sejarah kisah hijrah nabi muhammad saw
DESCRIPTION
sejarah nabi muhammad SAWTRANSCRIPT
SEJARAH KISAH HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH
Selama tujuh hari terus-menerus rombongan Rasululloh Saw berjalan, mengaso di bawah
panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir
dengan perasaan kuatir. Hanya karena adanya iman kepada Alloh Swt membuat hati dan perasaan
mereka terasa lebih aman. Ketika sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula
Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan kuatir dalam hatinya mulai hilang.
Jarak mereka dengan Madinah kini sudah dekati.
Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang Hijrah
Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya yang akan menyusul kawan-kawan yang lain, sudah tersiar
di Madinah. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami kekerasan dari
Quraisy yang terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu semua kaum Muslimin tetap tinggal di
tempat itu menantikan kedatangan Rasululloh dengan hati penuh rindu ingin melihatnya, ingin
mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun
sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta keteguhan
pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu, ingin melihatnya.
MASYARAKAT MADINAH
Tersebarnya Islam di Madinah dan keberanian kaum Muslimin di kota itu sebelum hijrah
Nabi ke tempat tersebut sama sekali di luar dugaan kaum Muslimin Mekah. Beberapa pemuda
Muslimin bahkan berani mempermainkan berhala-berhala kaum musyrik di sana. Seseorang yang
bernama ‘Amr bin’l-Jamuh mempunyai sebuah patung berhala terbuat daripada kayu yang
dinamainya Manat, diletakkan di daerah lingkungannya seperti biasa dilakukan oleh kaum
bangsawan. ‘Amr ini adalah seorang pemimpin Banu Salima dan dari kalangan bangsawan mereka
pula. Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam malam-malam mereka mendatangi
berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan kepalanya ke dalam sebuah lubang yang oleh penduduk
Madinah biasa dipakai tempat buang air.
Bila pagi-pagi berhala itu tidak ada ‘Amr mencarinya sampai diketemukan lagi, kemudian
dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya kembali di tempat semula, sambil ia menuduh-nuduh
dan mengancam. Tetapi pemuda-pemuda itu mengulangi lagi perbuatannya mempermainkan Manat
‘Amr itu, dan diapun setiap hari mencuci dan membersihkannya. Setelah ia merasa kesal karenanya,
diambilnya pedangnya dan digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: “Kalau kau memang
berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama kau.” Tetapi keesokan harinya ia sudah kehilangan lagi,
dan baru diketemukannya kembali dalam sebuah sumur tercampur dengan bangkai anjing. Pedangnya
sudah tak ada lagi.
Sesudah kemudian ia diajak bicara oleh beberapa orang pemuka-pemuka masyarakatnya dan
sesudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa sesatnya hidup dalam syirik dan paganisma itu,
yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa manusia ke dalam jurang yang tak patut lagi bagi seorang
manusia, ia pun masuk Islam.
MESJID QUBA'
Ketika rombongan Rasululloh Saw sampai di Quba’, mereka tinggal empat hari ia di sana dan
membangun mesjid Quba’. Di tempat ini Ali b. Abi-Talib ra menyusul, setelah mengembalikan
barang-barang amanat – yang dititipkan oleh rasululloh Saw – kepada pemilik-pemiliknya di Mekah.
Ali ra menempuh perjalanannya ke Madinah dengan berjalan kaki. Malam hari ia berjalan,
siangnya bersembunyi. Perjuangan yang sangat meletihkan itu ditanggungnya selama dua minggu
penuh, yaitu untuk menyusul saudara-saudaranya seagama.
SAMPAI DI MADINAH
Demikanlah akhirnya rombongan Rosululloh selamat sampai Madinah. Hari itu adalah hari
Jum’at dan Muhammad berjum’at di Madinah. Di tempat itulah, ke dalam mesjid yang terletak di
perut Wadi Ranuna itulah kaum Muslimin datang, masing-masing berusaha ingin melihat serta
mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka
lihat, hati yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu namanya
disebut pada setiap kali sembahyang. Orang-orang terkemuka di Medinah menawarkan diri supaya ia
tinggal pada mereka.
Setiba Rasulullah (SAW) di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk di lahan terbuka di dekat
rumah Abu Ayyub Ansari (RA). Maka beliau (SAW) pun menetap di tempat itu sampai
terselesaikannya pendirian Masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh untuk beliau. Seluruh sahabat
bersama-sama Nabi (SAW) juga secara langsung turun tangan dalam pembangunan Masjid Nabawi,
sebagaimana juga mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan Masjid Quba’.
Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah (RA) and
Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga menyusul
hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun putri beliau seorang lagi,
Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.
Di Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya) sebagai berikut, “Wahai
Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah, atau bahkan lebih
dari itu. Kami mohon, jadikanlah iklimnya menyehatkan bagi kami. Tambahkanlah keberkahan
didalam takaran (shaq dan mud) kami, dan pindahkanlah panasnya Madinah hingga ke Juhfah.” Allah
(SWT) mengabulkan doa beliau dan beliaupun menetap di Madinah karena begitu cintanya beliau
terhadap kota ini. (Bukhari).
ARTI PENTING HIJRAH
Hijrah telah membawa akibat-akibat yang lebih jauh
1. Dari peristiwa ini, terjadi perubahan sosial. Islam sebagai sebuah kelompok/golongan didalam
masyarakat telah berkembang menjadi sebuah kesatuan Ummat Islam. Maka sirnalah diskriminasi
atas dasar warna kulit, kredo, ataupun kekayaan. Semua Muslim setara/egaliter.
2. Menurut para ahli sejarah Muslim, Rasulullah (SAW) tiba di Quba‘ pada tanggal 16 Juli 632 M.
yang mana berada dalam bulan Muharram, dari sinilah dimulainya perhitungan kalender Hijriyah.
3. Adalah di Madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan) Islam. Peristiwa bersejarah
berupa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama dengan kelompok Yahudi dan beberapa suku
yang lain menjadi panduan bagi generasi-generasi yang kemudian.
4. Diantara sekian banyak sahabat Nabi (SAW), beliau memilih Abu Bakar (RA) sebagai teman
dalam perjalanan hijrah. Hal ini di abadikan didalam Al-Quran, Surah At-Taubah. Ini merupakan
penghargaan paling utama bagi Abu Bakar (RA).
5. Setiap orang yang berpola-pikir adil dan terbuka, dari tulisan ini dapat mengambil kesimpulan
bahwa Abu Bakar (RA) telah memiliki peranan yang amat penting dalam peristiwa Hijrah. Maka
sungguh amat menyedihkan bahwasanya sebagian orang masih menilai secara tidak adil terhadap
diri sahabat yang demikian dihormati ini.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Oleh
NAMA : R. Riswandy M. Gaus
KELAS : VIII-L
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 1 KOTA TERNATE