sekilas info edisi 3 tahun ii - bappenas.go.id · gedung madiun lt.5 badan perencanaan pembangunan...
TRANSCRIPT
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Edisi 3 Tahun II, September 2011 Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas
DAFTAR ISI
BAGIAN I - PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
A. Perkembangan Perdagangan Luar Negeri
� Perkembangan Ekspor
� Perkembangan Impor
� Perkembangan Neraca Perdagangan
B. Perkembangan Perdagangan Dalam Negeri
� Indeks Penjualan Ritel
C. Perkembangan Harga Komoditas
� Harga Bahan Pokok Pasar Domestik
� Harga Pasar Internasional
BAGIAN II - PERKEMBANGAN INVESTASI
A. Perkembangan Foreign Direct Investment (FDI)
B. Realisasi PMDN dan PMA Sektor Nonmigas
BAGIAN III – ISU-ISU TERKINI TERKAIT PERDAGANGAN
DAN INVESTASI
A. Isu Perdagangan Terkini
B. Isu Investasi Terkini
BAGIAN IV - PERKEMBANGAN DAYA SAING INDONESIA
� Ease of Doing Business 2011 � IMD World Competitiveness Yearbook 2011
� Global Competitiveness Index 2011-2012
Penanggung Jawab:
Adhi Putra Alfian
Penyunting: Ratna Sri Mawarti Mustikaningsih
Amalia Adininggar Widyasanti Florentinus Krsitiartono
Deasy Damayanti Putri Pane Arianto Christian Hartono
Tim Redaksi:
Imarita Trihanda
Dwi Martini
Yunus Gastanto
Alamat: Gedung Madiun Lt.5
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jalan Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310,
Indonesia
Telepon:
(+6221) 31934267
Email: [email protected]
Kata Pengantar
Menginjak pertengahan tahun 2011, kiranya adalah waktu yang tepat untuk menilai capaian dan kinerja perdagangan dan investasi Indonesia Semester I 2011. Pada edisi ketiga ini, media Sekilas Info memuat berita perkembangan perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi internasional secara ringkas, padat, dan menarik. Masih dalam suasana Lebaran, bersama ini juga segenap tim redaksi, mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin, selamat Idul Fitri 1432H. Kami mohon maaf jika media ini belum memenuhi harapan para pembaca dan kami akan terus berusaha untuk memenuhi harapan para pembaca pada penerbitan-penerbitan selanjutnya.
Salam hangat Jakarta, September 2011
Redaksi
Semua data dan informasi pada media ini
diperoleh/diolah dari berbagai sumber
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional
I. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN A. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI
A.1 Perkembangan Ekspor
Nilai ekspor Indonesia hingga bulan Juli tahun 2011 mencapai US$ 1
36,5 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2010
menurunnya permintaan luar negeri akibat krisis global yang terjadi sepanjang tahun 2009
dipacu oleh peningkatan ekspor migas sebesar 47,4 persen, dan
Sementara itu, ekspor pada bulan Juli 2011 mengalami
sebelumnya. Lebih rendahnya nilai ekspor di bulan Juli dibandingkan dengan bulan sebelumnya
oleh turunnya nilai ekspor nonmigas pada bulan Juli 2011 sebesar 7,93 persen
Hingga bulan Juli 2011, ekspor
produk industri masih menjadi
penyumbang terbesar ekspor
dengan kontribusinya sebesar
60,8 persen, diikuti oleh
komoditas pertambangan (16,4
persen) dan komoditas
pertanian (2,6 persen). Impor
non migas mencakup 79,8
persen dari total ekspor,
sementara migas 20,2 persen.
Jika sektor pertambangan
mencatat pertumbuhan
tertinggi yaitu 35,8 persen
sepanjang tahun 2010, hingga
bulan Juli 2011, ekspor produk
industri terlihat tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan
komoditas pertambangan dan
pertanian, yaitu dengan laju
sebesar 34,9 persen (y-o-y).
Komoditas
2006
Total Ekspor 100.798,6 114.100,9
Migas 21.209,5 22.088,6
Non Migas 79.589,1 92.012,3
Komoditas 2006
Total Ekspor 17,7%
Migas 10,3%
Pertanian 16,8%
Industri 17,0%
Pertambangan 40,8%
Komoditas 2006
Migas 21,0%
Pertanian 3,3%
Industri 64,5%
Pertambangan 11,1%
Sumber: BPS (diolah)
Sepanjang tahun 2010, Jepang
masih menjadi pangsa pasar
ekspor nonmigas Indonesia
terbesar, dengan kontribusi
sebesar 12,7 persen. Sementara
pada tahun yang sama, China
menjadi negara tujuan ekspor
terbesar kedua setelah Jepang,
dengan kontribusi sebesar 10,9
persen. Memasuki pertengahan
tahun 2011, China menyalip
Jepang menjadi negara tujuan
ekspor terbesar Indonesia
dengan 11,8% (diikuti Jepang
dengan 11,3%). Sumber: BPS (diolah)
2008
Pasar Ekspor Lainnya 52,5%
India 6,5%
Cina 7,2%
Singapura 9,4%
Amerika Serikat 11,6%
Jepang 12,8%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pe
rse
nta
se
PANGSA PASAR NEGARA TUJUAN UTAMA EKSPOR
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 1
ERKEMBANGAN PERDAGANGAN
mencapai US$ 116,04 miliar mengalami peningkatan sebesar
tahun 2010, yang masih dalam proses pemulihan seiring
krisis global yang terjadi sepanjang tahun 2009. Peningkatan ini
dan ekspor non migas sebesar 33,1 persen.
i 2011 mengalami penurunan sebesar 5,2 persen dibandingkan bulan
i dibandingkan dengan bulan sebelumnya lebih diakibatkan
turunnya nilai ekspor nonmigas pada bulan Juli 2011 sebesar 7,93 persen.
PERKEMBANGAN EKSPOR
Nilai Ekspor (Juta USD)
2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 10 Jan-Jul 11
114.100,9 137.020,4 116.490,7 157.779,1 85.008,1 116.041,4
22.088,6 29.126,3 19.018,3 28.039,6 15.045,5 23.383,8
92.012,3 107.894,1 97.472,4 129.739,5 69.962,6 92.657,6
Pertumbuhan (y-o-y)
2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 11
13,2% 20,1% -15,0% 35,4% 36,5%
4,1% 31,9% -34,7% 47,4% 55,4%
8,7% 25,3% -4,8% 14,6% 10,2%
17,6% 15,6% -16,9% 33,5% 34,9%
6,2% 25,4% 32,0% 35,8% 28,0%
Kontribusi
2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 2011
19,4% 21,3% 16,3% 17,8% 20,2%
3,2% 3,3% 3,7% 3,2% 2,6%
67,0% 64,5% 63,0% 62,1% 60,8%
10,4% 10,9% 16,9% 16,9% 16,4%
2008 2009 2010 Jan - Jul 2010 Jan - Jul 2011
52,5% 52,1% 51,2% 51,7% 51,5%
6,5% 7,5% 7,6% 7,1% 8,3%
7,2% 9,1% 10,9% 10,0% 11,8%
9,4% 8,2% 7,4% 7,6% 7,1%
11,6% 10,7% 10,3% 10,8% 10,0%
12,8% 12,3% 12,7% 12,9% 11,3%
PANGSA PASAR NEGARA TUJUAN UTAMA EKSPOR
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional
A.2 Perkembangan Impor
Nilai impor Indonesia hingga bulan Juli tahun 2011 mencapai US$
dibanding periode yang sama tahun 2010 yang besarnya US$
impor Indonesia mencapai US$ 16,1 miliar, meningkat 27,2 persen dibandingkan J
Impor migas hingga bulan Juli 2011 meningkat sebesar 51,3
sementara impor non migas meningkat sebesar 27,0 persen (
konsumsi dan bahan baku sebesar masing-masing 35,0% dan 36,0%
Hingga bulan Juli 2011, impor
nonmigas berkontribusi sebesar 79,9
persen dari total impor Indonesia
hingga Bulan Juli 2011, sementara
impor migas berkontribusi sebesar
20,1 persen. Impor bahan baku
masih mendominasi impor Indonesia
Jan-Jul 2011 dengan 75,2 persen dari
total impor nonmigas, diikuti oleh
impor barang modal (17,2 persen),
dan barang konsumsi (7,6 persen).
Impor kelompok bahan baku dan
barang konsumsi hingga bulan Juli
2011 mengalami peningkatan tajam
bila dibandingkan periode yang
sama tahun 2010, menandakan
pulihnya sektor industri domestik
seiring pulihnya tingkat konsumsi
masyarakat dan perekonomian
paska krisis global.
Komoditas
2006
Total Impor 61.065,5
Migas 18.962,9
Non Migas 42.102,6
Komoditas
2006
Total Impor 5,8%
Migas 8,6%
Non Migas 4,6%
Barang Konsumsi 2,5%
Bahan Baku 5,3%
Barang Modal 10,5%
Komoditas
2006
Total Impor 100,0%
Migas 31,1%
Non Migas 68,9%
Barang Konsumsi 7,8%
Bahan Baku 77,2%
Barang Modal 15,0%
Sumber: BPS (diolah)
Hingga bulan Juli 2011, negara-
negara ASEAN masih menjadi asal
impor Indonesia yang terbesar, yaitu
sebesar 22,5 persen.
China menjadi negara asal impor
terbesar kedua dengan kontribusi
sebesar 18,7 persen, diikuti Jepang
dengan 13,6 persen.
Sumber: BPS (diolah)
A.3 Perkembangan Neraca Perdagangan
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia Jan-Jul 2011
dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebesar 9,4 USD miliar
tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009
2010 yang meningkat lebih tinggi dibandingkan peningkatan ekspornya.
surplus tahun 2009 yang mencapai 19,6 USD miliar dan menandai pulihnya perekonomian paska krisis global.
2005
Negara Lainnya 24,0%
Korea Selatan 4,2%
Amerika Serikat 9,5%
China 11,3%
Jepang 17,1%
Uni Eropa 14,4%
ASEAN 19,5%
0,0%
25,0%
50,0%
75,0%
100,0%
Pe
rse
nta
se
PANGSA IMPOR BERDASARKAN NEGARA ASAL
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 2
mencapai US$99,6 miliar atau meningkat 31,9 persen
yang besarnya US$75,6 miliar. Sementara pada bulan Juli 2011, nilai
persen dibandingkan Juli 2010.
3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010,
,0 persen (yang dipicu oleh kenaikan nilai ekspor barang
masing 35,0% dan 36,0%)
PERKEMBANGAN IMPOR
NILAI IMPOR (Juta USD)
2006 2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 10 Jan-Jul 11
61.065,5 74.473,4 129.197,3 96.855,9 135.663,3 75.563,3 99.643,9
18.962,9 21.879,6 30.552,9 18.988,6 27.412,7 15.231,4 23.039,1
42.102,6 52.523,1 98.644,4 77.867,3 108.250,6 60.331,9 76.604,8
Pertumbuhan (y-o-y)
2006 2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 11
5,8% 21,8% 73,6% -25,0% 40,1% 31,9%
8,6% 15,4% 39,6% -37,9% 44,4% 51,3%
4,6% 24,8% 87,8% -21,1% 39,0% 27,0%
2,5% 38,0% 27,0% -18,6% 47,9% 35,0%
5,3% 19,7% 76,1% -30,0% 41,8% 36,0%
10,5% 25,1% 86,9% -4,5% 31,7% 15,4%
Kontribusi Terhadap Impor
2006 2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 11
100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100% 100,0%
31,1% 29,4% 23,6% 19,6% 20,2% 20,1%
68,9% 70,6% 76,4% 80,4% 79,8% 79,9%
7,8% 8,8% 6,4% 7,0% 7,4% 7,6%
77,2% 75,8% 77,0% 71,9% 72,8% 75,2%
15,0% 15,4% 16,6% 21,1% 19,8% 17,2%
Jul 2011 menghasilkan surplus sebesar 16,4 USD miliar, naik
,4 USD miliar. Surplus neraca perdagangan Indonesia pada
tahun 2009, hal tersebut lebih diakibatkan oleh impor tahun
peningkatan ekspornya. Surplus tahun 2011 diharapkan melebihi
6 USD miliar dan menandai pulihnya perekonomian paska krisis global.
2005 2006 2007 2008 2009 2010Jan-Jul
2010
Jan-Jul
2011
24,0% 25,2% 23,8% 21,0% 23,1% 21,4% 20,8% 23,1%
4,2% 4,0% 3,8% 4,9% 4,9% 5,2% 5,1% 5,5%
9,5% 9,4% 9,0% 7,8% 9,0% 8,6% 8,9% 7,7%
11,3% 13,1% 15,1% 15,2% 17,3% 18,2% 23,7% 18,7%
17,1% 13,0% 12,3% 15,1% 12,6% 15,6% 17,3% 13,6%
14,4% 14,3% 14,6% 10,7% 11,1% 9,0% 8,8% 8,9%
19,5% 20,9% 21,4% 25,4% 21,9% 22,0% 22,8% 22,5%
PANGSA IMPOR BERDASARKAN NEGARA ASAL
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional
Secara tren, neraca perdagangan
menurun sejak 2007 silam. Hal
tersebut diakibatkan oleh laju
pertumbuhan (5 tahun terakhir)
impor (23,3 persen) tumbuh lebih
cepat daripada laju pertumbuhan
ekspor (14,3 persen). Pada periode
Jan-Jun 2011 neraca perdagangan
Indonesia-China defisit sebesar
2.783,7 juta USD, sementara neraca
perdagangan Indonesia-Jepang
surplus sebesar 8.472,0 juta USD.
Sumber: BPS (diolah)
B. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI
B.1 Perkembangan Indeks Penjualan Ritel
Indeks penjualan ritel pada periode pada bulan Juli 2011 tercatat sebesar 2
ritel pada periode Jan-Jul 2011 tercatat sebesar 262,5.
Setelah sempat mengalami
penurunan pada bulan Februari
2011, indeks penjualan ritel terus
mengalami peningkatan hingga
bulan Juli 2011. Kenaikan tersebut
dipengaruhi oleh tren meningkatnya
konsumsi masyarakat pada Hari
Raya Idul Fitri dan masa liburan
sekolah.
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
C. PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS
C.1 Harga Komoditas Bahan Pokok di Pasar Domestik
Periode Januari-September 2011, harga beras medium, gula pasir, tepung terigu, dan minyak goring curah mengalami tren yang relatif stabil, kecuali minyak goreng dalam kemasan yang mengalami tren peningkatan harga.
Harga beras medium tertinggi per 16 September 2011 terjadi di Jambi (sebesar Rp.8.400,-/kg) dan terendah di Gorontalo (sebesar Rp.6.000,-/kg)
*Sampai dengan 16 September 23011
Sumber: Kemendag (diolah)
Impor Non Migas
Impor Migas
Ekspor Non Migas
Ekspor Migas
Neraca Perdagangan
-
30.000,0
60.000,0
90.000,0
120.000,0
150.000,0
180.000,0
Nil
ai
(US
D J
uta
)
149,7
156,3100,0
150,0
200,0
250,0
300,0
350,0
Ind
eks
Okt
20
00
= 1
00
Beras Medium (Kg)
Gula Pasir (Kg)
M.Goreng Kemasan (620ml)
M.Goreng Curah (Kg)
Tepung Terigu (Kg)
5.000
7.000
9.000
11.000
13.000
HARGA KOMODITAS BAHAN POKOK PASAR DOMESTIK
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 3
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI
tercatat sebesar 296,0. Secara rata-rata, indeks penjualan
Bank Indonesia (diolah)
C.1 Harga Komoditas Bahan Pokok di Pasar Domestik
16 September 23011
)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010Jan-Jul 2010
Jan-Jul 2011
27.495,3 25.490,3 24.763,1 24.939,8 34.792,5 40.243,2 42.102,6 52.523,1 98.644,4 77.867,3 108.250, 60.331,9 76.604,8
6.019,5 5.471,8 6.525,8 7.531,9 11.732,0 17.457,7 18.962,9 21.879,6 30.552,9 18.988,6 27.412,7 15.231,4 23.039,1
30.359,5 34.953,4 38.092,9 41.821,0 40.975,3 66.420,9 79.580,2 92.003,6 107.884, 97.472,4 129.739, 69.962,6 92.657,6
9.694,3 10.464,6 11.722,0 11.622,5 7.872,3 19.231,5 21.209,5 22.088,6 29.126,3 19.018,3 19.018,3 15.045,5 23.383,8
Neraca Perdagangan 6.539,0 14.455,9 18.526,0 21.053,2 2.323,1 27.951,5 39.724,2 39.689,5 7.813,2 19.634,8 13.094,5 9.444,8 16.397,5
NERACA PERDAGANGAN
156,3
169,6
168,4
200,9
235,9
256,3
244,7
251,1
252,6
264,1
272,7
296,0
NILAI INDEKS PENJUALAN RITEL
2009
(rt2)
Tw I
2010
Tw II
2010
Tw III
2010
Tw IV
2010Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11
Agust-
11
Sept.18
*
5.706 6.353 6.218 6.619 6.859 7.376 7.432 7.141 7.041 6.208 7.133 7.307 7421 7477
8.691 11.154 10.212 10.551 11.043 11.178 11.093 10.986 10.832 10.234 10.383 10.499 10511 10510
M.Goreng Kemasan (620ml) 8.493 8.428 8.516 8.469 8.349 8.751 9.064 9.323 9.457 8.499 9.532 9.570 9626 9653
9.089 9.537 9.358 9.710 10.579 11.322 11.351 11.260 10.822 9.390 10.615 10.586 10658 10772
7.643 7.643 7.508 7.520 7.554 7.556 7.578 7.596 7.583 7.489 7.566 7.604 7602 7597
HARGA KOMODITAS BAHAN POKOK PASAR DOMESTIK
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional
C.2 Harga Komoditas di Pasar Internasional
Setelah sempat mengalami peningkatan sesaat terkait pertemuan OPEC pada tanggal 8 Juni 2011 (saat para anggota gagal menyepakati peningkatan produksi), harga minyak mentah pada bulan Juli 2011 turun sebesar 2,1 persen (harga rata-rata bulan Juli adalah sebesar US$ 105.9/bbl) akibat pengumuman International Energy Agency (IEA) untuk mengeluarkan 60 juta barel minyak ke pasar (yang diambil dari persediaan stok strategis) untuk 30 hari kedepan.
Semester I tahun 2011, harga komoditas non-energi naik 3,0 persen, didorong oleh kenaikan harga pupuk sebesar 26,0 persen yang diakibatkan oleh tingginya permintaan.
Sumber: Commodity Price Data
II. PERKEMBANGAN INVESTASI Sepanjang Semester I Tahun 2011, perekonomian Indonesia tumbuh tinggi,dibandingkan dengan Semester II Tahun 2010 yang mencapai 6,1sebesar 8,3 persen (y-o-y), turun jika dibandingkan pertumbuhpersen (y-o-y).
Stabilitas dan ketangguhan ekonomi Indonesia, serta didukung oleh kemampuan dalam meningkatkan aliran masuk investasi, diapresiasi oleh Standard & Poor’s yang meningkatkan credit ratings Indonesia dari BB ke BB+ pada tanggal 8 April 2011 lalu. Selain itu, sebelumnya meningkatkan sovereign Indonesia dari Ba2 ke Ba1 yang berada satu tingkat di bawah investment grade padatanggal 17 Januari 2011, sementara Fitch dari stabil ke positif pada peringkat BB+ pada tgl 14 Februari 2011. Dampak dari membaiknya credit profile Indonesia yang dilihat dari penilaian lembagamembuat aliran investasi ke Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai USD 13Investment Finance/IIF) dari USD 400 miliar yang mengalir ke emerging market Asia.
A. PERKEMBANGAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT
Setelah mengalami peningkatan selama Semester II Tahun 2010, realisasi FDI mengalami tren yang menurun sepanjang Semester I tahun 2011. Sebaliknya, arus masuk FDI sepanjang Semester I Tahun 2011 justru terus mengalami peningkatan, mengikuti tren sejak Semester II Tahun 2010. Besarnya aliran masuk FDI ke Indonesia, meningkatkan surplus aliran direct investment menjadi sebesar USD 5,7 miliar atau meningkat sebesar 18,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang hanya mencapai USD 4,8 miliar.
Sumber: Bank Indonesia (diolah
Energy
Agriculture
Metals and Minerals
150,0
200,0
250,0
300,0
350,0
400,0
450,0
IND
EK
S
20
00
= 1
00
In Indonesia (FDI)
Outward Indonesia
Direct Investment
(3.000)
(2.000)
(1.000)
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
Mli
lio
n U
SD
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 4
Commodity Price Data (diolah)
perekonomian Indonesia tumbuh tinggi, sebesar 6,5 persen (y-o-y) yang mencapai 6,1 persen. Hal tersebut diikuti pertumbuhan PMTB
y), turun jika dibandingkan pertumbuhan PMTB Semester II Tahun 2010 yang sebesar 8,5
Stabilitas dan ketangguhan ekonomi Indonesia, serta didukung oleh kemampuan dalam meningkatkan aliran Standard & Poor’s yang meningkatkan long-term foreign currency sovereign
Indonesia dari BB ke BB+ pada tanggal 8 April 2011 lalu. Selain itu, sebelumnya Moody’s juga telah meningkatkan sovereign Indonesia dari Ba2 ke Ba1 yang berada satu tingkat di bawah investment grade pada
dari stabil ke positif pada peringkat BB+ pada tgl 14 Februari 2011. yang dilihat dari penilaian lembaga-lembaga penilai di atas
diperkirakan mencapai USD 13-15 miliar (International Investment Finance/IIF) dari USD 400 miliar yang mengalir ke emerging market Asia.
PERKEMBANGAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI)
a (diolah)
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
Jun Jul Agust Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust
258,1 257,3 260,1 261,1 277,6 287,8 307,3 320,4 333,7 365,4 389,1 364,1 357,7 365,1 341,9
213,9 219,3 228,2 238,1 252,1 264,9 278,3 294,5 311,0 295,5 299,8 288,8 286,7 284,7 285,1
Metals and Minerals 318,2 325,5 368,7 385,8 385,7 387,8 403,9 425,0 432,6 411,9 421,1 401,7 397,0 413,4 395,1
INDEKS HARGA KOMODITAS
2008
Q-IQ-II Q-III Q-IV
2009
Q-IQ-II Q-III Q-IV
2010
Q-IQ-II Q-III Q-IV
2011
Q-I
2011
Q-II
2.361 1.632 3.388 1.937 1.904 1.446 987 540 2.911 3.279 2.808 4.305 4.494 5.247
-1730 -1436 -1517 -1217 -1276 -872 -340 239 -427 -982 -1191 -63 -1539 -2547
631 196 1.871 720 628 574 647 779 2.484 2.297 1.617 4.242 2.955 2.700
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 5
B. REALISASI INVESTASI PMDN DAN PMA NONMIGAS
Semester I tahun 2011, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp. 33,0 triliun, sedangkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai USD 9,2 miliar. Realisasi PMDN maupun PMA Semester I tahun 2011 melebihi separuh dari realisasi tahun sebelumnya, diperkirakan realisasi investasi tahun 2011 akan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, didorong oleh perekonomian dunia yang mulai pulih pasca krisis global.
REALISASI NILAI PMDN dan PMA NONMIGAS 1)
TAHUN
PMDN PMA
Rp Miliar US$ juta 2004 15.409,4 4.571,9
2005 30.724,2 8.911,0
2006 20.649,0 5.991,7
2007 34.878,7 10.341,4
2008 20.363,4 14.871,4
2009 37.799,8 10.815,2
2010* 60.626,3 16.214,8
Semester I 2011 33.013,6 9.180,0 Sumber: BKPM (diolah)
Catatan:
1)
Diluar Investasi Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, dan Sewa Guna Usaha 2)
Sampai dengan tahun 2009 pencatatan nilai PMDN dan PMA berdasarkan Ijin Usaha Tetap (IUT)
3) Mulai Tahun 2010 pencatatan nilai PMDN dan PMA berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman
Modal (LKPM)
Lokasi yang paling diminati PMDN dan PMA pada Semester I Tahun 2011 didominasi oleh propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Penanaman investasi pada 5 daerah lokasi utama PMDN dan PMA mencakup masing-masing 57,6 persen dan 34,4 persen dari total realisasi PMDN dan PMA Semester I 2011. Secara umum, daerah penanaman investasi PMA dan PMDN masih didominasi oleh propinsi-propinsi di Pulau Jawa seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, dan Banten.
5 LOKASI UTAMA PMDN dan PMA NONMIGAS
PMDN
Rp Milyar
% PMA USD Juta
%
PROPINSI Thd Total PROPINSI Thd Total
Jawa Barat 5.091,9 15,4 Jawa Barat 1965,8 21,4
DKI Jakarta 4.999,2 15,1 DKI Jakarta 1538,9 16,8
D.I. Yogyakarta 4.579,1 13,9 Papua 822,5 9,0
Kalimantan Tengah 2.299,9 7,0 Banten 793,7 8,6
Sulawesi Selatan 2.109,9 6,4 Sumatera Selatan 501,7 5,5
Propinsi lain 13.933,6 42,2 Propinsi lain 6.024,9 65,6
TOTAL 33.013,6 9.180,0
Sumber: BKPM (diolah)
Bidang usaha yang banyak diminati baik oleh PMDN maupun PMA Sepanjang Semester I Tahun 2011 adalah sektor tersier terutama bidang usaha transportasi, gudang dan komunikasi. Sektor primer yang diminati adalah tanaman pangan dan perkebunan. Industri logam, mesin, dan elektronik menjadi sektor sekunder yang diminati investor. Kurangnya daya dukung energi (BBM, listrik, pasokan air bersih, dll) dan infrastruktur di dalam negeri membuat sektor sekunder relatif kurang berkembang, jika dibandingkan dengan sektor primer dan sektor tersier.
5 BIDANG USAHA UTAMA PMDN dan PMA NONMIGAS 1)
PMDN
Rp Milyar
PMA
USD Juta
SEKTOR/BIDANG USAHA
% Thd Total
SEKTOR/BIDANG USAHA
% Thd Total
Industri makanan 4.568,1 13,8 Pertambangan 2.525,8 27,5
Tanaman pangan & perkebunan 4.531,1 13,7
Transportasi, gudang, & telekomunikasi 1.051,0 11,4
Transportasi, gudang, & telekomunikasi 4.354,5 13,2
Industri Kimia dan Farmasi 903,2 9,8
Industri Mineral Non Logam 3.488,9 10,6
Industri Logam, Mesin & Elektronik 805,5 8,8
Industri Logam, Mesin & Elektronik 3.187,1 9,7
Tanaman Pangan & Perkebunan 725,5 7,9
Lain-lain 12.883,9 39,0 Lain-lain 5.694,8 62,0
TOTAL 33.013,6 9.180,0
Sumber: BKPM (diolah)
Catatan: 4)
Sektor Primer: Industri pangan & perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan pertambangan
Sektor Sekunder: Industri industri pengolahan antara lain seperti Industri logam, mesin, dan elektronika,
Industri kertas, Industri kimia dan farmasi, Industri kendaraan bermotor.
Sektor Tersier: Antara lain industri transportasi, gudang dan komunikasi; perdagangan dan jasa.
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 6
Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Belanda, dan Korea Selatan menjadi negara-negara dengan investasi terbesar di Indonesia sepanjang Semester I Tahun 2011, mencakup 50,6 persen dari total realisasi PMA Semester I Tahun 2011. Negara-negara lain dengan investasi yang cukup besar sepanjang Semester I Tahun 2011 adalah Inggris, Malaysia, Taiwan, British Virgin Islands, dan Jerman.
5 NEGARA INVESTOR UTAMA
Sumber: BKPM (diolah)
III. ISU-ISU TERKINI TERKAIT PERDAGANGAN DAN INVESTASI
A. ISU PERDAGANGAN TERKINI
a. Dampak Krisis Hutang Yunani Terhadap Kinerja Perdagangan Indonesia
Krisis hutang Yunani dan Eropa ke Indonesia secara jangka panjang akan berdampak pada sektor perdagangan Indonesia. Perlu dicermati China sebagai pemain besar dalam perdagangan dunia akan kehilangan sejumlah ekspor mereka ke negara-negara Uni Eropa yang selama ini menjadi tujuan ekspor yang cukup besar (sekitar 20 persen dari total ekspor China). Menghadapi hal tersebut, tentunya China akan mengalihkan ekspornya ke negara-negara lain yang dianggap sebagai pasar potensial. Salah satu yang mungkin adalah wilayah ASEAN, dengan telah disepakatinya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), terbukti ASEAN menjadi pasar yang menarik bagi China. Indonesia sebagai populasi terbesar di ASEAN akan dibanjiri barang-barang impor dari China. Indonesia akan menjadi tempat limpahan barang-barang ekspor China ke Eropa. Komoditas-komoditas ekspor China ke Eropa seperti logam dasar dan turunannya, mesin dan peralatan elektronik, kendaraan dan alat angkutan, produk kimia dan turunannya, serta tekstil dan produk tekstil. Sektor manufaktur lokal akan terpuruk seiring kalah bersaingnya produk lokal melawan produk impor dari China, walaupun disisi lain konsumen diuntungkan karena harga-harga barang akan menjadi lebih murah.
Tidak seperti krisis Lehmann Brother lalu dimana Indonesia masih dapat bertumpu pada konsumsi domestik, kini pasar domestik akan dibanjiri produk impor dari China. Pada krisis hutang Yunani, sektor manufaktur akan terganggu karena kalah bersaing dengan produk impor yang akan berdampak pada tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, krisis hutang Yunani tidak akan memukul perdagangan Indonesia secara langsung, tidak ada anggota Uni Eropa yang menjadi negara tujuan ekspor Indonesia yang sebesar China, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, ataupun Singapura. Namun krisis yang akan merambat ke seluruh kawasan Uni Eropa secara jangka panjang akan membuat sektor perdagangan Indonesia terganggu karena Uni Eropa merupakan pasar dari 13,3 persen (Juli 2011) ekspor Indonesia.
b. Peranan Standardisasi Kian Penting dalam Perdagangan Global
Peranan standar internasional dinilai semakin penting sebagai instrumen dalam menjembatani perdagangan dunia. Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengatakan negara-negara anggota Organisasi Standard Dunia (International Organization for Standardization/ISO) yang tergabung dalam sidang tahunan DEVCO (Developing Country Matters) sepakat bahwa standar internasional akan membuat perdagangan dunia berlangsung fair. Pertemuan DEVCO di New Delhi semakin menguatkan bahwa kepercayaan dunia terhadap standar meningkat. Standar dipercaya sebagai suatu instrumen yang akan menjembatani perdagangan dunia berlangsung fair. Sidang tersebut didesain para anggota DEVCO yang terdiri dari 137 negara dari total anggota ISO sebanyak 165 negara. Dalam sidang ini, masing-masing negara membagi pengalaman dalam pengembangan dan penerapan standar ISO 26000 terkait dengan sosial, responsibility, standar untuk UKM, dan proyeksi standar yang dibutuhkan lima tahun ke depan. Selain itu, pertemuan ini menjadi wadah berkumpulnya badan-badan standar nasional.
Bagi Indonesia sendiri, sidang DEVCO tersebut menjadi agenda penting karena memuat salah satu agenda yang diusulkan oleh Indonesia mengenai sub-regional and regional challenges and approaches to
Singapura
21%
Jepang
8%
Korea Selatan
4%Belanda
8%Amerika
Serikat
10%
Lainnya
49%
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 7
standardization. Topik tersebut diusulkan Indonesia berdasarkan pengalaman yang terus perlu diperbaiki dalam hal kerjasama regional dan sub-regional seperti China-AFTA, India AFTA dan sebentar lagi Korea AFTA dan Jepang-AFTA. Dunia makin menyadari bahwa standar menjadi bahasa kedua setelah uang. Oleh karena itu, jika salah satu negara terlambat bereaksi atas perubahan ini, maka negara tersebut akan kewalahan menghadapi perdagangan dunia. Pada akhir sidang tersebut, negara-negara anggota DEVCO akan membuat resolisi yang semakin memperkuat negara berkembang dalam menerapkan standar-standar yang dikembangkan.
B. ISU INVESTASI TERKINI
a. Krisis Hutang Yunani Bakal Tahan Penguatan Rupiah
Ketidakpastian global akibat situasi krisis di Yunani diperkirakan akan sedikit menahan tren penguatan rupiah pada Semester II Tahun 2011. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan pergerakan rupiah tetap dalam tren menguat pada paruh kedua tahun ini seiring masih tingginya potensi aliran dana asing ke pasar di dalam negeri (capital inflow). Ada faktor pendorong dari luar negeri berupa kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) oleh bank sentral AS the Federal Reserve. Di sisi lain, ada pula faktor penarik dari dalam negeri berupa fundamental ekonomi dan prospek Indonesia mendapatkan level investment grade. Kedua faktor tersebut menjaga aliran dana asing tetap tinggi sehingga mendorong penguatan rupiah, selain itu ada faktor ketidakpastian akibat krisis keuangan Yunani yang menyebabkan investor menunggu dan melihat. Penguatan rupiah pada semester kedua akan stabil dengan kecenderungan menguat, namun penguatannya tidak akan terlalu kuat seperti sebelumnya karena ada faktor ketidakpastian. Jika mengacu data kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah diketahui telah menguat sebanyak 379 poin sepanjang Semester I Tahun 2011. Pada awal perdagangan tahun ini, kurs tengah rupiah ada di level Rp8.976 per dolar AS dan menguat 4,22% menjadi Rp8.597 per dolar AS pada 30 Juni 2011. Pada perkembangan yang lain, seperti dikutip dari Bloomberg, menteri-menteri negara Eropa telah menyetujui pemberian bantuan talangan bagi Yunani sebesar 12 miliar euro yang akan digunakan sebagai tambahan dana demi mencegah gagal bayar. Gubernur Bank Indonesia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Amerika dan Eropa saat ini belum memenuhi harapan dunia internasional sehingga menyebabkan aliran dana terus masuk ke Indonesia. Ekonomi Amerika Serikat belum tumbuh cukup baik, masih lebih rendah dari perkiraan. Perekonomian Eropa juga belum tumbuh terlalu baik, sehingga capital inflow masih masuk. Jika semua sudah tumbuh baik dan banyak capital inflow masuk ke Amerika Serikat dan Eropa, penguatan Rupiah akan terjadi.
b. Antisipasi Arus Modal KeluarTerkait Krisis Hutang Yunani
Mengantisipasi arus modal keluar sebagai dampak dari krisis keuangan global, Bank Indonesia (BI) harus mempertahankan tingkat suku bunga. Meskipun Indonesia memiliki landasan perekonomian yang kokoh, sektor keuangan selalu menjadi titik lemah Indonesia. Pada kuartal kedua tahun 2011, arus modal masuk bersih masih lebih besar dibandingkan arus masuk investasi langsung yang lebih stabil. Dengan begitu, pengulangan pada kuartal keempat 2008, ketika arus modal keluar membayangi arus masuk investasi langsung, sangatlah mungkin terjadi. Para pemain asing kini telah melepas sekitar 25 persen surat hutang negara yang berdenominasi rupiah selama krisis keuangan global. Namun, kisaran angka tersebut masih belum mengkhawatirkan. Akan tetapi, jika ketidakstabilan ekonomi global terus berlanjut, maka ada kemungkinan pelepasan oleh pihak asing akan terus berlanjut. Untuk menahan pelepasan, devisa asing yang kini berjumlah 124 miliar USD per Agustus 2011 bisa digunakan untuk menahan pelepasan. Selain itu, BI juga harus meningkatkan usaha untuk membatasi arus modal keluar antara lain dengan meningkatkan batas jangka waktu minimum kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia. Cara lain yang dapan diambil adalah dengan memperkenalkan deposito yang tidak bisa diakses pemain asing untuk mengelola likuiditas. Termasuk juga melarang dana Vostro sampai 30 persen dari modal bank. Langkah ini diharapkan akan membantu mengurangi, tetapi tidak menghilangkan terjadinya arus modal keluar.
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 8
IV. PERKEMBANGAN DAYA SAING INDONESIA
Posisi Indonesia dalam Doing Business 2011 menurun dibandingkan tahun 2010 (yang sudah disesuaikan kriterianya) dari posisi 115 menjadi 121.
Selama setahun terakhir, Indonesia telah melakukan tiga reformasi positif di tiga kriteria, yaitu pendirian usaha (pengurangan biaya dan waktu pembuatan akte pendirian usaha), pengurangan tarif pajak penghasilan serta pengurangan waktu ekspor dengan NSW. Tetapi indonesia masih buruk dalam pelaksanaan kontrak (dari segi jumlah prosedur, waktu serta biaya)
Secara umum kemudahan usaha di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata (masih di bawah Vietnam).
EASE OF DOING BUSINESS
Negara
Peringkat
2006 2007 2008 2009 2010 2010
(adjusted)* 2011*
Singapore 2 1 1 1 1 1 1
New Zealand 1 2 2 2 2 3 3
United States 3 3 3 3 4 5 5
UK 5 6 6 6 5 4 4
Australia 9 8 9 9 9 10 10
Thailand 19 18 15 13 12 16 19
Malaysia 25 25 24 20 23 23 21
Vietnam 98 104 91 92 93 88 78
Indonesia 131 135 123 129 122 115 121
Philippines 121 126 133 140 144 146 148
Jumlah negara yang disurvey 155 175 178 181 183 183 183
Sumber: Ease of Doing Business
Setelah membaik pada World Competitiveness Year Book (WCY) tahun 2010, peringkat daya saing Indonesia dalam WCY 2011 kembali turun dari posisi 35 ke posisi 37, berada diatas Filipina, namun masih berada dibawah negara-negara ASEAN lain seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Walaupun secara skor naik (dari 60,7 pada tahun 2010 menjadi 64,6 pada tahun 2011), posisi Indonesia tetap turun, peningkatan yang terjadi di negara-negara lain ternyata lebih pesat daripada yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa negara-negara lain juga serius dalam membenahi daya saing perekonomiannya.
IMD WORLD COMPETITIVENESS YEAR BOOK
Negara
Peringkat Score
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2011
Hongkong 2 3 3 2 2 1 100.0
USA 1 1 1 1 3 2 100.0
Singapore 3 2 2 3 1 3 98.6
Taiwan 17 18 13 23 8 6 92.0
Australia 6 12 7 7 5 9 89.3
Malaysia 22 23 19 12 10 16 84.1
China 18 15 17 20 18 19 81.1
UK 20 20 21 21 22 20 80.3
Korea 32 29 31 27 23 22 78.5
Japan 16 24 22 17 27 26 75.2
Thailand 29 33 27 26 26 27 74.9
India 27 27 29 30 31 32 70.6
Indonesia 52 54 51 42 35 37 64.6
Philipines 42 45 40 43 39 41 63.3
Total Negara 53 55 55 57 58 59
Sumber: IMD World Competitiveness Year Book
Pada publikasi terbaru tahun 2011-2012, peringkat Indonesia untuk indeks daya saing global adalah peringkat 44 (score 4,38) dari 142 negara yang disurvei. Posisi Indonesia tersebut turun 2 peringkat dibanding periode sebelumnya yaitu peringkat 46 (score 4,43) dari 139 negara.
Perbaikan terutama dikontribusikan oleh kondisi makroekonomi yang sehat, perbaikan infrastruktur, serta dari sisi kesiapan teknologi.
Berdasarkan GCI 2011-2012, Indonesia masih kurang kompetitif dibanding negara-negara Asia Tenggara yang lain, seperti: Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand walaupun berada diatas Vietnam dan Filipina.
GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX
Negara
Peringkat Global Competitiveness Index
2006-2007
2007-2008
2008-2009
2009-2010
2010-2011
2011-2012
Score
Swiss 4 2 2 1 1 1 5,74
Singapura 8 7 5 3 3 2 5,63
Swedia 9 4 4 4 2 3 5,61
USA 1 1 1 2 4 5 5,43
Jerman 7 5 7 7 5 6 5,41
Jepang 5 8 9 8 6 9 5,40
UK 2 9 12 13 12 10 5,39
Hongkong 10 12 11 11 11 11 5,36
Malaysia 19 21 21 24 26 21 5,08
Korea 23 11 13 19 22 24 5,02
China 35 34 30 29 27 26 4,90
Brunei Darussalam - - 39 32 28 28 4,78
Thailand 28 28 34 36 38 39 4,52
Indonesia 54 54 55 54 44 46 4,38
India 42 48 50 49 51 56 4,30
Vietnam 64 68 70 75 59 65 4,24
Filipina 75 71 71 87 85 75 4,08
Total Negara 122 131 134 133 139 142
Sumber: Global Competitiveness Index
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 9
DIREKTORAT PERDAGANGAN, INVESTASI, DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)