selasa, 20 desember 2011 sepanjang 2011 sarat ... disebut-sebut dalam persidangan korupsi di...

1
SELASA, 20 DESEMBER 2011 5 P OLKAM AKHMAD MUSTAIN J ALAN pemerintahan sepanjang 2011 dipenuhi dengan dusta yang dilakukan oleh para pemangku negara sehingga banyak persoalan yang tidak dapat terselesaikan. “Pengurus Pusat (PP) Mu- hammadiyah melihat dalam ke- hidupan berbangsa dan berne- gara pada 2011 ini penuh dusta. Banyak pendustaan di dalam berbangsa dan bernegara, teru- tama dari para pemangku negara,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsud- din di Jakarta, kemarin. Dia mengatakan itu saat memberi sambutan pada Re- fleksi Akhir Tahun bertema Tahun penuh dusta masihkah ada asa tersisa? yang berlangsung di PP Muhammadiyah. Hadir dalam acara itu di antaranya mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi, Wakil Ketua DPD Laode Ida, dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bakti. Din mencontohkan, bang- sa Indonesia yang besar dan memiliki sumber daya alam yang melimpah, tetapi dijual kepada pengusaha asing. Bah- kan, sengaja direkayasa melalui kebijakan yang koruptif. Din menilai, jika persoalan yang ada tidak dapat diselesai- kan dengan baik, akan menjadi masalah yang semakin kro- nis. “Jalan keluarnya adalah ledakan dahsyat dari koman- dan tertinggi bangsa ini. Tapi sayang big bang itu tidak bisa dilaksanakan, saya khawatir big bang itu datangnya dari bawah,” ujarnya. Hasyim Muzadi menilai, pada situasi saat ini terjadi keterbalikan paradigma. “Da- lam bidang hukum, banyak sarjana hukum yang menda- patkan hukuman. Hal itu di- sebabkan karena tidak adanya ‘fakultas’ keadilan. Mereka justru menjual beli hukum,” katanya. Politik kata-kata Berdasarkan laporan akhir ta- hun 2011 dari hasil pemantauan Setara Institute, Ketua Badan Pekerja Setara Institute Hen- dardi menegaskan kebebasan beragama dan berkeyakinan belum mendapatkan jaminan utuh dari negara. “Kondisi sekarang tidak lebih baik dari tahun sebe- lumnya. Susilo Bambang Yu- dhoyono hanya melemparkan pernyataan. Kata-kata yang meluncur deras, pencitraan lebih dimunculkan, dibanding kesungguhan untuk mewujud- kan toleransi,” ungkap Hen- dardi. Hendardi menyebutkan, selama 2011 terdapat 19 pernyataan tentang toleransi dari Presiden Yudhoyono. Na- mun, kenyataannya pelang- garan tetap tinggi. “Presiden lebih mempresentasikan politik kata-kata dibandingkan bertin- dak,” katanya. Wakil Ketua BP Setara In- stitute Bonar Tigor Naipospos mengatakan kasus yang menon- jol selama 2011 di antaranya pe- nyerangan Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Ban- ten dan pembakaran gereja di Temanggung, Jawa Tengah. Naipospos menambahkan, pelanggaran terhadap kebe- basan agama dalam lima tahun terus tinggi. Pada 2007 pelang- garan kebebasan beragama mencapai 135 peristiwa, pada 2008 menjadi 265 peristiwa. Pada 2009, pelanggaran yang terjadi turun menjadi 200 pe- ristiwa, namun pada 2010 men- jadi 216 peristiwa, dan pada 2011 menjadi 244 peristiwa. (Ant/P-1) [email protected] Sepanjang 2011 Sarat Dusta Penyelesaian masalah bangsa menanti big bang dari komandan tertinggi bangsa. Nama Tamsil kembali Disebut Nunun Mendekam lagi di Rutan Pondok Bambu Kasus Mesuji Buah Kelambanan Pemda NAMA Wakil Ketua Badan Anggaran DPR Tamsil Linrung kembali disebut-sebut dalam persidangan korupsi di Kemen- terian Tenaga Kerja dan Trans- migrasi (Kemenakertrans). Dalam persidangan dugaan kasus suap pencairan dana percepatan pembangunan in- frastruktur daerah (PPID) di Kemenakertrans di Pengadilan Tipikor Jakarta, kemarin, man- tan Dirjen Pembinaan Pengem- bangan Masyarakat dan Ka- wasan Transmigrasi (P2MKT) Djoko Sidiq Pramono mengaku sempat diminta untuk memberi penjelasan terkait proyek kota terpadu mandiri (KTM) oleh Tamsil Linrung. Djoko memberi keterangan dalam persidangan dengan terdakwa Sesditjen Pembi- naan Pembangunan Kawasan Transmigrasi (P2KT) I Nyoman Suisnaya. Djoko menuturkan peristiwa itu berawal dari kedatangan Ali Mudhori yang memberitahu- kan dana APBN-P 2011 men- galokasikan anggaran proyek KTM sebesar Rp1 triliun. Ke- mudian ia diminta untuk mem- berikan paparan proyek KTM di hadapan Wakil Ketua Bang- gar DPR Tamsil Linrung. “Suatu hari dia datang lagi dengan Sindu Malik. Saya di- minta memberikan penjelasan di depan Tamsil Linrung,” kata Djoko. Menurutnya, kemudian penjelasan tersebut disampai- kannya kepada Tamsil dalam sebuah pertemuan yang ber- langsung sekitar 45 menit di sebuah hotel. “Ada Tamsil Linrung, Sindu Malik, Acos (Is- kandar Pasojo), dan beberapa orang yang tidak saya kenal,” imbuhnya. Ia juga mengaku sempat dihubungi Tamsil Linrung. Menurutnya, Tamsil sempat memintanya untuk memberi- kan penjelasan terkait proyek KTM kepada Dirjen Perimban- gan Keuangan Kemenkeu. “Saya pernah ditelepon oleh Pak Tamsil Linrung. Pak Tamsil sedang di Puncak membahas anggaran. Saya tidak tahu per- masalahannya apa, dia minta saya jelaskan mengenai KTM kepada Dirjen Perimbangan Keuangan,” paparnya. Lalu, dia menemui seorang direktur di Ditjen Perimbangan Keuangan. Namun, ia mem- bantah pertemuan tersebut dilakukan guna membicarakan alokasi anggaran sebesar Rp500 miliar terkait proyek PPID bi- dang transmigrasi. Djoko mengaku tidak menge- tahui pasti maksud Tamsil Linrung untuk meminta pen- jelasan KTM. Menurutnya, hal itu dilakukan karena Tamsil in- gin memberikan dana APBN-P untuk proyek KTM. Tamsil Linrung yang di- jadwalkan memberikan ket- erangan sebagai saksi, justru tidak hadir tanpa keterangan. Menurut jaksa Zet Tadung Allo, pihaknya tidak menerima pem- beritahuan perihal ketidakhad- iran tersebut. (*/P-1) KOMISI Pemberantasan Korup- si (KPK), kemarin, mencabut izin pembantaran terhadap tersangka kasus cek pelawat Nunun Nurbaeti. Menurut juru bicara KPK Johan Budi, kondisi kesehatan Nunun terus membaik se- hingga dikembalikan ke Rutan Pondok Bambu dan sudah bisa menjalani pemeriksaan KPK. “Tadi dilakukan pembahasan berkaitan dengan hasil yang sudah dilakukan oleh dokter Rumah Sakit Polri, dan memu- tuskan untuk mencabut pem- bantaran. Kita bantar sepekan lalu, dan tadi sudah ada hasil- nya, jadi dicabut pembantaran- nya,” ujar Johan di Gedung KPK Jakarta, kemarin. “Langkah selanjutnya, ka- rena ini membaik, kita akan kembalikan ke Rutan Pondok Bambu. Selanjutnya kita juga akan lakukan pemeriksaan kembali. Waktunya belum tahu,” tegasnya. Ia menjelaskan, berdasarkan pernyataan dokter, Nunun bisa diambil kembali oleh KPK dan tidak perlu dirawat inap. “Jadi kesimpulannya tadi, Ibu Nunun sudah bisa diambil, sudah tidak perlu rawat inap,” jelasnya. Kemarin, Nunun akhirnya dibawa oleh penyidik KPK dari RS Polri ke Rutan Pondok Bam- bu. Sebuah mobil Kijang berno- mor polisi B 8420 WU membawa pergi Nunun pada pukul 17.45 WIB dari rumah sakit. Saat menuju ke kendaraan yang akan membawanya, Nu- nun harus dibopong oleh se- jumlah petugas Brimob dan penyidik KPK. Sepanjang per- jalanan, ia terus menutupi se- bagian besar wajahnya dengan sehelai syal cokelat. Ia juga mengenakan kacamata hitam untuk menutupi matanya. Tanpa mau menjawab per- tanyaan wartawan yang ber- tubi-tubi, Nunun langsung masuk ke mobil yang sudah menunggunya. “Kita harap Ibu Nunun bisa segera memberikan keterangan berkaitan dengan kasus cek pelawat ke anggota DPR,” kata Johan. Ia menambahkan, KPK hingga kini masih belum bisa memastikan status Miranda Goeltom. (*/P-2) KOMISI Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mem- bantah jika disebut lamban da- lam menangani kasus perebut- an lahan dan pembantaian di Kabupaten Mesuji, Lampung, dan Kecamatan Mesuji, Ka- bupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. Menurut Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim, kasus pe- langgaran HAM di Mesuji itu telah menjadi perhatian Kom- nas HAM sejak mulai bergulir November 2010 silam. “Kami bahkan telah mem- berikan rekomendasi kepada kapolda dan pemda terkait ke- kerasan yang dilakukan aparat di Mesuji. Namun, polda hanya memberikan hukuman terkait pelanggaran etik, tidak sampai pada pidana,” kata Ifdhal saat ditemui di Gedung Komnas HAM Jakarta, kemarin. Mencuatnya kasus itu, sam- bungnya, juga tidak lepas dari lambannya pemda dalam merespons rekomendasi yang sudah dikeluarkan Komnas HAM. “Ini kan kasus sengketa lahan, yakni terjadi penyerobot- an tanah adat oleh perusahaan- perusahaan sawit. Harusnya pemda segera menanganinya dan memberikan solusi yang jelas. Namun, hingga kini be- lum ada tindak lanjut dan lang- kah preventif. Akibatnya kasus itu muncul lagi dan meledak di masyarakat,” ujarnya. Sementara itu, di DPR, Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menilai bentrok dan pembantaian di Mesuji menunjukkan ketidakhadiran negara. “Bentrok terus terjadi karena negara tidak pernah hadir di sana untuk membela kepentingan rakyatnya,” kata politikus PDIP itu. Ia mengingatkan, pemer- intah tidak perlu mendebat dan meng alihkan perhatian masalah soal keabsahan pe- menggalan dalam video yang sudah beredar di publik. Ka- rena masalah utamanya adalah konik tanah antara rakyat dan pengusaha berkantong tebal yang dibekingi aparat resmi. “Ini justru membiarkan aparat bertindak sewenang- wenang dengan kekerasannya yang menimbulkan belasan korban,” keluhnya. Ia menilai, pembentukan tim gabungan pencari fakta oleh pemerintah tidak akan efektif. “Karena anggotanya seperti polisi terlibat di dalam- nya. Seharusnya bentuk saja tim investigasi independen dengan Komnas HAM sebagai penjurunya.” (*/Wta/P-2) Saya tidak tahu permasalahannya apa, dia minta saya jelaskan mengenai KTM kepada Dirjen Perimbangan Keuangan.” Djoko Sidiq Pramono Mantan Dirjen P2MKT Kemenakertrans MI/SUSANTO Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM REFLEKSI AKHIR TAHUN: Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin (kanan) berbincang dengan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi (tengah) dan Wakil Ketua DPD Laode Ida dalam refleksi akhir tahun di Jakarta, kemarin. Refleksi akhir tahun tersebut mengambil tema Tahun penuh dusta masihkah ada asa tersisa?. ANTARA/WIDODO S. JUSUF

Upload: lamkiet

Post on 05-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SELASA, 20 DESEMBER 2011 5POLKAM

AKHMAD MUSTAIN

JALAN pemerintahan sepanjang 2011 dipenuhi dengan dusta yang dilakukan oleh para

pemangku negara sehingga banyak persoalan yang tidak dapat terselesaikan.

“Pengurus Pusat (PP) Mu-hammadiyah melihat dalam ke-hidupan berbangsa dan berne-gara pada 2011 ini penuh dusta. Banyak pendustaan di dalam berbangsa dan bernegara, teru-tama dari para pemangku negara,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsud-din di Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan itu saat memberi sambutan pada Re-fleksi Akhir Tahun bertema Tahun penuh dusta masihkah ada asa tersisa? yang berlangsung di PP Muhammadiyah. Hadir dalam acara itu di antaranya mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi, Wakil Ketua DPD Laode Ida, dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bakti.

Din mencontohkan, bang-sa Indonesia yang besar dan memiliki sumber daya alam yang melimpah, tetapi dijual kepada pengusaha asing. Bah-kan, sengaja direkayasa melalui kebijakan yang koruptif.

Din menilai, jika persoalan yang ada tidak dapat diselesai-kan dengan baik, akan menjadi masalah yang semakin kro-

nis. “Jalan keluarnya adalah ledakan dahsyat dari koman-dan tertinggi bangsa ini. Tapi sayang big bang itu tidak bisa dilaksanakan, saya khawatir big bang itu datangnya dari bawah,” ujarnya.

Hasyim Muzadi menilai, pada situasi saat ini terjadi keterbalikan paradigma. “Da-lam bidang hukum, banyak sarjana hukum yang menda-patkan hukuman. Hal itu di-sebabkan karena tidak adanya ‘fakultas’ keadilan. Mereka justru menjual beli hukum,” katanya.

Politik kata-kataBerdasarkan laporan akhir ta-

hun 2011 dari hasil pemantauan Setara Institute, Ketua Badan Pekerja Setara Institute Hen-dardi menegaskan kebebasan beragama dan berkeyakinan belum mendapatkan jaminan utuh dari negara.

“Kondisi sekarang tidak lebih baik dari tahun sebe-lumnya. Susilo Bambang Yu-dhoyono hanya melemparkan pernyataan. Kata-kata yang meluncur deras, pencitraan lebih dimunculkan, dibanding kesungguhan untuk mewujud-

kan toleransi,” ungkap Hen-dardi.

Hendardi menyebutkan, se lama 2011 terdapat 19 pernyataan tentang toleransi dari Presiden Yudhoyono. Na-mun, kenyataannya pelang-garan tetap tinggi. “Presiden lebih mempresentasikan politik kata-kata dibandingkan bertin-dak,” katanya.

Wakil Ketua BP Setara In-stitute Bonar Tigor Naipospos mengatakan kasus yang menon-jol selama 2011 di antaranya pe-nyerangan Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Ban-

ten dan pembakaran gereja di Temanggung, Jawa Tengah.

Naipospos menambahkan, pelanggaran terhadap kebe-basan agama dalam lima tahun terus tinggi. Pada 2007 pelang-garan kebebasan beragama mencapai 135 peristiwa, pada 2008 menjadi 265 peristiwa. Pada 2009, pelanggaran yang terjadi turun menjadi 200 pe-ristiwa, namun pada 2010 men-jadi 216 peristiwa, dan pada 2011 menjadi 244 peristiwa. (Ant/P-1)

[email protected]

Sepanjang 2011 Sarat Dusta Penyelesaian masalah bangsa menanti big bang dari komandan tertinggi bangsa.

Nama Tamsil kembali Disebut

Nunun Mendekam lagi di Rutan Pondok Bambu

Kasus Mesuji Buah Kelambanan Pemda

NAMA Wakil Ketua Badan Anggaran DPR Tamsil Linrung kembali disebut-sebut dalam persidangan korupsi di Kemen-terian Tenaga Kerja dan Trans-migrasi (Kemenakertrans).

Dalam persidangan dugaan kasus suap pencairan dana percepatan pembangunan in-frastruktur daerah (PPID) di Kemenakertrans di Pengadilan Tipikor Jakarta, kemarin, man-tan Dirjen Pembinaan Pengem-bangan Masyarakat dan Ka-wasan Transmigrasi (P2MKT) Djoko Sidiq Pramono mengaku sempat diminta untuk memberi penjelasan terkait proyek kota terpadu mandiri (KTM) oleh Tamsil Linrung.

Djoko memberi keterangan dalam persidangan dengan terdakwa Sesditjen Pembi-naan Pembangunan Kawasan Transmigrasi (P2KT) I Nyoman Suisnaya.

Djoko menuturkan peristiwa itu berawal dari kedatangan Ali Mudhori yang memberitahu-kan dana APBN-P 2011 men-galokasikan anggaran proyek KTM sebesar Rp1 triliun. Ke-mudian ia diminta untuk mem-berikan paparan proyek KTM di hadapan Wakil Ketua Bang-gar DPR Tamsil Linrung.

“Suatu hari dia datang lagi dengan Sindu Malik. Saya di-minta memberikan penjelasan di depan Tamsil Linrung,” kata Djoko.

Menurutnya, kemudian penjelasan tersebut disampai-kannya kepada Tamsil dalam sebuah pertemuan yang ber-langsung sekitar 45 menit di sebuah hotel. “Ada Tamsil Linrung, Sindu Malik, Acos (Is-kandar Pasojo), dan beberapa orang yang tidak saya kenal,” imbuhnya.

Ia juga mengaku sempat

dihubungi Tamsil Linrung. Menurutnya, Tamsil sempat memintanya untuk memberi-kan penjelasan terkait proyek KTM kepada Dirjen Perimban-gan Keuangan Kemenkeu.

“Saya pernah ditelepon oleh Pak Tamsil Linrung. Pak Tamsil sedang di Puncak membahas anggaran. Saya tidak tahu per-masalahannya apa, dia minta saya jelaskan mengenai KTM kepada Dirjen Perimbangan Keuangan,” paparnya.

Lalu, dia menemui seorang direktur di Ditjen Perimbangan

Keuangan. Namun, ia mem-bantah pertemuan tersebut dilakukan guna membicarakan alokasi anggaran sebesar Rp500 miliar terkait proyek PPID bi-dang transmigrasi.

Djoko mengaku tidak menge-tahui pasti maksud Tamsil Linrung untuk meminta pen-jelasan KTM. Menurutnya, hal itu dilakukan karena Tamsil in-gin memberikan dana APBN-P untuk proyek KTM.

Tamsil Linrung yang di-jadwalkan memberikan ket-erangan sebagai saksi, justru tidak hadir tanpa keterangan. Menurut jaksa Zet Tadung Allo, pihaknya tidak menerima pem-beritahuan perihal ketidakhad-iran tersebut. (*/P-1)

KOMISI Pemberantasan Korup-si (KPK), kemarin, mencabut izin pembantaran terhadap tersangka kasus cek pelawat Nunun Nurbaeti.

Menurut juru bicara KPK Johan Budi, kondisi kesehatan Nunun terus membaik se-hingga dikembalikan ke Rutan Pondok Bambu dan sudah bisa menjalani pemeriksaan KPK.

“Tadi dilakukan pembahasan berkaitan dengan hasil yang sudah dilakukan oleh dokter Rumah Sakit Polri, dan memu-tuskan untuk mencabut pem-bantaran. Kita bantar sepekan lalu, dan tadi sudah ada hasil-nya, jadi dicabut pembantaran-nya,” ujar Johan di Gedung KPK Jakarta, kemarin.

“Langkah selanjutnya, ka-

rena ini membaik, kita akan kembalikan ke Rutan Pondok Bambu. Selanjutnya kita juga akan lakukan pemeriksaan kembali. Waktunya belum tahu,” tegasnya.

Ia menjelaskan, berdasarkan pernyataan dokter, Nunun bisa diambil kembali oleh KPK dan tidak perlu dirawat inap. “Jadi kesimpulannya tadi, Ibu Nunun sudah bisa diambil, sudah tidak perlu rawat inap,” jelasnya.

Kemarin, Nunun akhirnya dibawa oleh penyidik KPK dari RS Polri ke Rutan Pondok Bam-bu. Sebuah mobil Kijang berno-mor polisi B 8420 WU membawa pergi Nunun pada pukul 17.45 WIB dari rumah sakit.

Saat menuju ke kendaraan yang akan membawanya, Nu-

nun harus dibopong oleh se-jumlah petugas Brimob dan penyidik KPK. Sepanjang per-jalanan, ia terus menutupi se-bagian besar wajahnya dengan sehelai syal cokelat. Ia juga mengenakan kacamata hitam untuk menutupi matanya.

Tanpa mau menjawab per-tanyaan wartawan yang ber-tubi-tubi, Nunun langsung masuk ke mobil yang sudah menunggunya.

“Kita harap Ibu Nunun bisa segera memberikan keterangan berkaitan dengan kasus cek pelawat ke anggota DPR,” kata Johan.

Ia menambahkan, KPK hingga kini masih belum bisa memastikan status Miranda Goeltom. (*/P-2)

KOMISI Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mem-bantah jika disebut lamban da-lam menangani kasus perebut-an lahan dan pembantaian di Kabupaten Mesuji, Lampung, dan Kecamatan Mesuji, Ka-bupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.

Menurut Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim, kasus pe-langgaran HAM di Mesuji itu telah menjadi perhatian Kom-nas HAM sejak mulai bergulir November 2010 silam.

“Kami bahkan telah mem-berikan rekomendasi kepada kapolda dan pemda terkait ke-kerasan yang dilakukan aparat di Mesuji. Namun, polda hanya memberikan hukuman terkait pelanggaran etik, tidak sampai pada pidana,” kata Ifdhal saat ditemui di Gedung Komnas HAM Jakarta, kemarin.

Mencuatnya kasus itu, sam-bungnya, juga tidak lepas dari lambannya pemda dalam meres pons rekomendasi yang

sudah dikeluarkan Komnas HAM. “Ini kan kasus sengketa lahan, yakni terjadi penyerobot-an tanah adat oleh perusahaan-perusahaan sawit. Harusnya pemda segera menanganinya dan memberikan solusi yang jelas. Namun, hingga kini be-lum ada tindak lanjut dan lang-kah preventif. Akibatnya kasus itu muncul lagi dan meledak di masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, di DPR, Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menilai bentrok dan pembantaian di Mesuji menunjukkan ketidakhadiran

negara. “Bentrok terus terjadi karena negara tidak pernah hadir di sana untuk membela kepentingan rakyatnya,” kata politikus PDIP itu.

Ia mengingatkan, pemer-intah tidak perlu mendebat dan meng alihkan perhatian masalah soal keabsahan pe-menggalan dalam video yang sudah beredar di publik. Ka-rena masalah utamanya adalah konfl ik tanah antara rakyat dan pengusaha berkantong tebal yang dibe kingi aparat resmi.

“Ini justru membiarkan aparat bertindak sewenang-wenang dengan kekerasannya yang menimbulkan belasan korban,” keluhnya.

Ia menilai, pembentukan tim gabungan pencari fakta oleh pemerintah tidak akan efektif. “Karena anggotanya seperti polisi terlibat di dalam-nya. Seharusnya bentuk saja tim investigasi independen dengan Komnas HAM sebagai penjurunya.” (*/Wta/P-2)

Saya tidak tahu permasalahannya

apa, dia minta saya jelaskan mengenai KTM kepada Dirjen Perimbangan Keuangan.”

Djoko Sidiq PramonoMantan Dirjen P2MKT Kemenakertrans

MI/SUSANTO

Ifdhal KasimKetua Komnas HAM

REFLEKSI AKHIR TAHUN: Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin (kanan) berbincang dengan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi (tengah) dan Wakil Ketua DPD Laode Ida dalam refleksi akhir tahun di Jakarta, kemarin. Refleksi akhir tahun tersebut mengambil tema Tahun penuh dusta masihkah ada asa tersisa?.

ANTARA/WIDODO S. JUSUF