sejarah dan prinsip kontrak.docx

70
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi adalah era perubahan. Perubahan disegala bidang kehidupan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Salah satunya adalah dibidang hukum. Dalam bidang hukum, diarahkan pada pembentukan peraturan perundang-undangan yang memfasilitasi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam, seperti politik & ekonomi dan menegakkan hukum tersebut. Seperti kita ketahui bahwa banyak peraturan perundang-undangan kita yang masih berasal dari masa pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa reformasi ini telah banyak dihasilkan produk perundang-undangan seperti UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, UU No 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi dan lain lain dimana semua itu rata-rata adalah bentukan hukum dibidang sektoral dan bukan paada pembaharuan hukum yang bersifat dasar (Basic Law). Hukum kontrak kita masih mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek Bab III tentang Perikatan (selanjutnya disebut buku III) yang masuk dan diakui oleh Pemerintahan Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu asas yang menyatakan bahwa peraturan yang berlaku di negeri Belanda berlaku pula pada pemerintahan Hindia Belanda (Indonesia), hal tersebut untuk memudahkan para pelaku bisnis eropa/ Belanda agar lebih mudah dalam mengerti hukum. Dan seiring berjalannya waktu maka pelaku bisnis lokal pun harus pula mengerti isi peraturan dari KUHPerdata terutama Buku 1

Upload: eja-haqqi

Post on 31-Dec-2014

907 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Era reformasi adalah era perubahan. Perubahan disegala bidang

kehidupan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Salah satunya

adalah dibidang hukum. Dalam bidang hukum, diarahkan pada

pembentukan peraturan perundang-undangan yang memfasilitasi

kehidupan berbangsa dan bernegara dalam, seperti politik & ekonomi dan

menegakkan hukum tersebut. Seperti kita ketahui bahwa banyak peraturan

perundang-undangan kita yang masih berasal dari masa pemerintahan

Hindia Belanda. Pada masa reformasi ini telah banyak dihasilkan produk

perundang-undangan seperti UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU

No 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa di Luar

Pengadilan, UU No 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi dan lain lain

dimana semua itu rata-rata adalah bentukan hukum dibidang sektoral dan

bukan paada pembaharuan hukum yang bersifat dasar (Basic Law).

Hukum kontrak kita masih mengacu pada Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek Bab III tentang Perikatan

(selanjutnya disebut buku III) yang masuk dan diakui oleh Pemerintahan

Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu asas yang menyatakan

bahwa peraturan yang berlaku di negeri Belanda berlaku pula pada

pemerintahan Hindia Belanda (Indonesia), hal tersebut untuk memudahkan

para pelaku bisnis eropa/ Belanda agar lebih mudah dalam mengerti hukum.

Dan seiring berjalannya waktu  maka pelaku bisnis lokal pun harus

pula mengerti isi peraturan dari KUHPerdata terutama Buku III yang masih

merupakan acuan umum bagi pembuatan kontrak di Indonesia.

 

1

Page 2: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Hukum Kontrak

Seperti diketahui bersama bahwa Hukum Perjanjian adalah bagian

hukum perdata (privat). Hukum ini memusatkan perhatian pada

kewajiban untuk melaksanakan kewajiban sendiri (self imposed

obligation). Disebut sebagai bagian dari hukum perdata disebabkan karena

pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam

kontrak, murni menjadi urusan pihak-pihak yang berkontrak. Sejak

abad ke-19 prinsip-prinsip itu mengalami perkembangan dan berbagai

pergeseran penting. Pergeseran demikian disebabkan oleh :

a. Tumbuhnya bentuk-bentuk kontrak standar.

b. Berkurangnya makna kebebasan memilih dan kehendak para pihak,

sebagai akibat meluasnya campur tangan pemerintah dalam

kehidupan rakyat.

c. Masuknya konsumen sebagai pihak dalam berkontrak.

Macam-Macam Sistem Hukum Dunia

Pada dasarnya banyak sistem hukum yang dianut oleh

berbagai negara-negara didunia, namun dalam sejarah dan

perkembangannya ada 4 macam sistem hukum yang sangat

mempengaruhi sistem hukum yang diberlakukan di berbagai

negara tersebut. Adapun sistem hukum yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

2.2 Sistem Hukum Eropa Kontinental

Berkembang di negara-negara Eropa (istilah lain Civil Law =

hukum Romawi). Dikatakan hukum Romawi karena sistem

hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di

kekaisaran Romawi pada masa Pemerintahan Kaisar Yustinianus

abad 5 (527-565 M). Kodifikasi hukum itu merupakan kumpulan

dari berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa Yustinianus

yang disebut Corpus Juris Civilis (hukum yg terkodifikasi). Corpus

Juris Civilis dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan

kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan seperti Jerman,

2

Page 3: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Belanda, Prancis, Italia, Amerika Latin, Asia (termasuk Indonesia

pada masa penjajahan Belanda). Artinya adalah menurut sistem

ini setiap hukum harus dikodifikasikan sebagai daar berlakunya

hukum dalam suatu negara.

a. Prinsip utama

Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum Eropa

Kontinental ialah bahwa hukum itu memperoleh kekuasaan

mengikat karena berupa peraturan yang berbentuk undang-

undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi.

Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian

hukum dapat terwujud apabila segala tingkah laku

manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan

tertulis, misalnya UU. Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu

adagium yang berbunyi ”tidak ada hukum selain undang-

undang”. Dengan kata lain hukum selalu diidentifikasikan

dengan undang-undang (hukum adalah undang-undang).

b. Peran Hakim

Hakim dalam hal ini tidak bebas dalam menciptakan

hukum baru, karena hakim hanya berperan menetapkan dan

menafsirkan peraturan-peraturan yang ada berdasarkan

wewenang yang ada padanya.

c. Putusan Hakim

Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya

mengikat para pihak yang berperkara saja (doktrins res

ajudicata) sbgmana yurisprudensi sebagai sistem hukum

Anglo Saxon (Mazhab / Aliran Freie Rechtsbegung)

d. Sumber Hukum

Sumber hukum sistem ini adalah

1) Undang-undang dibentuk oleh legislatif (Statutes).

2). Peraturan-peraturan hukum’(Regulation = administrasi

negara = PP, dll),

3). Kebiasaan-kebiasaan (custom) yang hidup dan diterima

sebagai hukum oleh masyarakat selama tidak

bertentangan dengan undang-undang.

3

Page 4: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

e. Penggolongannya

Berdasarkan sumber hukum diatas maka sistem hukum

Eropa Kontinental penggolongannya ada dua yaitu:

1) Bidang hukum publik

Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum

yang mengatur kekuasaan dan wewenang

penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara

masyarakat dan negara.

Termasuk dalam hukum publik ini ialah :

a. Hukum Tata Negara

b. Hukum Administrasi Negara

c. Hukum Pidana

2) Bidang hukum privat.

Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum

yang mengatur tentang hubungan antara individu-individu

dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. Yang

termasuk dalam hukum privat adalah :

1) Hukum Sipil

2) Hukum Dagang

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia

sekarang, batas-batas yang jelas antara hukum publik dan

hukum privat itu semakin sulit ditentukan. Hal itu disebabkan

faktor-faktor berikut:

1). Terjadinya sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari

makin banyaknya bidang-bidang kehidupan masyarakat.

Hal itu pada dasarnya memperlihatkan adanya unsur

”kepentingan umum/masyarakat” yang perlu dilindungi

dan dijamin, misalnya saja bidang hukum perburuhan dan

hukum agraria.

2). Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang

kehidupan yang sebelumnya hanya menyangkut

hubungan perorangan,misalnya saja bidang perdagangan,

bidang perjanjian dan sebagainya.

4

Page 5: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Sistem hukum di Indonesia banyak dipengaruhi oleh Belanda yang

telah menancapkan pilar-pilar ketentuan yang mengikat antara

masyarakat dengan penguasa maupun masyarakat dengan masyarakat

sendiri. Sistem hukum yang dimaksud adalah sistem hukum Eropa atau

disebut juga sistem hukum Romawi Jerman. Adapun sumber dari sistem

hukum Eropa atau Romawi Jerman ini adalah hukum Romawi kuno yang

dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara

seperti Prancis, Spanyol, Portugis dan lain-lain. Berkembangnya sistem

hukum Romawi Jerman adalah berkat usaha dari Napoleon Bonaparte yang

berusaha menyusun Code Civil atau Code Napoleon dengan sumber

berasal dari hukum Romawi. Sistem hukum ini pertama kali berkembang

dalam hukum perdatanya atau private law atau civil law yaitu hukum

yang mengatur hubungan sesama anggota masyarakat. Oleh karena itu,

sistem hukum Romawi Jerman ini lebih terkenal dengan nama sistem hukum

civil law.

Civil law ditandai oleh kumpulan perundang-undangan yang

menyeluruh dan sistematis, yang dikenal sebagai hukum yang mengatur

hampir semua aspek kehidupan. Unsur kontrak dalam civil law sistem

terdiri dari empat unsur, sebagai berikut:

1. Kapasitas Para Pihak

2. Kebebasan Kehendak Dasar Dari Kesepakatan

3. Subjek yang pasti

4. Suatu sebab yang diijinkan (A Premissible Cause)

2.3 Sistem Hukum Anglo Saxon

Mula-mula berkembang di negara Inggris, dan dikenal dgn

istilah Common Law atau Unwriten Law (hukum tidak tertulis).

Sistem hukum common law ini dianut oleh negara-negara yang berbahasa

Inggris beserta dengan persemakmurannya, seperti negara Inggris,

Amerika Serikat, Kanada dan Australia. Kecuali negara bagian Lousiana di

Amerika Serikat dan provinsi Quebec di Kanada yang menganut sistem

hukum civil law.

a. Sumber Hukum

Putusan-putusan hakim/putusan pengadilan atau

yurisprudensi (judicial decisions). Putusan-putusan hakim

mewujudkan kepastian hukum, maka melalui putusan-

5

Page 6: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

putusan hakim itu prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum

dibentuk dan mengikat umum.

Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan hukum tertulis yang

berupa undangundang dan peraturan administrasi negara

diakui juga, kerena pada dasarnya terbentuknya kebiasaan

dan peraturan tertulis tersebut bersumber dari putusan

pengadilan. Putusan pengadilan, kebiasaan dan peraturan

hukum tertulis tersebut tidak tersusun secara sistematis

dalam kodifikasi sebagaimana pada sistem hukum Eropa

Kontinental.

b. Peran Hakim

Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang

bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan

hukum saja. Hakim juga berperan besar dalam menciptakan

kaidah-kaidah hukum yang mengatur tata kehidupan

masyarakat.

Hakim mempunyai wewenang yang luas untuk

menafsirkan peraturanperaturan hukum dan menciptakan

prinsip-prinsip hukum baru yang berguna sebagai pegangan

bagi hakim-hakim lain dalam memutuskan perkara sejenis.

Oleh karena itu, hakim terikat pada prinsip hukum dalam

putusan pengadilan yang sudah ada dari perkara-perkara

sejenis (asas doctrine of precedent). Namun, bila dalam

putusan pengadilan terdahulu tidak ditemukan prinsip hukum

yang dicari, hakim berdasarkan prinsip kebenaran dan akal

sehat dapat memutuskan perkara dengan menggunakan

metode penafsiran hukum. Sistem hukum Anglo-Amerika sering

disebut juga dengan istilah Case Law.

c. Penggolongannya

Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika

itu mengenal pula pembagian ”hukum publik dan hukum

privat”. Pengertian yang diberikan kepada hukum publik

hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh

sistem hukum eropa kontinental. Sementara bagi hukum

privat pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Anglo

Amerika (Saxon) agak berbeda dengan pengertian yang

6

Page 7: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

diberikan oleh sistem Eropa kontinental. Dalam sistem

hukum Eropa kontonental ”hukum privat lebih dimaksudkan

sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum dagang

yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua hukum itu”.

Berbeda dengan itu bagi sistem hukum Anglo Amerika

pengertian ”hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-

kaidah hukum tentang hak milik (law of property), hukum

tentang orang (law of persons, hukum perjanjian (law of

contract) dan hukum tentang perbuatan melawan hukum

(law of tort). Seluruhnya tersebar di dalam peraturan-

peraturan tertulis, putusan-putusan hakim dan kebiasaan

2.4 Sistem Hukum Adat

Berkembang dilingkungan kehidupan sosial di Indonesia,

Cina, India, Jepang, dan negara lain. Di Indonesia asal mula istilah

hukum adat adalah dari istilah ”Adatrecht” yang dikemukakan oleh

Snouck Hugronje.

Ada dua pendapat mengenai asal kata adat ini. Disatu pihak ada yang

menyatakan bahwa adat diambil dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan.

Sedangkan menurut Prof. Amura, istilah ini berasal dari Bahasa Sanskerta

karena menurutnya istilah ini telah dipergunakan oleh orang Minangkabau

kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Menurutnya adat berasal dari dua kata,

a dan dato. A berarti tidak dan dato berarti sesuatu yang bersifat

kebendaan.

2.4.1 Perdebatan Istilah Hukum Adat

Hukum Adat dikemukakan pertama kali oleh Prof. Snouck Hurgrounje

seorang Ahli Sastra Timur dari Belanda (1894). Sebelum istilah Hukum

Adat berkembang, dulu dikenal istilah Adat Recht. Prof. Snouck Hurgrounje

dalam bukunya de atjehers (Aceh) pada tahun 1893-1894 menyatakan

hukum rakyat Indonesia yang tidak dikodifikasi adalah de atjehers.

Kemudian istilah ini dipergunakan pula oleh Prof. Mr. Cornelis van

Vollenhoven, seorang Sarjana Sastra yang juga Sarjana Hukum yang pula

menjabat sebagai Guru Besar pada Universitas Leiden di Belanda. Ia

7

Page 8: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

memuat istilah Adat Recht dalam bukunya yang berjudul Adat Recht van

Nederlandsch Indie (Hukum Adat Hindia Belanda) pada tahun 1901-1933.

Perundang-undangan di Hindia Belanda secara resmi

mempergunakan istilah ini pada tahun 1929 dalam Indische Staatsregeling

(Peraturan Hukum Negeri Belanda), semacam Undang Undang Dasar

Hindia Belanda, pada pasal 134 ayat (2) yang berlaku pada tahun 1929.

Dalam masyarakat Indonesia, istilah hukum adat tidak dikenal

adanya. Hilman Hadikusuma mengatakan bahwa istilah tersebut hanyalah

istilah teknis saja. Dikatakan demikian karena istilah tersebut hanya

tumbuh dan dikembangkan oleh para ahli hukum dalam rangka mengkaji

hukum yang berlaku dalam masyarakat Indonesia yang kemudian

dikembangkan ke dalam suatu sistem keilmuan.

Dalam bahasa Inggris dikenal juga istilah Adat Law, namun

perkembangan yang ada di Indonesia sendiri hanya dikenal istilah Adat

saja, untuk menyebutkan sebuah sistem hukum yang dalam dunia ilmiah

dikatakan Hukum Adat.

Pendapat ini diperkuat dengan pendapat dari Muhammad Rasyid

Maggis Dato Radjoe Penghoeloe sebagaimana dikutif oleh Prof. Amura :

sebagai lanjutan kesempuranaan hidupm selama kemakmuran berlebih-

lebihan karena penduduk sedikit bimbang dengan kekayaan alam yang

berlimpah ruah, sampailah manusia kepada adat.

Sedangkan pendapat Prof. Nasroe menyatakan bahwa adat

Minangkabau telah dimiliki oleh mereka sebelum bangsa Hindu datang ke

Indonesia dalam abad ke satu tahun masehi.

Prof. Dr. Mohammad Koesnoe, S.H. di dalam bukunya mengatakan

bahwa istilah Hukum Adat telah dipergunakan seorang Ulama Aceh yang

bernama Syekh Jalaluddin bin Syekh Muhammad Kamaluddin Tursani

(Aceh Besar) pada tahun 1630. Prof. A. Hasymi menyatakan bahwa buku

tersebut (karangan Syekh Jalaluddin) merupakan buku yang mempunyai

suatu nilai tinggi dalam bidang hukum yang baik.

2.4.2 Definisi Hukum Adat

8

Page 9: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Menurut Prof. Mr. Cornelis van Vollenhoven, hukum adat adalah

keseluruhan aturan tingkah laku positif yang disatu pihak mempunyai

sanksi (hukum) dan dipihak lain dalam keadaan tidak dikodifikasi (adat).

Tingkah laku positif memiliki makna hukum yang dinyatakan berlaku disini

dan sekarang. Sedangkan sanksi yang dimaksud adalah reaksi

(konsekuensi) dari pihak lain atas suatu pelanggaran terhadap norma

(hukum). Sedang kodifikasi dapat berarti sebagai berikut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kodifikasi berarti himpunan

berbagai peraturan menjadi undang-undang; atau hal penyusunan kitab

perundang-undangan; atau penggolongan hukum dan undang-undang

berdasarkan asas-asas tertentu dl buku undang-undang yg baku.

Menurut Prof. Djojodigoeno kodifikasi adalah pembukuan secara

sistematis suatu daerah / lapangan bidang hukum tertentu sebagai

kesatuan secara bulat (semua bagian diatur), lengkap (diatur segala

unsurnya) dan tuntas (diatur semua soal yang mungkin terjadi).

2.4.3 Sifat hukum adat

Tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek moyangnya.

Berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan keadaan sosial yang silih

berganti.

Karena sumbernya tidak tertulis, hukum adat tidak kaku dan mudah

menyesuaikan diri.

2.4.4 Lingkungan Hukum Adat

Prof. Mr. Cornelis van Vollenhoven membagi Indonesia menjadi 19

lingkungan hukum adat (rechtsringen). Satu daerah yang garis-garis besar,

corak dan sifat hukum adatnya seragam disebutnya sebagai rechtskring.

Setiap lingkungan hukum adat tersebut dibagi lagi dalam beberapa bagian

yang disebut Kukuban Hukum (Rechtsgouw). Lingkungan hukum adat

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Aceh (Aceh Besar, Pantai Barat, Singkel, Semeuleu)

2. Tanah Gayo, Alas dan Batak

1. Tanah Gayo (Gayo lueus)

2. Tanah Alas

9

Page 10: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

3. Tanah Batak (Tapanuli)

1. Tapanuli Utara; Batak Pakpak (Barus), Batak karo, Batak

Simelungun, Batak Toba (Samosir, Balige, Laguboti,

Lumbun Julu)

2. Tapanuli Selatan; Padang Lawas (Tano Sepanjang),

Angkola, Mandailing (Sayurmatinggi)

3. Nias (Nias Selatan)

3. Tanah Minangkabau (Padang, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota,

tanah Kampar, Kerinci)

4. Mentawai (Orang Pagai)

5. Sumatera Selatan

1. Bengkulu (Renjang)

2. Lampung (Abung, Paminggir, Pubian, Rebang, Gedingtataan,

Tulang Bawang)

3. Palembang (Anak lakitan, Jelma Daya, Kubu, Pasemah, Semendo)

4. Jambi (Orang Rimba, Batin, dan Penghulu)

5. Enggano

6. Tanah Melayu (Lingga-Riau, Indragiri, Sumatera Timur, Orang Banjar)

7. Bangka dan Belitung

8. kalimantan (Dayak Kalimantan Barat, Kapuas, Hulu, Pasir, Dayak,

Kenya, Dayak Klemanten, Dayak Landak, Dayak Tayan, Dayak

Lawangan, Lepo Alim, Lepo Timei, Long Glatt, Dayat Maanyan, Dayak

Maanyan Siung, Dayak Ngaju, Dayak Ot Danum, Dayak Penyambung

Punan)

9. Gorontalo (Bolaang Mongondow, Boalemo)

10.Tanah Toraja (Sulawesi Tengah, Toraja, Toraja Baree, Toraja Barat, Sigi,

Kaili, Tawali, Toraja Sadan, To Mori, To Lainang, Kep. Banggai)

11.Sulawesi Selatan (Orang Bugis, Bone, Goa, Laikang, Ponre, Mandar,

Makasar, Selayar, Muna)

12.Kepulauan Ternate (Ternate, Tidore, Halmahera, Tobelo, Kep. Sula)

13.Maluku Ambon (Ambon, Hitu, Banda, Kep. Uliasar, Saparua, Buru,

Seram, Kep. Kei, Kep. Aru, Kisar)

14.Irian

15.Kep. Timor (Kepulauan Timor, Timor, Timor Tengah, Mollo, Sumba,

Sumba Tengah, Sumba Timur, Kodi, Flores, Ngada, Roti, Sayu Bima)

10

Page 11: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

16.Bali dan Lombok (Bali Tanganan-Pagrisingan, Kastala, Karrang Asem,

Buleleng, Jembrana, Lombok, Sumbawa)

17.Jawa Pusat, Jawa Timur serta Madura (Jawa Pusat, Kedu, Purworejo,

Tulungagung, Jawa Timur, Surabaya, Madura)

18.Daerah Kerajaan (Surakarta, Yogyakarta)

19.Jawa Barat (Priangan, Sunda, Jakarta, Banten)

2.4.5 Sistem hukum adat di Indonesia

Hukum adat mengenai tata negara,

yaitu tatanan yang mengatur susunan dan ketertiban dalam

persekutuan-persekutuan hukum, serta susunan dan lingkungan kerja

alat-alat perlengkapan, jabatan-jabatan, dan penjabatnya.

Hukum adat mengenai warga (hukum warga)

·  Hukum pertalian sanak (kekerabatan)

·  Hukum tanah

·  Hukum perutangan

Hukum adat mengenai delik (hukum pidana)

Yaitu berperan dalam menjalankan sistem hukum adat adalah pemuka

adat (pengetua-pengetua adat), karena ia adalah pimpinan yang

disegani oleh masyarakat.

2.4.6 Sumber Hukum

Sistem hukum adat umumnya bersumber dari peraturan-

peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan

berkembang serta dipertahankan berdasarkan kesadaran

hukum masyarakatnya. Sifat hukum adat adalah tradisional

dengan berpangkal pada kehendak nenek moyangnya.

Hukum adat berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan

keadaan sosial yang silih berganti. Karena sifatnya yang

mudah berubah dan mudah menyesuaikan dengan

perkembangan situasi sosial, hukum adat elastis sifatnya.

Karena sumbernya tidak tertulis,hukum adat tidak kaku

dan mudah menyesuaikan diri.

Sistem hukum adat di Indonesia dibagi dalam tiga

kelompok, yaitu :Hukum adat mengenai tata negara, yaitu

tatanan yang mengatur susunan dan ketertiban dalam

persekutuan-persekutuan hukum, serta susunan dan

11

Page 12: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

lingkungan kerja alat-alat perlengkapan, jabatan-jabatan, dan

penjabatnya.

Hukum adat mengenai warga (hukum warga) terdiri dari:

- Hukum pertalian sanak (kekerabatan)

- Hukum tanah

- Hukum perutangan

Hukum adat mengenai delik (hukum pidana), yang

berperan dalam menjalankan sistem hukum adat adalah

pemuka adat (pengetua-pengetua adat), karena ia adalah

pimpinan yang disegani oleh masyarakat.

2.5 Sistem Hukum Islam

Islam adalah salah satu agama yang dianut oleh masyarakat dunia

saat ini dan termasuk di antara agama-agama besar di dunia, jumlahnya

tak kurang dari ¼ penduduk dunia saat ini 6,8 Milyar. Sedangkan di

Indonesia menjadi agama yang dianut oleh mayoritas penduduk, lebih dari

85% jumlah penduduk.

Fakta ini tidak terlepas dari sejarah masuk dan berkembangnya

berbagai agama dan kepercayaan di Indonesia sejak berdirinya negara

Nusantara I Sriwijaya, negara Nusantara II Majapahit, dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebelum kemerdekaan, setelah kemerdekaan, masa

orde lama, masa orde baru, masa reformasi, dan hingga saat ini.

Boleh dikatakan penyebaran Islam di Indonesia hampir sebagian

besar merupakan andil dan peran para pedagang. Mereka yang berstatus

sebagai pedagang itu ada yang dianggap sebagi wali (Wali Sanga) oleh

masyarakat di Pulau Jawa. Dalam menjalankan misinya mendakwahkan

Islam, tak jarang para wali menerapkan strategi dakwah melalui unsur-

unsur budaya masyarakat tempatan.

Ini dapat dilihat dari seni yang merupakan akulturasi nilai-nilai Islam

dan budaya Jawa, misalnya wayang, penggunaan bedug, seni arsitektur

masjid, perayaan keagamaan, dan sebagainya.

Perkembangan terbentuknya negara Indonesia dan tatanan

kenegaraanya itu, jika dilihat dari sisi pengaturan kehidupan beragama

warga negaranya, Indonesia dikatakan bukan sebagai negara agama

12

Page 13: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

(teokrasi) dan bukan pula negara sekuler – oleh Gus Dur dikatakan sebagai

“negara yang bukan-bukan”.

Indonesia dikatakan bukan sebagai negara agama (teokrasi) yang

berdasar penyelenggaraan negara pada agama tertentu saja, karena

negara tidak campur tangan terhadap tata cara pengamalan, ritual masing-

masing agama. Yang diatur adalah administrasi setiap agama yang ada di

Indonesia sehingga dalam menjalankan kegiatan agama dan keagamaan

tidak berbenturan dan mengganggu agama lain.

Di sinilah pentingnya menjaga dan membangun Kerukunan Umat

Beragama sebagai salah satu tugas Negara untuk melindungi setiap

warganya dalam memeluk agama dan beribadat menurut kepercayaannya.

Indonesia juga bukan negara sekuler apalagi negara atheis, karena

negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa seperti tercantum

dalam Sila Pertama Pancasila dan pasal 29 UUD 1945 ini, tidak

membenarkan warga negaranya hidup tanpa memeluk agama atau

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam konstelasi sistem hukum dunia atau sistem hukum utama

(major legal system), hukum Islam (Islamic Law) diakui dalam masyarakat

Internasional di antara hukum hukum lainnya seperti Hukum Sipil (Civil

Law), Hukum Kebiasan Umum (Common Law), Hukum Sosilis (Socialist

Law), Sub-Saharan Africa, dan Far East.

2.5.1 Defenisi Hukum Islam

Suatu sistem hukum yang mendasarkan ketentuan-ketentuan yang

telah ditetapkan oleh Allah (kitab Al-qur’an) dan rasul-nya (kitab hadis)

kemudian disebut dengan syari’at atau hasil pemahaman ulama terhadap

ketentuan di atas (kitab fiqih) kemudian disebut dengan ijtihad yang

menata hubungan manusia dengan allah, manusia dengan manusia dan

manusia dengan benda.

Sistem hukum Islam berasal dari Arab, kemudian berkembang

ke negaranegara lain seperti negara-negara Asia, Afrika, Eropa,

Amerika secara individual maupun secara kelompok.

2.5.2 Sumber Hukum

Qur’an, yaitu kitab suci kaum muslimin yang

diwahyukan dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW

13

Page 14: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

melalui Malaikat Jibril.

Sunnah Nabi (hadist), yaitu cara hidup dari nabi

Muhammad SAW atau cerita tentang Nabi Muhammad

SAW.

Ijma, yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu

hak dalam cara hidup.

Qiyas, yaitu analogi dalam mencari sebanyak mungkin

persamaan antara dua kejadian.

2.5.3 Tujuan Syariat Islam

Sebagai hukum dan ketentuan yang diturunkan Allah swt, syariat

Islam telah menetapkan tujuan-tujuan luhur yang akan menjaga

kehormatan manusia, yaitu sebagai berikut :

Pemeliharaan atas keturunan. Misalnya, syariat Islam mengharamkan

zina dan mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya. Hal ini

untuk menjaga kelestarian dan terjaganya garis keturunan. Dengan

demikian, seorang anak yang lahir melalui jalan resmi pernikahan akan

mendapatkan haknya sesuai garis keturunan dari ayahnya.

Pemeliharaan atas akal. Misalnya, syariat Islam mengharamkan segala

sesuatu yang dapat memabukkan dan melemahkan ingatan, seperti

minuman keras atau beralkohol dan narkoba. Islam menganjurkan

setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan mengembangkan kemampuan

berpikirnya. Jika akalnya terganggu karena mengonsumsi minuman

beralkohol, akalnya akan lemah dan aktivitas berpikirnya akan

terganggu.

Pemeliharaan atas kemuliaan. Misalnya, Islam mengatur masalah

tentang fitnah atau tuduhan dan melarang untuk membicarakan orang

lain. Hal ini untuk menjaga kemuliaan setiap manusia agar ia terhindar

dari hal-hal yang dapat mencemari nama baik dan kehormatannya.

Pemeliharaan atas jiwa. Misalnya, syariat Islam telah menetapkan sanksi

atas pembunuhan, terhadap siapa saja yang membunuh seseorang

tanpa alasan yang benar. Dalam Islam, nyawa manusia sangat berharga

dan patut dijaga keselamatannya.

14

Page 15: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Pemeliharaan atas harta. Misalnya, syariat Islam telah menetapkan

sanksi atas kasus pencurian dengan potong tangan bagi pelakunya. Hal

ini merupakan sanksi yang sangat keras untuk mencegah segala

godaan untuk melakukan pelanggaran terhadap harta orang lain.

Pemeliharaan atas agama. Misalnya, syariat Islam memberikan

kebebasan bagi setiap manusia untuk menjalankan ibadah sesuai

kepercayaannya. Islam tidak pernah memaksakan seseorang untuk

memeluk Islam. Akan tetapi, Islam mempunyai sanksi bagi setiap

muslim yang murtad agar manusia lain tidak mempermainkan

agamanya

2.5.4 Sistem hukum Islam dalam Hukum Fikh

Sistem hukum Islam dalam ”Hukum Fikh” terdiri dari

dua bidang hukum, yaitu :

1) Terhadap Allah (sholat, puasa, zakat, menunaikan ibadah

haji), yang pada dasarnya tidak dipelajari di Hukum

rohaniah (ibadat), ialah cara-cara menjalankan

upacara tentang kebaktian fakultas hukum. Tetapi di

UNISI diatur dlm mata kuliah fiqh Ibadah.

2) Hukum duniawi, terdiri dari :

Muamalat, yaitu tata tertib hukum dan peraturan

mengenai hubungan antara manusia dalam bidang

jual-bei, sewa menyewa, perburuhan, hukum tanah,

perikatan, hak milik, hak kebendaan dan hubungan

ekonomi pada umumnya.

Nikah (Munakahah), yaitu perkawinan dalam arti

membetuk sebuah keluarga yang tediri dari syarat-

syarat dan rukun-rukunnya, hak dan kewajiban,

dasar-dasar perkawinan monogami dan akibat-akibat

hukum perkawinan.

Jinayat, yaitu pidana yang meliputi ancaman

hukuman terhadap hukum Allah dan tindak pidana

kejahatan.

15

Page 16: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Sistem hukum Islam menganut suatu keyakinan dan ajaran

islam dengan keimanan lahir batin secara individual. Negara-

negara yang menganut sistem hukum Islam dalam bernegara

melaksanakan peraturan-peraturan hukumnya sesuai dengan

rasa keadilan berdasarkan peraturan perundangan yang

bersumber dari Qur’an. Dari uraian diatas tampak jelas bahwa di

negara-negara penganut asas hukum Islam, agama Islam

berpengaruh sangat besar terhadap cara pembentukan negara

maupun cara bernegara dan bermasyarakat bagi warga negara

dan penguasanya.

Rene Devid dan John E.C. Brierley menyebutkan terdapat tiga sistem

hukum yang dominan yakni sistem hukum: civil law, common law, dan

socialist law. Namun, dalam perkembangannya sistem socialist law ini

ternyata banyak dipengaruhi oleh sistem civil law dimana negara-negara

sosialis banyak menganut sistem civil law. Sehubungan dengan hal tersebut

diatas maka dapat dikatakan bahwa sistem hukum yang dominan hanya dua

yaitu sistem hukum civil law dan common law.

Umumnya di negara dengan sistem hukum common law terdapat

ketidak pastian hukum dan untuk menghindari hal tersebut maka sejak

abad ke-19 dipegang asas hukum yang bernama the rule of precedent

yaitu keputusan-keputusan hakim yang sudah ada harus dijadikan

pegangan atau keputusan hakim itu harus mengikuti keputusan hakim

sebelumnya. The rule of precedent sering disebut juga sebagai doktrin stare

decisis yang berarti sebagai to stand by (previous) decisions

(berpegang/berpatokan pada putusanputusan sebelumnya).

Sekilas mengenai perbedaan antara civil law (Eropa Continental)

dengan common law (Anglosaxon) dapat dilihat dari segi perkembangan

keduanya. Perkembangan sistem civil law diilhami oleh para ahli hukum

yang terdapat pada universitas-universitas, yang menentukan atau

membuat peraturan hukum secara sistematis dan utuh. Sedangkan

perkembangan sistem common law terletak pada putusan-putusan

hakim, yang bukan hanya menerapkan hukum tetapi juga menetapkan

hukum.

Dalam pembuatan kontrak di sistem common law, para pihak

memiliki kebebasan untuk menyepakati persyaratan yang diinginkan,

sepanjang persyaratan tersebut tidak melanggar kebijakan publik ataupun

16

Page 17: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

melakukan tindakan yang melanggar hukum. Jikaada persyaratan

tertentu yang tidak tercakup, hak dan kewajiban yang wajar akan

diterapkandiambil dari ketetapan hukum yang ada atau praktek bisnis

yang biasa dijalankan oleh para pihak atau industri.

Hukum di negara dengan sistem civil law pada umumnya ditujukan

untuk menetapkan suatu kaidah atau norma yang berada di suatu

lingkungan masyarakat untuk diikuti dan dipatuhi oleh masyarakat itu

sendiri. Dengan demikian, hukum merupakan bagian integral dari

kehidupan bersama yang mengatur dan menguasai sesama manusia. Jadi

dapat dikatakan hukum terdapat dalam masyarakat manusia sehingga

dalam setiap masyarakat selalu ada sistem hukum. Hal ini sesuai

adagium: ubi societas ibi jus yang artinya (dimana) ada masyarakat

(disitu) ada hukum. Berbeda dengan sistem hukum common law

yang tidak mengenal pembagian secara prinsipil atas hukum publik

dan hukum perdata, maka pada sistem hukum civil law pembagian

hukum publik dan hukum perdata (privat) merupakan hal yang sangat

esensial. Hukum Publik lazimnya dirumuskan sebagai hukum yang

mengatur kepentingan umum dan mengatur hubungan penguasa

dengan warga negaranya. Pelaksanaan peraturan hukum publik

dilakukan oleh penguasa. Sedangkan Hukum Perdata adalah hukum

antar perorangan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan yang

satu terhadap yang lain di dalam hubungan keluarga dan di dalam

pergaulan masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan kepada masing-

masing pihak. Perkataan “Hukum Perdata” dalam arti yang luas meliputi

semua hukum privat materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur

kepentingan-kepentingan perseorangan. Keberadaan hukum perdata

yang mengatur hubungan sesama manusia atau masyarakat merupakan

warisan peninggalan politik Pemerintah Hindia Belanda. Pedoman politik

bagi Pemerintah Hindia Belanda terhadap hukum di Indonesia dituliskan

dalam pasal 131 Indische Staatsregeling, yang dalam pokoknya sebagai

berikut:

(a) Hukum Perdata dan Dagang (begitu pula dengan Hukum Pidana

besertas hukum Acara perdata dan Pidana) harus diletakkan dalam

kitab-kitab atau undang-undang, yaitu yaitu dikodifisir.

(b) Untuk golongan bangsa Eropa dianut (dicontoh) perundang-undangan

yang berlaku di Negeri Belanda (asas konkordansi).

17

Page 18: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

(c) Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan Timur Asing (Tiong Hoa,

Arab, India dan sebagainya), jika ternyata “kebutuhan

kemasyarakatan” mereka menghendakinya, dapatlah peraturan-

peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka, baik

seutuhnya maupun dengan perubahan-perubahan dan juga

diperbolehkan membuat suatu peraturan baru bersama, untuk

selainnya harus diindahkan aturan-aturan yang berlaku di kalangan

mereka, dan boleh diadakan penyimpangan jika diminta oleh

kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat mereka (ayat 2).

(d) Orang Indonesia asli dan Timur Asing, sepanjang mereka belum

ditundukkan dibawah suatu peraturan bersama dengan bangsa

Eropa, diperbolehkan “menundukkan diri: pada hukum yang

berlaku untuk bangsa eropa. Penundukan ini boleh dilakukan baik

secara umum maupun secara hanya mengenai suatu perbuatan

tertentu saja (ayat 4).

(e) Sebelum hukum untuk bangsa Indonesia ditulis didalam undang-

undang, bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang

berlaku bagi mereka, yaitu “Hukum Adat: (ayat 6).

Dengan adanya ketentuan tersebut diatas, maka pengaturan untuk

tunduk terhadap hukum perdata dapat diklasifikasikan sehingga jelas

aturan hukum yang mengatur hubungan antar sesama masyarakat.

Namun, seiring dengan perkembangan waktu dan sosial bagsa

Indonseia saat itu, dapat pula kemungkinan terjadinya penundukan diri

pada Hukum Eropa yang telah diatur dalam Staatsblaad 1917 No.

12. Peraturan ini mengenal empat macam penundukan, antara lain:

(a) Penundukan pada seluruh Hukum Perdata Eropa;

(b) Penundukan pada sebagian hukum Perdata Eropa, yakni hanya pada

hukum kekayaan harta benda saja (vermogensrecht), seperti yang

dinyatakan berlaku bagi golongan Timur Asing bukan Tiong Hoa;

(c) Penundukan secara “diam-diam”, yang mengandung maksud jika

seorang bangsa Indonesia asli melakukan suatu perbuatan hukum

yang tidak dikenal didalam hukumnya sendiri, ia dianggap secara

diam-diam menundukkan dirinya pada hukum Eropa.

2.6 Pengertian Kontrak

18

Page 19: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Kontrak (Perjanjian) adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji

kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal. Yang bertugas untuk melaksanakan kontrak

adalah mereka yang menjadi subjek dalam kontrak.

Bentuk perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

Menurut J.Satrio, perjanjian dapat mempunyai dua arti, yaitu:

1. Arti luas adalah Suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang

menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para

pihak.

2. Arti sempit adalah Perjanjian berarti hanya ditunjukan kepada

hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja.

Hukum Perjanjian di Indonesia menganut ketentuan dari Belanda

yang dapat dilihat dalam Buku III KUH Perdata. Belanda mendasarkan

Hukum Perjanjian kedalam 3 (tiga) prinsip, yaitu:

(a) Prinsip kewajiban para pihak, karena dalam hal ini perjanjian yang

dibuat merupakan undang-undang yang berisi kewajiban-kewajiban

bagi para pihak dan harus ditaati oleh pembuatnya yaitu para pihak

dalam perjanjian.

(b) Prinsip kebebasan berkontrak, dalam hal ini para pihak bebas membuat

perjanjian dengan siapa saja dan para pihak bebas menentukan isi dari

perjanjian, asalkan sesuai dengan undang-undang yang dipilih.

(c) Prinsip Konsensualisme, merupakan prinsip yang menyatakan bahwa

perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan

cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan

adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat

oleh kedua belah pihak.

Istilah kontrak berasal dari bahasa inggris yaitu Contracts, sedangkan

dalam bahasa Belanda disebut dengan overeenkomst (perjanjian) atau

kontrak di atas dalam pasal 1313 KUHP Perdata berbunyi “ Suatu perjanjian

adalah suatu pembuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikat

dirinya terhadap satu orang atau lebih” sedangkan kontrak kerja konstruksi

itu sendiri cukup jelas pengertiannya dalam Undang undang tentang jasa

konstruksi No. 18/1999 yang menyatakan bahwa kontrak kerja konstruksi

adalah “ Keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara

19

Page 20: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan

konstruksi”.

Dari uraian tersebut di atas dapat menyimpulkan secara bebas bahwa

pengertian kontrak kerja konstruksi adalah suatu perbuatan hukum antara

pihak pengguna jasa dengan pihak penyedia jasa konstruksi dalam

melaksanakan pekerjaan jasa konstruksi dimana dalam hubungan hukum

tersebut diatur mengenai hak dan kewajiban para pihak.

Kita memahami mengenai definisi kontrak kerja konstruksi ada

baiknya apabila kami memaparkan secara garis besar hal-hal yang

mendasari atas sahnya suatu kontrak atau perjanjian, menurut “ Salim

H.S.,S.H.,M.S. dalam bukunya Hukum Kontrak Teori dan Teknik penyusunan

kontrak” menurut pasal 1320 KUH Perdata sebagai berikut :

1. Kesepakatan kedua belah pihak, syarat pertama syahnya suatu

kontrak adalah adanya kesepakatan atau consensus kedua belah

pihak, hal ini diatur dalam pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata bahwa

yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan

kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnnya yang

sesuai itu adalah pernyataannnya, karena kehendak itu sendiri tidak

dapat dilihat atau diketahui orang lain. Pada dasarnya cara yang

paling banyak dilakukan oleh para pihak yaitu dengan bahasa

sempurna secara lisan dan tertulis, tujuan pembuatan perjanjian

secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para

pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna dikala timbul

perselisihan atau sengketa dikemudian hari.

2. Kecakapan bertindak, kecakapan bertindak adalah kecakapan atau

kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum, perbuatan hukum

adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum, maka dari

itu orang orang yang akan mengadakan ataupun yang

menandatangani perjanjian haruslah orang orang yang cakap dan

mempunyai wewenang hukum untuk melakukan perbuatan hukum,

sebagaimana ditentukan oleh undang-undang.

3. Adanya objek perjanjian didalam berbagai literature disebutkan

bahwa yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi (pokok

perjanjian), Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan

apa yang menjadi hak kreditur (Yahya harahap, 1986 : 10 ;

Mertokusumo, 1987 : 36).

20

Page 21: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

4. Adanya Causa yang halal dalam pasal 1320 KUH Perdata tidak

dijelaskan mengenai KUH yang halal di dalam pasal 1337 KUH

Perdata hanya disebutkan causa yang terlarang. Suatu sebab adalah

terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang kesusilaan

dan ketertiban umum.

Dari apa yang diuraikan diatas setidaknya dapat memberikan

gambaran yang jelas bahwa kontrak kerja konstruksi merupakan dasar

atau awal adanya hubungan hukum antara pengguna dan penyedia jasa

konstruksi, hal-hal yang mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak

haruslah diatur secara jelas, tegas dan terperinci karena kontrak kerja

konstruksi merupakan awal dari suatu proses penegakkan dan

perlindungan hukum bagi para pihak yang membuat kesepakatan kerja

konstruksi.

Dengan adanya perlindungan dan penegakan hukum dari suatu

kontrak kerja konstruksi maka para pihak dapat merasa tenang dalam

melaksanakan hak dan kewajibannya apalagi dengan lahirnya UU No.

18/1999 tentang jasa konstruksi beserta peraturan pelaksanaannnya

setidaknya semakin memperjelas perlindungan dan penegakkan hukum

dalam dunia jasa konstruksi.

Dalam melaksanakan proses awal pembuatan suatu Kontrak Kerja

Konstruksi Tim penyusun ingin memberikan saran walaupun mengenai

pengaturan ini telah diatur secara minimal khususnya dalam bagian ketiga

mengenai kontrak konstruksi pasal 22 UU No. 18/1999, saran tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Buatlah kontrak kerja konstruksi secara jelas, tegas , cermat dan

terperinci.

2. Perhatikan subyek hukum yang akan mengadakan atau

menandatangani perjanjian karena apabila subyek hukumnya tidak

layak atau tidak berwenang melakukan perbuatan hukum maka akan

berakibat pula pada batalnya kontrak yang telah dibuat.

3. Buatlah dengan detail dan terperinci mengenai klausul pilihan hukum

apabila terjadi sengketa hal ini sangat penting untuk menghindari

keragu raguan hukum akibat samarnya penerapan klausa pilihan

hukum yang hanya akan mengakibatkan berlarut larutnya

penyelesaian sengketa apabila timbul sengketa.

21

Page 22: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

4. Buatlah dengan detail klausul mengenai proses dan tata cara

pengajuan klaim.

5. Buatlah dengan detail mengenai klausul keadaan memaksa atau

Force Majeure, hal ini untuk menghindari salah penafsiran atas suatu

keadaan memaksa diluar kendali para pihak karena apabila keadaan

memaksa ini timbul biasanya para pihak lebih diliputi oleh perasaan

emosi daripada logika atas suatu peristiwa yang terjadi.

6. Secara umum kontrak kerja yang akan dibuat tentunya haruslah

mengacu kepada perundang undangan yang berlaku dalam hal ini

peraturan yang mengatur mengenai dunia konstruksi diantaranya UU

No. 18/1999 tentang jasa konstruksi, PP No.28/2000 tentang usaha

dan peran masyarakat jasa konstruksi, PP No. 29/2000 tentang

penyelenggaraan jasa konstruksi, PP No. 30/2000 tentang pembinaan

penyelenggaraan jasa konstruksi, UU No. 30/2000 tentang Arbitrase

dan alternative penyelesaian sengketa dan peraturan peraturan

perundangan lainnya.

7. Disamping itu beberapa peraturan lain yang terkait dengan bangunan

yang perlu diperhatikan adalah Undang Undang No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung dan peraturan Pemerintah No. 36 tahun

2005 tentang peraturan Pelaksanaan Undang Undang No. 28 Tahun

2002 tentang Bangunan Gedung.

8. Konsultasikan kepada para ahli sebelum menandatangani suatu

kontrak atau perjanjian karena bisaanya dalam suatu kontrak

terdapat bahasa atau istilah yang memiliki penafsiran berbeda.

Selain pengertian umum atas kontrak kerja konstruksi sebagaimana

yang telah kami uraikan di atas dalam dunia konstruksi khususnya dalam

lingkup internasional dikenal pula beberapa bentuk syarat-syarat kontrak

konstruksi yang diterbitkan oleh beberapa Negara atau asosiasi profesi

diantaranya adalah FIDIC (Federation Internasinale des Ingenieurs

Counsels), JCT (Joint Contract Tribunals), AIA (American Instite of Architects)

dan SIA (Singapore Institute of Architects) dan lain-lain, bahkan di Indonesia

sering pula dijumpai standar kontrak yang memakai standar atau sistem

yang digunakan oleh negara-negara yang lebih maju seperti FIDIC, JCT dan

lain-lain, hal demikian tidaklah menjadi suatu masalah selama para pihak

menyepakati dan disesuaikan dengan iklim dan kondisi yang ada di

Indonesia.

22

Page 23: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Dari uraian tersebut di atas sekali lagi ditekankan bahwa kontrak

dalam suatu kesepakatan kerja konstruksi merupakan hal yang sangat

penting dan tidak bisa dipandang remeh karena kontrak atau perjanjian

merupakan landasan dan pondasi dari suatu aturan main dalam

melaksanakan pekerjaan konstruksi bagi para pihak khususnya pengguna

maupun penyedia jasa apabila terjadi perselisihan antara para pihak akibat

klaim yang tidak terselesaikan dengan baik.

Pembatalan perjanjian yang menimbulkan kerugian

Ada tiga bentuk ingkar janji,yaitu :

1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali,

2. Terlambat memenuhi prestasi,dan

3. Memenuhi prestasi secara tidak sah.

Syarat-syarat sah perjanjian

Syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian:

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3. Suatu hal tertentu.

4. Suatu sebab yang halal.

2.7 Bentuk Kontrak

Menurut sistem hukum perdata Indonesia, suatu perjanjian dapat

dibuat dalam bentuk:

1) Lisan (consent) → untuk perjanjian-perjanjian yang

sederhana (simple), artinya isi perjanjiannya singkat, ringkas,

jelas, dan mudah diingat.

2) Tertulis (contract) → untuk perjanjian yang isinya cukup

padat, luas dan rinci, serta syarat dan prosedur pemenuhan

rumit (sophisticated), sehingga sulit diingat.

Perjanjian yang dibuat dalam bentuk tertulis menggunakan format

khusus, yaitu kontrak (contract), yang terdiri atas:

1) Kontrak baku (standardized contract) → baik isi, bentuk,

maupun cara penutupannya dirancang, dibuat, ditetapkan,

digandakan, serta disebarluaskan secara sepihak oleh salah

23

Page 24: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

satu pihak, tanpa kesepakatan dengan pihak lainnya (take it

or leave it contract).

2) Kontrak nonbaku → dibuat berdasarkan kesepakatan para

pihak.

Kriteria tingkat kepastian hukum kontrak yang tinggi dapat dilihat dari

berbagai segi berikut ini:

1) Bentuk → dibuat dalam bentuk tertulis sehingga tidak mudah

diubah

2) Keaslian → bersih tanpa coretan atau hapusan

3) Bahasa → mempergunakan bahsa dan istilah hukum yang

baku, dipakai khusus di bidang hukum, tidak mempunyai arti

ganda dan sudah terarah

4) Struktur → dibuat sistematis, tidak tumpang tindih, dan tidak

berulang-ulang

5) Substansi → materi ketentuan pasal demi pasal dibuat lengkap

dan rinci, tidak ambiguitas, serta tidak banyak interpretasi

6) Masa berlaku → tetapkan secara pasti

7) Kesaksian → perlu adanya pihak ketiga yang

menyaksikan bahwa perjanjian itu benar terjadi dan seperti

yang disepakati pihak-pihak

8) Otensitisitas → dapat dihadapan notaris, dapat juga oleh

pihak-pihak sendiri.

2.8 Sumber Hukum Kontrak

Pada dasarnya sumber hukum kontrak dapat dibedakan

menurut sistem hukum yang mengaturnya. Sumber hukum, dapat

dilihat dari keluarga hukumnya. Ada keluarga hukum Romawi, common

law, hukum sosialis, hukum agama, dan hukum tradisional. Di dalam

penyajian tentang sumber hukum kontrak ini hanya dibandingkan

antara sumber hukum kontrak menurut Eropa Kontinental, terutama

KUH Perdata dan common law, terutama Amerika. Kedua sumber

hukum itu disajikan berikut ini.

1. Sumber Hukum Kontrak dalam Civil Law

Pada dasarnya sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu sumber hukum materil dan sumber hukum formal.

24

Page 25: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Sumber hukum materil ialah tempat dari mana materi hukum itu

diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang membantu

pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, kekuatan politik,

situasi sosial ekonomi, tradisi (pandangan keagamaan dan

kesusilaan), hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional, dan

keadaan geografis. Sumber hukum formal merupakan tempat

memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara

yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku. Yang diakui

umum sebagai hukum formil ialah undang-undang, perjanjian

antamegara, yurisprudensi, dan kebiasaan. Keempat hukum formal ini

juga merupakan sumber hukum kontrak.

Sumber hukum kontrak yang berasal dari undang-undang

merupakan sumber hukum yang berasal dari peraturan perundang-

undangan yang dibuat oleh Pemerintah dengan persetujuan DPR.

Sumber hukum kontrak yang berasal dari peraturan perundang-

undangan, disajikan berikut ini.

a. Algemene Bepaling Van Weitgeving (Ab)

AB merupakan ketentuan-ketentuan Umum Pemerintah

Hindia Belanda yang diberlakukan di Indonesia. AB diatur

dalam Sib. 1847 Nomor 23, dan diumumkan secara resmi pada

tanggal 30 April 1847. AB terdiri atas 37 pasal.

b. KUH Perdata (BW)

KUH Perdata merupakan ketentuan hukum yang berasal dari

produk Pemerintah Hindia Belanda, yang diundangkan dengan

Maklumat tanggal 30 April 1847, Stb. 1847, Nomor 23,

sedangkan di Indonesia diumumkan dalam Stb.1848.

Berlakunya KUH Perdata berdasarkan pada asas konkordansi.

Sedangkan ketentuan hukum yang mengatur tentang hukum

kontrak diatur dalam Buku III KUH Perdata.

c. KUH Dagang

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-

undang ini terdiri atas 11 bab dan 53 pasal. Hal-hal yang diatur

25

Page 26: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

dalam undang-undang itu meliputi ketentuan umum, asas dan

tujuan, perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang, posisi

dominan, komisi pengawas persaingan usaha, tata cara

penanganan perkara, dan sanksi;

d. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

Di dalam Undang-undang ini ada dua pasal yang mengatur

tentang kontrak, yaitu Pasal 1 ayat (5) dan Pasal 22 UU Nomor

18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Yang diartikan dengan

kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang

mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia

jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (Pasal 1 ayat

(5) UU Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi).

1. Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup

uraian mengenai : para pihak yang memuat secara jelas

identitas para pihak.

2. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan

rinci tentang kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu

pelaksanaan.

3. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat

tentang jangka waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan

yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa;

4. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah,

klasifikasi, dan kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan

pekerjaan konstruksi;

5. Hak dan kewajiban, yang memuat hak penggunajasa untuk

memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya

untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak

penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa

serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi:

6. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban

pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan

konstruksi;

7. Cedera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung

jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan

kewajiban sebagaimana yang diperjanjikan;

26

Page 27: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

8. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang

tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;

9. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat

ketentuan tentang

pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat

tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;

10. Keadaan memaksa (force majeure), memuat ketentuan

tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan

kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi

salah satu pihak;

11. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang

kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas

kegagalan bangunan;

12. Perlindungan pekerja, yang memuat tentang kewajiban para

pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja

serta jaminan sosial;

13. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam

pemenuhan ketentuan tentang lingkungan (Pasal 22 ayat (2)

UU Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi).

e. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif

Pilihan Penyelesaian Sengketa.

Undang-undang ini terdiri atas 11 bab dan 82 pasal. Pasal-pasal

yang erat kaitannya dengan hukum kontrak adalah Pasal 1 ayat

(3) tentang pengertian perjanjian arbitrase, Pasal 2 tentang

persyaratan dalam penyelesaian sengketa arbitrase, dan

Pasal 7 sampai dengan Pasal 11 tentang syarat arbitrase.

f. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian

Internasional Undang-undang ini terdiri atas 7 bab dan 22 pasal.

Hal-hal yang diatur dalam undang-undang ini adalah ketentuan

umum, pembuatan perjanjian Internasional, pengesahan dari

perjanjian internasional, pemberlakuan dari perjanjian

internasional, penyimpanan dari perjanjian internasional, dan

pengakhiran dari perjanjian internasional.

27

Page 28: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Traktat adalah suatu perjanjian yang dibuat antara dua negara

atau lebih dalam bidang keperdataan, khususnya kontrak. Ini

terutama, erat kaitannya dengan perjanjian internasional.

Contohnya, perjanjian bagi hasil yang dibuat antara pemerintah

Indonesia dengan PT Freeport Indonesia Company tentang perjanjian

bagi hasil tembaga dan emas.

Yurisprudensi atau putusan pengadilan merupakan produk

yudikatif, yang berisi kaidah atau peraturan hukum yang mengikat

pihak-pihak yang berperkara, terutama dalam perkara perdata.

Contohnya, putusan HR 1919 tentang pengertian perbuatan melawan

hukum. Dengan adanya putusan HR 1919, maka pengertian melawan

hukum tidak dianut arti luas, tetapi arti sempit. Putusan HR 1919 ini

dijadikan pedoman oleh para hakim di Indonesia dalam memutuskan

sengketa perbuatan melawan hukum.

2. Sumber Hukum Kontrak Amerika

Dalam hukum kontrak Amerika (common law), sumber

hukum dibagi menjadi dua kategori, yaitu sumber hukum primer dan

sekunder. Sumber hukum primer merupakan sumber hukum yang

utama. Para pengacara dan hakim menganggap bahwa sumber

primer dianggap sebagai hukum itu sendiri. Sumber hukum primer

meliputi keputusan pengadilan (judicial opinion), statuta, dan

peraturan lainnya. Sumber hukum sekunder merupakan sumber

hukum yang kedua. Sumber hukum sekunder ini mempunyai

pengaruh dalam pengadilan, karena pengadilan dapat mengacu pada

sumber hukum sekunder tersebut. Sumber hukum sekunder ini

terdiri dari restatement dan legal comentary.

Berdasarkan sumber tersebut, maka sumber hukum kontrak

yang berlaku di Amerika Serikat dibedakan menjadi empat macam,

yaitu judicial opinion, statutory law; the restatement, dan legal

comentary (Charles L. Knapp and Nathan M. Crystal, 1993: 4).

Keempat sumber hukum itu dijelaskan berikut ini.

a. Judicial Opinion (Keputusan Hakim)

Judicial opinion atau disebut juga dengan judge made law

28

Page 29: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

atau judicial decision merupakan sumber primer hukum kontrak.

Judicial opinion merupakan pernyataan atau pendapat, atau

putusan para hakim di dalam memutuskan perkara atau kasus,

apakah itu kasus perdata maupun kasus pidana. Putusanputusan

hakim ini akan diikuti oleh para hakim, terutama terhadap kasus

yang sama dan ada kemiripannya dengan kasus yang sedang

terjadi.

Seperti kita ketahui bahwa sistem pengadilan Amerika dalam

pembuatan keputusan, biasanya dinyatakan sebagai stare decisis,

ketaatan terhadap keputusan yang telah lewat atau disebut

precedents. Preseden adalah keputusan yang terdahulu yang fakta-

fakta cukup mirip dengan kasus sub judice yang berada di bawah

keputusan pengadilan (udjudication) tersebut bahwa pengadilan

merasa berkewajiban untuk mengikutinya dan membuat suatu

keputusan yang sama.

Sistem preseden, lazimnya membenarkan dua hal,

berikut ini. Pertama, dia menawarkan derajat yang tinggi

tentang kemuugkinan memprediksi keputusan yang

membolehkan siapa saja yang berhasrat untuk: menangani

urusan mereka yang berkaitan dengan aturan hukum yang dapat

diketahui.

Kedua, dia meletakkan kendali pada apa yang boleh,

sebaliknya menjadi kecenderungan alami dari hakim untuk

memutuskan kasus yang menjadi dasar prasangka, emosional

pribadi, atau faktor-faktor lainnya yang boleh dihormati sebagai

dasar yang tidak pantas untuk suatu keputusan. Sebagaimana

suatu sistem yang dengan jelas mempunyai ciri khas, kadang-

kadang merupakan suatu kebajikan, kadang-kadang merupakan

kerusakan menjadi statis dan konservatif, secara umum

berorientasi pada pelestarian terhadap status quo.

Seorang hakim dari common law menyimpulkan, bahwa

kesetiaan yang buta pada preseden akan menghasilkan suatu

ketidakadilan dalam memutuskan perkara. Ada sejumlah cara

yang mungkin dihindari. Memulai dengan suatu preseden

dipertimbangkan untuk menjadi mengikat bagi suatu pengadilan.

hanya jika ini diputuskan oleh pengadilan yang sama atau

29

Page 30: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

pengadilan banding yang kedudukannya lebih tinggi dalam

wilayah hukum yang sama. Preseden-preseden lainnya dari

pengadilan-pengadilan yang lebih rendah atau pengadilan dari

wilayah hukum lainnya hanya bersifat persuasif belaka. Jika suatu

preseden terdahulu dalam kenyataannya tidak persuasif maka

hakim bebas menghormatinya. Apabila suatu preseden tidak

hanya persuasif tetapi bersifat mengikat, preseden tersebut tidak

mudah diabaikan. Hal itu mungkin saja terjadi, namun sebaiknya

dihindari: jika dalam kenyataannya kasus-kasus yang terjadi

sekarang tidak memuat suatu fakta yang berisi (bahan-bahan)

untuk diperlukan pada suatu keputusan yang lebih awal, maka

pengadilan boleh "berbeda" dengan preseden tersebut, dan

membuat suatu keputusan yang berbeda. Jika preseden yang

lebih awal adalah benar-benar mengikat, tetapi sulit atau tidak

mungkin untuk membedakannya maka ada satu cara lain untuk

menghindari akibatnya : jika keputusan pengadilan adalah salah

satu dan yang menciptakan preseden (atau adalah pengadilan

lebih tinggi) maka secara sederhana pengadilan dapat

"menolak/mengesampingkan" keputusan yang lebih awal tersebut

(ini bukan perubahan yang berlaku surut yang berakibat bagi

kelompok kasus yang lebih awal, tetapi melakukan perubahan

aturan untuk kasus-kasus yang diputuskan dan kasus yang

serupa berikutnya). Penolakan, dipertimbangkan terhadap suatu

kegiatan yang relatif drastis dan biasanya dipersiapkan bagi

instansi -instansi, yang mana pengadilan merasa bahwa aturan

dibedakan oleh preseden terdahulu, yang merupakan kesalahan

sederhana, itu adalah suatu ketidakadilan dalam pelaksanaannya

di masyarakat, sebab selain kesulitan pada tahap permulaan, juga

merupakan suatu ketertinggalan dari pembangunan masa lalu.

Pada dasarnya tidak semua kasus dapat diputuskan

berdasarkan Preseden. Ini disebabkan oleh hal berikut:

1. tidak adanya preseden yang eksis (hal itu tidak

seperti peristiwa dalam proses pengadilan pada

masyarakat);

2. kasus yang tersedia tidak jelas .

30

Page 31: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Dalam hal kasus tidak jelas maka pengadilan-pengadilan

mengarah pada kebijaksanaan untuk menyelesaikan kasus. Suatu

kebijaksanaan mungkin dihormati secara umum sebagai tujuan

masyarakat yang akan diketengahkan oleh keputusan khusus.

Kegiatan ekonomi, politik, sosial, atau moral dan mungkin harus

melakukan sesuatu dengan kelompok-kelompok tersendiri atau

dengan masyarakat secara keseluruhan (atau beberapa bagian

yang dapat diuraikan). Seringkali suatu pengadilan melihat

kebijaksanaan masyarakat dalam undang-undang atau keputusan

pengadilan, bahkan bila hal itu tidak dilaksanakan secara

langsung terhadap kasus yang ada pada waktu yang lain di

pengadilan akan muncul perasaan hakim tentang apa itu

keadilan.

b. Statutory Law (Hukum Perundang-undangan)

Sumber lain dari hukum kontrak adalah bersumber dari

statutory of law (hukum perundang-undangan). Sumber hukum ini

melengkapi hukum kebiasaan (common law). Statutory of law

merupakan sumber hukum yang tertulis.

Menurut sejarahnya, hukum kontrak dibangun dalam

sistem Anglo-Amerika adalah didasarkan pada common law,

common law ini lebih tinggi kedudukannya dari statutory of law.

Peraturan perundang-undangan ter-tulis (statutory of law), yang

ada hubungan dengan hukum kontrak adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang Penggelapan

Undang-undang penggelapan ini dibuat pertama kali di Inggris

dan kemudian diberlakukan pada setiap negara bagian di

Amerika Serikat. Undang-undang ini mempersyaratkan bahwa

kontrak yang dibuat harus dalam bentuk tulisan agar dapat

dilaksanakan oleh pengadilan. Undang-undang penggelapan itu

sendiri telah dibebani oleh keputusan pengadilan yang lebih

banyak kualitas hukum kebiasaannya daripada undang-undang

modern.

2. Uniform Commercial Code

Uniform commercial code merupakan Kitab Undang-Undang

31

Page 32: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Hukum Dagang yang berlaku secara umum di Amerika Serikat.

Undang-undang ini tidak mengatur dan memuat semua

transaksi dagang, tetapi juga mengatur tentang biaya,

terjadinya gangguan, ketidakmenentuan yang disebabkan oleh

perbedaan antamegara-negara dalam lingkup hukum komersial.

3. Uniform State Laws/NCCUSL

Uniform state laws/NCCUSL merupakan hukum yang berlaku

umum di bawah pimpinan NewYork, sejumlah negara-negara

bagian menyelenggarakan Konferensi Nasional Komisioner

tentang Hukum Negara yang berlaku Umum (Uniform State

Laws/NCCUSL). Walaupun tidak mempunyai kekuatan untuk

membuat hukum, NCCUSL, membuat rancangan hukum dan

merekomendasikan pembuat undang-undang negara dengan

seri "undang-undang yang berlaku umum", memberlakukan

berbagai ketentuan dagang, seperti instrumen-instrumen yang

dapat dinegoisasikan dan peraturan-peraturan standar.

4. Uniform Sales Acts

Uniform sales acts merupakan undang-undang penjualan yang

berlaku umum. Undang-undang ini diadopsi secara luas dan

dibentuk secara besar-besaran dari ketentuan yang dapat

diterapkan oleh mereka secara alami. Undang-undang ini hanya

mengatur tentang tata cara menjual barang, seperti bagian-

bagian hak milik dan harta kekayaan, dan lain-lain. Pada tahun

1940 terhadap Uniform Sale Act dan The Uniform Connnercial

Code telah diadakan pembaruan. Yang menjadi arsitek dari

pembaruan kedua undang-undang itu adalah Profesor Karl

Liwellyn dan ia juga perancang utama dari Pasal 2 tentang

Perdagangan. Menanggapi pengaruhnya, kitab undang-undang

tersebut mewakili suatu upaya tertentu untuk memberikan

hukum agar dapat diterapkan pada transaksi perdagangan

yang lebih cocok dengan praktik bisnis, jadi diharapkan

berguna dalam bisnis. Walaupun penerimaan kedua undang-

undang itu oleh negara-negara bagian agak lamban, namun

32

Page 33: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

seluruh atau sebagian dari UCC telah diadopsi dan sekarang

ditegakkan di negara Amerika Serikat.

Ketika pengadilan memutuskan suatu kasus yang diatur oleh

suatu undang-undang, alasannya berbeda dengan alasan yang

digunakan oleh prinsip-prinsip hukum kebiasaan yang

diterapkan. Beberapa pengadilan bahkan pengadilan tinggi

dari suatu wilayah hukum terikat untuk mengikuti ketentuan

undang-undang yang valid yang diterapkan untuk suatu

sengketa sebelumnya. Tugas ini berasal dari prinsip politik yang

mendasar dari masyarakat Amerika. Pembuat undang-undang

mempunyai kekuasaan dalam pembentukan hukum, demikian

pula terhadap undang-undang terikat dengan berbagai

kewenangan konstitusi. Dengan demikian, pembuat undang-

undang dapat mengubah dan menyaring aturan hukum

kebiasaan. Kadang-kadang, bahasa undang-undang mungkin

tunduk pada interpretasi yang berbeda: seperti pada kasus,

pengadilan biasanya menegaskan maksud legislator dalam

pembuatan undang-undang, agar mengadopsi "sejarah

pembentukan undang-undang" yang terkait dengan debat

legislatif , laporan panitia, dan sebagainya. Sebagaimana kita

lihat, UCC mempunyai bentuk khusus tersendiri mengenai

sejarah legislatif, official comments dari perancang undang-

undang (itu bukan sejarah perundang-undangan yang tertulis;

mereka bukan produk pembuat undang-undang negara sendiri,

tetapi penulis dari official UUC yang didasarkan pada undang-

undang negara yang beraneka ragam).

Ketika merancang Pasal 2 UCC, Profesor Liwellyn dan rekan-

rekannya meninggalkan bentuk Undang-Undang Penjualan

(Uniform Sales Acts) yang terdahulu. Anggapan sebuah badan

hukum tentang kontrak dapat diterapkan sebagai latar

belakang, ketentuan tersebut termasuk dalam Kitab Undang

Undang (Code), yakni sejumlah peraturan yang mengubah

aturan-aturan hukum kebiasaan tentang kontrak, seperti yang

diterapkan terhadap penjual barang. Peraturan tersebut

mengungkapkan prinsip-prinsip yang juga dapat diterapkan

pada kontrak-kontrak selain dari penjualan barang. Pada tahun

33

Page 34: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

sekarang ini pengadilan telah mulai menerapkan ketentuan-

ketentuan UCC dengan analogi di dalam kasus kontrak bahwa

Pasal 2 tidak dapat diterapkan secara langsung.

Kecenderungan ini memberikan pengaruh terhadap bentuk

lain dari kewenangan, dengan pendekatan lebih persuasif

daripada mengikat, mempunyai dampak yang sangat kuat pada

hukum kontrak.

c. Restatements

Sumber hukum sekunder adalah restatements. Restatements

merupakan hasil rumusan ulang tentang hukum. Rumusan ini

dilakukan karena timbulnya ketidakpastian dan kurangnya

keseragaman dalam hukum dagang (commercial law).

Restatement tersebut menyerupai undang-undang, meliputi black

letter, pernyataan-pernyataan dari "aturan umum" (atau kasus itu

mengetengahkan konflik dengan aturan yang lebih baik).

Restatements ini dilakukan oleh Institut Hukum Amerika

(American Law Institute/ALI). Lembaga ini dibentuk pada tahun

1923. Proyek awal yang dijalankan oleh organisasi ini adalah :

1. Melakukan persiapan dan penyebarluasan terhadap apa yang

menjadi suatu ringkasan yang akurat dan otoritatif;

2. melakukan ringkasan terhadap aturan hukum kebiasaan

(common law) dalam berbagai macam bidang, termasuk

kontrak, masalah kerugian dan harta kekayaan.

Restatement yang diterima dan digunakan oleh pengacara

dan hakim/pengadilan, seperti restatement tentang kontrak,

terutama diadopsi oleh ALI pada tahun 1932 dan diterbitkan secara

gradual dalam bentuk rancangan, sekitar beberapa tahun yang

lalu. Lagi pula banyak sekali pasal yang didukung dengan

beberapa komentar dan ilustrasi. Tidak satu pun dan restatement

ALI mengutamakan penegakan hukum seperti perlakuan terhadap

undang-undang atau keputusan pengadilan secara individu.

Walaupun itu merupakan sumber sekunder, restatement

tersebut dalam kenyataannya dibuktikan dengan pendekatan

34

Page 35: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

yang benar-benar persuasif, tidak jarang pengadilan akan

membenarkan keputusannya, dengan memberikan kutipan-

kutipan sederhana (mungkin dengan menyetujui adanya diskusi)

tentang aturan restatement pada poin-poin yang diberikan.

Dengan mengetahui bahwa hukum kontrak telah mengalami

perkembangan secara substansial sejak tahun 1932, tahun 1962

ALI mulai mempersiapkan terjemahan dari restatement yang

direvisi. Akhirnya melakukan adopsi pada tahun 1979.

Restatements (kedua) dari kontrak mewujudkan perubahan

secara filosofi dari restatement yang aslinya.

Restatement pertama cenderung untuk menekankan

penyamarataan dan prediksi terhadap biaya atau ongkos yang

beraneka ragam dan fleksibel sedangkan restatement kedua, lebih

banyak memberikan komentar yang mendukung catatan

editorial. Restatement kedua untuk menjawab beberapa kesulitan

dari restatement pertama yang dipersiapkan untuk mengabaikan

dan menyarankan suatu kendali bagi keleluasaan keputusan

pengadilan. Sebagaimana kami lihat, restatement (kedua) juga

mencerminkan suatu derajat yang tinggi, yang memberikan

pengaruh terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (UCC).

Secara keseluruhan bahan-bahan ini memberikan referensi

terhadap restatement pertama atau kedua. Restatement kedua

mengatur tentang kontrak. Sedangkan Restatement ALI mengatur

lainnya, seperti tentang peragenan, harta kekayaan, atau

kerugian.

d. Legal Commentary (Komentar Hukum)

Legal commentary merupakan sumber hukum sekunder.

Legal commentary dianalogkan dengan doktrin dalam hukum

Kontinental. Karena commentary of law merupakan pendapat atau

ajaran-ajaran dari para pakar tentang hukum kontrak.

Pada dasarnya yang banyak dikomentari oleh para pakar

hukum kontrak adalah tentang restatement kontrak. Restatement

kontrak telah file mempunyai dampak yang kuat dalam membentuk

pandangan pengadilan tentang apa yang sepatutnya dilakukan

common law dan kontrak. Restatement tentang kontrak cukup

35

Page 36: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

mempunyai pengaruh terhadap hukum. Akan tetapi, selama

bertahun-tahun telah bermacam artikel dipublikasikan, buku-buku,

dan beraneka ragam risalah telah dicurahkan untuk

menganalisis, mengevaluasi, dan mempersatukan badan-badan

yang luas tentang kasus-kasus kontrak yang telah diakumulasi

dalam keputusan yang dilaporkan oleh pengadilan Amerika.

Pengarang-pengarang dari pekerjaan ini menghendaki klarifikasi

hukum, untuk tujuan penyelesaian permasalahan yang tidak dapat

diselesaikan, serta dalam beberapa kasus dibahas secara serius

dan seringkali efektif bagi kesempatan hukum. Sejumlah

penjelasan telah memberikan pengaruh dalam membentuk bagian-

bagian dan hukum kebiasaan kontrak. Mungkin banyak sekali hal

penting (tentunya dalam pound dan mungkin juga berpengaruh)

dari uraian-uraian dan dari bermacam risalah yang dikemukakan

oleh Profesor Samuel Willinston dan Arthur Corbin dilaporkan

mengenai restatement asli dari kontrak dan ide-ide tersebut

dicerminkan dalam organisasi dan substansinya. Risalah William

(pertama kali dipublikasikan tahun 1920, dan kemudian direvisi

secara periodik, hal ini secara alam berkaitan dengan respek hakim

yang memandang restatement tersebut berwibawa. Risalah dan

Profesor Corbins tidak dipublikasikan hingga tahun 1950, dan

mengakhiri karier ilmiahnya yang panjang. Meskipun dia dan

Willinston berkawan dan berteman sejawat, namun Corbin sendiri

berperan dalam penulisan restatement. Secara filosofis, namun

keduanya terdapat perbedaan dalam memandang hukum.

Willinston cenderung menghargai hukum sebagai bagian dari

aturan yang abstrak yang mana pengadilan secara deduksi

biasanya memutuskan kasus perorangan, sedangkan Corbin

menghargai tugasnya sebagai sarjana hukum untuk menemukan

apakah pengadilan secara aktual melakukan dan berusaha untuk

menyusun temuan ke dalam apa yang disebut dengan "bekerjanya

aturan-aturan hukum ".

Selain pekerjaan dari kedua tokoh besar hukum kontrak

tersebut, banyak penjelasan singkat yang bermunculan dalam

tahun ini. Di antaranya baru-baru ini mungkin banyak dipengaruhi

dua dari berbagai risalah Profesor E. Alan Famsworth, yang

36

Page 37: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

membantu sebagai reporter untuk restatement (kedua) kontrak.

Untuk masalah-masalah yang sedang berkembang di bawah UCC,

para pengacara dan hakim seringkali mengikuti James J. White dan

Robert S. Summers, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang

seragam (Uniform Commercial Code, 3d ed. 1988).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komentar-komentar para

pakar hukum dalam restatement sangat membantu pengadilan

dan pengacara dalan memecahkan berbagai kasus di bidang

kontrak.

2.9 Sistem Pengaturan Hukum Kontrak

Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka (open

system). Artinya bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan

perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur di

dalam undang-undang. Hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan

yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang

berbunyi: "Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya." Ketentuan

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata memberikan kebebasan kepada para

pihak untuk:

1. membuat atau tidak membuat perjanjian,

2. mengadakan perjanjian dengan siapa pun,

3. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan

4. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan (Salim

H.S., 1993: 100).

Dalam sejarah perkembangannya, hukum kontrak pada mulanya

menganut sistem tertutup. Artinya para pihak terikat pada pengertian

yang tercantum dalam undang-undang. Ini disebabkan adanya

pengaruh ajaran legisme yang memandang bahwa tidak ada hukum

di luar undang-undang. Hal ini dapat dilihat dan dibaca

berbagaiputusan Hoge Raad dari tahun 1910 sampai dengan tahun

1919. Putusan Hoge Raad yang paling penting adalah putusan

HR 1919, tertanggal 31 Januari 1919 tentang penafsiran perbuatan

37

Page 38: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

melawan hukum, yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Di

dalam putusan HR 1919 definisi perbuatan melawan hukum,

tidak hanya melawan undang-undang, tetapi juga

melanggar hak-hak subjektif orang lain, kesusilaan,

dan ketertiban umum. Menurut HR 1919 yang diartikan dengan

perbuatan melawan hukum adalah berbuat atau tidak berbuat yang:

1. melanggar hak orang lain yang dimaksud dengan hak orang

lain, bukan semua hak, tetapi hanya hakhak pribadi, seperti

integritas tubuh , kebebasan, kehormatan, dan lain -lain.

Termasuk dalam hal ini hak-hak absolut, seperti hak kebendaan,

hak atas kekayaan intelektual (HAKI), dan sebagainya;

2. bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku kewajiban hukum

hanya kewajiban yang dirumuskan dalam aturan undangundang;

3. bertentangan dengan kesusilaan, artinya perbuatan yang

dilakukan oleh seseorang itu bertentangan dengan sopan

santun yang tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang

dalam masyarakat;

4. bertentangan dengan kecermatan yang harus diindahkan dalam

masyarakat, aturan tentang kecermatan terdiri atas dua

kelompok, yaitu

1) aturan-aturan yang mencegah orang lain terjerumus dalam

bahaya , dan

2) aturan-aturan yang melarang merugikan orang lain ketika

hendak menyelenggarakan kepentingannya sendiri (Nieuwenhuis,

1985:118).

Putusan HR 1919 tidak lagi terikat kepada ajaran legisme,

namun telah secara bebas merumuskan pengertian perbuatan

melawan hukum, sebagaimana yang dikemukakan di atas. Sejak

adanya putusan HR 1919, maka sistem pengaturan hukum kontrak

adalah sistem terbuka. Kesimpulannya, bahwa sejak tahun 1919

sampai sekarang sistem pengaturan hukum kontrak adalah bersifat

terbuka. Hal ini didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata dan

HR 1919.

2.10 Asas Hukum Kontrak

38

Page 39: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Di dalam hukum kontrak dikenal lima asas penting, yaitu asas

kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta sunt

servanda (asas kepastian hukum), asas iktikad baik, dan asas

kepribadian. Kelima asas itu disajikan berikut ini:

2.10.1 Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: "Semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya."Asas kebebasan berkontrak adalah

suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

a. membuat atau tidak membuat perjanjian,

b. mengadakan perjanjian dengan siapa pun,

c. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya,

dan

d. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah

adanya paham individualisme yang secara embrional lahir dalam

zaman Yunani, yang diteruskan oleh kaum Epicuristen dan

berkembang pesat dalam zaman renaisance melalui antara lain

ajaran-ajaran Hugo de Groot, Thomas Hobbes, John Locke dan

Rosseau. Menurut paham individualisme, setiap orang bebas untuk

memperoleh apa yang dikehendakinya. Dalam hukum kontrak asas

ini diwujudkan dalam "kebebasan berkontrak". Teori leisbet fair

in menganggap bahwa the invisible hand akan menjamin

kelangsungan jalannya persaingan bebas. Karena pemerintah

sama sekali tidak boleh mengadakan intervensi di dalam kehidupan

(sosial ekonomi) masyarakat. Paham individualisme memberikan

peluang yang luas kepada golongan kuat (ekonomi) untuk

menguasai golongan lemah (ekonomi). Pihak yang kuat menentukan

kedudukan pihak yang lemah. Pihak yang lemah berada dalam

cengkeraman pihak yang kuat, diungkapkan dalam exploitation de

homme par l’homme. Pada akhir abad ke-19, akibat desakan paham

etis dan sosialis, paham individualisme mulai pudar, terlebih-lebih

sejak berakhirnya Perang Dunia II. Paham ini tidak mencerminkan

39

Page 40: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

keadilan. Masyarakat ingin pihak yang lemah lebih banyak

mendapat perlindungan. Oleh karena itu, kehendak bebas tidak lagi

diberi arti mutlak, akan tetapi diberi arti relatif dikaitkan selalu

dengan kepentingan umum . Pengaturan substansi kontrak tidak

semata-mata dibiarkan kepada para pihak namun perlu diawasi.

Pemerintah sebagai pengemban kepentingan umum menjaga

keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

Melalui penerobosan hukum kontrak oleh pemerintah terjadi

pergeseran hukum kontrak ke bidang hukum publik. Melalui campur

tangan pemerintah ini terjadi pemasyarakatan

(vermastchappelijking) hukum kontrak.

2.10.2 Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat

(1) KUH Perdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu

syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya kesepakatan kedua belah

pihak. Asas konsensualisme merupakan asas yang menyatakan

bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal,

tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan

pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Asas

konsensualisme muncul di ilhami dari hukum Romawi dan hukum

Jerman. Di dalam hukum German tidak dikenal asas

konsensualisme, tetapi yang dikenal adalah perjanjian riil dan

perjanjian formal. Perjanjian riil adalah suatu perjanjian yang dibuat

dan dilaksanakan secara nyata (kontan dalam hukum Adat).

Sedangkan yang disebut perjanjian formal adalah suatu perjanjian

yang telah ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik berupa akta

autentik maupun akta di bawah tangan). Dalam hukum Romawi

dikenal istilah contractus verbis literis dan contractus innominat.

Yang artinya bahwa terjadinya perjanjian apabila memenuhi

bentuk yang telah ditetapkan. Asas konsensualisme yang dikenal

dalam KUH Perdata adalah berkaitan dengan bentuk perjanjian.

40

Page 41: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

2.10.3 Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas

kepastian hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian.

Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak

ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para

pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka

tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang

dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan

dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: "Perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang." Asas pacta

sunt servanda pada mulanya dikenal dalam hukum gereja. Di dalam

hukum gereja itu disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian

apabila ada kesepakatan kedua belah pihak dan dikuatkan

dengan sumpah. Ini mengandung makna bahwa setiap perjanjian

yang diadakan oleh kedua pihak merupakan perbuatan yang sakral

dan dikaitkan dengan unsur keagamaan. Namun, dalam

perkembangannya asas pacta sunt servanda diberi arti hochun,

yang berarti sepakat tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan

tindakan formalitas lainnya. Sedangkan nudus pactum sudah cukup

dengan sepakat saja.

2.10.4 Asas Iktikad Baik (Goede Trouw)

Asas iktikad baik dapat disimpulkan dari Pasal (1338 ayat (3)

KUH Perdata. Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata berbunyi: "Perjanjian

harus dilaksanakan dengan iktikad baik." Asas iktikad merupakan

asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus

melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau

keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. Asas

iktikad baik dibagi menjadi dua macam. yaitu iktikad baik nisbi dan

iktikad baik mutlak. Pada iktikad baik nisbi, orang memperhatikan

sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada iktikad baik

mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat

ukuran yang objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak

memihak) menurut norma-norma yang objektif. Berbagai putusan

Hoge Raad yang erat kaitannya dengan penerapan asas iktikad baik

disajikan berikut ini. Kasus yang akan ditampilkan di sini adalah

41

Page 42: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

kasus Sarong Arrest dan Mark Arrest. Kedua arrest ini berkaitan

dengan turunnya nilai uang Jerman setelah Perang Dunia I (Van

Dunne, dkk. 1987: 35-36). Kasus posisi Sarong Arrest sebagai

berikut.

Pada tahun 1918 suatu firma Belanda memesan pada

pengusaha Jerman sejumlah sarong dengan harga sebesar

100.000,-. Karena keadaan memaksa sementara, penjual dalam

waktu tertentu tidak dapat menyerahkan pesanan. Setelah keadaan

memaksa berakhir, pembeli menuntut pemenuhan prestasi. Tetapi

sejak diadakan perjanjian keadaan sudah banyak berubah dan

penjual bersedia memenuhi pesanan tetapi dengan harga yang

lebih tinggi, karena apabila harga tetap sama ia akan menderita

kerugian, yang berdasarkan iktikad baik antara para pihak tidak

dapat dituntut darinya. Pembelaan yang ia (penjual) ajukan atas

dasar Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata dikesampingkan oleh Hoge

Raad dalam arrest tersebut. Menurut putusan Hoge Raad tidak

mungkin satu pihak dari suatu perikatan atas dasar perubahan

keadaan bagaimanapun sifatnya, berhak berpatokan pada iktikad

baik untuk mengingkari janjinya yang secara jelas dinyatakan Hoge

Raad masih memberi harapan tentang hal ini dengan

memformulasikan : mengubah inti perjanjian atau

mengesampingkan secara keseluruhan. Dapatkah diharapkan suatu

putusan yang lebih ringan, jika hat itu bukan merupakan perubahan

inti atau mengesampingkan secara keseluruhan. Putusan Hoge Raad

ini selalu berpatokan pada saat dibuatnya kontrak oleh para

pihak.apabila pihak pemesan sarong sebanyak yang dipesan maka

penjual harus melaksanakan isi perjanjian tersebut, karena

didasarkan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad

baik. Begitu juga dengan Mark Arrest. Kasus posisinya sebagai

berikut.

Sebelum Perang Dunia I seorang Jerman memberi sejumlah

pinjaman uang kepada seorang Belanda pada tahun l924. Dari

jumlah tersebut masih ada sisa pinjaman tetapi karena sebagai

akibat peperangan nilai mark sangat turun maka dengan jumlah

sisa tersebut hampir tidak cukup untuk membeli prangko

sehingga dapat dimengerti kreditur meminta pembayaran jumlah

42

Page 43: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

yang lebih tinggi atus dasar devaluasi tersebut. Namun. Pasal

1756 KUH Perdata menyatakan: "Jika sebelum saat pelunasan

terjadi suatu kenaikan atau kemunduran harga atau ada perubahan

mengenai berlakunya mata uang maka pengembalian jumlah yang

dipinjam harus dilakukan dalam mata uang yang berlaku pada saat

itu." Hoge Raad menimbang bahwa tidak nyata para pihak pada

waktu mengadakan perjanjian bermaksud untuk mengesampingkan

ketentuan yang bersifat menambah dan memutuskan bahwa orang

Belanda cukup mengembalikan jumlah uang yang sangat kecil itu.

Hakim menurut badan peradilan yang tertinggi ini, tidak berwenang

atas dasar iktikad baik atau kepatutan mengambil tindakan

terhadap undang-undang yang bersifat menambah.

Putusan mark arrest ini sama dengan sarong arrest, bahwa

hakim terikat pada asas iktikad baik, artinya hakim dalam

memutus perkara didasarkan pada saat terjadinya jual beli atau

pada saat pinjam-meminjam uang. Apabila orang Belanda

meminjam uang sebanyak 1.000,-, maka orang Belanda tersebut

harus mengembalikan sebanyak tersebut diatas, walaupun dari

pihak peminjam berpendapat bahwa telah terjadi devaluasi uang.

Lain halnya dengan di Indonesia. Pada tahun 1997, kondisi

negara pada saat itu mengalami krisis moneter dan ekonomi,

pihak perbankan telah mengadakan perubahan suku bunga bank

secara sepihak tanpa diberitahu kepada nasabah. Pada saat

perjanjian kredit dibuat disepakati suku bunga bank sebesar 16%

pertahun, namun setelah terjadi krisis moneter, suku bunga bank

naik menjadi 21-24 %/tahun. Ini berarti bahwa pihak nasabah

berada pada pihak yang dirugikan, karena kedudukan nasabah

berada pada posisi yang lemah. Oleh karena itu, pada masa-masa

yang akan datang pihak kreditur harus melaksanakan isi kontrak

sesuai dengan yang telah disepakatinya, yang didasarkan pada

iktikad baik.

2.10.5 Asas Kepribadian (Personalitas)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa

seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya

43

Page 44: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam

Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata

berbunyi: "Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan

perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri ." Inti

ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya

untuk kepentingan dirinya sendiri. Pasal 1340 KUH Perdata berbunyi:

"Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya."Ini

berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku

bagi mereka yang membuatnya. Namun, ketentuan itu ada

pengecualiunnya, sebagaimana yang diintrodusir dalam Pasal

1317 KUH Perdata, yang berbunyi:"Dapat pula perjanjian diadakan

untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat

untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain,

mengandung suatu syarat semacam itu. Pasal ini

mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian

untuk kepentingan pihak ketiga, dengan suatu syarat yang

ditentukan. Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUH perdata, tidak

hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, tetapi juga untuk

kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang

memperoleh hak dari padanya.

Jika dibandingkan kedua pasal itu maka dalam Pasal 1317

KUH Perdata mengatur tentang perjanjian untuk pihak ketiga,

sedangkan dalam Pasal 1318 KUH Perdata untuk kepentingan:

a. dirinya sendiri ,

b. ahli warisnya, dan

c. orang-orang yang memperoleh hak dari padanya.

Pasal 1317 KUH Perdata mengatur tentang pengecualiannya,

sedangkan Pasal 1318 KUH Perdata, ruang lingkupnya yang luas.

Di dalam setiap kontrak yang dibuat oleh para pihak, pasti

dicantumkan identitas dari subjek hukum, yang meliputi nama,

umur, tempat domisili, dan kewarganegaraan. Kewarganegaraan

berhubungan erat dengan apakah yang bersangkutan dapat

melakukan perbuatan hukum tertentu, seperti jual beli tanah hak

milik. Orang asing tidak dapat memiliki tanah hak milik, karena

kalau orang asing diperkenankan untuk memiliki tanah hak milik

maka yang bersangkutan dapat membeli semua tanah yang dimiliki

44

Page 45: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

masyarakat. Mereka mempunyai modal yang besar, dibandingkan

dengan masyarakat kita. WNA hanya diberikan untuk mendapatkan

HGB, HGU, dan hak pakai.

Disamping kelima asas itu, didalam Loka karya Hukum

Perikatan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum

Nasional, Departemen Kehakiman dari tanggal 17 sampai dengan

tanggal 19 Desember 1985 telah berhasil dirumuskan delapan asas

hukum perikatan nasional. Kedelapan asas itu: asas

kepercayaan, asas persamaan hukum, asas keseimbangan, asas

kepastian hukum, asas moral, asas kepatutan, asas kebiasaan, dan

asas perlindungan. Kedelapan asas itu berikut ini:

1. Asas kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap

orang yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi

setiap prestasi yang diadakan mereka di belakang hari.

2. Asas persamaan hukum

Yang dimaksud dengan asas persamaan hukum adalah

bahwa subjek hukum yang mengadakan perjanjian

mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama

dalam hukum. Mereka tidak dibeda-bedakan antara satu

sama lain, walaupun subjek hukum itu berbeda wama kulit,

agama, dan ras.

3. Asas keseimbangan

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua

belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur

mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika

diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui

kekayaan debitur namun debitur memikul pula kewajiban

untuk melaksanakan perjanjian itu dengan iktikad baik.

4. Asas kepastian hukum

Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian

hukum Kepastian ini terungkap dan kekuatan mengikatnva

perjanjian, yaitu sehari undang-undang bagi yang membuatnya.

5. Asas moral

Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu

perbuatan sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak

45

Page 46: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini

terlihat dalam zaakwameniming yaitu seseorang melakukan

perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan

mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan

menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang

memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan

perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan

(moral) sebagai panggilan hati nuraninya.

6. Asas kepatutan

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUH Perdata.

Asas ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.

7. Asas kebiasaan

Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu

perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas

diatur, akan tetapi juga hal-hal yang menurut kebiasaan

lazim diikuti.

8. Asas perlindungan (protection)

Asas perlindungan mengandung penger-tian bahwa antara

debitur dan kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun,

yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur,

karena pihak debitur berada pada pihak yang lemah. Asas-asas

inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam

menentukan dan membuat kontrak.

2.11 Unsur-Unsur Kontrak

2.11.1 Aturan Hukum

- Setiap kontrak selalu terdiri atas aturan hukum (rule of law) yang di

susun dengan cara menggunakan kata-kata sendiri (rumusan kontrak) oleh

pihak-pihak maupun dikutip dari ketentuan undang-undang, yurisprudensi,

atau konversi.

2.11.2 Subjek Kontrak

- Subjek kontrak adalah pihak-pihak dalam kontrak sebagai pelaku

utama di samping kemungkinan adanya pihak lain yang berkepentingan

dengan kontrak yang bersangkutan

- Subjek kontrak subjek hukum (manusia dan badan hukum).

46

Page 47: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

- Identitas subjek kontrak harus di tulis dengan jelas.

2.11.3 Kesepakatan Pihak-pihak

- Kesepakatan pihak-pihak adalah kesesuaian kehendak antara pihak-

pihak tentang isi kontrak persetujuan yang mengikat pihak-pihak

mengenai isi kontrak yang di buat oleh mereka.

- Pada dasarnya isi kontrak merupakan hak dan kewajiban pihak-

pihak, syarat dan prosedur pemenuhan, serta tanggung jawan pihak-pihak

apabila terjadi wan prestasi dan cara penyelesaiannya, dan juga akibat

hukumnya.

2.11.4 Prestasi Pihak-pihak

- Prestasi adalah hal wajib di penuhi pihak-pihak guna mencapai

tujuan yang di kehendaki pasal 1234 KUHPdt:

a. Memberikan sesuatu

b. Melakukan sesuatu

2.12 Soal dan Jawaban

1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam sistem hukum di dunia!

Sistem Hukum Eropa Kontinental

Berkembang di negara-negara Eropa (istilah lain Civil

Law = hukum Romawi). Dikatakan hukum Romawi

karena sistem hukum ini berasal dari kodifikasi hukum

yang berlaku di kekaisaran Romawi pada masa

Pemerintahan Kaisar Yustinianus abad 5 (527-565 M).

Kodifikasi hukum itu merupakan kumpulan dari

berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa

Yustinianus yang disebut Corpus Juris Civilis (hukum yg

terkodifikasi). Corpus Juris Civilis dijadikan prinsip dasar

dalam perumusan dan kodifikasi hukum di negara-

negara Eropa daratan seperti Jerman, Belanda, Prancis,

Italia, Amerika Latin, Asia (termasuk Indonesia pada

masa penjajahan Belanda). Artinya adalah menurut

47

Page 48: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

sistem ini setiap hukum harus dikodifikasikan sebagai

daar berlakunya hukum dalam suatu negara.

Sistem Hukum Anglo Saxon

Mula-mula berkembang di negara Inggris, dan dikenal dgn

istilah Common Law atau Unwriten Law (hukum tidak

tertulis). Sistem hukum common law ini dianut oleh negara-

negara yang berbahasa Inggris beserta dengan

persemakmurannya, seperti negara Inggris, Amerika Serikat,

Kanada dan Australia. Kecuali negara bagian Lousiana di Amerika

Serikat dan provinsi Quebec di Kanada yang menganut sistem

hukum civil law.

Sistem Hukum Adat

Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam

lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara Asia

lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Hukum adat adalah

hukum asli bangsa Indonesia. Sumbernya adalah peraturan-

peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang

dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.

Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh

kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan

menyesuaikan diri dan elastis. Selain itu dikenal pula masyarakat

hukum adat yaitu sekelompok orang yang terikat oleh tatanan

hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan

hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar

keturunan. Di Indonesia asal mula istilah hukum adat

adalah dari istilah ”Adatrecht” yang dikemukakan oleh

Snouck Hugronje.

Sistem Hukum Islam

Suatu sistem hukum yang mendasarkan ketentuan-ketentuan

yang telah ditetapkan oleh Allah (kitab Al-qur’an) dan rasul-nya

(kitab hadis) kemudian disebut dengan syari’at atau hasil

pemahaman ulama terhadap ketentuan di atas (kitab fiqih)

kemudian disebut dengan ijtihad yang menata hubungan

manusia dengan allah, manusia dengan manusia dan manusia

48

Page 49: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

dengan benda. Sistem hukum Islam berasal dari Arab,

kemudian berkembang ke negaranegara lain seperti

negara-negara Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara

individual maupun secara kelompok.

2. Apa yang dimaksud dengan kontrak?

Kontrak (Perjanjian) adalah suatu peristiwa dimana seorang

berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang itu

saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Yang bertugas untuk

melaksanakan kontrak adalah mereka yang menjadi subjek dalam

kontrak.

Bentuk perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan

yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau

ditulis.

3. Apa yang melandasi dibuatnya kontrak?

Era reformasi adalah era perubahan. Perubahan disegala

bidang kehidupan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik.

Salah satunya adalah dibidang hukum. Dalam bidang hukum,

diarahkan pada pembentukan peraturan perundang-undangan yang

memfasilitasi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam, seperti

politik & ekonomi dan menegakkan hukum tersebut.

Setiap kegiatan baik itu kecil ataupun besar, tidak luput

dari penipuan, ataupun pembatalan perjanjian, sehingga semua

masalah itu harus dihindari. Dengan kontrak yang tertulis, semua

pihak akan sulit membatal perjanjian dengan sesukanya.

4. Apa yang dimaksud dengan Sistem Pengaturan Hukum

Kontrak?

49

Page 50: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem

terbuka (open system). Artinya bahwa setiap orang bebas untuk

mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang

belum diatur di dalam undang-undang. Hal ini dapat

disimpulkan dari ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1338

ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: "Semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya."

5. Sebutkan dan jelaskan asas hukum kontrak?

Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: "Semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320

ayat (1) KUH Perdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa

salah satu syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya

kesepakatan kedua belah pihak. Asas konsensualisme

merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada

umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup

dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan

pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Asas

konsensualisme muncul di ilhami dari hukum Romawi dan

hukum Jerman.

Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas

kepastian hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat

perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas

bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati

substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,

50

Page 51: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka

tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak

yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat

disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang

berbunyi: "Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang." Asas pacta sunt servanda pada mulanya

dikenal dalam hukum gereja.

Asas Iktikad Baik (Goede Trouw)

Asas iktikad baik dapat disimpulkan dari Pasal (1338 ayat (3)

KUH Perdata. Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata berbunyi:

"Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik." Asas

iktikad merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak

kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak

berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau

kemauan baik dari para pihak. Asas iktikad baik dibagi

menjadi dua macam. yaitu iktikad baik nisbi dan iktikad baik

mutlak. Pada iktikad baik nisbi, orang memperhatikan

sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada iktikad

baik mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan

keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan

(penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang

objektif.

Asas Kepribadian (Personalitas)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan

bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau

membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan

saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340

KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi: "Pada

umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan

atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri ." Inti ketentuan

ini bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya

untuk kepentingan dirinya sendiri.

51

Page 52: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

52

Page 53: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Sejarah hukum kontrak pada dasarnya mengacu kepada

sistem hukum yang dianut oleh berbagai Negara-negara di dunia.

Ada beberapa sistem hukum yang mempengaruhi sistem hukum

yang di anut oleh berbagai Negara di dunia, antara lain :

1. Sistem hukum eropa continental

2. Sistem hukum Anglo Saxon

3. Sistem hukum adat

4. Sistem hukum islam

Kontrak atau perjanjian adalah peristiwa dimana seseorang

berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Hukum Perjanjian di Indonesia menganut ketentuan dari Belanda

yang dapat dilihat dalam Buku III KUH Perdata, yang mana

mendasarkan pada tiga prinsip :

1. Prinsip kewajiban para pihak

2. Prinsip kebebasan berkontrak

3. Prinsip Konsensualisme

Sedangkan bentuk kontrak dapat di buat kepada dua bentuk,

yaitu lisan dan tertulis. Sumber hokum kontrak dapat di sajikan

kedalam dua bentuk, antara lain :

1. Sumber hokum kontrak dalam civil low

2. Sumber hokum kontrak Amerika

53

Page 54: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

Di dalam hukum kontrak dikenal lima asas penting, yaitu

asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta

sunt servanda (asas kepastian hukum), asas iktikad baik, dan

asas kepribadian.

54

Page 55: SEJARAH DAN PRINSIP KONTRAK.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Pengantar Hukum Adat Indonesia Edisi II, TARSITO, Bandung.

2. Hilman H, 1992, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar

Maju,Bandung.

3. Mahadi, 1991, Uraian Singkat Tentang Hukum Adat, Alumni, Bandung.

4. Moh. Koesnoe, 1979, Catatan-Catatan Terhadap Hukum Adat Dewasa

Ini, Airlangga University Press.

5. Seminar Hukum Nasional VII, Jakarta, 12 s/d 15 Oktober 1999. Djaren

Saragih, 1984

6. Soerjo W, 1984, Pengantardan Asas-asas Hukum Adat, P.T. Gunung

Agung.

7. Soemardi Dedi, SH. Pengantar Hukum Indonesia, IND-HILL-CO Jakarta.

8. Soekamto Soerjono, Prof, SH, MA, Purbocaroko Purnadi, Perihal Kaedah

Hukum, Citra Aditya Bakti PT, Bandung 1993

9. Djamali Abdoel R, SH, Pengantar hukum Indonesia, Raja Grafindo

Persada PT, Jakarta 1993.

10.Tim Dosen UI, Buku A Pengantar hukum Indonesia

11.http://ocw.usu.ac.id/course/download/10500000010-hukum

perusahaan/.kn_508_slide_

12.istilah_dan_pengertian_hukum_kontrak.pdf

13.http://gemaisgery.blogspot.com/2010/06/pengertian-kontrak.html

14.http://www/findthatfile.com/search-3468163-hPDF/download-documents-

doc_legaladvices _ 09012009.pdf.htm

15.Sumber : http://riau.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=12097

55