sejarah
DESCRIPTION
sejarahTRANSCRIPT
BAB 2
KEHIDUPAN PRA AKSARA DI INDONESIA
Standar Kompetensi :
Memahami lingkungan kehidupan manusia
Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan kehidupan pada masa pra aksara di Indonesia
Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, bahwa kehidupan masnusia yang hidup di
semua wilayah di muka bumi ini tentunya selalu dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya.
Semakin rumit unsur yang terdapat dalam lingkungan terkadang semakin berkembang
pula cara-cara yang dilakukan oleh manusia untuk mempertahankan hidup. Misalnya,
karena tuntutan yang datang dari lingkungan sekitar sangat mendorong manusia untuk
berpikir mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan teknologi supaya bisa hidup
sesuai dengan lingkungan. Dari mulai komunikasi sampai pada penolahan informasi
melalui teknologi.
Kata “sejarah” berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti “pohon” kata tersebut
diterjemahkan lagi sehingga memiliki pengertian “keturunan/asal-usul”. Istilah tersebut
dimasukan ke dalam kamus Melayu yaitu “syajarah” dan diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi “sejarah”, yang diartikan sebagai sesuatu yang menggambarkan
kehidupan manusia di masa lampau, untuk menggambarkan hal tersebut kita harus
mendapatkan bahan-bahan yang berkaitan dengan kehidupan mereka pada zamannya,
bahan-bahan tersebut dinamakan sebagai sumber sejarah.
Sebenarnya sulit untuk diketahui bahwa seperti apakah kehidupan manusia di masa
lampau tersebut, krena dari satu generasi ke generasi berikutnya terkadang putus dan
muncul jenis kehidupan yang baru, dan tidak ditemukan sumber pendukungnya. Namun
ketika manusia sudah mengenal bentuk tulisan cerita kehidupannya di masa lampupun
sangat mudah untuk diidentifikasi berbeda dengan ketika manusia belum mengenal
tulisan, sehingga untuk menceritakannya para ahli sejarah banyak yang melakukan
rekonstruksi dengan kenampakan-kenampakan yang ada papa penemuan-penemuan fosil-
fosilnya. Adapun yang dimaksud dengan fosil adalah sisa-sisa kehidupan manusia dan
peninggalannya yang sudah mengeras menjadi bentuk batu. Kehidupan manusia
semenjak mengenal tulisan disebut dengan jaman sejarah. Sedangkan manusia muncul
dan hidup juga sebelum mereka mengenal tulisan, kehidupan manusia pada waktu itu
dinamakan dengan jaman pra sejarah. Seperti yang dikatakan barusan, jaman pra sejarah
yang belum mengenal tulisan itu dapat pula dikatakan sebagai kehidupan jaman pra
aksara.
Sekarang kalian perlu tahu, seperti apakah kehidupan masyarakat pada jaman sebelum
mengenal tulisan.
A. Pembabakan Masa Praaksara Indonesia
Kehidupan masyarakat praaksara yang pernah terjadi di Indonesia terbagi kedalam
beberapa periode. Untuk mengidentifikasi semua periode kehidupan tersebut, para
ahli sejarah meneliti berbagai peralatan yang pernah digunakan dalam kehidupan
mereka. Dan berdasarkan penelitian tersebut, bahan yang digunakan untuk membuat
peralatan dan perlengkapan hidup manusia pada jaman praaksara yang pernah ada di
Indonesia dikelompokan penjadi zaman batu dan zaman logam.
1. Zaman Batu
a. Zaman Batu Tua
Zaman ini sering juga disebut sebagai masa palaeolithicum, dimana peralatan
yang dikenal pernah digunakan oleh masyarakat saat itu masih dibuat dengan
pengerjaan yang kasar, tidak diasah atau tidak dihaluskan. Kehidupan pada
zaman batu tua ini kita dapat mengidentifikasinya pada kebudayaan
Ngandong dan Pacitan.
Pada tahun 1935 telah dilakukan penelitian di Pacitan (Jawa Tengah), seorang
penelitia kepurbakalaan Belanda yang bernama Von Koenigswald
menemukan sejumlah perkakas batu yang biasa disebut kapak genggam yang
dibuat dari batu tanpa pegangan (gagang). Alat semacam ini digunakan secara
digenggam dalam tangan, atau sering disebut sebagai alat penetak yang dalam
bahasa Inggris dinamakan dengan chopper. Perkakas tersebut merupakan hasil
kebudayaan Pithecanthropus Erectus. Itu adalah manusia purba yang diduga
masih bermuka seperti kera namun di mampu berjalan tegak. Diperkirakan
makhluk seperti ini hidup 300.000 tahun yang lalu. Saat ditemukan ini hanya
berupa fosil yang diteliti oleh Dr. Eugene Dubois di desa Trinil dekat lembah
Bengawan Solo. Makhluk sejenispun ternyata fosilnya ditemukan di negeri
Cina yang dinamakan dengan Sinantropus pekinensis, dia juga
mempergunakan perkakas dari batu sejenis dengan fosil kapak-kapak yang
ditemukan di Pacitan.
Masih di daerah yang berdekatan yaitu di desa Ngandong ditemukan fosil
manusia purba yang memiliki tingkatan usia lebih muda, bentuknya lebih
mendekati manusia dibanding kera. Manusia ini disebut Homo Soloensis
yang dapat dikatagorikan kedalam Homo Sapiens (manusia berbudaya). Jika
dilihat dari tingkatan usianya, Homo Sapiens lah yang merupakan kehidupan
manusia termuda. Adapun tingkatan-tingkatannaya adalah sebagai berikut.
- Hominoids yaitu sejenis primates yang mirip dengan manusia namun lebih
mendekati kera.
- Homo habilis yaitu makhluk mirip manusia berimbang dengan kera, dia
sudah memiliki kecakapan untuk menggunakan peralatan dari batu meski
dalam bentuk yang sangat sederhana.
- Homo erectus yaitu makhluk yang lebih banyak menyerupai manusia dari
pada kera dan dapat berjalan dengan tegak.
- Homo sapiens yaitu manusia yang sudah berbudaya, perawakannyasudah
sepeti manusia sekarang namun tingkat kecerdasannya masih rendah.
Mereka hidup di gua-gua sehingga sering disebut cavemen (manusia gua)
serta mereka sudah mampu membuat perkakas dari berbagai jenis batu.
Di desa Ngandong, ditemukan pula perkakas yang terbuat dari tulang
disamping alat-alat dari batu. Alat tersebut dibuat dari tulang binatang yang
dirancang sebagai alat penusuk, diperkirakan alat semacam ini dapat
digunakan untuk mencongkel tanah dalam menggambil umbi-umbian.
b. Zaman Batu Menengah
Kehidupan manusia pada zaman ini sering juga disebut dengan zaman
Mesolitikum, namun demikian keadaan budayanya masih merupakan
kelanjutan dari zaman palaeolitikum. Bekas-bekas kebudayaannya banyak
ditemukan di daerah Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Flores. Yang pada
umumnya berlokasi di pinggir-pinggir pantai berbentuk kjokkenmoddinger
atau “dapur sampah”, yang berupa gundukkan cangkang kerang yang sudah
memfosil, mereka juga diidentifikasi telah membuat rumah tonggak tempat
berlindung. Sementara makanan utama mereka selama hidup di pantai adalah
sifut dan kerang. Berdasarkan hasil penelitian Van Stein Callenfels pada
tahun 1925 di dalam gundukkan kerang itu juga ditemukan peralatan berupa
chopper (kapak genggam). Kapak yang ditemukan diduga digunakan pada
masa mesolitikum ini disebut dengan peble. Karena tempat penemuannya di
Sumatera maka disebut juga dengan kapak Sumatera, terbuat dari batu kali
yang pecah atau dibelah. Alat lainnya yang ditemukan adalah berupa kapak
pendek atau hache courte, batu-batu penggiling beserta alasnya yang disebut
dengan pipisan, rupanya alat ini dipergunakan untuk menghaluskan makanan
atau membuat pewarna merah yang akan diulaskan ke badan mereka, karena
dianggap cat merah itu memiliki kekuatan magis, yang pada saat itu mereka
masih mengagungkan ilmu sihir. Tempat tinggal manusia pada zaman
mesolitikum ini umumnya berupa gua-gua tang dibuat di dalam batu karang.
Kebudayaan ini dinamakan dengan abris sous roche. Gua yang ditemukan
antara lain Gua Lawa (Sampung, Ponorogo) di dalamnya ditemukan berbagai
perlatan seperti kapak, alat panah, penggilingan serta beberapa alat yang
terbuat dari tulang dan logam.
c. Zaman Batu Baru
Peralatan yang banyak ditemukan pada masa kehidupan mnusia neolitikum
adalah kapak-kapak yang sudah diasah sehingga bentuknya menjadi persegi
dan lonjong. Ini menunjukkan adanya kepandaian pada manusia zaman itu
untuk mengasah batu menjadi peralatan yang nilai gunanya lebih tinggi.
Kapak-kapak persegi di Indonesia banyak ditemukan sebarannya di Sumatera,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Kalimantan. Dari penemua
semacam itu dapat diambil kesimpulan bahwa kapak persegi tersebar hampir
diseluruh Asia Tenggara. Sehingga dapat diperkirakan juga bahwa
kebudayaan zaman neolitikum ini bukan hanya kelanjutan dari masa
palaeolitikum, tetapi merupakan kebudayaan yang dibawa oleh pendukungnya
yang datang dari daratan Asia Tenggara, mereka tergolong ke dalam sub ras
Australoid yang bermigrasi ke Indonesia menjadi berbagai keturunan Proto
Melayu. Kelompok ini merupakan pendukung kebudayaan zaman neolitikum
di Indonesia. Sementara peralatan kapak lonjong banyak ditemukan di daerah
Papua. Sehingga jaman ini sering disebut dengan klehidupan Neolitikum
Papua.
2. Zaman Logam
Kehidupan zaman logam di Indonesia banyak ditemukan peralatan yang terbuat
dari perunggu, benda ini merupakan percampuran antara logam tembaga dan
timah. Teknik pembuatannya dinamakan dengan a cireperdue. Peralatan pada
zaman ini diantaranya adalah kapak corong dan nekara. Dinamakan kapak corong
karena bagian ujungnya berbentuk corong dan terdapat lubang untuk memasukan
gagangnya. Beberapa diantaranya da yang ditemuka sebelah sisinya panjang
benda ini dinamakan dengan candrasa. Sementara nekara adalah benda yang
menyerupai dandang yang terbuat dari perunggu. Benda semacam ini ditemuka di
Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Di kepulauan Alor ditemukan nekara
yang ukurannya lebih kecil yang disebut dengan Moko. Benda-benda yang
terbuat dari perunggu yang ditemukan lainnya berupa gelang, anting-anting,
cincin dan kalung. Kebudayaan pada zaman logam ini juga disebarkan oleh
kelompok yang berdatangan dari Asia Tenggara, mereka membentuk keturunan
yang disebut dengan Deutero Melayu. Namun terdapat perbedaan antara
kebudayaan logam di Asia tenggara dengan Indonesia, yaitu di Asia tenggara
ditemukan peralatan dari tembaga, sehingga dikatakan sebagai zaman tembaga.
Sementara di Indonesia tidak mengenal zaman tembaga tetapi langsung memasuki
zaman perunggu setelah zaman batu.
B. Perkembangan Masyarakat Praaksara Indonesia
Sejak awal kehidupannya manusia diduga hidup di padang terbuka, sebagai tempat
mereka mencari makanan. Namun kemudian mereka mencari perlindungan dari hujan
dan panas mentari. Sebagian mereka ada yang berlindung di pohon, dibawah tebing,
atau mereka sengaja membuat tempat berlindung berupa gua. Namua ada juga yang
memilih untuk hidup di tepi sungai atau pantai. Tetapi karena kebutuhan manusia saat
itu masih tergantung pada alam maka kehidupan merekapun banyak yang tidak
menetap, atau dengan kata lain mereka hidup berpindah-pindah. Kehidupan seperti ini
dinamakan dengan nomaden.
Suatu kebiasaan yang terwujud atas rasa, cipta dan karsa manusia tersebut dinamakan
dengan kebudayaan. Kebudayaan tersebut keberadaannya bisa tetap atau terputus, hal
ini tergantung pada kelompok manusia pendukungnya. Kehidupan manusia Indonesia
terus mengalami perubahan, sehingga di satu sisi dapat berlanjut, sementara sisi yang
lain bisa saja terputus atau berangkai dengan kebiasaan yang baru menggantikannya.
Berkembangnya suatu kebudyaan sebenarnya dipengaruhi oleh faktor keturunan,
misalnya kehidupan bertani akan merupakan warisan dari oerang tuanya dan akan
dicoba dalam kehidupan mereka untuk diteruskan pada generasi berikutnya ; Keadaan
lingkungan alam, maksudnya kondisi zaman ketika mereka tinggal seperti pengaruh
cuaca, keterbatsan kesuburan tanah, serta keterbatasan persediaan makanan di sekitar
mereka, ini mengakibatkan timbul usaha dari mereka untuk mencari sesuatu yang
baru ; serta perwarisan budaya yang berupa profesi dan keterampilan yang
diturunkan kepada anak melalui pendidikan atau penanaman sikap.
Perkembangan kehidupan manusia pra aksara di Indonesia, diawali dengan adanya
kebiasaan pola hidup mencari dan mengumpulkan makanan, cara ini di sebut dengan
kegiatan berburu dan meramu. Pada saat itu keadaan alam masih memungkinkan
untuk mendukung kelangsungan hidup manusia. Dengan masih banyaknya bahan
makanan seperti buah, daun dan umbi yang diambil dari berbagai jenis pohon, serta
binatang yang menjadi hewan buruan masih banyak, sehingga kehidupan mereka
selalu mendekati daerah-daerah yang alamnya masih menyadiakan banyak bahan
makanan. Pada masa kehidupan seperti ini di Indonesia dialami oleh kelompok
manusia dari jenis Pitechatropus erectus sampai jenis Homo soloensis dan Homo
wajakensis . Mereka hidup mengelompok di daerah-daerah pegunungan, hutan dan
sungai serta beberapa tempat yang menarik dalam kehidupan mereka. Tujuan mereka
hidup berkelompok tidak lain adalah untuk mengumpulkan kekuatan ketika mereka di
hadang musuh, serangan binatang buasm serta ancaman bencana seperti banjir,
longsor atau letusan gunungapi. Pada kehidupan berburu ternyata mereka telah
mengenal api. Pada mulanya api mereka lihat dari peristiwa alam, seperti semburan
gunungapi, sambaran petir atau halilintar, serta panas-panas lain yang dapat
menimbulkan kebakaran hutan. Namun perlahan-lahan mereka dapat mempelajari
gejala lam tersebut. Bahkan meraka sudah mampu menghasilkan api untuk
memanaskan makanan supaya menjadi lunak, serta menghangatkan diri dan menjaga
gangguan binatang yang diduga takut akan api. Api ini diperoleh dengan cara
mengosok-gosokan batu sehingga didapat tekanan dan gas, yang kemudian pancing
dengan benda-benda ringan dan kering maka nyalalah api.
Setelah sekian lama mereka hidup berpindah dan mengumpulkan makanan, pada
suatu saat mereka mencoba menangkap binatang buruannya hidup-hidup dan
memeliharanya di dekat tempat tinggal mereka. Mereka juga melihat penemuan baru
pada biji-bijan yang terkumpul menetuk kecambah bertunas sampai tumbuh menjadi
pohon di mana buah atau biji tersebut diambil. Dari sinilah terbentuk kebudayaan
bercocok tanam. Masa bercocok tanam di Indonesia terjadi bersamaan dengan zaman
neolitikum, hal ini menimbulkan kemahirna penemuan alat terus berkembang. Dalam
tahap ini berdasarkan hasil penelitian diduga mereka mampu membuat jalinan serat
dari akar dan kulit pohon yang berfungsi sebagai pakaian. Kehidupan masyarakat
pada masa bercocok tanam ini mengakibatkan banyak diantara mereka meninggalkan
kehidupan nomaden. Namun karena kemampuan mereka dalam mengolah lahan
masih terbatas lahan yang dijadikan sebagai perladangannya berpindah-pindah. Dari
budaya ini pula muncul adanya pembangunan rumah tinggal yang dibangun secara
bersama-sama. pada masa bercocok tamam juga sudah terbentuk sistem kehidupan
pembagian kerja serta kepercayaan untuk menunjuk seorang pemimpin.
C. Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara Indonesia
Beberapa ahli sejarah telah melakukan berbagai penelitian, termasuk salah seorang
tokohnya yaitu Von Heine Geldern. Dan dia membuat suatu gambaran umum
kehidupan prasejarah di Indonesia sebelum datangnya peradaban kepercayaan yang
lebih modern. Namun diantara alat yang banyak ditemukan ternyata mereka telah
mampu menanam padi dan menggunakan alat pemotongnya (anai-anai)/ketam,
meragi beras hingga didapat tuak (minuman keras), berternak berbegai hewan
makanan, membuat periuk dan belangga, membuat pakaian penutup badan,
mendirikan rumah serta mendirikan bangunan bangunan dari batu. Mereka juga telah
membentuk suatu sistem kepercayaan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya tempat-
tempat tempat pemucaan yang sebagian besar dibuat dari batu. Beberapa temuan
diantaranya :
- menhir, sebuah tugu batu tunggal yang didirikan untuk upacara
penghormatan terhadap nenek moyang
- dolmen, berupa peti mayat
- sargofagus, yang fungsinya sama dengan dolmen
- punden berundak-undak yang berfungsi untuk penujaan
- waruga, yaitu kubur batu yang berbentuk bulat
- arca merupakan patung yang dianggap sebagai jelmaan nenek moyang
Benda-benda tersebut kebanyakan dibuat dari batu yang berukurna besar. Sehingga
pada zaman kebudayaan ini sering disebut dengan masa megalitikum, tetapi
sebenarnya masih satu masa dengan neolitikum.
Perkembangan kehidupan manusia praaksara juga di Indonesia telah menganal
adanya teknologi pelayaran, sehingga mereka mampu menyebrangi lautan dengan
mempergunakan perahu bercadik.
Latihan
A. Pilihlah Jawaban yang paling tepat
1. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab ayng memiliki arti dasar yaitu ….
a. arah
b. pohon
c. jalan
d. kehidupan
2. untuk menggambarkan kehidupan manusia di masa lampau kita harus
mendapatkan bahan-bahan yang berkaitan dengan kehidupan mereka pada zamannya,
bahan-bahan tersebut dinamakan sebagai……
a. benda kuno
b. peninggalan purbakala
c. catatan prasejarah
d. sumber sejarah
3. Dr. Eugene Dubois di desa Trinil telah meneliti satu unit fosil manusia
purba yang diberi sebutan…..
a. Meganthropus palaeojavanicus
b. Pithecanthropus erectus
c. Homo Soloensis
d. Homo Neandertalensis
4. Julukan cavemen pada kelompok manusia Homo Sapiens karena …..
a. makhluk itu sering berkelana
b. makhluk yang hidupnya memakan binatang
c. makhluk yang bertempat tinggal di dalam gua
d. makhluk itu menyerupai kera dan berbulu
5. Sejumlah perkakas yang digunakan manusia purba pada kebudayaan
Pacitan adalah ….
a. menhir
b. dolmen
c. chopper
d. candrasa
6. Bekas-bekas yang ditemukan berupa kjokkenmoddinger adalah pada
zaman ….
a. palaeolitikum
b. mesolitikum
c. megalitikum
d. neolitikum
7. Peralatan utama yang paling banyak ditemukan pada kebudayaan
neolitikum adalah ….
a. kapak genggam dan pipisan
b. alat panah dan kapak perimbas
c. kapak persegi dan kapak lonjong
d. pipisan dan alat panah
8. Benda berupa kapak dari perunggu yang sebelah sisinya panjang
dinamakan dengan ….
a. kapak corong
b. candrasa
c. nekara
d. pipisan
9. Corak kehidupan nomaden pada kehidupan manusia praaksara berupa
……
a. kehidupan mengembara sehingga memiliki tempat yang
berpindah-pindah
b. membangun gua tempat bermukim supaya menetap
c. penyesuaian diri dengan lingkungan sehingga dibuat berbagai
peralatan untuk berburu
d. kehidupan bercocok tanam dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya
10. Sistem pembagian kerja pada kehidupan masyarakat purba mulai berlaku
pada saat mereka memiliki kehidupan ….
a. berburu
b. meramu
c. bercocok tanam
d. industri
B. Jawablah semua pertanyaan berikut ini dengan tepat
1. Sebutkan tingkatan-tingkatan usia manusia purba
2. Mengapa kebudayaan penggunaan kapak longjong pada manusia pra
aksara di Indonesia sering disebut dengan neolitikum papua
3. Sebutkan perbedaan zaman logam antara Asia Tenggara dan Indonesia.
4. Jelaskan 3 faktor yang dapat mempengaruhi maju atau berkembangnya
suatu kebudayaan
5. Dengan tujuan apakah manusia purba hidup berkelompok