sejarah wanui

7
SEKILAS MENGAPA DAN APA , SEHINGGA WANUI MENJADI KABUPATEN DENGAN IBU KOTANYA BOKONDINI ? I. KEADAAN WANUI DAN BOKONDINI SEBELUM ADA PEMERINTAH. A. WANUI 1.Etimology : Secara etimology kata Wanui berasal dari bahasa Lani yang berarti sebuah gunung atau sebuah pegunungan yang sedang tidur berbaring (wanui = tidur/berbaring) . Sebutan lain dalam bahasa Lani juga untuk Gunung / pegunungan Wanui ini adalah Waninik atau Wanueri . Kadua kata ini yaitu Waninik dengan Wanueri juga sama dengan kata Wanui yang berarti sebuah gunung /pegunungan yang sedang tidur, tetapi berbeda dalam posisi dan fungsi/tujuan tidur . Wanui berarti gunung / pegunungan itu tidur dalam posisi berbaring menghadap kearah kami(penduduk) . Sedangkan Waninik atau Wanueri berarti gunung / pegunungan itu tidur dalam posisi tersungkur ketanah /menghadap kebawah, melindungi sesuatu yang ada dibawah tanah . 2. Fungsi/peran gunung/pegunungan Wanui dalam kepercayaan adat masyarakat Wanui. Dari pengertian secara etimology kata Wanui diatas sudah jelas bahwa secara kepercayaan adat masyarakat Wanui ada dua (2) fungsi penting keberadaan gunung/pegunungan Wanui , yaitu : (a) fungsi membatasi /memagari dengan posisi tidur berbaring /melintang dan (b) fungsi menjaga /melindungi / mengayomi dengan posisi tidur tersungkur ketanah. (a) fungsi membatasi /memagari dengan posisi tidur berbaring /melintang . Masyarakat Wanui secara adat turun temurun percaya bahwa gunung/pegunungan Wanui adalah suatu makluk raksasa bagaikan ular Naga besar atau seekor singa besar yang sedang tidur berbaring melintang menghadap kearah masyarakat Wanui dengan fungsi / tugas membatasi / memagari penduduk dari berbagai pengaruh ancaman yang datang dari luar masyarakat Wanui . Adapun yang dimaksud dengan berbagai pengaruh ancaman yang datang dari luar masyarakat Wanui yaitu antara lain pengaruh iklim/cuaca panas, pengaruh penyakit malaria karena lembah sungai Mamberamo banyak nyamuk, pengaruh serangan binatang buas seperti buaya- ular bisa- ular piton dan lainnya, juga pengaruh serangan perang suku dari suku-suku lain ; dan juga pengruh pasang naik air laut Pasifik yang masuk ke Wanui dan juga membatasi antara masyarakat petani peladang dengan masyarakat petani peramu, antara masyarakat bermukiman tetap dengan masyarakat yang berpemukiman tidak tetap atau berpindah-pindah, antara masyarakat beternak hewan dengan masyarakat pemburu hewan dan sebagainya. (b) fungsi menjaga /melindungi / mengayomi dengan posisi tidur tersungkur ketanah.

Upload: christian-oka-payos

Post on 05-Jul-2015

173 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Wanui

SEKILAS MENGAPA DAN APA , SEHINGGA WANUI MENJADI KABUPATEN DENGAN IBU KOTANYA BOKONDINI ?

I. KEADAAN WANUI DAN BOKONDINI SEBELUM ADA PEMERINTAH.

A. WANUI

1.Etimology :

Secara etimology kata Wanui berasal dari bahasa Lani yang berarti sebuah gunung atau sebuah pegunungan yang sedang tidur berbaring (wanui = tidur/berbaring) . Sebutan lain dalam bahasa Lani juga untuk Gunung / pegunungan Wanui ini adalah Waninik atau Wanueri . Kadua kata ini yaitu Waninik dengan Wanueri juga sama dengan kata Wanui yang berarti sebuah gunung /pegunungan yang sedang tidur, tetapi berbeda dalam posisi dan fungsi/tujuan tidur . Wanui berarti gunung / pegunungan itu tidur dalam posisi berbaring menghadap kearah kami(penduduk) . Sedangkan Waninik atau Wanueri berarti gunung / pegunungan itu tidur dalam posisi tersungkur ketanah /menghadap kebawah, melindungi sesuatu yang ada dibawah tanah .

2. Fungsi/peran gunung/pegunungan Wanui dalam kepercayaan adat masyarakat Wanui.

Dari pengertian secara etimology kata Wanui diatas sudah jelas bahwa secara kepercayaan adat masyarakat Wanui ada dua (2) fungsi penting keberadaan gunung/pegunungan Wanui , yaitu : (a) fungsi membatasi /memagari dengan posisi tidur berbaring /melintang dan (b) fungsi menjaga /melindungi / mengayomi dengan posisi tidur tersungkur ketanah.

(a) fungsi membatasi /memagari dengan posisi tidur berbaring /melintang .

Masyarakat Wanui secara adat turun temurun percaya bahwa gunung/pegunungan Wanui adalah suatu makluk raksasa bagaikan ular Naga besar atau seekor singa besar yang sedang tidur berbaring melintang menghadap kearah masyarakat Wanui dengan fungsi / tugas membatasi / memagari penduduk dari berbagai pengaruh ancaman yang datang dari luar masyarakat Wanui .

Adapun yang dimaksud dengan berbagai pengaruh ancaman yang datang dari luar masyarakat Wanui yaitu antara lain pengaruh iklim/cuaca panas, pengaruh penyakit malaria karena lembah sungai Mamberamo banyak nyamuk, pengaruh serangan binatang buas seperti buaya- ular bisa- ular piton dan lainnya, juga pengaruh serangan perang suku dari suku-suku lain ; dan juga pengruh pasang naik air laut Pasifik yang masuk ke Wanui dan juga membatasi antara masyarakat petani peladang dengan masyarakat petani peramu, antara masyarakat bermukiman tetap dengan masyarakat yang berpemukiman tidak tetap atau berpindah-pindah, antara masyarakat beternak hewan dengan masyarakat pemburu hewan dan sebagainya.

(b) fungsi menjaga /melindungi / mengayomi dengan posisi tidur tersungkur ketanah.

Bukan hanya berfungsi / bertugas membatasi / memagari masyarakat Wanui dari berbagai pengaruh ancaman yang datang dari luar masyarakat Wanui, akan tetapi gunung Wanui juga berfungsi sebagai penjaga / pelindung pengayom terhadap segala sesuatu yang ada dibawah naungannya.

Adapun yang dimaksud dengan segala sesuatu yang ada dibawah naungannya itu adalah semua sumberdaya manusia (SDM) maupun sumberdaya alam (SDA) yang ada didalam dan disekitar gunung Wanui ;

Sumberdaya manusia yang ada di sekitar gunung Wanui terdiri dari 3 (tiga) suku besar yaitu suku Lani, suku Gem dan Suku Bok, dan terdiri dari beberapa marga antara lain : Baminggen, Penggu, Weya, Karoba, Yikwa, Payokwa, Kogoya Murib, Wenda, Erelak, Tabuni, Yi’ngga, Pagawak, Wanimbo, Mabu, Gombo dan lainnya, dengan jumlah penduduknya sebanyak 43.754 orang yang tersebar dalam 7 tujuh distrik, 77 Desa/Kampung dan 1 Kelurahan;

Sedangkan sumberdaya alam yang ada di dalam dan disekitar gunung Wanui adalah berupa kandungan tambang emas, kayu, Rotan, sungai yang dapat menjadi energi listrik, dan lahan yang cukup luas yang dapat digunakan untuk penanaman kopi, nenas, markisa, buah merah, kacang kedelai, kacang tanah, ubi-ubian, padi ladang , sayur-mayur dan tanaman lainnya ;

Page 2: Sejarah Wanui

Beberapa sungai besar yang bersumber dari gunung Wanui yaitu , sungai Ganu dan Geka mengalir kesebelah selatan, sungai Dorma mengalir kesebelah Utara, sungai Pagale mengalir kesebelah Timur, sungai Wunin mengalir kesebelah Barat. Selain dapat menjadi sumber energi listrik, sungai-sungai tersebut juga merupakan sumber kehidupan bagi semua makluk yang ada di sekitarnya;

B. BOKONDINI.

1. Etimology .

Secara etimology, Bokondini bukanlah nama asli. Nama Bokondini terbentuk oleh pengaruh logat bahasa dari penduduk yang bukan penduduk asli Wanui, atau pengaruh penduduk pendatang . Nama asli untuk sebutan Bokondini adalah “ BOGOTINI “ yang terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu Bogo dan Tini. Bogo diambil dari nama sungai Bogo, sedangkan Tini berarti suatu tempat datar/ lembah . Jadi Bogotini (sekarang : Bokondini ) berarti suatu tempat tanah datar atau sebuah lembah yang terletak di tepi sungai Bogo.

2. Manfaat / peranan Bogotini / Lembah Bogo yang kini disebut Bokondini dari zaman dulu hingga sekarang ;

Lembah Bogo atau Bokondini merupakan satu-satunya lembah tanah datar yang dimiliki oleh penduduk didaerah Wanui. Selain lembah Bogo terdapat dua lembah lain yaitu lembah Wunin dan lembah Abena, namun kedua lembah ini luasnya lebih kecil dibanding luas lembah Bogo dan juga letaknya tidak ditengah wilayah Wanui . Keberadaan / posisi Lembah Bogo ini terletak ditengah-tengah wilayah Wanui, sehingga sangat strategis dan dimungkinkan melakukan berbagai kegiatan kemasyarakatan di lembah ini .

Adapun beberapa kegiatan yang dapat dilakukan diatas tanah datar/lembah Bogo ini dari zaman purbakala hingga sekarang antara lain :

(a). Tempat perkemahan pertama nenek moyang penduduk Wanui.

Menurut cerita turun temurun dijelaskan bahwa nenek moyang penduduk Wanui dari laut Arafura masuk ke tanah Papua pegunungan Tengah melalui sungai Digul tiba di lembah Balim kemudian terakhir tiba di lembah Bogo lalu berkemah dan menetap disana hingga turun temurun.

(b). Tempat dimulainya kebudayaan baru.

Nenek moyang penduduk Wanui yang tadinya bermata pencaharian sebagai nelayan di laut, setelah mereka tiba di lembah Bogo mereka harus mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan baru , yaitu membuat kebun, membuat rumah / honai, membuat pagar dan sebagainya. Singkat kata kebudayaan nenek moyang sebagai nelayan/ pelaut, setelah mereka tiba di lembah bogo berubah menjadi penduduk agraris/ petani dan peternak.

(c). Tempat pembagian hak ulayat/ tanah adat.

Dari lembah Bokondinilah nenek moyang penduduk Wanui membagi-bagi tanah menurut suku dan marga. Suku Gem mendapat bagian tanah / hak ulayat di sebelah timurnya, suku Bok mendapat bagian tanah / hak ulayat di sebelah Utaranya, sedangkan suku Lani mendapat bagian tanah / hak ulayat di sebelah Barat, Selatan dan Tengahnya;

(d). Tempat perdagangan .

Karena letak lembah Bokondini yang sangat strategis karena berada ditengah-tengah daerah Wanui, maka secara otomatis tempat ini menjadi tempat perdagangan / pasar , dimana penduduk dari arah utara. Selatan, timur ,barat dan tengah dapat berkumpul melakukan tukar-menukar, jual-beli hasil-hasil pertanian / peternakan dan juga barang-barang berharga lainnya di tempat ini ;

(e). Tempat digelarnya pesta rakyat/ pesta adat.

Pada saat tiba panen hasil pertanian seperti buah merah, jagung, kacang-kacangan, ubi, keladi, tebu dan lainnya serta pemotongan babi masal/ pesta bakar batu juga selalu digelar di tempat ini ;

Page 3: Sejarah Wanui

(f). Tempat pelaksanaan Ritual / penyembahan berhala .

Lembah Bokondini sebagai tempat perkemahan pertama nenek moyang penduduk Wanui, dan sekaligus tempat pemakaman nenek moyang tersebut, maka secara otomatis penduduk Wanui dari berbagai tempat datang melakukan ritual/ sembahyang minta berkat perlindungan kepada roh-roh nenek moyang di tempat ini .

Yang dimintakan dalam doa kepada roh nenek moyang antara lain : kesuburan tanah, supaya tanaman tidak diserang hama, supaya peternakan tidak diserang wabah penyakit, supaya penduduk tidak diserang wabah penyakit/ tidak diserang musuh, supaya mendapat jodoh, supaya melahirkan anak dengan selamat dan sebagainya ;

(g). Tempat digelarnya perang dan damai antar suku /marga .

Apabila terjadi bentrokan / benturan antara suku/ antara marga di wilayah Wanui, yang dipicu oleh berbagai faktor seperti factor pencurian hasil ternak , pencurian hasil bumi, perzinahan/perkosaan perempuan, masalah tanah adat dan sebagainya, dan berakibat pecahnya perang suku maka kegiatan perang suku dilakukan di lembah Bokondini dan setelah berakhir dan harus berdamai, maka acara perdamaianpun dilakukan ditempat ini juga;

I. KEADAAN WANUI DAN BOKONDINI SETELAH ADA PEMERINTAH.

A. Sejarah singkat masuknya pengaruh luar kedaerah Wanui .

(1). Masuknya Misionaris di Bokondini tahun 1956

Pada bulan Juni 1949 Robert Story, yang menjadi pimpinan dari Badan Zending Asia Pasifik Christian Mission, yang berpusat di kota Melborne, Australia mendapat undangan dari Pemerintah Belanda (Gubernur Van Werdenberg) dan Badan Zending Belanda untuk memasuki daerah-daerah yang belum di Injili di Papua, dan didalam daftar yang diberikan disebutkan antara lain , daerah lembah Balim, lembah Bogo dan lembah Toli ( zwart valley).

Undangan tersebut di sambut oleh Robert Story, dan pada bulan September 1950 , bersamaa dengan Fred Dawdson, berangkat dari Australia ke Papua Niuguni melalui Wewak dan selanjutnya ke Sentani Jayapura Papua. Mereka tinggal di Yoka, dipinggir Danau Sentani. Setelah beberapa waktu , tiba pula isteri Fred Dawdson , Margaret untuk mendampinginya sebagai misionaris dan tinggal di Genyem selama dua bulan sambil menjejaki kemungkinan pos pekabaran Injil di sana dari Yoka.

Dari Genyem berjalan kaki selama sepuluh hari , melalui hutan yang lebat, dan membuka pos di Senggi. Genyem akhirnya ditutup tetapi Senggi menjadi Pos pertama misi UFM Australia. Kemudian Tiba lagi tiga missionaries baru, yaitu Russell Bond, dan tunangannya Lillian Bryan, Val Jones dari Australia Selatan dan Jan Vedhuis dari Kanada .

Pada tanggal 20 dan 21 April 1954, Badan Zending C&MA mendarat di sungai Balim tepatnya di Minimo. Pilot dari Pesawat C&MA tidak berani untuk mendarat di Danau Archbold, meskipun 17 tahun sebelumnya telah pernah didarati pesawat dari rombongan ekspedisi Belanda dengan mesin yang lebih besar. Badan Zending C&MA membuka pangkalan Zending di Hetigima Wamena, dan dari pangkalan inilah , kemudian Badan Zending Asia Fasifik Christian Mission mengadakan penjajakan kepedalaman, khususnys kearah danau Arschbold di kaki gunung Wanui .

Pada tanggal 22 Januari 1955 Romongan missionaris UFM Australia 20 orang berangkat dari Senggo/ Sentani menuju lembah Balim ( Hetigima) dengan menggunakan pesawat MAF Amphibi Sealander, untuk selanjutnnya menuju ke danau Arschbold. Mereka berjalan kaki dari Hetigima – Ibele- Gonam-Pramid – menyeberang sungai Balim di Manda lalu ke Wollo- Ilugwa menempuh selama 29 hari dan tiba di Arschbold kaki gunung Wanui tanggal 18 Pebruari 1955.-

Selama satu tahun dua bulan para missionary berkemah sementara di danau Arschbold , yaitu dari tanggal 18 Pebruari 1955 sampai tanggal 29 April 1956 . Kemudian tanggal 29 April 1956 rombongan missionaris menuju sasaran/ pangkalan yang di tuju yaitu lembah Bogo yang sekarang di sebut Bokondini . Perjalanan ini di tempuh selama tiga hari yaitu dari tanggal 29 April 1956 sampai tanggal 01 Mei 1956 .

Akhirnya hasil doa dan pergumulan yang cukup panjang dan memlelahkan tibalah rombongan missionaris di Bokondini, sebuah lembah dataran yang menjadi incaran rombongan berdasarkan peta hasil survey pada tahun 1953. Tercapailah cita-cita mereka untuk merebut Bokondini yang akan menjadi pangkalan utama penginjilan di seluruh pegunungan Tengah Papua.

Page 4: Sejarah Wanui

Walaupun penduduk di Bokondini saat itu berada pada zaman batu dan sering terjadi perang antar suku/marga , namun mereka heran melihat orang berkulit putih yang baru pertama kali mereka temui . Menjelang beberapa hari dalam suasana akrab antara penduduk dan rombongan missionaris mengerjakan Lapangan Terbang Perintis Bokondini secara ramai-ramai, hampir seluruh penduduk dari 7 distrik bahkan distrik lain dari Kabupaten Mamberamo Tengah juga turut membantu. Sebagai imbalan tenaga kerja missionarir membayar berupa garam, kulit bia, parang dan kampak.

Dalam waktu yang sama beberapa rumah para missionaris telah dibangun dengan bahan lokal, jadi rumah dan lapangan terbang itu selesai dalam tempo hanya tiga minggu dan akhirnya pendaratan pesawat pertama dilakukan pada tanggal 05 Juni 1956 oleh pilot Dave Steiger.

Dengan demikian terbukalah keterisolasian Wanui terhadap dunia luar, dimana Wanui dengan penduduknya dahulu berada dalam kurungan pegunungan , dalam keadaan gelap, hidup dalam zaman batu, primitif, suka perang suku, dikuasai oleh kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, namun dengan terbukanya lapangan terbang Bokndini, maka terbuka jugalah untuk mengetahui dan menerima segala sesuatu yang ada di luar Wanui ;

Sesungguhnya terbukanya lapangan terbang perintis Bokondini, bukan hanya untuk masyarakat Wanui saja, namun untuk seluruh penduduk pegunungan Tengah, karena sejumlah lapangan terbang perintis dipegunungan tengah dibuka melalui pangkalan utama missionaris yaitu Bokondini,-

2. Masuknya pemerintah Belanda di Bokondini tahun 1957

Walaupun bangsa dan rakyat Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan Pemerintah Belanda sejak tahun 1945, namun sampai dengan tahun 1962 pemerintah Belanda masih menguasai Tanah Papua, sehingga pembukaan isolasi Wanui di lakukan oleh pemerintah Belanda setelah satu tahun misionaris merintis Bokondini, yaitu tepatnya pada tahun 1957 pemerintah Belanda masuk di Bokondini.

Jadi daerah Wanui pernah diperintah oleh Pemerintah Belanda selama empat tahun , dari tahun 1958 sampai tahun 1962, dan setelah penentuan pendapat rakyat ( dikenal : PEPERA) pada tahun 1962 itu juga, barulah Pemerintah Belanda meninggalkan Tanah Papua . Selama empat tahun pemerintah Belanda menetapkan Bokondini sebagai daerah administratif Distrik Bokondini yang di kepalai oleh seorang Bistir dengan daerah kerjanya meliputi Bokondini, Kelila, Bolakme, Yalengga, Ilugwa, Wolo, Kobakma, Taria, Wunin,Karubaga, Mamit dan Kanggime ,-

3. Masuknya pemerintah Indonesia di Bokondini tahun 1962.

Walaupun dari Sabang sampai Merauke sejak tanggal 17 Agustus 1945 telah memaklumkan kemerdekaannya , namun bagi Provinsi Irian Barat dari tahun 1945 sampai tahun 1962 masih dijajah oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Sejak tahun 1962 yaitu setelah Pepera barulah Irian Barat benar-benar bebas dari penjajah. Nama kepala wilayah waktu itu disebut Bistir atau Distrik, sekarang berubah menjadi KPS (Kepala Pemerintah Setempat) , kemudian berubah lagi menjadi Camat/ Pamong Praja, kemudian setelah otonomi khusus zamannya Presiden Gusdur berubah lagi menjadi Distrik, sehingga sekarang disebut Distrik Bokondini .

C. KESIMPULAN.

(a).WANUI.

1. Wanui, adalah nama sebuah Gunung yang memiliki cerita/ dongeng yang sangat menarik, karena gunung ini dilukiskan sebagai seekor ular Naga atau Singa besar yang memiliki cirri-ciri yang melambangkan fungsi-fungsi suatu pemerintahan , yaitu terutama fungsi melindungi dan fungsi mensejahterakan .

2. Fungsi melindungi : dengan dimekarkannya/dibentuknya sebuah Kabupaten/ daerah otonom baru dengan diberi nama Kabupaten Wanui, maka dihapkan masyarakat Wanui terlindung dari berbagai ancaman / pengaruh dari dalam maupun dari luar Wanui, terutama dari luar Wanui seperti pengaruh separatis dan sebagainya ;

Page 5: Sejarah Wanui

3. Fungsi mensejahterakan : Kandungan emas, sungai-sungai yang terpancar, tumbuhan dan hewan yang mengelilingi gunung Wanui kesemuanya merupakan modal dasar atau sumber –sumber kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Wanui yang perlu digali dan didayagunakan ; dengan dimekarkannya/dibentuknya sebuah Kabupaten/ daerah otonom baru dengan diberi nama Kabupaten Wanui, maka dihapkan masyarakat Wanui semakin maju, semakin sejahtera, semakin makmur , karena dengan tergalinya sumberdaya alam yang ada digunung Wanui dengan bermodalkan APBD yang diberikan Negara dan Pemerintah Indonesia ;

(b) BOKONDINI.

1. Bokondini suatu tempat tanah datar yang letaknya sangat strategis , sehingga sejak dahulu kala sampai sekarang menjadi pusat segala macam kegiatan kemasyarakatan. Sehingga sangat tepat apa bila Kabupaten Wanui dengan ibukonya Bokondini berkedudukan di Bokondini.

2. Bokondini dari dahulu sampai sekarang masih menjadi pusat segala macama kegiatana kemasyarakatan itu, diharapkan setelah menjadi ibu kota Kabupaten Wanui dapat menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, perekonomian, kebudayaan, perhubungan dan pembangunan bagi seluruh rakyat Wanui ;

Demikian sekilas sejarah singkat sebagai jawaban atas pertanyaan : Apa dan mengapa Wanui ? Apa dan mengapa Bokondini ?