sekilas anatomi serviks
DESCRIPTION
Tentang serviks bahan pap smearTRANSCRIPT
Latar Belakang•Kanker serviks merupakan penyakit kanker kedua terbanyak di dunia setelah kanker payudara (WHO, 2006)•Deteksi dini lesi prankanker apabila segera diobati tidak akan berlanjut menjadi kanker leher rahim (Depkes RI, 2008).•Beberapa metode skrining yang dapat digunakan yaitu pemeriksaan sitologi berupa Pap Smear dan berbasis cairan (liquid-base cytology /LBC), pemeriksaan DNA HPV, dan pemeriksaan visual berupa inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) serta inspeksi visual dengan lugol iodin (VILI) (WHO, 2006)•Sejak dikenalkan Pap Smear, kematian akibat kanker serviks mengalami penurunan 70-80% di negara maju, meskipun di negara berkembang kejadian kanker serviks masih tinggi (Ilter,2012)
Kasus
1. IdentitasNama : Ny. S
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Pendidikan: 12 tahun
Alamat : Jl. Melati 79 RT.10 RW.04 Desa Sekarpuro Kec. Pakis Kab. Malang
No. RM : 10295713
2. Anamnesa
Pasien mengeluh mengalami perdarahan dari jalan lahir setelah berhubungan suami istri. Keluhan ini dirasakan semenjak 5 hari sebelum periksa ke poliklinik ginekologi. Sebenarnya keluhhan ini dirasakan sudah lama, sekitar 4 tahun yang lalu namun hilang timbul. Perdarahan ini tidak disertai dengan nyeri saat berhubungan. Tujuh bulan yang lalu pasien juga mengeluhkan keluhan yang sama dan dilakukan pap smear serta diberikan obat minum dua macam.
Pasien juga sering mengeluhkan keputihan yang hilang timbul semenjak umur 20 tahun, keputihan berwarna bening, kadang kental, jumlah kadang banyak, tidak berbau dan tidak gatal. Keputihan tidak disertai dengan nyeri perut.
Riwayat penyakit terdahulu : riwayat peyakit tumor mamma (fibroadenoma mamma), riwayat HT (-), riwayat DM (-). Pasien sudah pernah menjalani pemeriksaan pap smear dengan hasil ditemukan adanya lesi klas II papanicolao dan radang non spesifik tetapi tidak ditemukan sel ganas menurut klas bethesda.
Riwayat pijat dan minum jamu disangkal.
Pasien tidak mengalami gangguan BAB dan BAK.
3 Pemeriksaan
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 50 kg
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu rectal : 36.8˚C
Suhu axilla : 36,5˚C
Kepala : Anemi - / - , ikterik - / -
Thorax : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : flat, soefl, BU (+) N, meteorismus (-)
Ekstremitas : edema - / -
• Status Obstetri
Suami : Ada
Lama menikah : 23 th
Banyak pernikahan : 1x
Paritas : P2002 Ab000
Anak terakhir : 13 tahun
KB : -
• Pemeriksaan Dalam
GE : fluxus (+), fluor(-)
Insp : fluxus (+), fluor (-),
Portio Multi Para tertutup, licin, erosi (+).
VT : fluxus (+), fluor (-),
Portio Multi Para tertutup, licin
Corpus uteri ante flexi dalam batas normal
Adnexa parametrium dalam batas normal.
• 4 Diagnosa AwalPost Coital Bleeding• Diagnosis Banding
Ec. Karsinoma ServiksEc. Chronic Cervitis
Ec. Hemostatic disturbanceEc. TrombositopeniaEc. Hemofillia
5 .Planning Diagnosis
1. Pap Smear
2. Pemeriksaan darah lengkap, faal hemostasis
6. Planning Treatment
Menunggu hasil pap smear dan darah lengkap
7. Planning KIE• Planning Edukasi (KIE)
Menjelaskan kepada pasien tentang :
1.Penyakit yang diderita
2.Tindakan medis dan pap smear yang dilakukan
Simpulan
• Pada pasien ini dilakukan pap smear untuk membantu menentukan diagnosa dan skrining kanker serviks, sesuai kelompok sasaran WHO.
• Pengambilan sampel Pap smear menggunakan spatula ayre/cytobrush untuk mendapatkan sel ektoserviks dan endoserviks. Kemudian spatula ayre/cytobrush dioleskan ke object glass, difiksasi, dan dikirim ke laboratorium untuk pengecatan dan pemeriksaan hasil.
• Hasil Pap smear diklasifikasikan berdasarkan kelas Papanicolau ataupun sistem Bethesda. Pada kasus pasien ini hasil Pap smear yang didapat menurut klasifikasi Pap yaitu class II, sedangkan menurut sistem Bethesda hasilnya ASCUS, yaitu radang non spesifik, tidak ditemukan sel ganas.
• Sebenarnya pemeriksaan sitologi serviks yang lebih baik adalah LBC atau sitologi berbasis cairan. Akan tetapi, fasilitas LBC tidak selalu tersedia di pusat pelayanan kesehatan, termasuk RSSA, dan biayanya lebih mahal.
• Kelebihan LBC dibandingkan Pap smear yaitu dari pengumpulan sampelnya yang lebih representatif, tidak banyak sel sampel terbuang di alat pengambilan sehingga sensitivitasnya lebih tinggi. Selain itu sampel yang telah digunakan untuk LBC bisa dilanjutkan untuk pemeriksaan DNA HPV apabila dibutuhkan sehingga bisa efektif efisien.
• Dibandingkan metode pemeriksaan lainnya: kolposkopi, biopsi, maupun HPV DNA memiliki spesifisitas yang lebih tinggi dibanding pemeriksaan sitologi serviks, meskipun biayanya lebih mahal. Sedangkan IVA memiliki teknik yang lebih sederhana, mudah, dan murah dibanding sitologi serviks, namun spesifisitasnya lebih rendah dan belum ada standarisasinya.