sejarah terbentuknya burgerlijk wetboek
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
1/17
1. Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek (BW)Sejarah terbentuknya Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) tidak bisa
dipisahkan dengan sejarah terbentuknya Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Be anda. !an sejarah terben"tuknya Kitab Undang-undang Hukum Perdata Be anda
tidak bisa dipisahkan dengan sejarah terbentuknya #$de #i%i Peran&is. 'angkaian
sejarah terbentuknya BW Kitab Undang-undang Hukum Perdata Be anda dan #$de
#i%i Peran&is ini se&ara garis besar ada ah sebagai berikut di ba ah ini.Semenjak * +, tahun sebe um asehi pada aktu u ius #aesar berkuasa di
/r$pa Barat hukum '$ma i te ah ber aku di Peran&is berdampingan dengan hukum
Peran&is kun$ yang berasa dari hukum 0ermania dengan sa ing mempengaruhi.Suatu ketika i ayah negeri Peran&is terbe ah menjadi dua daerah hukum yang
berbeda. Bagian Utara ada ah daerah hukum yang tidak tertu is (pays de dr$it
&$utumier) sedangkan daerah Se atan merupakan daerah hukum yang tertu is (pays
de dr$it e&rit). !i Utara ber aku hukum kebiasaan Peran&is kun$ yang berasa dari
hukum 0ermania sebe um resepsi hukum '$ma i. Sedangkan di daerah Se atan
ber aku hukum '$ma i yang tertuang da am #$rpus uris #i%i is pada pertengahan
abad 2 asehi dari ustianus.#$rpus uris #i%i is pada 3aman itu dianggap sebagai hukum yang pa ing
sempurna terdiri dari 4 bagian yaitu5 (1) #$de6 ustiniani (7) Pande&ta (8)
2nstituti$nes dan (4) 9$%e es. #$de6 ustianni berisi kumpu an undang-undang( eges e6) yang te ah dibukukan $ eh para ah i hukum atas perintah Kaisar '$ma i
yang dianggap sebagai himpunan sega a ma&am undang-undang.Pande&ta memuat kumpu an pendapat para ah i hukum '$ma i yang
termasyhur misa nya 0aius Papinianus Pau us U pianus $destinus dan
sebagainya. 2nstituti$nes memuat tentang pengertian embaga- embaga hukum
'$ma i. !an 9$%e es ada ah kumpu an undang-undang yang dike uarkan sesudah
&$de6 se esai. Hanya mengenai perka inan di se uruh negeri Peran&is ber aku #$de6
uris #an$ni&i (hukum yang ditetapkan $ eh 0ereja Kat$ ik '$ma. Berabad-abad
amanya keadaan ini ber angsung terus dengan tidak ada kesatuan hukum.Pada bagian kedua abad : 22 di negeri Peran&is te ah timbu a iran-a iran
yang ingin men&iptakan k$di;ikasi hukum yang akan ber aku di negeri itu agar
diper$ eh kesatuan da am hukum Peran&is. Pada akhir abad : 22 dan pada permu aan
abad : 222 $ eh raja Peran&is dibuat beberapa peraturan perundang-undangan
(seperti
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
2/17
substitusi).K$di;ikasi hukum perdata di Peran&is baru berhasi di&iptakan sesudah
'e%$ usi Peran&is (1=>? - 1=?+) dimana pada tangga 17 @gustus 1>,, $ eh
9ap$ e$n dibentuk suatu panitia yang diserahi tugas membuat k$di;ikasi. Aang
menjadi sumbernya ada ah5a. Hukum '$ma i yang diga i dari hasi karya-karya para sarjana bangsa
Peran&is yang kenamaan (!um$ in !$mat dan P$thier) b. Hukum Kebiasaan Peran&is ebih- ebih hukum kebiasaan daerah Paris&. 7,. 'en&ana ini terkena dengan nama E$nt erp KemperE ('en&ana
Kemper). !a am perdebatan di Per aki an 'akyat Be anda ren&ana Kemper ini
mendapat tantangan yang hebat dari angg$ta-angg$ta Bangsa Be gia ( aki - aki
9eder and Se atan) yang dipimpin $ eh Ketua Pengadi an Tinggi di k$ta Fuik (Be gia)
yang bernama Nicolai.
!a am tahun 1>17 ren&ana Kemper itu dit$ ak $ eh Per aki an 'akyatBe anda. !an sete ah Kemper meningga dunia tahun 1>74 pembuatan k$di;ikasi
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
3/17
dipimpin $ eh 9i&$ ai dengan suatu met$de kerja yang baru yaitu dengan menyusun
da;tar pertanyaan tentang hukum yang ber aku yang akan dini ai par emen. Sete ah
diketahui kehendak may$ritas panitia a u menyusun ren&ana-ren&ana dan
mengajukannya ke par emen (Per aki an 'akyat Be anda) untuk diputuskan.
!emikian ah &ara kerja yang di akukan semenjak tahun 1>77 sampai 1>7D. Bagian
demi bagian Kitab Undang-undang Hukum Perdata Be anda dise esaikan dan setiap
bagian dimuat tersendiri da am Staatsb ad tetapi tangga mu ai ber akunya tentu saja
ditangguhkan sampai se uruhnya se esai. !a am ;ahun 1>7? pekerjaan itu se esai dan
diakhiri dengan baik. Undang-undang yang tadinya terpisah-pisah dihimpun da am
satu kitab undang-undang dan diberi n$m$r urut a u diterbitkan. Ber akunya
ditetapkan tangga 1 Cebruari 1>81. Pada aktu yang sama dinyatakan pu a ber aku
Wetboek van Koophandel (W%K) Burgerlijke Rechtsvordering (B'%). Sedangkan
Wetboek van Strafrecht (W%S) menyusu kemudian.Keinginan sarjana-sarjana hukum dari 9eder and Se atan (Be gia) yang
hendak menuruti #$de #i%i Peran&is da am men&iptakan k$di;ikasi hukum perdata
te ah terpenuhi. Kesemuanya k$di;ikasi hukum perdata itu - ke&ua i beberapa bagian
dimana dipertahankan hukum Be anda kun$ - merupakan ciplakan dari #$de #i%i
Peran&is. Seakan-akan #$de #i%i Peran&is disusun kemba i untuk 9eder and. @kan
tetapi sebe um tangga ber akunya Kitab Undang-undang Hukum Perdata itu tibatimbu ah pember$ntakan di bagian Se atan 9eder and yang pada akhirnya
mengakibatkan pemisahan antara negeri Be anda dan negeri Be gia (1>8, - 1?8?).Kemudian da am bu an anuari 1>81 dike uarkan Koninklijk Besluit yang
menunda ber akunya Kitab Undang-undang Hukum Perdata tersebut. Segera sesudah
itu dike uarkan pu a Koninklijk Besluit yang menugaskan k$misi redaksi untuk
mengadakan peninjauan kemba i untuk membersihkannya dari ha -ha yang tidak
tepat. Bagian-bagian k$di;ikasi itu di$ ah kemba i karena ternyata da am Kitab
Undang-undang Hukum Perdata 1>8, tersebut pendapat-pendapat sarjana Be gia
ter a u mengesampingkan pikiran-pikiran da am bidang hukum dari 9eder and Utara
tetapi perubahan-perubahan yang diadakan tidak ter a u banyak. !engan Koninklijk
Besluit tangga 1, @pri 1>8> (Stb. 18> 9$. 17) Kitab Undang-undang Hukum
Perdata Be anda itu dinyatakan ber aku sejak tanggal 1 Oktober 18 8.Berdasarkan asas k$nk$rdansi !concordantie beginsel"# maka dikehendaki
supaya perundang-undangan baru di negeri Be anda itu diber akukan juga buat $rang-
$rang g$ $ngan /r$pa di Hindia Be anda (2nd$nesia). Untuk itu maka dengan Cirman'aja tangga 1+ @gustus 1>8? 9$. 1,7 dibentuk suatu k$misi dengan tugas membuat
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
4/17
ren&ana peraturan-peraturan untuk member akukan peraturan itu sekiranya dipandang
per u. K$misi ini terdiri dari r. #. . S&h$ ten %an 4+ 9$. D= ditetapkan antara ain bah a angg$ta
!e an Pertimbangan 9egara $hr. %r. &.'. Wickers diutus ke Hindia Be anda untuk
memangku jabatan Ketua ahkamah @gung dan ahkamah @gung tentara. Sebe um
berangkat dia di ajibkan bersama-sama r. S&h$ ten %an
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
5/17
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
6/17
perjanjian-perjanjian khusus.Bab 2 s.d. 2 merupakan ketentuan umum # sedangkan Bab s.d. : 222
ditambah 22 @ merupakan ketentuan khusus yang mengatur perjanjian-perjanjian
bernama !benoe)de contracten". Ketentuan umum da am Bab 2 s.d. 2 tersebut
ber aku untuk semua perikatan baik yang bernama !benoe)de contracten" maupun
yang tidak bernama !onbenoe)de contracten". @kan tetapi ber akunya ketentuan-
ketentuan umum terhadap perikatan-perikatan khusus tersebut dibatasi sedemikian
rupa yaitu sepanjang tidak diatur se&ara khusus (Pasa 181? B W dan Pasa 1 W K).
@pabi a sudah diatur se&ara khusus ketentuan-ketentuan umum itu tidak ber aku.
!a am i mu hukum ha ini disebut adagiu m le0 specialis derogat legi generali.Se ain da am Buku 222 BW perikatan juga ada diatur da am beberapa bagian
Buku 2 dan 22 BW. 9amun tentunya sepanjang be um diatur da am Undang-undang 9$. + Tahun 2?D, dan Undang-undang 9$. 1 Tahun 1?=4 maupun peraturan pe ak-
sanaannya.!i uar BW juga terdapat berbagai perikatan yang diatur se&ara khusus da am
Kitab Undang-undang Hukum !agang (W K). Perjanjian-perjanjian yang tidak
diatur da am undang-undang sesuai dengan asas kebebasan berk$ntrak ( contract
vrijheid ) (Pasa 188> ayat (1) BW) b$ eh saja dibuat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang kesusi aan dan
ketertiban umum.
8. Perbedaan Perikatan Perjanjian dan K$ntrak
Suatu perikatan ada ah suatu perhubungan hukum antara dua $rang atau dua
pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu ha dan pihak yang
ain dan pihak yang ain berke ajiban untuk memenuhi tuntutan itu.Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur atau si ber-piutang
sedangkan pihak yang berke ajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si
berutang. Perhubungan antara dua $rang atau dua pihak tadi ada ah suatu per-
hubungan hukum yang berarti bah a hak si berpiutang itu dijamin $ eh hukum atau
undang-undang. @pabi a tuntutan itu tidak dipenuhi se&ara sukare a si berpiutang
dapat menuntutnya di depan hakim.Suatu perjanjian ada ah suatu peristi a di mana se$rang berjanji ke-pada
se$rang ain atau di mana dua $rang itu sa ing berjanji untuk me aksana-kan sesuatu
ha . !an peristi a ini tirnbu ah suatu hubungan antara dua $rang tersebut yang
dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua $rang
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
7/17
yang membuatnya. !a am bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan
yang mengandung janjijanji atau ke-sanggupan yang diu&apkan atau ditu is. 1
4. Sadas
Menurut ketentuan Pasal 1233 BW perikatan bersumber dari perjanjiandan undang-undang. Perikatan yang bersumber dari perjanjian diatur dalam
titel II (Pasal 1313 s.d. 1351) dan titel V s.d. XVIII (Pasal 1457 s.d. 1864) Buku
III BW. Sedangkan perikatan yang bersumber dari undang-undang diatur
dalam titel III (Pasal 1352 s.d. 1380) Buku III BW.Perikatan yang bersumber dari undang-undang menurut Pasal 1352 B
W dibedakan atas p erikatan yang lahir d ari undang-undang saja (tdt de w et
alien) dan perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan
manusia (tdt de w et door's m ensen toedoen). Kemudian perikatan yang lahir dari
undang-undang karena perbuatan manusia menurut Pasal 1353 B W
dibedakan lagi atas perbuatan yang sesuai dengan hukum (rechtmatige) dan
perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatige). 2
Meskipun demikian, menurut penulis-penulis yang lebih muda seperti
Van Brakel, Losecaat - Ver meer dan Hofmann - Opstaal, kedua macam
perikatan itu tetap ada perbedaannya. Pada perikatan yang bersumber d ari
undang-undang, p erikatan itu diciptakan secara langsung karena suatu
keadaan tertentu -perbuatan atau kejadian- dan memikulkan suatu kewajiban
dengan tidak menghiraukan kehendak orang yang harus memenuhinya.Sedangkan pada p erikatan yang bersumber dari perjanjian, meskipun
mendapat sanksi dari undang-undang, tetapi keharusan untuk memenuhikewajiban barulah tercipta setelah yang bersangkutan yang harus
memenuhinya memberikan persetujuannya atau menghendakinya.Vollmar, Pitlo, H. Orion dan Meyers dalam ajaran umumnya menyatakan
bahwa tidak ada pertentangan (tegenstelling) yang hakiki an tara perikatan
1
2 H. 'iduan Syahrani S.H. Seluk Beluk dan (sas/asas &uku) -erdata# ha . 1?D
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
8/17
yang bersumber dari perjanjian dan perikatan yang bersumber dari undang-
undang. Sebab pada akhirnya selalu undang-undang yang memberi
sanksinya meskipun yang menjadi sumbarnya perjanjian. Meskipun
demikian, tidak perlu ada keberatan terhadap pembagian yang diadakan
Pasal 1233 B W itu.Pada umumnya, para ahli hukum perdata sependapat bahwa sumber
perikatan sebagaimana d isebut Pasal 1233 BW yaitu perjanjian dan undang-
undang adalah kurang lengkap. Sumber perikatan yang lain adalah Ilmu
Pengetahuan Hukum Perdata, hukum tidak tertulis dan keputusan hakim
(yurisprudensi).Namun, sumber perikatan yang terpenting adalah perjanjian, sebab
dengan melalui perjanjian pihak-pihak mempunyai kebebasan untuk
membuat segala macam perikatan, baik perikatan yang bernama yang
tercantum dalam titel V s.d. XVIII Buku III BW mapun perikatan yang tidak
bernama. Hal ini sesuai dengan asas kebebasan berkontrak (contract v rijheid)
sebagai salah satu asas yang menjadi dasar lembaga-lembaga hukum yang
disebutkan pada titel V s.d. XVIII sebagai perjanjian bernama, juga menjadi
dasar lembaga-lembaga hukum yang tidak disebutkan di dalam titel-titel itu
sebagai perjanjian yang t idak bernama. Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa
setiap orang pada d asarnya boleh membuat kontrak (perjanjian) yang berisi
dan macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan d an ketertiban umum.Asas kebebasan berkontrak itu dituangkan oleh pembentuk undang-
undang dalam Pasal 1338 ayat (1) BW. Dalam hukum perdata asas kebebasan
berkontrak yang dianut Buku III BW ini merupakan sistem (materiil) terbuka
sebagai lawan sistem (materiil) tertutup yang dianut Buku II BW (Hukum
Benda).14) Bahwa dengan kebebasan membuat per janjian tersebut berarti
orang dapat menciptakan hak-hak perseorangan yang tidak diatur dalam
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
9/17
Buku III BW, tetapi diatur send iri dalam perjanjian, sebab perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya (Pasal 1338 ayat (1) BW). Namun, kebebasan berkontrak bukan
berarti boleh membuat kontrak (perjanjian) secara bebas, tetapi
(perjanjian) harus tetap dibuat d engan mengindahkan syarat-syarat un tuk
sahnya perjanjian, baik syarat umum sebagaimana disebut Pasal 1320 BW
maupun syarat khusus u ntuk perjanjian-perjanjian tertentu.Dengan adanya kebebasan berkontrak kedudukan rangkaian pasal-
pasal Buku III BW khususnya p asal-pasal pada t itel V s.d. XVIII banyak yang
hanya bersifat sebagai hukum pelengkap (aanvullens recht) saja. Artinya, pasal-
pasal tersebut boleh dikesampingkan sekiranya para pihak pembuat
perjanjian menghendakinya, dan pihak pembuat perjanjian diperbolehkan
menciptakan ketentuan sendiri untuk mengatur kepen tingan mereka sesuai
dengan apa yang mereka kehendaki. Pasal-pasal tersebut baru mengikat
terhadap mereka, jika mereka tidak mengatur s endiri kepentingannya atau
mengaturnya d alam perjanjian, tetapi tidak lengkap sehingga soal-soal yang
tidak diatur tersendiri itu diberlakukan pasal-pasal hukum perikatan.Selanjutnya, dengan adasiya a sas keb ebasan berkontrak itu, perjanjian-
perjanjian dengan sebutan perjanjian-perjanjian bernama itu hanyalah sebagai
contoh belaka. Karena itu, orang boleh membuat perjanjian yang lain
daripada contoh tersebut atau membuatnya secara sama dengan salah satu
daripadanya sesuai dengan kebutuhan untuk apa perjanjian termaksuddibuat .3
5. Syarat Sah perjanjian dan Wanprestasi Dalam Perjanjian
Pasal 1320 KUHPeradata menentukan adanya 4 ( empat ) syarat sahnya
suatu perjanjian, yakni: (Subekti, 2003: 330): Pertama, Adanya kata sepakat
bagi mereka yang mengikatkan dirinya; Kedua, Kecakapan para pihak untuk
3 Ibi d. hal 198-200
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
10/17
membuat s uatu perikatan; Ketiga, Suatu hal tertentu; dan Keempat, Suatu
sebab (causa) yang halal.Persyaratan tersebut diatas ber kenan baik mengenai subjek maupun
objek perjanjian. Persyaratan yang pertama dan kedua berkenan dengansubjek perjanjian atau syarat subjektif. Persyaratan yang ketiga d an keempat
berkenan dengan objek perjanjian atau syarat objektif. Pembedaan kedua
persyaratan tersebut dikaitkan pula dengan masalah batal demi hukumnya
(nieteg atau null and ab initio) d an dapat d ibatalkannya (vernietigbaar =
voidable) su atu perjanjian. Apabila syarat o bjektif d alam perjanjian tidak
terpenuhi maka Perjanjian tersebut batal demi hukum atau perjanjian yang
sejak semula sudah batal, hukum menganggap perjanjian tersebut tidak
pernah ada. Apabila sya rat subjektif tidak terpenuhi maka Perjanjian tersebut
dapat d ibatalkan atau sepanjang perjanjian tersebut belum atau tidak
dibatalkan pengadilan, m aka perjanjian yang bersangkutan masih terus
berlaku.1.Kata Sepakat
Kata sepakat didalam perjanjian pada dasarnya ad alah pertemuan atau
persesuaian kehendak antara para pihak didalam perjanjian. Seseorang
dikatakan memberikan persetujuannya atau kesepakatannya (Toestemming)
jika ia memang menghendaki apa yang disepakati. Mariam Darus
Budrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai persyaratan kehendak
yang disetujui (Overeenstemande Wilsverklaring) antar p ara pihak-pihak.
Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (Offerte). Pernyataan
pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie). J.Satrio
menyebutkan ada beberapa cara mengemukakan kehendak tersebut, yakni:
Pertama, Secara tegas. 1) Dengan akte otentik. 2) Dengan akte di bawah
tangan. Kedua, Secara diam-diam. Sekalipun undang-undang tidak secara
tegas m engatakan, tetapi dari ketentuan-ketentuan yang a da, antara lain pasal
1320 jo Pasal 1338 KUHPerdata, dapat disimpulkan bahwa pada asasnya,
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
11/17
kecuali diterntukan lain, undang-undang tidak menentukan cara orang
menyatakan kehendak.Suatu perjanjian dapat mengandung cacat hukum atau kata sepakat
dianggap tidak ada jika terjadi hal -hal yan g disebut d i baw ah ini, yaitu:Pertama, Paksaan (dwang). Setiap tindakan yang tidak adil atau ancaman
yang menghalangi kebebasan kehendak para termasuk dalam tindakan
pemaksaan. Di dalam hal ini, setiap perbuatan atau ancaman melanggar
undang-undang jika perbuatan tersebut merupakan penyalahgunaan
kewenangan salah satu pihak dengan membuat suatu ancaman, yaitu setiap
ancaman yang bertujuan agar pada akhirnya pihaklain memberikan hak.
Kewenangan ataupun hak istimewanya. Paksaan dapat berupa kejahatan atau
ancaman kejahatan, hukuman penjara atau ancaman hukuman penjara,
penyitaan dan kepemilikan yang tidak sah, atau ancaman penyitaan atau
kepemilikan suatu benda atau tanah yang dilakukan secara tidak sah, dan
tindakan-tindakan lain yang melanggar undang-undang, seperti tekanan
ekonomi, penderitaan sik dan mental, membuat seseorang dalam keadaan
takut, dan lain-lain. Menurut Sudargo Gautama, paksaan (duress) adal ah
setiap tindakan intimidasi mental. Contohnya adalah ancaman kejahatan
sikdan hal ini dapat dibuat penuntutan terhadapnya. Jika ancaman
kejahatan sik tersebut merupakan suatu tindakan yang diperbolehkan oleh
hukum maka d alam hal ini ancaman tersebut tidak d iberi sanksi hukum, dan
dinyatakan bahwa t idak ada paksaan sama sekal i. Selain itu paksaan juga bisa
dikarenakan oleh pemerasan atau keadaan di bawah pengaruh terhadap
seseorang yang mempunyai kalainan mental. Kedua, Penipuan (bedrog).
Penipuan (fraud) adalah tindakan tipu muslihat. Menurut Pasal 1328
KUHPerdata dengan tegas menyatakan bahwa penipuan merupakan alasan
pembatalan perjanjian. Dalam hal ada penipuan, pihak yang ditipu, memang
memberikan pernyataan yang sesuai dengan kehendaknya, tetapi
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
12/17
kehendaknya itu, karena adanya daya t ipu, sengaja diarahkan ke suatu yang
bertentangan dengan kehendak yang sebenarnya, yang seandainya tidak ada
penipuan, merupakan tindakan yang benar. Dalam hal penipuan gambaran
yang keliru sengaja ditanamkan oleh pihak yang satu kepada puhak yang
lain. Jadi, elemen penipuan tidak hanya p ernyataan yang bohong, melainkan
harus ada serangkain kebohongan (samenweefsel van verdichtselen),
serangkain cerita yang tidak benar, dan setiap tindakan/sikap yang bersifat
menipu. Dengan kata lain, penipuan adalah tindakan yang bermaksud jahat
yang dilakukan oleh satu pihak sebelum perjanjian itu dibuat. Perjanjian
tersebut mempunyai maksud untuk menipu pihak lain dan membuat
menandatangani p erjanjian itu. Per nyataan yang salah itu sendiri bu kan
merupakan penipuan, tetapi hal ini disertai dengan tindakan yang menipu.
Tindakan penipuan tersebut h arus dilakukan oleh atau atas nama pihak
dalam kontrak. Seseorang yang melakukan tindakan tersebut haruslah
mempunyai maksud atau niat untuk menipu. Tindakan itu harus merupakan
tindakan yang mempunyai maksud jahat, contohnya, merubah nomor seri
pada sebuah mesin. Kelalaian untuk menginformasikan pelanggan atas
adanya cacat tersembunyi pada suatu benda buka merupakan penipuan
karena hal ini tidak mempunyai maksud jahat dan hanya merupakan
kelalaian belaka. Selain itu, tindakan tersebut haruslahberjalan secara alami
bahwa pihak yang ditipu tidak akan membuat perjanjian melainkan karena
adanya unser pen ipuan. Dari penjelasan di atas d apat disimpulkan bahwa
penipuan terdiri dari 4 (empat) un sur yai tu: (1) m erupakan tindakan yang
bermaksud jahat , kecuali untuk kasus kelalaian dalam menginformasikan
cacat tersembunyi pada su atu benda; (2) sebelum perjanjian tersebut dibuat;
(3) dengan niat atau maksud agar p ihak lain menandatangani perjanjian; (4)
tindakan yang dilakukan semata-mata hanya dengan maksud jahat. Ketiga,
Kesesatan atau Kekeliruan (dwaling). Dalam hal ini, salah satu pihak atau
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
13/17
beberapa pihak memiliki persepsi yang salah terhadap objek
terdapat dalam perjanjian. Ada 2 (dua) macam kekeliruan. Pertama,error in
person, yaitu kekeliruan pada orangnya, misalnya, sebuah perjanjian yang
dibuat d engan artis terkenal t etapi kem udian perjanjian tersebut d ibuat
dengan artis yang tidak terkenal hanya karena dia mempunyai nama yang
sama. Kedua, error in subtantia yaitu kekeliruan yang berkaitan dengan
kerakteristik suatu benda, misalnya seseorang yang membeli lukisan Basuki
Abdullah, tetapi setelah sampai di rumah orang itu baru sadar bahwa lukisan
yang di belinya tadi adalah lukisan tiruan dari Basuki A bdullah. Di dalam
kasus yang lain, agar su atu perjanjian dapat d ibatalkan, tahu kurang lebih
harus mengetahui bahwa rekannya telah membuat perjanjian atas dasar
kekeliruan dalam hal mengindentikasi subjek atau orangnya. Keempat,
Penyalahgunaan (misbruik van omstandigheiden). Penyalahgunaan keadaan
terjadi manakala di dalam suatu perjanjian dipengaruhi oleh suatu hal yang
menghalanginya untuk melakukan penilaian (judgment) yang bebas dari
pihak lainnya, sehingga ia t idak dapat mengambil putusan yang independen.
Penekanan tersebut dapat d ilakukan karena salah satu pihak memiliki
kedudukan khusus (misalnya kedudukan yang dominan atau memiliki yang
bersifat duciary dan condence).Van Dune menyatakan bahwa
penyalahgunaan keadaan tersebut dapat terjadi karena keunggulan ekonomi
maupun karena kejiwaan.
2. Kecakapan untuk Mengadakan PerikatanSyarat sahnya perjanjian yang kedua m enurut Pasal 1320 KUHPerdata
adalah kecakapan untuk membuat perikatan (om eene verbintenis aan te
gaan). Di sini terjadi percampuradukan penggunaan istilah perikatan dan
perjanjian. Dari kata “m embuat” p erikatan dan perjanjian dapat disimpulkan
adanya unsur “n iat” (sengaja). Hal yang demikian itu dapat disimpulkan
cocok untuk perjanjian yang merupakan tindakan hukum. Apalagi karenaunsur tersebut di cantumkan sebagai ub sur sahnya perjanjian, maka tidak
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
14/17
mungkin tertuju kepada perikatan yang timbul karena undang-undang.
Menurut J. Satrio, istilah yang tepat u ntuk menyebut syaratnya perjanjian
yang kedua ini adalah : kecakapan untuk membuat perjanjian.
Pasal 1329 KUHperdata menyatakan bahwa setiap orang adalah cakap.Kemudian Pasal 1330 menyatakan bahwa ada beberapa orang tidak cakap
untuk membuat perjanjian, yakni: Pertama, orang yang belum dewasa;
Kedua, mereka yang ditaruh di bawah p engampuan; dan Ketiga, orang-orang
perempuan dalam pernikahan, (setelah diundangkannya Undang-undang no
1 tahun 1974 pasal 31 ayat 2 maka perempuan dalam perkawinan dianggap
cakap hukum). Seseorang di katakan belum dewasa menurut pasal 330 KUHPerdata
jika belum mencapai umur 21 tahun. Seseorang dikatakan dewasa jika tel
berumur 21 tahun atau berumur kurang dari 21 tahun, tetapi t
Dalam perkembangannya, berdasar Pasal 47 dan 50 UU No. 1 Tahun 1974
kedewasaan seseorang ditentukan bahwa anak berada di bawah kekuasaan
orang tua atau wali sampai umur 18 tahun.Selanjutnya Mahkamah Agung melalui Putusan No. 447/Sip/1976
tanggal 13 Oktober 1976 menyatakan bahwa dengan berlakunya UU No 1
Tahun 1974, maka batas seseorang berada di bawah kekuasaan perwalian
adalah 18 t ahun, bukan 21 tahun. Henry R. Cheseemen 37 m enjelaskan bahwa
di dalam sistim common law, seseorang dikatakan belum dewasa jika belum
berumur 18 tahun (tahun) dan 21 tahun (pria) . dalam perkembangannya,
umumnya negara-negara bagia di Amerika Serikat telah mensepakati bahwa
kedewasaan tersebut ditentukan jika seseorang telah berumur 18 tahun yang
berlaku baik bagi wanita maupun pria.Seseorang yang telah dewasa d apat tidak cakap melakukan perjanjian,
jika yang bersangkutan diletakan di bawah pengampuan (curatele atau
conservatorship). Seseorang dapat diletakan dibawah pengampuan jika yan g
bersangkutan gila, dungu (onnoozelheid), mata gelap (razerni
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
15/17
(zwakheid van vermogens) atau juga pemboros. Orang yang demikian itu
tidak menggunakan akal sehatnya, dan oleh karenanya dapat merugikan
dirinya sendiri. Seseorang yang telah dinyatakan pailit juga t idak cakap untuk
melakukan perikatan tertentu. Seseorang yang telah dinyatakan pailit untuk
membuat suatu perikatan yang menyangkut harta kekayaannya. Ia hanya
boleh melakukan perikatan yang mengungkapkan budel pailit, dan itupun
harus s epengetahuan kuratornya.3. Suatu Hal Tertentu
Syarat sahnya perjanjian yang ketiga adalah adanya suatu hal tertentu
(een bepaald onderwerp). Pasal 1333 KUHPerdata menentukan bahwa suatu
perjanjian harus m empunyai pokok suatu benda (zaak) yang paling sedikit
dapat d itentukan jenisnya. Suatu perjanjian harus m emiliki objek tertentu.
Suatu perjanjian haruslah mengenai suatu hal tertentu (centainty of t erms),
berarti bahwa apa yang diperjanjiakan, yakni hak dan kewaj
pihak. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit d apat
ditentukan jenisnya.Istilah barang dimaksud di sini apa yang dalam bahasa Belanda
disebut sebagai zaak. Zaak dalam bahasa b elanda t idak hanya b erarti barang
dalam arti s empit, t etapi juga berarti yan g lebih luas lagi, yakn i p okok
persoalan. Oleh karena itu, objek perjanjian tidak hanya b erupa b enda, tetapi
juga bisa berupa jasa. J. Satrio menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan suatu hal
tertentu dalam perjanjian adalah objek prestasi perjanjian. Isi prestasi terseb ut
harus t ertentu atau paling sedikit dapat ditentukan jenisnya.KUHPerdata menentukan bahwa barang yang d imaksud tidak harus
disebutkan, asalkan nanti dapat dihitung at au ditentukan. Misalnya m engenai
perjanjian “panen tembakau dari suatu ladang dalam tahun
berikutnya”adalah sah. Perjanjian jual beli
penjelasan lebih lanjut, harus d ianggap tidak cukup jelas.4. Kausa Hukum yang Halal
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
16/17
Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya kausa hukum
yang halal. Kata kausa yang diterjemahkan dari kata oorzaak (Belanda) atau
causa (Latin) bukan berarti sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat
perjanjian, t etapi m engacu kepada isi d an tujuan perjanjian itu sendiri.
Misalnya d alam perjajian jual beli, isi dan tujuan atau kausanya ad alah pihak
yang satu menghendaki hak milik suatu barang, sedangkan pihak lainnya
menghendaki uang.Berdasarkan penjelasan di atas, maka a pabila ses eorang membeli pisau
di suatu toko dengan maksud membunuh orang, maka jual beli tersebut
mempunyai kausa yang halal. Apabila maksud membunuh tersebut
dituangkan di dalam perjanjian, misalnya penjual pisau menyatakan hanya
bersedia menjual pisaunya jika pembeli membeli menbunuh orang dengan
pisaunya, disini tidak ada kausa h ukum yang h alal.Menurut Pasal 1335 jo 1337 KUHPerdata bahwa suatu kausa
dinyatakan terlarang jika bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan,
dan ketertiban umum. Suatu kausa dikatakan bertentangan dengan undang-
undang, jika kausa di dalam perjanjian yang bersangkutan isinya
bertentangan dengan undang-undang, jika kausa di dalam perjanjian yang
bersangkutan isinya bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.Untuk menentukan apakah suatu kausa perjanjian bertentangan
dengan kesusilaan (goede zeden) bukanlah masalah yang mudah, karena
istilah kesusilaan ini s angat ab strak, yang isinya bisa berbeda-beda antara
daerah yang satu dan daerah atau antara kelompok masyarakat yang satu dan
lainnya. Selain itu penilaian orang terhadap kesusilaan dapat pula berubah-
ubah sesuai dengan perkembangan zaman. hukum dalam perjanjian yang
terlarang juga apabila bertentangan ketertiban umum, keamanan Negara,
keresahan dalam masyarakat, dan karenanya dikatakan mengenai masalah
ketatanegaraan. Didalam konteks Hukum Perdata International (HPI),
ketertiban umum dapat dimaknai sebagai sendi-sendi atau asas-asas hu kum
-
8/17/2019 Sejarah Terbentuknya Burgerlijk Wetboek
17/17
suatu negara.Kuasa hukum yang halal ini di dalam sistim common law dikenal
dengan istilah legaliti yan g dikaitkan dengan public policy. Suatu kontrak
dapat m enjadi tidak sah (illegal) jika bertentangan dengan public policy.Walaupun sampai sekarang belum ada d enisi public policy jika berdampak
negatif pada masyarakat atau menggangu keamanan dan kesejahteraan
masyarakat.Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi.
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur
dengan debitur. Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah
diberikan somasi oleh kreditur atau juru sita. A pabila somasi itu tidak
diindahkannya, maka k reditur berhak membawa p ersoalan itu ke p engadilan.
Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau
tidak.Ada 4 akibat ad anya wanprestasi, yaitu sebagai ber ikut : Pertama,
Perikatan tetap ada. Kedua, Debitur harus membayar ganti rugi kepad a
kreditur. Ketiga, Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan
tersebut timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila a da k esengajaan atau
kesalahan besar d ari p ihak kreditur. Keempat, Jika perikatan lahir dari
perjanjian timbal balik, kreditur d apat membebaskan diri dari kewajibannya
memberikan kontra prestasi dengan menggunakan pasal 1266 KUHPerdata. 4
4 'etna 0umanti Syarat Sahnya Perjanjian (!itinjau !ari KUHPerdata) $ + 9$ ,1 7,17/jurna U90