sejarah lisan.docx

14
Sejarah lisan Sejarah Lisan Dan Tradisi Lisan Sejarah lisan pada dasarnya berbicara tentang sesuatu yang baru tapi lama. Akan tetapi, secara materi, dalam kedudukannya sebagai sumber sejarah, sejarah lisan merupakan barang lama yang sama tuanya dengan sejarah itu sendiri. Berikut kami uraikan beberapa pengertian sejarah lisan menurut para ahli, diantaranya: 1. Sartono Kartodirdjo (1991) merumuskan sejarah lisan sebagai cerita-cerita tentang pengalaman kolektif yang disamapaikan secara kolektif. 2. Cullom Davis, et,.al. (1977) mengartikan sejarah lisan sebagai a branch of historical research. 3. A. Adaby Darban (1988) mengartikan sejarah lisan sebagai sumber sejarah yang terdapat di kalangan manusia yang mengikuti kejadian atau menjadi saksi atas suatu kejadian masa lampau, diuraikan dengan lisan. 4. A. B. Lapian (1981) mengatakan bahwa di Amerika Serikat sejarah lisan dipahami sebagai rekaman pita (tape recording) daripada wawancara tentang peristiwa atau hal-hal yang dialami oleh pengkisah (interviewee) atau lebih tepat lagi rekaman pada pita kaset tentang pengalaman-pengalaman yang masih diingat oleh pengkisah. 5. A. Gazali Usman (1983) memberikan definisi sejarah lisan sebagai rekaman pita dari wawancara tentang peristiwa yang dialami oleh pengkisah. Dengan demikian, isi pita rekaman berupa wawancara antara pewawancara (interviuwer) dengan pengkisah. Jadi, dengan banyaknya pengertian sejarah lisan tersebut, maka tampaklah keseragaman dalam melihat muatan utama sejarah lisan, yakni memori atau ingatan manusia. Dengan demikian, tanpa adanya ingatan manusia tidak mungkin ada sejarah lisan. Sebaliknya, tidak mungkin ada sejarah lisan tanpa ada ingatan manusia. Sehingga jelas bahwa sejarah lisan pada dasarnya merupakan rekonstruksi visual atas berbagai peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi yang terdapat di dalam memori setiap individu manusia. • Tradisi Lisan (Oral Traditional) Tradisi lisan dipahami sebagai kesaksian lisan yang dituturkan secara verbal dari satu generasi ke generasi berikutnya. Artinya

Upload: jikki

Post on 14-Sep-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sejarah lisanSejarah Lisan Dan Tradisi LisanSejarah lisan pada dasarnya berbicara tentang sesuatu yang baru tapi lama. Akan tetapi, secara materi, dalam kedudukannya sebagai sumber sejarah, sejarah lisan merupakan barang lama yang sama tuanya dengan sejarah itu sendiri.Berikut kami uraikan beberapa pengertian sejarah lisan menurut para ahli, diantaranya:1. Sartono Kartodirdjo (1991) merumuskan sejarah lisan sebagai cerita-cerita tentang pengalaman kolektif yang disamapaikan secara kolektif.2. Cullom Davis, et,.al. (1977) mengartikan sejarah lisan sebagai a branch of historical research.3. A. Adaby Darban (1988) mengartikan sejarah lisan sebagai sumber sejarah yang terdapat di kalangan manusia yang mengikuti kejadian atau menjadi saksi atas suatu kejadian masa lampau, diuraikan dengan lisan.4. A. B. Lapian (1981) mengatakan bahwa di Amerika Serikat sejarah lisan dipahami sebagai rekaman pita (tape recording) daripada wawancara tentang peristiwa atau hal-hal yang dialami oleh pengkisah (interviewee) atau lebih tepat lagi rekaman pada pita kaset tentang pengalaman-pengalaman yang masih diingat oleh pengkisah.5. A. Gazali Usman (1983) memberikan definisi sejarah lisan sebagai rekaman pita dari wawancara tentang peristiwa yang dialami oleh pengkisah. Dengan demikian, isi pita rekaman berupa wawancara antara pewawancara (interviuwer) dengan pengkisah.Jadi, dengan banyaknya pengertian sejarah lisan tersebut, maka tampaklah keseragaman dalam melihat muatan utama sejarah lisan, yakni memori atau ingatan manusia. Dengan demikian, tanpa adanya ingatan manusia tidak mungkin ada sejarah lisan. Sebaliknya, tidak mungkin ada sejarah lisan tanpa ada ingatan manusia. Sehingga jelas bahwa sejarah lisan pada dasarnya merupakan rekonstruksi visual atas berbagai peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi yang terdapat di dalam memori setiap individu manusia. Tradisi Lisan (Oral Traditional) Tradisi lisan dipahami sebagai kesaksian lisan yang dituturkan secara verbal dari satu generasi ke generasi berikutnya. Artinya bukan hanya kesaksian lisan yang benar-benar terjadi pada peristiwa sejarah, akan tetapi bisa jadi hanyalah tentang tradisi-tradisi yang berkembang di tengah masyarakat. Tradisi lisan demikian dalam batas-batas tertentu dapat diidentikan dengan folklor, khususnya folklor lisan (verbal folklor) dan folklor sebagian lisan (partly verbal folklor). Menurut James Danandjaja (1997), folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk tulisan maupun alat pembantu pengingat (mnemonic device).Folklor lisan dipahami sebagai folklor yang bentuknya memang murni lisan. Jan Harold Brunvand membagi tiga bentuk folklor, di antaranya:1. Lisan 2. Sebagian lisan 3. Bukan lisan atau non verbal folklor.

Folklor lisan merupakan yang paling dekat dengan tradisi lisan. Beberapa bentuk folklor lisan; pertama, bahasa rakyat, seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan titel kebangsawanan; Kedua, ungkapan tradisional, seperti, peribahasa, pepatah, dan pemeo; ketiga, pertanyaan tradisional, seperti, teka-teki; keempat, puisi rakyat, seperti, pantun, gurindam, dan syair; kelima, cerita prosa rakyat, seperti, mite, legenda dan dongeng; keenam, nyanyian rakyat. Dan yang serring diidentikan dengan tradisi lisan tidak lain adalah cerita prosa rakyat, baik mite, legenda, maupun dongeng.Folklor sebagian lisan dapat diartikan sebagi folkor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Misalnya kepercayaan masyarakat yang bersifat takhayul, percaya kepada hal-hal gaib; seperti batu-batuan atau benda-benda yang dianggap berhasiat. Selain itu yang dikelompokkan ke dalam folklor sebagian lisan adalah permaian rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara dan pesta rakyat. Sejarah Lisan sebagai Sumber Lisan

Sebagai salah satu bentuk sumber lisan, sejarah lisan haruslah digali secara sengaja, terencana, dan tersistematisasikan. Ole3h karena itu, sejarah lisan harus benar-benar digali dengan penuh kesadaran dan penuh perencanaan.Menurut Taufik Abdullah (1982) pada dasarnya sejarah lisan dapat dibedakan dalam tiga corak, yakni sastra lisan, pengetahuan umum tentang sejarah, dan kenangan pribadi. Sastra lisan meskipun tidak bisa diharapkan terlalu banyak untuk membantu rekonstruksi suatu peristiwa tetapi dengan pengetahuan antropologis yang memadai akan memungkinkan penelitian sejarah untuk mengetahui atau setidaknya menyadari dunia nilai dan dunia makna dari masyarakat yang diteliti. Pengetahuan umum tentang sejarah pada dasarnya merupakan bentuk perspsi sosial tentang hari lampau. Kenangan pribadi adalah corak sejarah lisan yang relatif paling memenuhi syarat sebagai sumber sejarah atau dengan kata lain merupakan sejarah lisan yang otentik, yang akan lebih langsung membantu penelitian sejarah saat melakukan rekonsruksi.Ingatan adalah proses, bukan keadaan menetap. Sebagai suatu proses, ingatan pada dasarnya dimulai ketika sesuatu yang akan diingat itu dipelajari atau dialami. Maka setelah itu mengalami proses penyimpanan (storage). Dalam kaitannya dengan penggalian sejarah lisan, ingatan yang tersimpan dalam storage itulah yang harus dikeluarkan, dikisahkan atau dikenang secara aktif.Berpijak pada pengertian bahwa sejarah lisan adalah peristiwa-peristiwa sejarah terpilih yang terdapat di dalam ingatan-ingatan hampir setiap individu manusia maka secara kuantitatif, materi sejarah lisan sebagi sumber lisan dapat dikatakan hampir tak terbatas. Artinya, banyak tidaknya sejarah lisan untuk suatu peristiwa sejarah yang akan direkonstruksi pada dasarnya akan ditentukan oleh sosok atau kebesaran peristiwanya itu sendiri.

BAB IIIGuna Sejarah Lisan

Kuntowijoyo (1995) mengatakan bahwa sejarah di samping memiliki guna intrinsik juga memiliki guna ekstrinsik. Guna intrinsik sejarah memiliki empat hal; sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai mengetahui masa lalu, sejarah sebagai pernyataan pendapat dan sejarah sebagi profesi.Sementara itu, guna ekstrinsik sejarah juga mencakup empat hal; fungsi pendidikan (moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, keindahan, dan ilmu bantu), latar belakang, rujukan, dan bukti.T. Ibrahim Alfian (1985) menyatakan bahwa ada tiga guna sejarah. Pertama, untuk melestarikan identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok bagi kelangsungan hidup. Kedua, untuk mengambil pelajaran dan teladan dari peristiwa-peristiwa di masa lalu. Ketiga, sejarah dapat berfungsi sebagi sarana pemahaman mengenai makna hidup dan mati atau mengenai tempat hidup manusia di atas muka bumi ini.Guna pertama sejarah lisan dalam kaitannya dengan rekonstruksi sejarah, sejarah lisan dapat berguna sebagi sumber pelengkap di antara sumber-sumber sejarah lainnya. Artinya sebagi penambah dari keterkurangan sumber tertulis di dalam melakukan rekonstruksi sejarah. Sehingga peran sejarah lisan ini menjadi ciri khas, manakala mampu memberi suatu pelengkap terhadap rekonstruksi sejarah yang menjadi lebih hidup. Sebagaimana Taufik Abdullah (1982) mengatakan, bila dikerjakan dengan baik, sejarah lisan tidak saja akan mampu mengisi kekurangan dari sumber-sumber tertulis dalam usaha merekonstruksi suatu peristiwa tetapi juga akan mampu memberi suasana (sphere) dari periode yang diteliti. Dengan cara itu, humanisasi studi sejarah dapat dilanjutkan.Sejarah lisan menjadikan sejarah menjadi memasyarakat dan dimiliki banyak orang atau dalam bahasa Paul Thompson (1978), sejarah lisan mampu mengembalikan sejarah kepada masyarakat serta menjadikan sejarah lebih demokratis.Guna kedua sejarah lisan dalam kaitannya dengan rekonstruksi sejarah, sejarah lisan dapat menjadi sumber sejarah satu-satunya. Artinya jika sumber tertulis tidak memadai, bahkan tidak sama sekali maka peran sejarah lisan dapat dimainkan. Akan tetapi, keberadaan seperti itu di dalam merekonstruksi sejarah harus disikapi secara jauh lebih kritis.Guna ketiga sejarah lisan adalah memberikan semacam discovery atau ruang kepada sejarawan untuk mengembangkan penelitian di masa depan. Misalnya realitas perkembangan kontemporer telah memperlihatkan semakin berkurangnya tradisi tulis di tengah masyarakat serta budaya tulis di atas media kertas.Perkembangan kontemporer seperti itu akan memberikan dampak kepada hilangnya jati diri sumber tertulis. Karena semakin jauh dari tradisi tulis dan bahkan bukan tidak mungkin akan memupus budaya kertas (paper culture). Maka jelas perlahan tapi pasti akan menjadi musibah besar bagi sejarah. Padahal, sumber tertulis begitu melekat dengan sejarah dan ketiadaannya sumber tertulis bagi sebagian orang dapat berarti berakhirnya usia sejarah.Namun, permasalahan seperti itu tidak perlu dan tidak mesti dikhwatirkan lagi karena semuaanya bisa teratasi dengan adanya sejarah lisan. Tegasnya, sejarah lisan akan mampu melakukan rekonstruksi berbagai sejarah di masa depan, termasuk bilamana peristiwa sejarah tersebut tidak menyisakan sumber tulisan.Dalam guna ketiga inilah, sebagaimana dikatakan Kuntowijoyo (1994), setidaknya ada tiga sumbangan besar yang diberikan sejarah lisan terhadap pengembangan sunstansi penulisan sejarah, di antaranya:1. Kekontemporeran sifat yang dimiliki sejarah lisan membuka kemungkinan yang hampir tak terbatas untuk dapat menggali sejarah dari para aktor sejarah.2. Sejarah lisan memberikan luang bagi tampilnya para aktor sejarah yang tidak tertulis dalam dokumen.3. Sejarah lisan membuka kemungkinan bagi perluasan permasalahan sejarah karena sejarah tidak lagi dibatasi oleh dokumen tertulis.

Sejarah lisan adalah usaha untuk merekam seluruh kenangan dari si pelaku sejarah, agar semua aktifitas yang dilakukannya, yang dilihatnya dan dirasakannya dapat terungkap melalui proses wawancara dengan segala nuansa yang muncul dari aspek peristiwa sejarah. Meskipun sejarah lisan mempunyai fungsi utama yang sama dengan teknik konvensional dalam metode sejarah(penggalian sumber tertulis), ternyata sejarah lisan dalam kajian sejarah modern dianggap baru meskipun telah lama dikenal dalam penulisan sejarah lama dalam historiografi tradisional.Pengantar Dalam kajian sejarah, Sejarah Lisan (Oral History) pada dasarnya dapat dirumuskan sebagai salah satu teknik/ metode pengumpulan data sejarah, yang bersumber pada informasi lisan (Oral Sources), untuk membedakan dengan teknik pengumpulan data sejarah yang bersumber pada informasi tertulis (Recorded/ Written Sources). Kehadiran sejarah lisan dalam kajian sejarah modern dianggap baru, sekalipun sesungguhnya telah lama dikenal dalam penulisan sejarah lama (bersumber pada tradisi lisan), yang tercermin dalam hisoriografi tradisional.Tidak berbeda dengan teknik konvesional (penggalian sumber tertulis) yang berlaku dalam metode sejarah, fungsi pokok sejarah lisan adalah sebagai alat (Instrument) penggali/pengumpul data dan fakta sejarah untuk tujuan rekonstruksi sejarah (Historiografi). Rekonstruksi sejarah diperoleh melalui proses penggarapan sejarah, yang bertujuan menyusun kembali sejarah dalam pengertian sebagai aktualitas yang sebenarnya (History as Actuality) menjadi sejarah yang disusun secara tertulis (History as Written), yaitu historiografi. Apabila dalam teknik konvesional aktualitas sejarah dapat digali dari sumber-sumber tertulis, maka dalam teknik sejarah lisan aktualitas sejarah perlu digali dari sumber lisan (Oral Sources), yaitu sejarah yang diingat.Pengertian Sejarah Lisan. Sejarah Lisan merupakan usaha untuk merekam seluruh kenangan dari si pelaku sejarah, agar semua aktifitas yang dilakukannya, yang dilihatnya dan dirasakannya dapat terungkap melalui proses wawancara dengan segala nuansa yang muncul dari aspek peristiwa sejarah. Wawancara sejarah lisan agak berbeda dengan wawancara jurnalistik, sebab ada persiapan metodologis yang secara kritis dilakukan, pemilihan topik-topik tertentu, kajian pustaka dan dokumen-dokumen yang terkait serta pedoman wawancara. Termasuk juga seleksi yang ketat terhadap orang yang akan diwawancarai (pengkisah) dan terhadap apa-apa yang diceritakannya. Karena itu ruang lingkup mereka harus lebih luas dari pada yang dibutuhkan untuk pemakaian langsung atau khusus. Sejarah lisan merupakan salah satu dari sumber-sumber sejarah, karena ada sumber tertulis dan ada sumber lisan.Sejarah lisan berbeda dengan tradisi lisan. Sejarah lisan sebagai sumber sejarah yang dilisankan, penulisan berdasarkan cerita yang diungkapkan oleh pengkisah yang mengalami, menjadi saksi, mengikuti berbagai peristiwa sejarah pada jamannya dan hanya satu generasi saja. Jadi lebih banyak pengalaman tokoh yang bersangkutan dalam peristiwa sejarah.Tradisi lisan ruang lingkupnya lebih luas daripada sejarah lisan. Dalam hal ini tradisi lisan merupakan pengalaman-pengalaman kolektif suatu masyarakat/ bangsa yang menunjuk pada kejadian-kejadian/ peristiwa-peristiwa dimasa itu, sehingga dipengaruhi oleh jiwa jaman. Tradisi lisan lebih mengarah pada hal-hal yang statis dan bersifat mitos dan lebih banyak pada hal-hal yang bersifat budaya.Tradisi lisan merupakan suatu cerita rakyat yang diungkapkan secara lisan dan berlangsung secara turun temurun, ada pewarisan dari satu generasi ke generasi lainnya. Pengkisah tidak terikat dengan peristiwa itu sendiri dan bukan pelaku atau penyaksi dari peristiwa yang di ceritakan. Sebagai ilustrasi mungkin kita dapat lihat dari cerita tentang Djoko Tingkir atau Pangeran Samber Nyawa di daerah Jawa.Posisi Sejarah Lisan Dalam Metodologi SejarahDalam kajian sejarah, sejarah lisan sebenarnya merupakan salah satu teknik atau metode pengumpulan data sejarah, namun bersumber pada informasi lisan, bukan sumber tertulis.Pendekatan/ teknik pengumplan data sejarah dengan lisan tergolong baru untuk kajian-kajian sejarah modern, namun sesungguhnya historiografi tradisional bersumber dari tradisi lisan.Pada dasarnya teknik/ metode sejarah lisan tidak berbeda dengan teknik/ metode sejarah yang menggali sumber-sumber sejarah tertulis dengan kritik intern dan ekstern. Rekonstrusi sejarah diperoleh melalui proses penyusunan kembali fakta-fakta sejarah sebagai aktualitas yang sebenarnya menjadi sejarah yang ditulis atau disusun secara tertulis, yang selama ini kita kenal dengan Historiogarafi. Jika teknik konvesional mengungkapkan aktualitas sejarah melalui sumber-sumber tertulis maka dalam sejarah lisan aktualitas sejarah diperoleh dari sumber lisan dengan membangkitkan kembali ingatan pelaku-pelaku sejarah.Proses penggarapan sejarah lisan seperti yang berlaku dalam penggarapan sejarah untuk kajian sejarah modern, yakni menggunakan kerangka teoritis metodologis dan metode sejarah kritis dengan dua tahap :1.) Tahap analisis evidensi, mencari bukti-bukti dari sumber lisan untuik menyusun fakta-fakta.2.) Tahap sintesis fakta dalam rekonstruksi sejarah dalam bentuk penulisan sejarah tertulis.Secara sederhana dapat dilihat dalam gambaran berikut dibawah ini :Fungsi Sejarah Lisan Dalam Metodologi Sejarah. Teknik/ metode sejarah lisan merupakan suatu pengembangan dan penyempurnaan dari penelitian sumber-sumber sejarah tertulis, seperti dokumen dan catatan-catatan resmi peristiwa sejarah yang dapat melengkapi penulisan sejarah dengan nuansa-nuansa peristiwa sejarah yang tidak bisa secara lengkap ditampilkan oleh data tertulis. Sejarah lisan lisan disatu sisi sebagai metode (proses) namun disisi yang lain juga sebagai produk (hasil) yang berupa data tertulis, karena telah ditranskripkan atau penulisan-penulisan sejarah yan bersifat monolog seperti biografi.Sejarah lisan diperlukan bukan hanya untuk masyarakat yang tidak mempunyai kebiasaan merekam sumber tertulis, namun juga sangat dibutuhkan bagi penyusunan sejarah kontemporer seperti yang sudah dikatakan diatas terutama sesudah Perang Dunia II dan masa revolusi. Khususnya bagi rekonstruksi sejarah Indonesia kontemporer, penggunaan teknik sejarah lisan sangat penting. Sebab para pelaku sejarah tersebut masih hidup, sehingga dapat melengkapi khasanah sumber-sumber sejarah bagi penulisan sejarah.Disamping itu sejarah lisan juga dapat digunakan untuk berbagai jenis penulisan sejarah seperti sejarah politik, sejarah ekonomi, sejarah kebudayaan, sejarah sosial termasuk penulisan sejarah lokal dan sejarah nasional.Secara metodologi ada keterbatasan dari metode sejarah lisan yaitu tidak dapat menggali sumber sejarah dalam rentang waktu yang lama. Oleh sebab itu yang paling tepat penggunaan sejarah lisan pada rentangan waktu yang dekat dengan kita, karena pelaku sejarahnya masih hidup, dan sejarah lisan hanya mampu mengungkapkan pengalaman-pengalaman seseorang yang sifatnya sangat individual. Disamping keterbatasan itu, sejarah lisan mempunyai kelebihan yang tidak dapat diperoleh dari dokumen tertulis. Sejarah lisan dapat menangkap tema-tema tertentu yang muncul dari sejarah yang tidak dapat diungkapkan oleh dokumen-dokumen tertulis. Sejarah lisan lebih bersifat populis, sehingga dapat mencapai kehidupan sosiokultural pada masyarakat kelas bawah.Dalam kondisi masyarakat Indonesia yang tidak terbiasa dengan budaya tertulis, sementara itu sumber tertulis juga masih langka, maka penggunaan sejarah lisan bagi rekonstruksi sejarah sosial menjadi sangat penting. Apalagi dengan makin berkurangnya para pelaku sejarah sebab umur manusia terbatas dan belum lengkapnya rekonstruksi sejarah Indonesia secara nasional ataupun lokal.Pengalaman sejarah masyarakat di masa kolonial, Jepang dan Revolusi serta Pasca Revolusi merupakan sumber sejarah yang harus digali. Pengalaman sejarah tersebut hampir sebagian besar berada dalam ingatan para pelaku dan penyaksi peristiwa sejarah. Untuk itu perlu digali, dipahami dan disusun kembali melalui penulisan sejarah dengan menggunakan metode sejarah lisan.Perangkat Teknis Dalam Penelitian Sejarah Lisan. Dalam mengungkapkan sumber sejarah lisan tetap digunakan prosedur dan kerangka teoritis/ metodologis dari penelitian sejarah dengan proses evidensi dan sintesis termasuk kritik sumber. Dengan demikian terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penelitian denan menggunakan metode sejarah lisan.Pertama : Terhadap sumber sejarah lisan (pengkisah) diperlukan seleksi kritis agar memperoleh informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk itu perlu diteliti lebih dahulu kondisi pribadi dan mentalitas sumber, mungkin lemah ingatan atau pribadi pembual, sekaligus memperhatikan usia pengkisah yang disesuaikan dengan kurun waktu dari topik yang dipermasalahkan.Kedua : Persiapan peneliti terhadap topik yang akan diteliti, dengan mengadakan kajian pustaka yang lengkap dan komprehensif, membuat kerangka permasalahan yang akan dikerjakan. Setelah itu buat pedoman wawancara yang disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti.Ketiga : Teknis peralatan wawancara meliputi perankat yang dibutuhkan untuk wawancara sejarah lisan antara lain ; tape recorder, kaset, peralatan tulis, buku catatan dan juga peralatan lainnya seperti kamera, film, baterai dan lain-lain.Keempat : Persiapan lapangan perlu diperhatikan dengan seksama, karena harus disiapkan observasi awal untuk mengetahui kondisi lokasi agar sesuai dengan topik wawancara. Kemudian menghubungi sumber (pengkisah) untuk menentukan waktu wawancara dan tempat wawancara, termasuk juga persiapan izin dari yang berwenang jika diperlukan.Hal-hal lain yang diperlukan antara lain fokus wawancara, pengetahuan bahan-bahan tertulis dan penggunaan bahasa, sikap pewawancara dan suasana lingkungan yang penuh keakraban, simpati serta penuh perhatian terhadap apa saja yang diceritakan. Dalam proses sejarah lisan lebih banyak memberikan kesempatan kepada pengkisah untuk berbicara dan jangan sekali-sekali memotong pembicaraan.

Sumber LisanSeterusnya, kita akan membincangkan tentang sumber lisan. Sumber lisan merupakan sumber yang wujud melalui percakapan atau pertuturan dari mulut ke mulut oleh seseorang yang terlibat atau menyaksikan sesuatu peristiwa yang telah berlaku. Ia hanya tersimpan di dalam ingatan penyaksi dan ianya tidaklah ditulis atau dirakamkan. Namun begitu, sumber lisan boleh menjadi sumber bertulis apabila ia dirakam setelah mengalarni proses temu bual, perbincangan, dan temuduga dengan orang sumber. Pada kebiasaannya, sumber ini turut menjadi rujukan bagi ahli sejarawan dalam bidang sejarah lisan.Sumber lisan boleh juga dikategorikan sebagai sumber utama dan sumber kedua. Lazimnya, sumber utamanya didapati daripada penyaksi-penyaksi atau orang-orang yang terlibat dalam sesuatu peristiwa sejarah itu. Mereka ini boleh memberikan maklumat asal tentang peristiwa yang mereka saksikan atan yang mereka turut terlibat. Jika mereka ini memuatkan maklumat-maklumat ke dalam pita rakaman ataupun apa-apa perakam suara, maka itu juga boleh dianggap sebagai sumber utama. Tetapi, jika mereka menulisnya, maka ia akan menjadi sumber utama yang bertulis dan bukan lisan lagi. Bagi sumber lisan dalam kategori kedua pula, ia adalah maklumat daripada mereka yang tidak menyaksikan atau terlibat dalam sesuatu peristiwa yang diterangkan.[footnoteRef:1][12] [1: ]

Kepentingan sumber lisan sememangnya tidak boleh dipertikaikan lagi. Tambahan pula dalam situasi di mana kurangnya sumber utama dan kedua dalam satu-satu peristiwa sejarah. Contoh yang jelas ialah semasa pendudukan Jepun di Tanah Melayu selama 3 setengah tahun iaitu dari 15 Februari 1942 hinggalah 12 September 1945. Kebanyakan daripada generasi muda pada masa kini mendapat tahu tentang peristiwa yang menggambarkan keganasan dan kekejaman pendudukan Jepun di Tanah Melayu melalui cerita-cerita orang tua yang masill hidup dan telah menempuh zaman tersebut. Hal ini turut dijelaskan oleh K.Ratnam:Layanan yang berbeza diberi kepada penduduk tempatan oleh pihak Jepun. Semua kaum iaitu orang Melayu, Gina dim India mengalami penyeksaan, penderitaan, kebuluran, ketakutan dan pengangguran. Kaum Gina menderita akibat kezaliman dan penyeksaan askar-askar Jepun. Akibatnya, ramai orang Cina telah melarikan diri ke pinggir-pinggir hutan untuk mengelakkan penyeksaan, kebuluran, dan kezaliman Jepun. Di sini mereka menternak ayam itik. Inii mewujudkan masyarakat setinggan di Tanah Melayu Kaum Melayu dan India diberi layanan baik tetapi ramai di antara mereka juga dihantar ke Siam untuk membina Jalan Kereta Api Maut. Akibatnya ramai orang Melayu, India dan Cina telah terkorban dalam pembinam jalan kereta api tersebut akibat seksaan dim jangkitan penyakit tropika.[footnoteRef:2][13] [2: ]