sejarah koperasi

15
ARTI LAMBANG/LOGO KOPERASI 1. Rantai melambangkan persahabatan yang kokoh. 2. Roda bergigi menggambarkan upaya keras yang ditempuh secara terus menerus. 3. Kapas dan padi berarti menggambarkan kemakmuran rakyat yang diusahakan oleh koperasi. 4. Timbangan berarti keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi. 5. Bintang dalam perisai artinya Pancasila, merupakan landasan ideal koperasi. Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 1 http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF- 8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

Upload: mohtar

Post on 18-Jun-2015

1.634 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEJARAH KOPERASI

ARTI LAMBANG/LOGO KOPERASI

1. Rantai melambangkan persahabatan yang kokoh.

2. Roda bergigi menggambarkan upaya keras yang ditempuh

secara terus menerus.

3. Kapas dan padi berarti menggambarkan kemakmuran rakyat

yang diusahakan oleh koperasi.

4. Timbangan berarti keadilan sosial sebagai salah satu dasar

koperasi.

5. Bintang dalam perisai artinya Pancasila, merupakan

landasan ideal koperasi.

6. Pohon beringin menggambarkan sifat kemasyarakatan dan

kepribadian Indonesia yang kokoh berakar.

7. Koperasi Indonesia menandakan lambang kepribadian

koperasi rakyat Indonesia.

8. Warna merah dan putih menggambarkan sifat nasional

Indonesia.

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 1http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

Page 2: SEJARAH KOPERASI

SEJARAH KOPERASI

Koperasi adalah institusi (lembaga) yang tumbuh atas dasar solidaritas

tradisional dan kerjasama antar individu, yang pernah berkembang sejak awal

sejarah manusia sampai pada awal “Revolusi Industri” di Eropa pada akhir abad

18 dan selama abad 19, sering disebut sebagai Koperasi Historis atau Koperasi

Pra-Industri. Koperasi Modern didirikan pada akhir abad 18, terutama sebagai

jawaban atas masalah-masalah sosial yang timbul selama tahap awal Revolusi

Industri.

Koperasi merupakan salah satu lembaga ekonomi yang menurut Drs.

Muhammad Hatta (Bapak Koperasi Indonesia) adalah lembaga ekonomi yang

paling cocok jika diterapkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sifat masyarakat

Indonesia yang tinggi kolektifitasannya dan kekeluargaan.Tapi sayangnya

lembaga ekonomi ini malah tidak berkembang dengan pesat di negara Republik

Indonesia ini. Kapitalisme berkembang dengan pesat dan merusak sendi-sendi

kepribadian bangsa tanpa berusaha untuk memperbaikinya. Sehingga jurang

kesenjangan sosial semakin lebar dan tak teratasi lagi.

A. Awal Pertumbuhan Koperasi Indonesia

1. Tahun1866

Raden Aria Wiriatmadja, seorang patih di Purwokerto menjadi

pelopor koperasi di Indonesia dengan mendirikan koperasi simpan pinjam

pada kisaran tahun 1896. Dapat dikatakan bapak pelopor koperasi Indonesia

adalah Raden Aria Wiriatmadja. Kemudian sistem koperasi yang

dikembangkan Raden Aria Wiriatmadja diteruskan oleh De Wolf Van

Westerrode, asisten Resimen Wilayah Purwokerto di Banyumas. Ia belajar

ketika sedang mengunjungi Purwokerto dalam rangka tugasnya.

Ketika De Wolf Van Westerrode kembali ke Jerman dan

mempelajari koperasi simpan pinjam untuk tani dan koperasi simpan pinjam

untuk buruh lalu ia mengembangkan sistem koperasi simpan pinjam Raden

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 2http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

Page 3: SEJARAH KOPERASI

Aria Wiriatmadja sehingga waktu itu, sistem koperasi kita mengenal sistem

koperasi simpan pinjam lumbung untuk kaum tani dan koperasi simpan

pinjam untuk kaum buruh.

Tetapi Belanda yang khawatir koperasi akan dijadikan tempat pusat

perlawanan, mengeluarkan UU no. 431 tahun 19 yang isinya yaitu :

Harus membayar minimal 50 gulden untuk mendirikan koperasi.

Sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa.

Harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral.

Proposal pengajuan harus berbahasa Belanda .

Hal ini menyebabkan koperasi yang ada saat itu berjatuhan karena

tidak mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para tokoh

Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU no. 91

pada tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU no. 431 seperti :

Hanya membayar 3 gulden untuk materai.

Bisa menggunakan bahasa derah.

Hukum dagang sesuai daerah masing-masing.

Perizinan bisa di daerah setempat.

2. Tahun 1908 hingga 1911

Pada tahun-tahun jangka 1908 hingga 1911, dua organisasi besar di

Indonesia pada waktu itu, Budi Utomo dan Sarekat Islam menganjurkan

berdirinya koperasi yang menyediakan keperluan sehari-hari masyarakat.

3. Tahun 1915 hingga akhir tahun 1930

Pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1915 mengeluarkan

Ketetapan Raja no. 431 yang berisikan tentang akta pembentukan koperasi.

Sekitar tahun 1918, K.H. Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang mendirikan

koperasi bernama ‘Syirkatul Inan’ atau disingkat SKN yang beranggotakan

45 orang. Inilah koperasi yang pertama kali mendeklamirkan bahwa koperasi

ini berbasis atas ajaran agama Islam.

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 3http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

Page 4: SEJARAH KOPERASI

Pada tahun 1920, Ketetapan Raja no. 431/1915 dinilai memberatkan

dalam berdirinya koperasi. Praktis banyak reaksi bermunculan akibat

pernyataan ini sehingga oleh Dr. J.H. Boeke membentuk ‘Komisi Koperasi’

yang tugasnya meneliti kebutuhan masyarakat pada waktu itu untuk

berkoperasi.

Pada tahun 1927, Dr. Soetomo yang pelopor pendirinya organisasi

Budi Utomo mendirikan ‘Indonsische Studieclub’ yang membahas tentang

masalah Peraturan Perkoperasian sehingga terciptalah waktu itu Peraturan

Perkoperasian untuk masyarakat pribumi (Bumi Putera).

Kegiatan serupa dilakukan pula oleh Partai Nasional Indonesia dibawah

pimpinan Ir. Soekarno pada tahun 1929 dengan menyelenggarakan kongres

koperasi di Betawi yang isinya untuk meningkatkan kemakmuran penduduk

harus didirikan berbagai macam koperasi di seluruh Pulau Jawa khususnya

dan di Indonesia pada umumnya.

Mendekati akhir tahun 1930 berdirilah Jawatan Koperasi yang bertugas untuk

memberikan penerangan atas koperasi kepada masyarakat. Dr. J.H. Boeke

yang dulu memimpin ‘Komisi Koperasi’ ditunjuk sebagai Kepala Jawatan

Koperasi yang pertama.

4. Tahun 1933

Pada tahun 1933 diterbitkanlah Peraturan Perkoperasian yang baru

dalam bentuk Gouvernments Besluit no.21 yang termuat dalam Staatsblad

no.108/1933 menggantikan Koninklijke Besluit no. 431/1915. Dengan

demikian di Indonesia pada waktu itu berlaku 2 Peraturan Perkoperasian,

yakni Peraturan Perkoperasian yang dikeluarkan pada tahun 1927 untuk

golongan masyarakat pribumi dan Peraturan Perkoperasian yang baru untuk

golongan Eropa dan Timur Asing.

5. Tahun 1935 dan 1938

Pada tahun 1935 dan 1938, Kongres Muhamadiyah memutuskan

untuk mengembangkan koperasi di seluruh wilayah Indonesia terutama di

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 4http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

Page 5: SEJARAH KOPERASI

lingkungan warga Muhamadiyah sendiri. Oleh karenanya, mulai tumbuh dan

berkembangnya bentu koperasi di Indonesia seperti dikenalnya koperasi batik

yang dipelopori oleh warga-warga Muhamadiyah yaitu H. Zarkasi, H.

Samanhudi dan K.H. Idris.

Pada masa kependudukan Jepang, Koperasi lebih dikenal dengan

sebutan ‘Kumiai’. Pemerintahan bala tentara Jepang pada waktu itu

menetapkan Peraturan Pemerintahan Militer Undang-Undang No.23 yang

mengatur tentang pendirian perkumpulan dan penyelenggaran persidangan.

Akibat dari peraturan itu, terjadi kesulitan bagi koperasi-koperasi

baik lama maupun baru untuk bekerja karena jikalau ingin mendirikan sebuah

perkumpulan koperasi atau melanjutkan usaha koperasinya harus

mendapatkan izin dari Residen (Shuchokan) yang menguasai wilayah itu.

Tujuannya adalah mengawasi perkumpulan-perkumpulan koperasi dari segi

kepolisian. Peranan koperasi atau ‘Kumiai’ pada waktu itu bagi masyarakat

dan anggotanya sangat merugikan sebaliknya menguntungkan bagi

pemerintahan bala tentara Jepang, karena koperasi pada saat itu fungsinya

berubah drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan

menyengsarakan rakyat.

B. Pertumbuhan Koperasi Setelah Kemerdekaan

1. Akhir tahun 1946

Jawatan Koperasi mengadakan pendaftaran dan tercatat sebanyak

2500 buah koperasi diseluruh Indonesia.

2. Awal 12 Juli 1947

Terlaksananya kongres koperasi se-Jawa yang pertama di

Tasikmalaya dan diputuskan antara lain terbentuknya Sentra Organisasi

Koperasi Republik Indonesia (SOKRI) yang menjadikan tanggal 12 Juli

diperingati sebagai Hari Koperasi Nasional.

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 5http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

Page 6: SEJARAH KOPERASI

3. Tahun 1949

Terbitnya Peraturan Perkoperasian yang dimuat dalam Staatsblad

No. 179 yang isinya hampir sama dengan Peraturan Perkoperasian yang

dimuat dalam Staatsblad No.91/1927.

4. Tahun 1950

Setelah terbentuknya NKRI tahun 1950 program Pemerintah

semakin nyata keinginannya dalam mengembangkan perkoperasian. Hal ini

terbukti dalam adanya ‘program koperasi’ pada tiga kabinet pemerintahan

yaitu Kabinet Muhamad Natsir, Kabinet Wilopo, Kabinet Ali Sastromidjojo.

5. Pada Tanggal 15 – 17 Juli 1953

Terlaksananya kongres koperasi Indonesia yang ke-2 di Bandung

dengan memutuskan untuk merubah Sentral Organisasi Koperasi Republik

Indonesia (SOKRI) menjadi Dewan Koperasi Indonesia (DKI). DKI

berkewajiban untuk membentuk Lembaga Pendidikan Koperasi dan Sekolah

Menengah Koperasi di provinsi-provinsi.

6. Pada Tangga 1 – 5 September 1956

Terlaksananya kongres koperasi Indonesia yang ke-3 di Jakarta

dengan memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan perkoperasian

Indonesia dan hubungan Dewan Koperasi Indonesia (DKI) dengan

International Cooperative Alliance (ICA).

7. Tahun 1958

Terbitnya Undang-Undang tentang Perkumpulan Koperasi No.79

tahun 1958 yang dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara RI No. 1669 dan

disusun pada suasana Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950 dan

mulai berlaku pada tanggal 27 Oktober 1958. Undang-Undang ini merupakan

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 6http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

Page 7: SEJARAH KOPERASI

Undang-Undang pertama tentang perkoperasian yang disusun oleh Bangsa

Indonesia sendiri dalam suasana kemerdekaan.

C. Perkembangan Koperasi Dalam Sistem Ekonomi Terpimpin

1. Tahun 1959

Ditetapkannya kembali Undang-Undang Dasar 1945 melalui Dekrit

Presiden dan pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959 yang

berjudul ‘Penemuan Kembali Revolusi Kita’ atau yang lebih dikenal sebagai

‘Manifesto Politik’ (Manipol) dijadikan sebagai Garis-garis Besar Haluan

Negara (GBHN) RI dan pedoman resmi dalam perjuangan menyelesaikan

revolusi berdasarkan Ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960 membuat Undang-

Undang tentang Perkumpulan Koperasi No.79 tahun 1958 kehilangan dasar

dan tidak sesuai lagi dengan jiwa dan semangat UUD 1945 dan Manipol.

Karenanya diciptakanlah Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1959 tentang

Perkembangan Gerakan Koperasi yang dimuat dalam Tambahan Lembaran

Negara RI No. 1907 untuk mengatasi hal tersebut.

2. Tahun 1960

Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 140 tentang

penyaluran bahan pokok dan penugasan koperasi untuk melaksanakannya

serta peraturan ini dibantu oleh Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 yang

menetapkan bahwa sektor perekonomian akan diatur dengan dua sektor yakni

sektor Negara dan sektor koperasi, dan Undang-Undang No. 79 tahun 1958

tentang Perkembangan Gerakan Koperasi.

3. Tahun 1961

Pada saat diselenggarakannya Musyawarah Nasional Koperasi I

(Muunaskop I) di Surabaya. Sewan Koperasi Indonesia (DKI) diganti dengan

Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia (KOKSI) yang diatur secara

langsung oleh pemerintah, sebagai Ketua KOKSI pada waktu itu adalah

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 7http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

Page 8: SEJARAH KOPERASI

Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa

(Mentranskopenda).

4. Tahun 1965

Dikukuhkan pula Undang-Undang No. 14 tahun 1965 tentang

perkoperasian yang dimuat dalam Lembaran Negara No. 75 tahun 1960.

Bersamaan dengan dikukuhkannya UU No. 14 tahun 1965,

diselenggarakannya juga Musyawarah Nasional Koperasi II (Munaskop II) di

Jakarta yang merupakan legitimasi masuknya kekuatan-kekuatan politik di

dalam koperasi serta keluarnya Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh

Indonesia (KOKSI) dari keanggotaan International Cooperative Alliance.

D. Perkembangan Koperasi Pada Masa Orde Baru

1. Pada Tanggal 18 Desember 1967

Pemberontakan G30S/PKI merupakan malapetaka besar bagi rakyat

dan bangsa Indonesia. Titik awal semangat Orde Baru dimulai pada tanggal

11 Maret 1967, segera setelah itu pada tanggal 18 Desember 1967 dilahirkan

Undang-Undang No.12 tahun 1967 yang merupakan Undang-Undang

Koperasi yang baru yang membahas tentang Pokok-pokok Perkoperasian.

Pemberontakan G30S/PKI membuat tercemarnya pelaksanaan

Undang-Undang Dasar 1945 sehingga dalam rangka kembali pada kemurnian

pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, sesuai pula dengan Ketetapan

MPRS No. XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan ebijaksanaan Landasan

Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, maka peninjauan serta perombakan

Undang-Undang No.14 tahun 1965 tentang Perkoperasian adalah suatu

keharusan karena sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa dan semangat Undang-

Undang Dasar 1945.

Peranan Pemerintah dinilai sudah terlalu jauh dalam mengatur

masalah perkoperasian Indonesia pada waktu itu yang telah tercermin pada

hakekatnya tidak bersifat melindungi, bahkan sangat membatasi gerak serta

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 8http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

Page 9: SEJARAH KOPERASI

pelaksanaan strategi dasar perekonomian yang tidak sesuai dengan tidak

sesuai dengan jiwa dan makna Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33. Oleh

karenanya sesuai dengan Ketetapan MPRS NO. XIX/MPRS/1966 dianggap

perlu untu mencabut dan mengganti Undang-Undang No. 14 tahun 1965

tentang Perkoperasian tersebut dengan Undang-Undang baru yang

menempatkan koperasi pada fungsi yang semestinya sebagai alat dari

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33.

Menurut UU No. 12/1967 pasal 3, koperasi Indonesia adalah

organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang

atau badan hukum koperasi yang merupaan tata azas kekeluargaan. Dengan

berpedoman kepada Ketetapan MPRS no. XXIII/MPRS/1966 Pemerintah

memberikan bimbingan kepada koperasi agar operasi benar-benar mampu

melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 beserta penjelasannya.

Dengan berlakunya UU No.12/1967, koperasi-koperasi yang telah berdiri

harus melaksanakan penyesuaian dengan cara menyelenggarakan Anggaran

dan mengesahkan Anggaran Dasar yang sesuai dengan Undang-Undang

tersebut.

Periode Pelita I, pembangunan perkoperasian menitikberatkan pada

investasi pengetahuan dan keterampilan orang-orang koperasi, baik sebagai

orang gerakan koperasi maupun pejabat-pejabat perkoperasian. Untuk

melaksanakan tujuan ini maka Pemerintah membanguan Pusat Pendidikan

Koperasi (PUSDIKOP) di tingkat Pusat dan juga di tiap ibukota Provinsi.

Kini Pusat Pendidikan Koperasi (PUSDIKOP) dirubah menjadi Pusat Latihan

dan Penataran Perkoperasian (PUSLATPENKOP) di tingat Pusat dan Balai

Latihan Perkoperasian (BALATKOP) di tingkat Daerah.

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 9http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

Page 10: SEJARAH KOPERASI

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 10http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia