sekilas info edisi 3 tahun ii - bappenas.go.id · gedung madiun lt.5 badan perencanaan pembangunan...

10
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI Edisi 3 Tahun II, September 2011 Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas DAFTAR ISI BAGIAN I - PERKEMBANGAN PERDAGANGAN A. Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Perkembangan Ekspor Perkembangan Impor Perkembangan Neraca Perdagangan B. Perkembangan Perdagangan Dalam Negeri Indeks Penjualan Ritel C. Perkembangan Harga Komoditas Harga Bahan Pokok Pasar Domestik Harga Pasar Internasional BAGIAN II - PERKEMBANGAN INVESTASI A. Perkembangan Foreign Direct Investment (FDI) B. Realisasi PMDN dan PMA Sektor Nonmigas BAGIAN III – ISU-ISU TERKINI TERKAIT PERDAGANGAN DAN INVESTASI A. Isu Perdagangan Terkini B. Isu Investasi Terkini BAGIAN IV - PERKEMBANGAN DAYA SAING INDONESIA Ease of Doing Business 2011 IMD World Competitiveness Yearbook 2011 Global Competitiveness Index 2011-2012 Penanggung Jawab: Adhi Putra Alfian Penyunting: Ratna Sri Mawarti Mustikaningsih Amalia Adininggar Widyasanti Florentinus Krsitiartono Deasy Damayanti Putri Pane Arianto Christian Hartono Tim Redaksi: Imarita Trihanda Dwi Martini Yunus Gastanto Alamat: Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jalan Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310, Indonesia Telepon: (+6221) 31934267 Email: [email protected] Kata Pengantar Menginjak pertengahan tahun 2011, kiranya adalah waktu yang tepat untuk menilai capaian dan kinerja perdagangan dan investasi Indonesia Semester I 2011. Pada edisi ketiga ini, media Sekilas Info memuat berita perkembangan perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi internasional secara ringkas, padat, dan menarik. Masih dalam suasana Lebaran, bersama ini juga segenap tim redaksi, mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin, selamat Idul Fitri 1432H. Kami mohon maaf jika media ini belum memenuhi harapan para pembaca dan kami akan terus berusaha untuk memenuhi harapan para pembaca pada penerbitan-penerbitan selanjutnya. Salam hangat Jakarta, September 2011 Redaksi Semua data dan informasi pada media ini diperoleh/diolah dari berbagai sumber

Upload: doannhi

Post on 07-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sekilas Info Edisi 3 Tahun II - bappenas.go.id · Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ... Industri 17,0% Pertambangan 40,8% Komoditas 2006 Migas 21,0% Pertanian

PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN

PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Edisi 3 Tahun II, September 2011 Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas

DAFTAR ISI

BAGIAN I - PERKEMBANGAN PERDAGANGAN

A. Perkembangan Perdagangan Luar Negeri

� Perkembangan Ekspor

� Perkembangan Impor

� Perkembangan Neraca Perdagangan

B. Perkembangan Perdagangan Dalam Negeri

� Indeks Penjualan Ritel

C. Perkembangan Harga Komoditas

� Harga Bahan Pokok Pasar Domestik

� Harga Pasar Internasional

BAGIAN II - PERKEMBANGAN INVESTASI

A. Perkembangan Foreign Direct Investment (FDI)

B. Realisasi PMDN dan PMA Sektor Nonmigas

BAGIAN III – ISU-ISU TERKINI TERKAIT PERDAGANGAN

DAN INVESTASI

A. Isu Perdagangan Terkini

B. Isu Investasi Terkini

BAGIAN IV - PERKEMBANGAN DAYA SAING INDONESIA

� Ease of Doing Business 2011 � IMD World Competitiveness Yearbook 2011

� Global Competitiveness Index 2011-2012

Penanggung Jawab:

Adhi Putra Alfian

Penyunting: Ratna Sri Mawarti Mustikaningsih

Amalia Adininggar Widyasanti Florentinus Krsitiartono

Deasy Damayanti Putri Pane Arianto Christian Hartono

Tim Redaksi:

Imarita Trihanda

Dwi Martini

Yunus Gastanto

Alamat: Gedung Madiun Lt.5

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jalan Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310,

Indonesia

Telepon:

(+6221) 31934267

Email: [email protected]

Kata Pengantar

Menginjak pertengahan tahun 2011, kiranya adalah waktu yang tepat untuk menilai capaian dan kinerja perdagangan dan investasi Indonesia Semester I 2011. Pada edisi ketiga ini, media Sekilas Info memuat berita perkembangan perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi internasional secara ringkas, padat, dan menarik. Masih dalam suasana Lebaran, bersama ini juga segenap tim redaksi, mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin, selamat Idul Fitri 1432H. Kami mohon maaf jika media ini belum memenuhi harapan para pembaca dan kami akan terus berusaha untuk memenuhi harapan para pembaca pada penerbitan-penerbitan selanjutnya.

Salam hangat Jakarta, September 2011

Redaksi

Semua data dan informasi pada media ini

diperoleh/diolah dari berbagai sumber

Page 2: Sekilas Info Edisi 3 Tahun II - bappenas.go.id · Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ... Industri 17,0% Pertambangan 40,8% Komoditas 2006 Migas 21,0% Pertanian

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional

I. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN A. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

A.1 Perkembangan Ekspor

Nilai ekspor Indonesia hingga bulan Juli tahun 2011 mencapai US$ 1

36,5 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2010

menurunnya permintaan luar negeri akibat krisis global yang terjadi sepanjang tahun 2009

dipacu oleh peningkatan ekspor migas sebesar 47,4 persen, dan

Sementara itu, ekspor pada bulan Juli 2011 mengalami

sebelumnya. Lebih rendahnya nilai ekspor di bulan Juli dibandingkan dengan bulan sebelumnya

oleh turunnya nilai ekspor nonmigas pada bulan Juli 2011 sebesar 7,93 persen

Hingga bulan Juli 2011, ekspor

produk industri masih menjadi

penyumbang terbesar ekspor

dengan kontribusinya sebesar

60,8 persen, diikuti oleh

komoditas pertambangan (16,4

persen) dan komoditas

pertanian (2,6 persen). Impor

non migas mencakup 79,8

persen dari total ekspor,

sementara migas 20,2 persen.

Jika sektor pertambangan

mencatat pertumbuhan

tertinggi yaitu 35,8 persen

sepanjang tahun 2010, hingga

bulan Juli 2011, ekspor produk

industri terlihat tumbuh lebih

cepat dibandingkan dengan

komoditas pertambangan dan

pertanian, yaitu dengan laju

sebesar 34,9 persen (y-o-y).

Komoditas

2006

Total Ekspor 100.798,6 114.100,9

Migas 21.209,5 22.088,6

Non Migas 79.589,1 92.012,3

Komoditas 2006

Total Ekspor 17,7%

Migas 10,3%

Pertanian 16,8%

Industri 17,0%

Pertambangan 40,8%

Komoditas 2006

Migas 21,0%

Pertanian 3,3%

Industri 64,5%

Pertambangan 11,1%

Sumber: BPS (diolah)

Sepanjang tahun 2010, Jepang

masih menjadi pangsa pasar

ekspor nonmigas Indonesia

terbesar, dengan kontribusi

sebesar 12,7 persen. Sementara

pada tahun yang sama, China

menjadi negara tujuan ekspor

terbesar kedua setelah Jepang,

dengan kontribusi sebesar 10,9

persen. Memasuki pertengahan

tahun 2011, China menyalip

Jepang menjadi negara tujuan

ekspor terbesar Indonesia

dengan 11,8% (diikuti Jepang

dengan 11,3%). Sumber: BPS (diolah)

2008

Pasar Ekspor Lainnya 52,5%

India 6,5%

Cina 7,2%

Singapura 9,4%

Amerika Serikat 11,6%

Jepang 12,8%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pe

rse

nta

se

PANGSA PASAR NEGARA TUJUAN UTAMA EKSPOR

SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 1

ERKEMBANGAN PERDAGANGAN

mencapai US$ 116,04 miliar mengalami peningkatan sebesar

tahun 2010, yang masih dalam proses pemulihan seiring

krisis global yang terjadi sepanjang tahun 2009. Peningkatan ini

dan ekspor non migas sebesar 33,1 persen.

i 2011 mengalami penurunan sebesar 5,2 persen dibandingkan bulan

i dibandingkan dengan bulan sebelumnya lebih diakibatkan

turunnya nilai ekspor nonmigas pada bulan Juli 2011 sebesar 7,93 persen.

PERKEMBANGAN EKSPOR

Nilai Ekspor (Juta USD)

2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 10 Jan-Jul 11

114.100,9 137.020,4 116.490,7 157.779,1 85.008,1 116.041,4

22.088,6 29.126,3 19.018,3 28.039,6 15.045,5 23.383,8

92.012,3 107.894,1 97.472,4 129.739,5 69.962,6 92.657,6

Pertumbuhan (y-o-y)

2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 11

13,2% 20,1% -15,0% 35,4% 36,5%

4,1% 31,9% -34,7% 47,4% 55,4%

8,7% 25,3% -4,8% 14,6% 10,2%

17,6% 15,6% -16,9% 33,5% 34,9%

6,2% 25,4% 32,0% 35,8% 28,0%

Kontribusi

2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 2011

19,4% 21,3% 16,3% 17,8% 20,2%

3,2% 3,3% 3,7% 3,2% 2,6%

67,0% 64,5% 63,0% 62,1% 60,8%

10,4% 10,9% 16,9% 16,9% 16,4%

2008 2009 2010 Jan - Jul 2010 Jan - Jul 2011

52,5% 52,1% 51,2% 51,7% 51,5%

6,5% 7,5% 7,6% 7,1% 8,3%

7,2% 9,1% 10,9% 10,0% 11,8%

9,4% 8,2% 7,4% 7,6% 7,1%

11,6% 10,7% 10,3% 10,8% 10,0%

12,8% 12,3% 12,7% 12,9% 11,3%

PANGSA PASAR NEGARA TUJUAN UTAMA EKSPOR

Page 3: Sekilas Info Edisi 3 Tahun II - bappenas.go.id · Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ... Industri 17,0% Pertambangan 40,8% Komoditas 2006 Migas 21,0% Pertanian

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional

A.2 Perkembangan Impor

Nilai impor Indonesia hingga bulan Juli tahun 2011 mencapai US$

dibanding periode yang sama tahun 2010 yang besarnya US$

impor Indonesia mencapai US$ 16,1 miliar, meningkat 27,2 persen dibandingkan J

Impor migas hingga bulan Juli 2011 meningkat sebesar 51,3

sementara impor non migas meningkat sebesar 27,0 persen (

konsumsi dan bahan baku sebesar masing-masing 35,0% dan 36,0%

Hingga bulan Juli 2011, impor

nonmigas berkontribusi sebesar 79,9

persen dari total impor Indonesia

hingga Bulan Juli 2011, sementara

impor migas berkontribusi sebesar

20,1 persen. Impor bahan baku

masih mendominasi impor Indonesia

Jan-Jul 2011 dengan 75,2 persen dari

total impor nonmigas, diikuti oleh

impor barang modal (17,2 persen),

dan barang konsumsi (7,6 persen).

Impor kelompok bahan baku dan

barang konsumsi hingga bulan Juli

2011 mengalami peningkatan tajam

bila dibandingkan periode yang

sama tahun 2010, menandakan

pulihnya sektor industri domestik

seiring pulihnya tingkat konsumsi

masyarakat dan perekonomian

paska krisis global.

Komoditas

2006

Total Impor 61.065,5

Migas 18.962,9

Non Migas 42.102,6

Komoditas

2006

Total Impor 5,8%

Migas 8,6%

Non Migas 4,6%

Barang Konsumsi 2,5%

Bahan Baku 5,3%

Barang Modal 10,5%

Komoditas

2006

Total Impor 100,0%

Migas 31,1%

Non Migas 68,9%

Barang Konsumsi 7,8%

Bahan Baku 77,2%

Barang Modal 15,0%

Sumber: BPS (diolah)

Hingga bulan Juli 2011, negara-

negara ASEAN masih menjadi asal

impor Indonesia yang terbesar, yaitu

sebesar 22,5 persen.

China menjadi negara asal impor

terbesar kedua dengan kontribusi

sebesar 18,7 persen, diikuti Jepang

dengan 13,6 persen.

Sumber: BPS (diolah)

A.3 Perkembangan Neraca Perdagangan

Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia Jan-Jul 2011

dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebesar 9,4 USD miliar

tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009

2010 yang meningkat lebih tinggi dibandingkan peningkatan ekspornya.

surplus tahun 2009 yang mencapai 19,6 USD miliar dan menandai pulihnya perekonomian paska krisis global.

2005

Negara Lainnya 24,0%

Korea Selatan 4,2%

Amerika Serikat 9,5%

China 11,3%

Jepang 17,1%

Uni Eropa 14,4%

ASEAN 19,5%

0,0%

25,0%

50,0%

75,0%

100,0%

Pe

rse

nta

se

PANGSA IMPOR BERDASARKAN NEGARA ASAL

SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 2

mencapai US$99,6 miliar atau meningkat 31,9 persen

yang besarnya US$75,6 miliar. Sementara pada bulan Juli 2011, nilai

persen dibandingkan Juli 2010.

3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010,

,0 persen (yang dipicu oleh kenaikan nilai ekspor barang

masing 35,0% dan 36,0%)

PERKEMBANGAN IMPOR

NILAI IMPOR (Juta USD)

2006 2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 10 Jan-Jul 11

61.065,5 74.473,4 129.197,3 96.855,9 135.663,3 75.563,3 99.643,9

18.962,9 21.879,6 30.552,9 18.988,6 27.412,7 15.231,4 23.039,1

42.102,6 52.523,1 98.644,4 77.867,3 108.250,6 60.331,9 76.604,8

Pertumbuhan (y-o-y)

2006 2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 11

5,8% 21,8% 73,6% -25,0% 40,1% 31,9%

8,6% 15,4% 39,6% -37,9% 44,4% 51,3%

4,6% 24,8% 87,8% -21,1% 39,0% 27,0%

2,5% 38,0% 27,0% -18,6% 47,9% 35,0%

5,3% 19,7% 76,1% -30,0% 41,8% 36,0%

10,5% 25,1% 86,9% -4,5% 31,7% 15,4%

Kontribusi Terhadap Impor

2006 2007 2008 2009 2010 Jan-Jul 11

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100% 100,0%

31,1% 29,4% 23,6% 19,6% 20,2% 20,1%

68,9% 70,6% 76,4% 80,4% 79,8% 79,9%

7,8% 8,8% 6,4% 7,0% 7,4% 7,6%

77,2% 75,8% 77,0% 71,9% 72,8% 75,2%

15,0% 15,4% 16,6% 21,1% 19,8% 17,2%

Jul 2011 menghasilkan surplus sebesar 16,4 USD miliar, naik

,4 USD miliar. Surplus neraca perdagangan Indonesia pada

tahun 2009, hal tersebut lebih diakibatkan oleh impor tahun

peningkatan ekspornya. Surplus tahun 2011 diharapkan melebihi

6 USD miliar dan menandai pulihnya perekonomian paska krisis global.

2005 2006 2007 2008 2009 2010Jan-Jul

2010

Jan-Jul

2011

24,0% 25,2% 23,8% 21,0% 23,1% 21,4% 20,8% 23,1%

4,2% 4,0% 3,8% 4,9% 4,9% 5,2% 5,1% 5,5%

9,5% 9,4% 9,0% 7,8% 9,0% 8,6% 8,9% 7,7%

11,3% 13,1% 15,1% 15,2% 17,3% 18,2% 23,7% 18,7%

17,1% 13,0% 12,3% 15,1% 12,6% 15,6% 17,3% 13,6%

14,4% 14,3% 14,6% 10,7% 11,1% 9,0% 8,8% 8,9%

19,5% 20,9% 21,4% 25,4% 21,9% 22,0% 22,8% 22,5%

PANGSA IMPOR BERDASARKAN NEGARA ASAL

Page 4: Sekilas Info Edisi 3 Tahun II - bappenas.go.id · Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ... Industri 17,0% Pertambangan 40,8% Komoditas 2006 Migas 21,0% Pertanian

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional

Secara tren, neraca perdagangan

menurun sejak 2007 silam. Hal

tersebut diakibatkan oleh laju

pertumbuhan (5 tahun terakhir)

impor (23,3 persen) tumbuh lebih

cepat daripada laju pertumbuhan

ekspor (14,3 persen). Pada periode

Jan-Jun 2011 neraca perdagangan

Indonesia-China defisit sebesar

2.783,7 juta USD, sementara neraca

perdagangan Indonesia-Jepang

surplus sebesar 8.472,0 juta USD.

Sumber: BPS (diolah)

B. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

B.1 Perkembangan Indeks Penjualan Ritel

Indeks penjualan ritel pada periode pada bulan Juli 2011 tercatat sebesar 2

ritel pada periode Jan-Jul 2011 tercatat sebesar 262,5.

Setelah sempat mengalami

penurunan pada bulan Februari

2011, indeks penjualan ritel terus

mengalami peningkatan hingga

bulan Juli 2011. Kenaikan tersebut

dipengaruhi oleh tren meningkatnya

konsumsi masyarakat pada Hari

Raya Idul Fitri dan masa liburan

sekolah.

Sumber: Bank Indonesia (diolah)

C. PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS

C.1 Harga Komoditas Bahan Pokok di Pasar Domestik

Periode Januari-September 2011, harga beras medium, gula pasir, tepung terigu, dan minyak goring curah mengalami tren yang relatif stabil, kecuali minyak goreng dalam kemasan yang mengalami tren peningkatan harga.

Harga beras medium tertinggi per 16 September 2011 terjadi di Jambi (sebesar Rp.8.400,-/kg) dan terendah di Gorontalo (sebesar Rp.6.000,-/kg)

*Sampai dengan 16 September 23011

Sumber: Kemendag (diolah)

Impor Non Migas

Impor Migas

Ekspor Non Migas

Ekspor Migas

Neraca Perdagangan

-

30.000,0

60.000,0

90.000,0

120.000,0

150.000,0

180.000,0

Nil

ai

(US

D J

uta

)

149,7

156,3100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

Ind

eks

Okt

20

00

= 1

00

Beras Medium (Kg)

Gula Pasir (Kg)

M.Goreng Kemasan (620ml)

M.Goreng Curah (Kg)

Tepung Terigu (Kg)

5.000

7.000

9.000

11.000

13.000

HARGA KOMODITAS BAHAN POKOK PASAR DOMESTIK

SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 3

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

tercatat sebesar 296,0. Secara rata-rata, indeks penjualan

Bank Indonesia (diolah)

C.1 Harga Komoditas Bahan Pokok di Pasar Domestik

16 September 23011

)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010Jan-Jul 2010

Jan-Jul 2011

27.495,3 25.490,3 24.763,1 24.939,8 34.792,5 40.243,2 42.102,6 52.523,1 98.644,4 77.867,3 108.250, 60.331,9 76.604,8

6.019,5 5.471,8 6.525,8 7.531,9 11.732,0 17.457,7 18.962,9 21.879,6 30.552,9 18.988,6 27.412,7 15.231,4 23.039,1

30.359,5 34.953,4 38.092,9 41.821,0 40.975,3 66.420,9 79.580,2 92.003,6 107.884, 97.472,4 129.739, 69.962,6 92.657,6

9.694,3 10.464,6 11.722,0 11.622,5 7.872,3 19.231,5 21.209,5 22.088,6 29.126,3 19.018,3 19.018,3 15.045,5 23.383,8

Neraca Perdagangan 6.539,0 14.455,9 18.526,0 21.053,2 2.323,1 27.951,5 39.724,2 39.689,5 7.813,2 19.634,8 13.094,5 9.444,8 16.397,5

NERACA PERDAGANGAN

156,3

169,6

168,4

200,9

235,9

256,3

244,7

251,1

252,6

264,1

272,7

296,0

NILAI INDEKS PENJUALAN RITEL

2009

(rt2)

Tw I

2010

Tw II

2010

Tw III

2010

Tw IV

2010Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11

Agust-

11

Sept.18

*

5.706 6.353 6.218 6.619 6.859 7.376 7.432 7.141 7.041 6.208 7.133 7.307 7421 7477

8.691 11.154 10.212 10.551 11.043 11.178 11.093 10.986 10.832 10.234 10.383 10.499 10511 10510

M.Goreng Kemasan (620ml) 8.493 8.428 8.516 8.469 8.349 8.751 9.064 9.323 9.457 8.499 9.532 9.570 9626 9653

9.089 9.537 9.358 9.710 10.579 11.322 11.351 11.260 10.822 9.390 10.615 10.586 10658 10772

7.643 7.643 7.508 7.520 7.554 7.556 7.578 7.596 7.583 7.489 7.566 7.604 7602 7597

HARGA KOMODITAS BAHAN POKOK PASAR DOMESTIK

Page 5: Sekilas Info Edisi 3 Tahun II - bappenas.go.id · Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ... Industri 17,0% Pertambangan 40,8% Komoditas 2006 Migas 21,0% Pertanian

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional

C.2 Harga Komoditas di Pasar Internasional

Setelah sempat mengalami peningkatan sesaat terkait pertemuan OPEC pada tanggal 8 Juni 2011 (saat para anggota gagal menyepakati peningkatan produksi), harga minyak mentah pada bulan Juli 2011 turun sebesar 2,1 persen (harga rata-rata bulan Juli adalah sebesar US$ 105.9/bbl) akibat pengumuman International Energy Agency (IEA) untuk mengeluarkan 60 juta barel minyak ke pasar (yang diambil dari persediaan stok strategis) untuk 30 hari kedepan.

Semester I tahun 2011, harga komoditas non-energi naik 3,0 persen, didorong oleh kenaikan harga pupuk sebesar 26,0 persen yang diakibatkan oleh tingginya permintaan.

Sumber: Commodity Price Data

II. PERKEMBANGAN INVESTASI Sepanjang Semester I Tahun 2011, perekonomian Indonesia tumbuh tinggi,dibandingkan dengan Semester II Tahun 2010 yang mencapai 6,1sebesar 8,3 persen (y-o-y), turun jika dibandingkan pertumbuhpersen (y-o-y).

Stabilitas dan ketangguhan ekonomi Indonesia, serta didukung oleh kemampuan dalam meningkatkan aliran masuk investasi, diapresiasi oleh Standard & Poor’s yang meningkatkan credit ratings Indonesia dari BB ke BB+ pada tanggal 8 April 2011 lalu. Selain itu, sebelumnya meningkatkan sovereign Indonesia dari Ba2 ke Ba1 yang berada satu tingkat di bawah investment grade padatanggal 17 Januari 2011, sementara Fitch dari stabil ke positif pada peringkat BB+ pada tgl 14 Februari 2011. Dampak dari membaiknya credit profile Indonesia yang dilihat dari penilaian lembagamembuat aliran investasi ke Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai USD 13Investment Finance/IIF) dari USD 400 miliar yang mengalir ke emerging market Asia.

A. PERKEMBANGAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT

Setelah mengalami peningkatan selama Semester II Tahun 2010, realisasi FDI mengalami tren yang menurun sepanjang Semester I tahun 2011. Sebaliknya, arus masuk FDI sepanjang Semester I Tahun 2011 justru terus mengalami peningkatan, mengikuti tren sejak Semester II Tahun 2010. Besarnya aliran masuk FDI ke Indonesia, meningkatkan surplus aliran direct investment menjadi sebesar USD 5,7 miliar atau meningkat sebesar 18,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang hanya mencapai USD 4,8 miliar.

Sumber: Bank Indonesia (diolah

Energy

Agriculture

Metals and Minerals

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

400,0

450,0

IND

EK

S

20

00

= 1

00

In Indonesia (FDI)

Outward Indonesia

Direct Investment

(3.000)

(2.000)

(1.000)

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

Mli

lio

n U

SD

SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 4

Commodity Price Data (diolah)

perekonomian Indonesia tumbuh tinggi, sebesar 6,5 persen (y-o-y) yang mencapai 6,1 persen. Hal tersebut diikuti pertumbuhan PMTB

y), turun jika dibandingkan pertumbuhan PMTB Semester II Tahun 2010 yang sebesar 8,5

Stabilitas dan ketangguhan ekonomi Indonesia, serta didukung oleh kemampuan dalam meningkatkan aliran Standard & Poor’s yang meningkatkan long-term foreign currency sovereign

Indonesia dari BB ke BB+ pada tanggal 8 April 2011 lalu. Selain itu, sebelumnya Moody’s juga telah meningkatkan sovereign Indonesia dari Ba2 ke Ba1 yang berada satu tingkat di bawah investment grade pada

dari stabil ke positif pada peringkat BB+ pada tgl 14 Februari 2011. yang dilihat dari penilaian lembaga-lembaga penilai di atas

diperkirakan mencapai USD 13-15 miliar (International Investment Finance/IIF) dari USD 400 miliar yang mengalir ke emerging market Asia.

PERKEMBANGAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI)

a (diolah)

2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011

Jun Jul Agust Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust

258,1 257,3 260,1 261,1 277,6 287,8 307,3 320,4 333,7 365,4 389,1 364,1 357,7 365,1 341,9

213,9 219,3 228,2 238,1 252,1 264,9 278,3 294,5 311,0 295,5 299,8 288,8 286,7 284,7 285,1

Metals and Minerals 318,2 325,5 368,7 385,8 385,7 387,8 403,9 425,0 432,6 411,9 421,1 401,7 397,0 413,4 395,1

INDEKS HARGA KOMODITAS

2008

Q-IQ-II Q-III Q-IV

2009

Q-IQ-II Q-III Q-IV

2010

Q-IQ-II Q-III Q-IV

2011

Q-I

2011

Q-II

2.361 1.632 3.388 1.937 1.904 1.446 987 540 2.911 3.279 2.808 4.305 4.494 5.247

-1730 -1436 -1517 -1217 -1276 -872 -340 239 -427 -982 -1191 -63 -1539 -2547

631 196 1.871 720 628 574 647 779 2.484 2.297 1.617 4.242 2.955 2.700

Page 6: Sekilas Info Edisi 3 Tahun II - bappenas.go.id · Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ... Industri 17,0% Pertambangan 40,8% Komoditas 2006 Migas 21,0% Pertanian

SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 5

B. REALISASI INVESTASI PMDN DAN PMA NONMIGAS

Semester I tahun 2011, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp. 33,0 triliun, sedangkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai USD 9,2 miliar. Realisasi PMDN maupun PMA Semester I tahun 2011 melebihi separuh dari realisasi tahun sebelumnya, diperkirakan realisasi investasi tahun 2011 akan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, didorong oleh perekonomian dunia yang mulai pulih pasca krisis global.

REALISASI NILAI PMDN dan PMA NONMIGAS 1)

TAHUN

PMDN PMA

Rp Miliar US$ juta 2004 15.409,4 4.571,9

2005 30.724,2 8.911,0

2006 20.649,0 5.991,7

2007 34.878,7 10.341,4

2008 20.363,4 14.871,4

2009 37.799,8 10.815,2

2010* 60.626,3 16.214,8

Semester I 2011 33.013,6 9.180,0 Sumber: BKPM (diolah)

Catatan:

1)

Diluar Investasi Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, dan Sewa Guna Usaha 2)

Sampai dengan tahun 2009 pencatatan nilai PMDN dan PMA berdasarkan Ijin Usaha Tetap (IUT)

3) Mulai Tahun 2010 pencatatan nilai PMDN dan PMA berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman

Modal (LKPM)

Lokasi yang paling diminati PMDN dan PMA pada Semester I Tahun 2011 didominasi oleh propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Penanaman investasi pada 5 daerah lokasi utama PMDN dan PMA mencakup masing-masing 57,6 persen dan 34,4 persen dari total realisasi PMDN dan PMA Semester I 2011. Secara umum, daerah penanaman investasi PMA dan PMDN masih didominasi oleh propinsi-propinsi di Pulau Jawa seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, dan Banten.

5 LOKASI UTAMA PMDN dan PMA NONMIGAS

PMDN

Rp Milyar

% PMA USD Juta

%

PROPINSI Thd Total PROPINSI Thd Total

Jawa Barat 5.091,9 15,4 Jawa Barat 1965,8 21,4

DKI Jakarta 4.999,2 15,1 DKI Jakarta 1538,9 16,8

D.I. Yogyakarta 4.579,1 13,9 Papua 822,5 9,0

Kalimantan Tengah 2.299,9 7,0 Banten 793,7 8,6

Sulawesi Selatan 2.109,9 6,4 Sumatera Selatan 501,7 5,5

Propinsi lain 13.933,6 42,2 Propinsi lain 6.024,9 65,6

TOTAL 33.013,6 9.180,0

Sumber: BKPM (diolah)

Bidang usaha yang banyak diminati baik oleh PMDN maupun PMA Sepanjang Semester I Tahun 2011 adalah sektor tersier terutama bidang usaha transportasi, gudang dan komunikasi. Sektor primer yang diminati adalah tanaman pangan dan perkebunan. Industri logam, mesin, dan elektronik menjadi sektor sekunder yang diminati investor. Kurangnya daya dukung energi (BBM, listrik, pasokan air bersih, dll) dan infrastruktur di dalam negeri membuat sektor sekunder relatif kurang berkembang, jika dibandingkan dengan sektor primer dan sektor tersier.

5 BIDANG USAHA UTAMA PMDN dan PMA NONMIGAS 1)

PMDN

Rp Milyar

PMA

USD Juta

SEKTOR/BIDANG USAHA

% Thd Total

SEKTOR/BIDANG USAHA

% Thd Total

Industri makanan 4.568,1 13,8 Pertambangan 2.525,8 27,5

Tanaman pangan & perkebunan 4.531,1 13,7

Transportasi, gudang, & telekomunikasi 1.051,0 11,4

Transportasi, gudang, & telekomunikasi 4.354,5 13,2

Industri Kimia dan Farmasi 903,2 9,8

Industri Mineral Non Logam 3.488,9 10,6

Industri Logam, Mesin & Elektronik 805,5 8,8

Industri Logam, Mesin & Elektronik 3.187,1 9,7

Tanaman Pangan & Perkebunan 725,5 7,9

Lain-lain 12.883,9 39,0 Lain-lain 5.694,8 62,0

TOTAL 33.013,6 9.180,0

Sumber: BKPM (diolah)

Catatan: 4)

Sektor Primer: Industri pangan & perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan pertambangan

Sektor Sekunder: Industri industri pengolahan antara lain seperti Industri logam, mesin, dan elektronika,

Industri kertas, Industri kimia dan farmasi, Industri kendaraan bermotor.

Sektor Tersier: Antara lain industri transportasi, gudang dan komunikasi; perdagangan dan jasa.

Page 7: Sekilas Info Edisi 3 Tahun II - bappenas.go.id · Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ... Industri 17,0% Pertambangan 40,8% Komoditas 2006 Migas 21,0% Pertanian

SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 6

Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Belanda, dan Korea Selatan menjadi negara-negara dengan investasi terbesar di Indonesia sepanjang Semester I Tahun 2011, mencakup 50,6 persen dari total realisasi PMA Semester I Tahun 2011. Negara-negara lain dengan investasi yang cukup besar sepanjang Semester I Tahun 2011 adalah Inggris, Malaysia, Taiwan, British Virgin Islands, dan Jerman.

5 NEGARA INVESTOR UTAMA

Sumber: BKPM (diolah)

III. ISU-ISU TERKINI TERKAIT PERDAGANGAN DAN INVESTASI

A. ISU PERDAGANGAN TERKINI

a. Dampak Krisis Hutang Yunani Terhadap Kinerja Perdagangan Indonesia

Krisis hutang Yunani dan Eropa ke Indonesia secara jangka panjang akan berdampak pada sektor perdagangan Indonesia. Perlu dicermati China sebagai pemain besar dalam perdagangan dunia akan kehilangan sejumlah ekspor mereka ke negara-negara Uni Eropa yang selama ini menjadi tujuan ekspor yang cukup besar (sekitar 20 persen dari total ekspor China). Menghadapi hal tersebut, tentunya China akan mengalihkan ekspornya ke negara-negara lain yang dianggap sebagai pasar potensial. Salah satu yang mungkin adalah wilayah ASEAN, dengan telah disepakatinya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), terbukti ASEAN menjadi pasar yang menarik bagi China. Indonesia sebagai populasi terbesar di ASEAN akan dibanjiri barang-barang impor dari China. Indonesia akan menjadi tempat limpahan barang-barang ekspor China ke Eropa. Komoditas-komoditas ekspor China ke Eropa seperti logam dasar dan turunannya, mesin dan peralatan elektronik, kendaraan dan alat angkutan, produk kimia dan turunannya, serta tekstil dan produk tekstil. Sektor manufaktur lokal akan terpuruk seiring kalah bersaingnya produk lokal melawan produk impor dari China, walaupun disisi lain konsumen diuntungkan karena harga-harga barang akan menjadi lebih murah.

Tidak seperti krisis Lehmann Brother lalu dimana Indonesia masih dapat bertumpu pada konsumsi domestik, kini pasar domestik akan dibanjiri produk impor dari China. Pada krisis hutang Yunani, sektor manufaktur akan terganggu karena kalah bersaing dengan produk impor yang akan berdampak pada tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, krisis hutang Yunani tidak akan memukul perdagangan Indonesia secara langsung, tidak ada anggota Uni Eropa yang menjadi negara tujuan ekspor Indonesia yang sebesar China, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, ataupun Singapura. Namun krisis yang akan merambat ke seluruh kawasan Uni Eropa secara jangka panjang akan membuat sektor perdagangan Indonesia terganggu karena Uni Eropa merupakan pasar dari 13,3 persen (Juli 2011) ekspor Indonesia.

b. Peranan Standardisasi Kian Penting dalam Perdagangan Global

Peranan standar internasional dinilai semakin penting sebagai instrumen dalam menjembatani perdagangan dunia. Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengatakan negara-negara anggota Organisasi Standard Dunia (International Organization for Standardization/ISO) yang tergabung dalam sidang tahunan DEVCO (Developing Country Matters) sepakat bahwa standar internasional akan membuat perdagangan dunia berlangsung fair. Pertemuan DEVCO di New Delhi semakin menguatkan bahwa kepercayaan dunia terhadap standar meningkat. Standar dipercaya sebagai suatu instrumen yang akan menjembatani perdagangan dunia berlangsung fair. Sidang tersebut didesain para anggota DEVCO yang terdiri dari 137 negara dari total anggota ISO sebanyak 165 negara. Dalam sidang ini, masing-masing negara membagi pengalaman dalam pengembangan dan penerapan standar ISO 26000 terkait dengan sosial, responsibility, standar untuk UKM, dan proyeksi standar yang dibutuhkan lima tahun ke depan. Selain itu, pertemuan ini menjadi wadah berkumpulnya badan-badan standar nasional.

Bagi Indonesia sendiri, sidang DEVCO tersebut menjadi agenda penting karena memuat salah satu agenda yang diusulkan oleh Indonesia mengenai sub-regional and regional challenges and approaches to

Singapura

21%

Jepang

8%

Korea Selatan

4%Belanda

8%Amerika

Serikat

10%

Lainnya

49%

Page 8: Sekilas Info Edisi 3 Tahun II - bappenas.go.id · Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ... Industri 17,0% Pertambangan 40,8% Komoditas 2006 Migas 21,0% Pertanian

SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 7

standardization. Topik tersebut diusulkan Indonesia berdasarkan pengalaman yang terus perlu diperbaiki dalam hal kerjasama regional dan sub-regional seperti China-AFTA, India AFTA dan sebentar lagi Korea AFTA dan Jepang-AFTA. Dunia makin menyadari bahwa standar menjadi bahasa kedua setelah uang. Oleh karena itu, jika salah satu negara terlambat bereaksi atas perubahan ini, maka negara tersebut akan kewalahan menghadapi perdagangan dunia. Pada akhir sidang tersebut, negara-negara anggota DEVCO akan membuat resolisi yang semakin memperkuat negara berkembang dalam menerapkan standar-standar yang dikembangkan.

B. ISU INVESTASI TERKINI

a. Krisis Hutang Yunani Bakal Tahan Penguatan Rupiah

Ketidakpastian global akibat situasi krisis di Yunani diperkirakan akan sedikit menahan tren penguatan rupiah pada Semester II Tahun 2011. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan pergerakan rupiah tetap dalam tren menguat pada paruh kedua tahun ini seiring masih tingginya potensi aliran dana asing ke pasar di dalam negeri (capital inflow). Ada faktor pendorong dari luar negeri berupa kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) oleh bank sentral AS the Federal Reserve. Di sisi lain, ada pula faktor penarik dari dalam negeri berupa fundamental ekonomi dan prospek Indonesia mendapatkan level investment grade. Kedua faktor tersebut menjaga aliran dana asing tetap tinggi sehingga mendorong penguatan rupiah, selain itu ada faktor ketidakpastian akibat krisis keuangan Yunani yang menyebabkan investor menunggu dan melihat. Penguatan rupiah pada semester kedua akan stabil dengan kecenderungan menguat, namun penguatannya tidak akan terlalu kuat seperti sebelumnya karena ada faktor ketidakpastian. Jika mengacu data kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah diketahui telah menguat sebanyak 379 poin sepanjang Semester I Tahun 2011. Pada awal perdagangan tahun ini, kurs tengah rupiah ada di level Rp8.976 per dolar AS dan menguat 4,22% menjadi Rp8.597 per dolar AS pada 30 Juni 2011. Pada perkembangan yang lain, seperti dikutip dari Bloomberg, menteri-menteri negara Eropa telah menyetujui pemberian bantuan talangan bagi Yunani sebesar 12 miliar euro yang akan digunakan sebagai tambahan dana demi mencegah gagal bayar. Gubernur Bank Indonesia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Amerika dan Eropa saat ini belum memenuhi harapan dunia internasional sehingga menyebabkan aliran dana terus masuk ke Indonesia. Ekonomi Amerika Serikat belum tumbuh cukup baik, masih lebih rendah dari perkiraan. Perekonomian Eropa juga belum tumbuh terlalu baik, sehingga capital inflow masih masuk. Jika semua sudah tumbuh baik dan banyak capital inflow masuk ke Amerika Serikat dan Eropa, penguatan Rupiah akan terjadi.

b. Antisipasi Arus Modal KeluarTerkait Krisis Hutang Yunani

Mengantisipasi arus modal keluar sebagai dampak dari krisis keuangan global, Bank Indonesia (BI) harus mempertahankan tingkat suku bunga. Meskipun Indonesia memiliki landasan perekonomian yang kokoh, sektor keuangan selalu menjadi titik lemah Indonesia. Pada kuartal kedua tahun 2011, arus modal masuk bersih masih lebih besar dibandingkan arus masuk investasi langsung yang lebih stabil. Dengan begitu, pengulangan pada kuartal keempat 2008, ketika arus modal keluar membayangi arus masuk investasi langsung, sangatlah mungkin terjadi. Para pemain asing kini telah melepas sekitar 25 persen surat hutang negara yang berdenominasi rupiah selama krisis keuangan global. Namun, kisaran angka tersebut masih belum mengkhawatirkan. Akan tetapi, jika ketidakstabilan ekonomi global terus berlanjut, maka ada kemungkinan pelepasan oleh pihak asing akan terus berlanjut. Untuk menahan pelepasan, devisa asing yang kini berjumlah 124 miliar USD per Agustus 2011 bisa digunakan untuk menahan pelepasan. Selain itu, BI juga harus meningkatkan usaha untuk membatasi arus modal keluar antara lain dengan meningkatkan batas jangka waktu minimum kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia. Cara lain yang dapan diambil adalah dengan memperkenalkan deposito yang tidak bisa diakses pemain asing untuk mengelola likuiditas. Termasuk juga melarang dana Vostro sampai 30 persen dari modal bank. Langkah ini diharapkan akan membantu mengurangi, tetapi tidak menghilangkan terjadinya arus modal keluar.

Page 9: Sekilas Info Edisi 3 Tahun II - bappenas.go.id · Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ... Industri 17,0% Pertambangan 40,8% Komoditas 2006 Migas 21,0% Pertanian

SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 8

IV. PERKEMBANGAN DAYA SAING INDONESIA

Posisi Indonesia dalam Doing Business 2011 menurun dibandingkan tahun 2010 (yang sudah disesuaikan kriterianya) dari posisi 115 menjadi 121.

Selama setahun terakhir, Indonesia telah melakukan tiga reformasi positif di tiga kriteria, yaitu pendirian usaha (pengurangan biaya dan waktu pembuatan akte pendirian usaha), pengurangan tarif pajak penghasilan serta pengurangan waktu ekspor dengan NSW. Tetapi indonesia masih buruk dalam pelaksanaan kontrak (dari segi jumlah prosedur, waktu serta biaya)

Secara umum kemudahan usaha di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata (masih di bawah Vietnam).

EASE OF DOING BUSINESS

Negara

Peringkat

2006 2007 2008 2009 2010 2010

(adjusted)* 2011*

Singapore 2 1 1 1 1 1 1

New Zealand 1 2 2 2 2 3 3

United States 3 3 3 3 4 5 5

UK 5 6 6 6 5 4 4

Australia 9 8 9 9 9 10 10

Thailand 19 18 15 13 12 16 19

Malaysia 25 25 24 20 23 23 21

Vietnam 98 104 91 92 93 88 78

Indonesia 131 135 123 129 122 115 121

Philippines 121 126 133 140 144 146 148

Jumlah negara yang disurvey 155 175 178 181 183 183 183

Sumber: Ease of Doing Business

Setelah membaik pada World Competitiveness Year Book (WCY) tahun 2010, peringkat daya saing Indonesia dalam WCY 2011 kembali turun dari posisi 35 ke posisi 37, berada diatas Filipina, namun masih berada dibawah negara-negara ASEAN lain seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Walaupun secara skor naik (dari 60,7 pada tahun 2010 menjadi 64,6 pada tahun 2011), posisi Indonesia tetap turun, peningkatan yang terjadi di negara-negara lain ternyata lebih pesat daripada yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa negara-negara lain juga serius dalam membenahi daya saing perekonomiannya.

IMD WORLD COMPETITIVENESS YEAR BOOK

Negara

Peringkat Score

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2011

Hongkong 2 3 3 2 2 1 100.0

USA 1 1 1 1 3 2 100.0

Singapore 3 2 2 3 1 3 98.6

Taiwan 17 18 13 23 8 6 92.0

Australia 6 12 7 7 5 9 89.3

Malaysia 22 23 19 12 10 16 84.1

China 18 15 17 20 18 19 81.1

UK 20 20 21 21 22 20 80.3

Korea 32 29 31 27 23 22 78.5

Japan 16 24 22 17 27 26 75.2

Thailand 29 33 27 26 26 27 74.9

India 27 27 29 30 31 32 70.6

Indonesia 52 54 51 42 35 37 64.6

Philipines 42 45 40 43 39 41 63.3

Total Negara 53 55 55 57 58 59

Sumber: IMD World Competitiveness Year Book

Pada publikasi terbaru tahun 2011-2012, peringkat Indonesia untuk indeks daya saing global adalah peringkat 44 (score 4,38) dari 142 negara yang disurvei. Posisi Indonesia tersebut turun 2 peringkat dibanding periode sebelumnya yaitu peringkat 46 (score 4,43) dari 139 negara.

Perbaikan terutama dikontribusikan oleh kondisi makroekonomi yang sehat, perbaikan infrastruktur, serta dari sisi kesiapan teknologi.

Berdasarkan GCI 2011-2012, Indonesia masih kurang kompetitif dibanding negara-negara Asia Tenggara yang lain, seperti: Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand walaupun berada diatas Vietnam dan Filipina.

GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX

Negara

Peringkat Global Competitiveness Index

2006-2007

2007-2008

2008-2009

2009-2010

2010-2011

2011-2012

Score

Swiss 4 2 2 1 1 1 5,74

Singapura 8 7 5 3 3 2 5,63

Swedia 9 4 4 4 2 3 5,61

USA 1 1 1 2 4 5 5,43

Jerman 7 5 7 7 5 6 5,41

Jepang 5 8 9 8 6 9 5,40

UK 2 9 12 13 12 10 5,39

Hongkong 10 12 11 11 11 11 5,36

Malaysia 19 21 21 24 26 21 5,08

Korea 23 11 13 19 22 24 5,02

China 35 34 30 29 27 26 4,90

Brunei Darussalam - - 39 32 28 28 4,78

Thailand 28 28 34 36 38 39 4,52

Indonesia 54 54 55 54 44 46 4,38

India 42 48 50 49 51 56 4,30

Vietnam 64 68 70 75 59 65 4,24

Filipina 75 71 71 87 85 75 4,08

Total Negara 122 131 134 133 139 142

Sumber: Global Competitiveness Index

Page 10: Sekilas Info Edisi 3 Tahun II - bappenas.go.id · Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ... Industri 17,0% Pertambangan 40,8% Komoditas 2006 Migas 21,0% Pertanian

SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 9

DIREKTORAT PERDAGANGAN, INVESTASI, DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)