sehingga tetangga mereka berladang pun datang

kerumah orang tua anak itu menanyakan apa gerangan yang tcrjadi. Maka di

ceritakanlah tentang anaknya yang hilang di limbun bungin (di timbun pasir) lari

setelah di marah sewaktu pulang dari ladang. Maka semalam suntuk kedua orang tua

ini tidak dapat tidur sepicingpun menengadah air mata tergenang, menunduk air mata

berderai. Air mata ibu bak nyelai jatuh ke kujang, air mata bapak nan bak beh ke

kekap nyesal marah anak sampai mecut.45

Sesuai kato pantun :

Bakir di hulu kerapatan

Bangsal durian gugur bunganya

Pikir dahulu pendapatan

Nyesal kemudian tak ada gunanya

Keesokan harinya pergilah kawan-kawan sesama bérladang, ada yang kc mudik

memberi tahu ke masyarakat Dusun Tuo ada pula yang ke hilir memberi kabar ke

Dusun Tebing Tinggi tentang anak sianu yang senja kemaren hilang di limbun bungin

(di timbun pasir). maka gemparlah orang tebing tinggi, terkejutlah orangorang dusun

tuo, orang dusun tuo keilir sedangkan orang dusun tebing tinggi kemudik, maka

berbaurlah orang yang hijrah ke Tebing Tinggi dengan orang yang menetap di Dusun

45 Ibid., 7.

Page 40: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

25

Tuo berkumpul di ujung tanjung palapeh utang, mereka duduk bersama membuat

undang-undang adat undang talansung ilir taliti beranjak mudik bertemu ditanjung

samalindu, maka kacuplah tijak di bungin (pasir) mencari anak yang hilang, dari pagi

hingga malam berhari-hari mereka mencari anak tersebut namun tak ada tanda-tanda

untuk menemukan anak tersebut, direnung saabih akaJ ke air lah hilang riak ke darat

lah hilang unut, memanglah raib timbun tebing lah hilang di lincai pulau, memang

rajuk lah di bawa hilang seding(sedih) lah di bawa mati.46

Dari cerita anak hilang inilah, masyarakat Desa Limbur Merangin jika

mengadakan resepsi pernikahan dengan memotong kerbau selalu mengadakan

upacara adat yang dinamakan dengan mencari anak hilang hingga sampai saat ini,

sebagai simbol dari anak yang hilang di limbun bungin kejadian ratusan tahun yang

silam. Merasa anaknya tidak di temukan, sehingga kedua orang tua anak tersebut

putus asa. Mati basebab hilang bakarno, bapaknya pulang kerumah mengambil

tombak dan turun ke bawah lalu di tancapkan tombak tersebut ke tanah dengan posisi

terbalik ujung tombak sebelah atas dan pangkalnya menancap ke tanah lalu naik

kerumah dan melompat ke arah mata tombak melakukan bunuh diri. Ibunyapun

demikian, berlari ke arah sungai sambil membawa batu besar yang di ikat dengan tali

lalu di gantungkan ke leher lalu menyelam. Sehingga kedua orang tua anak ini mati

dalam keadaan pasik. Yang laki-laki mati basebab darah bakarno, yang perempuan

mati basapung batu ka lubuk ba undang teheh ka laut.

Misteri orang yang hilang di limbun bungin menjadi isi mulut orang Tebing

Tinggi dan Dusun Tuo. Melihat tanah di sini subur maka sepakatlah kedua Dusun inj

ingin bersatu kembali yang di mudik pindah ke hilir dan yang dihilirpun pindah ke

mudik. Maka di buatlah runding mupakat kata sailun yang di pimpin oleh 3 orang Rio

yaitu : Rio Alip, Rio Buncit dan Rion Gamalo. Mulailah membuat lambeh tempat

membuat dusun baru yaitu di Trassakti sekarang. Setelah menebas yang besar pakai

beliung yang kecil pakai parang, yang kecil telah tebas yang besar sudah tumbang

46

Ibid., 8.

Page 41: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

26

tinggallah sebatang kayu yang belum di tebang yaitu batang jelatang yang babanea

tigo. Orang tidak mau menabang kayu tersebut sebab jika tagiseh (tersentuh) kulit

kena miyang(gatal), siapo taguyang (tersenggol) keno beh. Walau bagaimanapun

pohon jelatang tersebut harus di tebang maka bergilirlah mereka menebang pohon

jelatang yang babanea tiga itu. Mulai hari sabtu sampai rabu setiap hari. Konon bila

di lihat umbang dan kulit kayu itu yang telah badada bapunggung telah bertaut

kembali seperti belum ada bekas kapak. Pada hari kamis kata masyarakat dua dusun

Tebing Tinggi dan Dusun Tuo, hari ini kami meminta tiga Rio menebang pohon

Jelatang ini karena jika kami yang menebangnya tidak mau roboh. Sesuai pula

dengan baneanya tiga, Rio tigo sabanea surang.47

Maka berundinglah tiga rio ini mencari akal untuk menebang pohon jelatang

itu. Duduklak tiga Rio berunding. Kata Rio Alip : bagaimana pendapatmu Rio Buncit

kalau kita buat saIatnya sebelum menebang kayu ini, sebab kamu malin bakitab kalau

nyalah dalam agama. Kata Rio Buncit : iya kita membuat ikhtiar bagi hamba,

menurut pendapat ngan tidak apalah. Maka Rio Alip membakar kemenyan nan sacibit

membelah limau nan sabuah di pusung pohon jelatang itu tujuh keliling. Tegak pula

Rio Gamalo menghimbau pantang. Kata Rio Gamalo kalau iya kami ini asal cicak

asal bengkarung asal cacing gelang-gelang tuah raja turun temurun tuah puti pindah

memindah, kerarnat yang tidak boleh minjam tuah tidak dapat minta, rubuhkanlah

kayu jelatang hari ini.

Setelah itu mulailah tiga orang Rio menebang pohon jelatang sabanea surang.

Waktu matahari mulai condong ke barat waktu hari telah hamper senja hari kamis

petang jum‟at barulah pohon jelatang goyang lalu roboh kc tepi air. Elangkurik yang

menunggu pohon jelatang terbang ke seberang. Sarang elangpun jatuh ke air hanyut

serantau balik mudik. Setelah pohon jelatang terguling di atas tanah Rio Alip naik ka

tunggul jelatang babanea tigo pucuk di tunggu langkurik rubuh, di tebang gugur ke

air hanyut serantau berbalik mudik, kalau orang dagang menginjak jelatang ini jalan

47

Ibid., 8.

Page 42: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

27

sapincang baulang balik, sarang elang balik mudik, sebab dalam sarang elang itu ada

buluh miyang merindu. Ada pula yang mengatakan :48

Batang jelatang babanea tiga

Rubuh membawa langkurik

Bila orang dagang menginjak di jelatang ini

Jalan sepincang pulang balik

Tentang ngalimbak ngalimbua limbaklah aku limbua lah aku kato induk aku

makan nasi aku makan pua mudo ado juga pendapat lain yaitu :

Bungin limbak bungin limbua

Limbak aku limbualah aku

Kato induk aku makan nasi

Aku makan pua mudo

Setelah orang Dusun Tuo dan Dusun Tebing Tinggi pindah, yang mudik pindah

ke ilir yang di ilir pindah ke mudik, nama dusun tidak lagi Dusun Tuo atau Tebing

Tinggi. Atas mufakat kedua suku asal Dusun Tuo tempo dulu itu pula penyebab

mereka kembali bersatu. Dengan adanya kejadian anak yang hilang di limbun bungin

tiga orang Rio sependapat dengan masyarakat pada masa itu nama dusun baru di

rubah pula menjadi Dusun Limbun Bungin.

Di malam harinya tiga orang Rio itu bermimpi di bawa elangkurik terbang

berangkat dari batang jelatang menuju sungai mangua terus ke kilometer 21 lalu ke

durian sebatang muara Sungai Langkap lalu Sungai Tanah terus ke Mepui Belahik

singgah di Campunek Gedang lalu Mangkuang Bantu pergi pula ke Mang Balayia

Ulu Mancang dari situ menuju Bukit Alai Tunggul Buto malayang Sungai Latau lalu

ke Kubang Gedang balik pula ke Tunggul Jelatang. Esok harinya rakyat Dusun

Limbun Bungin kumpul di sekitar tunggul jelatang yang roboh kemaren. Mereka

bemakap-cakap tentang kehebatan kayu jelatang yang akhirnya roboh ditebang tiga

48

Ibid., 9.

Page 43: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

28

Rio mereka. Setelah di do‟a tolak bala‟ oleh Rio Buncit, setelah di pusung oleh Rio

Alip dengan asap kemenyan lengkap alat tepung tawanya, di imbau pula pantang oleh

Rio Gumalo. Tidak lama kemudian tiga orang Rio tiba pula di tempat rakyat yang

sedang brrkumpul di sekitar kayu jelatang yang telah tumbang. Masing-masing

membawa alat parang dia mau mengambil banea bekas yang di tebang kemaren.

Sambil duduk-duduk Rio Alip bercerita kami malam tadi mimpi di bawa elangkurik

terbang, Rio Buncit dan Rio Gumalo sama-sama meng-iyakan sambil mengangguk-

angguk. Rakyat yang hadir mcngangguk-angguk pula tanda kagum dan percaya. Lalu

Rio Alip menceritakan tentang mimpi mereka semalam kepada rakyatnya.49

Setelah tiga banea jelatang di ambil tiga orang Rio, sekitar seminggu kemudian

diajaklah rakyat Dusun Limbun Bungin pergi untuk melihat apa-apa yang di temukan

dalam mimpi tiga orang Rio tersebut. Kadahat di tuhut unut keyik di tuhut yak.

Segalanya bertemu dengan apa-apa yang terdapat dalam mimpi Rio mereka. Sepulang

dari berjalan jauh, apa yang nampak di mata maka berpesanlah tiga orang Rio kepada

rakyat Dusun Limbun Bungin. “Apa yang kita lihat itu semua adalah batas-batas

tanah. Ingat oleh kamu sampaikan ke anak cucu.” Kata Rio Alip wakil dari Rio

Buncit dan Rio Gumalo : “Sungai Mangua kilo meter 21 Durian Sebatang Muaro

Sungai Langkap itu batas tanah kita dengan Kanya (Karang Anyar), Sungai Tanah

Mepui Belahik Campunek Gedang itu batas dengan Papit, Mangkuang Buntu bateh

dengan Kamai (Karang Berahi), Mang Balayia Ulu Mancang bateh ilia dengan Tabir,

Bukit Alai Tunggul Buto Sungai Latau Kubang Gedang bateh dengan uhang(orang)

Pajalia Tanjung Lamin. Batas ilir dan batas mudik ingat oleh kamu nan dak lapuk di

hujan dak lekang wik paneh. Kalau hilang batas tanah di ambil orang maka hilang

tutur pasko dapat oleh orang lain.” Rio Buncit pun berkata menyambung cakap Rio

Alip : “untuk kita jangan di beri dan untuk orang jangan di ambil berdosa”. Bila

taambik(termabil) untuk kanti kata Rio Gumalo : “salah teguk di luah, salah bawa

49

Ibid., 10.

Page 44: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

29

pulang(kembalikan), celako tanam kecik anggua gedang tebang.” Begitu pula kalau

orang mengambil untuk kita kata Rio Alip. 50

Tidak lama kemudian dapat perintah Raja Jambi jauh sebelum Sultan Thaha

menjadi Raja, supaya setiap dusun membuat kuto benteng pertahanan untuk menjaga

dusun dari serangan Belanda atau mnah isau (orang asing yang tidak di kenal). Maka

sepakatlah tiga Rio dengan rakyat Dusun Limbun Bungin membuat benteng kuto di

belakang dusun. Disitu di gali tanah tambak, diatasnya di tanam bambu serik.

Sesuai pantun :

Buluh serik belakang dusun

Tebang sebatang buluh lemang

Uhang baik tunggulah dusun

Kami menunggu ladang lengang

Di sebelah mudik lubuk tunjuk sebelah bukit di gali pula parit gedang('besar)

supaya air sungai merangin mengalir sampai Sungai Layang dan jika sungai merangin

banjir banyak ikan yang masuk ke pancuran itu. Setelah ikan masuk penduduk dusun

Limbun Bungin menutup jalan masuknya ikan dengan kayu rapat-rapat sehingga ikan

tidak bisa keluar mereka bersama-sama menangkap ikan untuk di jadikan lauk pauk.

Tempat menutup jalan masuknya ikan itu di namakan tebat. Setelah menjadi dusun

maka di abadikan nama tempat itu menjadi Dusun Pancuran Tebat.

Sesuai Pantun Saluko :

Dusun Limbua kepalak lubuk

Tebing Tinggi Pancuran Tebat

Hati siapo tidak kan mabuk

Unding di cari tidak dapat

50

Ibid., 10.

Page 45: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

30

Di buat pula parit di mudik dusun dan Muara Bedah itu yang di sebut di bawah

kuto nan bajajua dilingkung pahit nan balingka. Di tempat-tempat lain ada pula yang

membuat kuto seperti di Desa Aur Duri. Desa Aur Duri itu diambil dari nama aur

yang di tanam sekeliling dusun sebagai benteng/kuto. Di Bungo yaitu di Desa Kuto

Jayo asal dari kuto, di Sungai Manau Desa Benteng dari kata kuto. Setelah dusun

Limbun Bungin membuat benteng, parit-parit besar maka banea jelatang. 51

Untuk Rio Alip di buat kancing pintu, kancing pasak dusun Limbun Bungin

sepotong di tanam sebelah mudik Pancuran Tebat, sepotong lagi di tanam di sebelah

ilir bukit Sungai Layang. Tanam melintang (sentung), artinya bila ada orang maling

membuka rumah peduduk dusun Limbun Bungin bukan orang dari luar melainkan

orang dari dusun Limbun Bungin itu sendiri. Sebab dusun lah bakunci sentung kok

rumah lah bakunci sentung timbal balik kok tali lah bakebat mati, itu pula sebabnya

orang Dusun Limbun Bungin tidak mempan di salih(Guna-guna) kubu (suku anak

dalam). Di samping bakunci sentung ilir dan mudik di seberang dusun di batas

sungai. Di dalam dusun ada orang berambut abang(merah). Yang sekerat di buat

batas-batas dalam rumah itu yang di paku ke bendul lebar dan di pahat ke tiang

panjang, selingkung bendul di tepi tempat menti duduk batamu, selahik bendul di

tengah tempat rajo duduk basilo.

Untuk Rio Buncit menjadi cintung (sendok) nasi dan tangkai sendok gulai itu

yang di sebut bacintung liba daun basenduk panjang tangkai batungku cakah bapiuk

gedang. Adat batamu ajak duduk adat berlek(hajatan) ajak makan. Untuk Rio Gamalo

menjadi galah dan pendayung biduk. Itu mudik sarentak galah/satang, ka ilir

sarengkuh dayung. Itulah sebabnya Rio Gamalo di sebut bakuto aho hilang sepanjang

teluk dan sepanjang rantau basua pedang sabilah.

Setelah Rio Alip, Rio Buncit dan Rio Gumalo wafat entah berapa kali berganti

Rio. Sesuai dengan kata pepatah :

Buhuk li bagentin li

51

Ibid., 11.

Page 46: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

31

Lapuk pua jalipung tumbuh

Patah tumbuh hilang berganti

Hilang sikok bagentin sikok

Bak napuh di ujung tanjung.

Mulailah terasa :

Ilang tuo ilanglah tutua

Ilang Rajo ilanglah tembo

Ilang pulo lah adik munsanak

Maka terjadilah bak pantun :

Anak kadidi tigo ikok

Bao bakeja dalam padi

Nak ngaji suhatlah lapuk

Nak balaja gurulah mati

Terukir pula pantun untuk tiga orang Rio Limbun Bungin :

Rio Buncit Rio Gamalo

Rio Alip Hilang di laman

Lah nasib badan kito

Malang tasurat di tapak tangan 52

Dalam pantun diatas yaitu Rio Alip hilang di laman Ceritanya Suatu hari ada

suatu perkara di buka di halaman di tonton rakyat banyak karena perkara itu berat tak

seorangpun berani menjatuhkan hukum. Seorang Rio Alip tidak dapat hadir karena

beliau sakit parah. Akhimya sidang tidak ada yang berani memberi keputusan

akhirnya di jemputlah Rio Alip dengan cara di dukung (gendong) karena beliau

52

Ibid., 12.

Page 47: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

32

sedang sakit parah. Setelah perkara itu di putuskan oleh Rio Alip beliau roboh lalu

meninggal dunia di tempat beliau memutuskan perkara di halaman. Itu pula sebab

sampai tersebut dalam pantun Rio Alip hilang di laman. Waktu itu rakyat dusun

Limbun Bungin bukan di pimpin oleh tiga Rio sebab masyarakat kala itu mematuhi

apa saja kata tiga orang Rio ini, apapun keputusan tiga orang Rio rakyat salalu

mengiyakannya. Pelajaran untuk anak cucu di belakang hari kalau mau memilih

pemimpin harus ada sifat tiga orang Rio terebut yaitu : Cerdas Rio-Alip ,

Alim/Agama-Rio Buncit, Hulubalang/berani-Rio Gumalo .53

Inilah kunci seorang pemimpin yang urusan agama sudah oleh Rio Buncit,

urusan perkara sudah oleh Rio Alip dan urusan orang yang ingkar janji sudah oleh

Rio Gumalo. Kesan yang selalu terukir pada tiga orang Rio yang selalu di ingat dari

generasi ke generasi. Cerdasnya Rio Alip : Lurus babentang tali patah makan siku-

siku. Alimnya Rio Buncit : tubuhnya penuh dengan ilmu agama penuh patuah dan

tegur sapa maka di gelar Rio Buncit. Dibalangnya Rio Gumalo tongkat tuah di

gelanggang panakik nan keheh panyudu nan lunak. Rio Alip di ilir, Rio Buncit di

tengah dan Rio Gumalo di mudik. Maka titisan Rio Alip cerdik-cerdik, titisan Rio

Buncit alim-alim dan titisan Rio Gumalo melawan-lawan sampai kini masih nampak

perbedaannya.

Lambang kebesaran Raja-raja Jambi yaitu keris Siginjai untuk itu pula tokoh

masyarakat dusun Limbun Bungin H. Muntahil (H. Mohammad Taher) mengajak

masyarakatnya mengumpulkan dana untuk membuat keris lambang kebesaran dusun

Limbun Bungin. keris pusaka itu masih ada hingga sekarang di perkirakan telah

berumur ratusan tahun. bila ada orang pengantin di dusun Limbun Bungin keris itu di

bawa oleh mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan, begitu juga khitanan

keris itu di pegang oleh anak yang akan di khitan.

Sebelum Sultan Thaha menjadi Raja Jambi Belanda sudah tahu bahwa di hulu

merangin ada sebuah dusun yang banyak ekstrimis, pemberontak yang melawan

53

Ibid., 13.

Page 48: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

33

Penjajahan Belanda yang menjadi propokator yaitu penduduk Dusun Limbur

Merangin, yang di maksud Belanda Dusun Limbur Merangin adalah Dusun Limbun

Bungin. Pada tahun 1855 Sultan Thaha naik tahta menggantikan ayahnya Sultan

Pahrudin yang wafat tahun 1855. Sultan Thaha tidak mau tunduk kepada Belanda.

Belanda mengancam akan menangkap dan membuang dirinya ke Batavia. Ancaman

itu tidak di hiraukannya, dia menyiapkan pasukan perang. Maka terjadilah perang

besar melawan Belanda di Jambi yang di pimpin langsung oleh Sultan Thaha.

Sekitar tahun 1828 musyawarah pula masyarakat dusun Limbun Bungin ingin

mendirikan Masjid. Setelah rapat memilih tanah tempat masjid. tukang masjid di

jemput dari Rantau Panjang, (Syaikh Maulana Abdul Qodir Ibrahim) tukang itu telah

membuat masjid di dusun Ampelu Muaro Bungo. Tukang masjid datang sambil

membawa dua buah tong, satu berisi beras dan yang satunya lagi berisi pakaian

sembahyang dan alat-alat kerjanya dan sebatang tongkat dari besi. Kata tukang : tiang

masjid 4 batang kayunya besar. Maka diambillah tiang yang 4 batang itu di Rimbo

Dendang tanah adat dusun Limbun Bungin termasuk kayu-kayu yang di gunakan

untuk alat-alat membangun masjid. Kabamya 4 batang kayu besar itu di tarik oleh

gajah tingkih Ialu di bawa ke dusun. Setelah 4 batang tiang besar di gabung ujung

pangkalnya tukang mulai bekerja. Masyarakat dusun Limbun Bungin meggambil

kayu besar yang berlobang di tengahnya untuk dibuat beduk, di tutup lobang kayu

sebelah pangkal, dengan jangat jawi (kulit sapi), di ketang dengan rotan lalu di pasak

untuk mengencangkan jangat beduk. Lalu di ambil pula samambu atau pangkal

manau untuk pemukul beduk.54

Setelah masjid selesai beduk selesai isi tong betas tukangpun selesai, beduk di

bawa ke masjid, tukang mengisi dua tong dengan air, yang tempat betas di letakkan

dekat pintu masuk laki-laki, yang tempat alat sembahyang dan alat-alat kerjanya di

letakkan dekat pintu masuk perempuan dan tongkat besinya di letakkan dalam masjid

itu menjadi tongkat khatib membaca khutbah. Sebelum beduk di pukul timbul

54

Ibid., 14.

Page 49: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

34

perdebatan tentang cara memukul beduk dusun kita. Pendapat yang pertama : kalau

pendapat ngan macam orang Dusun Papit, Tanjung Lamin mukul beduknyo macam

titik hujan banyak bunyinya macam itu kawan macam itu pula kita. Pendapat yang

kedua : Pendapat ngan tidak begitu kalau kita buat model sama dengan kanti kita pak

tuhut lain lubuk lain ikan lain padang lain pula belalangnya. Pendapat yang ketiga

cocok dengan pendapat yang kedua buat model lain dengan kanti(kawan) karena

tiang masjid kita 4 apa salahnya kita pukul 4 kali. Pedapat yang ke 4 cocok juga di

pukul 4 kali karena tiang masjid ini 4 dan dusun kita di jaga 4 pula.55

1. Di jago Batin nan megang ico pakai lahang pantang.

2. Di jago 4 datuk : 1 Datuk Dagang, dan 3 Datuk Neghi. Itu kusut tempat ba usai

keruh tempat bajenih.

Gelar Datuk Neghi :

1. Datuk Payung Alam

2. Datuk Pagar Alum

3. Datuk Malingkung Alam

4. Di jago Dukun. Kalau ada sakit peneng Obat gosok tampal itu pekeijaan dukun

5. Di jaga Pegawai Sara‟. Kalau ada yang mau menikah. Meninggal di kafan, di

sembahyangkan dan dikubur itu pekerjaan Pegawai Sara‟.

Di samping itu sesuai pula Balngo tempat menghancur tuba untuk kita :

1. Muaro Mampun

2. Tepian Pak Buyau

3. Lubuk Cemin

4. Lubuk Awo

Kemudian susuai jugatanah adat ado 4 :

1. Rimbo Dendang

2. NahTanjung

3. Nah Sei. Beringin

55

Ibid., 14.

Page 50: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

35

4. Nah Tl kuluko

Pendapat yang pertama itu juga khusus untuk tabuh Jum'at, Hari Raya

Besar(Idul Fitri) dan Hari Raya Haji(ldul Adha). Di samping itu boleh Juga memukul

tabuh di hari lain jika ada:

Orang di terkam harimau

Orang mati hanyut(di bawa arus sungai)

Orang di tangkap buaya

Rumah terbakar dan hal penting lainnya

Inilah nama tabuh lahang atau tabuh ninek mamak. Di tambah pula bila tabuh

lahang berbunyi kita yang belum tahu apa halnya boleh membawa senjata seperti

kujua(tombak) pedang dan lain-lain, itu hal neghi. Kalu ada tabuh lahang lah

berbunyi orang lah gempar. Jika ada yang aman-aman saja seperti pura-pura tidak

tahu ataucuek maka orang itu di hutang seekor kambing dan beras 20 Kg. sebab orang

lah gempar ia tidak terkejut tidak tahu di hal orang. Sejak itu pula beduk waktu

sembahyang berbunyi 4 kali. Tukang masjid lamo hadir masa itu tapi dia diam saja

tidak ikut mengeluarkan pendapat takut di anggap mao cupak mao gantang.56

Setelah kerjanya selesai masjid yang dibuatnya agak mirip dengan masjid yang

di buatnya di Ampelu, dia berencana ingin kembali ke Rantau Panjang. Sebelum

pulang ke Rantau Panjang dia mengelilingi masjid yang di buatnya itu. Melihat-lihat

kalau ada kerjanya yang belum selesai. Sesampainya di sebelah kanan mihrab imam

tiba-tiba ia roboh lalu meninggal dunia secara mendadak. Rencana di manusia tapi

ketentuan yang pasti pada Allah Swt. Allah menghendaki tukang masjid itu wafat di

Dusun Limbun Bungin. Untuk mengenang jasa-jasanya maka jenazahnya

dimakamkan disebelah mihrab tempat imam masjid lama.

Pada masa itu ada pula masyarakat Limbun Bungin mempunyai pasko yaitu

gong. Mau di katakan hidup dia tak bemyawa, mau di katakan mati dia bergerak di

rumah tempat gong itu. Kadang-kadang tiba di sudut situ kadang-kadang tiba pula di

56

Ibid., 15.

Page 51: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

36

sudut sini, kadang-kadang tiba pula di atas paho(loteng) tidak di pindahkan orang tapi

pindah dengan sendirinya. Akhirnya ada yang bermimpi gong itu minta di gantung di

atas menara masjid lamo. Setelah di gantung di menara masjid lamo bila ada orang

dewasa meninggal dunia gong itu sering berbunyi tanpa di pukul orang, bila kanak-

kanak meninggal dunia gong itu tidak ada bunyinya. Sejak itu pulalah setiap ada

orang dewasa meninggal dunia di bunyikan gong di atas menara masjid lamo

tersebut. Tangga menuju menara terbuat dari kayu bulian, anak tangganya juga dari

kayu bulian jumlahnya 17 buah anak tangga, artinya Al-Qur‟an turun tanggal 17

ramadhan perang Badar teljadi pada tanggal 17 ramadhan tahun kedua hijrah, shalat

lima waktu 17 raka‟at ada juga yang berfirasat waktu itu bahwa Negara kita akan

merdeka pada tanggal 17 pula, flrasat itu temyata benar, hari jum‟at jam 10 pagi di

jalan Pegangsaan Timur Presiden Sukarno memproklamirkan kemerdekaan RI 17

Agustus 1945.57

Jauh sebelum Belanda memasuki Merangin, pejuang-pejuang yang menjadi

hulubalang raja Mesumai umumnya pandai ilmu silat seni beladiri. Nama silat

diantaranya adalah : Kuntau, Kamiyan, Tembung dan lain-lain. Mereka mahir main

tangan, kaki, keris, pedang, kayu dan sebagainya. Setelah tamat mereka menuntut

ilmu batin seperti kebal, apung (tahan pukul), panheh (tinju bisa), rantai sakilan,

pancung ramayong dan banyak lagi yang lainnnya. Mereka menamakan diri budak

ulu. Bila ke Jambi ada yang dari Siau, Sungai Tenang, Jangkat, Serampas,

RantauPanjang, Sei. Manau, Merangin dan sekitarnya tak ketinggalan dari dusun

Limbun Bungin. Selain menjadi hulubalang raja banyak juga yang hobi menyabung

ayam. Mereka mengundang peningka(pendekar) dari Bungo, Kerinci, Palembang,

Mnah Isau(Orang buangan). Tempat mereka menyabung ayam yaitu di muara

merangin. Mereka membawa nasi bungkus dalam upih, ayam jago termasuk

membawa senjata keris, pisau, badik, pedang, kayu dan sebagainya. Sesampainya di

muara merangin mereka mulai menyabung ayam, bila salah satu ayam yang di adu

57

Ibid., 16.

Page 52: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

37

ada yang kalah maka orang yang ayamnya kalah melompat masuk gelanggang sambil

mencabut senjatanya mencari lawan, maka orang yang ayamnya menang tersinggung

maka gayung bersambut kata berjawab melompat pulalah dia sambil mencabut

senjatanya.58

Mereka bertarung mati-matian. Banyak para pendekar mati basabung di muara

merangin. Mereka mati tidak terkubur sehingga tulang belulang dan tengkorak

mereka berserakan di atas tanah. Kepala manusia seperti niyoa tukak(buah kelapa

yang di makan tupai). Kata pepatah :

Mati di padang telentah imbo balung Kumpulan paku penyamunan

Mati di tangis ungko kelabu

Mati di atap langau ijau

Dak di pendam ba pakuburan

Dak di tanam puding dengan jaluang

Luko dak mintak pampeh

Mati dak mintak bangun

Sengaja balalap gadung matah

Batempah kapayang mabuk

Sampai sekarang paku yang tumbuh di tempat menyabung di muara merangin

kapan di ambil di cium masih berbau amis darah. Selain di muara merangin tempat

mereka menyabung ayam dan menyabung nyawa yaitu di Batu Penyabung Kabupaten

Sarolangun sekarang. Peningka(pendekar) dari dusun Limbun Bungin tak pernah

absen pergi menyabung. Umumnya budak ulu pada masa itu jarang yang luka apa

lagi sampai mati. Memang biduk lentik lah tahan di saing kaji baik lah tahan pulo

untuk di simak.

Suatu ketika sewaktu peningka dari ulu telah meletakkan ayamnya di

gelanggang begitu juga dengan peningka yang di undang. Ayam sudah berkokok siap

58

Ibid., 16.

Page 53: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

38

berlaga timbullah kesadaran dari peningka yang di undang, maka di tangkapnya

ayamnya kembali. Berpantunlah penduduk sekitar itu. Katanya : 59

Teluk mansilang pulau balam

Batu penyabung jalan mandi

Pantun ayam sudah di bulang

Nak di sabung idak jadi

Bulang adalah jalu ayam yang terbuat dari besi lalu di ikat di kaki ayam.

Peningka undangan ada juga yang berpantun :

Pedang janawi memutus rantai

Pancung kudo mandi anak

Dari pado kito terus batikai

Baik mengaku adik musanak

Menjawab budak ulu :

Menuai padi sabilik

Di kisa dulu baru di tanak

Dik kamu babudi baik

Kito aku adik musanak

Lalu mereka bersalaman, berpelukan bahkan ada yang sampai menangis.

Setelah menjadi desa tempat itu di namakan Desa Batu Penyabung. Pada tahun 1901

Belanda ingin memasuki Merangin melalui Muara Tembesi, Sulthan Thaha pada

masa itu sudah berumur 84 tahun. Istananya yang berada di lokasi Masjid agung

Alfalah sekarang di bakar oleh Belanda dan di jadikan tangsi militer. Sultan Thaha

dengan keris Siginjainya pantang menyerah menghadapi penjajahan Belanda. Tersiar

kabar sampai ke Raja Ujung Tanjung Muara Mesumai bahwa Belanda akan

59

Ibid., 17.

Page 54: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

39

memasuki merangin dengan 3O buah kapal perang siap dengan meriam dan

serdadunya yang di pimpin oleh Mayor Vanrangen. 60

Sebelum Belanda masuk dan menguasai Merangin di adakan rapat di Ujung

Tanjung Muara Mesumai yang di pimpin oleh Pangeran Tamenggung anak Raja

Mesumai. Banyak urusan ninek mamak tuo tau serta hulubalang wakil dari dusun

masing-masing di wilayah Merangin. Di hari yang di tetapkan maka di panggillah

segala cerdik pandai serta para hulubalang untuk menghadap Raja Mesumai di Ujung

Tanjung Muara Mesumai. Setelah rapat di buka oleh Raja Mesumai yang hadir ketika

itu mulai mengeluarkan pendapat tentang menghadapi Belanda yang akan menyerang

Merangin dan Bangko sampai ke Muara Bungo. Macam-macam pendapat yang di

hasilkan, ada yang mengatakan kita menyerah saja kepada Belanda usah di ungkit

batu lekat tamilang kita nang ka kupak. Ada pula yang mengatakan kita menyerah

dan mengibarkan bendera putih di Muara Merangin tanda tunduk, kalau menyerah

rakyat aman dan harta bendapun aman. Raja Mesumai diam saja mendengar pendapat

pendapat ninek mamak tuo tau.

Wakil dari Dusun Limbun Bungin juga hadir ketika itu yaitu H. Sukur Bapak

H. Ja‟far nenek H. Hamid mantan kades desa Limbur Merangin. H. Sukur terakhir

sekali mengeluarkan pendapat, katanya pendapat yang terdahulu tadi semuanya benar

kalau kita menyerah kita akan aman kalau perang kita akan rugi, tapi kalau pendapat

ngan kito cubo nungkek tuah di galanggang, nampin tahuh dengan kuyu, cubo

nungkat langit dengan talutuk, mungka gunung dengan tamilang lidi, kito cubo

nanam mumbang, kalu hidup jadi payung negeri, kito mueh hati nan sakali, nyenang

panano nan mabuk, lebih dari itu kita minta pula pendapat Raja sebab nyo nan

balidah masin bapahang tajam bajalan dulu salangkah bakato dulu sapatah nyo pula

nan tuah keris nan di tangkil, tuah pedang nan di sandang, nyo nan duduk di bawah

payung nan sakaki kembang diatas mahligai sabatang tegak, tuah puti pindah

60

Ibid., 18.

Page 55: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

40

memindah tuah rajo turun temurun, duduk ngkoh nyadi rajo tegak nyadi hulubalang,

nyo nan megang tombak nan bacangkah lambing kekuasaan rajo masumai.

Setelah H. Sukur berhenti dari berbicara panjang lebar Raja Mesumai

termenung, menengadah dan menunduk di keribaannya. Tuanku raja telah basah oleh

air mata rupanya beliau menangis. Setelah lama raja merenung akhirnya dia berkata :

posisi kita kini sama dengan dang dangkek basahang di umpun buluh, di adang kito

luko empat kalu di ilak luko tujuh, kalau meminta pendapat dari ngan selaku raja

sesuai dengan pendapat wak H. Sukur dari dusun Limbun Bungin tadi. Minta

pendapat dari raja. Kalau menurut ngan kalau menyerah pada belanda yo ngan pahit

minum air merangin dari kita hidup dijajah, lebih baik mati bagalang tanah. Kalau

begitu kata Raja kalau berlek kita pungko(bermodal) perang kita junjung, celak

phang(perang) di pancung rajo, sengketo negeri di hukum batin, maka kita bunyikan

kemong/bende(gong) di panggil dibalang nan 4O bawa tentara sagantang bijan kita

songsong ke Muara Merangin sambil membawa semua senjata yang ada kita perang

sabil mempertahankan harga diri dan tanah pusaka, kok kereh(keras) sama kita takik

kok lunak sama kita sudu.61

Sebelum Belanda memasuki Merangin, rakyat di dusun-dusun di suruh pindah

(mengungsi) ke hutan. Rakyat Dusun Limbun Bungin pun demikian mereka pindah

ke hutan belantara yaitu di daerah payo(rawa) langantuk, payo ujo mereka bermukim

di tepi sungai. Sungai itu di namakan Sungai Suko Iram yang artinya tempat

bersenang-senang. Walaupun hidup di dalam hutan tetapi mereka merasa

bebas/merdeka. Dusun Limbun Bungin khususnya sudah lama di tinggalkan

penduduknya, saking lamanya di dusun telah menjadi padang langgui (rimbang,

terung pipit).

Di saat Belanda masuk Merangin berdentumlah bunyi bedil kedua belah pihak.

Bedil meletus bunyi maka babuluh. Tempat perang di Merangin yaitu di Mampun

Pamenang, Renah Pelayang Jelatang dan Lubuk Lesung Limbun Bungin. Karena

61

Ibid., 19.

Page 56: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

41

marah pada para pejuang yang banyak membunuh serdadunya belanda ngapak

(membabat) tiang rumah orang dusun Limbun Bungin, tiang bulian bekas kapak

masih ada hingga sekarang yang menjadi tiang rumah Hj. Isyah Kapuk. Dua bulan

perang di air dan tiga bulan perang di darat akhirnya tentara kita kalah. Malang tak

dapat di tolak mujur tak dapat di raih karena bedil kita sepucuk dua Yang lain

membawa tombak, pedang, bambu runcing, umban dan sebagainya Sedangkan

Belanda lengkap senjatanya. Di Dusun Limbun Bungin ditangkaplah oleh Belanda H.

Sukur kakak dari Bakar Juhul. Karena kakaknya H. Sukur sudah tua Bakar bapak Mat

Bayat nyerah diri. Pak Limin meneruskan perang gerilya di butanhutan. Pejuang

Dusun Limbun Bungin yang di tangkap Belanda adalah : 62

1. Bakar ganti dari H. Sukur nenek Din Kader

2. H. Madat Rak Jenah nenek Majri Pak Timah

3. Sapi‟I Pak Ajil Bapak H. Mezen nenek dari H. Yusuf Jasim Badok

4. Alip Pak Teji nenek Patih Uzub.

Belanda membuang pejuang-pejuang Merangin pada tahun 1901 sampai 1916

termasuk yang dari Dusun Limbun Bungin. sebelum di buang Belanda Bakar Juhul

berpantun :

Bukit putih rimbo kaluang

Di rendam jagung dalam kuali

Hukum putuih kito tabuang

Entah kabalik tah idak gi

Menjawab pula Pak Teji membalas pantun bakar Juhul tadi :

Tinggi bukit Limbun Bungin

Tampak dari Dusun Tuo

Jugo di asing ka tempat lain

Hati halik kasiko jugo

62

Ibid., 20.

Page 57: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

42

Sapi‟i Pak Ajil berkata :

Tenang be kito tu nang jantan

Kulub di imbau bapak kito

Kalu dak ji yo di kubung tupai

Dak napeh di tawan angina

Kito tetap balik ka Limbun Bungin

H. Madat diam saja

Cukup banyak hulubalang raja Tanjung Mesumai dari dusun Limbun Bungin

yang terkenal. Di antaranya : Pak Simpai, Pak Cingkok, Pak Sawang, Juaro Pilih, La

Bantai dan lain-lain. Waktu pejuang terbuang pada tahun 1901 perang di Jambi

umumnya masih berkobar. Meskipun banyak pejuang-pejuang Merangin yang gugur

mempertahankan tanah Merangin khususnya dan Jambi pada umumnya. Darah-darah

mereka menyirami persada bumi Merangin yang tercinta ini. Banyak pula pemimpin

perjuangan yang tertangkap termasuk 4 orang dari Dusun Limbun Bungin. Pangeran

Tamenggung Raja Mesumai tetap saja tidak mau menyerah kepada Belanda. Pada

bulan april 1904 Sultan Thaha gugur di desa Betung Bedarah Muara Tebo dalam usia

88 tahun. Setelah memimpin rakyat Jambi hampir 50 tahun menentang penjajahan

Belanda maka perang Jambi di lanjutkan oleh Raden Mattaher putra Sai Kamis

Melintang Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun. Bersama Raden Pamok. 63

Pada tahun 1903 dirinya diangkat oleh Sultan Thaha menjadi Panglima perang

Jambi. Walaupun Sultan Thaha telah gugur Pangeran Temenggung tetap tidak mau

menyerah kepada Belanda. Belanda sangat kesal pada Raja Mesumai ini. Kekesalan

itu di tunjukkan dengan di keluarkannya uang Belanda bergambar burung elang

terbang membawa seekor ular. Kiasannya burung elang itu Belanda dan ular yang

tertangkap itu adalah Pangeran Temenggung Raja Tanjung Mesumai.

Raden Mattaher gugur pada tahun 1907 jenazah beliau di makamkan di makam

Raja-raja Jambi Solok Sipin Kodya Jambi. Setelah Raden Mattaher gugur Belanda

63 Ibid., 21.

Page 58: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

43

tetap tidak dapat menawan Raja Tanjung Mesumai. Belanda sangat benci pada Raja

ini. Kebencian itu di tunjukkan dengan beredarnya uang Belanda yang baru ganti dari

uang bergambar elang membawa seekor ular dengan uang bergambar tongkat (cap

tongkat). Kiasannya Belanda tidak perlu lagi khawatir pada Raja tanjung Mesumai

itu, dia sudah tua tegak dan berjalan harus di Bantu pakai tongkat. Begitulah

teguhnya hati seorang Raja memegang prinsip kalau ludah telah terbuang pantang di

jilat kembali. Sulthan Thaha pun demikian kalau dia bersedia berunding atau

menyerah kepada Belanda sama dengan menghilangkan pahala ibadalmya 4O hari.64

Konon di Tanjung Mesumai dari dulu hingga sekarang di daratan di jaga oleh

harimau kumbang dan di air di jaga buaya kumbang, benar tidaknya wallahu a‟lam.

Pada tahun 1916 pejuang-pejuang merangin yang terbuang ke Pulau Cilacap

termasuk yang 4 orang dari Limbun Bungin di bebaskan karena Belanda telah

melumpuhkan pejuang-pejuang yang sakti mandraguna takut timbul pemberontakan

Yang cukup di khawatirkan yaitu dari dusun Limbun Bungin banyak para tokoh-

tokoh masyarakat yang menjadi propokator untuk melawan penjajahan Belanda.

Maka atas Perintah Residen Belanda di Jambi di buatlah sebuah kantor penjagaan

Belanda kalau-kalau terjadi lagi ekstrimis yang banyak menewaskan serdadu

Belanda. Kantor itu berdiri di depan SDN No 7 Limbur Merangin 1 kantor itu

bernama Sanggrahan. Kantor itu karena rapuh termakan usia, Sanggrahan itu pun di

robohkan orang desa Limbun Bungin karena takut alat bangunan yang sudah tua itu

menimpa anak sekolah. Namun bekas pondasinya masih ada hingga sekarang.

Jauh sebelum Belanda masuk menguasai merangin bahwa di ulu merangin ada

sebuah dusun yang tokoh masyarakatnya sakti mandraguna membantu raja-raja Jambi

sebelum Sultan Thaha mereka pergi ke jambi masuk para pejuang yang di pimpin

raja-raja Jambi mengusir penjajahan Belanda dari bumi Sepucuk Jambi Sembilan

Lurah. Dusun yang di maksud Belanda Limbur Merangin Yaitu dusun Limbun

Bungin lidah orang-orang Belanda tidak bisa menyebut Limbun Bungin yang terucap

64

Ibid., 21.

Page 59: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

44

tetap saja Limbur Merangin, Limbun tuan kata orang dusun Limbur kata orang

Belanda. Bungin tuan yang terucapnya merangin oleh mereka. Bagaimana juga di

ulang-ulang dia tidak bisa menyebut dusun Limbun Bungin yang terucap tetap saja

Limbur Merangin maka berubah pulalah nama dusun Limbun Bungin menjadi

Limbur Merangin sampailah sekarang.65

B. Letak Geografis Desa Limbur Merangin

Adapun batas lokasi desa Limbur Merangin ialah sebagai berikut :66

Utara : Desa Sungai Sahut dan Desa Bungo Antoi

Timur : Desa Papit dan Karang Anyar

Selatan : Desa Simpang Limbur

Barat : Desa Simpang Limbur dan Desa Tanjung Lamin

Luas Wilayah Desa Panglatan : 10,193Ha

Letak dan batas desa terletak pada posisi 115. 7.20 LS 8.7.10 BT dengan

ketinggian Kurang lebih 250 M diatas Permukaan Laut. Keadaan iklim Desa Limbur

Merangin termasuk yang beriklim tropis, disebabkan oleh keadaan cuaca yang tidak

terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin. Maka keadaan musim di Desa Limbur

Merangin mengalami dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

65

Ibid., 22. 66

Website Resmi Desa Limbur Merangin, diakses melalui alamat http://www.limburmerangin.

id/page/sejarah-desa pada hari Selasa, 28 Januari 2020, pukul 14.22 wib.

Page 60: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

45

Gambar 1: Peta desa Limbur Merangin.

C. VISI dan Misi Pemerintah Desa Limbur Merangin

Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya, begitu pula dengan setiap

pemerintah mesti memiliki aturan dan tujuan yang ingin di capai dalam masa

kepemimpinannya. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu di perhatikan pertama , visi

dan misi kepala desa dan kedua visi dan misi desa Limbur Merangin. Adapun

bunyinya yaitu :67

Visi dan Misi Kepala Desa :

1. Pemberdayaan masjid desa

2. Pembuatan Batas Desa

3. Memperbaiki Adminitrasi dengan PT sawit di tanah adat Desa

67

Kepala Desa Limbur Merangin, H. Idris, wawancara, catatan lapangan, 24 Januari 2020.

Page 61: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

46

Visi dan Misi Desa Limbur Merangin :

1. Menciptakan desa yang Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghafur

2. Membangun Infrastruktur Jalan

3. Membangun Infrastruktur Tower Jaringan 4G

4. Membangun Ifrastruktur Pasar Desa

5. Memperbaiki Ifrastruktur Jembatan Desa

Pemerintah Desa berharap dengan berjalannya semua visi dan misi tersebut

masyarakat bisa dengan mudah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, serta dapat

mengembangkan perekonomian desa dengan baik. Sehingga pada akhirnya desa

Limbur Merangin dapat menuju desa yang makmur lagi baik.

D. Struktur Pemerintah Desa Limbur Merangin

Struktur merupakan suatu tatanan yang terbentuk dalam masyarakat untuk

mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini struktur pemerintahan terbentuk dengan

sebab dan tujuan untuk mempermudah koordinasi dan dapat menjalankan tugas

sesuai dengan tugas pokok serta fungsinya masing-masing dalam membangun sebuah

pemerintahan desa.Desa dan kelurahan adalah dua satuan pemerintahan terendah

dengan status berbeda. Desa adalah satuan pemerintahan yang diberikan hak otonomi

adat sehingga merupakan badan hukum. Berikut tabel struktur pemerintahan Desa

Limbur Merangin :

Page 62: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

47

Tabel 1: Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Limbur Merangin

Periode 2018-2022.68

Tabel 2: Struktur Pegawai Syara‟.69

68

Dokumentasi , Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Limbur Merangin

Periode 2018-2022, 23 Januari 2020.

Kepala Desa

H. Idris H. Latip

Sekretaris Desa

Zik Faisal

Kasi Pemerintahan

Ibnu Sina

Kaur Keuangan

Hengki Cendra, S Pd.

Kaur Umum

M. Yusup

Kasi Kesejahteraan

M. Zuhdi

Kadus Trassakti

M. Najmi, S Pd.

Kadus RenahPelayang

Dedi Kurniawan

Kadus Pondok

A. Kamel

Kadus Bukit Penantian

Hamdi Kurnia

Kadus Jembatan Mungau

Alamsyah

Kadus Pancuran Tebat

A. Bakar, S Pd.

Page 63: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

48

Tabel 3: Struktur Lembaga Adat.70

69

Dokumentasi , Struktur Organisasi Pegawai Syara‟ Periode 2018-2022, 12 Februari 2020 70

Dokumentasi , Struktur Organisasi Lembaga Adat Periode 2018-2022, 12 Februari 2020.

Imam

H. Ibrohim

Khotib

Gr. Haramai

Bilal

Tengku Zainol

Ketua

Abu Hasan

Datuk

H. Zen

Datuk

Ilyas

Datuk

Samsudin

Datuk

H. Hasim

Page 64: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

49

BAB III

PENERAPAN SELOKO SEBAGAI MEDIA DAKWAH DI DESA LIMBUR

MERANGIN

A. Pengertian, Tujuan dan Kaitan Seloko dengan Dakwah

Sastra merupakan salah satu sistem komunikasi sosial yang sangat tua dalam

perkembangan masyarakat Melayu Jambi. Sastra adat Jambi sebagai bagian dari

sastra Melayu, dalam penerapannya selalu di komunikasikan oleh ahlinya dalam

berbagai macam acara, yang isinya mengandung nilai-nilai luhur memberikan arahan

bagi keselamatan manusia dalam menempuh kehidupannya dalam alam yang penuh

pancaroba.

Sastra terbagi dalam beberapa macam yakni karangan, sajak, hikayat, dan

drama. Adapun sastra adat Jambi itu terbagi menjadi tiga macam yaitu, Petatah-

petitih, pantun,dan seloko. Berbicara tentang sastra Hasip Kalimudin Syam dkk

menjelaskan :

[P]etatah-petitih adalah merupakan sastra Adat Jambi yang berisikan nasihat

dan pandangan-pandangan serta pedoman hidup yang baik, yang berisikan

petunjuk-petunjuk dalam melakukan hubungan sosial dalam masyarakat.

Kemudian Pantun adalah sastra adat Jambi, yang dipergunakan untuk

berkomunikasi, saling ajuk mengajuk yang dilakukan dengan berpantun.

Selanjutnya seloko adalah sastra adat Jambi yang berisikan petuah-petuah untuk

keselamatan dan kebaikan kehidupan bagi masyarakat. 71

Adat merupakan seperangkat kebiasaan baik dalam masyarakat yang dipelihara

dan dilaksanakan. Adat memiliki tujuan agar kehidupan masyarakat lebih baik dan

harmonis menuju keadaan yang makmur dan sejahtera. Dalam penerapannya di

kehidupan bermasyarakat atau berkampung suatu bangsa memiliki suatu aturan atau

kebiasaan nilai-nilai luhur yang dapat mengatur hubungan seseorang dengan orang

lain, yang senantiasa harus dita‟ati apabila ada yang dilanggar maka pelakunya akan

mendapat sanksi moral atas tindakannya. Seloko sebagai sastra lisan di gunakan

untuk keindahan berkomunikasi baik antara muda-mudi atau orang tua.

71

Hasip Kalimuddin Syam, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah Jilid III Sastra

Adat Jambi,(Lembaga Adat Provinsi Jambi, 2001), 7 & 9.

Page 65: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

50

Sebagaimana penjelasan sebelumnya mengenai adat yang berisi aturan tentang

kehidupan yang memiliki sanksi ketika di langgar, kemudian seloko sebagai sastra

adat hadir dengan memberikan pengajaran tentang kehidupan untuk mengarahkan

kepada manusia agar berbuat baik yang disampaikan lewat komunikasi dengan berisi

berbagai kias-kias dan perumpamaan, penuh dengan sapaan halus yang tanpa terasa

akan menyentuh sanubari para pendengarnya. Sehingga para pemangku adat dalam

memberikan sanksi atas pelanggaran adat selalu menggunakan bahasa sastra yaitu

seloko, karna penyampaiannya yang halus tidak akan membuat para pelakunya

menjadi tersinggung dan mudah di mengerti oleh akal dan diterima oleh hati.

Agama Islam juga mengajarkan baik selaku komunikator ataupun seorang dai

agar dapat menyampaikan sebuah pesan dengan perkataan yang lembut. Sebagaimana

prinsip dari sebuah sastra yang mengutamakan keindahan dalam berkomunikasi, lalu

menyampaikan pesan dengan ungkapan yang enak didengar dan nyaman di hati, yang

kemudian ungkapan tersebut dikenal dengan sebutan seloko. tentu hal ini menjadi

bukti bahwa ada keselarasan antara Syarak dan Adat. Hal tersebut juga sesuai dengan

Firman Allah yang berbunyi :

ني ىا نعهه يخز كشاويخشى .ار هبآإنى فشعىن إوه طغى . فقى لانه قىلا

“Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun karena benar-benar dia telah melampaui

batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah

lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut” (Q.S. Thaha: 20: 43-44).72

Ayat tersebut dapat memberi kesimpulan bahwa dalam menyampaikan suatu

pesan atau informasi hendaknya dengna lemah lembut, suara yang enak di dengar,

dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati bagi para pendengarnya.

Maksudnya dengan lemah lembut ialah dengan tidak meninggikan suara, apalagi

sampai membentak. Siapapun tidak akan suka dengan orang-orang yang kasar baik

ucapan terlebih perbuatannya. Sehingga apapun yang disampaikan tidak akan di

gubris, malah ummat akan menjauh dan mengakibatkan komunikasi yang dilakukan

72

Tim Penterjemah dan Penafsir Alqur‟an, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Jakarta, Departemen

Agama RI, 2011), 435.

Page 66: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

51

tidak akan berhasil. Ustadz Adi hidayat dalam dakwahnya pernah manyampaikan

bahwasanya “untuk menyampaikan suatu ilmu harus dengan ilmu”, artinya untuk

menyampaikan suatu ilmu kita harus dengan akhlak yaitu dengan perkataan baik agar

ilmu tersebut dapat di terima oleh para Mad‟u.

Akhirnya dengan demikian komunikasi semaksimal mungkin untuk menhindari

pemakaian kata-kata kasar dan intonasi yang bernada keras dan tinggi. Selanjutnya

komunikasi yang disampaikan lewat seloko, berfungsi untuk memperindah bahasa,

tentunya akan membuat para pendengarnya senang dan komunikasi yang dilakukan

akan menjadi komunikasi yang efektif.

Adapun kaitan seloko dengan dakwah dapat kita lihat dalam kutipan firman

Allah Berikut :

سىل الابهسان قىمه نيبي ه نهم. ومآاسسهىامه س

“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya

agar ia dapat memberikan penjelasan kepada mereka”(Q.S Ibrahim: 14: 4).73

Penggalan ayat tersebut menjelaskan bahwa dakwah harus di dukung dengan

kemampuan berbahasa. Hubungan seloko dan dakwah merupakan pengembangan

dakwah melalui jalur kultural. Dalam prosesnya, Islam menyebar pada suatu daerah

yang umumnya telah memiliki tradisi atau adat istiadat yang sudah berakar dan

diwarisi secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. para da‟i ketika

berhadapan dengan adat yang sudah mapan dituntut agar dapat menunjukkan suatu

kearifan (al- Hikmah), yang ditandai dengan pendekatan dakwah secara damai dan

perlahan, bukan sebaliknya dilakukan dengan cara frontal dan kekerasan.

Hal ini juga yang menjadi latar belakang di terimanya islam dengan mudah di

Indonesia. Menyampaikan materi dakwah namun dengan tidak menghilangkan adat

budaya setempat, tapi mengkolaborasikannya dalam materi dakwah sehingga proses

dakwanya pun menjadi menarik dan dapat mudah dipahami oleh masyarakat. Sebagai

salah satu bentuk hubungan dakwah dan seloko, di jambi dakwah di lakukan dengan

73

Tim Penterjemah dan Penafsir Alqur‟an, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 345.

Page 67: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

52

mengkolaborasikan materi dakwah tersebut dengan seloko, sebagai penguatan

substansi dari meteri dakwah dan agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat.

Berikut merupakan daftar seloko adat dalam pergaulan hidup sehari-hari

sebagai pedoman untuk melaksanakan adat :74

1. Dimano bumi dipijak di situ langit di junjung, dimano tamilang di cacak di situ

tanaman tumbuh : dimana tinggal disana adat yang di junjung

2. Jangan membawo cupak dengan gantang : orang asing atau pendatang tidak

boleh menerapkan adat di negri orang lain.

3. Adat sepanjang jalan cupak sepanjang betung : kemanapun pergi adat sudah

menunggu .

4. Adat setapak lembago setuang : adat sama pemakaian lain-lain

5. Lain lubuk lain ikan lain padang lain belalang : lain kampung lain pula bahasa

lain pula ico pakai yang di pegang.

6. Mati di bangun luko di pampeh : mati dibangun atau di hutang kerbau 1 ekor

beras 100, luka di pampeh di obati dengan tepung tawa sampai sembuh.

7. Hati gajah samo di lapah Hati tungau samo di cicah : dapat sama di untung

hilang sama di rugi

8. Mencit sikuk panukul 100 : kita sendiri musuh banyak

9. Semak-semak diangkut imbun-imbun di tutuh : permasalahan telah selesai timbul

kembali

10. Tungau di sebrang lautan nampak, gajah berentak di pelupuk mato dak nampak

: salah orang lain tahu, salah sendiri tidak sadar.

11. Kalangit bulih di bubung kabumi bulih di timbang : ke mana pergi dia tetap

mengikuti tidak ada masalahnya.

12. Dakdo emas bungkul di asah, dak do kau jejang di keping : bila tiba masanya

tidak ada uang serupa uang.

74

Haramaini HY, Catatan Buya Haramaini Adat Nan Tasirat Nan Tasurat, (Limbur Merangin,

Sekdes, 2018), 11.

Page 68: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

53

13. Ilang cicak beganti ciyai, ciyai beganti kangkung buto : setiap pergantian

pemimpin tidak ada kemajuan, malah bertambah parah ancua.

14. Bunyi gagak bunyi kuau : macam-macam pendapat.

15. Ihuk petai ihuk jehing galo buah kabau : ulah orang seorang, orang banyak ribut

dibuatnya.

16. Duduk baunding suhang tegak bafikir dewek : tidak punya saudara untuk

menyelesaikan masalah.

17. Ikuk ngeh kepak meranting terbang kemano sampai lagi : orang yang sudah tua

tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

18. Biduk ado mbuh babenang, kijang ado nak nguali nangko : ada jalan mudah tapi

memilih jalan sulit.

19. Ilia melebuh gajah, mudik mulipit tebing melebuh semut : kerja yang mudah tapi

rumit penyelesaiannya.

20. Mati uso karno kapak, mati kuau karno bunyi : seorang yang terbukti bersalah

tidak dapat mengelak.75

21. Singgah-singgah akit, minum-minum buhung : orang yang datang bertamu,

namun tuan rumah tidak bisa menjamu karna miskin.

22. Numpang imbun pado daun, numpang ambak pado dahan : mengharap rasa

kasihan orang lain.

23. Minum di ujung jahi, makan di telapak tangan : anak kesayangan orang

24. Kalu dakdo panyengat dak mungkin pintau basarang rendah : kalau ada orang

yang datang kepada kita, itu ada maunya.

25. Lum babuah capuho masak, tai cigak lah batabua alai : belum ada apa-apa

sudah senang padahal belum tentu kebenarannya.

26. Uhang ubo di timpo tuduh, uhang miskin di timpo utang : orang bodoh kalau

bermasalah, benarnya pun bisa jadi salah.

75

Ibid., Catatan Buya Haramaini Adat Nan Tasirat Nan Tasurat, 12.

Page 69: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

54

27. Hitam tegak di kelam, tendah tegak di lekuk : orang buruk, miskin, tidak di

pandang.

28. Bakukuk ayam ahi siang, idak bakukuk ahi pun siang : adanya saya kerjaan

selesai tidak ada pun kerjaan selesai.

29. Beruk di imbo di pangku, penakan di ibo dibuang : orang lain jadi dusanak,

keluarga sendiri di lupakan.

30. Biduk lawan kapal manolah samo laju : orang miskin bersaing dengan orang

kaya, tentulah orang kaya yang di mulyakan.

31. Bagai durian dengan mentimun, digolek keno diguling keno : yang pintar, kayo,

gagah tetap menang, yang miskin, buruk, ubo selalu kalah.

32. Nak ngajo di rumah tuan rajo, nak nyerang di rantau jenang : orang yang

berkuasa di tempat yang bukan daerahnya.

33. Dak kuhik dak ngandun, dak tangkeh dak ngambua : orang yang sudah berani

berarti sudah siap.

34. Duduk di gunung intan hati jugo dak senang : walaupun hidup mewah tapi kita

selalu di hinakan apalah gunanya.76

35. Tau manaup bak benak ketam, tudung manudung bak daun sirih : saling bantu

membantu.

36. Ba emeh kuning ba perak putih : orang yang kaya raya.

37. Bak mencit jatuh ka bereh : diam seribu bahasa.

38. Pedih mato wek nyelam, singkek kuku wek mungaleh : sudah mencari kesana

kemari tapi tidak ketemu.

39. Ayam nunjuk tuah itu tidak tuah : orang yang mengaku hebat itu tidak hebat.

40. Dak intong uso wek tanduk, dak abih daging wek kisut : orang dermawan tidak

takut rugi.

41. Gedang menoh wek tinggi nyulut langit : orang yang sudah pantas berkeluarga.

76

Ibid., Catatan Buya Haramaini Adat Nan Tasirat Nan Tasurat, 13.

Page 70: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

55

42. Andai talumpat sedang gilo kato tadorong sedang mabuk : cakap anak mudo

yang tidak bisa di percaya.

43. Buhuk li baganti li, lapuk pua jaluntung tumbuh, bak napuh ujung tanjung mati

sikuk buganti sikuk : pertukaran generasi ke generasi.

44. Macam cigak di ago imau : orang yang sangat takut berurusan.

45. Kecik tuah nan gedang tendah benso yang tinggi : orang besak mau menerima

orang kecil.

46. Ilang rajo ilang tembo, ilang tuo ilang tutua : bila ahli adat atau orang tua

meninggal tidak tau lagi hubungan tali darah.

47. Bak lang di dateh tunggul : melihat-lihat tidak berani menyapa.

48. Gajah bejuang besamo gajah, imau bajuang samo imau : orang kayo orang

pintar adu kekayaan dan kepintaran.

49. Pendek tangan dekat menjangkau, pendek kaki dekat melangkah : orang miskin

hidup sederhana.

50. Pucuk di cinto ulam pun tibo : yang jelekpun di ambil apalagi yang baik.

51. Lukah buhuk keno patin : orang jelek mendapat orang baik.77

52. Bak balam dengan katitia, sasngguk iyo sakato idak : hanya baik di mulut saja.

53. Padi rebah panapek balam : maksud seseorang sesuai kemauannya.

54. Nentang babilang kasau, nungkup babilang jalujua : berfikir habis-habis untuk

mencari solusi.

55. Dak nau nalak sigai, sigai nalak nau : tidak biasanya gadis mencari bujang, tapi

bujang yang mencari gadis ( butandang).

56. Dak mati tapso bulih : orang hampir mati karna ulahnya sendiri.

57. Sapo nak nguyang keno beh, sapo yang nak ngiseh keno miyang : siapa yang

melanggar hukum dia sendiri yang kena hukum.

58. Tatahik aua dahi ujung, tatahik unak dari pangkal : sesuatu pekerjaan yang tidak

bisa di selesaikan.

77

Ibid., Catatan Buya Haramaini Adat Nan Tasirat Nan Tasurat, 13.

Page 71: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

56

59. Usah di sungkit batu lekek, tamilang go yang kupak : usaha yang tidak berhasil

atau sia-sia.

60. Ngengkuh kayu dak lemah, nitin kayu dak pandai : ingin menarik perhatian orang

tapi orang itu tidak mau.

61. Mungkuih tulang di daun keladi akhirnya tacukeh jugo : serapat-rapatnya

menimpan keburukan akan terbongkar juga.

62. Bagaluk bania go, badagang batulak aih : pedagang yang meminta hasil

perdagangan mencari keuntungan yang berlipat ganda.

63. Di mulut santan baguno di hati racun bumain : orang yang pandai memuji kita

padahal ingin menipu kita.

64. Wak ungkuh badan lah tuo, mato idak mulihat lagi : orang yang sudah tidak

memiliki kemampuan.

65. Gedang di lambun sahap, tinggi dilambun utang : hidup menjadi buruh harap di

upah yang sedikit.

66. Nyilo cendi ka lecak, mehah santan kalumpua : baik bercampur tidak baik.

67. Kilat bedenyeh tinggi, guhuh badentang sayup, dak kan ngujan ahi : orang yang

pandai berbicara tapi tidak ada buktinya.78

68. Bak kumbang putuih tali : sesuatu yang sudah lepas tidak akan kembali lagi.

69. Pagi ba biya, petang bakeja-keja : selalu menunda-nunda pekerjaan.

70. Dak urung tanjak ka pulau, dak luko bulu di cabut, dak pangkal ujungnyo keno,

dak induk anak tabao, dak karang batau balik : seseorang yang di nyatakan

bersalah tidak bisa lari dari hukum.

71. Cehi balik gadai bapulang : barang yang di pinjam di kembalikan ke pemiliknya.

72. Gamak pahang panjang pancungka aka putuih dateh, kapak kabuluh mudo

pecah kapak ka bumbum managlicia : berlagak bak orang kaya padahal miskin.

73. Talumpat salah titin, tadahung salah jalan : ragu karna banyak, lupa karna lama.

78

Ibid., Catatan Buya Haramaini Adat Nan Tasirat Nan Tasurat, 14.

Page 72: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

57

74. Nak tau pado buah, tanyo pado tupai, nak tau macam-macam bungo tanyo

dengan kumbang : berguru pada ahlinya.

75. Dak gelak bibir nahik, kalu gelak hati baingau : kesenangan yang di buat-buat.

76. Mimpi puding babungo meh, jaluang babungo intan : senang luar biasa karna

mendapat sesuatu yang luar biasa.

77. Kasih aka punggua badaun, kasih batang tanawan tumbuh : saling melengkapi,

kesenangan mengharap uluran tangan orang lain.

78. Nungkat langit dengak ta lutuk, mungka gunung dengan tamilang lidi : orang

bodoh atau miskin meminta bantuan kepada orang besar, di bantu alhamdulillah

tidak di bantu apa boleh buat.

79. Ambik meh panimbang andai, lambat taimbang jiyo ilang : menimbang perasaan

atasan karna takut di pecat.

80. Abih saningkek wik sanekan , abih dubalang wik kesatria : mencari harta bawaan

pada hari H pernikahan.

81. Dikadah ayik mato mulinang, dikutung ayik mato menerai : perasaan sedih amat

dalam.

82. Kecik tapak tangan nyihu kami tadah, kecik nyihu halaman kami sapu :

penerimaan lamaran dengan perasaan suka cita.79

83. Dak ado empang penghalang, dak ado semut mampado : tidak ada yang

menghalangi pertunangn itu.

84. Ayik setitik minta jadi laut, tanah sekepal minta jadi gunung : pemberian sedikit

minta anggap banyak.

85. Duduk menepi-nepi duduk menyudut-nyudut : orang buruk miskin, dak berani

duduk dekat orang kayo gagah.

86. Apo kuhang balido, sisik banyak tulang belebih : orang kaya raya tidak ada

kekurangan.

79

Ibid., Catatan Buya Haramaini Adat Nan Tasirat Nan Tasurat, 15.

Page 73: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

58

87. Kalu bapaknyo kuhik, anaknyo lebih jeleh intik : orang tua pintar anaknya pintar

pula.

88. Kalu samo tinggi kayu di imbo angin dak bisa lalu : kalau derajat orang sama,

siapa pemimpin siapa rakyat, siapa penjual siapa pembeli.

89. Kalo dak tahan di lantak jangan jadi solang ajo, dak tahan di lincak jangan

tegak di sihing pulau : kalo berani melamar anak orang berarti segala sesuatu

sudah siap.80

90. Sisih mencurak gagang, pinang nguahi bangi :perempuan masih gadis, laki-laki

masih perjaka.

91. Sihih siso penyusun, pinang siso penekai : perempuan sudah jando, laki laki

sudah duda.

92. Mintak sisik pado imbat mintak tulang dengan pacat : minta sesuatu pada orang

yang tidak punya.

93. Dak di tulak tuah yang datang, digileng tanduk tumbuh : orang memberi

penghormatan kepada kita tidak mungkin di tolak.

94. Dak sepucuk dateh-dateh nau, dak sebalai tepi ayik : kenangan yang tiada

bandingnya.

95. Makan sibudak palalu abih, madi si budak ayik kehuh : kelakuan anak-anak tak

boleh diherankan.

96. Imau mueh nantik mati : orang yang jahat akhirnya mati.

97. Mengadah mato ahi, manepik mato pedang : rakyat melawan pemimpin yang

tidak memiliki kesalahan.

98. Dak ado elang bialah pungguk menahi : tidak ada orang hebat orang biasa yang

tampil.

99. Tasanda di nau gadih, tapanjek di bayeh bujang tadaki di gunung basah :

bertemu dengan orang yang lenih hebat darinya.

100. Luluih lubang luluih panyuluk: orang yang jujur, yang iyo tetap iyo.

80

Ibid., Catatan Buya Haramaini Adat Nan Tasirat Nan Tasurat, 16.

Page 74: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

59

B. Implementasi Seloko Sebagai Media Komunikasi Dakwah

Keragaman suku di Indonesia dapat dilihat dari berbagai macam budaya yang

di hasilkannya. Perbedaan itulah yang mesti di pelajari dan di terapkan agar nilai-nilai

yang terkandung dalam budaya tersebut tetap lestari dan tidak hilang. Ada banyak

budaya yang yang bisa kita pelajari beberapa diantaranya meliputi sistem nilai, sistem

sosial, dan produk budaya sehingga nantinya bisa implementasikan terhadap tindak

berbahasa. Untuk memahami budaya ini diperlukan penekanan pada pengertian yang

berkaitan dengan kemampuan menangkap kata-kata dan kemampuan menyusun

kalimat, kemampuan memahami emosi sendiri, serta kemampuan melukiskan suatu

konsep bahasa dan itu perlu diajarkan sejak dini, salah satunya dari lingkungan

keluarga. Tujuannya agar pemelajar dapat mempersepsi lingkungan dan

mengekspresikan konsep bahasa dan budaya dalam berkomunikasi.

Salah satu produk budaya yang dapat di pelajari untuk memperindah bahasa,

ialah seloko adat. Sebagai masyarakat melayu Jambi untuk berkomunikasi

menggunakan seloko tentu bukanlah hal yang mustahil karna dalam penerapannya

penggunaan seloko adat tersebut sudah di gunakan sejak zaman nenek moyangnya

dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa seloko yang berisi bahasa kiasan dan

perumpamaan juga biasa di pakai bersandingan dengan materi dakwah.

Dakwah yang secara bahasa berarti mengajak kepada berbuat baik, tentu serasi

jika disandingkan bersama seloko dengan materi ceramah para da‟i atau komunikator

untuk mengajak ummat kepada arah yang lebih baik dalam kehidupan. Dalam hal ini

Tengku iskandar pernah membawakan seloko dalam ceramahnya yaitu :

Dalam hidup kita tidak boleh memelihara sifat yang tidak baik, menggibah

apalagi sampai berbohong, sesuai kato seloko : “Titin binaso lapuk, kato binaso

mungkir”, kalau kita di cap sebagai orang yang suka berbohong maka kita tidak

akan di percaya lagi dalam masyarakat. “Mako dari itu yang io katokan iyo,

yang idak katokan idak, pagarlah adat dengan lembago tungkek juanglah

pusako nan usang peliharolah agam dengan syarak patuhi pemimpin dalam

negri, ta’ati pulo perintah Allah dengan Rasul. Orang padang membeli labu,

Page 75: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

60

labu dijual di hari Jum’at, kerjokanlah sholat lima waktu, supayo selamat

dunio akhirat”.81

Seloko tidak hanya digunakan dalam kegiatan keagamaan saja, namun lebih

luas daripada itu. Mulai dari lingkungan keluarga seloko sudah mulai di kenalkan.

Antara orang tua dan anak, seloko di gunakan sebagai media komunikasi untuk

memberi nasehat. salah seloko yang berisi tentang nasihat kepada anak ialah “wahai

pemuda pemudi dengarkanlah pesan dari orang tuo, hiasilah diri dengan ilmu

pengetahuan, baik umum, lebih-lebih ilmu Agama, jangan hanyut di arus kenakalan

remaja, jangan tenggelam di laut kehancuran budi, jangan jatuh dibawah keruntuhan

akhlaq, tapi menyelamlah anda di lubuk budi, berenang di laut akal, berlabuhlah di

tepian sopan santun. Adat lembago jangan dipijak, agamo jangan dilangkah, siapo

memijak adat di kutuk pusako, siapo melangkah agamo dikutuk tuhan, binasolah

hidup diatas dunio, di akhirat masuk nerako82

Kemudian seloko juga digunakan oleh para muda-mudi sebagai media

komunikasi untuk mengungkapkan perasaannya, hal itu di lakukan dalam kegiatan

seperti berladang, dan bertandang. Selanjutnya dalam kehidupan bermasyarakat

seloko digunakan sebagai pemberi peringatan, karna seloko sendiri berisi tentang

petunjuk dan pedoman agar menjalani kehidupan yang baik. Serta dalam

pemerintahan seloko digunakan sebagai media komunikasi untuk memperkuat aturan

dan memberi sanksi bagi para pelanggar aturan untuk menjadi solusi dari berbagai

sebab akibat yang kemungkinan akan timbul dalam pergaulan hidup.

Sesuai dengan ungkapan seloko “bilo ado suatu masalah daam suatu kampun,

ataupun masalah dalam lingkungan anak kemenakan, harus dimusyawarahkan

bersama-sama, duduk besamo duduk belapang, duduk seorang duduk besempit,

musyawarah untuk mencari kato mufakat, mufakat untuk mencari kebulatan. Bulat

air dipembuluh bulat kato dimufakat, kok bulat nak sampai segulung, kok picak nak

81

Mudir Ponpes Mambaul Ulum Desa Limbur Merangin, Tengku Iskandar Manaf, wawancara,

catatan Lapangan 23 Januari 2020 82

Hasan Ali, Pidato Adat (Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah), (Bangko, 1990)

12.

Page 76: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

61

sampai selayang, bilo lah bulat dapat digulingkan, picak lah boleh dilayangkan,

dikuncang idak bedekuk, dikirai idak mempirai, serahkan diri kepado Allah ”.83

Semua penjelasan tersebut telah di terapkan di desa Limbur Merangin Guru

Haramaini HY menjelaskan bahwa seloko ini di terapkan dalam berapa kegiatan

yaitu:

[T]radisi membuat lemang, magih pampeh, babantai, batandang dan dalam

ceramah. Tradisi di desa ini sebenarnya banyak tapi tidak semua tradisi itu

selalu di sampaikan seloko. hanya dalam acara tertentu saja seloko

disampaikan, beberapa contohnya seperti yang saya sebutkan sebelumnya.84

Penerapan seloko di lingkungan keluarga sering di lakukan ketika keluarga

sudah berkumpul seperti setelah makan malam, dan seloko lebih dominan

disampaikan oleh ayah kepada anak, hal ini sesuai pula dengan ungkapan “anak

berajo kepada bapak”, yaitu bapak sebagai panutan didalam keluarga baik perilaku

dan tutur bahasanya “pegi tempat betanyo balek tempat babarito”. Adapun

betandang lebih sering dilakukan malam hari, pada saat pemuda datang bertamu ke

rumah perempuan maka mereka saling berbalas kata dengan seloko, pemuda yang

tidak bisa membalas seloko dari perempuan ia akan merasa malu, jadi para pemuda

dan pemudi jika hendak bertandang seyogianya tau akan seloko.

Magih pampeh adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat desa Limbur

Merangin ketika seseorang sembuh dari sebuah penyakit, sebelum acara dimulai ada

dua orang dari pihak lembaga adat yang akan saling berdialog dengan seloko, setelah

selesai barulah pampeh di berikan kepada yang sembuh dari penyakit dan dilanjutkan

dengan makan bersama sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah swt. karna telah di

sembuhkan dari balak. Selanjutnya Penyampaian seloko dalam ceramah akan banyak

dilakukan dalam acara peringatan hari besar Islam dan juga dalam acara pengajian

mingguan antara da‟i dan jama‟ah.

83

Ibid., 6. 84

Pegawai Syarak sebagai Khatib, Haramaini HY, wawancara, catatan lapangan, 23 Januari

2020.

Page 77: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

62

Dalam penerapan seloko ini akan ada tiga hal yang akan kita capai : 85

1. Pikir, pikir itu pelita hati, dalam adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah.

Berfikir itu adalah wajib (daya nalar berfikir) bukan sunnat dan bukan harus.

2. Tutur kata sopan dan santun.

3. Mimik dan gaya berbahasa.

Sehingga dalam implementasi seloko ini kita semua hendaknya berupaya,

berusaha dan berikhtiar yang di dorong oleh rasa tanggung jawab kita di tengah-

tengah masyarakat, lebih-lebih terhadap anak, keluarga, dan generasi muda sebagai

generasi penerus bangsa, sebagai upaya untuk menciptakan manusia-manusia yang

harus mempunyai adat istiadat, sopan santun budi pekerti hingga semuanya memiliki

apa yang disebut budi luhur, semuanya itu harus kita mulai sedini mungkin.

Hendaknya hal-hal yang sedemikian itu semua insan dapat menghayati, menjiwai,

dan mengamalkannya secara utuh dan sempurna.

C. Peran Lembaga Adat Dan Da’i Untuk Meningkatkan Eksistensi Seloko

Nabi Muhammad dalam sabdanya menjelaskan “sampaikanlah ilmu walau satu

ayat”, dalam menyampaikan informasi atau ilmu tentu ada seseorang yang berperan

sebagai aktornya, sehingga eksistensi atau keberadaan seloko di tengah masyarakat

tetap terpelihara dengan baik, agar sasarannya juga bisa merasakan efek dari seloko

tersebut. Di Desa limbur Merangin seloko di gunakan dalam beberapa kegiatan, baik

dalam kegiatan pemerintahan, kegiatan keagamaan dan dalam kegiatan adat. Dalam

berbagai kesempatan seloko tersebut selalu di sampaikan oleh orang yang ahli di

bidangnya sesuai kebutuhan dalam kegiatan bersangkutan. Dalam menyampaikan

seloko tersebut, tidak sembarang orang mampu menginterprestasikan seloko dengan

baik, karna dalam prosesnya seloko sejatinya bukan hanya sebatas penyampaian

pesannya, namun seloko juga harus di lengkapi dengan logat dan bahasa yang sesuai

dengan daerah setempat.

85

Raden Marjoyo Pamuk, Seloko Adat Dalam Pembangunan Dan Kehidupan Sehari-Hari,

(Lembaga Adat Provinsi Daerah Tingkat I Jambi, Jambi, 1995), 11.

Page 78: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

63

Menurut penuturan Tengku Zainal Abidin selaku pegawai syarak bertugas

sebagai imam Desa Limbur Merangin, menjelaskan bahwa dalam meningkatkan

eksistensi seloko tersebut selalu di sampaikan melalui beberapa kegiatan yaitu :

[K]ami dalam beberapa acara keagamaan seloko di sampaikan dalam kegiatan

MTQ, PHBI, MDI (majelis dakwah islamiah), dan juga di sandingkan dengan

materi ceramah dalam berdakwah sebagai pendukung jikalau perihalnya ini

dalilnya dan ini selokonya. Agar nantinya seloko tetap ada dan tidak tergerus

zaman.86

Selaras dengan penjelasan dari pegawai syarak di atas maka dalam beberbagai

kegiatan keagamaan di Desa Limbur Merangin para da‟i sepakat dan setuju

mengkolaborasikan seloko dengan materi dakwah yang bersangkutan. Tengku

Iskandar Manaf seorang da‟i dari Desa Limbur Merangin, yang juga merupakan

kondang di Kabupaten Merangin, menuturkan bahwa,

[S]aya sering menggunakan seloko petatah-petitih adat dalam materi dakwah

saya, karna terkadang tidak semua mustami‟ itu mengerti dan paham materi

dakwah tersebut dari sisi keagamaan, namun ketika disampaikan menggunakan

seloko mereka bisa memahami dari sisi petatah-petitih adatnya. Maka dengan

terus di sampaikan lewat media dakwah ini seloko bisa tetap eksis di tengah

masyarakat.87

Setiap desa di Provinsi Jambi tentu memiliki sebuah wadah yang mengatur

tentang adat istiadat dalam desa tersebut. Di Desa Limbur Merangin adat istiadat

tersebut di atur oleh lembaga adat. Tujuan adat adalah untuk menciptakan

Masyarakat yang damai, aman, tentram dan patuh, sebagaimana seloko adat

mengatokan : “kedarat memikat burung , jangan ditebang kayu beduri, adat

seumpamo setangkai payung, untuk memayung anak negri”.88

86

Pegawai Syarak sebagai Imam, Tengku Zainal Abidin, wawancara, catatan lapangan 25

Januari 2020. 87

Mudir Ponpes Mambaul Ulum Desa Limbur Merangin, Tengku Iskandar Manaf, wawancara,

catatan Lapangan 23 Januari 2020. 88

Abdullah Gemoek, Materi Pembinaan Bagi Pengurus Lembaga Adat Melayu Jambi Bumi

Tali Undang Tambang Teliti Kabupaten Merangin,(Lembaga Adat Melayu Jambi Bumi Tali Undang

Tambang Teliti Kabupaten Merangin, Bangko, 2019) 2.

Page 79: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

64

Berdasarkan hal tersebut maka adat yang di sampaikan lewat seloko sudah

seharusnya dapat kita pahami, Abu hasan selaku ketua lembaga adat Desa Limbur

Merangin menuturkan,

[D]alam rangka melestarikan tradisi adat, terkhusus seloko adat, maka di

selenggarakanlah beberapa kegiatan diantaranya berzanji marhaban setiap

malam selasa, seminar adat setiap malam jum‟at dan pencak silat setiap malam

minggu. Agar seloko tidak lenyap oleh pergeseran budaya, maka hal tersebut

perlu di terapkan dalam lingkungan keluarga, karna generasi muda merupakan

ujung tombak suatu bangsa di zaman yang akan datang.89

89

Ketua Lembaga Adat Desa Limbur Merangin, Abu Hasan, wawancara, catatan lapangan, 23

Januari 2020.

Page 80: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

65

BAB IV

EFEKTIVITAS SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH

TERHADAP TRANSMISI BUDAYA

A. Efektivitas Seloko Sebagai Media Komunikasi Dakwah

Efektiv di dalam Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) berarti dapat

membawa hasil, berhasil guna, keberhasilan.90

Sedangkan menurut Ravianto

pengertian efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana

orang orang yang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan.91

Dengan

demikian pengertian efektivitas seloko sebagai media komunikasi dakwah dapat

diartikan keberhasilan seorang da‟i atau komunikator dalam menyampaikan seloko

sebagai salah satu media agar para komunikan bisa lebih mudah dalam memahami

materi dakwah tersebut, dan semua itu dibuktikan dengan respon dan efek yang

timbul setelah dakwah itu di sampaikan.

Adapun hasil analisa peneliti di lapangan, bahwasanya dakwah dengan

mengkolaborasikan antara seloko dengan materi agama merupakan salah satu cara

yang efektiv, seperti halnya penuturan oleh Tengku Iskandar Manaf selaku da‟i dan

mudir Ponpes Mambaul Ulum Desa Limbur Merangin.

[M]enurut saya hasil survey dari pengalaman pribadi, menggunakan seloko

dalam berdakwah merupakan cara yang paling efektiv hari ini. Kalau hanya

semata-mata menyampaikan ayat Al-Qur‟an dan Hadist saja yang kita bahas,

bagi orang yang tidak belajar agama tidak akan begitu nyambung nanti.

Sebaliknya, kalau kita hanya berdakwah lewat seloko saja bagi orang yang

tidak memiliki background tersebut tidak akan begitu nyambung juga. Nah

kalau kita kolaborasikan keduanya itu, insyaAllah kalau mad‟u tidak paham di

bidang agama maka ia dapat memahami di bidang seloko. maka dari itu seorang

da‟i harus tau akan itu.92

90

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta, Balai Pustaka, 1993), 250. 91

Efektivitasadalah – Pengertian, Rumus, Contoh, Kriteria, Menurut Ahli dan Teori, diakses

melalui alamat https://www.dosenpendidikan.co.id pada hari Selasa, 04 April 2020, pukul 22.13 wib. 92

Mudir Ponpes Mambaul Ulum Desa Limbur Merangin, Tengku Iskandar Manaf, Wawancara,

catatan Lapangan 23 Januari 2020.

Page 81: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

66

Komunikasi yang efektiv, baik yang personal maupun komunikasi kelompok

adalah komunikasi yang menimbulkan efek tertentu sesuai dengan tujuan utama yang

hendak di capai. Penggunaan seloko sebagai media komunikasi dakwah merupakan

salah satu faktor pendukung agar para pendengar atau mad‟u bisa lebih paham

dengan materi yang disampaikan. Paham yang di maksud di sini adalah mad‟u

mampu memahami makna tersirat maupun tersurat yang kemudian di perkuat dengan

seloko yang memberi pemahaman terkait kehidupan bermasyarakat.

Mengenai komunikasi dakwah yang di lakukan dalam beberapa kegiatan

keagamaan, Tengku Zainal Abidin selaku pegawai syarak bertugas sebagai imam,

membenarkan bahwa hal demikian masih tetap berjalan dengan baik terlebih dalam

rangka peringatan hari besar Islam.

[M]asyarakat Desa Limbur Merangin setiap tahunnya selalu mengadakan

kegiatan peringatan hari besar Islam. Bahkan setiap dusun yang memiliki

langgar turut memeriahkannya dengan mengundang penceramah. Para

penceramah atau da‟i tersebut sering menyandingkan seloko dengan dalil yang

bersangkutan dengan materi yang dibawakan. Jika ini dalilnya ini selokonya,

karna adat dan syarak itu berdampingan. Karna upaya ini juga sebagai antisipasi

dari pengaruh buruk budaya luar yang di takutkan dapat mengikis adat dan

budaya setempat. Maka dari itu masyarakat dan anak muda dan para pelajar di

libatkan dalam acara tersebut supaya mereka dapat menumbuhkan rasa

Memiliki, diharapkan kedepan mereka yang menjaga agar tradisi tersebut tetap

ada dan tidak punah.93

Komunikasi akan menjadi menyenangkan dan mudah di pahami jika kita

memiliki keterampilan dalam berbahasa, para komunikan pun akan merasa memiliki

kedekatan emosional dan menjadi bersemangat untuk mendengarkan suatu informasi

yang di sampaikan, terlebih jika hal tersebut di padukan dalam dakwah maka lebih

efektiv dan efeknya akan lebih banyak dirasakan oleh komunikan.

B. Respon Masyarakat Atas Efektivitas Seloko Terhadap Transmisi Budaya

Suatu komunikasi bisa dikatakan efektiv apabila memiliki 6 unsur yaitu,

komunikator, pesan, media, komunikan, feedback (respon), dan dampak (efek).

93

Pegawai Syarak, Imam, Tengku Zainal Abidin, Wawancara, catatan lapangan 25 Januari

2020.

Page 82: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

67

Namun dalam hal ini yang menjadi fokus pembahasan kita yakni mengenai respon

dan dampak. Respon merupakan jawaban komunikan atas pesan yang di berikan

oleh komunikator kepadanya. Sedangkan dampak atau efek merupakan perubahan

yang di alami oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan.

Komunikasi yang efektiv biasanya memiliki tujuan untuk memudahkan orang

lain dalam memahami pesan yang disampaikan oleh seseorang pemberi pesan.

Komunikasi dakwah dengan menggunakan seloko dinilai dapat memudahkan para

komunikator atau da‟i dalam menyampaikan dakwah dan komunikan dalam

memahami maknanya. Bahkan di desa Limbur Merangin penggunaan seloko sebagai

media komunikasi tak hanya di lakukan dalam kegiatan keagamaan saja namun

dalam lingkungan berkeluarga dan bermasyarakat acap kali di gunakan.

Membahas respon masyarakat mengenai penggunaan seloko dalam komunikasi

dakwah ini seorang da‟i dari desa Limbur Merangin Tengku Iskandar Manaf,

menjelaskan antusias dari para mad‟u ketika mendengar ceramah dari beliau bahkan

ia menjelaskan juga ada yang masih ingat materinya hingga tiga tahun kedepan.

[K]etika saya berdakwah masyarakat sering manyampaikan “Tengku kalau mau

ceramah besok jangan lupabawa seloko adatnya, kalau perlu lagu daerahnya,

suara Tengku itu bagus”, kadang-kadang orang akan mengenang itu ketimbang

ayat al-Qur‟an dan Hadist Nabi. Kadang-kadang musim maulid tahun ini

sampai tahun depan ia masih ingat. Ada saya menyampaikan ceramah di suatu

daerah tiga tahun yang lalu, ketika saya di undang lagi ia masih ingat dengan

apa yang saya sampaikan.94

Keadaan yang terjadi antara Tengku Iskandar dan para jama‟ahnya tersebut

dialam komunikasi antar agama dan budaya, di sebut dengan homofili. Homofili

adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang

berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat (attribute), seperti dalam

kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya. Prinsip Homofili adalah

sejauh mana pasangan yang berinteraksi itu mirip dalam ciri-ciri tertentu. Komunikasi

yang efektif seperti itu menyenangkan orang-orang yang terlibat didalamnya. Bila

94

Mudir Ponpes Mambaul Ulum Desa Limbur Merangin, Tengku Iskandar Manaf, Wawancara,

catatan Lapangan 23 Januari 2020.

Page 83: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

68

dua orang bertukar makna, kepercayaan yang sama dan bahasa yang mereka

pergunakan sama, komunikasi antar mereka cenderung lebih lancar.

Kebanyakan orang meyakini kenikmatan berinteraksi dengan orang lain yang

sangat mirip dengannya. Berbincang dengan orang yang sangat berbeda dengan diri

kita sendiri memerlukan usaha keras agar komunikasi itu lancar. Komunikasi yang

tidak sama (heterofilus) bisa menyebabkan ketakserasian pandangan karena

seseorang dihadapkan pada pesan yang tidak cocok dengan perspektif mereka dan

bisa menyebabkan miss komunikasi. Oleh karna itu mengapa antara jama‟ah dan da‟i

yang disampaikan oleh tengku iskandar tersebut mereka sangat antusias dalam

mendengar materi ceramahnya karena ada kesamaan dalam bahasa.

Sedikit banyaknya pesan yang di sampaikan dalam materi ceramah tersebut

tentu memiliki dampak terhadap para komunikan, ini juga di jelaskan oleh Tengku

Iskandar Manaf dalam penuturannya.

[K]etika membahas mengenai cara berpakaian sesuai dengan syari‟at Islam,

contohnya seperti kerudung, jilbab, kalau bahasa dusun disebut tekuluk. Hal

tersebut, menurut hukum, itu adalah suatu kewajiban menurut seorang

perempuan, untuk keluar rumah ketika ia berhadapan dengan orang yang bukan

mahram itu harus menutup aurat, menutup kepala. Kemudian kita bahas dari

segi adat, bahwa salah satu fungsi tekuluk itu ialah pertama, untuk menutup

aurat sesuai dengan syari‟at, yang kedua menunjukkan bahwa kita ini orang

baik sementara orang tidak tau apa yang kita lakukan maka orang akan menilai

secara dzohir bahwa kita ini orang baik, yang ketiga fungsi tekuluk tadi ialah

tanda kita menghormati orang tua, maka anak kemenakan kita ketika datang ke

rumah mamaknya atau datuknya dengan tidak menggunakan tekuluk maka

secara tidak langsung ia tidak mengormati orang tua tersebut. setelah saya

dakwahkan masalah tersebut sejalan antara agama dengan adat dampaknya

alhamdulillah sekarang banyak orang yang berubah untuk menggunakan

kerudung atau tekuluk, paling tidak ketika lebaran, paling tidak ketika

undangan, yang hariannya ia belum menggunakan kerudung, tapi setelah hari

baik buan baik, ia datang kerumah mamaknya jadilah ia berubah secara

musiman dulu sebelum ia berubah total. Paling tidak pula ketika ia datang ke

ceramah bertemu saya dia malu sendiri jika tidak menggunakan tekuluk. Itulah

dampak positifnya.95

95

Ibid, Tengku Iskandar Manaf.

Page 84: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

69

Adapun respon masyarakat mengenai penerapan adat melalui seloko, bang

Saipul Islami dalam penuturannya mendukung dan berharap seloko ini tidak hanya

sekedar di petatah petitihkan saja, namun hendaknya juga di amalkan dalam

kehidupan sehari-hari.

[A]ntara agama dan adat itu hendaknya di satukan, lalu di jelaskan dengan

petatah petitih atau seloko supaya tujuannya untuk merubah adab dan akhlaqul

karimah serta bisa menumbuhkan sifat ta‟at bisa terwujud. Bagus jika petatah

petitih ini ketika di terapkan di masyarakat, walaupun masyarakat kita sudah

majemuk, telah bercampur suku jawa, melayu, minang dan lain sebagainya.

Tetapi walaupun bercampur, di sinilah letak penerapan nilai dari seloko yang

berbunyi “di mano bumi di pijak, di situ langit di junjung, di mano tamilang di

cacak, di situ tanaman tumbuh”, dari manapun asalnya jikalau sudah

berdomisili di Desa Limbur Merangin, maka mereka harus bisa mengikuti adat

yang berlaku di desa tersebut. Sehingga adat tersebut tidak mati dan anak

keturunan bisa menerapkannya bukan malah untuk di kenang.96

Seloko di nilai sangat bermanfa‟at karna maknanya yang berisi nasihat, dan

sangat berguna jika diterapkan dalam lingkungan bermasyarakat untuk mengenalkan

adat terhadap anak dan untuk memperbaiki akhlaq, hal tersebut di benarkan dalam

penjelasan ibu rumah tangga yang bernama NurAzizah.

[P]etatah petitih ini sangat berguna bagi masyarakat, dengan adanya petatah

petitih masyarakat Limbur Merangin tahu dengan adatnya, adab terhadap orang

tua, adab bermasyarakat, dan adab berkeluarga. Petatah petitih ini sangat

berdampak terhadap anak-anak dan masyarakat karna dengan adanya petatah-

petitih anak kita bisa mengenal adatnya.97

Sasaran daripada komunikasi seloko ini cukup bervariasi mulai dari anak muda

hingga orang dewasa, karna sifatnya yang universal cocok untuk segala kalangan

usia. Sehingga dampaknya pun tidak hanya di rasakan oleh orang dewasa saja,

seorang pemuda yang bernama Razan Ikram Amali, menjelaskan hal tersebut dalam

penuturannya.

[P]enggunaan seloko ini bagus, karna ia memiliki makna berupa nasihat,

petatah, kato nan tuo-tuo yang memberikan pengajaran kepada kita untuk

mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Seloko ini digunakan bukan

96

Warga Desa Limbur Merangin, Saiful Islami, wawancara, catatan lapangan, 24 Januari 2020. 97

Warga Desa Limur Merangin, NurAzizah, wawancara, catatan lapangan, 24 Januari 2020.

Page 85: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

70

hanya dalam upacara adat saja namun juga sering di gunakan dalam pengajian

tentunya untuk memberi petunjuk dan arahan kepada kita.98

Beberapa pernyataan dari berbagai narasumber tersebut, menerangkan

pentingnya menggunakan seloko dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga,

karna selain untuk memperbaiki akhlaq, tapi juga untuk melestarikan adat supaya

tidak hilang di telan zaman. Sehingga anak keturunan kita tidak terpengaruh oleh

pergeseran budaya buruk dari luar yang dapat merubah tradisi baik yang sudah ada

sejak lama, serta tidak menganggap seloko sebagai suatu budaya yang kuno.

C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Menyampaikan Seloko Sebagai Media

Komunikasi Dakwah

Ada faktor pendukung dalam sebuah proses komunikasi, sebaliknya ada pula

faktor penghambat atau kendala dalam komunikasi dakwah dengan seloko. Adapun

faktor penghambatnya ialah sebagai berikut :

Pertama guru Iskandar Manaf memberikan penjelasan terkait kendala ketika

berceramah dengan seloko yaitu:

[T]entu ada kendala ketika menyampaikan materi ceramah dengan seloko,

terus terang saya kekurangan bahasa tentang seloko kemudian kendala ketika

kita berdakwah di tempat orang lain, karna kadang-kadang seloko itu tidak

sama bunyinya ada juga yang berselisih paham dengan seloko itu, contohnya

begini “dianjak layu anggo mati” ini bahasa kita wilayah Pamenang, berbeda

dengan daerah Rantau Panjang “diasak layu dianggo mati” kemudian di daerah

orang Minang mereka bilang bukan “dianjak layu dianggo mati” itu tanaman

sementara adat itu “dianjak tidak layu dianggo tidak mati” ada penambahan

kata tidak, inilah yang menjadi kendala tapi kendala ini tidak menjadi masalah

yang fatal terkadang orang akan mengerti karna kita masih satu batang sungai.99

Komunikasi merupakan keterampilan paling penting dalam hidup setiap

manusia. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial sehingga tidak bisa hidup

sendiri dan membutuhkan orang lain untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam

hidupnya. Dalam melakukan aktivitas sosial tersebut banyak sekali komunikasi yang

98

Warga Desa Limbur Merangin, Razan Ikram Amali, wawancara, catatan lapangan, 26 Januari

2020. 99

Mudir Ponpes Mambaul Ulum Desa Limbur Merangin, Tengku Iskandar Manaf, Wawancara,

catatan Lapangan 23 Januari 2020.

Page 86: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

71

dilakukan. Namun, tak sekedar komunikasi saja yang di butuhkan tetapi pemahaman

atas pesan yang disampaikan oleh komunikator juga di perlukan. Jika tidak maka

komunikasi yang dilakukan tidak akan efektiv.

Pentingnya penguasaan tentang bahasa seloko ini akan, sangat membantu

proses komunikasi, sehingga pesan yang kita sampaikan dapat dengan mudah

diterima oleh masyarakat. Maka para pelaku komunikasi terkhusus da‟i, diharapkan

dapat menggali dan menguasai salah satu satra adat yaitu seloko ini, untuk

memperkuat dalil materi dakwahnya, karna hal tersebut merupakan salah satu cara

berdakwah paling jitu saat ini.

Kedua tidak ada usaha dari anak muda untuk mempelajari ilmu itu. Seiring

perkembangan zaman, maka semakin maju juga teknologi yang ada. Hal tersebut

memudahkan kita mengakses semua hal, termasuk dalam hal kebudayaan. Baik

dalam hal kebudayaan lokal dan kebudayaan asing. Sehingga dalam prosesnya

terciptalah sebuah akulturasi. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul

manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan

unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan

diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur

kebudayaan kelompok itu sendiri.

Akan tetapi sebuah akulturasi yang seharusnya memadukan dua kebudayaan

dengan tidak menghilangkan kebudayaan dari kelompoknya sendiri, malah terjadi

sebaliknya. Anak muda sebagai generasi penerus bangsa, yang akan melanjutkan

estafet dalam berbagai macam aspek kehidupan di masa mendatang. Karna proses

akulturasi, malah tidak sedikit pemuda merasa nyaman dengan kebudayaan baru

yang terbentuk, dan lambat laun malah berfikir kebudayaannya sendiri merupakan

suatu hal yang kuno.

Akibatnya minat untuk mempelajari kebudayaannya sendiri menjadi berkurang,

salah satunya untuk mempelajari seloko. Pelakunya malah lebih tertarik

berkomunikasi menggunkan bahasa asing dari pada menggunkan seloko yang

mengandung nasihat, karna bahasa asing di nilai lebih gaul, keren dan sesuai dengan

Page 87: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

72

perkembangan zaman. Pegawai syarak Haramaini juga berpendapat faktor tersebut

menyebabkan tidak adanya upaya untuk mempelajari seloko dan tidak adanya rasa

memiliki, sehingga ketika gurunya meninggal ikut terkubur pula keahlian atau

bahasa indah tersebut dari mereka.100

Ketiga minimnya guru yang ahli terhadap seloko, faktor ini menjadi salah satu

kendala dalam penerapan komunikasi dakwah menggunakan seloko. kurangnya

antusias pemuda dalam mempelajari seloko, sehingga guru yang bisa dikatakan

senior dan ahli dalam komunikasi seloko ini, satu persatu meninggal seiring

perkembangan zaman, maka komunikasi seloko pun menjadi langka.

100 Pegawai Syarak sebagai Khatib, Haramaini HY, wawancara, catatan lapangan, 23 Januari

2020.

Page 88: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Seloko Sebagai Media Komunikasi

Dakwah Di Desa Limbur Merangin Kecamatan Pamenang Barat Kabupaten

Merangin maka dapat disimpulkan beberapa hal penting sebagai berikut :

1. Seloko adat adalah sastra adat Jambi yang berisikan petuah-petuah untuk

keselamatan dan kebaikan kehidupan bagi masyarakat. Sedangkan dakwah

yang secara bahasa berarti mengajak kepada berbuat baik, sangat serasi jika

disandingkan bersama seloko dengan materi ceramah para da‟i atau

komunikator untuk mengajak ummat kepada arah yang lebih baik dalam

kehidupan. Keterkaitan antara seloko dan dakwah banyak digunakan oleh

komunikator dan da‟i untuk menyampaikan pesan atau materi ceramah.

Pemakaian bahasa sastra atau seloko ini di maksudkan agar terdengar indah,

menyentuh hati, kemudian agar tidak menyinggung perasaaan bagi yang

terkena sasaran dan maksud dari ungkapan seloko tersebut, kemudian juga

agar tidak terdengar kasar oleh khalayak yang hadir. seloko yang di

sandingkan dengan materi ceramah juga menjadi salah satu cara yang jitu

supaya para komunikan bisa memahami materi dakwah dari dua sisi, atau

minimal menjadi solusi jikalau sulit memahami materi dakwah dari sisi agama

bisa memahaminya dari sisi seloko.

2. Penerapan seloko di Desa Limbur Merangin tidak hanya terbatas pada

penerapan dalam materi ceramah saja, namun lebih luas dari itu. Mulai dari

lingkungan keluarga seloko sudah mulai di kenalkan. Antara orang tua dan

anak, seloko di gunakan sebagai media komunikasi untuk memberi nasehat.

Kemudian seloko juga digunakan oleh para muda-mudi sebagai media

komunikasi untuk mengungkapkan perasaannya, hal itu di lakukan dalam

kegiatan seperti berladang, dan bertandang. Selanjutnya dalam kehidupan

bermasyarakat seloko digunakan sebagai pemberi peringatan, karna seloko

Page 89: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

74

sendiri berisi tentang petunjuk dan pedoman agar menjalani kehidupan yang

baik. Serta dalam pemerintahan seloko digunakan sebagai media komunikasi

untuk memperkuat aturan dan memberi sanksi bagi para pelanggar aturan

untuk menjadi solusi dari berbagai sebab akibat yang kemungkinan akan

timbul dalam pergaulan hidup.

3. Efektivitas seloko sebagai media komunikasi dakwah dapat diartikan

keberhasilan seorang da‟i atau komunikator dalam menyampaikan seloko

sebagai salah satu media agar para komunikan bisa lebih mudah dalam

memahami materi dakwah tersebut, dan semua itu dibuktikan dengan respon

dan efek yang timbul setelah dakwah itu di sampaikan. Kehadirannya juga

bukan hanya sekedar untuk memperindah bahasa namun juga diharapkan

sebagai tameng agar pengaruh buruk budaya asing tidak memperbudak

generasi muda. Maka para da‟i, pegawai syarak, dan lembaga adat terus

mengkomunikasikan seloko yang di gunakan dalam berbagai kegiatan dan

terus berupaya dalam mengadakan kegiatan yang menyangkut adat.

B. Implikasi Penelitian

Setelah menarik kesimpulan, melalui penelitian ini implikasi penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat Desa Limbur Merangin, melalui tulisan ini penulis akan

memberikan saran agar tetap berpegang kepada adat dan budaya, dimano

bumi dipijak disano langit di junjung, artinya kemanapun kita pergi jangan

pernah melupakan adat yang telah membesarkan kita sehingga menjadi

manusia yang bermanfat dan berbudi luhur. Dengan berpegang kepada adat

yang bersendi syarak insyaAllah pengaruh buruk daripada pergeseran budaya

akan dapat kita hindari.

2. Kepada para pemerintah Desa Limbur Merangin, para Da‟i, pegawai syara‟

dan lembaga adat, diharapkan tidak pernah bosan dalam menebar benih

kebaikan. Semoga apa yang kita tuai akan kita terima hasilnya di kemudian

hari.

Page 90: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

75

3. Kepada seluruh pejabat maupun pegawai UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi, Fakultas dakwah dan Prodi Komunikasi Penyiaran Islam. Penulis

mengharapkan agar selalu bersemangat dalam meningkatkan kinerja

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, agar seluruh mahasiswa UIN

umumnya dan terkhusus mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam

menjadi lebih baik dan berkualitas.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan, bahwa penelitian ini tidak sepenuhnya

bisa menjawab ketidakpastian dalam penggunaan seloko sebagai media komunikasi

dakwah karna hanya melibatkan atau meneliti sebagian masyarakat di Desa Limbur

Merangin saja. Bagi penelitian selanjutnya, penggunaan teori dalam penelitian ini

sangat baik digunakan dalam meninjau aspek lainnya yang belum tersentuh dalam

penelitian ini secara lebih luas.

C. Kata Penutup

Segala puji bagi Allah, tuhan sekalian alam karena atas petunjuk rahmat sera

ridho-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala usaha dan penuh

tekad, walaupun terdapat beberapa rintangan dan hambatan yang dihadapi, tetapi

semua itu penulis anggap sebagai motivasi dalam menuntut ilmu dan meraih

kesuksesan. Dalam hal ini penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna dan mungkin terdapat kekeliruan saat penulisan. Oleh karenanya

penulis sangat berharap agar kiranya pembaca dapat berkenan memberikan kritik dan

saran yang konstruktif agar dapat memperbaiki dan memperkaya isi dari skripsi ini.

Semoga apa yang dihasilkan oleh penulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

dan pembaca, serta dapat menjadi ladang amal ibadah bagi siapa saja yang

menerapkan ilmunya. Mudah-mudahan skripsi ini bisa menjadi sebab kita meraih

jannah-Nya dan dapat menjadi jembatan kita baik di dunia maupun di akhirat. Amin

ya robbal „alamin.

Page 91: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an

Tim Penterjemah dan Penafsir Alqur‟an. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta:

Departemen Agama RI, 2011.

B. Hadist

Baqi, Muhammad Fu‟ad Abdul. Al-lu’lu’ Wal Marjan Himpunan Hadist Shahih

Disepakati oleh Bukhari dan Muslim jilid 2. Surabaya : PT Bina Ilmu, 1979.

C. Buku

Ali, Hasan. Pidato Adat. Adat Bersendi Syarak. Syarak Bersendi Kitabullah.

Bangko, 1990.

„Aziz, Jum‟ah Amin Abdul. Fiqih Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam.

Solo: Era Intermedia, 2005.

Gemoek, Abdullah. Materi Pembinaan Bagi Pengurus Lembaga Adat Melayu Jambi

Bumi Tali Undang Tambang Teliti Kabupaten Merangin. Lembaga Adat

Melayu Jambi Bumi Tali Undang Tambang Teliti Kabupaten Merangin,

Bangko, 2019.

Haramaini HY. Catatan Buya Haramaini Adat Nan Tasirat Nan Tasurat. Limbur

Merangin: Sekdes, 2018.

Haramaini HY. Sejarah Terjadinya Desa Limbur Merangin. Bukit Penantian, 2010.

Muhtadi, Asep Saepul. Komunikasi Dakwah Teori, Pendekatan, dan Aplikasi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012.

Nurudin. Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2016.

Pamuk, Raden Marjoyo. Seloko Adat Dalam Pembangunan Dan Kehidupan Sehari-

Hari. Lembaga Adat Provinsi Daerah Tingkat I Jambi, Jambi, 1995.

Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2011.

Salim, Agus. Teori & pradigma penelitian sosial. Yogjakarta: Tiara Wacana, 2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualittatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2016.

Syam, Hasip Kalimuddin. Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah Jilid I

Sejarah Adat Jambi. Lembaga Adat Provinsi Jambi: 2001.

Syam, Hasip Kalimuddin. Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah Jilid III

Sastra Adat Jambi. Lembaga Adat Provinsi Jambi: 2001.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka, 1993.

Tim Penyusun. Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin

IAIN STS Jambi. Jambi :Fak.Ushuluddin Iain STS JAMBI, 2016.

Ya‟qub, Hamzah. Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership. Bandung: c.v.

Diponegoro, 1986.

Page 92: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

D. Skripsi

Zulkarnain. “Nilai-Nilai Filsafat Moral Dalam Seloko Adat Perkawinan Jambi di

Dusun Pulau Pinang Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun”. Skripsi.

Program Strata satu Institut Agama Islam Negeri Sulthan Taha Syaifuddin

Jambi, 2016.

E. Jurnal

Gafar, Abdoel.“Peranan Seloko Dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Di

Kota Jambi”. Jurnal Universitas Negeri Jambi (2012), https://online-journal

.unja.ac.id/index.php/pena/article/view/1441/935, (diakses 30 November 2019).

Rahima, Ade.“Nilai-Nilai Religius Seloko Adat Pada Masyarakat Melayu Jambi”.

Jurnal Universitas Batanghari Jambi (2014), https://media.neliti.com

/media/publication/225562-nilai-nilai-religius-seloko-adat-pada-maa196f55d.

Pdf, (diunduh 16 Mei 2019).

F. Narasumber Cholif, Muchtar Agus. Seminar Seni Budaya Jambi LSHRP 15 Se-Sumbagsel, 5

September 2019.

Observasi awal pada Masyarakat Desa Limbur Merangin 06 November 2019.

G. Web-site

Efektivitasadalah – “Pengertian, Rumus, Contoh, Kriteria, Menurut Ahli dan Teori”,

https://www.dosenpendidikan.co.id, (diakses 04 April 2020).

Lembaga Adat Desa Lubuk Lawas, “ Seloko Adat Jambi”, http://www.lubuklawas

.desa.id/lembaga-adat/, (diakses 04 Desember 2019).

Nurdin, Bahren. “Seloko Adat Melayu Jambi Potret Zaman”, http://bahren13.

wordpres.com/2014/01/12/seloko-adat-melayuJambi/,(diakses 09 Mei 2019).

Website Resmi Desa Limbur Merangin, http://www.limburmerangin.id/page/sejarah-

desa, (diakses 19 November 2019).

H. Wawancara Kepala Desa Limbur Merangin, H. Idris, wawancara, catatan lapangan, 24 Januari

2020.

Ketua Lembaga Adat Desa Limbur Merangin, Abu Hasan, wawancara, catatan

lapangan, 23 Januari 2020.

Mudir Ponpes Mambaul Ulum Desa Limbur Merangin, Tengku Iskandar Manaf,

wawancara, catatan Lapangan 23 Januari 2020.

Pegawai Syarak sebagai Khatib, Haramaini, wawancara, catatan lapangan, 23

Januari 2020.

Pegawai Syarak sebagai Imam, Tengku Zainal Abidin, wawancara, catatan lapangan

25 Januari 2020.

Warga Desa Limbur Merangin, Saiful Islami, wawancara, catatan lapangan, 24

Januari 2020.

Page 93: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

Warga Desa Limur Merangin, NurAzizah, wawancara, catatan lapangan, 24 Januari

2020.

Warga Desa Limbur Merangin, Razan Ikram Amali, wawancara, catatan lapangan,

26 Januari 2020.

Page 94: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

SKRIPSI

“SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

MERANGIN, KECAMATAN PAMENANG BARAT, KABUPATEN

MERANGIN”

No. JENIS DATA METODE SUMBER DATA

1. Letak Geografis Desa

Limbur Merangin

Observasi

Dokumentasi

Setting

Dokumen Geografis

2. Sejarah Desa Limbur

Merangin

Wawancara

Dokumentasi

Tokoh Masyarakat

Dokumen Sejarah

3. Visi, Misi, dan Tujuan Desa

Limbur Merangin

Dokumentasi Dokumen Visi, Misi

dan Tujuan Desa

4. Struktur Perangkat Desa Dokumentasi Bagan Struktur dan

nama-nama Perangkat

Desa

5. Sinergi Pegawai Syarak dan

Pemuda dalam

Menghidupkan Dakwah

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Pegawai Syarak dan

Pemuda

Kegiatan dakwah

6. Peran Lembaga Adat dalam

Mengimplementasikan

Seloko Adat

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Tokoh Adat Desa

Limbur Merangin

7. Efektivitas Seloko Sebagai

Media Dakwah

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Tokoh adat

Masyarakat

Dokumen Kegiatan

Page 95: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

A. Panduan Observasi

No. Jenis Data Objek Observasi

1. Letak Geografis Desa Limbur

Merangin

Keadaan dan Letak Geografis

2. Sinergi Pegawai Syarak dan

Pemuda dalam Menghidupkan

Dakwah

Bentuk Kegiatan antara keduanya

3. Peran Lembaga Adat dalam

Mengimplementasikan Seloko

Adat

Metode yang di terapkan dalam

mengimplementasikan seloko

4. Efektivitas Seloko Sebagai Media

Dakwah

Dampak yang terjadi setelah dakwah

menggunakan seloko

B. Panduan Dokumentasi

No. Jenis Data Data Dokumenter

1. Letak Geografis Desa Limbur

Merangin, dan Sejarah Desa

Limbur Merangin

Data dokumentasi letak Geografis dan

Sejarah Desa

2. Visi, Misi, dan Tujuan Desa

Limbur Merangin, dan Struktur

Perangkat Desa

Data Dokumentasi mengenai hal

tersebut

3. Sinergi Pegawai Syarak dan

Pemuda dalam Menghidupkan

Dakwah

Data Dokumentasi Tentang Aktivitas

dan Kerjasama Pegawai Syarak Dalam

Kegiatan Dakwah

4. Peran Lembaga Adat dalam

Mengimplementasikan Seloko

Adat

Data Dokumentasi Mengenai Tokoh

Adat dalam Melakukan Kegiatan

Terkait seloko Adat

Page 96: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

5. Efektivitas Seloko Sebagai Media

Dakwah

Data Dokumentasi Tentang Pengaruh

Seloko Adat Sebagai Media

Komunikasi Dakwah Terhadap

Masyarakat.

C. Butir-butir Wawancara

No. Jenis Data Sumber Data dan Substansi

Wawancara

1. Sejarah Desa Limbur Merangin Pak Kades/Tokoh Adat :

Bagaimana Sejarah Desa Limbur

Merangin?

2. Seputar Tentang Seloko Sebagai

Media Komunikasi Dakwah

Seloko Adat

Media Komunikasi

Bagaimana Kerjasama pegawai syarak

dan pemuda dalam menghidupkan

dakwah?

Apa Tujuan Seloko Sebagai Media

Komunikasi Dakwah?

Bagaimana cara Realisasi Seloko?

Bagaimana Respon masyarakat

terhadap Seloko sebagai media

komunikasi dakwah?

Apa saja kendala yang dihadapi dalam

mengimplementasikannya?

Page 97: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

DOKUMENTASI FOTO

Penulis melakukan wawancara bersama Kepala Desa Limbur Merangin H. Idris

Page 98: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

Penulis melakukan wawancara bersama Tengku Iskandar Manaf

selaku Mudir Ponpes Mambaul Ulum dan juga sebagai seorang Da‟i

Penulis wawancara bersama Buya Haramaini HY, selaku anggota pegawai syara‟ dan

tokoh adat Desa Limbur Merangin

Page 99: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

Penulis melakukan wawancara bersama Abu Hasan selaku Ketua Lembaga Adat

Desa Limbur Merangin

Penulis Melakukan wawancara dengan Tengku Zainal Abidin selaku Anggota

pegawai syara‟ yang bertugas sebagai Imam.

Page 100: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

Penulis melakukan wawancara bersama Saiful Islami

selaku warga Desa Limbur Merangin

Penulis melakukan wawancara dengan Razan Ikram Amali

selaku pemuda Desa Limbur Merangin

Page 101: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR

CURRICULLUM VITAE

A. Informasi Diri

Nama : Khoirun Nasbi

Tempat & Tanggal Lahir : Mandiangin, 08 Agustus 1998

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Belimbing No. 58 RT 19 RW. 05 Kelurahan

Pematang kandis Kecamatan Bangko

Kabupaten Merangin

B. Pendidikan

S1 UIN STS Jambi : 2016-2020

MAS AS‟AD Kota Jambi : 2013-2016

MTsN Bangko : 2010-2013

SDN 115 Bangko : 2004-2010

TK Merangin Jaya : 2003-2004

C. Karya Tulis : -

D. Penghargaan Akademis : -

E. Riwayat Organisasi :

1. Ketua Dewan Racana Sulthan Thaha Saifuddin Pangkalan UIN STS Jambi

Masa Bakti 2019-2020.

2. Protokol Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jambi Masa Bakti 2017-2022.

3. Ketua Ikatan Mahasiswa Pemuda/Pemudi Alumni As‟ad Jambi Masa Bakti

2018-2019.

4. Pengurus Wilayah IV Sumatra Forum Komunikasi Mahasiswa Nasional –

Komunikasi dan Penyiaran Islam Divisi Internal Masa Bakti 2018-2019.

5. Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Dakwah Divisi Keagamaan

Masa Bakti 2018-2019.

6. Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ushuluddin Devisi

Keagamaan Masa Bakti 2018-2019.

Page 102: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR
Page 103: SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA …repository.uinjambi.ac.id/3415/1/UK.160146_KHOIRUN NASBI... · 2020. 6. 13. · SELOKO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DAKWAH DI DESA LIMBUR