sedimentasi formasi brani, sawahlunto dan ombilin, cekungan ombilin
DESCRIPTION
Cekungan OmbilinTRANSCRIPT
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
PERKEMBANGAN SEDIMENTASI FORMASI BRANI, FORMASI SAWAHLUNTO
DAN FORMASI OMBILIN DITINJAU DARI PROVENANCE DAN KOMPOSISI
BATUPASIR CEKUNGAN OMBILIN
Yulia Febri Yeni
PT. Antam. Tbk Unit Geomin
Jln. Pemuda, No 1, Pulogadung, Jakarta Timur
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Daerah penelitian merupakan bagian dari Cekungan Ombilin yang terletak di sebelah tenggara Kota
Padang dengan luas wilayah penelitian 400 km2
. Secara stratigrafis, dari tua ke muda formasi pada daerah
penelitian terdiri dari batuanPra-Tersier bagian dari Lempeng Mikro Mergui, Formasi Brani, Formasi
Sangkarewang, Formasi Sawahlunto, Formasi Ombilin dan Formasi Ranau.
Sampel diperoleh dari singkapan dan diwakili oleh 30 sampel sayatan tipis yang menghasilkan 19 kelas
petrografi dan di dapatkan komponen-komponen kunci yang menjadi penciri dari masing masing formasi.
Detritus penciri batupasir pada Formasi Brani terdiri dari plagioklas, fragmen batuan metamorf, dan
fragmen batuan karbonat (marbel). Detritus penciri batupasir pada Formasi Sawahlunto terdiri dari
fragmen kuarsa monokristalin dengan pemadaman bergelombang, dan fragmen rijang. Sedangkan detritus
penciri batupasir pada Formasi Ombilin terdiri dari fragmen batuan sedimen (lempung glukonit), dan
fragmen batuan vulkanik.
Dari hasil korelasi data singkapan dengan sayatan tipis dapat diketahui lingkungan pengendapan, kondisi
tektonik pada saat pengendapan, dan setelah pengendapan. Lingkungan pengendapan pada daerah
penelitian, dimulai dari lingkungan darat (sungai braided), pada saat ini diendapkan fasies konglomerat
polimik yang termasuk dalam Formasi Brani bagian bawah (pre-rift sediment), dan kemudian diendapkan
fasies breksi yang termasuk dalam Formasi Brani bagian atas (syn-rift sediment) yang merupakan
endapan kipas alluvial dikontrol oleh tektonik ekstensional.
Fasies batupasir berbutir kasar merupakan bagian dari Formasi Sawahlunto yang diendapkan pada sungai
meandering berasosiasi dengan daerah rawa. Fasies batupasir berbutir halus merupakan bagian dari
Formasi Ombilin yang termasuk endapan distributary channel sampai dengan lagoon atau neritik yang
didominasi oleh fragmen batuan vulkanik, dan fragmen batuan sedimen. Batuan sumber dari sedimen
tertua diperkirakan berasal dari tinggian yang terletak pada timurlaut daerah penelitian, sedangkan batuan
sedimen Tersier, batuan sumbernya berasal dari tinggian yang terletak di sebelah baratlaut dari cekungan
yang diperkirakan berasal dari tinggian basement yang tersingkap pada saat tektonik regangan pada
Paleosen-Eosen dan uplift karena tektonik kompresi pada Miosen-Resen.
Kata Kunci: Sedimentasi, Formasi Brani, Formasi Sawahlunto, Formasi Ombilin, Provenace
PENDAHULUAN
Istilah provenance digunakan oleh para ahli
petrografi batuan sedimen untuk semua hal yang
berkaitan dengan proses yang menghasilkan
sedimen atau batuan sedimen. Komposisi fragmen
dan mineral yang berada di dalam batuan dapat
diketahui asal usulnya melalui pengamatan
mikroskopois maupun analisa butiran mineral.
Analisa petrogarfi digunakan untuk mempelajari
tekstur serta mineralogi batuan secara detail, yang
meliputi indeks mineral, perubahan tekstur,
perubahan kumpulan mineral primer dan
sekunder, dengan demikan batuan dapat
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
ditentukan jenisnya berdasarkan klasifikasi yang
dipilih, dan proses-proses sekunder lainnya yang
terdapat dalam batuan.
Studi tentang hubungan komposisi penyusun
batuan dengan genesanya telah banyak dilakukan,
salah satu yang dikemukakan adalah keterkaitan
komposisi sedimen klastik dengan kedudukan
tektonik. M. S. Shvetsov (1920), mengatakan
bahwa batupasir yang banyak mengandung
mineral kuarsa (pure quartz) merupakan karakter
dari daerah yang stabil atau kraton sedangkan
batupasir di daerah orogen (tektonik aktiv)
mineraloginya lebih komplek. Tektonik yang
sangat aktif akan menghasilkan sedimen yang
belum matang (immature stage), tektonik yang
lebih stabil akan menghasilkan sedimen yang
matang (mature stage), tektonik yang relatif stabil
dalam jangka waktu yang lama akan
menghasilkan sedimen yang sangat matang
(supermature stage).
TATANAN TEKTONIK
Secara geografis Cekungan Ombilin merupakan
tipe intermontane basin, yang terletak di Sumatera
Barat (gambar 1). Berdasarkan genesis atau
pembentukannya Cekungan Ombilin merupakan
pull apart basin. Graben ini memanjang dari
bagian Selatan Solok hingga arah Baratlaut yang
melalui Payakumbuh dengan panjang sekitar 120
km. Pada bagian Selatan dari cekungan ini, graben
ditutupi oleh batun vulkanik Kuarter hingga
Recent dari gunungapi Malintang, Merapi,
Maninjau, dan Singgalang. Walaupun secara
ukuran cekungan ini tidak besar, namun ketebalan
sedimen Tersier mencapai hingga 4.600 m yang
berkisar antara umur Eosen hingga Miosen
Tengah Awal (Koning,1985).
Cekungan Ombilin memiliki sejarah tektonik
yang kompleks dari reverse, wrench, hingga
extensional. Konfigurasi dari cekungan dan
jumlah sedimen pada cekungan ini dipengaruhi
oleh kompresi dari arah Utara-Selatan yang
membentuk dog leg graben atau tipe cekungan
pull apart. Kompresi disebabkan oleh subduksi
dari Lempeng India-Australia terhadap Craton
Sunda (Lempeng Eurasia), subduksi terjadi pada
Awal Eosen Tengah (Dally,1990) dan
menghasilkan regime tektonik tarikan
(ekstensional) yang membentuk sejumlah graben
pada tatanan tektonik ekstensional belakang
busur.
Struktur utama pada Cekungan Ombilin memiliki
arah Utara Selatan dan Baratlaut - Tenggara.
Patahan dengan arah Baratlaut Tenggara sejajar
dengan arah patahan mendatar Sumatera
(Sumatera Fault Zone), dimana pada bagian Utara
dan Selatan cekungan dibatasi oleh patahan
Sitangkai dan patahan Silungkang (gambar 2).
PENGELOMPOKAN FASIES BATUAN
SEDIMEN PADA DAERAH PENELITIAN
Cekungan Ombilin, terbentuk pada fase tektonik
regangan pada umur Paleosen-Eosen. Berdasarkan
deskripsi batuan dilapangan dari tiga Formasi
yang berbeda yaitu Formasi Brani, Formasi
Sawahlunto dan Formasi Ombilin, didapat empat
fasies utama:
1. Fasies Konglomerat Polimik
2. Fasies Breksi Polimik
3. Fasies Batupasir Berbutir Kasar
4. Fasies Batupasir Berbuitr Halus
Fasies Konglomerat Polimik
Secara megaskopis batuan sedimen ini memiliki
warna segar merah dan warna lapuk merah
kehitaman, masif, keras, karbonatan. Batupasir
dengan bentuk butir menyudut tanggung-
membundar, kemas terbuka. Pada bagian bawah
lapisan terdapat bidang erosi.
Komponen dari konglomerat berupa kuarsa,
rijang, dan batugamping, dengan bentuk butir
membundar tanggung-membundar, ukuran
komponen berkisar 0,5cm-10cm, grain supported.
Ketebalan konglomerat mencapai 560 m. Batuan
sedimen ini terletak pada baratdaya daerah
penelitian yaitu di Desa Talago Gunuang dan
sekitarnya. Batuan sedimen ini diperkirakan
diendapkan dalam keadaan tektonik yang relative
stabil ditunjukan dengan bentuk butir yang
relative membundar diperkirakan merupakan
endapan darat (sungai braided) yang
menghasilkan batuan sedimen dengan pemilahan
yang cukup baik (gambar 3). Terdapat imbrikasi
yang menunjukan arah timur laut - barat daya dan
diperkirakan sumber sedimen berasal dari timur
laut daerah penelitian dan arah strike yang juga
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
relative timurlaut-baratdaya berlawanan dengan
arah strike batuan sedimen lain yang terdapat pada
daerah penelitian yang relative baratlaut-tenggara.
Fasies Breksi Polimik
Secara megaskopis singkapan batuan pada daerah
penelitian memiliki warna segar coklat, warna
lapuk coklat kehitaman, masif dengan kekerasan
medium hard. Komponen terdiri dari fragmen
batuan beku dan fragmen batuan sedimen seperti
fragmen batulempung , fragmen batupasir dan
fragmen breksi. Bentuk butir menyudut-menyudut
tanggung dengan ukuran butir 1 cm 40 cm
(Gambar 4). Diperkirakan fasies ini diendapkan
dalam sistem pengendapan yang cepat dan
transportasi yang tidak terlalu jauh dari sumber
sedimen dapat dilihat dari bentuk butir yang
menyudut dan ukuran komponen yang mencapai
ukuran berangkal dengan pemilahan buruk. Pada
aderah Kolok ditemukan singkapan dengan
ketebalan 5 m-25 m.
Fasies Batupasir Berbutir Kasar
Fasies ini terdiri dari batupasir dan konglomerat
(gambar 5). Secara megaskopis batupasir pada
daerah penelitian memiliki warna segar kuning-
orange dan warna lapuk kuning kehitaman -
orange kehitaman. Singkapan batupasir umumnya
dengan ukuran butir pasir sangat halus-pasir
sangat kasar, bentuk butir menyudut tanggung-
membundar, terpilah buruk, tidak karbonatan
didominasi oleh lapisan batupasir masif, terpilah
buruk, dengan bagian bawah lapisan merupakan
bidang erosi, berasosiasi dengan adanya struktur
sedimen lapisan bersusun (gradded bedding) dan
lapisan silang-siur (planar dan trough cross
bedding). Karakteristik ini menunjukkan bahwa
batuan ini terendapkan sebagai endapan saluran.
Dijumpainya batulanau dengan struktur sedimen
laminasi halus menunjukkan bahwa batuan ini
terendapkan di dataran banjir (flood plain);
sedangkan dijumpainya material tumbuhan dan
lapisan batubara menunjukkan bahwa lingkungan
pengendapan batuan ini berhubungan dengan
lingkungan rawa (peat swamp lingkungan back
mangrove sampai darat). Dengan demikian,
bagian bawah Formasi Sawahlunto terendapkan
sebagai endapan sungai yang berasosiasi dengan
daerah dataran banjir dan daerah rawa atau dalam
sistem sungai berkelok (meandering river system).
Komponen konglomerat pada fasies batupasir
berbutir kasar merupakan kuarsa dengan bentuk
butir membundar tanggung-membundar, matrik
merupakan batupasir. Pada satsiun 21 ditemukan
singkapan batupasir dengan kontak berupa kontak
stratigrafi yang menjemari dengan konglomerat.
Fasies Batupasir Berbutir Halus
Fasies batupasir berbutir halus terdiri dari
batupasir, batulanau, batulempung dan
konglomerat.Secara megaskopis batuan sedimen
memiliki warna segar abu-abu-kuning dan warna
lapuk abu-abu kecoklatan-kuning kecoklatan,
berlapis baik, ukuran butir berkisar dari pasir
sedang-pasir sangat halus, dengan pemilahan
sedang, terdapat struktur sedimen paralellaminasi,
crosslaminasi, nodule dengan sisipan tipis
batubara dan lensa batubara, pada bagian bawah
terdapat bidang erosi (gambar 6).
Konglomerat pada fasies ini didominasi oleh
matrik (matrik supported), terdapat fosil kayu,
komponen terdiri dari batuan sedimen (fragmen
batulempung dan frgamen batupasir) dan batuan
beku. Diperkirakan batuan pada fasies batupasir
berbutir halus diendapkan pada lingkungan
limpah banjir - daerah pasang surut karena juga
ditemukan fosil moluska dan fosil foraminifera
plangtonik dan bentonik.
PETROLOGI DAN KOMPOSISI UMUM
BATUPASIR
Tiga puluh sayatan tipis digunakan untuk analisis
provenance pada daerah penelitian pada tiga
formasi yaitu Formasi Brani, Formasi Sawahlunto
dan Formasi Ombilin di Kota Sawahlunto dan
Kabupaten Sijunjung (Gambar 7). Batupasir di
daerah penelitian secara umum dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu arenite dan
graywacke. Komponen didominasi oleh fragmen
lithic terutama fragmen batuan metamorf dan
rijang.
Pada umumnya butiran dalam keadaan saling
kontak. Sifat kontak yang ditemui adalah kontak
yang disebabkan oleh diagenesa dan kontak
karena kompaksi lanjut seperti long contact,
concave-convex contact dan suture contact .
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Bentuk butir memperlihatkan variasi dari
menyudut-membundar, bentuk butir menyudut
terutama pada kuarsa lebih disebabkan karena
terjadi korosi ataupun overgrowth pada outline
batas kristal. Feldspar sangat jarang ditemukan
terutama pada sedimen-sedimen yang berumur
lebih tua. Bentuk butir feldspar menyudut-
membundar tanggung. Fragmen batuan umumnya
memperlihatkan bentuk dan sifat yang lebih baik
dari pada kuarsa, seperti fragmen rijang, fragmen
batuan sedimen dan fragmen batuan metamorf.
Sebagai gambaran dapat diuraikan secara
deskriptif bahwa unsur-unsur yang terdapat pada
batupasir di daerah penelitian terdiri dari:
A. Komponen
1. Kuarsa monokristalin (Qm), pada umumnya
dengan pemadaman bergelombang (undulose
extinction) yang memperlihatkan deformation
lamellae dan dalam persentase yang lebih
kecil juga terdapat kuarsa monokristalin
dengan pemadaman tidak bergelombang (non-
undulose extinction).
2. Kuarsa polikristalin (Qp), didominasi oleh
kuarsa polkristalin yang terdiri dari 2-3 kristal
dan juga terdapat kuarsa polikristalin yang
terdiri dari > 3 kristal.
3. Feldspar (P dan K-f), dengan kembar albit,
albit kalsbad, zoning dan kembar mikroline,
dan ada juga yang mulai terubah menjadi
serisit.
4. Fragmen batuan sedimen (Ls), terdiri dari
fragmen batuan sedimen berbutir halus yang
teridiri dari fragmen batu lempung dan
fragmen batupasir halus. Pada daerah
penelitian ditemukan lempung glukonit
dengan bentuk butir membundar warna
kuning kehijauan.
5. Fragmen batuan metamorf (Lm) atau
metasedimen terdiri dari kuarsa-mika
tektonik, fragmen bertekstur hornfels, kuarsa
polkritalin dengan pengarahan pada subkristal
yang cukup ekstrim seperti sekis dan gneiss,
pada umumnya dalam satu butiran jumlah
subkristalnya > 4 unit.
6. Fragmen batuan vulkanik (Lv), fenokrisnya
umumnya terdiri dari plagioklas dengan
massa dasar berupa mikrolite plagioklas dan
gelas dalam persentase yang lebih kecil.
7. Detritus mika dan mineral berat, seperti
muskovit, biotit, zircon.
8. Fragmen-fragmen batuan yang sulit dikenali
sifat teksturalnya karena telah mengalami
replacement atau tertekuk dan hancur karena
tergencet oleh butiran yang lebih tegar atau
biasa dikenal sebagi pseudomatrik (matrik
semu).
B. Matrik
Matrik terdapat dalam jumlah yang tidak terlalu
besar, melainkan hanya terkonsentrasi pada
bagian-bagian tertentu dari luasan sayatan tipis
beberapa sampel walaupun ada beberapa sayatan
dengan persentase matrik yang cukup besar.
Matrik yang dijumpai berupa epimatrik,
orthomatrik dan protomatrik sedangkan fragmen
lithic yang termasuk kedalam pseudomatrik tidak
dianggap sebagai matrik karena merupakan
komponen dari batuan. Komposisi matrik pada
umumnya terdiri dari oksida besi, mineral
lempung yang terkristalisasi, serisit dan mineral
karbonat yang mengisi rongga antar butir pada
batuan. Semen-semen yang dijumpai merupakan
semen filosilikat, oksida besi dan juga karbonat.
Batupasir pada daerah penelitian berdasarkan
klasifikasi Pettijhon (1975) dikelompokan
menjadi 4, yaitu lithic arenite, lithic graywacke,
subarkose, felspahatic wacke, didominasi oleh
lithic arenite dengan komponen berupa fragmen
batuan metamorf, rijang, fragmen batuan sedimen
dan fragmen batuan vulkanik dapat dilihat pada
tabel 1dan gambar 8.
DIAGENESA BATUPASIR
Berdasarkan data dari 30 sayatan tipis batupasir
dari tiga formasi yaitu Formasi Brani, Formasi
Sawahlunto dan Formasi Ombilin pada daerah
penelitian, terdapat beberapa gejala yang penting
yang dapat digunakan untuk mengetahui proses
diagenesa. Diagenesa menyebabkan detritus yang
lepas menjadi terlitifikasi oleh proses fisika, kimia
dan biologi dan diagenesa yang terjadi setelah
sedimen menjadi batuan mengubah tekstur dan
mineralogi dari batuan.
Diagenesa Batupasir Formasi Brani
Pada batupasir Formasi Brani terdapat beberapa
tipe diagenesa yang mempengaruhui
pembentukannya dapat dilihat pada gambar 9,
yaitu:
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
a) Kompaksi dan diikuti oleh proses disolusi
(pelarutan), ditunjukan dengan adanya korosi
pada pada butiran kuarsa dan fragmen batuan
lain seperti pada fragmen batuan metamorf
dan fragmen fragmen batuan karbonat.
b) Sementasi dan rekristalisasi pada batuan.
Semen yang terdapat pada sayatan batupasir
terdiri dari kalsit, dan oksida besi sedangkan
rekistalisasi menyebabkan butiran kuarsa
mengalami overgrowth dan terjadinya
rekristalisasi pada matrik terutama pada
matrik breksi stasiun 35.
c) Replacement, butiran umumnya digantikan
oleh oksida besi.
d) Deformasi butiran, gejala deformasi terutama
disebabkan oleh kompresi yang terjadi pada
batuan dapat dilihat dengan ditemukan kuarsa
dengan pemadaman bergelombang, gejala
fracturing pada butir terutama pada kuarsa.
Diagenesa Batupasir Formasi Sawahlunto
Pada batupasir Formasi Sawahlunto terdapat
beberapa tipe diagenesa yang mempengaruhui
pembentukannya dapat dilihat pada gambar 10
yaitu:
a) Kompaksi dan diikuti oleh proses disolusi
(pelarutan), ditunjukan dengan adanya korosi
pada pada butiran kuarsa dan fragmen batuan
lain seperti pada fragmen batuan metamorf
dan fragmen batuan vulkanik. Gejala disolusi
diperkirakan terjadi bersamaan dengan proses
kompaksi atau pada tahap eogenesis dapat
dilihat dari pola disolusi yang terjadi pada
outline butir mengikuti pengarahan dari butir.
b) Sementasi dan rekristalisasi pada batuan.
Semen yang terdapat pada sayatan batu pasir
terdiri dari kalsit, silica, dan oksida besi.
Rekristalisasi dapat dilihat dengan pada
outline butiran kuarsa yang mengalami
secondary growth dan rekristalisasi pada
matrik membentuk epimatrik.
c) Replacement, sampel batupasir Formasi
Sawahlunto pada umumnya di replace
(digantikan) oleh oksida besi dan juga klorit.
d) Deformasi batuan, dapat dilihat dengan
ditemukannya kuarsa dengan pemadaman
bergelombang, pengarahan pada butiran
(terutama oleh mineral mika), penekukan
pada butiran bahkan sampai terpatahkan dan
banyaknya dijumpai pseudomatrik pada
luasan sayatan, gejala fracturing pada butir
terutama pada kuarsa yang diisi oleh mineral
karbonat (kalsite) yang merupakan tahap akhir
atau telogenesis dari diagenesis Formasi
Sawahlunto.
Diagenesa Batupasir Formasi Ombilin
Pada batupasir Formasi Ombilin terdapat
beberapa tipe diagenesa yang mempengaruhui
pembentukannya dapat dilihat pada gambar 11,
yaitu:
a) Kompaksi dan diikuti oleh proses disolusi
(pelarutan), ditunjukan dengan adanya korosi
pada butiran kuarsa dan fragmen batuan lain
seperti pada fragmen batuan metamorf dan
fragmen batuan vulkanik. Gejala disolusi
diperkirakan terjadi bersamaan dengan proses
kompaksi atau pada tahap eogenesis dapat
dilihat dari pola disolusi yang terjadi pada
outline butir mengikuti pengarahan dari butir.
b) Sementasi dan rekristalisasi pada batuan.
Semen yang terdapat pada sayatan batupasir
terdiri dari kalsit, silica, dan oksida besi.
c) Rekristalisasi dapat dilihat dengan pada
outline butiran kuarsa yang mengalami
secondary growth dan rekristalaisi pada
matrik menyebabkan terbentuknya epimatrik.
d) Replacement, sampel batupasir Formasi
Ombilin pada umumnyabutirannya di replace
(digantikan) oleh oksida besi dan klorite
terutama pada fragmen batuan berbuitr halus.
e) Deformasi batuan dapat dilihat pada butiran
yang mengalami penekukan bahkan sampai
terpatahkan dan banyaknya dijumpai
pseudomatrik pada luasan sayatan, gejala
fracturing pada fragmen plagioklas.
Disebabkan oleh kompresi pada batuan yang
karena aktifitas tektonik yang terjadi setelah
batuan diendapkan.
ANALISA MODAL BATUPASIR
Analisa modal dilakukan untuk mengetahui tipe
butiran dominan atau komponen-komponen kunci
penyusun batupasir pada masing-masing Formasi
yang terdapat di daerah penelitian, sehingga dapat
diketahui batuan sumber dari masing-masing
Formasi. Kelas-kelas petrografis yang digunakan
mengacu pada presentase dari butiran yang
terdapat pada sayatan batupasir, matrik dari breksi
dan matrik dari konglomerat (tabel 2)
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Analisa Modal Batupasir Formasi Brani
1. Analisa modal matrik breksi Formasi Brani
Butiran didominasi oleh oleh fragment plagioklas,
dengan jenis asam, diperkirakan batuan sumber
berasal dari granit yang berasal dari tinggian
(batuan basement) yang terdapat di sekitar
cekungan. Berdasarkan data korelasi petrografi
(dengan membandingkan jenis plagioklas pada
pada sayatan 35 dengan sayatan batuan beku asam
pada daerah penelitian), jenis plagioklas pada
sayatan 35 sama dengan plagioklas yang terdapat
pada granit yang merupakan basement dari
cekungan, yaitu plagioklas dengan jenis asam.
2. Analisa modal matrik Konglomerat dan
batupasir Formasi Brani
Tipe atau jenis butir dari matrik konglomerat pada
sayatan 63 MK didominasi oleh fragmen karbonat
(marbel), fragmen batuan metamorf, kuarsa
monokristalin dengan pemadaman bergelombang.
Plagioklas hadir dalam persentase yang sangat
sedikit 0,5%. Diperkirakan batuan sumber
(Sourced Rock) dari batuan adalah batuan
karbonat (marbel), batuan metamorf derajat
rendah-batuan metamorf derjat tinggi.
Grain types batupasir pada sayatan 63 (bpsr), 65,
67 didominasi oleh fragmen batuan metamorf,
kuarsa monokristalin dengan pemadaman
bergelombang, fragmen rijang dan fragmen
batuan karbonat (marmer), dimana plagioklas
sangat sedikit dijumpai pada sayatan batuan.
Diperkirakan batuan sumber (Sourced Rock) dari
batuan adalah batuan beku asam seperti granit,
batuan metamorf derajat rendah-metamorf derajat
tinggi.
Singkapan batuan merupakan perselingan
konglomerat dengan batupasir, dengan bentuk
komponen konglomerat agak membundar-sangat
membundar, dengan bentuk komponen yang
membundar diperkirakan batuan telah tertranspor
sangat jauh dari batuan sumber, sumber sedimen
tidak berasal dari tinggian (basement) dari
cekungan.
Dapat disimpulkan berdasarkan analisis modal
dan dominasi dari tiap-tiap kelas petrografi pada
Formasi Brani, kelas-kelas petrografi atau buitran
yang dapat dijadikan sebagai pemciri khusus (
komponen-komponen kunci) penyusun batupasir
pada Formasi ini terdiri dari plagioklas, fragmen
batuan metamorf, fragmen batuan karbonat
(marbel).
Analisa Modal Formasi Sawahlunto
Tipe atau jenis butir dari batupasir yang terdapat
pada Formasi Sawahlunto didominasi oleh
fragmen batuan metamorf, fragmen rijang dan
fragmen kuarsa mokristalin dengan pemadan
bergelombang.
Dapat disimpulkan berdasarkan analisis modal
dan dominasi dari tiap-tiap kelas petrografi pada
Formasi Sawahlunto, kelas-kelas petrografi atau
butiran yang dapat dijadikan sebagai penciri
khusus ( komponen-komponen kunci) penyusun
batupasir pada Formasi ini terdiri dari kuarsa
monokristalin dengan pemadaman bergelombang
dan fragmen rijang, walaupun pada sayatan
batupasir yang lebih muda jumlah fragmen batuan
vulkanik semakin meningkat seperti ditemukan
pada sayatan batuan pada stasiun tujuh (7) dengan
persentase fragment vulkanik mencapai 63,23%
,diperkirakan pada akhir pengendapan Formasi
Sawahlunto aktivitas vulkanik terjadi dan
menghasilkan material vulkanik sebagai sumber
sedimen.
Analisa Modal Batupasir Formasi Ombilin
Tipe atau jenis butir dari batupasir pada Formasi
Ombilin didominasi oleh fragmen batuan
vulkanik, dan juga fragmen batuan sediment
(lempung glukonit) dan kemunculan plagioklas
dengan bentuk butir menyudut tanggung-
membundar tanggung. Fragmen vulkanik yang
dijumpai banyak mengandung mikrolite
plagioklas, diperkirakan berasal dari batuan
vulkanik asam. Dengan mulai banyaknya
dijumpai fragmen batuan vulkanik diperkirakan
selama batuan terendapkan juga berlangsung
aktivitas vulkanik yang menghasilkan material
vulkanik yang kemudian tererosi, tertransportasi
dan terendapkan sebagai batuan sumber dari
batupasir Formasi Ombilin.
Dapat disimpulkan berdasarkan analisis modal
dan dominasi dari tiap-tiap kelas petrografi pada
Formasi Sawahlunto, kelas-kelas petrografi atau
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
butiran yang dapat dijadikan sebagai penciri
khusus ( komponen-komponen kunci) penyusun
batupasir pada Formasi ini terdiri dari fragmen
batuan sedimen (lempung glukonit) dan fragmen
batuan vulkanik.
ANALISA TEKSTUR FRAGMEN KUARSA
Secara umum batuan sumber daerah penelitian
berasal dari batuan metamorf, batuan vulkanik,
rijang, batuan sedimen sedangkan untuk
mengetahui batuan sumber dari fragmen kuarsa
harus dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu
dengan menganalisa tekstur dari kuarsa pada
sayatan tipis. Kuarsa adalah salah satu fragmen
yang terdapat pada semua sayatan tipis. Fragmen
kuarsa terdiri dari kuarsa monokristalin, kuarsa
polilkristalin ataupun fragmen batuan metamorf
ataupun rijang yang dapat dikelompokan kedalam
fragmen kuarsa polikristalin.
Pengamatan petrografis memperlihatkan bahwa
fragmen kuarsa pada setiap formasi memiliki
variasi internal tekstur dan perbedaan sifat optik
(tabel 3). Pada tabel 3 dapat dilihat terdapat dua
jenis kuarsa yaitu kuarsa monokristalin dan juga
kuarsa polikristalin. Kuarsa monokristalin, pada
umumnya dengan pemadaman bergelombang
(undulose extinction) dengan deformation
lamellae merefleksikan proses deformasi yang
pernah terjadi pada batuan dan kuarsa polikristalin
yang terdiri dari 2-3 krital dan > 3 kristal dengan
intracrytal boundary poligon.
Berdasarkan karakteristik dan kenampakan
petrografis pada setiap butiran kuarsa pada 30
sayatan tipis, batuan sumber dari kuarsa pada
daerah penelitian dapat dibedakan menjadi empat
(Tabel 4) berdasarkan Matthias Bernet dan Kari
Bassett (2005), yaitu;
1. Plutonic quartz, dengan kenampakan di
bawah mikroskop monokristalin dan
polikristalin, pemadaman tidak bergelombang,
ciri khusus terdapat fluid inclusion dan
mineral inclusion, terdapat pada sayatan tipis
stasiun 7,16, 17, 18, 21, 26, 28, 31, 52, 8, 9,
51, 56, 63, 65, 67, 73, 75, X1, X13, X14, dan
X15.
2. Brittle deformed quartz dan ductile deformed
quartz, dengan kenampakan di bawah
mikroskop monokristalin dan polikristalin,
weakly undulose sampai dengan strong
undulose extinction menunjukan deformation
lamellae, biasanya terdapat mikrofracture
dengan orientasi tertentu, terdapat pada
sayatan tipis stasiun X14, X1, 73, 67, 65, 63,
9, 8, 52, 28, 26, 18 dan 16.
3. Low grade metamorf quartz dan high grade
metamorf quartz, kenampakan di bawah
mikroskop pada umunya polikristalin, > 4 unit
kristal , weakly undulose sampai dengan
strong undulose extinction dan outline tiap
unit kristal menunjukan suture contact,
terdapat hampir pada semua sayatan kecuali
sayatan stasiun X1 dan X13.
4. Kuarsa mikrokristalin, berupa fragmen rijang
terdapat hampir pada semua sayatan kecuali
sayatan stasiun X1 dan X13.
HUBUNGAN TEXTURAL MATURITY
DENGAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Textural Maturity sangat penting untuk
mengetahui lingkungan di saat batuan sedimen
diendapkan, karena dapat memberikan skala
deskriptif yang mengidentifikasikan tingkat
selektifitas atau keefektifan dari lingkungan dalam
penyaringan, pemilahan dari bentuk butir batuan
sedimen (Robert. L Folk, 1980, Petrology of
Sedimentary Rock). Berdasarkan data dari 30
stasiun penelitian yang berasal dari tiga formasi
yang berbeda didapat perbedaan tingkat
kematangan.
Formasi Brani
Formasi Brani pada daerah penelitian dapat dibagi
menjadi dua, yaitu Formasi Brani yang termasuk
kedalam fasies konglomerat polimik dan fasies
breksi polimik.
Tekstural Maturity pada Fasies Konglomerat
Polimik
Persentase matrik berkisar antara 1,6% - 18%,
yang terdiri dari oksida besi dan mineral karbonat
dengan bentuk butir menyudut-membundar
didominasi oleh butiran dengan bentuk
membundar sedangkan bentuk butir menyudut
diperkirakan karena terjadinya overgrowth dan
korosi pada outline butiran dan juga gaya
kompresi yang terjadi setelah batuan diendapkan
menyebabkan butiran banyak yang tertekuk dan
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
sebagian ada yang hancur. Oksida besi merupakan
matrik yang terbentuk setelah sedimen
diendapkan (post depositional). Butiran
didominasi oleh fragmen batuan metamorf dan
fragmen rijang dan tidak dijumapai mineral
lempung baik sebagai matrik ataupun sebagai
komponen. Berdasarkan data di atas dapat
disimpulkan bahwa batupasir pada Stasiun 63,
stasiun 65 dan stasiun 67 dapat dikelompokan
pada mature stage, dengan tingkat pengikisan dan
pemilahan yang tinggi, dimana energi secara terus
menerus diberikan pada butiran, dengan aktivitas
tektonik yang relative stabil dan diperkirakan
batuan diendapkan pada lingkungan darat
(fluvial).
Tekstural Maturity pada Fasies Breksi Polimik
Persentase matrik mencapai 16%, bentuk butir
menyudut-menyudut tanggung dengan pemilahan
yang buruk. Matrik terdiri atas mineral lempung,
oksida besi, mineral karbonat yang didominasi
oleh mineral lempung. Butiran didominasi oleh
plagioklas dengan bentuk butir menyudut-
menyudut tanggung. Berdasarkan data di atas
dapat disimpulkan bahwa batuan dapat
dikelompokan ke dalam immature stage. Bentuk
butir menyudut menunjukan pengendapan yang
cepat dan jarak yang dekat biasanya dikontrol
oleh tektonik yang sangat aktif. Plagioklas yang
melimpah merupakan indikasi batuan diendapkan
pada iklim basah dengan topografi kasar (tidak
rata). Berdasarkan cirri-ciri di atas
diinterpretasikan breksi (sayatan stasiun35)
menunjukan lingkungan pengendapan darat
(endapan kipas alluvial).
Formasi Sawahlunto
Tekstural Maturity pada Fasies Batupasir
Berbutir Kasar
Persentase matrik berkisar dari 0,2%-24,25%,
terdiri dari mineral lempung, oksida besi, dan
serisit. Mineral lempung hadir dalam persentase
yang lebih sedikit. Bentuk butir menyudut-
membundar, didominasi bentuk butir menyudut.
Sayatan didominasi oleh kuarsa, fragmen batuan
metamorf, rijang, dan pada beberapa sayatan
terdapat fragmen batuan sedimen. Berdasarkan
data di atas dapat disimpulkan bahwa batuan
dikelompokan kedalam sub-mature stage.
Plagioklas hadir dalam persentase yang lebih
sedikit berkisar dari 0,1% - 8%, dengan bentuk
butir menyudut-menyudut tanggung. Persentase
plagioklas yang sedikit dan bentuk butir yang
lebih menyudut menunjukan topografi rendah dan
iklim basah pada saat batuan diendapkan.
Diperkirakan batuan diendapkan pada lingkungan
darat (sungai meandering).
Formasi Ombilin
Tekstural Maturity pada Fasies Batupasir
Berbutir Halus
Persentase matrik berkisar dari 3 %- 24%,
didominasi oleh mineral lempung. Bentuk butir
menyudut-membundar dengan pemilahan baik-
buruk. Komponen didominasi oleh fragmen
batuan sedimen berbutir halus dan fragmen batuan
vulkanik. Berdasarkan data di atas dapat
disimpulkan batuan dapat dikelompokan pada
immature stage. Plagioklas hadir dalam kisaran
1% - 10%, dengan bentuk butir menyudut-
membundar tanggung, topografi rendah pada saat
pengendapan. Pada beberapa sayatan dijumpai
lempung glukonit dan karbon mengidentifikasikan
batuan diendapkan pada lingkungan lagoon atau
neritik yang masih berhubungan dengan daerah air
payau (rawa).
HUBUNGAN KOMPOSISI BATUPASIR
DENGAN TINGKAT MATURITY
Selain dari tekstur, komposisi dari batupasir juga
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
maturity dari batupasir. Semakin banyak jumlah
kuarsa yang ditemukan pada luasan sayatan tipis
maka batuan bisa dianggap semakin mature,
semakin sedikit persentase kuarsa yang ditemukan
maka batuan dianggap immature. Prinsip dasarnya
adalah mineral-mineral lunak (tidak stabil) akan
cepat tererosi dibandingkan mineral keras (stabil)
atau bentuk butir dari mineral tidak stabil akan
lebih membundar jika dibandingkan mineral yang
stabil dan pada akhirnya mineral yang tidak stabil
akan berubah menjadi lanau atau lempung dan
menyisakan mineral-mineral yang lebih stabil
seperti kuarsa (Robert. L Folk, 1980, Petrology of
Sedimentary Rock).
Pada tiga puluh sampel sayatan tipis, dapat
diketahui tingkat maturity dari batupasir dari yang
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
paling mature sampai dengan immature(gambar
12),:
1. Mature: Formasi Sawahlunto, karena
persentase mineral stabilnya (Kuarsa) lebih
banyak dibandingkan Formasi Brani dan
Formasi Ombilin. Mengidentifikasikan
pengendapan dengan tingkat pengikisan
(abrasi) yang tinggi dan tingkat pemilahan
yang tinggi, dimana energi secara terus
menerus diberikan pada butiran.
2. Submature: Formasi Brani karena persentase
Fragmen Metamorf lebih banyak dibanding
kuarsa.
3. Immature: Formasi Ombilin, karena batuan
lebih didominasi oleh Fragmen batuan
sedimen dan fragmen batuan vulkanik
(fragmen batuan sedimen dan fragmen batuan
vulkanik tergolong dalam kelompok mineral-
mineral tidak stabil), dimana arus sangat
lemah tetapi pengendapan sangat cepat karena
banyaknya suplay sedimen sehingga sedimen
tidak sempat masuk ke energi mekanik
lainnya setelah pengendapan (tidak sempat
tertransportasi jauh).
KESIMPULAN
Batupasir pada daerah penelitian dapat dibagi
menjadi lithic arenite, lithic graywacke,
subarkose, felspahatic wacke, didominasi oleh
lithic arenite dengan komponen berupa fragmen
batuan metamorf, rijang, fragmen batuan sedimen
dan fragmen batuan vulkanik. Detritus yang dapat
dijadikan sebagai penciri atau komponen-
komponen kunci penyusun batupasir pada
Formasi Brani terdiri dari plagioklas, fragmen
batuan metamorf dan fragmen batuan karbonat
(marbel). Detritus yang dapat dijadikan sebagai
penciri atau komponen-komponen kunci penyusun
batupasir pada Formasi Sawahlunto terdiri dari
fragmen kuarsa monokristalin dengan pemadaman
bergelombang dan fragmen rijang. Detritus yang
dapat dijadikan sebagai penciri atau komponen-
komponen kunci penyusun batupasir pada
Formasi Ombilin terdiri dari fragmen batuan
sedimen (lempung glukonit) dan fragmen batuan
vulkanik.
Batuan sumber (provenance) dari daerah
penelitian terdiri dari batuan beku plutonik,
batuan metamorf derajat tinggi, batuan metamorf
derajat rendah, rijang, batuan sedimen dan juga
batuan vulkanik. Lingkungan pengendapan
dimulai dari lingkungan darat (sungai braided)
pada saat ini diendapkan fasies konglomerat
polimik, kemudian diendapkan fasies breksi yang
merupakan endapan kipas alluvial dikontrol oleh
tektonik yang sangat aktif. Fasies batupasir
berbutir kasar yang merupakan bagian dari
Formasi Sawahlunto diendapkan pada sungai
meandering berasosiasi dengan daerah rawa.
Fasies batupasir berbutir halus merupakan bagian
dari Formasi Ombilin merupakan endapan
distributary channel sampai dengan lagoon atau
neritik didominasi oleh fragmen batuan vulkanik
dan fragmen batuan sedimen. Batuan sumber dari
sedimen tertua diperkirakan berasal dari tinggian
yang terletak pada timurlaut daerah penelitian,
sedangkan batuan sedimen tersier, batuan
sumbernya berasal dari tinggian yang terletak
sebelah baratlaut dari cekungan diperkirakan
berasal dari tinggian basement yang tersingkap
pada saat tektonik regangan pada Paleocen-Eocen
dan uplift karena tektonik kompresi pada Miosen-
Recent.
UCAPAN TERIMAKASIH
Hormat dan terimakasih Penulis sampaikan
kepada Bapak Billy Gumelar Adhiperdana, ST.,
MT dan Bapak Ir. Iyan Haryanto, MT sebagai
pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan ilmu, nasehat dan arahan. Tidak lupa
terimaksih penulis sampaikan kepada Pemda Kota
Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung dan
masyarakat yang telah banyak membantu penulis
selama penelitian di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Adams A. E, W. S. Mackenzie, C. Guilford, 1984,
Atlas of Sedimentary Rocks Under Microscope,
Logram Group UK Ltd.
Adhiperdana, Billy G.,Wisyanto, 1997. Outline
Petrologi dan Diagenesa Batupasir, Jurusan
Teknik Geologi, Program Pasca Sarjana ITB,
Bandung. Tidak diterbitkan.
Adhiperdana Billy G., 1999. Perkembangan
Petrofasies dan Provenance Batupasir Formasi
Bayah Jawa Barat Ditinjau dari Studi Petrofasies,
ITB, Bandung. Tidak diterbitkan.
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Bernet, Matthias, Kari Basset, 2005. Provenance
Analysis By Single-Quartz-Grain Sem-Cl/Optical
Microscopy. Journal of Sedimentary Research,
vol. 75, no. 3, may, p. 492500.
Boggs, S. J.R, 1992, Petrology of Sedimentary
Rock, University of Oregon, USA.
Cameron, N.R., Pulunggono, A., 1984, Sumatran
Microplate, Their Characteristics and Their Role
in the Evolution of the Central and South Sumatra
Basin, Proceeding Indonesian Petroleum
Association, 13th
, Jakarta, p121-143.
Datta, Basudeb, 2005. Provenance, Tectonics and
Palaeoclimate of Proterozoic Chandarpur
Sandstones, Chattisgarh Basin: A Petrographic
View, J. Earth Syst. Sci. 114, No. 3, West
Benggala India, pp. 227245.
Fletcher, Greg dan Yarmanto , 2003. Ombilin
Basin Field Guid: Indonesian Petroleum
Association Post Convention Field Trip October
15-1 7, 1993. IPA.
Folk, R. L. 1980. Petrology of Sedimentary Rocks.
Hemphill Publishing Company. Austin, Texas
78703, 81 85
Afarzadeh, Mahdi., Mahboobeh Hosseini-Barzi,
2008. Petrography and Geochemistry of Ahwaz
Sandstone Member of Asmari Formation, Zagros,
Iran: Implications on Provenance and Tectonic
Setting. Revista Mexicana de Ciencias
Geolgicas, v. 25, nm. 2, , p. 247-260.
Loren A. Raymond, 1943, The Study of Igneous
Sedimentary & Metamorphic Rock, second
edition, Appalachian State University, USA.
Koesoemadinata, R.P & Matasak, T., 1981,
Stratigraphy and Sedimentation, Ombilin Basin,
Central Sumatra, Proceedings of the 10th
Annual
Conference, Indonesia Petroleum Association,
Jakarta, h217-249
Koning,T.,1985, Petroleum Geology of the
Ombilin Intermontane Basin, West Sumatra ,
Proceedings Indonesian Petroleum Association
Fourteenth Annual Convention.
Nicols, Gary, 1991. Sedimentology and
Stratigraphy: Department of Geology, Royal
Holloway, university of London, Black Science
Ltd, h4-6.
Pettijohn, F. J., P.E. Potter, R. Siever, 1986, Sand
and Sandstone, Second Edition, Springer-Verlag
New York Inc.
Prasetyadi, C. 2008. Provenan Batupasir Eosen
Jawa Bagian Timur, Prosiding Ilmiah Tahunan
IAGI ke-37, Bandung.
Situmorang, B., dkk., 1991, Structural
Development of the Ombilin Basin West Sumatra,
Proceeding Indonesian Petroleum Association
20th
, h1-15
Yuningsih, Euis Tintin. Studi Provenance
Batupasir Formasi Formasi di Cekungan
Ombilin, Sumatra Barat. Staf Pengajar Jurusan
Geologi, FMIPA, Universitas Padjadjaran
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
.
Tabel 1. Persentase butiran dan matrik berdasarkan analisa sayatan tipis
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Tabel 2. Analisa Modal (persentase) butiran batupasir, matrik breksi dan matrik konglomerat daerah Kota sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Tabel 4.3 Persentase kuarsa monokristalin dan kuarsa polikristalin
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Tabel 4. Pengelompokan Kuarsa Berdasarkan Karakteristik dan Kenampakan di Bawah Mikroskop
(Matthias Bernet dan Kari Bassett, Journal of Sedimentary Reseach, vol 75, no.3, May, 2005)
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Gambar 1. Lokasi Penelitian (Sumber: R. P. Koesumadinata & Th. Matasak, 1981)
Gambar 2. Peta Struktur Cekungan Ombilin (Sumber: Bona Situmorang, dkk, 1991)
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Gambar 3. Kontak konglomerat dengan batupasir dan imbrikasi pada komponen konglomerat
Gambar 4. Singkapan breksi Polimik
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Gambar 5. Singkapan batupasir yang menjemari dengan konglomerat
Gambar 6. Singkapan batupasir dengan lapisan tipis batubara
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Gambar 7. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Batupasir Kota Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Gambar 8. Klasifikasi batupasir pada daerah penelitian berdasarkan klasifikasi Pettijhon (1975)
Gambar 9. Sayatan st.65 menunjukan kontak antar butir berupa suture contact (E-3), point contact (A-3),
long contact (B-1) dan concave-convex contact (C-3). Terjadi gejala fracturing pada komponen terutama
kuarsa (B-3,4) dan tekstur corroded pada outline batas kristal beberapa mineral. Terdapat pseudomatrik
(C-3,D-2) karena adanya komponen yang tertekuk dan hancur karena tertekan oleh komponen yang lebih
tegar. Mineral mika (B-1) menunjukan adanya pengarahan karena kompresi pada batuan.
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Gambar 10.Sayatan st.X1 menunjukan kontak antar butir berupa suture contact (B,C-1,2)dan concave-
convex contact. Sayatan batuan didominasi oleh kuarsa monokristalin dan kuarsa polikristalin.Terjadi
gejala fracturing pada kuarsa dan diisi oleh mineral karbonat (sebagai matrik dan semen) dan juga
terdapat biotit (A,B,C-3) yang tertekuk dan terpatahkan, menunjukan batuan pernah mengalami gaya
kompresi.
Gambar 11. Sayatan St.X12 menunjkan kontak antar butir terdiri dari suture contact (C-3), long contact
(A-2), point contact (D-1) dan concave-convex contact (B-2). Pada umumnya outline batas kristal
menunukan tekstur corroded. Rongga antar butir diisi oleh oksida besi, sayatan batuan didominasi oleh
fragmen lithic, yang sebagian sudah hancur membentuk pseudomatrik.
-
PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40
th IAGI Annual Convention and Exhibition
Makassar, 26 29 September 2011
Gambar 12. Hubungan komposisi batupasir dengan tingat maturity