sda hutan

8
SU M B E R DAYA ALAM *DEFINISI* *KERUSAK AN HUTAN* *UPAYA PENANGGULAN GAN*

Upload: aris-abdul

Post on 22-Jun-2015

26 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

SDA hutan...

TRANSCRIPT

Page 1: SDA hutan

SU M B E R DA Y A A L A M

*DEFINISI**KERUSAKAN HUTAN*

*UPAYA PENANGGULANGAN*

Page 2: SDA hutan

SUMBER DAYA HUTAN

Sumber daya alam merupakan sesuatu yang terdapat di muka bumi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan sumber daya hutan. Sumber daya hutan merupakan segala sesuatu yang terdapat di hutan yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhanhidupmanusia. Sumber daya hutan sangat bersifat dinamis berubah dari waktu ke waktu, dari tempat satu ke tempat yang lain.seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia. Sumber daya hutan bersifat dapat diperbaharui.Sumber daya hutan harus dilestarikan mulai dari sekarang, karena jika sumber daya hutan tidak dilestarikan. Kelestarian alam akan terganggu. Hutan mempunyai banyak fungsi, Indonesia adalah salah satu negara dengan sumber daya hutan terbesar di dunia. Banyak sekali spesies tanaman yang terdapat di dalam hutan Indonesia. Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia.Hutan sebagai tempat hidup mahluk hidup, contohnya flora dan fauna. Selain itu hutan jua berfungsi sebagai penjaga dan penyedia air, diakarenakan hutan menyimpan banyak tanah. Di sisi lain, hutan dapat memberikan mata pencarian bagi seseorang, contohnya hutan menghasilkan kayu, getah (damar) dan rotan.Kayu dapat digunakan untuk meja,kursi dll

Page 3: SDA hutan

Dan Rotan dapat dijadikan sebagai tusuk gigi dllSalah satu bukti nyata, mengapa hutan harus dilestarikan. Jika tidak ada hutan, tidak akan ada macam-macam flora dan fauna yang tersebar. Jika tidak ada flora dan fauna, sumber daya manusia tidak dapat bertahan hidup. Jika hutan tidak ada akan terjadi banyak bencana alam, tidak akan ada siklus udara yang baik, karena flora mengeluarkan gas O2 dan Co2 yang berfungsi untuk perputaran siklus udara. Sumber daya hutan tidak hanya berguna sebagai siklus udara saja, tetapi hutan juga dapat berfungsi sebagai mata pencaharian. Banyak barang-barang hutan yang ditemukan dan dapat dijadikan sumber mata pencaharian, Contoh : kayu jati bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal dan dapat digunakan untuk membuat kursi,meja,mabel, bahkan untuk memperindah rumah.Selain itu, Hutan penghasil getah sudah dimanfaatkan dan dijadikan sebagai kertas juga dapat dimanfaatkan dan dikelola menjadi karet.

Ada empat faktor penyebab kerusakan hutan itu: penebangan yang berlebihan disertai pengawasan lapangan yang kurang, penebangan liar, kebakaran hutan dan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian atau pemukiman.Selain itu, lemahnya pengawasan lapangan penebangan resmi juga memberi andil tingginya laju kerusakan hutan di Indonesia.

KERUSAKAN HUTAN DI INDONESIAKerusakan hutan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1.Kepentingan EkonomiDalam mengelola hutan kepentingan ekonomi kelihatannya masih lebih dominan daripada memikirkan kepentingan kelestarian ekologi. Akibatnya agenda yang berdimensi jangka panjang yaitu kelestarian ekologi menjadi terabaikan. Proses ini berjalan linear dengan akselerasi perekonomian global dan pasar bebas. Pasar bebas pada umumnya mendorong setiap negara mencari komposisi sumberdaya yang paling optimal dan suatu spesialisasi produk ekspor. Negara yang kapabilitas teknologinya rendah seperti Indonesia cenderung akan membasiskan industrinya pada bidang yang padat yaitu sumber daya alam. Hal ini ditambah dengan adanya pemahaman bahwa mengexploitasi sumber daya alam termasuk hutan adalah cara yang paling mudah dan murah untuk mendapatkan devisa ekspor. Industrialisasi di Indonesia yang belum mencapai taraf kematangan juga telah membuat tidak mungkin ditinggalkannya industri padat seperti itu. Kemudian beban hutang luar negeri yang berat juga telah ikut membuat Indonesia terpaksa mengexploitasi sumber daya alamnya dengan berlebihan untuk dapat membayar hutang negara. Inilah yang membuat ekspor non- migas Indonesia masih didominasi dan bertumpu pada produk-produk yang padat seperti hasil-hasil sumber daya alam. Ekspor kayu, bahan tambang dan

Page 4: SDA hutan

eksplorasi hasil hutan lainnya terjadi dalam kerangka seperti ini. Ironisnya kegiatan-kegiatan ini sering dilakukan dengan cara yang exploitative dan disertai oleh aktivitas-aktivitas illegal yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar atau kecil bahkan masyarakat yang akhirnya memperparah dan mempercepat terjadinya kerusakan hutan.

2.Penegakan Hukum yang LemahMenteri Kehutanan Republik Indonesia M.S.Kaban SE.MSi menyebutkan bahwa lemahnya penegakan hukum di Indonesia telah turut memperparah kerusakan hutan Indonesia. Menurut Kaban penegakan hukum barulah menjangkau para pelaku di lapangan saja. Biasanya mereka hanya orang-orang upahan yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-harinya. Mereka hanyalah suruhan dan bukan orang yang paling bertanggungjawab. Orang yang menyuruh mereka dan paling bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya mempunyai modal yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa. Kejahatan seperti ini sering juga melibatkan aparat pemerintahan yang berwenang dan seharusnya menjadi benteng pertahanan untuk menjaga kelestarian hutan seperti polisi kehutanan dan dinas kehutanan. Keadaan ini sering menimbulkan tidak adanya koordinasi yang maksimal baik diantara kepolisian, kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus yang tidak dapat diungkap dan penegakan hukum menjadi sangat lemah.

3.Mentalitas Manusia.Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak yang memiliki otonomi untuk menyusun blue print dalam perencanaan dan pengelolaan hutan, baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun untuk anak cucunya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena manusia sering menganggap dirinya sebagai ciptaan yang lebih sempurna dari yang lainnya. Pemikiran antrhroposentris seperti ini menjadikan manusia sebagai pusat. Bahkan posisi seperti ini sering ditafsirkan memberi lisensi kepada manusia untuk “menguasai” hutan. Karena manusia memposisikan dirinya sebagai pihak yang dominan, maka keputusan dan tindakan yang dilaksanakanpun sering lebih banyak di dominasi untuk kepentingan manusia dan sering hanya memikirkan kepentingan sekarang daripada masa yang akan datang. Akhirnya hutanpun dianggap hanya sebagai sumber penghasilan yang dapat dimanfaatkan dengan sesuka hati. Masyarakat biasa melakukan pembukaan hutan dengan berpindah-pindah dengan alasan akan dijadikan sebagai lahan pertanian. Kalangan pengusaha menjadikan hutan sebagai lahan perkebunan atau penambangan dengan alasan untuk pembangunan serta menampung tenaga kerja yang akan mengurangi jumlah pengangguran. Tetapi semua itu dilaksanakan dengan cara pengelolaan yang exploitative yang akhirnya menimbulkan kerusakan hutan. Dalam struktur birokrasi pemerintahan mentalitas demikian juga seakan-akan telah membuat aparat tidak serius untuk menegakkan hukum dalam mengatasi kerusakan hutan bahkan terlibat di dalamnya.

Kerusakan hutan akan menimbulkan beberapa dampak negatif yang besar di bumi:

1.Efek Rumah Kaca (Green house effect).

Page 5: SDA hutan

Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorsi gas Co2. Berkurangnya hutan dan meningkatnya pemakaian energi fosil (minyak, batubara dll) akan menyebabkan kenaikan gas Co2 di atmosfer yang menyelebungi bumi. Gas ini makin lama akan semakin banyak, yang akhirnya membentuk satu lapisan yang mempunyai sifat seperti kaca yang mampu meneruskan pancaran sinar matahari yang berupa energi cahaya ke permukaan bumi, tetapi tidak dapat dilewati oleh pancaran energi panas dari permukaan bumi. Akibatnya energi panas akan dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh lapisan Co2 tersebut, sehingga terjadi pemanasan di permukaan bumi. Inilah yang disebut efek rumah kaca. Keadaan ini menimbulkan kenaikan suhu atau perubahan iklim bumi pada umumnya. Kalau ini berlangsung terus maka suhu bumi akan semakin meningkat, sehingga gumpalan es di kutub utara dan selatan akan mencair. Hal ini akhirnya akan berakibat naiknya permukaan air laut, sehingga beberapa kota dan wilayah di pinggir pantai akan terbenam air, sementara daerah yang kering karena kenaikan suhu akan menjadi semakin kering.

2.Kerusakan Lapisan Ozon

Lapisan Ozon (O3) yang menyelimuti bumi berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet yang berbahaya bagi kehidupan di bumi. Di tengah-tengah kerusakan hutan, meningkatnya zat-zat kimia di bumi akan dapat menimbulkan rusaknya lapisan ozon. Kerusakan itu akan menimbulkan lubang-lubang pada lapisan ozon yang makin lama dapat semakin bertambah besar. Melalui lubang-lubang itu sinar ultraviolet akan menembus sampai ke bumi, sehingga dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada tanaman-tanaman di bumi.

3.Kepunahan SpeciesHutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Dengan rusaknya hutan sudah pasti keanekaragaman ini tidak lagi dapat dipertahankan bahkan akan mengalami kepunahan. Dalam peringatan Hari Keragaman Hayati Sedunia dua tahun yang lalu Departemen Kehutanan mengumumkan bahwa setiap harinya Indonesia

Page 6: SDA hutan

kehilangan satu species (punah) dan kehilangan hampir 70% habitat alami pada sepuluh tahun terakhir ini.

4.Merugikan Keuangan Negara.Sebenarnya bila pemerintah mau mengelola hutan dengan lebih baik, jujur dan adil, pendapatan dari sektor kehutanan sangat besar. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Misalnya tahun 2003 jumlah produksi kayu bulat yang legal (ada ijinnya) adalah sebesar 12 juta m3/tahun. Padahal kebutuhan konsumsi kayu keseluruhan sebanyak 98 juta m3/tahun. Data ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara pasokan dan permintaan kayu bulat sebesar 86 juta m3. Kesenjangan teramat besar ini dipenuhi dari pencurian kayu (illegal loging). Dari praktek tersebut diperkirakan kerugian yang dialami Indonesia mencapai Rp.30 trilyun/tahun. Hal inilah yang menyebabkan pendapatan sektor kehutanan dianggap masih kecil yang akhirnya mempengaruhi pengembangan program pemerintah untuk masyarakat Indonesia.

5.Banjir.Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini, disebutkan bahwa salah satu akar penyebabnya adalah karena rusaknya hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air (catchment area). Hutan yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di waktu musim hujan dan menjamin ketersediaan air di waktu musim kemarau, akibat kerusakan hutan makin hari makin berkurang luasnya. Tempat-tempat untuk meresapnya air hujan (infiltrasi) sangat berkurang, sehingga air hujan yang mengalir di permukaan tanah jumlahnya semakin besar dan mengerosi daerah yang dilaluinya. Limpahannya akan menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga menyebabkan banjir. Bencana banjir dapat akan semakin bertambah dan akan berulang apabila hutan semakin mengalami kerusakan yang parah. Tidak hanya akan menimbulkan kerugian materi, tetapi nyawa manusia akan menjadi taruhannya. Banjir di Jawatimur dan Jawa tengah adalah contoh nyata .

AGAMA SEBAGAI SUMBER KETERASINGAN: TEORI HEGELMenurut Hegel agama adalah sumber keterasingan manusia dari alam, diri sendiri dan dari sesama. Dalam makalah ini penulis akan berfokus untuk melihat agama sebagai sumber keterasingan dari alam.Keterasingan manusia dari alam menurut Hegel disebabkan karena manusia mengobjektifikasikan Allah sebagai objek dan sesuatu yang terasing. Bagi Hegel ini disebut agama yang tidak baik, bad infinity. Tuhan Allah dipahami sebagai Allah yang besar, mengatasi dunia yang terbatas dan terpisah dari kehidupan manusia. Dia adalah Allah yang berkuasa di atas dan tidak mempunyai persekutuan dengan manusia yang berada di bawah yaitu bumi. Dalam pemahaman yang seperti ini manusia tidak dapat berharap banyak untuk menemukan Allah di dalam alam sebab Dia terpisah dari alam. Karena pemahaman demikian, alam dilihat manusia sebagai sesuatu objek yang menakutkan sekaligus menjadi sumber bahaya bagi manusia. Alam dilihat sebagai sesuatu yang terasing dan sebagai sesuatu yang tidak bersahabat. Akibatnya manusia tidak dapat mengasihi alam. Manusia tidak lagi mencari keseimbangan hidup di alam yang dapat menyenangkan dan semangat kreativitas manusia untuk mengelola alam tidak lagi dipikirkan. Manusia terombang-ambing dalam menghadapi alam antara takut dan

Page 7: SDA hutan

keinginan untuk menguasai alam.Ketakutan manusia terhadap alam menimbulkan lahirnya keinginan manusia untuk ingin menguasai alam. Keinginan seperti itu ditambah lagi dengan sikap manusia yang tidak mengasihi alam dan hilangnya semangat kreativitas untuk mengelola alam. Akhirnya alampun dikelola dengan dasar kekuasaan, tidak lagi berdasarkan kasih atau kreativitas yang dapat mengelola alam dengan baik. Keinginan manusia untuk menguasai alam semata-mata bukan karena manusia senang dengan alam, tetapi karena manusia ingin memenuhi keinginannya sendiri. Itu dilakukan demi kepentingan manusia sendiri dan sebagai bukti kekuatan manusia dalam menaklukkan alam. Tindakan ini akhirnya sering diwujudkan dengan cara-cara yang exploitative dan sebagai dominasi manusia terhadap alam. Alam sungguh-sungguh dijadikan objek yang dikuasai manusia karena Allah tidak ditemukan di dalamnya. Alam menjadi suatu objek yang bagi manusia tidak memiliki nilai ilahi. Karena itu alam dapat dikuasai, ditaklukkan yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan terhadap alam. Pengelolaan alam bukan lagi atas dasar kasih dan kreativitas tetapi atas dominasi dan keinginan untuk berkuasa dan menaklukkannya

MASYARAKAT INDONESIA.Seandainya Indonesia mempunyai kemauan untuk mengelola hutannya dengan baik dan jujur serta adil maka Indonesia dengan masyarakatnya akan hidup penuh dengan kemakmuran. Tetapi kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya; kerusakan hutan semakin parah, kemakmuran tidak dapat dinikmati, negara malah merugi dan bencana yang datang silih berganti.Membaca teori Hegel, menurut penulis peristiwa ini adalah akibat dominasi dan tindakan exploitative yang dilakukan oleh manusia terhadap alam, dalam hal ini secara khusus terhadap hutan. Pengelolaan hutan yang dilaksanakan tidak didasari karena mencintai hutan yang dipadukan dalam semangat kreativitas, tetapi berdasarkan keinginan untuk berkuasa atas hutan dan keinginan untuk menaklukkannya. Perilaku ini tidak terlepas dari pandangan manusia yang mengobjektifikasikan Allah yang dilihat sebagai sesuatu yang besar, berkuasa dan berada di tempat yang terasing. Dia adalah Tuhan yang absen dan tidak dapat ditemukan di alam termasuk dalam hutan. Tuhan tidak ditemukan di hutan, termasuk hutan di Indonesia. Bahkan hutan menjadi seperti “hantu (sumber ketakutan) ” . Hutan dilihat sebagai sesuatu yang tidak mempunyai nilai ilahi, tetapi sebagai objek dan menakutkan. Karena hutan dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan maka yang muncul justru rasa benci yang akhirnya diwujudkan melalui tindakan exploitasi terhadap hutan. Manusia tidak lagi mengasihi hutan termasuk dalam hal pengelolaannya. Tidak bersahabat dan tidak memiliki rasa persaudaraan terhadap hutan. Manusia tidak menyadari bahwa hutan memiliki peran yang dapat mempengaruhi kehidupan di atas bumi. Akhirnya sikap ini menimbulkan ketidakpedulian dan ketidakadilan terhadap hutan. Hutan dikuasai bahkan dijarah dengan cara yang sewenang-wenang untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya demi memenuhi kepentingan dan keinginan manusia sendiri.Faktor-faktor yang lain turut juga mempengaruhi terjadinya kerusakan hutan di Indonesia. Dominasi kepentingan ekonomi, struktur birokrasi dan aparat pemerintah yang tidak tegas dalam penegakan hukum dan sikap manusia yang bersifat antrophosentris (manusia sebagai pusat) telah menambah kompleksitas penyebab rusaknya hutan Indonesia. Menurut penulis munculnya sikap dan keadaan demikian dalam masyarakat tidak lepas dari pandangan manusia yang mengobjekkan Tuhan juga. Sehingga hutan dianggap tidak

Page 8: SDA hutan

memiliki nilai ilahi, karena Tuhan tidak ditemukan di hutan. Dia jauh dan terasing di atas. Akhirnya manusia benci dan tidak mengasihi hutan. Hubungan yang terjadi antara manusia dengan hutan bukan hubungan yang harmonis, tetapi menegangkan dan menakutkan. Akhirnya timbullah sikap yang mengobjekkan hutan dan menjadikannya hanya untuk memenuhi kepentingan ekonomi saja. Menggunakan hutan untuk kepentingan ekonomi merupakan tindakan yang sah-sah saja, sebab negara dan masyarakat yang sehat harus didukung oleh ekonomi yang sehat juga. Tetapi jika karena kepentingan ekonomi tindakan exploitative dihalalkan itu akan menjadi masalah dan inilah yang terjadi di Indonesia. Ini juga menimbulkan lemahnya penegakan hukum oleh aparat pemerintah di Indonesia bahkan tidak sedikit yang ikut terlibat dalam kejahatan yang menimbulkan kerusakan hutan. Ketidak seriusan dan ketidak tegasan untuk menindak dan mengungkap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pihak-pihak tertentu terhadap hutan adalah indikasi belum adanya kemauan untuk mengasihi hutan. Pandangan manusia yang mengangap dirinya sebagai pihak yang otonom dalam menentukan blue print pengelolaan hutan ikut memperparah keadaan tersebut, karena cenderung dilaksanakan demi pemenuhan kebutuhan manusia itu sendiri. Luasnya hutan Indonesia yang mengalami kerusakan, gundul dan penggurunan yang telah sering memicu terjadinya banjir seperti yang di desa Pati dan Jember adalah suatu pertanda bahwa hutan di Indonesia belum diperlakukan dan dikelola dengan baik. Apresiasi terhadap hutan Indonesia masih minim, sebaliknya exploitasi sangat meningkat. Hutan masih hanya sekedar objek ekonomi, belum diperlakukan seperti sahabat yang dicintai dan dalam pengelolaannya belum diperlakukan dengan baik. Itulah masyarakat Indonesia, yang terasing dari alamnya, terasing dari hutannya. Kebakaran hutan yang berdampak negatif bagi kesehatan manusia dan mengganggu kegiatan sehari-hari terutama bidang transportasi baik darat, laut maupun udara.