diktat sejarah musik

79
DIKTAT SEJARAH MUSIK I Di Susun Dari Berbagai Sumber Oleh: ANDY K. MANURUNG,M.Sn. 1

Upload: andy-k-manurung

Post on 24-Nov-2015

275 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

Music History in Bahasa

TRANSCRIPT

DIKTAT SEJARAH MUSIK I

Di Susun Dari Berbagai Sumber Oleh:ANDY K. MANURUNG,M.Sn.

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA PELITA KEBENARAN PROGRAM STUDI MUSIK GEREJAWIMEDAN 2 0 1 1Abad Pertengahan (450-1450)

1. Musik Abad PertengahanSelama seribu tahun sejarah Eropa dibentangkan oleh sebuah periode yang disebut Abad Pertengahan (Middle Ages). Dimulai kira-kira tahun 450 dengan tanda-tanda terjadinya disintegrasi Kerajaan Romawi, periode ini merupakan abad kegelapan (dark ages) yang mencatat antara lain; peristiwa-peristiwa migrasi (perpindahan penduduk), pergolakan-pergolakan, serta peperangan. Tetapi akhir periode ini, yakni sampai tahun 1450-an adalah periode yang dapat disebut sebagai periode pertumbuhan kebudayaan; misalnya perkembangan monastri (biara) dan gereja-gereja bergaya Romawi (100-1150) dan katedral bergaya Gothic (1150-1450) serta dibangunnya kota-kota dan berbagai universitas.Selama Abad Pertengahan terdapat pembagian tiga kelas sosial yang sangat tajam yaitu; kelas bangsawan, kaum buruh dan kelas pendeta. Para bangsawan hidup dalam benteng yang dikelilingi dengan pari dan terjada dengan ketat. Selama masa perang mereka bertempur sebagai kesatria dengan memaki baju yang terbuat dari baja. Sedangkan dalam masa damai, mereka menghibur diri mereka sendiri dengan berburu, mengadakan pesta besar serta berbagai kegiatan adu kekuatan. Kaum buruh yang jumlahnya paling besar di dalam masyarakat ketika itu, hidup di dalam gubuk yang kecil. Kebanyakan diantara mereka adalah para budak yang bekerja keras di ladang-ladang milik para tuan tanah. Seluruh segmen (golongan) di dalam masyarakat dapat merasakan pengaruh yang kuat sekali dari gereja Katholik Roma. Dalam abad yang menaruh kepercayaan keagamaan secara orthodok ketika itu, neraka adalah sesuatu yang nyata dan klenik adalah kejahatan yang paling tidak dapat diampuni. Para pendeta di dalam biara memegang monopoli virtual terhadap segala pengatahuan; sementara kebanyakan orang, termasuk para bangsawan pun hampir seluruhnya masih buta huruf.Sampai di sini jelas kiranya, betapa fungsi khatedral sangat mendominasi keberadaan ilmu pengetahuan, termasuk dengan sendirinya, merupakan pusat keberadaan musik pada masa abad pertengahan itu. Kebanyakan para musisi ketika itu adalah para pendeta yang bekerja untuk kepentingan gereja. Pekerjaan yang sangat penting di dalam biara yang jumlahnya ribuan pada masa itu adalah menyanyi lagu-lagu dalam liturgi. Anak laki-laki mendapatkan pendidikan musik di sekolah-sekolah yang berhubungan dengan gereja-gereja dan kathedral-kathedral yang ada. Kaum wanita tidak diperbolehkan menyanyi di gereja, tetapi boleh memainkan musik di perkumpulan biarawati. Para biarawati belajar menyanyi, beberapa di antaranya seperti Hildegard von Bingen (1098-1179), yaitu kepala biara untuk wanita dari Rupertsberg di Jerman, menulis musik untuk grup paduan suara yang dipimpinnya. Dengan peranan dan kedudukan gereja seperti ini dapat dipahamibetapa untuk berabad-abad lamanya hanya lagu-lagu rohani saja yang tercatat (notated).Kebanyakan dari musik abad pertengahan adalah musik vokal meskipun beberapa jenis instrumen menjadi pengiringnya. Hanya beberapa manuskrip dari jaman itu yang memberi petunjuk adanya instrumen musik, tetapi deskripsi yang terdapat pada lukisan-lukisan dan buku-buku kita mengetahui bahwa setidaknya instrumen musik sudah pernah digunakan. Gereja tampaknya menolak adanya instrumen musik karena mengingat fungsinya pada jaman dahulu ketika instrumen musik masih sering digunakan sebagai pengiring upacara-upacara penyembahan berhala.Namun demikian setelah sekitar tahun 1100, instrumen musik secara berangsur-angsur mulai dipergunakan secara resmi oleh gereja, di antaranya yang paling dominan adalah organ. Semula instrumen ini adalah instrumen primitif; kunci-kunci nadanya digerakkan oleh tiupan keras dengan cara dipompa. Konon saking kerasnya suaranya hingga bisa terdengar radius kiloan meter ke seluruh penjuru wilayah. Dalam perkembangannya organ berubah menjadi instrumen yang paling fleksibel ylang dapat dimainkan secara jernih untuk musik-musik polifoni. Tetapi masih saja para pastor ketika itu komplain atas suaranya yang keras dan mengganggu jalannya ibadah. Salah seorang diantaranya berkata demikian: Sejak kapan gereja merasa perlu demikian banyak organ dan alat musik lainnya? untuk apa menggunakan instrumen musik yang dipompa dan bukannya mengeluarkan suara yang manis melainkan suara seperti halilintar itu? sementara itu masyarakat umum yang menyaksikan terkagum-kagum oleh suara organ, simbal dan instrumen musik lainnya. Dalam akhir abad pertengahan, instrumen merupakan sumber pertentangan yang terus menerus anatara para komposer yang ingin menciptakan karya-karya musiknya secara memuaskan, dengan pihak penguasa gereja yang menghendaki peranan musik hanya seagai pengiring kebaktian saja.2. Lagu-lagu Gregorian Selama lebih dari 1000 tahun, musik yang resmi dari gereja Roma Katholik adalah lagu-lagu Gregorian (Gregorian Chant, Gregorian Song, sering juga disebut sebagai Cantus Planus) yang terdiri atas melodi yang dirangkai tanpa iringan. Tekstur lagu-lagu Gregorian bersifat monofonik dan melodinya diarahkan untuk mencapai kehikmatan kebaktian-kebaktian. Lagu-lagu itu menuntun orang ke doa-doa khusus serta bermacam-macam upacara (ritual) lainnya. Selama berabad-abad para komposer mendasarkan komposisi-komposisi musiknya yang orisinil pada melodi-melodi Gregorian. (Sejak Sidang Umum Kedua Dewan Vatikan tahun 1962-1965, kebanyakan kebaktian-kebaktian gereja Katholik telah dilaksanakan dalam masing-masing bahasa nasional setiap Negara dan dengan demikian lagu-lagu Gregorian sudah tidak lazim lagi). Dibanding dengan sifat-sifat individual lagu-lagu sekular, lagu-lagu Gregorian bersifat lembut, menggambarkan dunia lain dan mewakili suara gereja. Ritmenya bersifat fleksibel tanpa tanda birama (meter) dan memiliki sedikit saja perasaan adanaya beat (ketukan). Karena tidak adanya presisi nilai-nilai nada, ritme yang pasti dari melodi lagu-lagu Gregorian menjadi tidak jelas. Tetapi rime yang mengalir bebas semacam itu menyebabkan lagu-lagu Gregorian bersifat mengambang hampir-hampir menyerupai sifat yang improvisasional. Gerakan-gerakan melodinya cenderung melangkah di antara jarak-jarak nada (range of pitches) yang sempit. Lagu-lagu Gregorian bisa bersifat sangat sederhana atau sebaliknya sangat rumit tergantung dari sifat dan kepentingan dari teks yang digunakan; beberapa diantaranya tidak lebih dari sekedar resitasi (ucapan) mirip deklamasi dan biasanya disebut sebagai accentus, sedangkan yang bersifat lebih melodis disebut sebagai concentus; dimana sebuah suku kata yang hanya terdiri dari satu nada diulang-ulang disebut bergaya silabik (syllabic), sedangkan satu suku kata yang dinyanyikan dengan beberapa nada disebut neumatik (neumatic), sementara ada juga melodi yang sangat kompleks (rumit) di mana satu suku kata bisa terdiri dari delapan bahkan sepuluh nada dengan garis-garis lengkung atau bergaya melismatik (melismatic).Lagu Gregorian muncul dari nama Paus Gregorius I (Gregorius Agung) yang telah berhasil mengatur kembali liturgi Katholik selama dai bertahta dari tahun 950-604. Namun demikian, meskipun legenda Abad Pertengahan sering menghubungkan penciptaan lagu Gregorian dengan Paus Gregorius I, tetapi kenyataan sejarah mencatat bahwa lagu Gregorian muncul terus selama berabad-abad. Beberapa pengaruh didalamnya, seperti nyanyian-nyanyian Mazmur misalnya, datang dari sinagoga Yahudi pada abad pertama Masehi. Kebanyakan dari ribuan melodi yang diketahui sekarang adalah ciptaan antara tahun 600-1300 A.D.Pada awalnya melodi-melodi Gregorian ditransmisikan secara tradisi oral, tetapi karena jumlah lagu-lagu berkembang menjadi ribuan, akhirnya dibuatkan notasi untuk meyakinkan keseragaman (uniformitas) musikal di seluruh gereja Barat. Manuskrip yang paling tua dari lagu Gregorian diperkirakan kira-kira paa abad ke-9. komposer lagu Gregorianseperti pemahat yang membuat pahatan gereja-gereja abad pertengahanhampir seluruhnya tidak diketahui namanya. Lagu-lagu Mass (Misa)Lagu-lagu misa berhubungan dengan perayaan-perayaan Ekaristi (Eucharist) atau Perjamuan Kudus. Lagu-lagu misa memiliki struktur yang lebih kompleks yang terdiri dari duapuluh macam liturgi, sebelas diantaranya dinyanyikan sedangkan Sembilan selebihnya dinarasikan atau diresitasikan. Lima dari tujuh macam lagu-lagu yang dinyanyikan dipergunakan untuk upacara-upacara khusus dan disebut Misa Proper (Proper Mass) artinya teksnya disesuaikan untuk acara istimewa, sedangkan selebihnya adalah untuk kepentingan misa biasa dan disebut Misa Ordiner (Ordinary Mass)Lagu-lagu Misa berkembang kira-kira selama 1000 tahun pertama tahun masehi. Lagu-lagu dalam Misa Proper menemukan tempatnya dalam liturgi Katholik kira-kira sejak abad ke-6, sedangkan lagu-lagu dalam Misa Ordiner sangat bervariasi sejarahnya. Sanctus misalnya, diperkirakan sudah mulai ada sejak abad ke-2, Kyrie dan Gloria diperkenalkan kira-kira pada abad ke-6, Agnus Dei sekitar abad ke-7, dan Credo bahkan belum pernah muncul dalam liturgi sampai abad ke-11.Sebagai tambahan perlu dicatat bahwa diluar liturgi, istilah Misa juga sering digunakan dalam komposis-komposisi musik polifoni sejak abad ke-15 dan seterusnya. Kebanyakan lagu-lagu diambil dari Misa Ordiner karena sifatnya yang tidak terikat oleh upacara peringatan hari-hari tertentu sehinggga dapat dipentaskan sepanjang tahun. Sebagai contoh dari jenis komposisi ini dapat kita lihat pada karya-karya musik, seperti Palestrina (Missa Papae Marcelli), Johann Sebastian Bach (Mass in B minor), L.V Beethoven (Missa Solemnis), dll. Notasi Ketinggian Nada (Pitch Notation)Manuskrip (catatan) Gregorian melipu notasi musik paling awal berasal kira-kira dari abad ke-9. Di atas garis syair-syairnya, manuskrip itu memperlihatkan simbol-simbol yang berbeda bentuk dan ukuran-ukurannya. Diduga simbol-simbol itu kemungkinan besar berasal dari aksen-aksen gramatikal bahasa Latin dan bahasa Yunani yang memiliki kesamaan atau identik dengan bahasa Perancis sekarang. Simbol-simbol tersebut disebut neumes (dari bahasa Yunani neuma yang berarti tanda atau anggukan setuju),[footnoteRef:2] yang meliputi nada-nada tunggal (single pitches) atau nada-nada berkelompok (group pitches). Nada-Nada Tunggal (Single Pitches) [2: Neume (diucapkan nju:m, dieja: neum)]

Virga= Stick; Punctum quadratum=square point, Punctum inclinatum=inclined point.Neumes Berkelompok (Group Pitches) Serangkaian neumes biasanya memberikan indikasi (petunjuk) adanya garis melodi secara umum atau arah dari gerakan melodinya. Interval yang pasti atau bahkan yang sifatnya kira-kirapun, tidak dapat ditunjukkan; namun demikian dapat diduga bahwa penyanyi sudah memiliki standar yang sudah disepakati bersama dan sudah dihafalkan secara turun-temurun. Sedangkan neumes sebagai notasi sifatnya hanya untuk membantu mengingat kembali ketinggian nada tersebut dengan bantuan konduktor yang memberi tanda-tanda dengan tangannya progresi (gerakan) interval melodi tersebut. Dalam perkembangan sampai ketingkat yang demikian ini, sistem notasi ini disebut sebagai notasi tanpa garis paranada atau notasi cheironomic (cheironomic menunjuk kepada gerakan-gerakan tangan konduktor).Notasi Barat awal untuk chant (lagu) pada abad ke-9 yang disebut cheironomic atau in campo apertoKira-kira tahun 1000 muncuk penggunaan neumes yang diletakkan di atas syair-syair lagu dengan ketinggian yang bervariasi dengan maksud untuk menunjukkan secara lebih akurat jarak-jarak antar nada.-nada. Bersamaan denga itu juga ditambahkan catatan-catatan untuk menentukan ketinggian nada dengan lebih akura juga. Beberapa manuskrip antara lain ada juga yang ditambah dengan satu atau leibh garis horizontal di atas teks. Setiap garis menunjukkan pitch yang tertentu misalnya f, c dan f) ; kemudian neumes diletakkan leibh tinggi atau lebih rendah berhubungan dengan garis-garis tersebut, dan sampai perkembangan ini garis melodi dan interval nada yang tepat sudah mendekati kesempurnaanya. Sampai pada prosedur ini, notasi tersebut disebut sebagai neumes yang ditinggikan (heighted neumes) atau disebut juga notasi diastematik (diastematic notation).Bentuk notasi Gregorian yang dicapai pada abad ke-13 merupakan notasi dengan empat garis paranada dengan spasi yang ada, diantaranya masing-masing memberikan interval sekonda. Perkembangan ini merupakan sumbangan pemikiran Guido dArezzo (c990-1050) yang sebelumnya telah berhasi mengadakan percobaan dengan bantuan banyak musisi dari berbagai Negara di Eropa Barat. Notasi ini merupakan notasi yang sangat fleksibel untuk penulisan muisk Gregorian dan masih sering dipergunakan bahkan sampai jaman modern ini. Guido dArezzo (c990-1050) Sistem notasi meliputi empat garis paranada dan dua tanda kunci (clefs) yang menunjukkan letak posisi nada C dan F. kunci C biasanya muncul di antara tiga garis paranada teratas, sedangkan kunci F seringkali diletakkan pada garis ketiga dari bawah. Nada-nada yang dipergunakan terbatas hanya pada nada-nada natural D-C-E-F-G-A-B dan Bb. Untuk sebuah meodi yang berjarak nada sangat lebar, sebuah garis bantu dapat digunakan di atas atau di bawah garis paranada, sementara kunci nadanya bisa berpindah-pindah diantara lagunya sehingga keterbatasan paranada tidak mempengaruhi keluasan melodi tersebut. Pembagian-pembagian secara vertikal (garis birama, misalnya) terdiri atas 4 macam dan diguankan untuk memberi tanda pembagian frase, penyelesaian frase, dsb.Terdapat lebih dari dua lusin sistem neumes yang bentuk-bentuknya mengingatkan bentuk neumes yang lebih awal dalam perkembangan sistem notasi. Empat jenis neumes yang pokok yaitu:1. Neumes Sederhana (Simple Neumes) Masing-masing memuat satu, dua atau tiga nada.

2.Neumes Gabungan Atas Empat Atau Lebih Nada-Nada. Compound Neume

Flexus: ditandai dengan nada yang turun

Resupini: ditandai dengan nada yang naik

Praepunctis atau Subpunctis: jika kedua nada sebelum dan sesudahnya disatukan dengan legato

3. Kelompok khusus (Special Neumes) Neumes yang selain indikasi pitch juga memuat tanda-tanda ekspresif seperti legato atau glissando, bermacam-macam tanda aksen.dsb. Liquescente

Pressus

Quilisma

4. Neumes Dekoratif (Decorative Neumes) The strophicus (dari Bahasa Yunani strophao= berputar) adalah sebuah punctum quadratum dan dapat muncul pada ketiga bagian.

The oriscus (berasal dari Bahasa Yunani ros = batas atau ketinggian,bukit) adalah sebuah punctum quadratum yang diletakkan diakhir neume.

Bivirga dan Trivirga adalah dibentuk oleh gabungan dua atau tiga virga. (Virga=Stick. Bivirga dan Trivirga= dua atau tiga stick)

Guido dArezzo dikenal tidak hanya sebagai penemu empat garis paranada, melainkan juga untuk karya-karyanya sebagai ahli teori dan guru musik. Solmisasi yang diketemukannya telah membuktikan dapat membantu proses sight-singing dan masih dipergunakan hingga sekarang dan mengalami sedikit saja perubahan. Guido antara lain telah menyusun Himne untuk solo Yohanes yang terkenal itu dengan urutan-urutan, kecuali baris terakhir, tiap baris dimulai setingkat lebih tinggi dari sebelumnya hingga menjadi urut-urutan seperti C-D-E-F-G-A-B. Lebih dari itu lima baris pertama dari setiap frase itu dimulai dengan vokal yang berbeda dalam silabik pertamanya. Lihatlah teks berikut ini:Ut queant laxis, Resonare fibris, Mira gestorum, Famuli tuorum, Solve polutti, Labii reatum, Sancte Joannes.Keenam dari nada C ke A disebut Hexachord memiliki susunan ang mudah diingat yaitu kecuali nada ketiga dan keempat (mi-fa) yang lainnya mempunyai interval penuh. Hexachord dapat ditransposisikan dengan mulai dari nada G, atau dengan mengubah nada B menjadi Bb bila dimulai dari nada F. Sistem solmisasi Guido yang didasarkan pada Hexachord yang dipergunakan sekarang ini hanya memiliki perubahan kecil yaitu, suku kata do telah dipakai menggantikan ut, dan ti telah dipakai untk menunjukkan langkah ketujuh dari sebuah tangganada. Notasi ritme (rhythmic notation)Jika kita berbicara mengenai ketinggian nada (pitch), maka musik Gregorian sebagaimana sudah dibahas sebelumnya, telah membawa kita kepada banyak masalah. Sementara itu, aspek ritmis di dalam notasi juga merupakan subyek yang perlu kita bahas di sini. Ada terdapat tiga aliran interpretasi ritme musik Gregorian yaitu; kaum Aksentualis (Accentualists), Mensuralis (Mensuralist) dan Benediktin (Benedictine) dari Solesmes. Para Aksentualis percaya bahwa istilah aksen membatasi ritme dari musik Gregorian. Dalam hal demikian, jika sebuah melisma muncul, setiap nada pertama dari sekelompok neuma harus diberi aksen. Sedangkan menurut para Mensuralis, nada-nada di dalam musik Gregorian merupakan nilai-nilai ritmis yang tidak sama, karena itu, dua atau tiga durasi nada yang berbeda harus dipergunakan pada waktu menyanyikannya. Interpretasi dari kelompok dari Solesmes merupakan satu-satunya interpretasi yang dipakai oleh buku-buku liturgi terbitan Vatikan dan karenanya merupakan yang paling luas dipakai selama ini. Elemen-elemen utama dari teori para Benediktin dapat dijabarkan sbb: ritme Gregorian adalah bebas (tanpa metrik). Setiap nada-nada didalam plainsong, tanpa peduli apakah tertulis sebagai neumes tunggal maupun di dalam sebauh kelompok, mempunyai nilai-nilai yang sama dan ekuivalen dengan nada-nada seperdelapan dalam notasi modern. nada-nada tersebut memiliki pulsa ritmik yang kecil yang diguga merupakan kelompok nada-nada binari dan ternari. Setiap nada permulaan memdapat semacam ictus yaitu apa yang disebut dengan aksen mental tetapi yang tidak selalu berhubungan dengan kata-kata aksen itu sendiri. sebabnya adalah karena kelompok nada-nada itu digabungkan menjadi kelompok yang leibh besar lagi yaitu bagian dari frase, frase itu sendiri kemudian periode. 5. Musik Sekuler Pada Abad PertengahanDisamping dominasi lagu-lagu Gregorian, dalam sepanjang Abad Pertengahan terdapat juga musik di luar gereja. Sebagian besar dari lagu-lagu sekuler yang notasinya telah berhasil ditranskripsikan diciptakan selama abad ke-12 dan ke-13 oleh para bangsawan Perancis yang disebut troubadours atau trouveres (sering juga disebut jongleur, juggler, mastersinger, atau minnesinger). Beberapa diantara para musisi sastrawan itu yang terkenal adalah troubadour Guillaume IX, bangsawan dari Aquitaine, bagian selatan Perancis, serta trouveres Chastelaia de Couci dari bagian utara Perancis. Dalam abad kesatriaan ini, para bangsawan memperoleh reputasi yang besar sebagai sastrawan musikal, sama seperti waktu mereka mendapat sambutan setelah memenagkan berbagai pertempuran. Banyak lagu-lagu cinta yang mereka nyanyikan telah dipersiapkan sebelumnya karena mereka memiliki klerik (pegawai) yang menuliskannya. Lagu-lagu tersebut biasanya dinyanyikan oleh para minstrel , yaitu para penyanyi yang mengabdi kepada kerajaan pada Abad Pertengahan yang biasanya mengiringi sendiri nyanyian-nyanyiannya. Kebanyakan dari lagu-lagu yang mereka nyanyikan berkisar tentang cinta, selain ada juga yang berkisar tentang Perang Salib, lagu-lagu tarian, bahkan lagu-lagu tentang pemintalan. Di Perancis selatan terdapat para troubadour wanita, Beatricz de Dia misalnya, yang mengarahkan lagu-lagu mereka untuk kaum pria. Terdapat 1.650 lagu-lagu troubadour dan trouveres yang telah berhasil diselamatkan. Notasi-notasinya tidak memberi petunjuk adanya ritme, tetapi banyak diantaranya mempunyai tanda meter yang sifatnya regular (teratur) dengan tanda-tanda beat yang ditandai secara jelas. Dengan demikian jelas sekali lagu-lagu sekuler tersebut sangat berbeda dengan ritme Gregorian yang sangat bersifat bebas dan nonmetrikal. Selama Abad Pertengahan, para minstrel yang mengembara memainkan musik dan memamerkan tipuan-tipuan akrobatik di puri-puri, kedai minuman, serta di lapangan-lapangan terbuka di berbagai kota. Mereka ini menduduki status yang paling rendah di dalam masyarakat dan hanya sedikit dari mereka yang beruntung untuk medapatkan pekerjaan tetap sebagai abdi dalem (pelayan) para bangsawan. Meski demikian, apa yang mereka lihat selama pengembaraan mereka itu, konon merupakan sumber berita yang penting karena waktu itu belum ada Koran. Mereka biasanya menyanyikan lagu-lagu yang ditulis oleh orang lain dan memainkan lagu-lagu untuk tarian dengan harpa, fiddle (yaitu nenek moyang biolin) serta lute (instrumen petik).

Danse Royale (Royal Dance, Tarian Bangsawan; Abad ke-13)Danse royal salah satu dari bentuk musik instrumental abad pertengahan yang pernah bertahan hidup; adalah sebuah tarian abad pertengahan (sebuah estample). Teksturnya adalah monofonik dan manuskrip musiknya tidak menyertakan petunjuk instrumen apa yang memainkan garis melodinya. Dalam rekaman, seringkali melodi dimainkan oleh shawm, yaitu instrumen double reed, nenek moyang dari oboe modern. Selama abad pertengahan, shawm yang memiliki suara yang sangat tajam itu sangat disukai untuk musik-musik outdoor seperti musik tarian dan lagu-lagu mars. Ritme latarnya biasanya dimainkan oleh drum abad pertengahan yang disebut tabors.6. Perkembangan Polifoni (Organum)Untuk berabad-abad lamanya, tradisi musik Barat pada dasarnya adalah monofonik, memiliki hanya satu garis melodi saja. Tetapi antara tahun 700 dan tahun 900, langkah-langkah pertama diambil dalam sebuah revolusi yang akhirnya mentransformasikan (mengubah) musik Barat. Para pendeta mulai menambahakn garis melodi kedua untuk nyanyian Gregorian dalam paduan suara di biara-biara mereka. Pada mulanya garis melodi kedua ini bersifat improvisasi dan tidak tertulis, melodi tambahan itu hanya merupakan duplikasi (peniruan) dari melodi semula dan dinyanyikan dalam pitch (ketinggian nada) yang berbeda. Kedua garis melodi tersebut dalam gerakan parallel (sejajar), setiap nada berlawanan dengan anda lainnya dalam interval kwart (4) atau kwint (5).Musik abad pertengahan yang terdiri dari lagu-lagu Gregorian dengan satu atau lebih garis melodi tambahan tersebut disebut organum. Antara tahun 900 dan tahun 1200, komposer dari Notre Dame mengembangkan inovasi ritmik. Musik polifoni awal mungkin dipentaskan secara bebas, yakni lagu Gregorian yang ritmenya tanpa batas. Tetapi musik dari Leonine dan Perotin menggunakan ritme terbatas dengan nilai waktu (durasi nada) yang tepat serta batasan meter yang jelas. Untuk pertama kalinya dalam sejarah musik, notasi menunjukkan ritem dan pitch yang sangat tepat. Mula-mula notasi baru ini terbatas hanya dalam beberapa pola ritme saja, dan beatnya harus dibagi ke dalam tiga. Di samping keterbatasan-keterbatasan seperti itu, banyak musik polifoni yang bagus yang diciptakan selama akhir abad ke-12 dan ke-13.Kalau kita mendengarkan polifoni abad pertengahan seringkali kita rasakan adanya bunyi yang lemah dan tipis, hal itu mungkin disebabkan lagu-lagu tersebut hanya memiliki interval sedikit interval ters (3), yang dalam periode berikutnya (Renesans dan Barok) menjadi dasar dari akor-akor konsonan. Sebuah trisuara (triad) terdiri atas dua interval ters; ahli musik abad pertengahan cenderung menyebut interval itu sebagai disonan. (sebuah interval dari trisuara dipisahkan dari do dan mi, serta mi dan sol). Tetapi sebagaimana Abad Pertengahan semakin maju, trisuara dan ters lebih sering dipergunakan, dan musik polifoni berangsur-angsur menjadi lebih penuh dan lebih kaya menurut ukuran standar kita.7. Musik Abad ke-14: Kesenian Baru (Ars Nova) di PerancisDalam abad ke-14, suatu masa yang merupakan era disintegrasi, Eropa mengalami penderitaan disebabkan oleh Perang Seratus Tahun (1337-1453) serta kematian hitamatau bencana penyakit pes (sekitar tahun 1350)yang menewaskan seperempat dari populasi Eropa. Baik sistem feodal maupun kekuasaan gereja menjadi semaki lemah. Karya sastra yang termasyur waktu itu, misalnya Canterbury Tales (1387-1400) karya Chaucer dan Decameron karya Boccaccio (diterbitkan setalah tahun 1348), keduanya menekankan realitas yang ada serta menyiratkan sensualitas duniawi dibanding dengan kejujuran dan upah sorgawi.Dengan atmosfir seperti itu, tidak heran bahwa dalam abad ke-14 musik sekuler menjadi sangat penting dibanding musik liturgi. Para komposer mulai menulis musik polifoni yang tidak lagi didasarkan atas nyanyian-nyanyian Gregorian, termasuk di dalamnya misalnya nyanyin-nyanyian untuk acara minum-minum serta lagu-lagu yang menggambarkan suara-suara burung, gonggongan anjing, serta teriakan-teriakan waktu berburu.Dalam awal abad ke-14, sebuah sistem baru notasi musik telah dipergunakan, dan seorang komposer dapat mempergunakan hampir seluruh pola ritme. Ketukan-ketukan (beat) sudah bisa dibagi dalam dua atu bahkan tiga. Sinkopasi yang semula jarang dipergunakan menjadi sebuah ritme yang sangat penting. Perubahan-perubahan dalam gaya musik abad ke-14 itu demikian besar sehingga para ahli teori musik menyebut musik Itali dan Perancis sebagai seni baru (bahasa Latin: Ars Nova) Guillaume de MachautGuillaume de Machaut (ca.1300-1377) yang terkenal sebagai musisi dan sastrawan lahir di provinsi Champagne di Perancis. Melalui seorang pastor (dia belajara teologi), Machaut menggunakan hampir seluruh hidupnya sebagai pegawai istana untuk beberapa bangsawan. Dalam tahun 1323, dia menjadi sekretarisnya John, raja dari Bohemia yang didampinginya ketika berkeliling Eropa dalam rangka kampanya militernya. Sesudah raja itu meninggal dala sebuah pertempuran, Machaut bekerja untuk sebuah keluarga istana di Perancis, dalam akhirnya hidupnya ditinggal di Reims dan bekerja sebagai pekerja yang sangat penting kedudukannya di gereja.Ketika umurnya 60 tahun, Machaut jatuh cinta dengan Peronne dArmentieres, seorang putri bangsawa berusia 19 tahun. Untuk beberapa lamanya mereka saling tukar puisi dan surat-surat, tetapi perbedaan usia yang sangat jauh akhirnya membuktikan hubungan akrab mereka berakhir secara mengecewakan. Machaut mengabadikan cinta mereka kedalam karya puisi naratifnya yang terkenal Voir dit (Tale of Truth).Machaut berpindah-pindah ke beberapa istana dan menyerahkan copy karya-karya musiknya yang dihiasi dengangambar yang indah kepada beberapa patron (juragan yang melindungi seniman secara financial) yang terkena. Copy karya-karya itu menjadikan Machaut adalah salah satu composer yang penting yang karya-karyanya berhasi diselamatkan dari kepunahan. Kemunduran kekuasaan gereja dalam abad ke-14 direfleksikan oleh karya-karya Machaut yang terdiri dari lagu-lagu cinta untuk satu atua dua suara dengan iringan instrumen. Josquin Des PrezJosquin Des Prez lahir di Perancis utara kira-kira tahun 1440 dan meninggal di sana tahun 1521, tatapi sebagian kariernya dilakukan di Itali. Dia adalah choirboy di Kathedral Milan, kemudian bekerja pada keluarga Sforzas, bangsawan yang berkuasa di Milan. Akhirnya dia bekerja di Sistin Chapel, yaitu kapel milik Paus di Roma, dan akhirnya menghabiskan sisa hidupnya di Perancis sebagai pekerja gereja. Dia adalah composer ang sangat dihormati pada masa itu dan komposer pertama yang menerbitkan karya-karya dibawah namanya sendiri. Meskipun dia menulis misa dan motet religiusnya.Motet renesans adalah karya musik rohani dalam gaya polifoni vokal. Motet tidak dinyanyikan sebagai bagian dalam Misa, melainkan sebagai bagian dari kebaktian-kebaktian religius lainnya seperti vesper, yakni pelayanan pada senja atau malam hari. Versi yang sangat istimewa dari karya Josquin adalah rangkaian dalam puisi Latin dalam tujuh stanza (kuplet). Dia merangkai setiap stanza secara berbeda, dimulai dengan kanon. Kata berasal dari kata dipergunakan sebagai aturan karena kanon adalah bentuk yang paling ketat dalam kontrapung, dimana setiap suara harus masuk dengan melodi yang pasti sama dengan suara sebelumnya.Musik Pada Jaman Renesans (Renaissance 1450-1600)

1. Lahirnya Renesans (Renaissance)Abad ke-13 dan ke-16 di Eropa disebut sebagai jaman Renesans. Orang kemudian menyebutnya sebagai kelahiran kembali atau renesans dari kreativitas manusia. Jaman ini merupakan periode eksplorasi dan petualanganingat misalnya dengan penjajahan oleh Chirstopher Columbus (1492), Vasco daa Gama (1498), dan Ferdinand Magellan (1519-1522). Renesans adalah juga sebuah jaman yang lahir dari keingintahuan (curiosity) serta individualism, seperti tampak dalam kedahsyatan Leonardo da Vinci (1492-1519), seorang pelukis, pematung, arsitek, ilmuwan dan juga seorang musisi. Selama masa renesans, gerakan intelektual yang dominan yang disebut humanisme berpusat pada kehidupan manusia serta pencapaiannya. Gereja Saint-Chappel di ParisInterior dari Saint-Chappel di Paris (1243-1248) selama Abad Pertengahan, kepercayaan dan pengetahuan religius diperkuat oleh suasana Alkitabiah yang digambarkan pada jendela-jendela kaca berwarna. Begitu juga dengan lukisan Madonna dan Anak Bertahkta, oleh seorang artins Byzantine (akhir abad ke-13) yang tidak menyebutkan namanya. Sebagaimana lagu-lagu Gregorian, lukisan abad pertengahan seringkali menggambarkan sebuah perasaan dari dunia lain. Dibanding suara individu-individu, hal itu lebih menggambarkan suara gereja. Madonna and Child EnthronedPara humanis tidak peduli dengan kehidupan sesudah mati, di surga atau di neraka. Meski mereka adalah paa penganut agama Kristen yang serius, mereka terperangkap oleh budaya-budaya penyembah berhala pada jaman Roma dan Yunani kuno. Mereka teracuni dengan keindahan bahasa-bahasa kunoYunani dan Latinserta oleh karya-karya sastra jaman kuno. Humanisme secara kuat mempengaruhi kesenian sepanjang jaman renesans. Para pematung dan pelukis kembali menggambarkan tubuh manusia telanjang, sebuah tema yang sangat digemari pada jaman antic, tetapi merupakan hal yang tabu dan memalukan, serta dipersembunyikan selama Abad Pertengahan. Dan mereka tidak lagi memperlakukan Madonna seperti seorang yang kekanak-kanakan, merupakan mahluk yang tidak berasal dari bumi; melainkan mereka mempertontonkannya sebagai seorang wanita yang cantik. Dibanding dengan kedudukannya selama Abad Pertengahan, gereja Katholik menjadi kurang begitu berkuasa pada jaman Renesans, karena kesatuan Umat Kristen telah diledakkan oleh Reformasi Protestan yang dipimpin oleh Marthin Luther (1483-1546). Gereja tidak lagi memonopoli pembelajaran. Para aristokrat dan kelas menengah atas telah menyadari pendidikan sebagai simbol status, dan mereka menggaji para cendikiawan untuk mengajar anak-anak mereka. Penemuan mesin cetak yang dapat dipindahkan (moveable printing) sekitar tahun 1450, mendorong penyebaran proses pembelajaran. Sebelum tahun 1450, buku-buku sangat jarang dan sangat mahal karena buku-buku itu seluruhnya di copy dengan tulisan tangan. Tetapi pada tahun 1500 sebanyak 15-20 juta kopi dari 40.000 edisi buku telah dicetak di Eropa.2. Musik dan Masyarakat RenesansRenesans dalam sejarah musik terjadi antara tahun 1450-1600. (Beberapa ahli sejarah meletakkan permulaan jaman Renesans pada awal tahun 1400). Sebagaimana dengan kesenian lainnya, cakrawala musikal berkembang secara luas, penemuan mesin cetak juga memperluas sirkulasi musik, dan jumlah komposer serta pemain musik pun meningkat.Berpegang pada prinsip Renesans yang menyebutkan manusia universal setiap orang yang berpendidikan diharapkan untuk dilatih musik. saya tidak puas seorang dengan anggota istana jika dia juga bukan seorang musikus, tulis Castigione dalam the Book of the Courtier (1528). Karya-karya drama Shakespear menyebut musik lebih dari 300 kali, dan drama-drama tersebut dipenuhi dengan ungkapan-ungkapan tentang keindahan musik.The man that hath no music himself, nor is not movd with coccord of sweet sounds, Is fit for treasons, stragagems and spoils. (The Merchant of Venice)Orang yang tidak memiliki musik di dlaam dirinya ataupun tidak tergerak dengan keindahan bunyi, dia itu cocok untuk pengkhianatan, kelicikan dan perusak. (Saudagar dari Venice)Seperti pada masa lampau, para musisi bekerja di gereja, istana dan di kota-kota. Koor gereja tumbuh dalam jumlah anggotanya. (Koor kepausan di Roma berkembang dari sepuluh penyanyi di tahun 1442 menjadi dua puluhempat penyanyi pada tahun 1483). Meskipun musik polifoni gerejawi dalam Abad Pertengahan biasanya dinyanyikan oleh solis, dalam jaman renesans lagu-lagu tersebut dinyanyikan oleh seluruh anggota koor (laki-laki). Gereja masih merupakan patron yang penting dari musik, tetapi aktivitas musikal secara berangsur-angsur beralih ke istana. Musisi istana berjumlah sekitar sepuluh sampai enampuluh dan termasuk para penyanyi serta para instrumentalis. Wanita diberi peran sebagai para penyanyi yang virtuoso pada beberapa istana di Itali. Selama jaman renesans, seorang direktur istana harus menciptakan lagu-lagu sekuler untuk menghibur para bangsawan dan lagu-lagu rohani untuk kapel istana. Bangsawan seringkali membawa serta para musisinya ketika mengadakan perjalana dari sebuah puri ke puri lainnya.Para musisi renesans di kota bermain untuk prosesi-prosesi massa, perkawinan, serta pelayanan religius. Secara umum, dibanding masa sebelumnya, kini para musisi menikmati status sosial yang lebih tinggi dan dibayar. Para komposer tidak lagi bangga untuk tetapi tidak diketahui namanya; sebagaimana seniman lainnya, mereka mencari bayaran untuk karya-karya musik mereka.Banyak komposer Renesans yang terkenal datang dari Negara-negara dataran rendah (Flanders), sebuah area yang sekarang termasuk bagian-bagian dari Belanda, Belgia, dan utara Perancis. Para komposer dari Flemish itu dikenal secara terhormat dan menduduki posisi-posisi penting di seluruh Eropa, tetapi khususnya di Itali, yang menjadi pusat musik terkemuka di abad ke-16. Negara lainnya dengan nama harum kehidupan musikalnya adalah Jerman, Inggris dan Spanyol.

3. Karakteristik Musik Renesans Syair dan musikPada jaman renesans, seperti pada Abad Pertengahan, musik vokal lebih penting dibanding musik instrumental. Kepentingan kaum humanistik dalam bahasa mempengaruhi musik vokal, menciptakan hubungan yang dekat antara syair dan musik. Para komposer Renesans menulis musik untuk mengangkat arti dan emosi dari syair. Jika salah satu syair mengungkapkan isakan, rasa sakit, pata hati, desahan, air mata dan sejenisnya, maka harmoninya akan penuh dengan kesedihan, tulis Zarlino salah seorang ahli teori musik abad ke-16. Sebaliknya, para komposer abad pertengahan secara relatif kurang suka mengekspresikan emosi-emosi dari sebuah teks.Para komposer renesans seringkali menggunakan lukisan kata (word painting), yakni sebuah representasi musikal atas imajinasi puitis yang istimewa. Sebagai contoh, kata-kata turun dari surga dapat dirangkaikan pada sebuah garis melodi yang melangkah turun, dan kata lari dapat didengar dengan adanya serangkaian nada-nada yang cepat. Namun demikian, disamping penekanan pada pengungkapan emosi yang imajiner dari sebuah teks, bagi kita musik Renesans kelihatan sangat kalem dan menenangkan. Sementara terdapat jarak yang lebar atas emosi dalam musik Renesans, hal itu biasanya diungkapakn secara moderat, secara moderat, secara seimbang, tanpa kontras dinamik, warna nada, dan ritme secara ekstrim. TeksturTekstur musik Renesans terutama bersifat polifonis. Khas musik koor terdiri atas empat, lima atau enam suara yang secara relatif hampir semuanya memiliki kepentingan melodis yang sama. Imitasi diantara suara-suara tersebut sangat umum; masing-masing memberikan ide melodi yang sama secara terbalik, atau mungkin secara melingkar, tekstur homofonis, dengan rangkaian akor-akor, juga dipergunakan, khususnya dalam musik ringan (light music), seperti musik tari misalnya.Musik Renesans berbunyi lebih dibanding musik abad pertengahan. Register bas untuk pertama kali dipergunakan, hingga memperluas jarak nada lebih dari 4 oktav. Dengan penekanan baru pada suara bas ini menjadikan harmoni lebih kaya. Para komposer mulai berpikir tentang akor selain tentang garis-garis melodi secara individual. Kini semua garis melodi disusun pada waktu yang sama. Sebelum itu , selama Abad Pertengahan, disusun terlebih dahulu sebuah garis melodi yang lengkap dan kemudian melodi lainnya ditambakah di atasnya, dengan relatif sedikit sekali perhatian atas efek keseluruhan harmoni. Musik Renesans berbunyi lembut dan relaks, karena akor-akor konsosan yang stabil sangat disukai, trisuara seringkali dipergunakan, sementara disonansi cenderung ditolak.Musik koor Renesans tidak membutuhkan iringan instrumen. Untuk alasan inilah, periode ini seringkali disebut sebagai jaman emas musik koor acapella. Namun demikian, instrumen seringkali dikombinasikan dengan vokal. Alat-alat musik itu dipergunakan untuk memberik duplikat suara vokal untuk memperkeras suaranya, atau kadang-kadang mengambil bagian penyanyi yang hilang. Tetapi bagian yang secara eksklusif ditulis untuk alat musik jarang sekali dijumpai dalam musik koor Renesans.

Ritme dan MelodiDalam musik Renesans, ritme lebih bersifat mengalun secara pelan dan bukannya sebuah penegasan beat yang bersifat tajam. Hal ini disebabkan karena setiap garis melodi memiliki kebebasan ritmik yang sangat besar. Saat seorang penyanyi sedang memulai frase melodinya, penyanyi lainnya mungkin sudah sampai pada pertengahan grase melodi mereka. Teknik semacam ini menyebabkan menyanyi dalam musik Renesans adalah sebagai sebuah kesenangan maupun sebagai sebuah tantangan., karena setiap penyanyi harus menjaga sebuah ritme yang bersifat mandiri. Tetapi pola-pola ketinggian nada (pitch) melodi-melodi Renesansn mudah untuk dinyanyikan. Melodi biasanya bergerak sepanjang sebuah tangganada dengan sedikit saja lompatan-lompatan yang jauh.4. Musik Rohani di Jaman Renesans (Renaissance)Dua buah bentuk yang sangat penting dalam musik rohani jaman Renesans adalah motet dan misa. Dalam pengertian gaya keduanya sangat mirip, tetapi misa adalah sebuah komposisi yang lebih panjang. Motet Renesans adalah sebuah karya koor polifoni yang dirangkaikan untuk teks rohani berbahasa Latin selain misa ordiner. Misa Renesans adalah komposisi koor polifoni terdiri atas lima bagian: Kyrie, Gloria, Credo, Sanctus dan Agnus Dei. Josquin Josquin Desprez dan Motet RenesansDesprez (1440-1521) tokoh sesudah Leonardo Da Vinci dan Christopher Columbus, adalah seorang komposer besar musik Renesans, seperti kebanyakan komposer dari Felmish, dia memiliki karier internasional. Josquin lahir di provinsi Haianutbagian dari Belgia sekarangdan menghabiskan hidupnya di Itali, bekerja dikapel-kapel pribadi para bangsawan serta di koor Kepausan di Roma. Pada akhir hidupnya, dia bekerja untuk Louis XII di Perancis serta memegang beberapa pekerjaan di gereja di daerah kelahirannya.Komposisi-komposisi Josquin yang termasuk misa, motet dan lagu-lagu koor sekuler, sangat mempengaruhi komposer-komposer lainnya secara kuat dan sangat dikagumi secara antusias oleh para penggemar musik. Martin Luther misalnya berkomentar bahwa Allah memiliki kebesaran-Nya yang juga dikhotbahkan melalui medium musik; hal ini dapat dilihat dari komposisi-komposisinya Josquin yang semua karyanya sangat menggembirakan, lembut, halus dan penuh cinta kasih; mereka mengalir dan bergerak jauh tanpa dipaksa atau dibatasi oleh peraturan-peraturan yang kaku dan keras, melainkan berlawanan dengan itu mirip dengan nyanyian burung kutilang. Palestrina dan Misa RenesansSelama abad ke-14, para komposer Itali mencapai puncak seperti yang telah ditunjukkan oleh Josquin Desprez. Diantara komposer Renesans Itali yang terpenting adalah Giovanni Pierluigi da Palestrina (1525-1594). Giovanni Pierluigi da Palestrina (1525-1594).Karya musik Palestrina meliputi 104 lagu-lagu misa dan 450 karya musik liturgi lainnya. Yang mungkin mudah dipahami sebagai perlawanan terhadap Kontra Reformasi. Selama awal tahun 1500-an, gereja Katholik ditantang dan dipertanyakan oleh kaum Protestan, dan akibatnya diadakan usaha-usaha mengoreksi kesalahan-kesalahan didalam struktur gereja Katholik, selian untuk menibas gerakan Protestanisme. Hal ini menuntut gereja harus diperkuat, yang kemudian melahirkan serikat Yesuit (1540) serta terbentuknya Dewan Gereja (1545-1563) yang bertugas menjawab pertanyaan-pertanyaan atas dogma dan organisasi gereja.Selama masa tugasnya, dewan tersebut membahas musik gereja yang telah dirasakan kehilangan kemurniannya. Beberapa tahun sebelum terbentuknay dewan tersebut, seorang intelektual bernama Desiderius Erasmus (1466-1536) telah membuat pernyataan bahwa Kita telah memasukkan musik artificial dan teatrikal ke dalam gereja, bermacam-macam suara tangisan dan agitasi, seperti saya percaya belum pernah mendengar dalam teater Yunani dan RomaTerdengar melodi-melodi yang bersifat cinta-kasih dan menerbitkan gairah seperti musik yang hanya digunakan untuk mengiringi tarian pelacur dan para badut. Pada sidang-sidangnya, dewan tersebut menyerang musik gereja karena menggunakan melodi-melodi sekuler, alat musik yang galau, serta cara menyanyi yang teatrikal. Beberapa juga ada yang complain bahwa polifoni yang rumit membuat sulit untuk memahami syair-syair yang sakral; mereka hanya menginginkan musik monofoni, yakni nyanyian Gregorian, untuk misa-misa yang ada. Dewan akhirnya memutuskan bahwa musik gereja harus ditulis tidak untuk kesenangan hampa pada telinga, melainkan untuk memberikan inspirasi komtemplatif religius.5. Musik Sekuler Jaman Renesans Musik vokalSelama jaman Renesans, musik vokal sekuler lama-kelamaan menjadi sangat populer. Di seluruh Eropa, musik dirangkaikan dengan puisi dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Itali, Perancis, Spanyol, Jerman, Belanda dan Inggris. Perkembangan mesin cetak musik membantu penyebaran musik sekuler, dan ribuan koleksi lagu-lagu menjadi mudah untuk didapatkan. Musik menjadi semacam aktivitas penting dalam waktu luang, setiap orang yang terdidik sangat berharap untuk dapat memainkan alat musik dan membaca notasi.Musik sekuler Renesans ditulis untuk grup atau solo vokal dan untuk solo vokal dengan iringan satu atau lebih alat musik. Lukisan katayakni ilustrasi musikal untuk sebuah tekstelah menjadi sangat umum. Para komposer sangat senang menirukan bunyi-bunyi natural seperti kicau burung dan kegalauan jalan raya. Dalam sebuah lagu yang berjudul La Guerre (peperangan), komposer Perancis bernama Clement Janequin (1485-1560) terang-terang menirukan kegalauan suara perang, suara pukulan-pukulan gendering (drum), dan suasana fanfare. Musik sekuler berisi lebih banyak perubahan nuansa perasaan dibandingkan dengan musik gerejawi. Alat musik di masa renesans

Madrigal RenesansSebuah jenis musik vokal sekuler yang penting pada jaman Renesans adalah madrigal, yakni sebuah lagu untuk beberapa solo vokal yang dirangkai dengan puisi pendek. Biasanya perihal cinta. Sebuah madrigal, layaknya sebuat motet memiliki tekstur campuran homofoni dan polifoni. Tetapi madrigal lebih sering menggunakan lukisan kata (word painting) dan biasanya bersifat harmonis. Madrigal Renesans mulai berkembang di Itali sekitar tahun 1520, bersamaan denga ledakan kreatif puisi di Itali. Ribuan madrigal dicetak di Itali selama abad ke-16, lagu-lagu tersebut kebanyakan dinyanyikan oleh para aristokrat. Diantara sekian madrigalis yang terkenal adalah Luca Marenzio (1553-1599) dan Carlo Gesualdo (1560-1613).Di tahun 1588tahun kekalahan armada Spanyolsebuah buku terjemahan madrigal Itali diterbitkan di London. Hal ini mendorong penulisan madrigal oleh para komposer Inggris dan selama kira-kira 30 tahun terjadi perkembangan yang terus-menerus dari madrigal Inggris serta musik vokal sekuler lainnya. Masa kehidupan ratu Elizabeth (1533-1603) dan William Shakespeare merupakan jaman emas musik di Inggris dan sebagaimana dalam sastra. Asal kedua kesenian tersebut (sastra dan musik) adalah Itali. Tetapi madrigal Inggris jauh lebih ringan dan lebih bergaya humor dibanding dengan model madrigal Itali, melodi dan harmoninya juga bersifat sederhana.

Periode Barok (Baroque Period 1600-1750)1. Musik BarokMeskipun untuk beberapa lamanya pengertian istilah Barok berarti aneh, semarak, dan penuh ornament, para ahli sejarah dewasa ini cenderung hanya mengartikan istilah itu secara gampangnya untuk menunjukkan sebuah gaya yag khusus dalam kesenian. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa karakterisasi gaya barok adalah bahwa sesuatu yang sifatnya mengisi ruangan seperti kanvas, batu dan bunyi dengan gerakan (action) dan irama (movement). Pelukis, pematung, dan arsitek tertarik dalam membentuk sebuah ilusi total, misalnya setting sebuah panggung. Pelukis seperti Bernini, Rubens, dan Rembrandt mengeksploitasikan material dasar mereka untuk memperluas potensi warna, detil dan ornament, dan dengan tingkat kedalaman artistiknya mereka seolah-olah ingin menciptakan dunia-dunia yang terstruktur secara total.Suatu gaya (style) semacam itu cocok sekali dengan harapan-harapan para aristokrat yang juga berpikir tentang struktur yang selengkap-lengkapnya terintegrasi.

Di Perancis misalnya, Louis XIV menghiasi istana Versailles secara luar biasa bagusnya dengan lukisan-lukisan barok, patung, dan arsitektur yang dengan sekejap mata langsung membawa kita ke sebuah simbol atas kekuasaan dan kekayaan. Gaya barok juga terbentuk oleh tuntutan-tuntutan gereja yang ingin memanfaatkan unsur-unsur emosional dan teatrikal dari karya seni untuk membuat kebaktian gereja menjadi lebih atraktif. Masyarakat kelas menengah juga dipengaruhi oleh perkembangan gaya barok. Di Belanda misalnya, pedagang dan para dokter yang kaya memeasan lukisan-lukisan yang menggambarkan secara realistik pemandangan dan alam kehidupan sehari-hari.

Gaya Barok juga melatarbelakangi kelahiran penemuan-penemuan ilmiah pada abad ke-17. Kejutan-kejutan ilmiah dari Galileo (1564-1642) dan Newton (1642-1727) mewakili pendekatan-pendekatan baru terhadap ilmu pengetahuan (science) yang didasarkan pada kesatuan-kesatuan matematis dan eksperimen; dimana mereka menemukan bahwa hukum-hukum matematika berpengaruh pada gerakan-gerakan tubuh. Selama jaman Barok, kemajuan-kemajuan ilmiah seperti itu membawa kearah penemuan baru dan perkembagan secara berangsur-angsur atas obat-obatan, penambangan, navigasi kelautan, serta perindustrian. Seni barok dapat dikatakan sebagai campuran yang rumit atas rasionalisme, sensualitas, materialism, dan spiritualitas.Di dalam musik, gaya Barok berkembang selama periode tahun 1600-1750. Dua raksasa besar komposer jaman Barok yang sudah kita kenal, yaitu George Frederic Haendel dan Johann Sebastian Bach.

Kematian Bach pada tahun 1750 menandai berakhirnya periode barok. Para komposer besar lainnyaCaludio Monteverdi, Henry Purcell, Arcangelo Corelli, Antonio Vivaldisampai abad ke-20 seolah-olah terlupakan begitu saja. Tetapi munculnya rekaman piringan hitam pada tahun 1940-an mendorong kelahiran baroque revival yang membuat komposer-komposer yang hampir terlupakan tadi menjadi sangat familiar di telinga para pecinta musik. Periode Barok dapat dibedakan dalam tiga fase, yaitu: periode awal barok (1600-1640), pertengahan barok (1640-1680) dan akhir barok (1680-1750). Meskipun musik Barok yang terkenal sampai saat ini kebanyakan berasal dari fase terakhir periode tersebut, dalam sejarah musik periode yang paling awallah yang justru bersifat revolusioner. Monteverdi (1567-1643), misalnya mengungkapkan kejutan-kejutan dan kontras-kontras dramatik yang hebat di dalam karya-karya musiknya. Di Italia, khususnya musik dibuat untuk teks (syair) yang sangat mengarah ke emosi-emosi yang sangat ekstrim, dan teks tersebut biasanya lebih dominan mengatur melodinya. Dengan penekanan pada dramaturgi dan teks seperti itu, tidak heran bahwa para komposer Italia dalam era awal Barok menciptakan opera, yaitu drama yang diyanyikan dengan iringan orkestra. Garis-garis melodi dalam lagu-lagu opera cenderung menirukan ritme dan infleksi (perubahan nada suara) waktu orang berbicara.Dibanding tekstur polifonik tipikal musik Renesans, para komposer era awal Barok lebih menyukai tekstur homofonik. Mereka terasa bahwa kata-kata dapat diproyeksikan (diarahkan) lebih jelas dengan hanya menggunakan melodi pokok dengan iringan kordal (chordal). Tetapi perlu dicatat bahwa penekanan baru tekstrur homofonik hanya memberi sifat awal pada era awal Barok; sebab pada era akhir Barok, tekstur polifonik kembali disenangi secara umum. Untuk melukiskan emosi-emosi yang ekstrim di dalam syair-syairnya, para komposer awal Barok menggunakan disonansi-disonansi dengan suatu kebebasan baru. Belum pernah sebelumnya, misalnya bahwa akor-akor yang tidak stabil demikian menonjol dengan sangat empatik (tegas). Kontras bunyi demikian ditonjolkan, misalnya dalam nyanyian solo berhadapan dengan koor, suara vokal berlawanan dengan instrumen, dsb. Dalam musik koral Renensans, intrumenjika dipergunakanmenduplikasi melodi dari penyanyi. Tetapi awal Barok , suara-suara vokal diiringi dengan garis melodi yang dirancang untuk instrumen.Dalam era pertengahan Barok (1640-1680), gaya musik yang sangat baru berkembang dari Italia ke hampir seluruh Eropa lainnya. Modus pada abad pertengahan atau modus-modus gerejayakni sistem tangga nada yang telah sekian abad mendominasi musik Baratlambat laun digantikan oleh tangga nada mayor dan minor. Mulai tahun 1680-an, tangga nada minor dan mayor merupakan basis dari hampir seluruh komposisi musik. banyak dari komosisi tersebut ditulis untuk instrumen khusus, yang paling populer misalnya vaiolin (dari bahasa Inggris violin), bukan biola yang berarti biola alto (dari bahasa Inggris viola).Era akhir Barok (1680-1750) yang menghasilkan musik barok yang sering kita dengar sekarang ini. Banyak aspek dari ilmu harmonitermasuk penekanan pada gerakan akor dominan menuju ke akor tonikberkembang pada era ini. Dalam era ini juga, untuk pertama kalinya musik instrumental menjadi sama pentingnya dengan musik vokal. Bila para komposer awal Barok lebih cenderung kepada gaya tekstur homofonik, para komposer akhir barok cenderung ke gaya polifonik. Marilah kita tinjau lebih dekat lagi beberapa ciri khas gaya musik akhir barok[footnoteRef:3]. [3: Mulai sekarang dan seterusnya istilah barok akan merujuk kepada fase akhir barok saja. ]

2. Karakteristik Musik Barok Kesatuan nuansa (Unity of Mood)Sebuah lagu Barok biasanya mengungkapkan satu dasar nuansa, misalnya yang dimulai dengan perasaan gembira biasanya sampai akhir akan terus menerus bernuansa gembira. Musik Barok biasanya juga mengungkapkan keadaan emosional seperti kegembiraan, kesedihan, dan kegelisahan. Keadaan-keadaan emosional semacam ini disebut sebagai afeksi (bersifat mengambil hati). Para komposer membentuk bahasa musikal untuk melukiskan afeksi dengan pola ritme dan melodi yang berhubungan dengan emosi tertentu. Bahasa umum seperti ini memberikan unsur kesamaan dengan musik akhir Barok. Pengecualian utama terhadap prinsip-prinsip kesatuan nuansa musik Barok muncul dalam karya-karya musik vokal. Perubahan-perubahan emosi secara drastik dalam syair memberikan inspirasi perubahan yang sama di dalam musik. Meski demikian, sebuah nuansa perasaan biasanya ditahan beberapa lama sebelum berpindah ke nuansa lainnya. Kesatuan nuansa di dalam musik Barok diungkapkan terutama dengan kontinuitas ritmenya. Pola ritme yang terdengar dalam permulaan sebuah lagu diulang-ulang dalam keseluruhan komposisi. Kontinuitas ritmik semacam ini menimbulkan dorongan dan energi yang sifatnya memaksa, dimana gerakan progresif (forward motion) sebuah pola ritme jarang sekali dihalangi oleh pola ritme yang lain. Sebuah contoh lainnya, dibanding dengan musik Renesans, ketukan (beat) mendapat penekanan yang lebih jelas di dalam musik Barok. MelodiMelodi barok juga menciptakan kontinuitas perasaan. Misalnya, melodi menimbulkan pembukaan akan terdengar lagi berulang-ulang kali dalam keseluruhan komposisi. Bahkan ketika sebuah melodi dimunculkan dalam bentuk variasinya, karakter melodinya cenderung akan tetap sama (konstan). Terdapat pelebaran melodi secara kontiniu dan bersifat lurus, tetapi tanpa lipatan dan tekukan sedikitpun. Rasa yang ditimbulkan dari gerakan lurus melodi semacam ini seringkali merupakan akibat yang muncul karena adanya sekuens melodi, yakni pengulangan-pengulangan yang terus menerus dari sebuah ide musikal dalam perubahan tingkatan ketinggian nada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kebanyakan melodi musik Barok sangat rumit dan penuh ornamental, dan biasanya tidak mudak untuk menyanyikannya atau untuk mengingatnya. Melodi musik Barok memberi kesan adanya perluasan dinamik secara menyolok dibanding dengan perhitungan-perhitungan simetrik maupun balansnya. Sebuah pembukaan yang pendek biasanya diikuti oleh frase yang lebih panjang dengan alunan yang tak terputus dari nada-nada yang dimainkan dengan capat dan rapat. Dinamika Bertingkat (Terraced Dynamics)Parallel dengan kontinuitas ritme dan melodi di dalam musik Barok, demikian juga terdapat kontinuitas di dalam jenjang dinamikanya, dalam pengertian volume suaranya cenderung berada dalam keadaan konstan sepanjang waktu. Jika terdapat pergantian dinamika hal itu terjadi seketika seolah-olah seperti seseorang yang melangkah secara fisik dari tingkat yang satu ke tingkat yang lain. Pergantian antara keras dan lembut seperti yang terdapat dalam musik Barok disebut sebagai dinamika bertingkat (terraced dynamics). Perubahan secara berangsur-angsur melalui crescendo dan decrescendo tidak lazim di dalam musik Barok. Tetapi para penyanyi dan instrumentalis tidak canggung canggung membuat perubahan infleksi dinamika demi tujuan-tujuan sesuatu yang ekspresif. Alat-alat musik keyboard yang terutama di dalam periode Barok adalah organ dan harpsichord, keduanya sangat cocok untuk kontinuitas tingkatan dinamika. Seorang organis atau harpsichordist tidak dapat memainkan sebuah crescendo atau decrescendo dengan mengubah tekanan jari-jari diatas tuts seperti yang dilakukan oleh seorang pianis dijaman sekarang. Instrumen keyboard yang ketiga, clavichord, dapat membuat perubahan dinamika secara gradual tetapi dalam jarak yan gsangat pendek dari ppp (pianissisimo) ke mp (mezzopiano). Bunyi pada clavichord dihasilkan oleh serangkaian logam tipis yang menyentuh senar-senarnya. Instrumen ini tidak biasa digunakan di dalam gedung yang besar karena suaranya yang terlalu lemah.

TeksturTelah kita catat bahwa kebanyakan musik akhir barok memiliki tekstur polifonik di mana dua atau lebih garis melodi saling menarik perhatian kita. Biasanya garis melodi untuk soprano dan bas merupakan unsur yang sangat penting. Yang sangat umum biasanya adalah imitasi atau peniruan di antara berbagai garis melodi atau suara dari tekstur tersebut. Sebuah ide melodi yang terdengar dari sebuah suara biasanya juga muncul lagi di dalam suara lainnya. Namun demikian, tidak semua musik akhir Barok bersifat polifonik. Sebuah lagu dapat berpindah-pindah dalam teksturnya, khususnya di dalam musik vokal, dimana perubahan nuansa yang muncul dari makna sebuah syair menuntut pula kontras secara musikal. Selain itu, para komposer Barok juga saling berbeda dalam selera mereka terhadap tekstur. Bach misalnya, secara konsisten lebih memilih tekstur polifonik sedangkan Haendel lebih cenderung menggunakan banyak kontras antara bagian-bagian yang diberinya tekstur polifonik dan homofonik. Basso Continuo atau Figur Bas (Figured Bass)Akor (chord) secara berangsur-angsur menjadi unsur yang sangat penting di dalam musik periode Barok. Pada masa sebelumnya, terdapat kecenderungan untuk menciptakan keindahan secara individual dari sebuah garis melodi dibanding dengan pembentukan akor ketika garis-garis melodi saling terdengar bersama-sama. Dalam pengertian ini, akor hanya dihasilkan semata-mata oleh pertemuan dari gerakan-gerakan melodi saja. Tetapi pada jaman Barok, akor menjadi sangat penting dengan sendirinya. Ketika para komposer menulis garis melodi, mereka sekaligus berpikir tentang gerakan akor yang akan mengisisnya. Tentu saja adakalanya mereka itu menciptakan sebuah melodi yang cocok untuk gerakan-gerakan akor yang khusus. Kecenderungan baru terhadap akor semacam ini telah memberi kemungkinan baru terhadap fungsi bas yang memberi semacam fundamen terhadap harmoni. Seluruh bentuk musikal, pada akhirnya tergantung juga kepada peranan bas tersebut.Penekanan-penekanan baru kepada akor dan bas memberikan penampilan yang sangat karakteristik kepada musik Barok yakni apa yang disebut dengan basso continuo atau figured bass. Basso continuo atau figured bass (bas berangka) dibuat atas bagian bas yang diberi simbol-simbol angka (figures) yang memberi petunjuk kepada akor yang harus dimainkan. Istilah continuokependekan dari basso continuobiasanya dimainkan untuk sedikitnya dua instrumen yaitu sebuah organ atau harpsichord dan sebuah instrumen melodi bersuara rendah seperti cello atau bassoon. Dengan tangan kirinya, pemain organ atau harpsichord memainkan bagian bas yang juga dimainkan oleh cello atau bassoon. Dengan tangan kanannya, pemain keyboard memberikan improvisasi akor atau bahkan melodi, mengikuti simbol-simbol angka pada bagian bas. Angka-angka tersebut hanya menunjukkan akor dasar saja, bukan akor-akor absolute yang harus dimainkan secara persis. Karenanya, para pemain diberikan kebebasan yang luar biasa besarnya.[footnoteRef:4]Basso continuo, boleh dikatakan menawarkan perluasan kemungkinan-kemungkinan yang penting pada bas, selain mencakup pula gerakan-gerakan akor yang pasti. Penggunaan simbol-simbol angka bersifat leibh praktis dibanding dengan penulisan seluruh nada-nada yang menyusun akor itu sendiri dan karenanya, bagi para komposer Barok yang sibuk, hal begitu dapat merupakan efisiensi waktu, selain juga dapat menghemat kertas jika harganya relatif mahal. [4: Dapat dijelaskan secara singkat bahwa sistem ini mempunyai kesamaan dengan indikasi-indikasi akor yang dapat dijumpai dalam partitur lagu-lagu modern yang biasanya dimainkan secara improvisasi oleh pianis jazz.]

Syair (text) dan MusikSeperti para komposer jaman renesans, para komposer jaman barok menggunakan musik untuk melukiskan arti khusus dari sebuah syair. Kata surga misalnya dilukiskan dengan sebuah nada tinggi dan neraka dengan nada yang sangat rendah. Tangga nada naik menunjukkan gerakan naik, sebaliknya tangga nada turun melukiskan gerakan turun. Gerakan kromatik turun dihubungkan dengan kesakitan atau kesedihan. Deskripsi bahasa musikal seperti ini sangat lazim, misalnya ratapan karena putus cinta seringkali diungkapkan dengan gerakan kromatik turun sama seperti ketika melukiskan penderitaan atas penyaliban (Crucifixus) di dalam lagu-lagu misa. Komposer barok menekankan penggunaan kata-kata denga menulis nada-nada cepat untuk sebuah suku kata tunggal dari sebuah syair; teknik semacam ini juga menampilkan ke-virtuositasan dari seorang penyanyi. Kata-kata dan frase tunggal dari sebuah syair diulang-ulang sementara musiknya secara terus menerus berkembang. Orkestra Barok (Baroque Orchestra)Selama periode barok, orchestra berkembang menjadi sebuah kelompok seni pertunjukan yang di dasarkan atas alat-alat musik gesek. Dibanding dengan standar modern, orkestra barok lebih kecil, terdiri dari sepuluh, tigapulu atau empatpuluh pemain. Instrumen yang dipergunakan bersifat fleksibel dan dari lagu ke lagu dapat bervariasi. Sebagai intinya adalah basso continuo (harpsichord ditambah cello, double bass, atau bassoon) dan instrumen gesek suara atas (upper stirngs) seperti vaiolin dan biola (alto). Penggunaan instrumen tiup kayu (woodwind), tiup logam (brass) dan instrumen perkusi (percussion) sangat bervariatif. Untuk kelompok instrumen gesek dan continuo dapat ditambahkan rekorder (recorder) flute, trumpet, horn, trombone dan timpani. Sebuah komposisi mungkin hanya menggunakan sebuah flute saja, sementara kompsisi yang lain menggunakan dua oboe, tiga trumpet, dan timpani. Trumpet dan timpani dipakai dalam orchestra hanya ketika dalam suasana meriah saja. Kompsisi instrumen yang bersifat fleksibel seperti itu sangat berlawanan dengan standar orchestra pada periode berikutnya yang memiliki komposisi atas empat macam instrumen, yaitu gesek, tiup kayu, tiup logam dan perkusi.Trumpet barok (seperti instrumen horn pada waktu itu) tidak memiliki valve (piston/katup) tetapi diberi tugas untuk memainkan nada-nada gerakan cepat dalam register (tingkatan nada) yang tinggi. Karena instrumen tersebut sulit untuk dimainkan dan mempunyai pertalian tradisional dengan kaum bangsawan, karena itu pemain trumpet dianggap sebagai aristokrat di dalam orkeschestra barok. Dalam pertukaran tawanan perang, para pemain trumpet, jika mereka tertangkap, diperlakukan sebagai tawanan militer. Bach, Haendel, Vivaldi dan composer barok lainnya, memilih instrumen orekestra secara hati-hati dan menghasilkan efek suara yang sangat indah dari warna-warna nada (tone colors) yang sangat spesifik. Mereka menyukai untuk membuat eksperimen denga kombinasi berbagai instrumen yang berbeda. tetapi pada jaman barok, warna nada secara jelas berhubungan dengan unsur-unsur musikal lainnya seperti, melodi, ritme dan harmoni. Para komposer juga sering membuat aransemen atas karya-karya mereka sendiri atau karya composer lain untuk instrumen yang berbeda. Sebuah komposisi untuk orkes gesek mungkin saja menjadi solo organ. Seringkali sebuah instrumen diperlakukan sama seperti lainnya. Sebuah oboe memainkan melodi yang sama dari vaiolin atau flute dan trumpet saling menirukan untuk memperpanjang sebuah lagu. Bentuk-Bentuk Musikal Barok (Baroque Form)Telah kita pelajari sebelumnya bahwa musik barokkhususnya musik instrumentalbiasanya memiliki kesatun nuansa (unity of mood). Tetapi lebih dari itu, kebanyakan komosisi musik barok terdiri atas serangkaian lagu-lagu, bagian-bagian (moments) yang saling kontraproduktif. Bagian (movement) adalah sebuah lagu yang seakan-akan sudah lengkap dengan sendirinya serta seolah berdiri sendiri terpisah dari bagian lainnya, tetapi merupakan bagian dari sebuah komposisi yang lebih besar. Biasanya sebuah bagian mempunyai tema musikal (theme of musical) yang tersendiri sampai akhirnya diakhiri dengan ending yang betul-betul selesai, serta dipisahkan dari bagian berikutnya dengan sebuah pause (istirahat) singkat. Sebuah komposisi barok dalam tiga bagian, karenanya dapat berupa kontras antara bagian pertama yang sangat energik dan bergerak cepat, bagian kedua yang bersuasana tenang dalam tempo lambat, dan bagian terakhir yang cepat dan ringan, serta bersifat humor. Komposisi dalam tiga bagian seperti itu disebut dengan bentuk musikal ABA, sedangkan komposisi dua bagian jarang ada disebut dalam bentuk AB saja.Selain dari segi bentuk, musik barok juga menampilkan kontras bunyi yang dihasilkan antara besar kecilnya medium orchestra. Sering kali terdapat perubahan yang sangat umum antara kelompok instrumen dalam orkes kecil dan besar, atau antara bunyi semacam ini memberikan kepada kita imajinasi yang luas dan juga kunci untuk memahami dan menikmati musik barok.[footnoteRef:5] [5: Dengarkan (1), Bach, Christmas Oratorio: Chorus No.1 Jauchzet.auf. preiset die Toge dan ario nomor 57 (Soprano) Nu rein Wink von seinen Handen, Haendel, Messiah Halleluya Chorus (N0.21) dan Aria No. 119 Rejoice C.]

3. Musik Dalam Masyarakat BarokSebelum tahun 1800, kebanyakan musik ditulis berdasarkan perintah, untuk memenuhi keinginan-keinginan kehusus yang datang dari para aristocrat dan dari para pihak gereja. Gedung-gedung opera dan balai-balai kota juga memesan musik secara teratur. Dalam setiap kasus, tuntutan berupa musik yang baru; para penonton tidak mau lagi mendengar musik dalam gaya kuno (old Fashioned).Para penguasa sangat kaya dan sangat berkuasa, sebagai contoh Jerman yang terbagi dalam 300 wilayah, masing-masing diperintah secara terpisah. Sementara kebanyakan rakyat mengalami kesulitan untuk hidup, para penguasa Eropa bergelimpangan dengan kekayaan. Setiap penguasa menyebut dirinya paling berkuasa dengan cara memperkaya istananya dan dengan mengadakan hiburan di istana secara mewah. Sesungguhnya, hiburan itu memang diperlukan karena para penguasa itu tidak memiliki pekerjaan dan dengan begitu mereka ingin membuang rasa bosan sedapat mungkin.Musik menjadi sumber utama hiburan. Sebuah istana mempekerjakan sebuah orchestra, sebuah koor kapel (chapel choir), dan para penyanyi operasejumlah karyawan musik yang sangat bergantung kepada kekayaan istana. Bach memimpin sekitar delapan belas pemain orkes dalam orchestra kecil di sebuah istana kecil di Jerman pada tahun 1717; tetapi sebuah istana yang besar memiliki lebih dari delapan puluh pemain musik; termasuk sejumlah penyanyi opera terbaik waktu itu. pemimpin musik (music director) membina pegelaran dan menciptakan sebagian besar musik yang diperlukan untuk pergelaran tersebut, termasuk beberapa opera, musik gereja, musik santapan makan malam, dan lagu-lagu untuk orkes istana. Musisi yang bekerja secara berlebihan ini masih harus bertanggung jawab terhadap sikap disiplin musisi lainnya, dan menjaga instrumen serta perpustakaan musik. Pekerjaan seorang pemimpin musik memiliki penampilan yang bagus dan jelek. Harga dan prestise sangat tinggi, serta segala sesuatu yang ditulis oleh komposer akan selalu dimainkan. Tetapi bagaimanapun terkenalnya, komposer masih merupakan buruh yang berkedudukan tinggi yang tidak bisa berhenti ataupun mengadakan perjalanan tanpa seijin juragan (patron)nya. Sama halnya dengan setiap orang dalam masyarkat barok, para musisi harus membuat semacam asal boss senang terhadap para aristokrat. Gereja-gereja juga menghendaki musik, dan musik apa yang mereka miliki seringkali sanga besar. bersamaan dengan organ dan koor, banyak gereja-gereja barok memiliki sebuah orchestra untuk mengiringi pelayan-pelayan mereka. Sebetulnya, gereja adalah tempat dimana para masyarakat kecil mendengarkan musik. hanya sedikit terdapat konser untuk publik, dan masyarakat awam sama sekali jarang diundang untuk menonton konser di Isnatal. Pemimpin musik gereja sebagaimana halnya para pemimpin musik di istana, juga harus selalu memproduksi musik-musik yang baru. Dia juga harus bertanggung jawab untuk melatih koor anak laki-laki di sekolah-sekolah gereja. Musik gereja yang bagus membawa nama harum bagi kota-kotanya, yang seringkali berlomba untuk menarik para musisi yang paling bagus. Para musisi gereja memperoleh gaji lebih rendah dan kurang memiliki status sosial dibanding dengan para musisi istana. Penghasilan mereka yang sedikit diberi tambahan dari pembakaran kayu dan arang serta dengan penghasilan tak teratur dari bayaran untuk pengisian acara musik untuk perkawinan dan penguburan. Mereka menderita kesulitan finansial ketika angin sejahtera bertiup dan akibatnya makin sedikit upacara penguburan dibanding biasanya, sebuah situasi semacam ini pernah digugat oleh Bach. Kota-kota besar mempekerjakan musisi untuk berbagai fungsi seperti untuk bermain dalam gereja, dalam prosesi, dalam konser menyambut kunjungan orang besar, serta untuk acara-acara wisuda universitas, paa musisi kota ini seringkali bermain dengan para amatir dalam klub musik atau dalam masyarakant musik universita, bermain dalam rumah-rumah pribadi, kedai kopi dan restoran.Beberapa musisi barok mendapat uang dengan menulis opera untuk gedung-gedung opera komersial; gedung-gedung semacam ini banyak terdapat di Itali. Di Venesia sebuah kota yang berpenduduk 125.000 jiwa, terdapat 6 kelompok opera yang berpentas secara rutin antara tahun 1680-1700. Di London, Haendel menjadi director musik untuk sebuah kelompok opera komersial dalam tahun 1719. Didukung oleh para bangsawan, kelompok opera ini merupakan sebuah korporasi yang terdaftar pada saham pada indeks harga saham di London. Ketika korporasi ini bangkrut dan pada tahun 1778, Haendel membentuk sendiri kelompok operanya, dan dia sekaligus sebagai penulis musik, konduktor, manajer dan impresario. Dalam mengisi demikian banyak kedudukan, Haendel merupakan musisi freelance pertama yang terkenal.Bagaimana seseorang bisa menjadi musisi pada jaman barok? Seringkali seni diturunkan oleh ayah kepada anaknya; banyak composer terkenal seperti Bach, Vivaldi, Purcell, Couperin, dan Rameau adalah anak-anak dari para musisi. Ataupun anak laki-laki kadang-kadang magang pada seorang musisi kota dan tinggal di rumahnya. Sebagai timbal balik pengajaran, anak tersebut harus mengerjakan pekerjaan yang berat, seperti membuat salinan musik. Banyak composer barok mulai pelajaran mereka sebagai anggota koor laki-laki, belajar musik selama masa keikut-sertaan mereka dalam grup koor tersebut. Di Itali, sekolah musik dihubungkan dengan rumah panti asuhan.[footnoteRef:6] Di sana para anak yatim, bayi terlantar dan anak-anak miskin, laki-laki dan perempuan diberi latihan musik, dan beberapa diantara mereka menjadi penyanyi opera dan instrumentalis yang paling dicari di Eropa. Komposer terkenal seperti Vivaldi disewa untuk mengajar dan memimpin konser di sekolah-sekolah semacam ini. Di Venesia Vivaldi memiliki sebuah orchestra yang pemainnya melulu wanita dan dikenal sebagai ansambel paling bagus di Itali. Selama jaman barok, wanita tidak diperbolehkan bekerja sebagai director musik atau sebagai instrumentalis pada orchestra istana. Namun demikian,sejumlah wanita termasuk Francesca Caccini, Barbara Strozzi, dan Elizabeth-Claude Jacqute de la Guerra, berhasil menjadi composer yang dihormati.Untuk mendapatkan pekerjaan, para musisi biasanya dihadapkan pada ujian seleksi yang sulit sekali, bermain, dan menyertakan karya-karyanya. Kadang-kadang terdapat pekerjaan diluar musik juga. Seorang pelamar diharapkan mau membuat kontribusi sukarela kepada harta benda kota, atau bahkan untuk mengawini anak perempuan dari musisi yang pensiunan. Bach dan Haendel melepaskan pekerjaan ini karena salah satu kondisi yang diharuskan adalah mengawini anak perempuan pemain organ. Para musisi dari Itali menduduki posisi yang paling penting di istana-istana yang ada di Eropa dan seringkali mereka dibayar dua kali lipat musisi lokal. Komposer adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat barok, bekerja untuk istana, gereja-gereja, kota-kota, dan gedung-gedung opera yang komersial. Meskipun mereka menulis musik untuk kehendak-kehendak khusus, kualitas musiknya sangat tinggi sehingga kebanyakan dari musik barok masik merupakan repertoar standar untuk dimainkan di gedung konser. [6: Conservatory berasal dari bahasa Itali yang artinya rumah anak yatim]

4. Concerto Grosso dan Bentuk RitornelloSeperti telah kita ketahui bahwa kontras antara suara keras dan lembut, antara ansambel besar dan ansambel kecil, adalah prinsip dasar dari musik barok. Prinsip ini melarikan concerto grosso, salah satu bentuk karya orchestral yang sangat penting dalam masa akhir barok. Dalam concerto grosso, sejumlah solis ditonjolkan berhadapan dengan sebuah kelompok pemain musik yang lebih besar yang disebut tutti (semua). Biasanya antara dua dan empat solis bermain diantara mulai dari delapan sampai duapuluh atau lebih musisi untuk tutti. Tutti terutama terdiri dari instrumen gesek, dengan harpsichord sebagai bagian dar basso continuo (orkes). Sebuah concerto grosso memiliki tekstur yang sangat kontras antara tutti dengan solis yang mampu menyatakan individualitas mereka dan menarik perhatian melalui garis-garis melodi yang brilian dan fantastis. Para solis adalah pilihan dari yang terbaik dan dibayar paling mahal di dalam orchestra barok, karena bagian-bagian yang mereka mainkan lebih sulit dibanding pemain lainnya. Concerti grossi (jamak dari concerto grosso) seringkali dimainkan oleh orchestra yang dimiliki oleh seorang di dlaam istana-istana aristokratik.Concerto grosso terdiri dari beberapa bagian (movement) yang memiliki kontras karakter dan temponya. Seringkali terdiri dari tiga bagian yaitu: (1) tempo cepat, (2) tempo lambat, dan (3) tempo cepat. Bagian pembukaan biasanya penuh semangat dan tegap, secara jelas mempertunjukkan kontras antara tutti dan solis. Bagian kedua yang lambat bersifat lebih tenang dibanding bagian yang pertama, biasanya bersifat leib liris (lyrical) dibanding bagian yang pertama. Sedangkan bagian ketiga adalah bersifat lebih bebas dan lebih hidup, kadang-kadang bersifat tarian (dancelike).Bagian pertama dan bagian terakhir dari concerti grossi seringkali dalam bentuk ritornello, yakni bentuk yang didasarkan atas alternasi (perubahan) antara seksi (bagian) tutti dan solo. Dalam bentuk ritornello tutti dibuka dengan sebuah tema yang disebut ritornello (refrain). Tema tersebut selalu dimainkan oleh tutti, seringkali diulang kembali dalam kunci nada yang berbeda dalam seluruh bagian. Tetapi pengulangan itu seringkali hanya dalam wujud fragmen (penggalan), bukan pengulangan kalimat yang utuh. Hanya pada akhir bagian saja seluruh ritornello kembali dalam kunci nada semula. Beberapa kali ritornello (tutti) diulang sangat bervariasi dari lagu ke lagu, namun demikian sebuah bentuk concerto grosso yang umum dapat digambarkan sebagai berikut:1. a. Tutti (f), ritornello dalam kunci nada semulab. Solo 2. a. Tutti (f), ritornello dalam fragmenb. Solo3. a. Tutti (f), ritornello dalam fragmenb. Solo4. Tutti (f), ritornello dalam nada kunci semulaBerlainan dengan ritornello tutti, bagian-bagian solo menawarkan ide-ide melodi yang segar, dinamika yang lembut, gerakan nada-nada yang cepat, serta arpeggio. Solis juga memperluas gagasan-gagasan melodi pendek dari tutti.5. Fuga (Fuge)Salah satu landasan musik barok adalah fuga (fuge). Sebuah fuga dapat ditulis untuk sekelompok instrumen maupu vokal, atau untuk instrumen tungga seperti sebuah organ atau harpsichord. Fuga adalah sebuah komposisi polifonik didasarkan atas tema pokok, atau suara yang menirukan tema pokok. Garis melodi paling atas, baik dinyanyikan maupun dimainkan, adalah suara sopran, dan melodi yang paling bawah adalah bas. Tekstur sebuah fuga biasanya terdiri atas tiga, empat atau lima suara. Meskipun tema pokok fuga seringkali terus menerus berjalan secara konstan tetapi jika dimainkan dalam kunci nada yang berbeda, atau dikombinasikan dengan melodi yang lain serta ide-ide ritmik yang juga lain akan memberikan makna yang baru. Bentuk sebuah fuga sangat fleksibel, kenyataannya penampilan yang konstan dari fuga adalah bagaimana fuga itu dimulai, tema pokok, composer seolah berbicara kepada kita tentang apa yang harus diingat dan didengarkan. Untuk mengenal sebuah fuga, cobalah mengikuti tema pokoknya melalui tingkat teksturnya yang berbeda. sesudah pemunculannya yang pertama, tema pokok ditirukan oleh suara-suara yang alin secara bergantian.Pembukaan sebuah fuga dalam empat suara dapat digambarkan sebagai berikut:SopranoTema PokokdstAltoTema PokokdstTenorTema PokokdstBasTema PokokdstDalam contoh ini, suara paling atas menyuarakan tema pokok dan kemudian suara-suara yang lebih rendah menirukannya. Tetapi, tema pokok boleh jadi disuarakan oleh instrumen apapun, baika suara atas, bawah, maupun suara tengah, serta urutan suara lain yang menirukna itu bersifat sepenuhnya fleksibel.

Periode Klasik (1750-1820)Karakteristik Musik Periode Klasik1. Kontras mood Sebuah komposisi musik klasik memiliki mood yang berfluktuasi, tidak hanya terdapat tema yang kontras didalam sebuah gerakan, tetapi juga terdapat kontras yang istimewa walau hanya dalam sebuah tema. Mood dalam musik klasik bisa berubah secara bertahap atau tiba-tiba, mengekspresikan konflik yang seperti ombak, kesedihan. Tetapi konflik dan kontras dikendalikan oleh komposer klasik tersebut. 2. RitemDalam musik klasik, ada ritem yang fleksibel. Sebuah komposisi klasik memiliki pola ritem yang kaya. Gaya klasik juga termasuk tanda diam yang tidak diharapkan, sinkopasi, dan perubahan yang banyak dari nada panjang ke nada pendek. Dan perubahan dari satu pola nada panjang ke yang lainnya juga dapat tiba-tiba atau bertahap3. TeksturMusik klasik pada dasarnya homofonik. Walaupun, teksturnya fleksibel seperti ritem. Sebuah lagu berubah secara perlahan atau tiba-tiba dari satu tekstur ke tekstur yang lain. Sebuah lagu bisa dimulai secara homofonik dengan melodi dan iringan sederhana tetapi kemudian berubah kepada tekstur polifonik yang lebih kompleks yang memiliki melodi simultan atau rangkaian melodi imitatif diantara instrumen yang berbeda.4. MelodiMelodi musik klasik adalah melodi yang sangat tuneful dan mudah diingat. Komposisi yang memiliki citarasa rakyat dan populer.

34