sejhkm aufklarung

22
KONTRIBUSI FILSAFAT ENLIGHTENMENT (AUFKLARUNG) PADA PERKEMBANGAN ILMU HUKUM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sejarah Hukum Dosen Pengampu : Prof. Dr. Agus Rahardjo, SH., M.Hum. Disusun oleh: Azim Izzul Islami P2EA13034 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM

Upload: azim

Post on 27-Nov-2015

243 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

enlightenment aufklarung lumiere pencerahan

TRANSCRIPT

Page 1: SejHkm Aufklarung

KONTRIBUSI FILSAFAT ENLIGHTENMENT

(AUFKLARUNG) PADA PERKEMBANGAN ILMU HUKUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Sejarah Hukum

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Agus Rahardjo, SH., M.Hum.

Disusun oleh:

Azim Izzul Islami

P2EA13034

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2014

Page 2: SejHkm Aufklarung

Makalah “Kontribusi Filsafat Enlightenment (Aufklarung) Pada Perkembangan

Ilmu Hukum”

A. Pendahuluan

Filsafat bermula saat Thales (624-546 SM), seorang Miletus memberikan

pertanyaan mendasar “what is the nature of the world stuff?”. Pertanyaan mendasar

yang kemudian ia jawab sendiri dengan jawaban “air”. Selanjutnya muncul banyak

tokoh-tokoh lain sperti Anaximander, Heraclitus dan sebagainya.1 Hingga

kemudian, pada perkembangannya, filsafat menyentuh dunia hukum dan

melahirkan berbagai macam aliran pemikiran hukum.

Secara umum, periodesasi perkembangan filsafat hukum dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Zaman Klasik (abad ke 6 SM – abad ke 4 M)

b. Abad Pertengahan (abad ke 5 M – abad ke 14 M)

c. Zaman Modern (abad ke 15 M – abad ke 18 M)

d. Zaman Sekarang (abad ke 19 M – sekarang)

Fokus kajian pada makalah ini adalah perkembangan filsafat hukum pada

Zaman Modern, khususnya zaman Aufklarung (Enlightenment)2. Zaman Modern

terdiri dari: Masa Renaissance, Aufklarung dan zaman awal abad ke 19. Masa

Aufklarung sendiri terjadi pada abad ke 16 dengan beberapa tokohnya yang

terkenal seperti: Descartes, john Locke, Immanuel Kant, Rousseau dan

sebagainya.3 Masa Aufklarung ini muncul dengan ditandai munculnya semangat

rasionalisme. Istilah Rasionalisme menandakan semnagat zaman itu: akal budi

manusia diutamakan.4 Tidak seperti zaman sebelumnya, dimana pengaruh agama

sangat mendominasi pemikiran manusia, maka pada zaman ini manusia

mengarahkan filsafat pada manusia sebagai pencipta kebudayaan, khususnya

melalui ilmu pengetahuan.

1 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Hlm. 48.

2 Zaman Aufklarung biasa disebut juga zaman enlightenment (pencerahan) dan juga disebut sebagai

zaman Rasionalisme.3 Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. Cet. Ke-13. Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Hlm. 69. 4 Ibid, hlm. 68.

Page 3: SejHkm Aufklarung

B. Permasalahan

1. Apa yang dimaksud Filsafat Hukum?

2. Bagaimana perkembangan Filsafat Hukum pada zaman Enlightenment?

3. Apa kontribusi pemikiran-pemikiran filsafat Enlightenment terhadap Ilmu

Hukum dewasa ini?

C. Pembahasan

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasaIndonesia merupakan kata serapan

dari bahasa Arab falsafatun, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία

philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari

kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan").

Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.

Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk

terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang

mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".5 Sedangkan secara istilah, Plato

menyebutkan bahwa Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih

kebenaran yang asli dan murni.6 Apabila dihubungkan dengan ilmu Hukum, maka

akan membentuk kata Filsafat Hukum. Angkasa menyebutkan beberapa pengertian

filsafat Hukum menurut para ahli,7 antara lain:

1. Gustaf Radburch

“Filsafat Hukum adalah cabang filsafat yang mempelajari hukum”

2. Purnadi dan Soejono Soekanto

“Filsafat Hukum adalah penjelasan secara filosofis tentang hukum”

3. Soejono Dirjosisworo

“Filsafat hukum adalah pendirian atau penghayatan kefilsafatan yang dianut

orang atau masyarakat atau negara tentang hakikat serta landasan

berlakunya hukum”

4. Van Apeldoorn

5 http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat, akses pada 20 Januari 2014.

6 Dikutip oleh Dr. Angkasa, SH., M. Hum dalam Makalah Mata Kuliah Filsafat Hukum pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto tahun 2014.

Hlm.3.7 Ibid, hlm. 16 – 18.

Page 4: SejHkm Aufklarung

“Filsafat Hukum menghendaki jawaban atas pertanyaan: apakah hukum, ia

menghendaki agar kita beerfikir masak-masak tentang tanggapan kita dan

bertanya pada diri sendiri, apa yang sebenara kita anggap tentang hukum?”

5. Satjipto Rahardjo

Filsafat Hukum mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar

tentang hukum. Pertanyaan tentang hakikat hukum, tentang dasar-dasar bagi

kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh-contoh dari pertanyaan

yang bersifat mendasar itu”

Dari berbagai macam pengertian filsafat hukum, maka dapat disimpulkan

bahwa Filsafat Hukum merupakan kajian secara filosofis terhadap hukum yang

ranah kajiannya tentang hakikat, inti atau kajian sedalam-dalamnya tentang hukum.

Perkembangan Filsafat Hukum dan Munculnya Berbagai Macam Aliran

Sukris Sarmad menyampaikan bahwa sepanjang sejarah hukum mulai dari

zaman Yunani atau Romawi hingga dewasa ini kita dihadapkan dengan berbagai

teori hukum. Dari hasil kajian antropologi sendiri telah terbuktibahwa hukum

berkembang dalam masyarakat, Ibi ius ibi societas´ dimana ada masyarakatdisitu

ada hukum. Para pakar telah mengklasifikasikan aliran-aliran filsafat hukum

adalahsebagai berikut:

1. Soerjono Soekanto membagi aliran filsafat hukum, adalah sebagai berikut:

Mazhabformalitas, Mazhab sejaran dan kebudayaan, Aliran utilitarianisme,

Aliran sociologicalyurisprudence dan Aliran realism hukum.

2. Satjipto Rahardjo, mengemukakan berbagai aliran filsafat hukum adalah

sebagai berikut;Teori Yunani dan Romawi, Hukum alam, Positivisme dan

utilitarianisme, Teori hukummurni, Pendekatan sejarah dan antropologis, dan

Pendekatan sosiologis.

3. Lili Rasdji, mengemukakan aliran-aliran yang paling berpengarus saja adalah

sebagaiberikut; Aliran hukum alam, Aliran hukum positif, Mazhab sejarah,

Sociologicaljurisprudence, Pragmatic legal realism.8

Berikut akan dijelaskan secara ringkas beberapa aliran-aliran hukum

menurut AM. Laot Kian9:

1. Madzhab hukum alam (Hukum kodrat atau Naturalisme)

8 http://kuliahfilsafathukum12.blogspot.com/2012/03/aliran-aliran-filsafat-hukum.html, akses pada

20 Januari 2014.9 AM Laot Kian, Berkelana dalam Filsafat Hukum. Yogyakarta: Kepel Press, 2013. Hlm. 47 - 84.

Page 5: SejHkm Aufklarung

Sebagian filsuf meyakini adanya hukum yang lebih superior disbanding

hukum buatan manusia, yakni hukum alam. Tema sentral hukum alam adalah

asas moral yang eksis dan diterapkan alam dan dapat diketahui manusia

melalui intuisi atau penalaran. Ada dua kategori hukum alam;

a. Rasional (Sekuler)

Sumber hukum yang universal dan abadi menurut paham ini ialah rasio

manusia tentang apa yang baik dan buruk. Jadi keutamaan moral tidak terdapat

dalam kitab suci melainkan berada pada hati manusia yang rasional. Paha mini

berkembang pesat pada zaman renaissance dan tokoh-tokohnya natara lain:

Pufendorf, Christian Thomasius dan Hugo de Groot (Grotius).

b. Irasional /Teologis

Menurut paham ini, hukum yang berlaku universal dan abadi bersumber

dari Tuhan secara langsung, artinya Tuhan menciprtakan alam sekaligus

meletakkan prinsip-prinsip untuk mengaturnya pada kitab suci. Oleh sebab itu

hukum yang dibuat harus sesuai dengan hukum Tuhan dalam kitab suci. Tokoh

aliran ini antara lain; Thomas Aquinas,Dante Alighieri dan John Wycliffe.

2. Positivisme hukum

Positivisme menganggap bahwa hukum diciptakan oleh orang yang

berwenang untuk membuatnya. Positivism hukum ada dua macam:

pertama,Aliran positif analitis yang didirikan John Austin yang menganggap

bahwa hukum harus dipandang dari secara empiris karena terdiri dari perintah,

kewajiban dan sanksi, Dan yang kedua, Aliran hukum murni dari Hans Kelsen

yang memisahkan hukum dari anasir-anasir non yuridis seperti politis,

sosiologis, historis dan etis.

3. Utilitarianisme

Utilitarianisme berasal dari kata utilis yang berarti bermanfaat atau berguna.

Aliran ini menekankan aspek kemanfaatan bagi sebanyak mungkin orang.

Menurutnya, undang-undang bisa menjadi hukum jika bertujuan untuk

mencapai tujuan. Aliran ini dipelopori oleh Jeremy Bentham setelah membaca

tulisan Joseph Priestley. Madzhab ini kemudian dilanjutkan oleh John Stuart

Mill.

4. Madzhab Sejarah Hukum

Pelopornya adalah von Savigny. Ia menekankan bahwa hukum adalah

cerminan volkgeist, oleh sebab itu hukum adat dalam volkgeist harus

Page 6: SejHkm Aufklarung

dipandang sebagai hukum kehisupan yang sejati. Tugas penting hukum bukan

sibuk membuat aturan, melainkan perlu digiatkan menggali mutiara nilai

hukum dalam sejarah kehidupan rayat.

5. Madzhab Sosiologi hukum dan Sociological Jurisprudence

Meskipun sama-sama mengaitkan eksistensi hukum dengan masyarakat,

sosiologi hukum berbeda dengan sociological jurisprudence. Sosiologi hukum

memandang bahwa hukum tidak berada dalam undang-undang (law in books)

melainkan apa yang dipraktikkan masyarakat (law in action). Tokohnya adalah

Max Webber.

Selanjutnya sociological jurisprudence dikenalkan oleh Roscou Pound. Ia

berpendapat bahwa hukum tidak boleh dibiarkan menangwang dalam konsep

logis-analitis atau dalam ungkapan teknis yuridis yang terlampau ekslusif,

namun hukum harus didaratkan pada dunia nyata.

6. Realisme hukum

Realisme hukum adalah paham yang melihat hukum sebagaimana adanya

tanpa idealisasi dan spekulasi atas hukum yang bekerja dan berlaku, yang

meneripa fakta apa adanya mengenai hukum. Realisme hukum ada dua

macam; Realisme Hukum Amerika (tokohnya Justice Oliver Wendell Holmes,

Jerome Frank dan Karl Llewellyn) dan Realisme Hukum Skandinavia

(tokohnya Axel Hagerstorm, Ander Vilhelm Lundstedt dan Alf Ross)

7. Freirechtslehre

Bahwa dalam melaksanakan tugasnya hakim bebas untuk memberikan

putusan. Di sini peran yurisprudensi menjadi primer dan hakim benar-benar

menjadi pencipta hukum. Aliran ini muncul di Jerman dan merupakan sintesa

antara ilmu hukum analitis dan ilmu hukum sosiologis.

8. Feminist Jurisprudence

Madzhab ini menganalisis struktur-struktur hukum beserta pengaruhnya

secara material terhadap perempuan, lalu memformulasikan struktur hukum

baru yang mengoreksi ketidakadilan gender, eksploitasi dan pembatasan

terhadap kebebasan perempuan, karena pada posisi itu hukum selama ini hanya

merupakan patriarchal. Beberapa tokoh Feminist Jurisprudence yang terkenal

antara lain; Patricia Cain, Katherine T. bartlet dan Margareth Devies.

Perkembangan Filsafat Hukum pada Masa Pencerahan (Enlightenment)

Page 7: SejHkm Aufklarung

Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad XVII sampai akhir

abad XVIII. Istilah rasionalisme menandakan semnagat zaman itu: akal budi

manusia diutamakan. Pada abad pertengahan pikiran manusia berpusat pada Allah,

berdasarkan iman yang bagi mereka merupakan pedoman tertinggi untuk suatu

kebenaran. Hal ini juga berlaku bagi para pemikir. Hal ini bertolak dari gam,baran

yang teosentris mengenai dunia dan hidup. Dalam dunia Renaissance sudah

terdapat perubahan, orang-orang yang berpikir makin mengarahkan perhatiannya

pada manusia sebagai pencipta kebudayaan, khususnya melalui ilmu pengetahuan.10

Berdasarkan kepercayaan yang makin kuat akan kekuasaan akal budi, lama

kelamaan orang-orang di abad itu berpandangan bahwa orang yang hidup

sebelumnya masih berada dalam kegelapan. Baru dalam abad mereka dinaikan

obor terang yang menciptakan manusia dan masyarakat modern yang telah lama

dirindukan. Karena kepercayaan itu abad XVIII itu disebut juga: Zaman

Aufklarung (Enlightenment), Zaman pencerahan dan zaman Terang Budi.11

Dasar filosofis rasionalisme diletakkan oleh R. Descartes (1596 – 1650).

Tujuannya adalah membentuk suatu sistem filsafat yang sama kuat dengan sistem

ilmu pengetahuan alam dan matematika.12 Dasar pemikiran Descartes tersebut

kemudian banyak mempengaruhi pemikiran-pemikiran para tokoh-tokoh filsuf

yang lain selanjutnya.13 Beberapa tokoh rasionalisme tersebut antara lain: Pufendorf

dan Thomasius, Spinoza, Leibniz dan Wolff. Sedang tokoh Empirisme antara lain:

Locke, Barkeley dan Hume. Di Perancis, Rasionalisme dianut oleh Montesquieu,

Voltaire dan Rousseau. Dan kemudian ada Immanuel Kant yang berusaha

mendamaikan antara kedua sistem filsafat ini (rasionalisme dan empirisme) dalam

satu sitem filsafat yang sungguh-sungguh teruji oleh akal budi.14 Berikut akan

dijelaskan beberapa pemikiran dari para tokoh (tidak semua, hanya beberapa):

1. Christian Wolff

10 Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. Cet. Ke-13. Yogyakarta: Kanisius,

2001. Hlm. 68. 11Ibid.

12 Ibid, hlm. 69.

13 Selain mempengaruhi Rasionalisme, pemikiran Descartes juga mempengaruhi Empirisme.

Empirisme sendiri merupakan semangat rasionalisme yang bisa diterima kebenarannya. 14 Ibid

Page 8: SejHkm Aufklarung

Filsuf Jerman terkemuka pada abad 18, Christian Wolff (1679-1754)

mengelaborasi dan mensistematisasi karya Leibniz yang isinya menantang

pandangan kaum empirisme dalam filsafat John Locke. Empirisme

mengemukakan bahwa semua pengalaman manusia tentang dunia didasarkan

atas pengalaman inderawi. Leibniz mengemukakan tesis penantangan itu

dengan berujar “segala sesuatu yang ada dalam intelek berasal dari indera,

kecuali intelek itu sendiri.”

Christian Wolff menggunakan prinsip Leibniz di atas dan meneruskan

tradisi rasionalisme yang dibangun oleh Anselmus dan Rene Descartes untuk

selanjutnya melemparkan problem filsafatnya yakni bahwa eksistensi Tuhan

dapat dibuktikan secara a priori. Maksud Wolff, eksistensi Tuhan dapat

ditunjukkan atas dasar proposisi-proposisi yang diketahui benar terlepas dari

pengalaman inderawi. Wolff juga meneguhkan pendapat bahwa prinsip-prinsip

dasar moralitas diketahui secara a priori dan terlepas dari wahyu ilahi.

Satu-satunya prinsip moral yang rasional hanyalah, demikian Wolff,

“kerjakan apapun yang membuat anda dan kondisi anda sendiri serta semua

orang yang mengikuti anda menjadi lebih sempurna.” Wolff menerima asumsi-

asumsi dasar Soic, sebuah aliran filsafat kuno Yunani yang memandang tujuan

terakhir adalah hidup sesuai dengan alam, dan melengkapinya dengan

catatan :”kebahagiaan adalah buah dari tindakan, tetapi kebahagiaan itu sendiri

buakn tujuan dari tindakan moral.”15

2. John Locke

John Locke merupakan filsuf Inggris yang terkenal sebagai perintis

empirisme modern. Ia dikenal sebagai peletak dasar konsep Hak Asasi

Manusia. Dalam filsafatnya mengenai negara dan hukum locke menentang

pandangan terhadap negara dan hukum Zaman Renaissance. Menurut Locke,

tujuan negara tidak lain adalah menjamin hak-hak pribadi orang-orang. Dalam

kontek ini Locke juga menggunakan semboyan hukum Romawi yakni:

keselamatan bangsa harus merupakan hukum tertinggi (salus populi suprema

15 http://badakimuka.blogspot.com/2012/04/dasar-dasar-filsafat-moral.html, akses pada 22 Januari 2014.

Page 9: SejHkm Aufklarung

lex esto).16 John Locke juga mempunyai konsep negara hukum dengan

membagi negara menjadi tiga kekuasaan; eksekutif, legislatif dan federatif.17

3. Aufklarung di Perancis

Pada masa sebelum muncul pemikiran rasionalisme, sistem pemerintah

Perancis masih bersifat feodal. Ketidakadilan semacam ini makin disadari

dalam abad ke XVIII. Selaras dengan kesadaran itu terdengar slogan-slogan

revolusioner seperti; liberte, egalite dan freternite. Di ntara tokoh-tokoh

aufklarung di Perancis yang menonjol adalah Montesquie dan Jean Jacques

Rousseau.Montesquie terkenal dengan ajaran Trias politicanya. Namun selain

itu, ia juga membedakan antara tiga bentuk negara, yakni monarki, republik

dan despotisme. Selain Montesquie, Rosseau yang menginginkan kebebasan

asli manusia terjamin. Gagasan orisinal Rooseau adalah anggapan bahwa

manusia berubah menurut seluruh hakekatnya, ketika melalui kontrak sosial ia

masuk ke dalam masyarakat sipil. Dalam situasi aslinya manusia sebenarnya

belum meiliki hak-hak yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu Rosseau tidak

membicarakan hukum alam pada manusia primitif. Hukum alam baru terdapat

pada orang-orang yang sudah masuk masyarakat sipil. Melalui kontrak sosial

manusia menerima pengesahan dari hak-haknya sebagai manusia, baik secara

moral maupun secar yuridis.

Dalam situasi tersebut maka harta benda manusia menjadi bersifat kolektif

yang menjamin kesatuan yang sama antara orang-orang. Artinya, akan

menimbulkan dampak tidak adanya perbedaan antara orang yang satu dengan

orang yang lain, dan tidak ada orang yang lebih berkuasa daripada orang lain.18

4. Immanuel Kant

Menurut Kant, ruang dan waktu merupakan sesuatu yang subjektif. Tanpa

ruang dan waktu kita tidak bisa membuat pengalaman kita menjadi masuk

akal. Tetapi masih ada unsure lain yang membantu kita mengerti melalui

pemahaman kita tanpa tergantung pada pengalaman, hal itu mencakup kualitas

(quality), kuantitas (quantity), dan hubungan (relation). Ruang dan waktu,

beserta kategorinya (yang mencakup gagasan seperti pluralitas, hubungan

16 Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. Cet. Ke-13. Yogyakarta: Kanisius,

2001. Hlm. 82. 17 Ibid, hlm 86 – 87.18 Ibid, hlm. 88 – 89.

Page 10: SejHkm Aufklarung

sebab-akibat, dan keberadaan atau eksistensi) hanya dapat diterapkan pada

fenomena pengalaman kita. Dengan cara ini Kant justru menghancurkan semua

argument yang berkaitan dengan ada atau tidaknya tuhan. Jadi masalah yang

sesungguhnya adalah bahwa kita tidak dapat menerapkan kategori semacam

eksistensi itu kedalam suatu inentitas yang tidak empiris.

Tujuh tahun setelah menerbitkan karyanya yang berjudul critique of Pure

Reason tersebut, Kant menerbitkan karyanya yang lain dengan judul Critique

of Partical Reason. Di dalam karyanya ini Kant kembali mempermasalhkan

Tuhan yang sebelumnya dianggap tak bisa dibicarakan karena tidak tergolong

dalam kategori. Disini Kant tidak lagi mencari dasar metafisis bagi persepsi,

namun mencari dasar tersebut bagi moralitas. Apa yang Kant cari adalah

hukum moral yang fundamental. Dalam hal ini, kebaikan (good), dan kejahatan

(evil) bukanlah hal yang dipermasalahkan oleh Kant. Pada kenyataanya,

akhirnya Kant menyimpulkan hanya adanya sebuah prinsip tunggal: yakni

“imperatif kategoris” (kategori yang tidak bisa dihindari). Imperative kategori

ini memberikan kerangka  kerja bagi pemikiran etis / penalaran praktis kita

tanpa membrinya isi moral tertentu. Imperative kategoris Kant menyatakan:

“bertindaklah sesuai dengan sebuah prinsip yang pada saat bersamaan prinsip

tersebut anda kehendaki akan menjadi hukum universal”.

Prinsip ini membawa Kant pada suatu keyakinan bahwa kita seyogyanya

bertindak sesuai dengan kewajiban kita, bukan menurut perasaan kita, sebuah

kesimpulan yang sangat sulit diterima. Umpamanya Kant menyatakan bahwa

nilai moral dari suatu tindakan selayaknya tidak ditentukan menurut akibat-

akibat yang ditimbulkan, namun hanya didasarkan pada sejauh mana tindakan

itu selaras dengan kewajiban yang melatarbelakanginya. Ini terang-terangan

tidak masuk akal karena moralitas semata-mata dikaitkan dengan apa yang

berlaku di masyarakat dan bukan dengan niat baik yang dimiliki seorang

individu.

Pada tahun 1790, ketika Kant berumur 58 tahun, ia menerbitkan karya

spektakulernya yang ketiga dan yang terakhir dengan judul Critique of

Judgment. Kant berdalih bahwa keberadaan seni mensyaratkan adanya

seniman, dan mealalui keindahan dunialah kita dapat mengenali pencipta yang

Page 11: SejHkm Aufklarung

mulia. Seperti yang telah ia suratkan sebelumnya, kita mengenali karya-

karyaTuhan pada bintang-bintang yang ada dilangit maupun suara hati kita

untuk melakukan kebaikan. Sama halnya dengan teori persepsi dan teori

etikanya, Immanuel Kant berusaha memberikan dasar metafisis bagi teorinya

tentang keputusan estetik.

Immanuel Kant melanjutkan dalilnya dengan mengutarakan bahwa hanya

melalui kesatuan dan konsistensi alamlah ilmu pengetahuan menjadi mungkin.

Berkaitan dengan gagasan ini, ia juga mengutarakan bahwa alam mempunyai

tujuan. Sifat alam yang mempunyai tujuan itu merupakan “konsep apriori yang

istimewa”.

Immanuel Kant cukup beruntung ketika menerbitkan buku ketiganya, tidak

sperti biasanya Prussia pada saat itu justru dippenuhi dengan suasana toleransi.

Buku ketiganya ini didedikasikan kepada Zedlith, menteri pendidikan dibawah

kekuasaan  Frederick Agung. Immanuel kant sangat meiliki rasa hormat

kepada raja, meskipun didalam hatinya sebenarnya sang filsuf sangatlah

revolusioner. Frederick Agung wafat pada tahun 1786, kini Immanuel Kant 

berhadapan dengan keadaan yang sangat runyam, seorang Pietist mengajukan

tuduhan bahwa Immanuel Kant menyalahgunakan filsafatnya untuk

menyelewengkan alkitab. Ternyta ada seorang di kementrian yang mendalami

buku Kant yang berjudul Critique of Pure Reason dan menemukan bahwa

buku tersebut menolak seluruh bukti keberadaan Tuhan. Immanuel Kant

dituntut untuk bersumpah tidak menulis atau mengajar masalah religious lagi.19

Pengaruh Filsafat Enlightenment pada Hukum di Masa Kini

Di abad ke-18 dimulai suatu zaman baru yang memang telah berakar pada

Renaissance (Masa yang juga disebut masa keraguan,dirinya dan jiwanya saja

diragukan. Yang tidak di ragukan hanya dirinya yang ragu itu ,keraguan yang

dimaksud disini adalah keraguan metafisik ) dan mewujudkan buah pahit dari

rasionalisme dan empirisme. Masa ini disebut dengan masa pencerahan atau

Aufklarung yang menurut Immanuel Kant,di zaman ini manusia terlepas dari

keadaan tidak balik yang disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendir yang tidak

memanfaatkan akalnya. Voltaire menyebut zaman pencerahan sebagai “zaman

19 http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/filsafat-immanuel-kant/, akses pada 25 Januari 2014.

Page 12: SejHkm Aufklarung

akal” dimana manusia merasa bebas,zaman perwalian pemikiran manusia dianggap

sudah berakhir,mereka merdeka dari segala kuasa dari luar dirinya. Para tokoh era

Aufklarung ini juga merancang program-program khusus diantaranya adalah

berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer. Senjatanya adalah fakta-

fakta ilmu dan metode-metode rasional.

Di Jerman hadir sosok Immanuel Kant yang dalam filsafat kritiknya ia

bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu

terlaksana ,orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat

sepihar empirisme. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi

pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari pengalaman. Adapun empirisme

mengira telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja. Kritisisme Kant

adalah suatu usaha besar untuk mendamaikan rasionalisme dengan empirisme.

Menurut Kant baik rasionalisme maupun empirisme dua-duanya berat

sebelah. Ia berusaha menjelaskan bahwa pengalaman manusia merupakan

perpaduan antara sintesa unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori.20

Dalam dunia hukum, dapat kita raba bahwa pemikiran-pemikiran filsuf

masa pencerahan sedikit banyak mempengaruhi sistem hukum yang berlaku di

dunia. Konsep trias Politica Montesqiue banyak dipakai oleh negara-negara

demokrasi seperti Indonesia. Kemudian, konsep HAM yang ditemukan oleh John

Locke, seorang pemikir politik dari Inggris yang hidup pada abad pencerahan juga

banyak digunakan oleh negara-negara di masa kini, sebagaimana Indonesia melalui

UUD 1945 paasal 28 dan Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia.

D. Kesimpulan

1. Filsafat Hukum merupakan kajian secara filosofis terhadap hukum yang ranah

kajiannya tentang hakikat, inti atau kajian sedalam-dalamnya tentang hukum.

2. Filsafat dan filsafat hukum mengalami perkembangan dari masa ke masa dan

menimbulkan banyak aliran atau madzhab hukum. Di era pencerahan, filsafat

hokum berusaha merasionalkan hukum sebagaimana rasionalisme ilmu

pengetahuan alam. Selain rasionalisme muncul juga aliran empirisme yang

menginginkan rasionalitas yang bisa diterima kebenarannya secara empiris

20 http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/filsafat-abad-ke-18-era-aufklarung/, akses pada 27 Januari 2014.

Page 13: SejHkm Aufklarung

tokoh-tokoh yang ada di era pencerahan antara lain: Descartes, John Locke,

Montesquie, Rosseau, Puffendorf, Thomasius, dan sebagainya.

3. Tidak dapat dipungkiri Negara kita menganut asas Trias Politica yang

dipelopori oleh Montesquie dan konsep Hak Asasi Manusia dewasa ini

menjadi “trending topic” dalam wacana ilmu hokum. Bahkan Hak Asasi

manusia telah tertuang secara yuridis dalam UUD 1945 dan dalam Undang-

undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Page 14: SejHkm Aufklarung

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Dr. Angkasa, SH., M. Hum dalam Makalah Mata Kuliah Filsafat Hukum pada Program

Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

tahun 2014.

Friedrich, Carl Joachim. Filsafat hukum Perspektif Historis. Bandung: Nusamedia, 2004.

Huijbers, Theo, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. Cet. Ke-13. Yogyakarta:

Kanisius, 2001.

Kian, AM Laot, Berkelana dalam Filsafat Hukum. Yogyakarta: Kepel Press, 2013.

Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.

WEBSITE

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat, akses pada 20 Januari 2014.

http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/filsafat-abad-ke-18-era-aufklarung/, akses

pada 27 Januari 2014.

http://kuliahfilsafathukum12.blogspot.com/2012/03/aliran-aliran-filsafat-hukum.html,

akses pada 20 Januari 2014.

http://badakimuka.blogspot.com/2012/04/dasar-dasar-filsafat-moral.html, akses pada 22

Januari 2014.

http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/filsafat-immanuel-kant/, akses pada 25

Januari 2014.