seleksi khamir - simdos.unud.ac.id filememberi pengaruh menguntungkan bagi inang dengan cara...
TRANSCRIPT
2
SELEKSI KHAMIR Saccharomyces spp DARI KOLON AYAM YANG
BERPOTENSI SEBAGAI PROBIOTIK DAN MEMPUNYAI AKTIVITAS CMC-Ase
BIDURA, I.G.N.G., D.P.M.A. CANDRAWATI, DAN D. A. WARMADEWI
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. PB. Soedirman, Denpasar-Bali, Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat Saccharomyces spp. yang
berpotensi sebagai agensia probiotik dan mempunyai aktivitas CMC-ase yang diisolasi
dari kolon ayam kampung untuk meningkatkan nilai nutrisi dedak padi. Uji aktivitas
CMC-ase dilihat dari luasnya permukaan zona bening yang ditimbulkan oleh isolat pada
media pengguna CMC (carboxymethyl celulosa). Hasil penelitian mendapatkan enam
isolat Saccharomyces spp (Gb5; Gb6; Gb7; Gb9, Gb10, dan Gb11) dari colon ayam
kampung yang telah lolos uji pada berbagai level suhu (100-450C), asam (1,5-6,0), garam
empedu (0,20-0,60 NaDC) dan mempunyai aktivitas enzim CMC-ase. Akan tetapi hanya
dua isolat yang menunjukkan sebagai probiotik dan mempunyai aktivitas CMC-ase yang
tinggi, yaitu isolat Saccharomyces sp.Gb7 and Gb9. Implementasi isolat Saccharomyces
spp. (isolate Gb7 dan GB9) sebagai inokulan fermentasi dedak padi nyata (P<0,05) dapat
meningkatkan kecernaan bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK),
serat kasar (SK), dan kandungan energi termetabolis dedak padi. Dapat disimpulkan
bahwa kecernaan dedak padi sebagai pakan ternak dapat ditingkatkan melalui fermentasi
dengan menggunakan ke dua khamir Saccharomyces spp.Gb7 dan Gb9 yang diisolasi
colon ayam kampung. Kedua isolate tersebut (Saccharomyces spp.Gb7 dan Gb9)
potensial sebagai agensia probiotik dan mempunyai aktivitas CMC-ase.
Key words:Probiotik, CMC-ase, serat, dedak padi
SELECTION OF KHAMIR Saccharomyces sp. ISOLATED FROM COLON OF
NATIVE CHICKENS AS A PROBIOTICS PROPERTIES AND HAS CMC-Ase
ACTIVITY
ABSTRACT
The purpose of this research is to get isolates of Saccharomyces sp. as potentially
as a probiotic agents and degrading of crude fiber (CMC-ase activity) were isolated from
the colon of native chickens to improve digestibility of rice bran. The ability test of isolates
has CMC-ase activity assay views of the clear zone surface area caused by isolates the
user's media CMC (carboxymethyl celulose). The results of experiment showed that six
isolates of Saccharomyces sp. (Gb5; Gb6; Gb7; Gb9, Gb10, dan Gb11) were isolated
from colon of native chickens samples. The whole isolates of Saccharomyces sp. showed
resistant grew on both in different temperature (100-450C), acid conditions (1.5-6.0), bile
salts (0.20 to 0.60 NaDC) and has CMC-ase activity. All of isolates were potensial as
probiotics sources and has a CMC-ase activity. But only two isolates of Saccharomyces sp.
showed good potensial as probiotics sources and has CMC-ase activity (i.e.
Saccharomyces sp.Gb7 and Gb9 isolates). The study showed that fermentation of rice bran
used of Saccharomyces sp.Gb7 and Gb9 isolates culture could improve significant
differences (P<0.05) on digestibility of its dry matter (DM), organic matter (OM), crude
protein (CP), crude fibre (CF), and increased its metabolizable energy of rice bran. It was
concluded that nutrient digestibility of rice bran might be improved by fermentation using
both of Saccharomyces spp.Gb7 and Gb9 isolated from colon native chickens. The isolates
3
(Saccharomyces spp.Gb7 and Gb9) can be used as a probiotic agent and crude fibre
degradaded (has a CMC-ase activity).
Key words: Probiotics, CMC-ase, fiber, rice bran
PENDAHULUAN
Probiotik merupakan makanan tambahan yang mengandung mikroba hidup yang
memberi pengaruh menguntungkan bagi inang dengan cara meningkatkan keseimbangan
mikroba dalam saluran pencernaan, karena dapat membantu menekan pertumbuhan
bakteri yang merugikan (Hegar, 2007).
Probiotik umumnya berupa kelompok mikroorganisme nonpathogen yang
berpengaruh positif terhadap fisiologi dan kesehatan saluran pencernaan inangnya, jika
dikonsumsi secara rutin dalam jumlah yang cukup (Schrezenmeir dan De Vrese, 2001). Di
dalam saluran pencernaan, banyak kelompok probiotik yang mampu menguraikan
senyawa-senyawa beracun yang dihasilkan dari metabolisme protein dan lemak, sehingga
konsentrasi dari senyawa-senyawa toksik itu dapat dikurangi atau bahkan dieliminasi
seluruhnya. Dengan kata lain, derajat kesehatan saluran pencernaan akan meningkat bila
didalamnya terdapat probiotik dalam jumlah yang cukup.
Probiotik menunjukkan efek fungsional, seperti efek antidiare, menurunkan
kolesterol darah, meningkatkan kemampuan motilitas dan detoksifikasi usus, menginduksi
sistem imun, menghasilkan berbagai macam metabolit (seperti hydrogen peroksida, asam
laktat, dan asam asetat) yang mampu menjaga keseimbangan pH dan mikroekologi usus,
serta membantu metabolisme vitamin, mineral dan hormon. Selain itu, probiotik juga
berperan sebagai agen antitumor dengan cara mencegah pembentukan nitrosamine yang
bersifat karsinogen (Tjay dan Kirana, 2007).
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu mikroorganisme agar dapat
dikembangkan menjadi agent probiotik adalah tidak bersifat patogen, toleran terhadap
asam, dan toleran terhadap garam empedu (Hood dan Zottola, 1998), karena selama
perjalannya menuju kolon probiotik harus mampu melewati lambung yang memiliki pH
asam dan asam deoksikolat yang merupakan detergen biologis bagi mikroorganisme.
Metabolisme bakteri terhadap asam empedu memegang peran penting dalam resiko
terkena kanker colon. Diasumsikan bahwa asam empedu sekunder (yang dihasilkan oleh
metabolisme mikroba) dapat berperan sebagai promotor dari proses pembentukan kanker
colon. Proses dehidrogenasi dari inti steroid dalam menghasilkan ikatan delta 1 dan delta
4 yang berikatan dengan grup 3-keto memiliki peran penting dalam hubungannya dengan
4
kanker colon. Strain tertentu dari Clostridia secara in vitro diketahui dapat membentuk
reaksi ini (Wahyudi dan Hendraningsih, 2007). Saccharomyces cerevisiae dalam bentuk
biomassa telah banyak dipakai sebagai supplemen pada makanan ternak (Ahmad, 2005).
Menurut Kompiang (2002) dan Wahyudi dan Hendraningsih (2007), suplementasi
Saccharomyces cerevisiae dalam ransum nyata meningkatkan laju pertumbuhan, efisiensi
penggunaan ransum, dan mencegah kejadian keracunan pada unggas yang disebabkan
oleh aflatoksin atau aflatoxicosis.
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan isolat Saccharomyces spp. yang berpotensi sebagai agensia probiotik,
dan inokulan pendegradasi pakan serat (mempunyai aktivitas CMC-ase) yang diisolasi
dari kolon ayam kampung dalam upaya untuk meningkatkan nilai nutrisi dedak padi.
METODE PENELITIAN
Sumber Isolat/Isi Kolon Ayam Kampung
Sumber isolate dalam penelitian ini adala digesta kolon ayam kampung dewasa
yang diperoleh dari ayam kampong di sekitar tempat penelitian.
Media Pengujian
Timbang OMEA (Oksitetrasiklin Malt Extrax Agar) sebanyak 50 g, kemudian
larutkan dengan aquades sampai volumenya menjadi 150 cc. Selanjutnya larutan OMEA
tersebut dipanaskan dalam kompor, kemudian dimasukan ke dalam water-bath dengan
suhu 60-70 0C untuk menjaga agar larutan OMEA tidak memadat.
Pengenceran Sampel Ekskreta Colon Ayam Kampung
Proses pengenceran dilakukan di laminar flow. Sebelumnya tangan harus dicuci
dengan alkohol untuk meghindari kontaminasi. Pada waktu melakukan pengenceran, api
bunsen dinyalakan untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Ekskreta (isi) colon ayam
yang diambil adalah ekskreta colon ayam yang baru hasil pemotongan ayam kampung.
Sampel isi colon ayam diambil secukupnya dan dimasukkan dalam pispot. Pengenceran
dilakukan secara bertingkat.
Menumbuhkan Isolat Khamir Saccharomyces spp dari Colon Ayam
Ambil pipet sebanyak 1 cc larutan bacterio logical pepton 10-3, kemudian tuangkan
pada cawan petri dengan kode A-3, kemudian pipet sebanyak 1 cc larutan bacterio logical
pepton 10-2 dan tuang ke dalam cawan petri dengan kode A-2. Begitu seterusnya. Setelah
5
larutan OMEA mencapai suhu 400C- 500C, kemudian tuangkan ke masing-masing cawan
petri, kemudian digoyang-goyangkan dengan tangan agar merata dan didiamkan sampai
larutan memadat (Candrawati et al., 2013).
Isolasi Isolat Khamir Saccharomyces spp dari Colon Ayam
Koloni isolat di dalam cawan petri sudah mulai tumbuh setelah ditumbuhkan
selama 2 x 24 jam. Bentuk isolatnya adalah bulat kecil-kecil. Sebelum dipindahkan,
terlebih dahulu dipersiapkan 10 buah cawan petri yang sebelumnya sudah disterilisasi.
Siapkan media selektif OMEA padat, setelah itu ambil satu ose isolat dan goreskan pada
cawan petri yang sudah berisi media padat OMEA. Setelah dua hari isolat dalam cawan
petri mulai tumbuh, selanjutnya akan dibiakkan kembali ke dalam tabung reaksi.
Persiapkan media OMEA sebanyak 3,4 g yang dilarutkan dengan aquades menjadi
100 cc. Selanjutnya larutan OMEA dipanaskan dalam kompor, kemudian masukan ke
dalam waterbath dengan suhu 60-70 0C selama kurang lebih 15 menit dan tuangkan ke
dalam tabung reaksi dan ditutup rapat dengan kapas. Masukan ke 10 tabung reaksi
tersebut ke dalam autoclav untuk disterilkan. Setelah itu, masukan dalam laminar flow
(sinar UV) selama kurang lebih selama 15 menit. Miringkan tabung reaksi, biarkan media
memadat. Dengan metode gores, isolat pada cawan petri dipindahkan ke dalam tabung
reaksi (Ahmad, 2005). Tutup tabung reaksi yang sudah berisi isolat dengan kapas dan
biarkan 2 x 24 jam, diinkubasi dalam inkubator dalam posisi terbalik pada suhu 300C
selama 48 jam, dan diamati koloni yang tumbuh.
Koloni yang mempunyai ciri-ciri khamir diisolasi dengan mengikuti metoda yang
dilaporkan Ahmad (2005). Dimurnikan, dan dikultur pada media padat untuk keperluan
analisis selanjutnya, dan disimpan sebelum dilakukan karakterisasi, uji ketahanannya
terhadap pH rendah, berbagai level suhu, asam deoksikolat, dan uji transpormasi asam
kolat menjadi asam deoksikolat (Hyronimus et al., 2000; Prangdimurti, 2001).
Morfologi Isolat Khamir Saccharomyces spp dari Colon Ayam
Timbang nutrient brot sebanyak 1,8 g, kemudian diencerkan dengan aquades
menjadi 200 ml. Masukan ke dalam 20 tabung reaksi, tutup tabung reaksi dengan kapas,
kemudian ditrerilisasi dalam autoclav. Setelah dingin, isolat yang ada di media miring
dipindahkan masing-masing sebanyak 1 ose ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi
nutrient brot, kemudian ditumbuhkan selama 18 jam. Setelah 18 jam isolat dalam nutrient
brot diambil dengan jarum ose dan oleskan ke dalam gelas preparat. Amati dalam
mikroskop dengan pembesaran 10 kali. Jika dari hasil pengamatan masih ditemui cemaran
6
mikroba lain selain khamir, maka dilakukan pemisahan koloni sebanyak 2 kali, sampai
diperoleh tingkat kemurnian yang tinggi.
Uji Kemampuan Tumbuh Khamir Saccharomyces spp Pada Berbagai Suhu.
Uji pertumbuhan khamir Saccharomyces spp dilakukan pada variasi suhu 100C,
370C, dan 450C dengan prosedur sebagai berikut: timbang 1 g nutrient brot yang dilarutkan
dalam aquades menjadi 100 cc. Tuangkan nutrient brot pada tabung reaksi yang sudah
diberi kode isolat terpilih, yaitu Saccharomyces spp.Gb7 dan Gb9. Semua tabung reaksi
terlebih dahulu disterilkan dalam autoklav. Setelah dingin, biakkan isolat ke dalam nutrien
brot dan simpan selama 24 jam. Timbang nutrien broth sebanyak 3 g dan dilarutkan dalam
aquades dijadikan 300 cc. Sterilkan dalam autoklav dan masukan ke dalam 30 buah
tabung reaksi yang telah berisi nutrien broth yang selanjutnya digunakan untuk membiakan
isolat yang telah disimpan selama 18 jam. Ambil 1 cc pada masing-masing tabung dan
biakan. Simpan kesepuluh isolat dalam suhu kamar (370C), 10 isolat dalam suhu 100C
(dalam kulkas), dan 10 isolat pada suhu 450C (dalam inkubator). Penyimpanan dilakukan
selama 1 x 24 jam. Setelah 24 jam di lihat tingkat kekeruhan yang timbul. Apabila ada
kekeruhan, berarti ada pertumbuhan khamir Saccharomyces spp pada suhu yang diujikan.
Uji Kemampuan Tumbuh Saccharomyces spp Pada Berbagai pH.
Uji kemampuan tumbuh isolat khamir Saccharomyces spp pada berbagai pH
menggunakan metode (Hyronimus et al., 2000). Sebanyak 1 ose isolat murni
Saccharomyces spp dibiakan dalam larutan nutrien broth dan disimpan selama 24 jam.
Setelah 24 jam ambil 1 cc isolat murni tersebut lalu dibiakkan dalam larutan nutrient broth
yang telah dikondisikan ber pH 1,5; 3,0; 4,5; dan 6,0. Apabila kondisi asam belum
tercapai, maka tambahkan larutan H2SO4. Inkubasi dilakukan selama 24 jam pada suhu
370C. Ada 10 tabung isolat pada masing-masing level pH yang berbeda. Pengukuran pH
dengan menggunakan pH meter.
Uji jumlah koloni isolat yang hidup setelah dibiakan pada pH 1.5; 3,0; 4,5; dan 6,0
dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut: Ambil sebanyak 1 cc isolat yang telah
tumbuh pada berbagai pH tersebut dan letakkan pada cawan petri yang telah disterilisasi
sebelumnya. Tambahkan larutan OMEA dan cawan petri digoyang-goyangkan supaya
tercampur rata dan diberi kode. Biakkan selama 3 hari selanjutnya dihitung jumlah
koloninya dengan formula (Coloni Form Unit).
7
Uji Kemampuan Saccharomyces spp dalam Garam Empedu.
Sebanyak 1 ose isolat murni Saccharomyces spp dibiakan dalam larutan nutrien broth
dan disimpan selama 24 jam. Setelah 24 jam ambil sebanyak 1 cc isolat murni tersebut,
lalu dibiakkan dalam larutan garam empedu selama 24 jam. Konsentrasi garam empedu
yang digunakan adalah: 0.2 mM; 0.4 mM; dan 0.6 mM. Masing-masing level garam
empedu tersebut dibuat dalam 10 tabung. Isolat yang tahan hidup pada level garam
empedu diukur dengan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm
(Hyronimus et al., 2000; Prangdimurti, 2001).
Uji Kemampuan Saccharomyces spp dalam CMC-ase.
Timbang sebanyak 11 g OMEA dan 3 g CMC-ase, selanjutnya dilarutkan ke dalam
aquades. Panaskan dalam Waterbath dan setelah itu lakukan strelilisasi pada autoklav.
Dinginkan pada suhu 45-50 0C, kemudian dituangkan pada cawan petri dan didiamkan
sampai memadat. Ambil paper disk dengan pinset lalu dicelupkan pada larutan nutrient
broth yang telah mengandung isolat yang telah dibiakan selama 24 jam, kemudian
tempelkan pada cawan petri yang berisi media OMEA dan CMC-ase. Biarkan selama 24
jam. Setelah 24 jam dilakukan pengukuran lebar zona bening yang ditimbulkan dengan
menggunakan jangka sorong (Van Devoorde dan Verstraete, 1987; Kanti, 2007).
Fermentasi Dedak Padi.
Fermentasi dedak padi oleh khamir Saccharomyces spp dengan prosedur sebagai
berikut. Dedak padi ditambah air sebanyak 50% (volume/berat), kemudian diaduk secara
merata, lalu dukukus selama 45 menit dihitung sejak air mendidih. Setelah dikukus, dedak
padi didinginkan kemudian di inokulasi dengan inokulum khamir Saccharomyces spp
pada dosis 0,50% dari berat dedak padi yang difermentasi, selanjutnya dimasukkan
kedalam plastik berwarna hitam yang sudah diberi lubang-lubang kecil, selanjutnya
diinkubasi dalam suhu ruang dengan ketebalan 2 cm selama 2 hari. Setelah 2 hari, dedak
fermentasi dikeringkan selama 24 jam pada suhu 500C (Wahyuni et al., 2008) dan siap
diberikan pada ayam.
Penentuan kecernaan pakan (dedak padi) dengan metode ”force feeding”
Dalam metode ini, terlebih dahulu dipersiapkan masing-masing 18 ekor ayam.
Semua ayam dipuasakan pakan (air minum tetap diberikan) selama 16 jam dan
ditempatkan dalam kandang metabolis (”individual cage”). Selanjutnya dedak padi yang
sudah mengalami fermentasi dimasukkan secara hati-hati dengan bantuan tangan dan slang
air. Banyaknya pakan yang diberikan, terlebih dahulu ditimbang sebanyak 50 gram.
8
Kotoran yang keluar ditampung selama 6 jam setelah ayam makan, selanjutnya di oven
untuk menentukan berat keringnya.
Analisis Data
Analisis data dari isolate khamir Saccharomyces spp yang meliputi uji suhu, pH,
kolesterol, garam empedu, dan CMC-ase dilakukan dengan metode deskriptif. Untuk
menentukan apakah suatu kultur dapat tumbuh pada berbagai suhu kriterianya adalah
melihat kekeruhannya. Untuk menentukan apakah kultur dapat tumbuh pada berbagai pH
tertentu dengan pH meter. Untuk menentukan kemampuan dalam mendeskonyugasi
kolesterol menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. (Sujaya et
al.,2008). Data yang diperoleh di analisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat
perbedaan yang nyata (P<0,05) di antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak
berganda dari Duncan (Steel and Torrie, l989).
HASIL
Isolasi Saccharomyces spp dari Colon Ayam Kampung
Pada penelitian ini, sebanyak 13 isolat kamir (Saccharomyces spp.) berhasil
diisolasi dengan menggunakan medium PDA. Semua isolat mempunyai bentuk oval dan
tidak motil (tidak mampu bergerak secara aktif). Semua khamir isolat colon ayam
kampung mempunyai kemampuan menghasilkan enzim katalase yang ditandai oleh
terbentuknya gelembung-gelembung gas setelah koloni khamir ini ditetesi dengan
beberapa tetes larutan H2O2. Pada uji fermentasi glukosa, semua isolat mempunyai
kemampuan memfermentasi gula dengan menghasilkan gas pada medium yang
ditambahkan glukosa. Karakteristik yang ditunjukkan oleh semua isolate khamir
Saccharomyces spp yang diisolasi dari colon ayam kampung sesuai dengan yang
dilaporkan oleh Pratidina et al. ( 2008).
Gas yang terbentuk pada uji fermentasi glukosa oleh sel kamir adalah CO2 (Anon.,
2012), dan gas ini merupakan produk sampingan dari fermentasi gula oleh khamir untuk
membentuk etanol (C2H5OH). Kemampuan produksi gas CO2 ini membuat kelompok
khamir, khususnya Saccharomyces spp banyak dipakai sebagai agent pengembang dalam
proses pembuatan adonan roti. Sebagian besar khamir yang dipakai dalam proses
pembuatan roti adalah species-species yang sama dengan yang dipakai dalam proses
fermentasi minuman beralkohol (Anon., 2011).
9
Uji Terhadap Suhu
Dalam uji suhu, tiga puluh sembilan isolat khamir Saccharomyces spp yang telah
dibiakan dalam cairan nutrient broth masing-masing 13 isolat disimpan pada suhu 100C; 13
isolat disimpan pada suhu 370C, dan 13 isolat disimpan pada suhu 450C selama kurang
lebih 24 jam.
Tabel 1. Uji Saccharomyces spp isolate colon ayam kampung terhadap suhu dan asam
Kode
Isolat
Sc.
Mo-
ti-
lasi
Uji Isolat Sc terhadap
Suhu
Uji Isolat Sc terhadap
Asam
Jml Coloni setelah
Uji pH (cfu)
100C 370C 450C pH
1,5
pH
3,0
pH
4,5
pH
6,0
pH
1,5
pH
3,0
pH
4,5
pH
4,5
Gb1 + + + - + + + + 92 - 13 -
Gb2 + + + - + + - - - - - -
Gb3 + + + + + + - + 204 - 16 5
Gb4 + + + + + + + - 42 67 - -
Gb5 + + + + + + + + 98 206 67 28
Gb6 + + + + + + + + 75 139 21 19
Gb7 + + + + + + + + 87 175 42 12
Gb8 + + + + + + + - 62 16 - -
Gb9 + + + + + + + + 152 170 75 35
Gb10 + + + + + + + + 92 108 29 19
Gb11 + + + + + + + + 88 97 34 7
Gb12 - + + + + + + + 59 - 9 -
Gb13 - + + + - + + - - 7 - -
Keterangan: Kode isolat Gb1 s/d Gb13 adalah khamir Saccharomyces spp isolat colon ayam kampung
Koloni mulai terlihat pada hari ketiga setelah inkubasi. Tabung reaksi yang terlihat
keruh menunjukkan isolat khamir Saccharomyces spp tahan hidup pada suhu tersebut
(positif). Sebaliknya, bila terlihat bening, menunjukkan isolat khamir Saccharomyces spp
tersebut tidak tahan hidup pada suhu tersebut.
Uji Terhadap pH
Tabel 1 memperlihatkan hasil uji ke tiga belas isolat khamir Saccharomyces spp
colon ayam kampung terhadap berbagai level pH, yaitu pH 1,5; 3,0; 4,5; dan 6,0. Variasi
pH yang digunakan adalah variasi kondisi pH yang ada pada saluran pencernaan ternak
unggas, yaitu berkisar antara pH 1,5 - 6,0.
Hasil uji menunjukkan bahwa tidak semua isolat khamir Saccharomyces spp colon
ayam kampung mampu hidup terhadap berbagai kondisi pH yang diujikan. Pada Table 1
terlihat isolate khamir Saccharomyces spp.Gb2 tidak tahan hidup pada berbagai kondisi
pH yang dicobakan. Demikian juga halnya dengan isolat khamir Saccharomyces spp.Gb13
tidak tahan hidup pada kondisi pH yang asam (pH 1,5). Dari Tabel 1 tersebut, ternyata
isolat khamir Saccharomyces spp. yang lolos sampai ketingkat uji pH adalah sebanyak
10
enam isolat, yaitu isolat khamir Saccharomyces spp.Gb5, Gb6; Gb7; Gb9, Gb10; dan
Gb11. Ada kecendrungan semakin tinggi pH, terutama pada pH 6, sebagian besar isolat
mengalami penurunan jumlah koloni yang hidup. Koloni saccharomyces spp tumbuh
dengan baik pada pH 1,5 – 3,0. Selanjutnya ke enam isolat tersebut dilanjutkan dengan uji
kemampuan tumbuh pada garam empedu.
Kemampuan khamir bertahan pada lingkungan pH yang sangat rendah (pH 1,5) erat
kaitannya dengan kemampuan mikroba tersebut dalam mempertahankan pH internalnya
supaya selalu lebih tinggi daripada pH lingkungan sekitarnya. Mekanisme isolat khamir
yang diperoleh pada penelitian ini (Tabel 1) untuk mempertahankan pH internal yang
selalu lebih tinggi daripada pH eksternalnya, sangat erat kaitannya dengan aktivitas enzim
ATP-ase yang berfungsi untuk mentranslokasi proton dari dalam sel keluar sel (Chou and
Weimer, 1999). Dalam melakukan proses ini, enzim ATP-ase akan menggunakan energi
yang dihasilkan dari proses hidrolisis ATP (energi seluler yang dimiliki sel), sehingga
enzim ini akan mampu memindahkan proton (ion H+) keluar selnya. Dengan kemampuan
seperti ini, memungkinkan sel khamir dapat hidup pada lingkungan yang pH nya sangat
rendah (Ariwati, 2012).
Uji Kemampuan Tumbuh isolat Saccharomyces spp Colon Ayam Kampung pada
Garam Empedu
Kandidat probiotik (ke enam isolate terpilih) yang telah lolos uji suhu dan berbagai
level pH, selanjutnya diujikan lagi kemampuan hidupnya pada berbagai level garam
empedu. Hal ini penting, karena salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh calon probiotik
sebelum dikembangkan menjadi kandidat probiotik potensial adalah uji kemampuan isolate
probiotik tersebut hidup pada lingkungan yang mengandung asam/garam empedu. Dalam
perjalanannya menuju kolon, probiotik harus dapat melewati beberapa penghalang atau
lingkungan ekstrim disepanjang saluran pencernaan ternak unggas. Probiotik akan
berhadapan dengan lingkungan dalam usus halus, dimana di dalamnya terdapat bile atau
garam empedu yang dilepas oleh hati melalui kandung empedu, setelah berhasil melewati
kondisi asam di lambung. Oleh karena itu, dalam proses pengembangan probiotik baru,
calon probiotik baru harus mampu melewati uji ketahanan terhadap bile atau garam
empedu yang dilakukan secara in vitro. Dalam uji ini, kandidat probiotik diinkubasi pada
medium GYP yang ditambahkan dengan NaDC pada konsentrasi yang bervariasi (0.2; 0.4;
dan 0.6 mM). Konsentrasi-konsentrasi tersebut secara berturutan adalah merupakan
11
konsentrasi NaDC pada orang normal, calon penderita kanker, dan penderita kanker
(Dawson, 1998).
Tabel 2. Ketahanan isolate Saccharomyces spp. colon ayam kampung terhadap garam
empedu
Kode Indikasi Pertumbuhan Isolat Saccharomyces spp (Absorbansi)
Isolat Kontrol NaDC 0,2 mM NaDC 0,4 mM NaDC 0,6 mM
Gb5 ++ (0,992) ++ (0,892) +++ (1,093) ++(0,525)
Gb6 ++ (0,735) ++ (0,704) ++ (0,782) + (0,403)
Gb7 ++ (0,906) ++ (0,908) ++ (0,904) +(0,478)
Gb9 ++ (0,972) ++ (0,891) +++ (1,175) ++(0,521)
Gb10 ++ (0,895) ++ (0,793) ++ (0,961) +(0.496)
Gb11 ++ (0,703) ++ (0,807) ++ (0,877) ++(0.517)
Keterangan : - : A<0,1 (tidak tahan NaDC)
+ : A 0,1 – 0,5 (sedikit tahan NaDC)
++ : A 0,5 – 1,0 (tahan NaDC)
+++ : A>1,0 (sangat tahan NaDC)
Tabel 2 menyajikan respon pertumbuhan setiap isolat uji yang ditandai oleh nilai
absorbansi kultur pada panjang gelombang (λ) terhadap NaDC. Enam isolate khamir
Saccharomyces spp. colon ayam kampung ditumbuhkan selama 24 jam pada media GYP
(Glukose Yeast Pepteon) yang ditambahkan NaDC yang konsentrasinya diatur sedemikian
rupa sehingga konsentrasinya mencapai 0,2; 0,4; dan 0,6 mM.
Hasil uji menunjukkan bahwa ke enam khamir uji menunjukkan pertumbuhan yang
baik (dengan nilai absorban antara 0,5-1,0) pada medium yang mengandung NaDC sampai
konsentrasi 0,4 mM. Pada konsentrasi NaDC 0.6 mM, terlihat pertumbuhan isolat khamir
Saccharomyces spp. colon ayam kampung sedikit terhambat (Tabel 2) yang ditandai oleh
menurunnya nilai serapan suspensi kultur dibawah 0,5 unit OD. Toleransi ke enam isolate
khamir yang baik terhadap garam empedu diduga berhubungan erat dengan peranan
enzim-enzim yang mampu mendegradasi garam empedu. Peran enzim pendegradasi
garam empedu, seperti bile salt hydrolase pada bakteri asam laktat pernah dilaporkan oleh
Smet et al. (1995). Enzim ini mampu mengubah kemampuan fisik dan kimia yang dimiliki
oleh garam empedu, sehingga tidak bersifat racun bagi bakteri asam laktat.
Berdasarkan pada sifat resisten yang ditunjukkan oleh ke enam isolat uji
mengindikasikan bahwa strain-strain tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai kandidat probiotik. Apabila terjadi kematian isolat pada lingkungan yang
mengandung NaDC (garam empedu) dalam konsentrasi tertentu, umumnya disebabkan
12
oleh kegagalan isolat tersebut dalam mempertahankan permeabilitas membrannya setelah
terpapar dalam waktu yang cukup lama oleh garam empedu. Dilaporkan oleh Farida
(2006), bahwa kematian sel pada lingkungan yang terpapar NaDC disebabkan oleh
peningkatan aktivitas enzim β-galactosidase terhadap garam empedu, karena aktivitas
yang tinggi dari enzim ini akan membatasi sel untuk mengontrol metabolismenya. Hal ini
akan berakibat terekstraksinya materi-materi intraseluler, seperti sitoplasma dan ribosom,
sehingga sel mengalami lisis dan akhirnya mati.
Uji Aktivitas CMC-ase
Uji CMC ase adalah uji kemampuan isolat Saccharomyces spp colon ayam
kampung dalam mendegradasi serat kasar. Hal ini dapat diukur dari diameter zona bening
yang dihasilkan (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan ternyata ke enam isolate yang di
uji mempunyai kemampuan mendegradasi serat kasar. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
zona bening disekitar isolat. Dari ke enam isolate yang di uji ternyata isolat khamir
Saccharomyces spp.Gb.9 mempunyai zona bening yang paling lebar, sedangkan isolat
khamir Saccharomyces spp.Gb.6 memiliki zona bening paling sedikit. Hal ini berarti
bahwa isolat Saccharomyces spp.Gb.9 mempunyai kemampuan dalam mencerna serat
kasar paling tinggi dibandingkan isolat Saccharomyces spp. lainnya.
Tabel 3. Uji Aktivitas CMC-ase isolat khamir Saccharomyces spp colon ayam kampung
berdasarkan diameter zona bening yang ditimbulkan
Kode Isolat Diameter Zona Bening (Cm)
Gb5 1.97
Gb6 0.75
Gb7 3.19
Gb9 4.69
Gb10 0.82
Gb11 2.37
Keterangan: Gb5-Gb11 adalah isolat Saccharomyces spp yang diisolasi dari colon ayam kampung
Uji Kemampuan Isolat khamir Saccharomyces spp Colon Ayam Meningkatkan
Kualitas Nutrisi Dedak Padi
Isolat Saccharomyces spp colon ayam kampung yang terpilih, yaitu isolate
Saccharomyces spp.Gb7 dan Gb9 yang terbukti telah potensial sebagai probiotik dan
mempunyai aktivitas CMC-ase yang paling tinggi, selanjutnya dipakai sebagai inokulan
fermentasi dedak padi. Hasil uji isolat khamir Saccharomyces spp terpilih (Saccharomyces
13
spp.Gb7 dan Gb9) terhadap nilai cerna dan energi termetabolis dedak padi tersaji pada
Tabel 4.
Koefisien cerna bahan kering (KCBK) dedak padi yang terfermentasi dengan
menggunakan inokulan isolat Saccharomyces spp.Gb7 dan Gb9 colon ayam kampung
meningkat nyata (P<0,05) lebih tinggi masing-masing: 8,99% dan 9,02% daripada dedak
padi tanpa terfermentasi.
Tabel 4. Koefisien cerna dan energi termetabolis dedak padi dengan dan tanpa fermentasi
oleh isolat Saccharomyces spp. kolon ayam kampung (% Bahan Kering)
Variabel Dedak Padi SEM1)
Tidak terfermen-
tasi/kontrol
Terfermentasi
dg isolat Sc.Gb7
Terfermentasi
dg isolat Sc.Gb9
Koef. Cerna Bahan Kering (%) 30.81b 33.58a 33.59a 0.801
Koef. Cerna Bahan Organik(%) 31.74b 34.26a 34.62a 0.703
Koef. Cerna Protein (%) 40.72b 50,85a 50,37a 2.096
Koef. Cerna Serat Kasar (%) 20,79b 25,28a 25,06a 1,179
Energi termetabolis (kkal/kg) 1703,61b 1973,92a 1965,82a 57,905
Keterangan:
1. Standart Error of the treatments means
2. Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Koefisien cerna bahan organik (KCBO) dedak padi yang terfermentasi dengan
menggunakan inokulan isolat Saccharomyces spp.Gb7 dan Gb9 colon ayam kampung
meningkat nyata (P<0,05) lebih tinggi masing-masing: 7,94% dan 9,07% daripada dedak
padi tanpa terfermentasi.
Koefisien cerna protein kasar dedak padi yang terfermentasi dengan menggunakan
inokulan isolat Saccharomyces spp. Saccharomyces spp.Gb7 dan Gb9 colon ayam
kampung menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Koefisien cerna protein kasar
dedak padi yang terfermentasi dengan menggunakan inokulan isolat Saccharomyces
spp.Gb7 dan Gb9 colon ayam kampung meningkat nyata (P<0,05) masing-masing:
24,88% dan 23,70% lebih tinggi daripada kontrol.
Fermentasi dedak padi dengan menggunakan inokulan isolat Saccharomyces
spp.Gb7 dan Gb9 colon ayam kampung secara nyata (P<0,05) meningkatkan kecernaan
serat kasar dedak padi masing-masing: 21,60% dan 20,54% lebih tinggi dibandingkan
dengan dedak padi tanpa terfermentasi.
14
Fermentasi dedak padi dengan menggunakan inokulan isolat Saccharomyces
spp.Gb7 dan Gb9 secara nyata (P<0,05) meningkatkan kandungan energi termetabolis
dedak padi masing-masing: 15,87% dan 15,39% lebih tinggi daripada kandungan energi
termetabolis dedak padi tanpa fermentasi (kontrol).
PEMBAHASAN
Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa dari beberapa sampel colon
ayam kampung, berhasil diisolasi 13 jenis isolate Saccharomyces sp (Sc). Pada hari ketiga
inkubasi pada temperatur 390C dalam media agar roll tube, koloni mulai nampak jelas.
Zona bening disekeliling koloni sebagai ciri khas khamir Saccharomyces spp. tidak tampak
nyata meskipun dapat dibedakan dengan koloni jenis lain. Koloni mulai tampak jelas pada
hari ketujuh inkubasi. Koloni berbentuk bulat dengan diameter antara satu sampai dua
milimiter, warna krem atau putih kecokelatan, dan tidak tembus pandang. Isolat
Saccharomyces spp. adalah yang membentuk koloni dengan zona jernih, sel berbentuk
batang, uji katalase negatif, dan pengecetatan Gram positif. Hasil pengamatan secara
morfologis menunjukkan, ternyata khamir Saccharomyces spp yang diisolasi dari colon
ayam kampung mempunyai bentuk oval berwarna putih.
Hasil pengujian ke tiga belas isolat khamir Saccharomyces spp yang diisolasi dari
colon ayam kampung pada berbagai suhu, menunjukkan hasil yang beragam. Isolat khamir
Saccharomyces spp.Gb1 dan Gb2 tahan hidup pada suhu 100C dan 370C, tetapi tidak tahan
hidup pada suhu 450C. Sebaliknya, isolate Gb12 sampai Gb13 tidak tahan hidup pada suhu
100C. Beberapa kelebihan Saccharomyces dalam proses fermentasi, yaitu mikroorganisme
ini cepat berkembang biak, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan
cepat mengadakan adaptasi. Menurut Ahmad (2005), suhu lingkungan yang optimum
untuk pertumbuhan khamir adalah 25-30oC dan suhu maksimum 35-47oC.
Ketahanan Saccharomyces spp. terhadap pH rendah merupakan salah satu
karakteristik yang diperlukan atau harus dipenuhi oleh kandidat probiotik agar dapat
dikembangkan menjadi probiotik potensial. Menurut Ahmad (2005), suhu lingkungan
yang optimum untuk pertumbuhan khamir adalah 25-30oC dan suhu maksimum 35-47oC.
Secara umum, bakteri probiotik mampu hidup di dalam saluran pencernaan ternak
unggas dan bermutualisme dengan tubuh inangnya pada pH antara 2-4. Mikroba probiotik
tidak mengakibatkan hal yang negatif pada tubuh inang, tidak patogen, umumnya tidak
15
membentuk spora, saccharolytic, anaerob, tidak mengganggu ekosistem tubuh, serta hidup
dan tumbuh didalam usus (Fuller, 1989).
Uji aktivitas enzim CMC-ase (endo-1,4-b-glukonase) adalah ditunjukkan oleh ada
tidaknya zona bening disekeliling koloni isolat yang diuji. Semakin lebar zona bening yang
ditunjukkan oleh isolat yang di uji, menunjukkan bahwa isolat khamir tersebut mempunyai
aktivitas enzim selulase ekstraseluler kuat. Besar kecilnya zona bening dan jelas tidaknya
zona bening, merupakan indikator kemampuan mikroba tersebut untuk merombak selulosa,
demikian juga cepat dan lambatnya timbul zona bening tersebut (Van Devoorde dan
Verstraete, 1987). Khamir selulolitik mampu memproduksi enzim endo 1,4 b-glukonase,
ekso 1,4 b-glukonase, dan beta-glukosidase yang dapat mendegradasi komponen serat
kasar menjadi karbohidrat terlarut (Wainwright, 2002).
Fermentasi dedak padi dengan kultur isolat Saccharomyces spp.Gb7 dan Gb9
ternyata dapat meningkatkan biomassa mikroba, sehingga kandungan protein kasar dedak
padi meningkat (Bidura et al., 2012; Sutama, 2008). Dilaporkan juga bahwa keberhasilan
proses fermentasi dipengaruhi oleh jenis dan jumlah mikroba yang digunakan, jenis
substrat, pH, dan suhu selama proses fermentasi. Biomassa merupakan wujud massa dari
hasil proses biologis dari mikroorganisme. Jaelani et al. (2008) melaporkan bahwa
fermentasi bahan pakan dengan Trichoderma reesei dapat meningkatkan kandungan
energi, total gula terlarut pakan, dan kandungan protein kasar. Meningkatkan kandungan
energi dedak padi terfermentasi tersebut disebabkan karena pembentukan gula yang berasal
dari pemecahan serat kasar.
Biofermentasi dedak padi dengan khamir akan dapat melunakkan dan memecah
dinding serat dedak padi dan khamir mampu melepaskan pita-pita serat mikrofibrilnya,
sehingga struktur serat dedak padi menjadi rapuh dan lebih terbuka. Khamir tersebut
bekerja secara bertahap dalam memecah komponen dinding sel. Melalui benang fibril
hifanya, khamir mengeluarkan enzim peroksidase ekstraseluler. Enzim peroksidase
ekstraseluler tersebut bekerja secara aktif pada aktivitas lignolisis, sehingga ikatan
lignoselulosa putus, dan fraksi lignin terurai menjadi CO2. Chen et al. (2005) melaporkan
bahwa penambahan 0.20% complex probiotik (L. acidophilus and S. cerivisae) dalam
ransum nyata dapat meningkatkan kecernaan bahan kering pakan. Biofermentasi dengan
menggunakan jasa mikroba dapat meningkatkan kecernaan zat makanan pakan (Arsyad et
al., 2001; Bidura dan Suastina, 2002). Hong et al. (2004) melaporkan bahwa fermentasi
pakan dengan menggunakan Aspergilus oryzae nyata meningkatkan kecernaan bahan
16
kering dan protein kasar pakan. Sabini et al. (2000) melaporkan bahwa kapang T. reesei
mampu mendegradasi polisakarida mannan menjadi mannotriosa, mannobiosa, dan
monnosa. Menurut Jaelani et al. (2008), fermentasi bungkil inti sawit nyata dapat
meningkatkan kandungan protein kasar bungkil inti sawit dibandingkan dengan tanpa
fermentasi.
Utama (2011), melaporkan bahwa pemberian khamir S. cerevisiae dalam pakan
dapat meningkatkan kecernaan protein dan komponen serat kasar, seperti selulosa dan
hemiselulosa, karena sudah dirombak dalam bentuk monosakarida sederhana. Dilaporkan
oleh Bidura et al. (2014), bahwa penggunaan isolate khamir Saccharomyces spp yang
diisolasi dari colon sapi Bali dalam proses fermentasi pollard nyata dapat meningkatkan
kecernaan bahan kering, bahan organik, protein, dan serat kasar pollard, serta secara nyata
dapat meningkatkan kandungan energi termetabolis pollard. Hal senada dilaporkan oleh
Candrawati et al. (2014), bahwa penggunaan isolate Saccharomyces spp yang diisolasi dari
feses sapi Bali dalam proses fermentasi dedak padi, nyata dapat meningkatkan kecernaan
bahan kering, bahan organik, dan serat kasar dedak padi, serta secara nyata dapat
meningkatkan kandungan energi termetabolis dedak padi.
SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa diperoleh enam isolat khamir Saccharomyces spp. (Gb5;
Gb6; Gb7; Gb9; Gb10; dan Gb11) yang diisolasi dari colon ayam kampung yang potensial
sebagai probiotik dan hanya dua isolate yeng menunjukkan aktivitas CMC-ase yang tinggi,
yaitu isolat khamir Saccharomyces spp.Gb7 dan Gb9. Implementasi isolat Saccharomyces
spp.Gb7 dan Gb9 sebagai inokulan fermentasi dedak padi, nyata dapat meningkatkan
kecernaan bahan bahan kering, bahan organik, protein kasar, serat kasar, serta kandungan
energi termetabolis dedak padi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktorat
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan
Pelaksanaan Penelitian Nomor: 52/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 3 Maret 2015 atas
dana yang diberikan melalui dana penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, sehingga
penelitian dapat dilaksanakan. Ucapan terimakasih disampaikan kepada Sdr. I M. Mudita,
SPt., MSi dan Putu Ariwati, MSi yang telah banyak membantu dalam analisis sampel.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R. Z 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cerevisiae untuk Ternak.
Wartazoa Vol. 15 (1): 49-55
Alimyameen. 2011. Penggunaan Probiotik dan Prebiotik Pada Ternak. Available from:
http://alimyameen. Blogspot. Com/2011/04/penggunaan-probiotik-danprebiotik-
pada-13.html. cited: 25/02/2012
Anonymous. 2011. Apa itu khamir (cited 28 Mei 2012) Available from:
www.sehatcommunitycom/2011/05/apa-itukhamir.html#4xzz1x5vxhRMB.
Anonymous. 2012. Saccharomyces Bersifat Fermentatif Melakukan Fermentasi, yaitu
Memecah Glukosa menjadi Karbondioksida dan Alkohol kuat. (cited 20 mei 2012)
Available from: wikipedia.org/wiki/Saccharomyces-cerevisiae.
Ariwati, N. L.P. 2012. Isolation and Identification of Yeast Saccharomyces spp as Agencia
Probiotics and Prevention of Colon Cancer. Thesis, Department of Animal
Husbandry, Graduate Program, University of Udayana, Denpasar
Arsyad, M., H. Syam, dan R. Islamiyati. 2001. Kandungan Kalsium dan Fosfor Buah
Kakao yang Difermentasi dengan EM-4 pada Berbagai Lama Penyimpanan.
Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Fapet Unhas 2 (1): 1-10.
Bidura, I.G.N.G. 2012. Isolasi, identifikasi dan uji kemampuan khamir Saccharomyces
cerevisiae yang diisolasi dari ragi tape sebagai agensia probiotik dan peningkatan
produktivitas itik Bali. Disertasi, Program Studi Doktor Ilmu Ternak, Program
Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar
Bidura, I.G.N.G. dan I.G.P.B. Suastina. 2002. Pengaruh Suplementasi Ragi Tape Dalam
Ransum terhadap Efisiensi Penggunaan Ransum. Majalah Ilmiah Peternakan 5 (1):
06-11.
Bidura, IGNG., DPMA. Candrawati, and I.B.G. Partama. 2014. Selection of
Saccharomyces spp isolates (isolation from colon beef of Bali cattle) as probiotics
agent and colon cancer prevention and its effect on pollard quality as feed. Journal
of Biological and Chemical Research. July to December Vol. 31 (2): 1043-1047
Bidura, IGNG., I.P. Suyadnya, I.G. Mahardika, I.B.Gaga Partama, I.G.L.Oka dan IG.A.I.
Aryani. 2012. The implementation of Saccharomyces spp.n-2 isolate culture
(isolation from traditional yeast culture) for improving feed quality and
performance of male Bali duckling. Agricultural Science Research Journal. ISSN-
L: 2026-6073. September: Vol. 2 (9): 486-492
Candrawati, DPMA., D.A. Warmadewi and IGNG. Bidura. 2013. Isolasi dan Uji
Kemampuan Khamir Saccharomyces Cerevisiae Dari Feses Sapi Sebagai Agensia
Probiotik Dan Inokulan Pendegradasi Pakan Serat. Laporan Penelitian Hibah
Bersaing, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas
Udayana, Denpasar.
18
Candrawati, DPMA., D.A. Warmadewi and IGNG. Bidura. 2014. Isolation of
Saccharomyces spp from Manure of Beef Bali cattle as a probiotics properties and
has CMC-ase activity to improve nutrient quality of rice bran. Journal of Biological
and Chemical Research. January Vol. 31 (1): 39-52
Chen, Y. H., H. K. Hsu, and J. C. Hsu. 2002. Studies on the fine structure of caeca in
domestic geese. AJAS 15 (7): 1018-1021
Chou, L.S., and B. Weimer. 1999. Isolation and Characterization of Acid and Bile Tolerant
Isolates from Strains of Lactobacillus acidophilus. Journal Dairy Sci. 62: 23-31.
Dawson, P.A. 1998. Bile Secretion and the Enterohepatic Circulation of Bile
Acids.P.1052-1063
Farida, E. 2006. Seleksi Pengujian Bakteri Asam Laktat Kandidat Probiotik Hasil Isolat
Lokal serta Kemampuannya dalam menghambat Sekresi Interleukin-8 Dari Alur
Sel HCT 116. (Tesis) Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Fuller, R. 1989. History and Development of Probiotics, in: Probiotics the Scientific Basis.
Ed.Fuller, R. First Ed. Fuller, R. First Ed London: Chapman and Hall.
Hong, K. J., C. H. Lee, and S. W. Kim. 2004. Aspergillus Oryzae GB-107 Fermentation
Improves Nutritional Quality of Food Soybeans and Feed Soybean Meal. J. Med.
Food. 7: 430
Hood, S.K. and Zottola. 1998. Effect of low on the ability of Lactobacillus acidophilus to
survive and adhere tohuman intedtinal intestinal cell, Journal of Food Science 53:
1514 – 1516.
Hyronimus, B., C. Le Mareec, A.H. Sassi, and A. Deschamps 2000. Acid and Bile
Tolerance of spore-forming Lactic Acid Bacteria. Journal Food Microbiology
Volume 61: 193-197.
Jaelani, A., W.G. Piliang, Suryahadi, dan I. Rahayu. 2008. Hidrolisis bungkil inti sawit
(Elaeis guineensis Jacq) oleh kapang Trichoderma reesei pendegradasi polisakarida
mannan. Animal Production Vol. 10 (1): 42-49
Kanti, A. 2007. Screening yeast Cryptococcus sp cellulolitic. Isolated from garden soil
biology Wamena, Jaya Wijaya, Papua Province. Journal of Biology XI (1): 17-20
Kompiang, I. P. 2002. Effect of Saccaromyces cerevisiae and sea yeast as a feed additive
probiotic on the performance of poultry. JITV. 7 (1): 18-21
Prangdimurti. 2001. Probiotik dan Efek Perlindungan Terhadap Kanker Kolon (Cited
2010 Des, 17) Available from: http://www.rudyct.com.
Pratidina A, Agustin KW, Erni Sofia Murtini. 2008. Isolasi dan Identifikasi Mikrob Dari
Tempe Sorgum Coklat (Sorgum bicolur) Serta Potensinya Dalam Mendegradasi
Pati dan protein . Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 no 2 (Agustus 2008) 95-105.
19
Sabini, E., K.S. Wilson, M. Siika-aho, C. Boisset and H. Chanzy. 2000. Digestion of single
crystals of mannan I by an endo-mannanase from Trichoderma reesei.
EuropeJournal Biochemestry 267:2340-2344
Schrezenmeir, J. And M. de Vrese, 2001. Probiotics, Prebiotics and Symbiotics-
Approaching and Definition. American Journal of Clinical Nutrition 73 : 361S –
364S
Smet, I.D., L. Van Hoorde., M.V. Woestyne., H. Christiaens., and W. Verstraete. 1995.
Significance of Bile Salt Hydrolytic Avtivities of Lactobacilli. Journal Appl
Bacteriol. 79 : 292 -301.
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. l989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd Ed.
McGraw-Hill International Book Co., London.
Sujaya, N., Y. Ramona., N.P. Widarini, N.P. Suriani., N.M.U Dwipayanti., K.A.
Nocianitri., dan N.W. Nursini. 2008. Isolation and characteristics of lactic acid
bacteria Sumbawa horse milk. Veterinary Journal volume 9 March 2008 2: 52-59.
Tjay, T.H. dan Kirana R. 2007. Essential Drugs. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Utama, C. S. N. 2011. Potensi Probiotik Bekatul. Poultry Indonesia. Vol VI, September:
78-80
Van Soest, P. J., J. B. Robertson and B. A. Lewis. 1991. Methods for dietary fibre, neutral
detergent fibre and non-starch polysaccharides in relation to animal nutrition.
J.Dairy Sci. 74:3583-3597
Wahyudi, A. dan L. Hendraningsih. 2007. Probiotics. Concept, Implementation, and
Expectations. Textbook. Faculty of Animal Husbandry and Fisheries, University of
Muhammadiyah Malang
Wahyuni, S. H. S., J. Wahju, D. Sugandi, D. J. Samosir, N. R. Anwar, A. A. Mattjik, dan
B. Tangenjaya. 2008. Implementasi Dedak Padi Terfermentasi Oleh Aspergillus
Ficuum dan Pengaruhnya terhadap Kualitas Ransum Serta Performans Produksi
Ayam Petelur. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis Vol. 33 (4):255-261
Wainwright, M. 2002. An Introduction to Fungal Biotechnology. John Wiley & Sons Ltd.
Baffins Lane, Chichester, West Sussex PO19 IUD, England.