saya butuh lao mu_1

Upload: rusman-ho

Post on 13-Jul-2015

117 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Saya Butuh Lao MuSaat kita berkesempatan pulang ke rumah Tuhan kita sangat beruntung, sangat bersyukur dan berbahagia karena kita berkesempatan pulang ke rumah Lao Mu. Sebagai anak Lao Mu, inilah saatnya kita kembali bersua dengan Lao Mu. Terutama pada hari ini kita memperingati Lao Mu Ta Tien, hari pengagungan Lao Mu, Tuhan Yang Maha Esa. Seperti yang kita ketahui, para Buddha, para nabi, para Boddhisatva, para suci, mereka ada saatnya datang ke dunia ini terlahir sebagai seorang manusia kemudian memulai karyanya, memulai hidupnya untuk menyelamatkan umat manusia. Kita ada hari memperingati kelahiran atau hari parinibbana atau wafatnya orang suci, Buddha atau nabi. Tetapi, Tuhan Yang Maha Esa tiada lahir dan tiada mati, karena itulah kita memperingati pengagungan Lao Mu, Tuhan Yang Maha Esa dalam 4 musim, pada musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Sampai pada bulan Juni ini, yaitu bulan 6 kalo internasionalnya bulan Juli, kalo imleknya itu bulan 6 tanggal 15 imlek, kita memperingati hari pengagungan Lao Mu dimusim panas. Saudara sekalian, demikianlah kita berkesempatan hadir ke vihara dan bersama-sama dalam bakti puja dan mendengarkan bimbingan dharma atau bernyanyi bersama. Pada kesempatan ini, saya akan belajar bersama saudara sekalian mengenai Kita Butuh Lao Mu, atau kita butuh Tuhan dalam hidup kita. Kita membutuhkan Tuhan hadir dalam hidup kita, kita membutuhkan Tuhan, membutuhkan Lao Mu untuk senantiasa bersama kita dalam meniti jalan hidup ini. Sebelumnya, saya ingin bertanya kepada saudara/I sekalian, pernahkah terbesit dalam benak kita atau pernahkah kita berfikir atau pernahkah kita berkata pada diri sendiri, Lao Mu, saya atau ananda butuh Lao Mu. Hamba butuh Lao Mu. Saudara pernah? Senyum-senyum jawabnya, pernah atau tidak? Saudara sekalian, sebagai seorang manusia, kita datang ke dunia, kita terlahir sebagai seorang manusia, datang dengan membawa banyak bekal. Mungkin saudara berpikir saya mana bawa banyak bekal? Pada saat saya datang ke dunia, dilahirkan oleh kedua orang tua saya, selembar benang pun, selembar pakaian pun saya tidak bawa. Mengapa dikatakan saya datang dengan membawa banyak bekal, membawa banyak buntalan, atau membawa banyak bagasi, banyak koper. Apa sih yang kita bawa? Setiap manusia datang dengan membawa karma dan sebab jodoh. Bajik dan buruk, baik dan buruk, jasa dan dosa, semua kebaikan yang pernah kita lakukan pada masa yang lalu kita bawa pada kehidupan ini. Tapi ingat, semua kesalahan yang pernah kita lakukan pada kehidupan lalu juga kita bawa hadir dalam kehidupan ini. Inilah yang dikatakan nasib. Saudara sekalian, kata ini sudah sering kita dengar, pada kita lagi susah, lagi menderita, kita akan berkata, Nasib!. Tapi tidak semua nasib itu buruk, itu adalah hasil perbuatan kita di masa lalu dan kita bawa pada kehidupan ini. Karena itu hidup sebagai seorang manusia ada suka ada duka, ada pahit ada manis, ada saatnya kita tertawa dan berbahagia, tapi ada saatnya kita harus berlinang air mata. Adanya saatnya kita mendapatkan, ada saatnya kita kehilangan, ada saatnya kita menang, ada saatnya kita kalah. Nah, di dalam perjalanan hidup seperti ini, kalo kita pikir-pikir hidup sebagai seorang manusia lebih banyak senangnya atau lebih banyak susahnya? Kalo saya bertanya kepada saudara sekalian yang saya lihat begini sebagian besar itu dibawah 30 tahun, masih seorang pemuda pemudi. Kalo bertanya kepada seorang pemuda atau pemudi, hidup ini lebih banyak sedih atau

banyak senang, pasti akan berkata, Senang!. Mengapa? Karena tidak atau belum menanggung beban. Ketika uang sudah habis, langsung telpon atau SMS, Ma, kiriman!. Kiriman apa? Ma, rekeningku ditambah, uangku ditambah!. Itu saja. Tetapi ketika kita harus mencari uang, kita harus menanggung beban, pada saat itu lika-liku kehidupan. Tetapi saya tahu satu hal yang lebih meresahkan anda atau mungkin bikin anda nangis terutama yang pria, kalo yang wanita mungkin lebih sering nangis, itu seputar masalah cinta, masalah pacaran, hanya seputar masalah itu saja. Tetapi saudara sekalian itu adalah satu babak kecil dalam hidup kita, satu episode pendek dalam hidup kita dan kita harus meniti perjalanan yang lebih panjang jauh ke depan dari seluruh hidup kita. Maka kalau kita mau bicara masalah lika-liku kehidupan, sungguh ini tidak ada habis-habisnya, ini seperti sinetron atau cerita bersambung yang sangat seru. Kalau kita nonton sinetron, nonton film, sudah nonton berikutnya apalagi kalau lagi seru-seru, bersambung! Wah, pasti mau terus-menerus. Tapi pernakah kita melihat sinetron kita, film kita, film kehidupan kita tidak ada yang lebih seru daripada film kehidupan kita. Kita adalah pemeran hidup, pemeran utama dalam kehidupan kita. Siapapun kita, pria, wanita, tua, muda, didalam nasib kita, didalam perjalanan hidup kita, wo wen tuo she cu ciau, pu she phe ciau. Bukan pemeran pendukung, bukan pemeran pembantu, tapi kita adalah pemeran utama dalam hidup kita. Dalam suka maupun duka kita adalah pemeran utama. Nah sekarang kita lihat dalam setiap aspek kehidupan, dalam setiap segi kehidupan, sungguh-sungguh kita butuh Lao Mu. Dari hal yang paling sederhana, saudara sekalian dari mulai kita menghirup nafas kita yang pertama, menghirup nafas dan mulai datang ke dunia ini, mulai saat itu, kita tidak bisa hidup tanpa Lao Mu, karena Lao Mu adalah bos dari udara. Lao Mu adalah pemilik dari udara ini sehingga tanpa udara, tanpa hawa kita tidak bisa hidup. Lao Mu lah yang hadir, yang menghidupi diri kita, membuat jantung kita berdetak, membuat kita hidup, kita bisa bergerak. Tambah lagi, semua sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian yang kita makan, pakaian yang kita makan, tak ada satupun yang tidak berasal dati Tuhan. Jadi dari segi materi, dari segi wujud rupa kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Kita butuh Tuhan, butuh Lao Mu hadir dalam hidup kita. Lalu dari segi rohani, segi spiritual, segi batin, lebih-lebih kita butuh Tuhan hadir didalam hidup kita. Pada saat kita bahagia, kebahagiaan akan menjadi sempurna kalau bahagia dalam Tuhan. Kebahagiaan yang tidak bersama Tuhan itu bukan kebahagiaan yang sebenarnya, lebihlebih bukan kebahagiaan yang sempurna. Seringkali kebahagiaan yang akan berakhir dengan penderitaan, lek ci sen pei. Senang, senang, senangsampai pada puncaknya, akan berakhir dengan ketidakenakkan. Dan sudah menjadi kenyataan dari kehidupan bahwa kebahagiaan itu punya saudara kembar, kembar siam. Kebahagiaan punya saudara kembar siam namanya Siapa nama saudara kembar siam adari kebahagiaan? Namanya penderitaan. Bukan kesenangan, bukan kenikmatan, itu sinonimnya, tapi kembar siam dari kebahagiaan adalah penderitaan, mengapa bisa demikian? Karena pada saat kita terlena dalam kebahagiaan, seringkali membuat seorang manusia itu lupa daratan. Kalo sudah lupa daratan, akhirnya akan berakibat fatal. Misalnya kita dibelikan motor baru, Karisma. Motor baru, bagus, mengkilap, luar biasa, senang sekali. Saking senangnya, namun kebahagiaan yang tidak ada Tuhan, tidak bersama Tuhan didalam kebahagiaan itu, ingat saudara kembarnya ngekor! Bagaimana saudara kembarnya ngekor? Saya senang dengan motor baruku, kesana-kemari dengan meliuk-liuk kesana-kemari, akhirnya gampang terjadi kecelakaan. Mengapa? Karena lupa daratan, maunya melayang.

(Cerita dikampung tien She). Kalaulah kebahagiaan itu mendatangkan lupa daratan dan tidak bersama Tuhan, kebahagiaan akan mendatangkan penderitaan. Inilah kehidupan manusia, bagaimana kita melihat bahwa sekalipun kita senang, kita sukses, sekalipun kita bahagia, kita tetap harus ada Tuhan bersama kita, harus ada Lao Mu didalam kebahagiaan kita. Maka kebahagiaan yang ada Lao Mu bersama kita, wo men chong man te kan en, kita bersyukur didalam kebahagiaan itu. Lebih-lebih sekalipn kita berbahagia didalam kesuksesan, dalam kemenangan, kita tidak lupa daratan, kita tidak lupa orang-orang disekeliling kita, kita tidak akan berani takabur dan memamerkan semua kesuksesan kita, tapi kita pikir-pikir, Kalau saya terlalu menor, terlalu mamer, orang lain akan mata merah. Kalo sudah mata merah akan muka merah. Setelah itu langsung akan terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan, maka hidup kalem paling baik, bukan kayak lembu, hidup biasa-biasa saja. Kita bisa berbahagia, bisa senang, tapi kita tetap bersyukur dan justru kita mau memberikan apa yang kita miliki, memberikan bantuan yang diberikan kepada orang-orang disekeliling kita. Saudara sekalian, demikianlah ditengah kesuksesan, ditengah kebahagiaan, ditengah kemenangan, pada saat mendapatkan, saat itu, pada saat itulah kita membutuhkan Lao Mu hadir didalam kebahagiaan kita. Kalau kita berbicara pada saat kita menderita, lagi susah, sedang gagal, atau masalah datang bertubi-tubi, habis satu datang dua, habis dua datang empat, habis empat datanf delapan, terusmenerus, saudara sekalian, dalam keadaan demikian lebih-lebih kita membutuhkan Lao Mu bersama kita karena Lao Mu yang akan menguatkan hati kita. Kita tidak memaksa Lao Mu, Lao Mu Che Pei, saya beriman kepada-Mu, maka lenyapkan semua penderitaan, saya hanya mau kebahagiaan. Kalau sudah begitu Lao Mu bilang, Kamulah yang jadi Lao Mu sendiri. Mengapa? Karena Lao Mu juga harus mengatur semua dengan karma kita, sesuai dengan sebab jodoh kita. Maka omong kosong kalo ada orang yang menjanjikan, Kamu ikut saya, semua hidupmu pasti lancer, pasti sukses, pasti OK!. Itu namanya tahayul, tidak mungkin karena semua yang akan menjadi bagian kita akan terjadi pada diri kita. Tetapi, ditengah kesulitan kita akan dikuatkan, Lao Mu bersama-sama kita mengangkat beban itu, Lao Mu memberikan kekuatan kepada kita untuk mengangkat bebab itu, sehingga beban 100 kg hanya menjadi 10 kg. (cerita tentang jejak kaki). Saya bisa melukiskan hal ini karena Lao Mu adalah mama kita. Kalau seorang mama melihat anaknya menderita, mama akan berkata apa? Sudahlah lebih baik mama yang sakit daripada Anton yang sakit. Lebih baik mama yang sakit daripada Ani yang sakit. Saudara pernah mendengar mamamu berkata begitu? Lebih baik saya yang sakit daripada saya melihat anakku sakit. Lebih baik saya yang menderita daripada saya melihat anakku menderita. Saudara sekalian, hati mama dirumah saja sudah begitu apalagi hati Lao Mu, yang merupakan mama kita yang sejati, yang paling memahami diri kita sampai ke relung hati yang terdalam. Demikianlah pada saat kita susah, lebih-lebih kita harus ingat Lao Mu. Sebagai seorang manusia, seringkali kalo kita sudah susah, kita berdoa tetapi kesulitan kita tetap ada, masalah tetap ada. Saat itu kita berkata, Sudahlah saya ngak mau lagi! Sudahlah saya lupakan Tuhan, lupakan semua dharma, lupakan vihara, lupakan semua kebenaran! Saudara sekalian, Lao Mu menyaksikan semua itu. Lalu apa kata Lao Mu saat Lao Mu mendengarkan kata-kata itu? Lao Mu tidak akan berkata, Udah, cobain yah kamu lupa saya, saya juga lupa kamu lah!. Kalau kita kan begitu, kita begitu ngak sama teman? OK kamu lupakan saya, saya juga lupakan kamu!. Saudara, kalau Lao Mu pernah berkata begitu atau Lao Mu pernah berbuat begitu, pernah timbul hati demikian, pernah timbul pikiran demikian, gawat kita!

Kita akan langsung game! Mengapa? Tak mampu lagi kita menghirup nafas, tak mampu lagi jantung kita berdetak, tidak ada lagi buah yang segar, tidak ada lagi sayur yang segar, tidak ada lagi tempat berpijak. Saudara sekalian, betapa Lao Mu tidak pernah meninggalkan kita, sampai seorang manusia meninggalkan Tuhan, Tuhan tetap bersamanya. Ini adalah kasih Lao Mu yang tidak terbatas dan Lao Mu tetap akan menantikan anak-Nya untuk kembali. (Cerita umat yang hampir mati tapi siuman kembali). Saudara sekalian ini membuktikan pada saat kita menjauhkan diri dari Tuhan, menjauhkan diri dari Buddha Maitreya, sebenarnya Lao Mu dan Buddha Maitreya tetap menanti kita kembali. Lebih baik lagi didalam seluruh hidup kita, apapun yang terjadi dalam diri kita. Iman kita kepada Lao Mu, kepada Buddha Maitreya, butuh kita kepada Lao Mu, kepada Buddha Maitreya, katakan pada diri sendiri, seperti hembusan nafas ini. Pada saat kita bisa menghirup nafas berarti saya membutuhkan Lao Mu. Pada saat jantungku masih berdetak, berarti saya membutuhkan Lao Mu. Saudara sekalian, demikianlah dalam seluruh hidup kita, kita harus selalu bersama Tuhan. Hidup yang bersama Tuhan adalah hidup yang kuat, hidup yang penuh dengan kebahagiaan. Bukan hidup yang tidak pernah bermasalah tapi hidup yang mampu mengatasi masalah, hidup yang mampu menjadi dewasa, menjadi tegar dalam masalah, hidup yang semakin bisa mengerti dan bisa mengambil hikmah dari semua lika-liku kehidupan.