sejarah terbentuknya burgerlijk wetboek

Upload: masdretap

Post on 06-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    1/17

    1. Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek (BW)Sejarah terbentuknya Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) tidak bisa

    dipisahkan dengan sejarah terbentuknya Kitab Undang-undang Hukum Perdata

    Be anda. !an sejarah terben"tuknya Kitab Undang-undang Hukum Perdata Be anda

    tidak bisa dipisahkan dengan sejarah terbentuknya #$de #i%i Peran&is. 'angkaian

    sejarah terbentuknya BW Kitab Undang-undang Hukum Perdata Be anda dan #$de

    #i%i Peran&is ini se&ara garis besar ada ah sebagai berikut di ba ah ini.Semenjak * +, tahun sebe um asehi pada aktu u ius #aesar berkuasa di

    /r$pa Barat hukum '$ma i te ah ber aku di Peran&is berdampingan dengan hukum

    Peran&is kun$ yang berasa dari hukum 0ermania dengan sa ing mempengaruhi.Suatu ketika i ayah negeri Peran&is terbe ah menjadi dua daerah hukum yang

    berbeda. Bagian Utara ada ah daerah hukum yang tidak tertu is (pays de dr$it

    &$utumier) sedangkan daerah Se atan merupakan daerah hukum yang tertu is (pays

    de dr$it e&rit). !i Utara ber aku hukum kebiasaan Peran&is kun$ yang berasa dari

    hukum 0ermania sebe um resepsi hukum '$ma i. Sedangkan di daerah Se atan

    ber aku hukum '$ma i yang tertuang da am #$rpus uris #i%i is pada pertengahan

    abad 2 asehi dari ustianus.#$rpus uris #i%i is pada 3aman itu dianggap sebagai hukum yang pa ing

    sempurna terdiri dari 4 bagian yaitu5 (1) #$de6 ustiniani (7) Pande&ta (8)

    2nstituti$nes dan (4) 9$%e es. #$de6 ustianni berisi kumpu an undang-undang( eges e6) yang te ah dibukukan $ eh para ah i hukum atas perintah Kaisar '$ma i

    yang dianggap sebagai himpunan sega a ma&am undang-undang.Pande&ta memuat kumpu an pendapat para ah i hukum '$ma i yang

    termasyhur misa nya 0aius Papinianus Pau us U pianus $destinus dan

    sebagainya. 2nstituti$nes memuat tentang pengertian embaga- embaga hukum

    '$ma i. !an 9$%e es ada ah kumpu an undang-undang yang dike uarkan sesudah

    &$de6 se esai. Hanya mengenai perka inan di se uruh negeri Peran&is ber aku #$de6

    uris #an$ni&i (hukum yang ditetapkan $ eh 0ereja Kat$ ik '$ma. Berabad-abad

    amanya keadaan ini ber angsung terus dengan tidak ada kesatuan hukum.Pada bagian kedua abad : 22 di negeri Peran&is te ah timbu a iran-a iran

    yang ingin men&iptakan k$di;ikasi hukum yang akan ber aku di negeri itu agar

    diper$ eh kesatuan da am hukum Peran&is. Pada akhir abad : 22 dan pada permu aan

    abad : 222 $ eh raja Peran&is dibuat beberapa peraturan perundang-undangan

    (seperti

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    2/17

    substitusi).K$di;ikasi hukum perdata di Peran&is baru berhasi di&iptakan sesudah

    'e%$ usi Peran&is (1=>? - 1=?+) dimana pada tangga 17 @gustus 1>,, $ eh

    9ap$ e$n dibentuk suatu panitia yang diserahi tugas membuat k$di;ikasi. Aang

    menjadi sumbernya ada ah5a. Hukum '$ma i yang diga i dari hasi karya-karya para sarjana bangsa

    Peran&is yang kenamaan (!um$ in !$mat dan P$thier) b. Hukum Kebiasaan Peran&is ebih- ebih hukum kebiasaan daerah Paris&. 7,. 'en&ana ini terkena dengan nama E$nt erp KemperE ('en&ana

    Kemper). !a am perdebatan di Per aki an 'akyat Be anda ren&ana Kemper ini

    mendapat tantangan yang hebat dari angg$ta-angg$ta Bangsa Be gia ( aki - aki

    9eder and Se atan) yang dipimpin $ eh Ketua Pengadi an Tinggi di k$ta Fuik (Be gia)

    yang bernama Nicolai.

    !a am tahun 1>17 ren&ana Kemper itu dit$ ak $ eh Per aki an 'akyatBe anda. !an sete ah Kemper meningga dunia tahun 1>74 pembuatan k$di;ikasi

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    3/17

    dipimpin $ eh 9i&$ ai dengan suatu met$de kerja yang baru yaitu dengan menyusun

    da;tar pertanyaan tentang hukum yang ber aku yang akan dini ai par emen. Sete ah

    diketahui kehendak may$ritas panitia a u menyusun ren&ana-ren&ana dan

    mengajukannya ke par emen (Per aki an 'akyat Be anda) untuk diputuskan.

    !emikian ah &ara kerja yang di akukan semenjak tahun 1>77 sampai 1>7D. Bagian

    demi bagian Kitab Undang-undang Hukum Perdata Be anda dise esaikan dan setiap

    bagian dimuat tersendiri da am Staatsb ad tetapi tangga mu ai ber akunya tentu saja

    ditangguhkan sampai se uruhnya se esai. !a am ;ahun 1>7? pekerjaan itu se esai dan

    diakhiri dengan baik. Undang-undang yang tadinya terpisah-pisah dihimpun da am

    satu kitab undang-undang dan diberi n$m$r urut a u diterbitkan. Ber akunya

    ditetapkan tangga 1 Cebruari 1>81. Pada aktu yang sama dinyatakan pu a ber aku

    Wetboek van Koophandel (W%K) Burgerlijke Rechtsvordering (B'%). Sedangkan

    Wetboek van Strafrecht (W%S) menyusu kemudian.Keinginan sarjana-sarjana hukum dari 9eder and Se atan (Be gia) yang

    hendak menuruti #$de #i%i Peran&is da am men&iptakan k$di;ikasi hukum perdata

    te ah terpenuhi. Kesemuanya k$di;ikasi hukum perdata itu - ke&ua i beberapa bagian

    dimana dipertahankan hukum Be anda kun$ - merupakan ciplakan dari #$de #i%i

    Peran&is. Seakan-akan #$de #i%i Peran&is disusun kemba i untuk 9eder and. @kan

    tetapi sebe um tangga ber akunya Kitab Undang-undang Hukum Perdata itu tibatimbu ah pember$ntakan di bagian Se atan 9eder and yang pada akhirnya

    mengakibatkan pemisahan antara negeri Be anda dan negeri Be gia (1>8, - 1?8?).Kemudian da am bu an anuari 1>81 dike uarkan Koninklijk Besluit yang

    menunda ber akunya Kitab Undang-undang Hukum Perdata tersebut. Segera sesudah

    itu dike uarkan pu a Koninklijk Besluit yang menugaskan k$misi redaksi untuk

    mengadakan peninjauan kemba i untuk membersihkannya dari ha -ha yang tidak

    tepat. Bagian-bagian k$di;ikasi itu di$ ah kemba i karena ternyata da am Kitab

    Undang-undang Hukum Perdata 1>8, tersebut pendapat-pendapat sarjana Be gia

    ter a u mengesampingkan pikiran-pikiran da am bidang hukum dari 9eder and Utara

    tetapi perubahan-perubahan yang diadakan tidak ter a u banyak. !engan Koninklijk

    Besluit tangga 1, @pri 1>8> (Stb. 18> 9$. 17) Kitab Undang-undang Hukum

    Perdata Be anda itu dinyatakan ber aku sejak tanggal 1 Oktober 18 8.Berdasarkan asas k$nk$rdansi !concordantie beginsel"# maka dikehendaki

    supaya perundang-undangan baru di negeri Be anda itu diber akukan juga buat $rang-

    $rang g$ $ngan /r$pa di Hindia Be anda (2nd$nesia). Untuk itu maka dengan Cirman'aja tangga 1+ @gustus 1>8? 9$. 1,7 dibentuk suatu k$misi dengan tugas membuat

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    4/17

    ren&ana peraturan-peraturan untuk member akukan peraturan itu sekiranya dipandang

    per u. K$misi ini terdiri dari r. #. . S&h$ ten %an 4+ 9$. D= ditetapkan antara ain bah a angg$ta

    !e an Pertimbangan 9egara $hr. %r. &.'. Wickers diutus ke Hindia Be anda untuk

    memangku jabatan Ketua ahkamah @gung dan ahkamah @gung tentara. Sebe um

    berangkat dia di ajibkan bersama-sama r. S&h$ ten %an

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    5/17

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    6/17

    perjanjian-perjanjian khusus.Bab 2 s.d. 2 merupakan ketentuan umum # sedangkan Bab s.d. : 222

    ditambah 22 @ merupakan ketentuan khusus yang mengatur perjanjian-perjanjian

    bernama !benoe)de contracten". Ketentuan umum da am Bab 2 s.d. 2 tersebut

    ber aku untuk semua perikatan baik yang bernama !benoe)de contracten" maupun

    yang tidak bernama !onbenoe)de contracten". @kan tetapi ber akunya ketentuan-

    ketentuan umum terhadap perikatan-perikatan khusus tersebut dibatasi sedemikian

    rupa yaitu sepanjang tidak diatur se&ara khusus (Pasa 181? B W dan Pasa 1 W K).

    @pabi a sudah diatur se&ara khusus ketentuan-ketentuan umum itu tidak ber aku.

    !a am i mu hukum ha ini disebut adagiu m le0 specialis derogat legi generali.Se ain da am Buku 222 BW perikatan juga ada diatur da am beberapa bagian

    Buku 2 dan 22 BW. 9amun tentunya sepanjang be um diatur da am Undang-undang 9$. + Tahun 2?D, dan Undang-undang 9$. 1 Tahun 1?=4 maupun peraturan pe ak-

    sanaannya.!i uar BW juga terdapat berbagai perikatan yang diatur se&ara khusus da am

    Kitab Undang-undang Hukum !agang (W K). Perjanjian-perjanjian yang tidak

    diatur da am undang-undang sesuai dengan asas kebebasan berk$ntrak ( contract

    vrijheid ) (Pasa 188> ayat (1) BW) b$ eh saja dibuat sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang kesusi aan dan

    ketertiban umum.

    8. Perbedaan Perikatan Perjanjian dan K$ntrak

    Suatu perikatan ada ah suatu perhubungan hukum antara dua $rang atau dua

    pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu ha dan pihak yang

    ain dan pihak yang ain berke ajiban untuk memenuhi tuntutan itu.Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur atau si ber-piutang

    sedangkan pihak yang berke ajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si

    berutang. Perhubungan antara dua $rang atau dua pihak tadi ada ah suatu per-

    hubungan hukum yang berarti bah a hak si berpiutang itu dijamin $ eh hukum atau

    undang-undang. @pabi a tuntutan itu tidak dipenuhi se&ara sukare a si berpiutang

    dapat menuntutnya di depan hakim.Suatu perjanjian ada ah suatu peristi a di mana se$rang berjanji ke-pada

    se$rang ain atau di mana dua $rang itu sa ing berjanji untuk me aksana-kan sesuatu

    ha . !an peristi a ini tirnbu ah suatu hubungan antara dua $rang tersebut yang

    dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua $rang

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    7/17

    yang membuatnya. !a am bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan

    yang mengandung janjijanji atau ke-sanggupan yang diu&apkan atau ditu is. 1

    4. Sadas

    Menurut ketentuan Pasal 1233 BW perikatan bersumber dari perjanjiandan undang-undang. Perikatan yang bersumber dari perjanjian diatur dalam

    titel II (Pasal 1313 s.d. 1351) dan titel V s.d. XVIII (Pasal 1457 s.d. 1864) Buku

    III BW. Sedangkan perikatan yang bersumber dari undang-undang diatur

    dalam titel III (Pasal 1352 s.d. 1380) Buku III BW.Perikatan yang bersumber dari undang-undang menurut Pasal 1352 B

    W dibedakan atas p erikatan yang lahir d ari undang-undang saja (tdt de w et

    alien) dan perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan

    manusia (tdt de w et door's m ensen toedoen). Kemudian perikatan yang lahir dari

    undang-undang karena perbuatan manusia menurut Pasal 1353 B W

    dibedakan lagi atas perbuatan yang sesuai dengan hukum (rechtmatige) dan

    perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatige). 2

    Meskipun demikian, menurut penulis-penulis yang lebih muda seperti

    Van Brakel, Losecaat - Ver meer dan Hofmann - Opstaal, kedua macam

    perikatan itu tetap ada perbedaannya. Pada perikatan yang bersumber d ari

    undang-undang, p erikatan itu diciptakan secara langsung karena suatu

    keadaan tertentu -perbuatan atau kejadian- dan memikulkan suatu kewajiban

    dengan tidak menghiraukan kehendak orang yang harus memenuhinya.Sedangkan pada p erikatan yang bersumber dari perjanjian, meskipun

    mendapat sanksi dari undang-undang, tetapi keharusan untuk memenuhikewajiban barulah tercipta setelah yang bersangkutan yang harus

    memenuhinya memberikan persetujuannya atau menghendakinya.Vollmar, Pitlo, H. Orion dan Meyers dalam ajaran umumnya menyatakan

    bahwa tidak ada pertentangan (tegenstelling) yang hakiki an tara perikatan

    1

    2 H. 'iduan Syahrani S.H. Seluk Beluk dan (sas/asas &uku) -erdata# ha . 1?D

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    8/17

    yang bersumber dari perjanjian dan perikatan yang bersumber dari undang-

    undang. Sebab pada akhirnya selalu undang-undang yang memberi

    sanksinya meskipun yang menjadi sumbarnya perjanjian. Meskipun

    demikian, tidak perlu ada keberatan terhadap pembagian yang diadakan

    Pasal 1233 B W itu.Pada umumnya, para ahli hukum perdata sependapat bahwa sumber

    perikatan sebagaimana d isebut Pasal 1233 BW yaitu perjanjian dan undang-

    undang adalah kurang lengkap. Sumber perikatan yang lain adalah Ilmu

    Pengetahuan Hukum Perdata, hukum tidak tertulis dan keputusan hakim

    (yurisprudensi).Namun, sumber perikatan yang terpenting adalah perjanjian, sebab

    dengan melalui perjanjian pihak-pihak mempunyai kebebasan untuk

    membuat segala macam perikatan, baik perikatan yang bernama yang

    tercantum dalam titel V s.d. XVIII Buku III BW mapun perikatan yang tidak

    bernama. Hal ini sesuai dengan asas kebebasan berkontrak (contract v rijheid)

    sebagai salah satu asas yang menjadi dasar lembaga-lembaga hukum yang

    disebutkan pada titel V s.d. XVIII sebagai perjanjian bernama, juga menjadi

    dasar lembaga-lembaga hukum yang tidak disebutkan di dalam titel-titel itu

    sebagai perjanjian yang t idak bernama. Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa

    setiap orang pada d asarnya boleh membuat kontrak (perjanjian) yang berisi

    dan macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-undang,

    kesusilaan d an ketertiban umum.Asas kebebasan berkontrak itu dituangkan oleh pembentuk undang-

    undang dalam Pasal 1338 ayat (1) BW. Dalam hukum perdata asas kebebasan

    berkontrak yang dianut Buku III BW ini merupakan sistem (materiil) terbuka

    sebagai lawan sistem (materiil) tertutup yang dianut Buku II BW (Hukum

    Benda).14) Bahwa dengan kebebasan membuat per janjian tersebut berarti

    orang dapat menciptakan hak-hak perseorangan yang tidak diatur dalam

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    9/17

    Buku III BW, tetapi diatur send iri dalam perjanjian, sebab perjanjian yang

    dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

    membuatnya (Pasal 1338 ayat (1) BW). Namun, kebebasan berkontrak bukan

    berarti boleh membuat kontrak (perjanjian) secara bebas, tetapi

    (perjanjian) harus tetap dibuat d engan mengindahkan syarat-syarat un tuk

    sahnya perjanjian, baik syarat umum sebagaimana disebut Pasal 1320 BW

    maupun syarat khusus u ntuk perjanjian-perjanjian tertentu.Dengan adanya kebebasan berkontrak kedudukan rangkaian pasal-

    pasal Buku III BW khususnya p asal-pasal pada t itel V s.d. XVIII banyak yang

    hanya bersifat sebagai hukum pelengkap (aanvullens recht) saja. Artinya, pasal-

    pasal tersebut boleh dikesampingkan sekiranya para pihak pembuat

    perjanjian menghendakinya, dan pihak pembuat perjanjian diperbolehkan

    menciptakan ketentuan sendiri untuk mengatur kepen tingan mereka sesuai

    dengan apa yang mereka kehendaki. Pasal-pasal tersebut baru mengikat

    terhadap mereka, jika mereka tidak mengatur s endiri kepentingannya atau

    mengaturnya d alam perjanjian, tetapi tidak lengkap sehingga soal-soal yang

    tidak diatur tersendiri itu diberlakukan pasal-pasal hukum perikatan.Selanjutnya, dengan adasiya a sas keb ebasan berkontrak itu, perjanjian-

    perjanjian dengan sebutan perjanjian-perjanjian bernama itu hanyalah sebagai

    contoh belaka. Karena itu, orang boleh membuat perjanjian yang lain

    daripada contoh tersebut atau membuatnya secara sama dengan salah satu

    daripadanya sesuai dengan kebutuhan untuk apa perjanjian termaksuddibuat .3

    5. Syarat Sah perjanjian dan Wanprestasi Dalam Perjanjian

    Pasal 1320 KUHPeradata menentukan adanya 4 ( empat ) syarat sahnya

    suatu perjanjian, yakni: (Subekti, 2003: 330): Pertama, Adanya kata sepakat

    bagi mereka yang mengikatkan dirinya; Kedua, Kecakapan para pihak untuk

    3 Ibi d. hal 198-200

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    10/17

    membuat s uatu perikatan; Ketiga, Suatu hal tertentu; dan Keempat, Suatu

    sebab (causa) yang halal.Persyaratan tersebut diatas ber kenan baik mengenai subjek maupun

    objek perjanjian. Persyaratan yang pertama dan kedua berkenan dengansubjek perjanjian atau syarat subjektif. Persyaratan yang ketiga d an keempat

    berkenan dengan objek perjanjian atau syarat objektif. Pembedaan kedua

    persyaratan tersebut dikaitkan pula dengan masalah batal demi hukumnya

    (nieteg atau null and ab initio) d an dapat d ibatalkannya (vernietigbaar =

    voidable) su atu perjanjian. Apabila syarat o bjektif d alam perjanjian tidak

    terpenuhi maka Perjanjian tersebut batal demi hukum atau perjanjian yang

    sejak semula sudah batal, hukum menganggap perjanjian tersebut tidak

    pernah ada. Apabila sya rat subjektif tidak terpenuhi maka Perjanjian tersebut

    dapat d ibatalkan atau sepanjang perjanjian tersebut belum atau tidak

    dibatalkan pengadilan, m aka perjanjian yang bersangkutan masih terus

    berlaku.1.Kata Sepakat

    Kata sepakat didalam perjanjian pada dasarnya ad alah pertemuan atau

    persesuaian kehendak antara para pihak didalam perjanjian. Seseorang

    dikatakan memberikan persetujuannya atau kesepakatannya (Toestemming)

    jika ia memang menghendaki apa yang disepakati. Mariam Darus

    Budrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai persyaratan kehendak

    yang disetujui (Overeenstemande Wilsverklaring) antar p ara pihak-pihak.

    Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (Offerte). Pernyataan

    pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie). J.Satrio

    menyebutkan ada beberapa cara mengemukakan kehendak tersebut, yakni:

    Pertama, Secara tegas. 1) Dengan akte otentik. 2) Dengan akte di bawah

    tangan. Kedua, Secara diam-diam. Sekalipun undang-undang tidak secara

    tegas m engatakan, tetapi dari ketentuan-ketentuan yang a da, antara lain pasal

    1320 jo Pasal 1338 KUHPerdata, dapat disimpulkan bahwa pada asasnya,

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    11/17

    kecuali diterntukan lain, undang-undang tidak menentukan cara orang

    menyatakan kehendak.Suatu perjanjian dapat mengandung cacat hukum atau kata sepakat

    dianggap tidak ada jika terjadi hal -hal yan g disebut d i baw ah ini, yaitu:Pertama, Paksaan (dwang). Setiap tindakan yang tidak adil atau ancaman

    yang menghalangi kebebasan kehendak para termasuk dalam tindakan

    pemaksaan. Di dalam hal ini, setiap perbuatan atau ancaman melanggar

    undang-undang jika perbuatan tersebut merupakan penyalahgunaan

    kewenangan salah satu pihak dengan membuat suatu ancaman, yaitu setiap

    ancaman yang bertujuan agar pada akhirnya pihaklain memberikan hak.

    Kewenangan ataupun hak istimewanya. Paksaan dapat berupa kejahatan atau

    ancaman kejahatan, hukuman penjara atau ancaman hukuman penjara,

    penyitaan dan kepemilikan yang tidak sah, atau ancaman penyitaan atau

    kepemilikan suatu benda atau tanah yang dilakukan secara tidak sah, dan

    tindakan-tindakan lain yang melanggar undang-undang, seperti tekanan

    ekonomi, penderitaan sik dan mental, membuat seseorang dalam keadaan

    takut, dan lain-lain. Menurut Sudargo Gautama, paksaan (duress) adal ah

    setiap tindakan intimidasi mental. Contohnya adalah ancaman kejahatan

    sikdan hal ini dapat dibuat penuntutan terhadapnya. Jika ancaman

    kejahatan sik tersebut merupakan suatu tindakan yang diperbolehkan oleh

    hukum maka d alam hal ini ancaman tersebut tidak d iberi sanksi hukum, dan

    dinyatakan bahwa t idak ada paksaan sama sekal i. Selain itu paksaan juga bisa

    dikarenakan oleh pemerasan atau keadaan di bawah pengaruh terhadap

    seseorang yang mempunyai kalainan mental. Kedua, Penipuan (bedrog).

    Penipuan (fraud) adalah tindakan tipu muslihat. Menurut Pasal 1328

    KUHPerdata dengan tegas menyatakan bahwa penipuan merupakan alasan

    pembatalan perjanjian. Dalam hal ada penipuan, pihak yang ditipu, memang

    memberikan pernyataan yang sesuai dengan kehendaknya, tetapi

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    12/17

    kehendaknya itu, karena adanya daya t ipu, sengaja diarahkan ke suatu yang

    bertentangan dengan kehendak yang sebenarnya, yang seandainya tidak ada

    penipuan, merupakan tindakan yang benar. Dalam hal penipuan gambaran

    yang keliru sengaja ditanamkan oleh pihak yang satu kepada puhak yang

    lain. Jadi, elemen penipuan tidak hanya p ernyataan yang bohong, melainkan

    harus ada serangkain kebohongan (samenweefsel van verdichtselen),

    serangkain cerita yang tidak benar, dan setiap tindakan/sikap yang bersifat

    menipu. Dengan kata lain, penipuan adalah tindakan yang bermaksud jahat

    yang dilakukan oleh satu pihak sebelum perjanjian itu dibuat. Perjanjian

    tersebut mempunyai maksud untuk menipu pihak lain dan membuat

    menandatangani p erjanjian itu. Per nyataan yang salah itu sendiri bu kan

    merupakan penipuan, tetapi hal ini disertai dengan tindakan yang menipu.

    Tindakan penipuan tersebut h arus dilakukan oleh atau atas nama pihak

    dalam kontrak. Seseorang yang melakukan tindakan tersebut haruslah

    mempunyai maksud atau niat untuk menipu. Tindakan itu harus merupakan

    tindakan yang mempunyai maksud jahat, contohnya, merubah nomor seri

    pada sebuah mesin. Kelalaian untuk menginformasikan pelanggan atas

    adanya cacat tersembunyi pada suatu benda buka merupakan penipuan

    karena hal ini tidak mempunyai maksud jahat dan hanya merupakan

    kelalaian belaka. Selain itu, tindakan tersebut haruslahberjalan secara alami

    bahwa pihak yang ditipu tidak akan membuat perjanjian melainkan karena

    adanya unser pen ipuan. Dari penjelasan di atas d apat disimpulkan bahwa

    penipuan terdiri dari 4 (empat) un sur yai tu: (1) m erupakan tindakan yang

    bermaksud jahat , kecuali untuk kasus kelalaian dalam menginformasikan

    cacat tersembunyi pada su atu benda; (2) sebelum perjanjian tersebut dibuat;

    (3) dengan niat atau maksud agar p ihak lain menandatangani perjanjian; (4)

    tindakan yang dilakukan semata-mata hanya dengan maksud jahat. Ketiga,

    Kesesatan atau Kekeliruan (dwaling). Dalam hal ini, salah satu pihak atau

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    13/17

    beberapa pihak memiliki persepsi yang salah terhadap objek

    terdapat dalam perjanjian. Ada 2 (dua) macam kekeliruan. Pertama,error in

    person, yaitu kekeliruan pada orangnya, misalnya, sebuah perjanjian yang

    dibuat d engan artis terkenal t etapi kem udian perjanjian tersebut d ibuat

    dengan artis yang tidak terkenal hanya karena dia mempunyai nama yang

    sama. Kedua, error in subtantia yaitu kekeliruan yang berkaitan dengan

    kerakteristik suatu benda, misalnya seseorang yang membeli lukisan Basuki

    Abdullah, tetapi setelah sampai di rumah orang itu baru sadar bahwa lukisan

    yang di belinya tadi adalah lukisan tiruan dari Basuki A bdullah. Di dalam

    kasus yang lain, agar su atu perjanjian dapat d ibatalkan, tahu kurang lebih

    harus mengetahui bahwa rekannya telah membuat perjanjian atas dasar

    kekeliruan dalam hal mengindentikasi subjek atau orangnya. Keempat,

    Penyalahgunaan (misbruik van omstandigheiden). Penyalahgunaan keadaan

    terjadi manakala di dalam suatu perjanjian dipengaruhi oleh suatu hal yang

    menghalanginya untuk melakukan penilaian (judgment) yang bebas dari

    pihak lainnya, sehingga ia t idak dapat mengambil putusan yang independen.

    Penekanan tersebut dapat d ilakukan karena salah satu pihak memiliki

    kedudukan khusus (misalnya kedudukan yang dominan atau memiliki yang

    bersifat duciary dan condence).Van Dune menyatakan bahwa

    penyalahgunaan keadaan tersebut dapat terjadi karena keunggulan ekonomi

    maupun karena kejiwaan.

    2. Kecakapan untuk Mengadakan PerikatanSyarat sahnya perjanjian yang kedua m enurut Pasal 1320 KUHPerdata

    adalah kecakapan untuk membuat perikatan (om eene verbintenis aan te

    gaan). Di sini terjadi percampuradukan penggunaan istilah perikatan dan

    perjanjian. Dari kata “m embuat” p erikatan dan perjanjian dapat disimpulkan

    adanya unsur “n iat” (sengaja). Hal yang demikian itu dapat disimpulkan

    cocok untuk perjanjian yang merupakan tindakan hukum. Apalagi karenaunsur tersebut di cantumkan sebagai ub sur sahnya perjanjian, maka tidak

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    14/17

    mungkin tertuju kepada perikatan yang timbul karena undang-undang.

    Menurut J. Satrio, istilah yang tepat u ntuk menyebut syaratnya perjanjian

    yang kedua ini adalah : kecakapan untuk membuat perjanjian.

    Pasal 1329 KUHperdata menyatakan bahwa setiap orang adalah cakap.Kemudian Pasal 1330 menyatakan bahwa ada beberapa orang tidak cakap

    untuk membuat perjanjian, yakni: Pertama, orang yang belum dewasa;

    Kedua, mereka yang ditaruh di bawah p engampuan; dan Ketiga, orang-orang

    perempuan dalam pernikahan, (setelah diundangkannya Undang-undang no

    1 tahun 1974 pasal 31 ayat 2 maka perempuan dalam perkawinan dianggap

    cakap hukum). Seseorang di katakan belum dewasa menurut pasal 330 KUHPerdata

    jika belum mencapai umur 21 tahun. Seseorang dikatakan dewasa jika tel

    berumur 21 tahun atau berumur kurang dari 21 tahun, tetapi t

    Dalam perkembangannya, berdasar Pasal 47 dan 50 UU No. 1 Tahun 1974

    kedewasaan seseorang ditentukan bahwa anak berada di bawah kekuasaan

    orang tua atau wali sampai umur 18 tahun.Selanjutnya Mahkamah Agung melalui Putusan No. 447/Sip/1976

    tanggal 13 Oktober 1976 menyatakan bahwa dengan berlakunya UU No 1

    Tahun 1974, maka batas seseorang berada di bawah kekuasaan perwalian

    adalah 18 t ahun, bukan 21 tahun. Henry R. Cheseemen 37 m enjelaskan bahwa

    di dalam sistim common law, seseorang dikatakan belum dewasa jika belum

    berumur 18 tahun (tahun) dan 21 tahun (pria) . dalam perkembangannya,

    umumnya negara-negara bagia di Amerika Serikat telah mensepakati bahwa

    kedewasaan tersebut ditentukan jika seseorang telah berumur 18 tahun yang

    berlaku baik bagi wanita maupun pria.Seseorang yang telah dewasa d apat tidak cakap melakukan perjanjian,

    jika yang bersangkutan diletakan di bawah pengampuan (curatele atau

    conservatorship). Seseorang dapat diletakan dibawah pengampuan jika yan g

    bersangkutan gila, dungu (onnoozelheid), mata gelap (razerni

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    15/17

    (zwakheid van vermogens) atau juga pemboros. Orang yang demikian itu

    tidak menggunakan akal sehatnya, dan oleh karenanya dapat merugikan

    dirinya sendiri. Seseorang yang telah dinyatakan pailit juga t idak cakap untuk

    melakukan perikatan tertentu. Seseorang yang telah dinyatakan pailit untuk

    membuat suatu perikatan yang menyangkut harta kekayaannya. Ia hanya

    boleh melakukan perikatan yang mengungkapkan budel pailit, dan itupun

    harus s epengetahuan kuratornya.3. Suatu Hal Tertentu

    Syarat sahnya perjanjian yang ketiga adalah adanya suatu hal tertentu

    (een bepaald onderwerp). Pasal 1333 KUHPerdata menentukan bahwa suatu

    perjanjian harus m empunyai pokok suatu benda (zaak) yang paling sedikit

    dapat d itentukan jenisnya. Suatu perjanjian harus m emiliki objek tertentu.

    Suatu perjanjian haruslah mengenai suatu hal tertentu (centainty of t erms),

    berarti bahwa apa yang diperjanjiakan, yakni hak dan kewaj

    pihak. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit d apat

    ditentukan jenisnya.Istilah barang dimaksud di sini apa yang dalam bahasa Belanda

    disebut sebagai zaak. Zaak dalam bahasa b elanda t idak hanya b erarti barang

    dalam arti s empit, t etapi juga berarti yan g lebih luas lagi, yakn i p okok

    persoalan. Oleh karena itu, objek perjanjian tidak hanya b erupa b enda, tetapi

    juga bisa berupa jasa. J. Satrio menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan suatu hal

    tertentu dalam perjanjian adalah objek prestasi perjanjian. Isi prestasi terseb ut

    harus t ertentu atau paling sedikit dapat ditentukan jenisnya.KUHPerdata menentukan bahwa barang yang d imaksud tidak harus

    disebutkan, asalkan nanti dapat dihitung at au ditentukan. Misalnya m engenai

    perjanjian “panen tembakau dari suatu ladang dalam tahun

    berikutnya”adalah sah. Perjanjian jual beli

    penjelasan lebih lanjut, harus d ianggap tidak cukup jelas.4. Kausa Hukum yang Halal

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    16/17

    Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya kausa hukum

    yang halal. Kata kausa yang diterjemahkan dari kata oorzaak (Belanda) atau

    causa (Latin) bukan berarti sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat

    perjanjian, t etapi m engacu kepada isi d an tujuan perjanjian itu sendiri.

    Misalnya d alam perjajian jual beli, isi dan tujuan atau kausanya ad alah pihak

    yang satu menghendaki hak milik suatu barang, sedangkan pihak lainnya

    menghendaki uang.Berdasarkan penjelasan di atas, maka a pabila ses eorang membeli pisau

    di suatu toko dengan maksud membunuh orang, maka jual beli tersebut

    mempunyai kausa yang halal. Apabila maksud membunuh tersebut

    dituangkan di dalam perjanjian, misalnya penjual pisau menyatakan hanya

    bersedia menjual pisaunya jika pembeli membeli menbunuh orang dengan

    pisaunya, disini tidak ada kausa h ukum yang h alal.Menurut Pasal 1335 jo 1337 KUHPerdata bahwa suatu kausa

    dinyatakan terlarang jika bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan,

    dan ketertiban umum. Suatu kausa dikatakan bertentangan dengan undang-

    undang, jika kausa di dalam perjanjian yang bersangkutan isinya

    bertentangan dengan undang-undang, jika kausa di dalam perjanjian yang

    bersangkutan isinya bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.Untuk menentukan apakah suatu kausa perjanjian bertentangan

    dengan kesusilaan (goede zeden) bukanlah masalah yang mudah, karena

    istilah kesusilaan ini s angat ab strak, yang isinya bisa berbeda-beda antara

    daerah yang satu dan daerah atau antara kelompok masyarakat yang satu dan

    lainnya. Selain itu penilaian orang terhadap kesusilaan dapat pula berubah-

    ubah sesuai dengan perkembangan zaman. hukum dalam perjanjian yang

    terlarang juga apabila bertentangan ketertiban umum, keamanan Negara,

    keresahan dalam masyarakat, dan karenanya dikatakan mengenai masalah

    ketatanegaraan. Didalam konteks Hukum Perdata International (HPI),

    ketertiban umum dapat dimaknai sebagai sendi-sendi atau asas-asas hu kum

  • 8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek

    17/17

    suatu negara.Kuasa hukum yang halal ini di dalam sistim common law dikenal

    dengan istilah legaliti yan g dikaitkan dengan public policy. Suatu kontrak

    dapat m enjadi tidak sah (illegal) jika bertentangan dengan public policy.Walaupun sampai sekarang belum ada d enisi public policy jika berdampak

    negatif pada masyarakat atau menggangu keamanan dan kesejahteraan

    masyarakat.Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi.

    Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban

    sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

    dengan debitur. Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah

    diberikan somasi oleh kreditur atau juru sita. A pabila somasi itu tidak

    diindahkannya, maka k reditur berhak membawa p ersoalan itu ke p engadilan.

    Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau

    tidak.Ada 4 akibat ad anya wanprestasi, yaitu sebagai ber ikut : Pertama,

    Perikatan tetap ada. Kedua, Debitur harus membayar ganti rugi kepad a

    kreditur. Ketiga, Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan

    tersebut timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila a da k esengajaan atau

    kesalahan besar d ari p ihak kreditur. Keempat, Jika perikatan lahir dari

    perjanjian timbal balik, kreditur d apat membebaskan diri dari kewajibannya

    memberikan kontra prestasi dengan menggunakan pasal 1266 KUHPerdata. 4

    4 'etna 0umanti Syarat Sahnya Perjanjian (!itinjau !ari KUHPerdata) $ + 9$ ,1 7,17/jurna U90