scc adlan
DESCRIPTION
squamous cell carcinomaTRANSCRIPT
CASE REPORT
SQUAMOUS CELL CARCINOMA
Disusun Oleh:
Adlan Fariz, S.Ked
Pembimbing :
dr. Usman Wahid, Sp. B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
STASE BEDAH RSUD SEKARWANGI
2015
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat
kepada umatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.
Dalam Laporan ini, penulis akan menguraikan tentang “Squamous Cell
Carcinoma”. Laporan ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang
selama ini kita cari. Penulis berharap semoga laporan ini bisa dimanfaatkan semaksimal
mungkin.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah mendukung penulisan laporan kasus ini, terutama kepada
pembimbing “dr.Usman Wahid, Sp.B” yang telah membimbing saya selama di
bagian Ilmu Penyakit Mata ini dan teman – teman yang telah mendukung
Kami berharap, laporan penelitian ini dapat diterima oleh semua kalangan,
baik kalangan muda maupun kalangan tua. Semoga laporan kasus ini dapat dijadikan
sumber referensi, sumber pembelajaran, dan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya untuk siapa saja yang membutuhkan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan. Dengan buku menjadikan kita
selangkah lebih maju.
Cibadak, 15 September 2015
Penulis
2
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kalapanunggal
Tanggal ke poli mata : 21 September 2015
B. Anamnesis
Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan benjolan dilipatan paha kiri sejak 4 bulan
yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke bagian poli bedah RSUD Sekarwangi dengan keluhan
benjolan dilipatan paha kiri sejak 4 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan awalnya
hanya sebesar telur ayam, lama-kelamaan benjolan semakin membesar hingga
mengeluarkan darah dan nanah yang sulit berhenti, benjolan dirasakan tidak
nyeri. Pasien mengatakan datang ke poli bedah untuk menyerahkan hasil PA
kepada dokter bedah untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
3
Tidak ada keluarga mengeluhkan hal yang sama seperti pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien sedang tidak mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang panjang
Riwayat Alergi
Alergi obat dan makanan disangkal oleh pasien.
Riwayat Psikososial
Pasien sudah tidak bekerja.
C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda Vital
Suhu : Tidak diukur
Nadi : 82 x / menit
Tekanan : 120/80
Respirasi : 18x/menit
3. Status Generalisata
Kepala : Mata : Tidak dijumpai kelainan
Hidung : Tidak dijumpai kelainan
Leher : Tidak dijumpai kelainan
Thorax : Tidak dijumpai kelainan
Abdomen : Tidak dijumpai kelainan
Ekstremitas Superior/ Inferior : Tidak dijumpai kelainan
4
Status Lokalis
Massa soliter dengan ukuran berdiameter ± 15 cm a/r ingunal sinistra,
tampak darah dan pus yang mengalir, konsistensi keras dan padat, terfiksir,
benodul tetapi darah tidak nyeri.
Hasil Pemeriksaan Histopatologi
Sediaan region inguinalis sinistra berupa massa sedikit dilapisi epitel
skuamous kompleks. Subepitel tampak massa tuor terdiri dari sel-sel bentuk bulat-
ouval, kromatin kasar, anak inti prominent, jembatan antar sel jelas, sitoplasma
eosinofilik membentuk struktur pulau dikelilingi jaringan fibrokolagen. Dengan
kesan: Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
5
Resume
Seorang pasien perempuan 60 tahun datang dengan keluhan benjolan
dilipatahan paha kiri sejak 4 bulan yang lalu, benjolan dirasakan semakin lama
semakin membesar, pada pemeriksaan fisik generalisata secara keseluruhan
dalam batas normal. Dan pada pemeriksaan status lokalis bedah didapatkan
Massa soliter dengan ukuran berdiameter ± 15 cm a/r ingunal sinistra, tampak
darah dan pus yang mengalir, konsistensi keras dan padat, terfiksir, benodul
tetapi darah tidak nyeri.
Diagnosis : Non keratinizing squamous cell carcinoma
Planning
Terapi :
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
Vit. C 2 x 1
Prognosa
Quo ad Vitam : dubia
Quo ad Functionam : dubia
Quo ad Sanationam : dubia
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumur ganas yang berasal dari sel-sel epitel
skuamosa yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan biasanya
menimbulkan metastase.9,10
2.2 Etiologi dan faktor predisposisi
Penyebab Karsinoma sel skuamosa yang pasti belum diketahui. Penyebabnya diduga
berhubungan dengan bahan karsinogen dan faktor predisposisi.4 Insiden kanker
mulut berhubungan dengan umur yang dapat mencerminkan waktu penumpukan,
perubahan genetik dan lamanya terpapar inisiator dan promotor ( seperti: bahan
kimia, iritasi fisik, virus, dan pengaruh hormonal ), aging selular dan menurunnya
imunologik akibat aging. Faktor predisposisi yang dapat memicu berkembangnya
kanker mulut antara lain adalah tembakau, menyirih, alkohol, dan faktor pendukung
lain seperti penyakit kronis, faktor gigi dan mulut, defisiensi nutrisi, jamur, virus,
serta faktor lingkungan.6,11,12
2.2.1 Tembakau
7
Tembakau berisi bahan karsinogen seperti : nitrosamine, polycyclic aromatic,
hydrokarbon, nitrosodicthanolamine, nitrosoproline, dan polonium.6,11,13,14
Tembakau merupakan faktor etiologi tunggal yang paling penting. Tembakau dapat
dikunyah-kunyah, atau diletakkan dalam mulut untuk diisap, pada semua keadaan
tersebut tembakau mempunyai efek karsinogenik pada mukosa mulut.6,15
Efek dari penggunaan tembakau yang tidak dibakar ini erat kaitannya dengan
timbulnya “oral leukoplakia” dan lesi mulut lainnya pada pipi, gingiva rahang
bawah, mukosa alveolar, dasar mulut dan lidah.6,13,14,15
Kebiasaan mengunyah tembakau di masyarakat Asia dengan menggunakan
campuran sirih dan pinang yang sering dan dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan Karsinoma sel skuamosa sesuai dengan letak campuran tembakau
yang ditempatkan pada rongga mulut.13 Mengunyah tembakau dengan menyirih
dapat meningkatkan keterpaparan carcinogen tobacco specific nitrosamine (TSNA)
dan nitrosamine yang berasal dari alkaloid pinang.11
2.2.2 Menyirih
8
Kebiasan menyirih atau "nginang" merupakan salah satu kebiasaan kuno yang
dimulai sejak berabad-abad tahun yang lalu. Menyirih mulai dilakukan oleh
masyarakat di China dan India lalu menyebar ke benua Asia termasuk Indonesia.
Komposisi utama dari menyirih adalah daun sirih (Piper betel leaves), buah pinang
(Areaca nut), kapur sirih (Antacid), dan gambir (Uncaria Gambier Roxb).25
Menurut penelitian, kegiatan menyirih dapat menimbulkan efek negatif terhadap
jaringan mukosa di rongga mulut yang dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan
pembentukan karsinoma sel skuamosa yang bersifat malignan akibat komposisi
menyirih, frekuensi menyirih, durasi menyirih, dan penggunaan sepanjang malam.25
2.2.3 Alkohol
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara konsumsi alkohol yang
tinggi terhadap terjadinya karsinoma sel skuamosa. Minuman alkohol mengandung
bahan karsinogen seperti etanol, nitrosamine, urethane contaminant.9 Alkohol dapat
bekerja sebagai suatu solvent (pelarut) dan menimbulkan penetrasi karsinogen
kedalam jaringan epitel. Acelylaldehyd yang merupakan alkohol metabolit telah
diidentifikasi sebagai promotor tumor.11 Alkohol merupakan salah satu faktor yang
memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat menimbulkan
iritasi pada mukosa.14,16
Kombinasi Kebiasaan merokok dan minum alkohol menyebabkan efek sinergis
sehingga mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya kanker
mulut.6,11,17,18 Asap rokok mengandung bahan karsinogen dan alkohol
menyebabkan dehidrasi dan rasa panas yang mempengaruhi selaput lendir mulut.
Meningkatnya premiabilitas mukosa ini akan menimbulkan rangsangan menahun
dimana timbul proses kerusakan dan pemulihan jaringan yang berulang-ulang
sehingga mengganggu keseimbangan sel dan
lain
2.2.4.1 Penyakit Kronis sel mengalami displasia.6
2.2.4 Faktor pendukung
9
Penyakit kronis dapat menjadi faktor predisposisi bagi timbulnya keganasan.
Penyakit tersebut antara lain adalah sifilis. Sifilis merupakan faktor predisposisi
yang penting dari karsinoma mulut. Dengan berkurangnya sifilis tertier dan sifilis
glositis, peranan sifilis juga makin berkurang, oleh karena itu adanya sifilis harus
tetap diperiksa pada setiap keadaan karsinoma.15
2.2.4.2 Faktor Gigi dan Mulut
Keadaan rongga mulut yang tidak terjaga ikut ambil peranan memicu timbulnya
kanker rongga mulut. Iritasi kronis yang terus menerus berlanjut dan dalam jangka
waktu lama dari restorasi yang kasar, gigi-gigi karies/akar gigi, dan gigi palsu yang
letaknya tidak pas akan dapat memicu terjadinya karsinoma.6,19
2.2.4.3 Diet dan nutrisi
Diet dan nutrisi yang penting pada neoplasma mulut diindikasikan pada beberapa
study populasi dimana defisiensi dikaitkan pada resiko karsinoma sel skuamosa.
Buah-buahan dan sayur-sayuran (vitamin A dan C) yang tinggi merupakan proteksi
terhadap neoplasma, sedangkan daging dan cabe merah powder didiagnosa sebagai
faktor resiko.6,8,11
Zat besi berperan dalam melindungi pemeliharaan epitel. Defisiensi zat besi,
menyebabkan atropi epitel mulut dan Plummer Vinson Syndrome yang berhubungan
dengan terjadinya kanker mulut.11
2.2.4.4 Jamur
10
Kandidiasis dalam jaringan rongga mulut mempengaruhi patogenesis dari kanker
mulut. Kandidiasis ada hubungannya dengan diskeratosis pada epitelium walaupun
tidak jelas apakah kandida ikut berperan dalam etiologi diskeratosis.11,15
Kandidiasis dapat menyebabkan proliferasi epitel dan karsinogen dari prokarsinogen
in vitro, chronik hyperplastic candidiasis yang berupa plak mukosa nodular atau
bercak putih yang berpotensial untuk terjadinya lesi malignan epitel oral.11
2.2.4.5 Virus
Virus dipercaya dapat menyebabkan kanker dengan mengubah struktur DNA dan
kromosom sel yang diinfeksinya. Virus dapat ditularkan dari orang ke orang melalui
kontak seksual.17 Virus penyebab karsinoma sel skuamosa antara lain Human
Papiloma Virus, herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1), human immunodeficiency
Virus (HIV), dan Epstein Barr Virus.4,5 Human Papiloma Virus positif dijumpai
lebih tinggi pada tumor rongga mulut (59%), faring (43%), dan laring (33%).11
2.2.4.6 Faktor Lingkungan
Sejumlah faktor lingkungan dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker, salah
satunya adalah pemaparan yang berlebihan dari sinar ultraviolet, terutama dari sinar
matahari. Selain itu, radiasi ionisasi karsinogenik yang digunakan dalam sinar x,
dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom juga dapat
meningkatkan resiko terjadinya kanker.20
2.3 Patogenesis
11
Patogenesis molekuler KSS mencerminkan akumulasi perubahan genetik yang
terjadi selama periode bertahun-tahun. Perubahan ini terjadi pada gen-gen yang
mengkodekan protein yang mengendalikan siklus sel, keselamatan sel, motilitas sel
dan angiogenesis. Setiap mutasi genetik memberikan keuntungan pertumbuhan yang
selektif, membiarkan perluasan klonal sel-sel mutan dengan peningkatan potensi
malignansi.13
Karsinogenesis merupakan suatu proses genetik yang menuju pada perubahan
morfologi dan tingkah laku seluler. Gen-gen utama yang terlibat pada KSS meliputi
proto-onkogen dan gen supresor tumor (tumor suppresor genes/TSGs). Faktor lain
yang memainkan peranan pada perkembangan penyakit meliputi kehilangan alel
pada rasio lain kromosom, mutasi pada proto-onkogen dan TSG, atau perubahan
epigenetik seperti metilasi atau histonin diasetilasi DNA. Faktor pertumbuhan
sitokin, angiogenesis, molekul adesi sel, fungsi imun dan regulasi homeostatik pada
sel-sel normal yang mengelilingi juga memainkan peranan.13
Gambar 1 : Perubahan patologis epitel normal menjadi KSS
12
2.4 Gambaran Klinis
Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa pada stadium awal sering tidak
menunjukkan gejala yang jelas. Tidak ada keluhan dan tidak sakit. Umumnya
berupa leukoplakia, eritroplakia ataupun erosi dan pada stadium lanjut dapat
berbentuk eksofitik yang berupa papula dan nodul, ataupun endofitik yang dapat
berupa ulser, erosi, fisur.4,5
Gambaran klinis kanker rongga mulut pada berbagai lokasi rongga mulut mungkin
memiliki beberapa perbedaan. Untuk lebih jelas, gambaran klinis akan dibahas
secara terpisah menurut lokasinya.
Kanker pada mukosa bukal pada dasarnya tidak menimbulkan keluhan pada tahap
awal. Lama timbulnya keluhan rata-rata adalah sekitar 9 bulan. Kanker pada mukosa
bukal biasanya timbul sebagai massa yang menonjol, kecil serta berulserasi yang
paling sering berhubungan dengan leukoplakia ataupun eritroplakia. Bila tumor
bertambah besar, tumor akan mudah terkena trauma selama pengunyahan, sehingga
menjadi berulserasi. Infeksi dapat menimbulkan pembengkakan pipi dan
menimbulkan rasa sakit.3
13
Klasifikasi
Sistem yang dipakai untuk klasifikasi karsinoma sel skuamous adalah Klasifikasi
TMN dari America joint Committe for Cancer and End Result Reporting
(AJCSS).3,5,6
T - Tumor Primer:
Tls : Karsinoma in situ
Tl : Besar tumor 2 cm atau kurang.
T2 : Besar tumor lebih dari 2 cm atau 4 cm.
T3 : Besar tumor lebih dari 4cm.
N - Metastase kelenjar :
NO : Secara klinis pada palpasi kelenjar limfe tidak teraba dan subjek tidak ada
metestase.
N1 : Secara klinis pada palpasi teraba kelenjar limfe servikal homo-lateral dan tidak
melekat, saspek terjadi metastase.
N2 : Secara klinis pada palpasi kelenjar limfe servikal kontra- lateral atau bilateral
dapat teraba dan tidak melekat, subjek terjadi metastase.
N3 : Secara klinis limf nod teraba dan melekat, suspek terjadi metastase.
M – Metastase jarak jauh :
MO : Tidak ada metastase
M1 : Tanda-tanda klinis dan radio-grafis dijumpai adanya metastase melewati
kelenjar limfe servikal.
14
Stadium l : T1 N0 M0
Stadium 2 : T2 N0 M0
Stadium 3 : T3 N0 M0
: T1 N1 M0
: T2 N1 M0
: T3 N1 M0
Stadium 4 : T1 N2 M0 T1 N3 M0
T2 N2 M0 T2 N3 M0
T3 N2 M0 T3 N3 M0
Atau setiap T atau N dengan M1
2.5 Histopatologi
Karsinoma sel skuamous secara histologis menunjukkan proliferasi sel-sel epitel
skuamosa. Terlihat sel-sel yang atipia disertai perubahan bentuk rete peg processus,
pembentukan keratin yang abnormal, pertambahan proliferasi basaloid sel, susunan
sel menjadi tidak teratur, dan membentuk tumor nest (anak tumor) yang berinfiltrasi
ke jaringan sekitarnya atau membentuk anak sebar ke organ lain (metastase).22
WHO mengklasifikasikan SCC secara histologis menjadi:
l. Well differentiated (Grade I) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di mana sel-sel
basaloid tersebut masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin
(keratin pearl) (Gambar 7)
15
2. Moderate diffirentiated (Grade II) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di mana
sebagian sel-sel basaloid tersebut masih menunjukkan diferensiasi,
membentuk keratin (Gambar 8)
3. Poorly differentiated (Grade III) : yaitu proliferasi sel sel tumor di mana
seluruh sel-sel basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga sel
sulit dikenali lagi (Gambar 9)
Gambar 8: Histopatologis SCC well differentiated. Terlihat proliferasi sel-sel
Skuamosa disertai pembentukan keratin (keratin pearl) (tanda
panah)
Gambaran 9: Histopatologis SCC moderet differentiated. Terlihat proliferasi sel
Karsinoma
16
17
Gambar 10: Histopatologi SCC poorly differentiated. Terlihat proliferasi sel
karsinoma tanpa adanya diferensiasi sel sehingga sel sulit dikenali
2.6 Diagnosa
Pemeriksaan klinis, pemeriksaan patologi, dan pemeriksaan radiologi merupakan
metode yang dapat mendukung diagnose dini kanker di rongga mulut.6
2.6.1 Pemeriksaan klinis
18
Pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan dengan cara anamnesa dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan klinik merupakan pemeriksaan yang paling penting, karena hasil
pemeriksaaan inilah ditentukan apakah ada atau tidak dugaan penderita menderita
kanker dan apakah perlu pemeriksaan lebih lanjut. Anamnesa dilakukan dengan cara
kuisioner kepada penderita dan keluarganya tentang identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit yang diderita, riwayat penyakit gigi dan mulut masa lalu, riwayat
medik, riwayat keluarga dan sosial.24 Sedangkan pemeriksaan fisik dilakukan
pemeriksaan umun, pemeriksaan lokal, dan status regional. Pemeriksaan umum
meliputi pemeriksaan penampilan, keadaan umum, dan metastase jauh serta
pemeriksaan lokal dengan cara inspeksi dan palpasi bimanual.7
Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi dengan
bantuan spatel lidah dan penerangan. Seluruh rongga mulut dilihat mulai dari bibir
sampai orofaring posterior. Perabaan lesi rongga mulut dilakukan dengan
memasukkan 1-2 jari ke dalam rongga mulut. Untuk menentukan dalamnya lesi
dilakukan dengan perabaan bimanual.7
2.6.2 Pemeriksaan Patologi
Pemeriksaan mikroskopis dibutuhkan untuk mendiagnosis displasia atau atipia yang
menggambarkan kisaran abnormalitas selular, termasuk perubahan ukuran sel dan
morfologi sel, gambaran peningkatan mitotik, hiperkromatisme dan perubahan pada
ulserasi dan maturasi selular yang normal.6
Gambaran displasia ringan, sedang atau parah menunjukkan keabnormalan epitel
dan keparahan. Bila ketidak abnormalan ini tidak melibatkan ketebalan yang penuh
dari epitel, maka didiagnosa carcinoma in situ dan bila membrane basement terkena
dan mengalami invasi jaringan ikat didiagnosa sebagai karsinoma.
2.6.3 Pemeriksaan Radiologi
Terdiri dari radiologi rutin, Computed Tomography (CT), Magneting Resonanse
imaging (MRI) dan Ultra Sonografi dapat menunjukkan keterlibatan tulang dan
perluasan lesi.6
19