sejarah bimbingan dan konseling di dunia

40
SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING DI DUNIA SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING Pemikiran-pemikiran mengenai bimbingan dan konseling memang sudah ada sejak jaman Yunani kuno. Karena ketertarikannya pada pemahaman psikologis individu, Plato dianggap sebagai konselor Yunani kuno saat itu. Kemudian menyusultokoh-tokoh lain seperti Aristoteles, Hippocrates, dan para dokter (tabib) yang jugamenaruh perhatian terhadap bidang psikologi. Namun, gerakan bimbingan dan konseling di sekolah mulai berkembangsekitar permulaan abad ke-20 sebagai dampak dari revolusi industri. Tepatnya tahun1908-1909 yang merupakan periode dasar-dasar ilmiah bimbingan dan konselingdiletakkan oleh beberapa ahli ilmu jiwa dan pendidikan. Masalah bimbingan dankonseling di Amerika Serikat telah mulai dirintis sejak tahun 1887. Di AmerikaSerikat, gerakan bimbingan dan konseling dipelopori oleh tokoh-tokoh berikut: 1. Eli Weaper, pada tahun 1906 menerbitkan buku ‘Memilih Suatu Karir´dan membentuk komite guru pembimbing di setiap sekolah menengah di New York. Komite tersebut bergerak untuk membantu siswa dalammenemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbinganmenggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadiseorang pekerja yang produktif. 2. Jesse B. Davis, seorang konselor sekolah di Detroit mulai memberikanlayanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA pada tahun 1898.Pada tahun 1907, dia diangkat menjadi kepala SMA di Grand Rapids,Michigan, dan memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.Tujuan dari program bimbingan tersebut adalah untuk membantu siswaagar mampu (a) mengembangkan karakternya yang baik sebagai asset bagisetiap siswa dalam rangka merencanakan, mempersiapkan, dan memasukidunia kerja; (b) mencegah dirinya dari perilaku bermasalah; dan(c)menghubungkan minat pekerjaan dengan kurikulum 3. Frank Parson, dikenal sebagai ‘Father of The Guidance Movement in American Education’. Dia mendirikan biro pekerjaan pada tahun 1908 diBoston Massachussets, yang bertujuan membantu siswa dalam memilih karir yang didasarkan atas proses seleksi secara alamiah dan melatih guruuntuk memberikan pelayanan sebagai konselor. Dialah yang mengemukakan istilah atau pengertian tentang vocational guidance. Dia pulayang mengusulkan agar masalah vocational guidance dimasukkan dalamkurikulum sekolah.4. 4. E. G. Williamson, pada akhir tahun 1930 dan awal tahun 1940 menulis

Upload: adi-setiadi

Post on 17-Dec-2015

69 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING DI DUNIA SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING Pemikiran-pemikiran mengenai bimbingan dan konseling memang sudah ada sejak jaman Yunani kuno. Karena ketertarikannya pada pemahaman psikologis individu, Plato dianggap sebagai konselor Yunani kuno saat itu. Kemudian menyusultokoh-tokoh lain seperti Aristoteles, Hippocrates, dan para dokter (tabib) yang jugamenaruh perhatian terhadap bidang psikologi. Namun, gerakan bimbingan dan konseling di sekolah mulai berkembangsekitar permulaan abad ke-20 sebagai dampak dari revolusi industri. Tepatnya tahun1908-1909 yang merupakan periode dasar-dasar ilmiah bimbingan dan konselingdiletakkan oleh beberapa ahli ilmu jiwa dan pendidikan. Masalah bimbingan dankonseling di Amerika Serikat telah mulai dirintis sejak tahun 1887. Di AmerikaSerikat, gerakan bimbingan dan konseling dipelopori oleh tokoh-tokoh berikut: 1. Eli Weaper, pada tahun 1906 menerbitkan buku Memilih Suatu Karirdan membentuk komite guru pembimbing di setiap sekolah menengah di New York. Komite tersebut bergerak untuk membantu siswa dalammenemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbinganmenggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadiseorang pekerja yang produktif. 2. Jesse B. Davis, seorang konselor sekolah di Detroit mulai memberikanlayanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA pada tahun 1898.Pada tahun 1907, dia diangkat menjadi kepala SMA di Grand Rapids,Michigan, dan memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.Tujuan dari program bimbingan tersebut adalah untuk membantu siswaagar mampu (a) mengembangkan karakternya yang baik sebagai asset bagisetiap siswa dalam rangka merencanakan, mempersiapkan, dan memasukidunia kerja; (b) mencegah dirinya dari perilaku bermasalah; dan(c)menghubungkan minat pekerjaan dengan kurikulum 3. Frank Parson, dikenal sebagai Father of The Guidance Movement in American Education. Dia mendirikan biro pekerjaan pada tahun 1908 diBoston Massachussets, yang bertujuan membantu siswa dalam memilih karir yang didasarkan atas proses seleksi secara alamiah dan melatih guruuntuk memberikan pelayanan sebagai konselor. Dialah yang mengemukakan istilah atau pengertian tentang vocational guidance. Dia pulayang mengusulkan agar masalah vocational guidance dimasukkan dalamkurikulum sekolah.4. 4. E. G. Williamson, pada akhir tahun 1930 dan awal tahun 1940 menulis buku How to Counsel Students: A manual of Techniques for Clinical Counselors. Model bimbingan sekolah yang dikembangkan oleh Williamson terkenal dengan nama trait and factor (directive) guidance. Dalam model ini, para konselor menggunakan informasi untuk membantusiswa dalam memecahkan masalahnya, khususnya dalam bidang pekerjaandan penyesuaian interpersonal. Peranan konselor bersifat direktif denganmenekankan pada mengajar keterampilan dan membentuk sikap dan tingkah laku. 5. Carl R. Rogers, mengembangkan teori konseling client-centered, yangtidak terfokus kepada masalah, tetapi sangat mementingkan hubunganantara konselor dengan kliennya. Pendekatan atau teori konseling Rogersini terangkum dalam dua bukunya, yaitu Counseling and Psychotherapy (1942) dan Client-Centered Therapy (1951). Selama tahun 1960, 1970, dan 1980-an, telah terjadi perkembangan dalam peran dan fungsi konselor sekolah berikut program-programnya. Perkembangan tersebut meliputi: (a) pengembangan, penerapan, dan evaluasi program bimbingankomprehensif; (b) pemberian layanan konseling secara langsung kepada para siswa,orang tua, dan guru; (c) perencanaan pendidikan dan pekerjaan; (d) penempatansiswa; (e) layanan referral, rujukan; dan (f) konsultasi dengan guru-guru, tenagaadministrasi, dan orang tua. Khusus menyangkut peran konselor di sekolah dasar,Joint Committee on Elementary School Counselor mengklasifikasikannya menjaditiga peran, yaitu: konseling, konsultasi, dan koordinasi. http://dwiayuindaswarynhb.blogspot.com/2012/04/sejarah-bimbingan-dan-konseling-di.htmlBIMBINGAN DAN KONSELING

Bimbingan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Menurut Sertzer dan Stone, bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya. Sedangkan konseling sendiri berasal dari kata latin Consilum yang berarti dengan atau bersama dan mengambil atau memegang. Maka dapat dirumuskan sebagai memegang atau mengambil bersama. Sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.

- Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaanMasa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa didiik untuk mengabdi emi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan. Bangsa Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa Indonesia melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandang bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.- Dekade 40-anDalam bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat mkala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah besar anatara lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.- Dekade 50-an Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi. - Dekade 60-anBeberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini :1. Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional2. Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 19643. Lahirnya kurikulum 19684. Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963Keadaan dia tas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan konseling disekolah.- Dekade 70-andalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas sistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan masalah utama pendidikan yaitu : (1) Pemerataan kesempatan belajar, (2) mutu, (3) Relevansi, dan (4) efisiensi. Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional. Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana bimbingan dan konseling.- Dekade 80-anPada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju lepas landas.Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:1. Penyempurnaan kurikulum2. Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru3. Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis4. Penataan perguruan tinggi5. Pelaksnaan wajib belajar6. Pembukaan universitas teruka7. Ahirnya Undang Undang pendidikan nasionalBeberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep konsep bimbingan yang berorientasi Indonesia, dsb.- Meyongsong era Lepas landasEra lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai dengan kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam aspek ekonomi. Cirri kehidupan lepas landas ditandai dengan keberadaan dan berkembang atas dasar kekuatan dan kemampuan sendiri, maka cirri manusia lepas landas adalah manusia yang mandiri secara utuh dengan tiga kata kunci : mental, disiplin, dan integrasi nasional yang diharapkan terwujud dalam kemampuannya menghadapi tekanan tekanan zaman baru yang berdasarkan peradaban komunikasi informasi.

- Bimbingan berdasarkan pancasilaBimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia pancasila dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36 butir bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup, kepribadian bangsa dan idiologi nasional. Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa Indonesia mampu menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan dengan bangsa lain. Bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung jawab yang amat besar guna mewujudkan manusia pancasila karena itu seluruh kegiatan bimbingan di Indonesia tidak lepas dari pancasila.

Sejarah bimbingan dan konseling di Dunia Internasional

Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru.Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang memilih suatu karir dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produktif.Frank Parson dikenal sebagai Father of The Guedance Movement in American Education. Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor.Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:1) Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja2) Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.3) Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor4) Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.

- Di Amerika SerikatBimbingan dimulai pada abad 20 di amerika dengan didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal dengan nama the father of guidance yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi denga memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.Menurut Arthur E. Trax and Robert D North, dalam bukunya yang berjudul Techniques of Guidance, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan diantaranya :1. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.Timbul suatu gerakan kemanusiaan yang menitik beratkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Geraka ini membantu vocational bureau Parsons dalam bidang keungan agar dapat menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan baik. 2. AgamaPada rohaniman berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan yang secara terus menerus antara baik dan buruk.3. Aliran kesehatan mentalTimbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala, tingkat penyakit jiwa, pengobatan, dan pencegahannya, karna ada suatu kesadaran bahwa penyakit ini bias diobati apabila ditemukan pada tingkat yang lebih dini. Gerakan ii mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantra anak-anak muda.4. Perubahan dalam masyarakat Akibat dari perang dunia 1 dan 2, pengangguran, depresi, perkembangan IPTEK, wajib belajar, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah tanpa mengetahui untuk apa mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.5. Gerakan mengenal siswa sebagai individu Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual. Karena sulitnya untuk mengenal atau memahami siswa secara individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai teknik dan instrument diantaranya tes psikologis dan pengukuran.

Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 24 Agustus 1960.Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.

Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.

Read more: Sejarah Lahirnya Bimbingan dan Konseling http://belajarpsikologi.com/sejarah-lahirnya-bimbingan-dan-konseling/Sejarah Perkembangan Bimbingan Dan Konseling Di Indonesia

A. Latar balakamg BK Istilah bimbingan konseling yang pada awalnya muncul dari suatu kebutuhan yang dirasakan seorang mantan mahasiswa Yale yang memiliki ganguan mental, akhirnya berkembang hingga munculnya teori-teori pendekatan untuk mengatasi permasalahan ganguan mental. Namun dengan seiring kemajuan zaman,ada perkembangan arah pendekatan tersebut ke arah pembinaan perkawinan/keluarga dan vokasional, ini terlihat jelas setelah PD II. Mulai tahun 1930-an hingga 1950-an bermunculan organisasi yang membawahi bimbingan konseling ini dan juga pendekatan-pendekatan konseling yang ditemukan beberapa ahli. Sekitar tahun 1950-1960-an, kementrian pendidikan, melakukan studi banding ke Amerika. Disana dijumpai bahwa disetiap sekolah terdapat layanan konseling, yang ditangani oleh tenaga Konselor. Setelah kembali ke Indonesia, hal tersebut dituangkan dalam kurikulum Pendidikan Nasional. Di tahun yang sama itulah juga bimbingan konseling mulai berkembang di Indonesia yang dipelopori oleh Prof. Dr. Slamet Imam Santoso yang mengembangkan ilmu Psikologi di Universitas Indonesia.B. BK di Indonesia Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 &; 24 Agustus 1960. Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. Kurikulum 1975 berisi layanan Bimbingan dan Konseling sebagai salah satu dari wilayah layanan dalam sistem persekolahan mulai dari jenjang SD sampai dengan SMA, yaitu pembelajaran yang didampingi layanan Manajemen dan Layanan Bimbingan dan Konseling. Pada tahun 1976, ketentuan yang serupa juga diberlakukan untuk SMK. Dalam kaitan inilah, dengan kerja sama Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang, pada tahun 1976 Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan pelatihan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling untuk guru-guru SMK yang ditunjuk. Tindak lanjutnya memang tidak diketahui perkembangannya, karena para kepala SMK kurang memberikan ruang gerak bagi alumni pelatihan Bimbingan dan Konseling tersebut untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling sekembalinya mereka ke sekolah masing-masing. Dan dengan penetapan jurusan yang telah pasti sejak kelas I SMK, memang agak terbatas ruang gerak yang tersisa, misalnya untuk melaksanakan layanan bimbingan karier. Meskipun ketentuan perundang-undangan belum memberikan ruang gerak, akan tetapi karena didorong oleh keinginan kuat untuk memperkokoh profesi konselor, maka dengan diplopori oleh para pendidik konselor yang bertugas sebagai tenaga akademik di beberapa LPTK, pada tanggal 17 Desember 1975 di Malang didirikanlah Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), yang menghimpun konselor lulusan Program Sarjana Muda dan Sarjana yang bertugas di sekolah dan para pendidik konselor yang bertugas di LPTK, di samping para konselor yang berlatar belakang bermacam - macam yang secara de facto bertugas sebagai guru pembimbing di lapangan.Ketika ketentuan tentang Akta Mengajar diberlakukan, tidak ada ketentuan tentang Akta Konselor. Oleh karena itu, dicarilah jalan ke luar yang bersifat ad hoc agar konselor lulusan program studi Bimbingan dan Konseling juga bisa diangkat sebagai PNS, yaitu dengan mewajibkan mahasiswa program S-1 Bimbingan dan Konseling untuk mengambil program minor sehingga bisa mengajarkan 1 bidang studi. Dalam hal itu IPBI tetap mengupayakan kegiatan peningkatan profesionalitas anggotanya antara lain dengan menerbitkan Newsletter sebagai wahana komunikasi profesional meskipun tidak mampu terbit secara teratur, di samping mengadakan pertemuan periodik berupa konvensi dan kongres.Untuk jenjang SD, pelayanan bimbingan dan konseling belum terwujud sesuai dengan harapan, dan belum ada konselor yang diangkat di SD, kecuali mungkin di sekolah swasta tertentu, tetapi pelaksanaan bimbingan dilakukan secara inplisit dalam program pendidikan. Untuk jenjang sekolah menengah, posisi konselor diisi seadanya termasuk, ketika SPG di-phase out mulai akhir tahun 1989, sebagian dari guru-guru SPG yang tidak diintegrasikan ke lingkungan LPTK sebagai dosen Program D-II PGSD, juga ditempatkan sebagai guru pembimbing, umumnya di SMA.Di awal tahun 1960, muncul tenaga konselor di SD, yang kemudian pada tahun 1975, berdasarkan hukum publik 94-145, Pemerintah Amerika,menyediakan dana khusus untuk melayani anak-anak penyandang cacat,sehingga banyak daerah yang memasukkan tenaga Konselor di sekolah-sekolah terutama tingkat dasar dan menengah.Pengaruh kuat lainnya datang dari organisasi profesi, yaitu: Asosiasi Konseling Amerika (ACA),Asosiasi Konselor Sekolah Amerika (ASCA), dan Asosiasi Pendidikan Konselordan Supervisi (ACES) (Wittmer, 1993). Para anggota organisasi ini berupaya menggerakkan para profesional untuk mengembangkan aturan-aturan seperti program akreditasi dan sertifikasi. Sehingga secara berangsur-angsur konseling sekolah menjadi lebih profesional, dan utuh baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.Dengan diberlakukannya Kurikulum 1994, mulailah ada ruang gerak bagi layanan ahli bimbingan dan konseling dalam sistem persekolahan di Indonesia, sebab salah satu ketentuannya adalah mewajibkan tiap sekolah untuk menyediakan 1 (satu) orang konselor untuk setiap 150 (seratus lima puluh) peserta didik, meskipun hanya terealisasi pada jenjang pendidikan menengah.Sejumlah hal dilakukan sebagai konsolidasi profesi sedhingga Bimbingan dan konseling menjadi profesi yang utuh dan berwibawa antara lain kata penyuluhan menjadi konseling, BK di sekolah hanya dilakukan oleh guru Pembimbing, dan lain sebagainya. Pada tahun 2001 dalam kongres di Lampung Ikatan Pertugas Bimbingan Indonesia (IPBI) berganti nama menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).C. Landasan Pelaksanaan Bimbingan KonselingDalam perjalanan dan perkembangan di Indinesia Bimbingan dan konseling dilaksanakan berdasarkan aturan yang mengarah kepada pertumbuhan BK menjadi suatu profesi yang sejajar dengan profesi lainya. Kendatipun dalam pelaksanaannya mengalami pasang surut, namun legalitas BK terus di perjuangkan terutama dalam seting pendidikan. Secara juridis dalam sejara perkembangan bimbingan konseling di lakukan antara lain berdasarkan; 1. Ketetapan MPRS Tahun 1966 tentang Dasar Pendidikan Nasional 2. SK Menpan No. 026/ Menpan /1989. Yang merupakan angin segar bagi pelaksanaan BK3. SK Menpan 1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kredit yang menyangkut aturan bimbingan dan konseling di Indonesia 4. Sk Mendikbud No. 025/1995 tentang petunjuk jabatan fungsional guru dan anka kredit secara substansial menyangkut bimbingan konseling. http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/06/sejarah-perkembangan-bimbingan-dan.html

SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING DI DUNIA SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING Pemikiran-pemikiran mengenai bimbingan dan konseling memang sudah ada sejak jaman Yunani kuno. Karena ketertarikannya pada pemahaman psikologis individu, Plato dianggap sebagai konselor Yunani kuno saat itu. Kemudian menyusultokoh-tokoh lain seperti Aristoteles, Hippocrates, dan para dokter (tabib) yang jugamenaruh perhatian terhadap bidang psikologi. Namun, gerakan bimbingan dan konseling di sekolah mulai berkembangsekitar permulaan abad ke-20 sebagai dampak dari revolusi industri. Tepatnya tahun1908-1909 yang merupakan periode dasar-dasar ilmiah bimbingan dan konselingdiletakkan oleh beberapa ahli ilmu jiwa dan pendidikan. Masalah bimbingan dankonseling di Amerika Serikat telah mulai dirintis sejak tahun 1887. Di AmerikaSerikat, gerakan bimbingan dan konseling dipelopori oleh tokoh-tokoh berikut: 1. Eli Weaper, pada tahun 1906 menerbitkan buku Memilih Suatu Karirdan membentuk komite guru pembimbing di setiap sekolah menengah di New York. Komite tersebut bergerak untuk membantu siswa dalammenemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbinganmenggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadiseorang pekerja yang produktif. 2. Jesse B. Davis, seorang konselor sekolah di Detroit mulai memberikanlayanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA pada tahun 1898.Pada tahun 1907, dia diangkat menjadi kepala SMA di Grand Rapids,Michigan, dan memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.Tujuan dari program bimbingan tersebut adalah untuk membantu siswaagar mampu (a) mengembangkan karakternya yang baik sebagai asset bagisetiap siswa dalam rangka merencanakan, mempersiapkan, dan memasukidunia kerja; (b) mencegah dirinya dari perilaku bermasalah; dan(c)menghubungkan minat pekerjaan dengan kurikulum 3. Frank Parson, dikenal sebagai Father of The Guidance Movement in American Education. Dia mendirikan biro pekerjaan pada tahun 1908 diBoston Massachussets, yang bertujuan membantu siswa dalam memilih karir yang didasarkan atas proses seleksi secara alamiah dan melatih guruuntuk memberikan pelayanan sebagai konselor. Dialah yang mengemukakan istilah atau pengertian tentang vocational guidance. Dia pulayang mengusulkan agar masalah vocational guidance dimasukkan dalamkurikulum sekolah.4. 4. E. G. Williamson, pada akhir tahun 1930 dan awal tahun 1940 menulis buku How to Counsel Students: A manual of Techniques for Clinical Counselors. Model bimbingan sekolah yang dikembangkan oleh Williamson terkenal dengan nama trait and factor (directive) guidance. Dalam model ini, para konselor menggunakan informasi untuk membantusiswa dalam memecahkan masalahnya, khususnya dalam bidang pekerjaandan penyesuaian interpersonal. Peranan konselor bersifat direktif denganmenekankan pada mengajar keterampilan dan membentuk sikap dan tingkah laku. 5. Carl R. Rogers, mengembangkan teori konseling client-centered, yangtidak terfokus kepada masalah, tetapi sangat mementingkan hubunganantara konselor dengan kliennya. Pendekatan atau teori konseling Rogersini terangkum dalam dua bukunya, yaitu Counseling and Psychotherapy (1942) dan Client-Centered Therapy (1951). Selama tahun 1960, 1970, dan 1980-an, telah terjadi perkembangan dalam peran dan fungsi konselor sekolah berikut program-programnya. Perkembangan tersebut meliputi: (a) pengembangan, penerapan, dan evaluasi program bimbingankomprehensif; (b) pemberian layanan konseling secara langsung kepada para siswa,orang tua, dan guru; (c) perencanaan pendidikan dan pekerjaan; (d) penempatansiswa; (e) layanan referral, rujukan; dan (f) konsultasi dengan guru-guru, tenagaadministrasi, dan orang tua. Khusus menyangkut peran konselor di sekolah dasar,Joint Committee on Elementary School Counselor mengklasifikasikannya menjaditiga peran, yaitu: konseling, konsultasi, dan koordinasi. http://dwiayuindaswarynhb.blogspot.com/2012/04/sejarah-bimbingan-dan-konseling-di.html

BAB IIPEMBAHASAN

A.Pengertian bimbingan dan konseling dalam pendidikanBimbingan di definisikan dalam beratus-ratus secara umum , bimbingan di anggap sebagai sebuah usaha untuk membantu orang dalam memahami dirinya sendiri dan dunia tentang dirinya atau sebagai sebuah usaha untuk mencapai realisasi diri maksimal individu.Secara konseptual bimbingan melihat melibatkan sebuah sudut pandang dalammembantu seseorang sebagai sebuah konstruk pendidikan ,bimbingan adalah wilayah pengalaman yang membantu siswa agar mampu membantu dirinya sendiri dan sebagi sebuah layanan ,bimbingan adalh prosedur yang terorganisir untuk mencapai sebuah hubungan yang saling membantu.untuk memperoleh pengertian yang jelas tentang bimbingan berikut di kutipkan pengertian bimbingan (guidance) menurut beberapa sumber year book of education menyatakn bahwa :guidance is a process of helping idividual through their own effort to discover in developing their potentialisties both forpersonal happiness and social usefulnessbimbingan adalah proses bantuan antara individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengaruh diri sendiri yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri secaramaksimum kepada sekolah ,keluarga serta masyarakatsedangkan rogers conseling is series of direct contants with the individual with aims to offer him assistance in changing his attitude and behaviourkonseling adalah serangkaian kontak atau hubungan bantuan langsung dengan individu dengan bertujuan memberikan bantuan kepadanya dalam mengubah sikap dan tingkah lakunya.

B.Bimbingan dan Konseling sebagai bagian integral dalam sistem pendidikanBimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memeiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah (juntika ,2005) berdasarkan pernyataan di atas dapat di pahami bahwa proes pendidkan di sekolah termasuk madrasah tidak akan berhasil secara baik apabila tidak di dukung dengan penyelenggaraan secara baik pula.Lembaga pendidkan memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar , untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya meberikan bantuanpada siswa untuk mengatasi masalah masalah yang timbul dalam kegiatan belaar siswa dalam kondisi seperti ini pelayanan bimbingan dan konselng lembaga pendididikan sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi beberapa masalah yang di hadapinyaKonseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah memiliki peranan 3penting berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Pendidikan dapat memanfaatkan konseling sebagai mitra kerja dalam melaksanakan tugasnya sebagai rangkaian upaya pemberian bantuan (Dahlan,1988:22). Konseling menyediakan unsur-unsur di luar individu yang dapat dipergunakan untuk memperkembangkan diri (Crow & Crow, 1960). Mengacu kepada pernyataan tersebut, dalam arti luas konseling dapat dianggap sebagai bentuk upaya pendidikan, dan dalam arti sempit konseling dapat dianggap sebagai teknik yang memungkinkan individu menolong dirinya sendiri. Perkembangan dan kemandirian individu dipentingkan dalam proses konseling yang sekaligus merupakan proses pdndidikan. Untuk dapat berkembang dengan baik dan mandiri, individu memerlukan pengetahuan dan keterampilan, jasmani dan rohani yang sehat, serta kemampuan penerapan nilai dan norma-norma hidup kemasyarakatan.Integrasi konseling dalam pendidikan juga tampak dari dhmasukkannya secara terus menerus program-program konseling ke dalam program-program sekolah (Belkin,1975; Borbers & Drury,1992); konsep-konsep dan praktek-praktek konseling merupakan bagian integral upaya pendidikan (Mortensen & Schmuller,1964). Kegiatan konseling akan selalu terkait dengan pendidikan, karena keberadaan konseling dalam pendidikan merupakan konsekuensi logis dari upaya pendidikan itu sendiri. Konseling merupakan proses yang menunjang pelaksanaan pendidikan di sekolah (Rochman Natawidjaja, 1978:30), karena program-program konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya menyangkut kawasan kematangan pendidikan dan karir, kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial. Hasil-hasil konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan yang bermutu pada umumnya. Dalam keadaan tertentu konseling dapat dipergunakan sebagai metode dan alat untuk mencapai tujuan program pendidikan di sekolah.Secara umum masalah masalah yang di hadapi oleh individu khususnya oleh siswa dalam sekolah atau madrasah dalam pendidikannya sehingga memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling adalah:1.Masalah masalah pribadi2.Masalah belajar (masalah yang menyangkut dalam pembelajaran)3.Masalah pendidikan4.Masalah karier dan pekerjaan5.Penggunaan waktu senggangdan sebagainya.Praktek di dalam sistem pendidikan ,bimbingan dan konseling sesungguhnya tidak terpisah apalagi jika kita pahami bahwa konseling merupakan salah satu teknik bimbingan .selain itu integrasi antar bimbingan dan konseling dapat kita ketahui dari pernyataan bahwa ketika seseorang 4sedang melakukan konseling berarti ia sedang memberikan bimbingan oleh sebab itu perlu kiranya di rumuskan atau dikonsepsikan pengertian bimbingan dan konseling secara terintregasi.Konseling yang dilakukan oleh konselor sebagai bentuk upaya pendidikan, karena kegiatan konseling selalu terkait dengan pendidikan dan keberadaan konseling di dalam pendidikan merupakan konsekuensi logis dari upaya pendidikan itu sendiri. Dahlan (1988:22) menyatakan bahwa konseling tidak dapat lepas dan melepaskan diri dari keseluruhan rangkaian pendidikan.. Konseling sebagai upaya pendidikan memberikan perhatian pada proses, yaitu cenderung memperhatikan tugasnya sebagai rangkaian upaya pemberian bantuan pada anak mencapai suatu tingkat kehidupan yang berdasarkan pertimbangan normative, antropologis (memperhatian anak selaku manusia) dan sosio kultural. Dengan demikian, konseling tidak mungkin melepaskan diri dari keseluruhan rangkaian pendidikan.Secara fungsional, konseling sangat signifikan sebagai salah satu upaya pendidikan untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan. Konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupan yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang tepat berkenanaan dengan diri sendiri dan lingkungan. Konseling merupakan proses yang menunjang pelaksanaan program pendidikan di sekolah, karena program-program konseling meliputi aspek-aspek perkembangan individu, khususnya menyangkut kawasan kematangan pendidikan, kematangan karir, kematangan persona dan emosional, serta kematangan sosial. Hasil konseling dalam kawasan ini menunjang keberhasilan pendidikan umumnya.Pendidikan sebagai proses interaksi, selalu berhadapan dengan kepribadian manusia yang sedang berkembang dalam proses menjadi. Pendidikan bertugas membantu manusia mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi, dan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan proses yang bersifat individual sehingga strategi pendidikan harus dilengkapi dengan strategi khusus yang lebih intensif dan menyentuh dunia kehidupan secara individual. Strategi ini dapat memperhalus, menginternalisasi, dan mengintegrasikan sistem nilai dan pola perilaku yang dipelajari lewat proses pendidikan secara umum (Kartadinata,1987:104). Bentuk strategi khusus ini dapat ditemukan dalam kegiatan konseling baik konseling individual maupun kelompok yang dilakukan oleh konselor profesional yang mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan.5Intervensi konseling dalam merealisasikan fungsi pendidikan akan terarah kepada upaya membantu individu yang dapat dilakukan melalui konseling untuk memperhalus, menginternalisasi, memperbaharui dan mengintegrasikan sistem nilai dan pola perilaku yang mandiri. Dalam proses konseling amat mungkin diperlukan dan digunakan berbagai metode dan teknis psikologis untuk memahami dan mempengaruhi perkembangan perilaku individu, dengan tetap berstandar dan terarah kepada pengembangan manusia sesuai dengan hakikat eksistensinya.Hakikat manusia dengan segenap dimensi kehidupan manusia yang perlu dikembangkan, yaitu dimensi spiritual dan psikologis, sosio-emosional, fisik, serta segenap tujuan dan tugas kehidupan menjadi landasan bagi konsepsi dan penyelenggaraan konseling. Manusia adalah segala-galanya bagi pelayanan konseling. Ini berarti bahwa hakikat tujuan konseling harus bertolak dari sistem nilai dan kehidupan yang menjadi rujukan manusia yang ada dalam sistem kehidupan tersebut. Teori dan konsep konseling yang didasarkan pada sistem kehidupan sosial dan budaya tertentu belum tentu berlaku bagi sistem kehidupan sosial dan budaya lain, untuk itu diperlukan perspektif sosiologis tentang hakikat tujuan konsling dan kehidupan individu yang hendak dilayani.Keberadaan konseling dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia dijalani melalui proses panjang sejak kurang lebih 48 tahun yang lalu. Pada saat ini keberadaan pelayanan konseling dalam setting pendidikan, khususnya persekolahan, telah memiliki legalitas yang kuat dan menjadi bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional. Pelayanan konseling telah mendapat tempat di semua jenjang pendidikan mulai dari jenjang Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Pengakuan ini terus mendorong perlunya tenaga profesional yang secara khusus dipersiapkan untuk menyelenggarakan layanan konseling. Secara eksplisit telah ditetapkannya:1. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu layanan pendidikan yang harus diperoleh semua peserta didik telah termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar dan Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.2. Konselor sebagai salah satu jenis tenaga kependidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab I pasal 1 butir 6 dinyatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.3. Pelayanan konseling yang merupakan bagian dari kegiatan pengembangan diri telah termuat 6dalam struktur kurikulum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Menengah.4. Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor pada Pasal 54 ayat (6) Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan bahwa beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan. Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 54 ayat (6) yang dimaksud dengan mengampu layanan bimbingan dan konseling adalah pemberian perhatian, pengarahan, pengendalian, dan pengawasan kepada sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) peserta didik, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap muka terjadwal di kelas dan layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan memerlukan.5. Penilaian kinerja Guru bimbingan dan konseling (konselor) pada Pasal 22 ayat (5) Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 tahun 2010 tentang petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dinyatakan bahwa penilaian kinerja Guru bimbingan dan konseling (konselor) dihitung secara proporsional berdasarkan beban kerja wajib paling kurang 150 (seratus lima puluh) orang siswa dan paling banyak 250 9dua ratus lima puluh) orang siswa per tahun.6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, yang menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah: (i) sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling ; (ii) berpendidikan profesi konselor. Kompetensi konselor meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, yang berjumlah 17 kompetensi dan 76 sub kompetensi.C.Hubungan BK sebagai kegiatan yang integral dalam sistem pendidikanIstilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) memiliki hubungan yang sangat erat dan merupakan kegiatan yang integral dalam praktek sehari hari dalam sistem pendidikan istilah bimbingan selalu digandengkan dengan istilah konseling (guidance and counseling)ada pihak pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antar bimbingan dan konseling atau keduanya memiliki makna yang identik namun sementara ada pihak 7yang yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan dua pengertian yang berbeda baik dasar maupun cara kerjanya ,koseling atau counseling dianggap identik dengan psychoteraphy yaitu usaha menolong orang orang yang mengalami gangguan psikis yang serius ,sedangkan bimbingan dianggap identik dengan pendidikan.Sementara pihak lain ada yg berpendapat bahwa konseling merupakan salah satu teknis pemberian layanan dalam bimbingan secara integral yaitu dengan cara memberi layanan bimbingan dan merupakan inti dari integrasi pelayanan bimbingan ,pendapat inilah yang nampaknya banyak di anutDengan demikian jelasah bahwa konseling adalah salah satu teknik pelayanan bimbingan yang secara integral yaitu dengan cara memberikan bantuan secara individual (face to face relationship). Bimbingan tanpa konseling ibarat pendidikan tanpa pengajaran ,kalaulah ada perbedaan diantara keduanya hanyalah terletak pada tingkatannya.Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling adalah identik dengan pendidikan hinggsekolah tidak perlu lagi bersusah payah menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dianggap sudah implisit dalam pendidikanitu sendiri. Cukup mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan nyata dari pendidikan.Mereka sama sekali tidak melihat arti penting bimbingan dan konseling di sekolah.Sementara ada juga yang berpendapat pelayanan bimbingan dan konseling harus benar-benar terpisah dari pendidikan dan pelayanan bimbingan dan konseling harus secaranyata dibedakan dari praktik pendidikan sehari-hari.Walaupun guru dalam melaksanakan pembelajaran siswa dituntut untuk dapat melakukankegiatan-kegiatan interpersonal dengan para siswanya, namun kenyataan menunjukkanbahwa masih banyak hal yang menyangkut kepentingan siswa yang tidak bisa dan tidakmungkin dapat dilayani sepenuhnya oleh guru di sekolah melalui pelayanan pengajaransemata, seperti dalam hal pelayanan dasar (kurikulum bimbingan dan konseling),perencanaan individual, pelayanan responsif, dan beberapa kegiatan khas Bimbingan danKonseling lainnya.Begitu pula, Bimbingan dan Konseling bukanlah pelayanan eksklusif yang harus terpisahdari pendidikan. Pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki derajat dantujuan yang sama dengan pelayanan pendidikan lainnya (baca: pelayanan pengajarandan/atau manajemen), yaitu mengantarkan para siswa untuk memperoleh perkembangandiri yang optimal. Perbedaan terletak dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, dimanamasing-masing memiliki karakteristik tugas dan fungsi yang khas dan berbeda.Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional,8maka orientasi, tujuan dan pelaksanaan BK juga merupakan bagian dari orientasi, tujuan dan pelaksanaan pendidikan karakter.Program Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan bagian inti pendidikan karakter yang dilaksanakan dengan berbagai strategi pelayanan dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai kemandirian, dengan memiliki karakter yang dibutuhkan saat ini dan masa depan. Pekerjaan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan berbasis nilai, layanan etis normatif, dan bukan layanan bebas nilai. Seorang konselor perlu memahami betul hakekat manusia dan perkembangannya sebagai makhluk sadar nilai dan perkembangannya ke arah normatif-etis. Seorang konselor harus memahami perkembangan nilai, namun seorang konselor tidak boleh memaksakan nilai yang dianutnya kepada konseli (peserta didik yang dilayani), dan tidak boleh meneladankan diri untuk ditiru konselinya, melainkan memfasilitasi konseli untuk menemukan makna nilai kehidupannya. (Sunaryo, 2006)

9

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanDari uraian tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:Bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memeiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah (juntika ,2005) berdasarkan pernyataan di atas dapat di pahami bahwa proes pendidkan di sekolah termasuk madrasah tidak akan berhasil secara baik apabila tidak di dukung dengan penyelenggaraan secara baik pula.Konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah memiliki peranan penting berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Pendidikan dapat memanfaatkan konseling sebagai mitra kerja dalam melaksanakan tugasnya sebagai rangkaian upaya pemberian bantuan (Dahlan,1988:22). Konseling menyediakan unsur-unsur di luar individu yang dapat dipergunakan untuk memperkembangkan diri (Crow & Crow, 1960). Mengacu kepada pernyataan tersebut, dalam arti luas konseling dapat dianggap sebagai bentuk upaya pendidikan, dan dalam arti sempit konseling dapat dianggap sebagai teknik yang memungkinkan individu menolong dirinya sendiri. Perkembangan dan kemandirian individu dipentingkan dalam proses konseling yang sekaligus merupakan proses pdndidikan. Untuk dapat berkembang dengan baik dan mandiri, individu memerlukan pengetahuan dan keterampilan, jasmani dan rohani yang sehat, serta kemampuan penerapan nilai dan norma-norma hidup kemasyarakatan

http://beautifulgril2009.blogspot.com/2012/04/bk-sebagai-bagian-integral-dalam-sistem.html

URGENSI BIMBINGAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN

A. PendahuluanBimbingan dan konseling merupakan salah satu kompenen dari pendidikan kita, mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan siswa pada khususnya disekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Pelayanan bimbingan merupakan bagian integral dari program pendidikan itu dan karena sebagian besar dari tumpukan masalah yang yang dihadapi oleh peserta didik justru bersumber dari keaneka ragaman tuntutan belajar disekolah. Maka, para konselor sekolah harus mengenal bidang pendidikan sekolah secara konret.Dari latar belakang masalah diatas, dapat diketahui urgensi bimbingan dan konseling dalam pendidikan yang akan dipaparkan dalam sub bahasan yaitu fungsi pelayanan bimbingan dalam keseluruhan pendidikan sekolah, tujuan dari bimbingan dalam sekolah, faktor yang menjadi latar belakang bimbingan dan konseling dalam pendidikan dan peran serta kedudukan bimbingan konseling.B. PembahasanPerlu kita pahami terlebih dahulu, apakah perbedaan antara bimbingan dan pendidikan? Bukankah pendidikan itu sebenarnya merupakan pendidikan yang telah dilaksanakan disekolah-sekolah sejak dahulu.Bimbingan itu sebenarnya menyangkut semua usaha pendidikan yang dilakukan oleh guru baik didalam maupun diluar sekolah.[1] Namun demikian, walaupun bimbingan itu menyangkut tiap-tiap aspek dari kegiatan sekolah, hendaknya perlu diperhatikan bahwa pendidikan dan bimbingan berbeda dalam tujuan dan prosesnya. Pendidikan itu lebih menyangkut pada masalah perorangan (Individu), sedangkan bimbingan banyak menyangkut dengan faktor-faktor di luar individu.Jadi bimbingan itu dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pendidikan. Dalam arti khusus, bimbingan menyangkut semua teknik konseling dan semua macam informasi yang dapat menolong individu untuk menolong dirinya sendiri.

1. Fungsi bimbingan dan konselinga. Pencegahan (preventif)Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.Kegiatannya dapat berupa program orientasi, bimbingan karir, inventaris data.b. PemahamanMaksudnya yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa dan agar siswa dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.[2]Untuk mencapai perkembangan optimal siswa sesuai dengan tujuan institusional lembaga pendidikan pada dasarnya membina tiga usaha pokok, yaitu:[3] Pengelolaan administrasi sekolah Pengembangan pemahaman dan pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan melalui program intrakulikuler maupun ekstrakulikuler Pelayanan khusus kepada siswa dalam berbagai bidang yang membulatkan pendidikan siswa/ menunjang kesejahteraan siswa seperti membina Osis, Pelayanan kesehatan, kerohanian, pengadaan warung sekolah, perpustakaan sekolah.Dalam fungsi pemahaman disini mencakup: Pemahaman tentang diri siswa Pemahaman tentang lingkungan siswa Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas.c. Perbaikan (penyembuhan)Fungsi bimbingan yang kuratif yaitu yang berkaitan erat dengan fungsi bimbingan dan konseling yang akan mengahasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan siswa baik aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang digunakan adalah konseling dan remidial teaching.d. Fungsi pemeliharaan dan pengembanganYang berarti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu siswa dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan. Yaitu konselor senantiasa berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memfasilitasi perkembangan siswa. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.e. Fungsi penyaluran (distributif)[4]Yaitu fungsi bimbingan memberi bantuan kepada siswa dalam memilih kemungkinan kesempatan yang ada dalam lingkungan sekolah. Misalnya kegiatan ekstrakurikuler jurusan, program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.f. Fungsi adaptasi (adative)Yaitu fungsi bimbingan sebagai pemberi bantuan para pelaksana pendidikan khususnya konselor guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, bakat, kebutuhan serta kemampuan siswa dan memperhatikan dinamika kelompok.g. Fungsi penyesuaian (adjuditive)Fungsi bimbingan sebagai pemberi bantuan kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama.Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung dalam masing-masing fungsi.Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara langsung mengacu pada salah satu atau beberapa fungsi tersebut, agar hasil yang hendak dicapai secara jelas dapat diidentifikasikan dan dievakuasi.[5]2. Tujuan bimbingan dan konselinga. Tujuan umumTujuan umumnya adalah sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana dalam UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 (UU No. 2/1989) yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan:[6]- Mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas perkembangannya- Mengenal dan memahami potensi/ peluang yang ada dilingkungannya- Mengenal dan menentukan tujuan hidupnya- Memahami dan mengatasi permasalahan pribadi- Menggunakan kemampuan untuk kepentingan pribadi, lembaga dan masyarakat- Menyesuaikan diri dengan lingkungan- Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya secara tepat dan teratur secara optimal.b. Tujuan khususSecara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, perkembangan belajar (akademik), dan perkembangan karir.1. Tujuan bimbingan dan konseling yang menyangkut aspek pribadi-sosial siswa antara lain:- Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada dirinya.- Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang mereka senangi- Membuat pilihan secara sehat- Mempu menghargai orang lain- Memiliki rasa tanggungjawab- Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi- Dapat menyelesaikan konflik- Dapat membuat keputusan secara efektif.2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek perkembangan belajar (akademik) adalah:- Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif.- Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan- Mampu belajar secara efektif- Memiliki keterampilan, kemampuan dan minat.3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek perkembangan karir, antara lain:- Mampu membentuk identitas karir, dengan mengenali ciri-ciri pekerjaan didalam lingkungan kerja- Mampu merencanakan masa depan- Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir- Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat.3. Faktor yang melatarbelakangi bimbingan dan penyuluhan dibutukan dalam lapangan pendidikan.a. Faktor perkembangan pendidikan Demokrasi pendidikan Perubahan sistem Perluasan peraturan pendidikan.b. Faktor sosial kulturalFaktor ini muncul sebagai akibat dari perubahan sosial dan budaya yang menimbulkan kesenjangan antara satu golongan dengan golongan lain.c. Faktor psikologiDari segi psikologis anak adalah pribadi yang sedang berkembang yang menuju kearah kedewasaan, perubahan tersebut menyebabkan berada dalam keadaan yang sulit. Untuk itu, mereka perlu mempersiapkan diri dari segala intelektual emosional.4. Peran bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikanPeranan bimbingan dan penyuluhan disekolah ialah mempelancar usaha-usaha sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Usaha untuk mencapai tujuan ini sering mengalami hambatan, dan ini terlihat pada anak-anak didik. Mereka tidak bisa mengikuti program pendidikan disekolah karena mereka mengalami masalah, kesulitan ataupun ketidakpastian. Disinilah letak peranan bimbingan dan penyuluhan, yaitu untuk memberikan bantuan untuk mengatasi masalah tersebut sehingga anak-anak dapat belajar lebih berhasil. Dengan begitu, pencapaian tujuan pendidikan lebih dapat diperlancar.5. Kedudukan bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikanBeberapa kriteria yang menjadi syarat bahwa pendidikan dapat dikata bermutu adalah pendidikan yang mampu mengintregasikan tiga bidang kegiatan utama secara efektif, yaitu: bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikulum, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling).[7]a. Bidang administratif dan kepemimpinanBidang ini merupakan kegiatan yang berkaitan dengan masalah administrasi dan kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efesien.b. Bidang pengajaran dan kurikulerBidang ini bertanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan bekal, pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada pesertadidik.Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung jawab utama staff pengajar.c. Bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling).Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya.Menurut Dr. Thari Musnamar, bimbingan dan penyuluhan disekolah dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa pola atau kemungkinannya operasionalnya:1. Bimbingan identik dengan pendidikan.2. Bimbingan sebagai pelengkap pendidikan.3. Bimbingan dan penyuluhan sebagai pelengkap kurikuler.4. Bimbingan dan penyuluhan sebagai bagian dari layanan urusan kesiswaan.5. Bimbingan dan penyuluhan sebagai sub sistem pendidikan.C. KesimpulanDari urian diatas dapat kami simpulkan bahwa dalam keseluruhan proses pendidikan, program bimbingan dan penyuluhan merupakan suatu keharusan yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan pada umumnya. Dengan melalui program pelayanan bimbingan dan penyuluhan yang baik, maka setiap peserta didik diharapkan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan setiap potensi dan kemampuan yang dimilikinya seoptimal mungkin.Selain itu, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu (siswa) agar memperoleh pencerahan diri (intelektual, emosional, sosial dan moral spiritual) sehingga mampu menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif serta mampu mencapai kehidupannya yang bermakna (produktif dan konstributif), baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat.

http://akademi-pendidikan.blogspot.com/2012/10/urgensi-bimbingan-konseling-dalam.html

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN SERTA KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING A. KEDUDUKAN BIMBINGAN DALAM PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang menyangkut hal itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu (siswa).Siswa merupakan unsur utama dalam pendidikan. Siswa sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kemandirian tersebut, siswa memerlukan bimbingan, karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual.Ketiga bidang utama pendidikan di atas lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:1. Bidang Administrasi dan KepemimpinanBidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. Pada bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinanan (kepala sekolah dan staf administrasi lainnya) yang terkait dengan kegiatan perencanaan organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas, pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), supervisi, dan evaluasi program.2. Bidang intruksional dan kurikulerBidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini adalah para guru.3. Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling)Bidang ini terkait dengan program pemberiaan layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau konselor.Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif. Untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pribadi agar dapat membantu keseluruhan proses belajarnya. Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan untuk:1. Mengenal danmemahami setiap siswa baik secara individual maupu kelompok,2. Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,3. Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakter istik pribadinya,4. Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya,5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.Berkenaan dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan tersebut di atas, Rochma Natawidjaja (1990: 16) Memberikan penjelasan sebagai berikut:...bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan di sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual siswa dalam bidang menangani ihwal sisi sosial pribadi siswa..Lebih lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dan konseling memiliki fungsi memberikan bantuan kepada siswa dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan, yaitu membantu meratakan jalan menuju ALLAH Swt.; berguna bagi manusia, dan bermanfaat bagi kesejahteraan dan pembangunan bangsa, negara, dan umat manusia

B. KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Pengertian Bimbingan

a. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. (Shertzer dan Stone, 1971)b. Bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. (Rochman Natawidjaja,1987)c. Bimbingan diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. (M.Surya, 1988)d. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.e. Bimbingan adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. (Sunaryo Kartadinata, 1998)

2. Pengertian Konseling

a. ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya. (dalam Syamsu Yusuf, 2009) b. Konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai tehnik. Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara pribadi. Montensen (1964:301) mengatakan bahwa,Counseling is the heart of the guidance program . Dan Ruth Strang (1958) menyatakan bahwa, Guidance is broader: Counseling is a most important tool of guidance . Jadi konseling merupakan inti dan alat yang paling penting dalam keseluruhan system dan kegiatan bimbingan.

Jadi bimbingan dan konseling merupakan suatu proses yang berkesinambungan, sistematis, berencana yang mengarah kepada pencapaian tujuan. Bimbingan merupakan bantuan atau pertolongan dalam membantu individu mengambil keputusannya sendiri, pembimbing hanya bertindak sebagai fasilitator. Keseluruhan proses kegiatan atau layanan kepada individu untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal dan didalamnya terdapat Konseling yang merupakan inti dari kegiatan Bimbingan.

3. Ragam Bimbingan dan konselingDilihat dari masalah individu ada empat jenis bimbingan yaitu:a. Bimbingan Akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi masalah-masalah akademik seperti pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar dsb. Bimbingan akademik dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar- mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Dalam bimbingan akademik pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.b. Bimbingan Sosial-Pribadi, merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi. Contohnya: masalah sosial pribadi adalah hubungan sesama teman, dengan dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.c. Bimbingan Karir, yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karir seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri dsb.d. Bimbingan Keluarga, merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.

4. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat : a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir, serta kehidupannya di masa yang akan datang b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.Untuk mencapai tujuan, individu harus mendapatkan kesempatan untuk :a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya b. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya c. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut.d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja, dan masyarakat.f. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannyag. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal

5. Fungsi Bimbingan dan Konseling

a. Fungsi Pemahaman, yaitu membantu individu agar dapat memahami dirinya sendiri (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,dan norma agama).b. Fungsi Fasilitasi, yaitu memberikan kemudahan kepada individu dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.c. Fungsi Penyesuaian, yaitu membantu individu agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.d. Fungsi Penyaluran, yaitu membantu individu dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan, atau program studi dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.e. Fungsi Adaptasi, yaitu membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu.f. Fungsi Pencegahan, yaitu memberikan bimbingan tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.g. Fungsi Penyembuhan, yaitu pemberian bantuan kepada individu yang mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. h. Fungsi Pemeliharaan, yaitu menfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri.i. Fungsi Pengembangan, yaitu kerjasama antara konselor dengan personil sekolah dalam merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya.

6. Prinsip Bimbingan dan Konseling

a. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu b. Bimbingan bersifat individualisasi c. Bimbingan menekankan hal yang positif d. Bimbingan merupakan usaha bersama e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan f. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan

7. Asas Bimbingan dan Konseling

a. Asas Kerahasiaan yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang konseli yang merupakan data yang tidak layak diketahui oleh orang lain.b. Asas kesukarelaan yaitu menghendaki adanya kesukarelaan konseli dalam mengikuti pelayanan yang diperlukan baginya.c. Asas keterbukaan yaitu agar konseli bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan keterangan atau informasi yang diperlukan dalam kegiatan layanan BK.d. Asas kegiatan yaitu konseli yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan kegiatan BK.e. Asas kemandirian yaitu membantu / mengarahkan konseli agar mampu mandiri dalam mengambil keputusan yang tepat.f. Asas Kekinian yaitu asas yang menghendaki objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang.g. Asas kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan yang sama hendaknya tidak monoton dan terus berkembang dari waktu ke waktu.h. Asas keterpaduan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan bimbingan dan konseling baik yang dilakukan oleh guru pembimbing dan pihak-pihak lain saling menunjang, harmonis dan terpadu.i. Asas keharmonisan yaitu asas bimbingan dan konseling menghendaki agar segenap pelayanan bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada.j. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.k. Asas Alih Tangan Kasus yaitu mengalihtangankan permasalahan kepada pihak yang lebih ahli agar konseli ditangani secara tepat dan tuntas.

8. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

a. Layanan Pengumpulan Data tentang siswa dan lingkungannya. Pelayanan ini merupakan usaha untuk mengetahui diri siswa seluas-luasnya. Untuk mengumpulkan data dapat menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes meliputi: psikotes, dan tes prestasi belajar. Non tes meliputi observasi, angket, wawancara, dan autobiografi.b. Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau internet).c. Penyajian Informasi dan Penempatan. Layanan ini menyajikan informasi tentang berbagai berbagai aspek kehidupan yang diperlukan individu, seperti menyangkut aspek pribadi, sosial, dan pengembangan karir. Sementara layanan penempatan merupakan layanan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menyalurkan dirinya ke arah yang tepat sesuai dengan kemampuan, minat dan bakatnya. d. Penilaian dan Penelitian Layanan penilaian dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan program bimbingan dapat di capai. Selain itu dilakukan juga penilaian penilaian terhadap hasil pelayanan terhadap individu untuk kemudian dilakukan tindak lanjut (follow up) terhadap hasil yang telah dicapai oleh individu yang bersangkutan. Hasil penilaian terhadap program bimbingan dan individu dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian yang dimaksudkan untuk mengembangkan program bimbingandalam arti menelaah lebih jauh tentang pelaksanaannya; menelaah tentang kebutuhan bimbingan yang belum terpenuhi serta menelaah tentang hakikat individu dan perkembangannya.

http://dewi-dewilin.blogspot.com/2010/09/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-dalam.html

Posisi dan Urgensi Bimbingan dan Konseling (BK) dalam Dunia Pendidikan

Bimbingan Konseling (BK) berkaitan dengan psikologi pendidikan. BK merupakan bagian dari pengajaran yang dilakukan sebagai upaya untuk membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan nasional (UU NO. 20 Tahun 2003), yaitu: beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Keseluruhan tujuan itu tentu dimaksudnkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan tidak bisa dicapai dengan mudahnya tanpa adanya sinergi dari manajemen, pengajaran, dan BK itu sendiri. Dewasa ini, peserta didik sangat dimudahkan dalam berbagai hal karena globalisasi yang berimbah majunya teknologi dan informasi, yang sudah pasti selain efek positif tentu juga memberikan efek negatif. Upaya menangkal hal-hal yang tidak diinginkan (efek negatif) dapat dilakukan dengan bantuan BK di dalam dunia pendidikan. BK memfasilitasi peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya dan mampu mencapai standar kompetensi kemandirian. Jadi, pendidikan yang bermutu, efektif, dan ideal adalah pendidikan yang dapat mencapai tujuan pendidikan itu sendiri dengan kerjasama antara manajemen, pengajaran, dan BK. Pendidikan yang mengabaikan bidang BK, hanya akan menghasilkan individu yang terampil dalam hal akademik, tetapi kurang memiliki kematangan dalam hal kepribadianhttp://newijayanto.blogspot.com/2012/03/posisi-dan-urgensi-bimbingan-dan.html