sejarah musik gambus

Upload: giovanni-efrilla

Post on 15-Oct-2015

107 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sejarah Musik Gambus & Melayu Indonesia

Sejarah Musik Gambus & Melayu RiauSejak kapan perhelatan perkawinan dimeriahkan hiburan? Paling sedikit di Batavia sejak menjelang akhir abad ke-18, begitulah laporan seorang pelancong Jawa bernama Sastrodarmo yang berkunjung ke Batavia pada zaman itu. Jenis hiburan pun dilaporkannya antara lain gambus dengan lagu-lagu Arab.

Gambus adalah musik yang dibawa peranakan Arab dari Hadramaut (Yaman). Perantau Arab ini menurut C.C. Berg memang ramai sekali berdatangan ke Hindia Belanda pada abad ke-18 dan menunjukkan eskalasi pada abad ke-19 .

Tentu saja sulit bagi kita untuk melacak grup gambus yang populer pada abad-abad tersebut. Catatan yang dapat dipertanggungjawabkan berasal dari era menjelang dan sesudah PD II. Berikut ini rangkuman percakapan KSK dengan seorang penyanyi lagu Melayu yang terkenal dengan lagunya Ya Mustafa yaitu Munif Bahaswan yang berlangsung di Jakarta.

Extra Melayu

Market gambus bukan hanya kalangan peranakan Arab, tetapi orang-orang non Arab pun banyak yang menyukai gambus. Mempertimbangkan selera market, menurut Munif, orkes gambus sering membawakan extra lagu Melayu, atau extra Melayu. Market di kalangan non Arab makin meluas, akhirnya pada tahun 1950 awak grup-grup gambus yang ada seperti Al Wardah, yang pada awalnya dipimpin Umar Hamada kemudian Muchtar Lutfi, mendirikan Orkes Melayu Moderen Sinar Medan di bawah pimpinan Umar Fauzi Aseran. Disebut orkes Melayu moderen karena menggunakan alat tiup (brass) seperti klarinet, saxophone, dan trompet. Kemudian hari disebut Orkes Melayu saja, yang sering disingkat OM.

Trend ini diikuti oleh awak gambus Al-Wathon pimpinan Hassan Alaydrus yang mendirikan OM Kenangan pimpinan Hussein Aidit. Sementara itu awak orkes gambus Surabaya Al Afan pimpinan A. Kadir, menurut Munif, mendirikan OM Sinar Kemala pimpinan A. Kadir juga. Menurut Munif, mantan Mendikbud Fuad Hassan pernah bermain biola untuk orkes gambus Al Afan. Dalam percakapan dengan penulis, Hassan Alaydrus juga memberikan kesaksian yang sama bahwa Fuad Hassan pernah bermain gambus. Namun kepada penulis Fuad Hassan mengatakan bahwa ia tak pernah bermain gambus melainkan ikut orchestra besar, mungkin semacam New York Philarmonic Orchestra.

Abdul Haris, M. Thahar, dan Hussein Bawafi adalah pengarang lagu Melayu generasi pertama. A. Haris terkenal dengan lagu Kudaku Lari. Lagu ini diilhami oleh back sound film Mesir Syaifi wal Qalbi yang dibintangi Abdul Wahab. Wahab adalah bintang film dan penyanyi Mesir yang amat digemari di Indonersia. Penyanyi Mesir perempuan yang nyaris menjadi mitologi "persatuan Arab"adalah Ummi Kalsum.

M. Thahar mengarang lagu Cinta Hampa. Lagu ini mencuat merobek cakrawala musik Melayu berkat suara yang gurih Hasnah Thahar, isteri M. Thahar. Bawafi muncul di zaman itu dengan lagunya Khayalan dan Penyair, tetapi lagunya yang mencuat adalah Seroja.

Lagu-lagu Melayu yang lahir di zaman ini meski pun mengalami up dating dibanding dengan lagu Melayu klasik yang ditulis oleh penggubah-penggubah N.N. (tak dikenal) seperti lagu Seringgit Dua Kupang yang kini didangdutkan menjadi Ayam Jago Jenggernya Merah, tetapi menurut Munif belum mencapai format lagu yang disebut songform. Struktur sebuah lagu yang disebut songform adalah terdiri atas 32 bar dengan bagian yang diulang (refrein) A1 + A2, klimaks (yang malah disebut refrein), dan kembali kepada A1 atau A2, atau malah muncul A3. A3 adalah syair yang bukan pengulangan dari bait-bait sebelum klimaks.

ASAL USUL MUSIK DAERAH RIAU

Musik GambusGambus adalah alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Timur Tengah iaitu dari Turki dan Mesir. Di datang ke Tanah Melayu sekitar tahun 1800 dan paling popular di Negeri Johor.Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus atau disebut gambus saja.

Orkes gambus mengiringi tari Zapin yang seluruhnya dibawakan orang lelaki untuk tari pergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan tema liriknya adalah keagamaan. Alat musiknya terdiri dari biola, gendang, tabla dan seruling. Kini, orkes gambus menjadi milik orang Johor Betawi dan banyak diundang di pesta sunatan dan perkawinan. Lirik lagunya berbahasa Arab, isinya bisa doa atau shalawat. Perintis orkes gambus adalah Syech Albar,bapaknya Ahmad Albar, dan yang terkenal orkes gambus El-Surayya dari kota Medan pimpinan Ahmad Baqi.Pergeseran nilai spiritual dan kebersamaan dalam masyarakat Melayu di Pekanbaru yang terjadi pada waktu ke waktu menyebabkan perubahan pandangan masyarakat terhadap kesenian Gambus dan Zapin.

Musik Gambus beralih fungsi menjadi pengiring Zapin di pentas, dan lebih berkembang dari sebelumnya. Gambus Melayu Riau merupakan adopsi dari Gambus al' Ud, semula berfungsi sebagai sarana hiburan yang lebih religius dimainkan individu dirumah atau hiburan bagi nelayan di atas perahu. Perubahan fungsi telah menggeser lagu yang bernuansa Islami menjadi lagu-lagu yang lebih sekuler. Sejarah alat musik riauAsal-usul alat musik tersebut belum begitu jelas. Jika melihat perjalanan sejarah propinsi Riau, sejak dahulu sudah ditempati oleh orang-orang Melayu pada masa kerajaan Sriwijaya. Orang Melayu tersebut menempati berbagai macam tempat di selat malaka. Pembauran yang terjadi antara masyarakat melayu dengan suku bangsa Padang, Jawa, Minangkabau, Bugis, Banjar dan Batak menyebabkan munculnya berbagai macam budaya termasuk di dalamnya alat-alat musik. Akan tetapi, ada suatu pendapat bahwa alat musik ini berasal dari India karena mirip dengan alat musik untuk memainkan ular. Selain itu ada juga pendapat bahwa alat ini berasal dari daerah Timur Tengah karena adanya kemiripan nama yaitu naifr.

Pada zaman kerajaan-kerajaan, nafiri merupakan salah satu alat yang penting untuk digunakan pada acara penobatan raja selain sebagai alat musik di istana. Pada kerajaan melayu dulu alat pusaka Nobat seperti nafiri, gendang, sirih esar, dan cogan merupakan lambang negara atau yang biasa disebut dengan regelia kerajaan yang dijadikan sebagai kekuatan spiritual dan kehormatan kerajaan bersama dengan adat istiadat. Tanpa adanya alat-alat tersebut penobatan seorang raja tidak dapat disahkan. Ada kepercayaan pada zaman dahulu jika kedua kekuatan spiritual tersebut rusak maka akan hancur dan runtuhlah harkat dan harga diri bangsa tersebut. Bagi Kerajaan Kerajaan Melayu di rantau itu, sebuah kerajaan boleh saja ditaklukan, direbut, dan dikuasai oleh pihak lain. Raja atau sultannya bisa saja terusir dan melarikan diri ke negara atau daerah lain, mencari perlindungan. Tetapi, jika Regelia Kerajaan tidak dirampas dan tidak direbut, selagi Regelia sakti dan keramat itu masih dipegang oleh rajanya, maka kedaulatan negeri itu masih tegak. Sultannya tetap punya kedaulatan, dan dia bisa mendirikan kerajaan di mana saja, dan dijadikan raja di mana saja. Karena alat-alat yang dianggap memiliki kesaktian itu, belum ditaklukkan. Karena itulah, siapapun yang memegang dan diberi tugas menjaga Regelia itu, adalah seorang yang kuat dan perkasa. Seseorang yang memiliki kekuasaan jauh di atas kekuasaan lain, termasuk sultannya sendiri. Biasanya orang tersebut merupakan penasihat raja. Di Kedah nafiri bersama dengan alat-alat musik nobat lainnya disimpan di dalam sebuah tempat yang bernama Balai Nobat. Balai Nobat sendiri merupakan bangunan yang khas dengan arsitektur Islam. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya kubah diatasnya. Bangunan ini telah seringkali direnovasi terutama pada zaman pemerintahan Sultan kedah yang ke-25 yaitu Sultan Ahmad Tajuddin Mukarram Shah yang telah menduduki takhta mulai tahun 1854 hingga 1879. Nobat berasal dari Kata Persia Naubat yang berarti sembilan instrumen. Nobat merupakan orkestra musik kerajaan yang digunakan terutama untuk penobatan raja, bangsawan serta penyambutan tamu istimewa. Para pemainnya disebut dengan Orang Nobat. Nobat juga dimainkan bersama dengan perayaan-perayaan suci lainnya seperti kematian. Ada sebuah kepercayaan bahwa nobat berasal tradisi India yang ditularkan oleh para pedagang yang saat itu singgah di selat Malaka.

Pada zaman kerajaan dulu, nafiri digunakan sebagai alat untuk menyatakan peperangan terhadap kerajaan lain. Selain itu juga, nafiri digunakan untuk memberitakan tentang kematian raja, diangkatnya raja. Alat ini juga digunakan untuk mengumpulkan rakyat, agar mereka segera datang ke alun-alun istana untuk mendengarkan berita atau pengumuman dari rakyat mereka. Oleh karena itu, alat ini dijadikan sebagai barang pusaka kerajaan.

Di Malaysia kita juga akan menemukan alat musik yang disebut dengan nafiri walaupun dengan bentuk yang sedikit berbeda. Di negara tersebut alat musik ini dapat kita jumpai untuk mengiringi lagu-lagu daerah dan juga upacara adat. Kita dapat melihat alat ini pada orkestra nobat di Malaysia. Alat musik ini juga digunakan untuk penobatan gelar kebangsawanan. Salah satu orang yang pernah mendapatkan gelar kehormatan Adat di Riau adalah sultan Hamengku Buwono X. Ketika penobatannya berlangsung suara Nafiri bersama dengan Alat musik tradisional lainnya mengiringi acara tersebut di depan sidang Majelis Perapatan Adat Melayu. Alat-alat tersebut digunakan sebagai penanda diangkatnya seseorang sebagai bangsawan. Saat ini fungsi nafiri menjadi lebih berkurang karena hanya digunakan pada acara-acara kerajaan atau perayaan-perayaan yang dilakukan oleh masyarakat melayu.

Menurut kepercayaan orang Melayu Riau, ketika memainkan alat musik ini para pemainnya dirasuki oleh para dewa, mambang, dan peri. Sehingga seolah-olah mereka menyampaikan pesan akan terjadinya bahaya atau kejadian penting lainnya. Oleh karena itu, sebelum ditiup alat musik ini perlu dipusung yaitu diasapi diatas pedupaan. Nafiri ditiup dengan aliran udara yang tidak terputus selama dua atau tiga jam. Pemain Nafiri harus orang yang memiliki napas panjang, sehat badannya, dan memiliki teknik khusus sehingga tidak putus tiupannya. Nafiri ditiup hanya dengan tangan tangan kanan sedangkan tangan kirinya memegang bagian bawahnya.