sartika fathir rahman.docx

19
MAKALAH RADIASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) PADA KESEHATAN Mata kuliah : Radiasi Lingkungan Dosen : Sartika fathir Rahman 101414353006 Peminatan Manajemen Kesehatan Lingkungan

Upload: sartika

Post on 11-Apr-2016

232 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

MAKALAH

RADIASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) PADA KESEHATAN

Mata kuliah : Radiasi Lingkungan

Dosen :

Sartika fathir Rahman

101414353006

Peminatan Manajemen Kesehatan LingkunganProgram Studi Magister Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Arilangga

Surabaya2015

Page 2: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teknologi telekomunikasi merupakan salah satu teknologi yang pertumbuhannya

sangat pesat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pelanggan selular di setiap tahunnya.

Pertumbuhan pelanggan telepon seluler yang pesat tidak hanya terjadi di kota-kota besar

melainkan sudah sampai ke kota-kota kecil bahkan pedesaan. Hal ini tentu saja

memerlukan tersedianya infrastuktur jaringan yang mampu melayani pelanggan dengan

kualitas yang baik dan memuaskan. Salah satu infrastruktur yang terus dibangun guna

mencukupi kebutuhan telekomunikasi adalah menara Base Transceiver Station (BTS).

(ryan kemal,2014)

Di Indonesia, sistem komunikasi selular menggunakan GSM yang bekerja pada

frekuensi1800 MHz, dan 2200 MHz serta sistem CDMA yang bekerja pada frekuensi 900

MHz. Ketika menjalankan fungsinya, yaitu mengirimkan pesan yang berupa sinyal

gelombang elektromagnetik, perangkat komunikasi termasuk BTS akan memancarkan

radiasi. Radiasi yang dipancarkan termasuk ke dalam radiasi non pengion, yangmeliputi

medan listrik (V/m), medan magnet (A/m2)dan rapat daya (W/m2). Apabila medan

elektromagnetik tersebut melewati suatu medium kemedium lainnya, medan tersebut akan

direfleksikan,direfraksikan, ditransmisikan, atau diabsorbsi;tergantung dari konduktivitas

objek yang terpajandan frekuensi medan. Pada umumnya energy tersebut dapat berubah

menjadi energi panas, walaupun tidak semua efek medan elektromagnetik yang diserap

akan dikonversikan menjadi panas dan mempengaruhi mekanisme biofisik.

Penelitian/kajian tentang pajanan radiasi maupun dampak kesehatan akibat pajanan

medan elektromagnetik yang berasal dari BTS masih sangat terbatas. Hasil penelitian di

luar negeri masih memberi hasil yang belum konsisten, tetapi para ahli menyarankan untuk

terus dilakukan penelitian mengingat dampak yang ditimbulkan bersifat kronis sehingga

memerlukan waktu yang cukup lama untuk timbulnya dampak. (Miko Hananto, 2013)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Base Transceiver Station (BTS) ?

Page 3: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

2. Apa yang dimaksud Radiasi Base Transceiver Station (BTS) ?

3. Bagaimana pengaruh dan bahaya radiasi Base Transceiver Station (BTS) Terhadap

kesehatan manusia ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui tentang Base Transceiver Station (BTS)

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud radiasi Base Transceiver Station (BTS).

3. Untuk mengetahui apa pengaruh dan bahaya Base Transceiver Station (BTS) terhadap

kesehatan manusia.

Page 4: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul................................................................................................ i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2

1.3 Tujuan ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiasi...................................................................................... 3

2.2 Base Transcervier Station (BTS).............................................. 3

2.3 Radiasi Base Transcervier Station (BTS) ................................6

2.4 Pengaruh Dan Bahaya Radiasi Base Transceiver Station (BTS)

Pada Kesehatan.........................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................10

B. Saran ...........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. RADIASI

Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang karena energi

yang demikiannya mampu mengionisasi media yang dilaluinya (BAPETEN, 2010). Radiasi

dapat didefinisikan sebagai proses dimana energi dilepaskan oleh atom-atom. Radiasi ini

biasanya diklasifikasikan menjadi dua kelompok yakni Radiasi korpuskuler (corpuscular

radiation), adalah suatu pancaran atau aliran dari atom-atom dan atau partikel-partikel sub-

atom, yang mempunyai kemampuan untuk memindahkan energi geraknya atau energi

kinetiknya (kinetic energy) ke bahan-bahan yang mereka tumbuk/bentuk. Radiasi

Elektromagnetis adalah suatu pancaran gelombang (gangguan medan elektris dan magnetis)

yang bisa menyebabkan perubahan struktur dalam atom dari bahan-bahan yang dilaluinya

(medium) (Amsyari, 1989).

2. BASE TRANSCERVIER STATION (BTS)

Pengertian Base Transceiver Station BTS kependekan dari Base Transceiver Station

atau banyak orang mengenalnya dengan sebutan menara operator selular. Menurut kamus

Bahasa Inggris base adalah basis, dasar, landasan, alas, pokok. Transceiver adalah

pemancar sedangkan station adalah stasiun. Jadi base transceiver station adalah stasiun

tempat penghubung. Atau yang biasa disebut sebagai stasiun pemancar dan penerima sinyal

komunikasi dari handphone ke perusahaan operatornya. Dalam teknologi komunikasi

bergerak (handphone), suau daerah atau kota dapat dijangkau berdasarkan daya pancar

sinyal yang ada pada BTS. Daerah tersebut dibagi dalam beberapa sel, dimana pada setiap

sel ditempatkan satu pemancar (BTS), sampai akhirnya semua daerah yang dikehendaki

dapat dijangkau dalam bentuk sel-sel.( Peter salim, 1991)

Pengaturan power frekuansi dari BTS memiliki standard internasional yang harus

dilakukan oleh semua operator di dunia. Maka masyarakat tak perlu khawatir dengan

tingkat keamanan dan kenyamanan akibat radiasi BTS. Setelah melewati masa survey

semua unsur yang berkaitan dengan pendirian BTS, dilakukan sosialisasi dan secara

bersamaan melakukan edukasi kepada warga. Tak lepas dari semua itu, perangkat

Page 6: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

masyarakat pun diikutkan pada perundingan ini beserta warga. Setelah kesepakatan

pembangunan BTS positif, maka langkah selanjutnya pihak operator mengadakan transaksi

kompensasi yang bakal diterima oleh pemilik tanah, bangunan dan warga sekitar.

Standard yang biasa digunakan dan bahkan diwajibkan ketika operator membangun

BTS adalah standard internasional ITU (International Telecommunication Union).

Pembangunan BTS diatas bangunan atau apalagi yang jadi kekahawatiran banyak public

tentang pemancangan di atas gedung, pasti melalui Hammer Test. Yakni pengetesan

kekuatan bangunan dari gedung atas kemungkinan getaran gempa maupun terpaan angin.

a. Karakteristik BTS

Menara Telekomunikasi adalah bangunan yang berfungsi sebagai sarana

penunjang untuk menempatkan peralatan telekomunikasi yang desain/bentuk

konstruksinya disesuaikan dengan keperluan penyelenggaraan telekomunikasi

( ketentuan umum pasal 1 peraturan menteri komunikasi dan informatika Republik

Indonesia No. 02 tahun 2008 dan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta no 89 tahun 2006 ketentuan umum pasal 1). Menara ini diperlukan untuk

memancarkan sinyal keseluruh wilayah yang biasanya memiliki ketinggian 40-75

meter.

Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta no 89

tahun 2006 ketentuan umum pasal 1., terdapat beberapa jenis menara telekomuniasi

antara lain :

Menara telekomunikasi khusus adalah yang berfungsi sebagai penunjang jaringan

telekomunikasi khusus.

Menara telekomunikasi bersama adalah menara telekomunikasi yang dapat

digunakan oleh lebih dari satu operator.

Menara telekomunikasi rangka adalah menara telekomunikasi yang bangunannya

merupakan rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul untuk menyatukannya.

Menara telekomunikasi tunggal adalah menara telekomunikasi yang berbentuk

tunggal tanpa adanya simpul-simpul yang mengikat rangka satu sama lain.

b. Struktur Menara

Page 7: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

Pada umumnya ada tiga jenis struktur yang biasa digunakan untuk menopang menara

(LPPM ITB,2008)

Monopole adalah tiang tunggal yang biasanya dibuat berlubang dan ukurannya

mengecil keatas. Monopole banyak dipakai pada lingkungan perkotaan dengan

ruang terbatas untuk peletakan menara. Ukuran tapak maksimal untuk monopole

60 m adalah 2x2 m. menara jenis ini biasanya sering disamarkan dengan bentuk

pohon karena bentuknya yang tunggal dan lurus.

Sel-supporting adalah menara yang berdiri sendiri tanpa bantuan kabel-kabel

cancan (guy wires) . tapak yang dibutuhkan menara self-supporting lebih besar

daripada monopole, tewtapi jauh lebih kecil dari yang diperlukan untuk guy mast.

Jenis ini banyak dipergunakan pada wilayah yang tidak mudah mencari ruang

bebas dan biasnya tidak disamarkan sehingga kurang indah bagi estetika kota.

Guyed adalah menara yang dirancang dengan kabel yang dijangkar pada pondasi

beton. Menara ini terdiri dari bagian-bagian dengan ukuran sama kira-kira

sepanjang 3 m yang dipasang satu diatas yang lainnya. Tapak cancan harus

dibuatdengan sudut yang cukup besar dan biasanya diletakkan diatas gedung.

Adapun contoh dari jenis-jenis menara diatas dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber : LPPM ITB, 2008

Page 8: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

3. RADIASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS)

Base Transceiver Station (BTS) merupakan komponen jaringan dari system

komunikasi mobile yang menerima sinyal. Sebuah BTS dikendalikan oleh pengontrol base

station dan fungsinya untuk memfasilitasi komunikasi nirkabel antara user equipment (EU)

peralatan pengguna dan jaringan. (UE/UES) merupakan perangkat yang digunakan

pengguna misalnya ponsel, telepon WLL, computer dengan aktivitas internet nirkabel,

wifidan WiMAX gadget.

Pada umumnya BTS berada di pucuk menara, berfungsi menerima dan meneruskan

sinyal melalui gelombang elektromagnetik dan bekerja pada frekuensi radio(3 kHz sampai

300 GHz). Di Indonesia, system komunikasi selular menggunakan GSM yang bekerja pada

frekuensi 1800 MHz dan CDMA yang bekerja pada frekuensi 900 MHz. Pemerintah

memaparkan jarak aman menara, pertama; untuk tinggi menara maksimun 45 meter jarak

dari pemukiman publik ialah 20 meter. Bila peletakan dan pembangunan menara BTS di

tempat komersial jarak peletakannya ialah 10 meter dan 5 meter bila di daerah industri.

Untuk menara BTS dengan tinggi di atas 45 meter, jarak dari pemukiman minimum 30

meter, 15 meter bila di daerah komersial dan 10 meter bila di daerah industri.

Saat ini telah mulai digunakan frekuensi yang lebih tinggi yaitu 2200 MHz. Radiasi

yang dipancarkan dari BTS termasuk dalam radiasi non pengion, yang meliputi medan

listrik (V/m), medan magnet(A/m2) dan rapat daya (W/m2). Apabila medan

elektromagnetik tersebut melewati suatu medium ke medium lainnya, maka medan tersebut

akan direfleksikan, direfraksikan, ditransmisikan atau diabsorbsi; tergantung dari

konduktivitas objek yang terpajan dan frekuensi medan.

Penelitian di beberapa negara menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara paparan

gelombang elektromagnetik yang berasal dari stasiun GSM atau CDMA dengan penyakit

kanker dan beberapa gangguan fisik dan kognitif .Hasil penelitian di luar negeri masih

memberi hasil yang belum konsisten, tetapi para ahli menyarankan untuk terus dilakukan

penelitian mengingat dampak yang ditimbulkan bersifat kronis sehingga memerlukan

waktu yang cukup lama untuk imbulnya dampak.

Hasil workshop WHO tahun 2007 tentang pajanan dan konsekuensi kesehatan dari

BTS yang meliputi studi efek termal dari medan elektromagnetik yang berasal dari BTS,

Page 9: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

studi tentang hipersensitivitas karena medan elektromagnetik dari BTS, studi epidemiologi

kriteria dosis untuk pajanan dari BTS menunjukkan bahwa hasil penelitian maupun kajian

tersebut masih belum konsisten. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ng Kwan-Hoong tahun

2007 menunjukkan hal yang sebaliknya, yaitu adanya riwayat tumor di antara anggota

rumah tangga yang tinggal disekitar BTS.

Selain WHO ada beberapa standar lain :

Frekuensi 900 MHz Frekuensi 1800 Mhz

Standar WHO 4,5 Watt/m2 9 Watt/m2

Standar IEEE C95.1-1991 6 Watt/m2 12 Watt/m2

Radiasi BTS pada jarak

12m

±0.75 Watt/m2 0.55 Watt/m2

(Anies,2007)

Peneliti lain berpendapat perlu adanya perhatian terhadap pajanan medan

elektromagnetik baik dari telepon selular maupun BTS, karena pajanan tersebut

mempunyai efek termal yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Dalam konsensus

International Scientific Community disebutkan bahwa energy dari BTS sangat kecil

kemungkinannya untuk menimbulkan risiko kesehatan sepanjang tidak melakukan kontak

secara langsung, tetapi belum dapat dipastikan bahwa pajanan gelombang elektromagnetik

tersebut aman bagi kesehatan sehingga diperlukan kewaspadaan karena BTS mempunyai

energi dan karakteristik yang sangat bervariasi. Walaupun hasil penelitian tentang pengaruh

pajanan medan elektromagnetik belum dapat disimpulkan secara pasti, masyarakat merasa

khawatir dengan dibangunnya BTS disekitar tempat tinggalnya.

4. PENGARUH DAN BAHAYA RADIASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS)

PADA KESEHATAN MANUSIA

Energi yang terkandung pada medan elektromagnetik terlebih pada frekuensi ekstrim

rendah, sebenarnya terlalu kecil untuk dapat menyebabkan efek biologi, akan tetapi dengan

adanya perbedaan radio sensitifitas berbagai sel yang membentuk jaringan dan organ tubuh

dan dibandingkan dengan dosis pajanan yang mungkin diterima memungkinkan terjadinya

gangguan yang tidak diinginkan.

Page 10: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

Semula gangguan kesehatan sebagai dampak radiasi medan elektromagnetik diketahui

tahun 1972, ketika para peneliti uni soviet melaporkan bahwa mereka bekerja dibawah

transmisi listrik dengan tegangan tinggi menderita sakit dengan gejala yang berhubungan

dengan system saraf seperti sakit kepala, kelelahan dan gangguan pola tidur. Namun, studi

dilingkungan kerja memberikan hasil yang lebih konsisten antara pemaparan medan

elektromagnetik dengan efek kesehatan tertentu seperti kanker , leukemia, tumor otak dan

melanoma.

Pada tahun 1979, kouwenhoven dan kawan-kawan dari john Hopkins hospital

melakukan penelitian pada 11 orang tenaga kerja yang bekerja selama 3,5 tahun pada

system transmisi 345 kV. Dilaporkan bahwa tidak ditemukan gangguan kesehatan serta

tidak dijumpai adanya proses keganasan, namun dari hasil analisis sperma, ditemukan

penurunan jumlah sperma.

Loboff menunjukan peningkatan sintesis DNA sebesar 2,5 x 10-5 dengan pemajanan

medan elektromagnetik 15 tesla. Penelitian cadossi berupa peningkatan proliferasi limfosit

diduga sejalan dengan peningkatan sintesis DNA dan bila tidak terkendali akan mengarah

pada timbulnya keganasan.

Penelitian pada manusia menunjukkan peningkatan 2 kali factor resiko terkena

leukemia pada anak yang terpajan medan elektromagnetik dan factor resiko terjadinya

kanker payudara .selain itu juga timbul gejala yang tidak spesifik yaitu berupa gangguan

pola tidur, tinnitus dan gangguan kecemasan, atau berupa keluahan ; sakit kepala

(headache), pening (dizziness, dan keletihan menahun ( chronic fatigue syndrome) .

penelitian terbaru di India kembali menegaskan adanya ancaman kanker terutama pada

anak dan remaja. Sang peneliti, Prof Girish Kumar bahkan mengatakan bahaya radiasi juga

terdapat di sekitar menara Base Transceiver Station (BTS).“Satu BTS bisa memancarkan

daya 50-100 W. Negara yang punya banyak operator seluler seperti India bisa terpapar daya

hingga 200-400 W.Radiasinya tak bisa dianggap remeh, bisa sangat mematikan,” ungkap

Prof Kumar. Dikutip dari DNA india. Selain itu, Medan elektromagnet di sekitar menara

BTS dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami

reaksi alergi seperti ruam dan gatal-gatal.

Page 11: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian Base Transceiver Station BTS kependekan dari Base Transceiver Station

atau banyak orang mengenalnya dengan sebutan menara operator selular. Pada umumnya

BTS berada di pucuk menara, berfungsi menerima dan meneruskan sinyal melalui

gelombang elektromagnetik dan bekerja pada frekuensi radio(3 kHz sampai 300 GHz). Di

Indonesia, system komunikasi selular menggunakan GSM yang bekerja pada frekuensi

1800 MHz dan CDMA yang bekerja pada frekuensi 900 MHz. Radiasi yang dipancarkan

BTS sangat kecil kemungkinannya untuk menimbulkan risiko kesehatan sepanjang tidak

melakukan kontak secara langsung, tetapi belum dapat dipastikan bahwa pajanan

gelombang elektromagnetik tersebut aman bagi kesehatan sehingga diperlukan

kewaspadaan karena BTS mempunyai energi dan karakteristik yang sangat bervariasi.

Energi yang terkandung pada medan elektromagnetik terlebih pada frekuensi ekstrim

rendah, sebenarnya terlalu kecil untuk dapat menyebabkan efek biologi, akan tetapi dengan

adanya perbedaan radio sensitifitas berbagai sel yang membentuk jaringan dan organ tubuh

dan dibandingkan dengan dosis pajanan yang mungkin diterima memungkinkan terjadinya

gangguan yang tidak diinginkan

B. SARAN

Memaksimalkan jarak dari sumber radiasi dari pemukiman masyarakat agar

mengurangi dampak resiko paparan radiasi BTS.

Mengurangi radiasi itu sendiri dengan cara membatasi penggunaan handphone terlalu

lama dan menggunakan headset agar tidak berkontak langsung.

Mengkonsumsi Antioksidan, radikal bebas bisa memicu terbentuknya kanker, melalui

sifatnya yang dapat menyebabkan kerusakan DNA .

Page 12: SARTIKA FATHIR RAHMAN.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anies, 2007, Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi Elektromagnetik

Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan, Disertasi, Semarang , Univ. Diponegoro.

dinny Oktariza NST, 2008,Pembangunan dan penggunaan Base Transcervier Station (BTS) dikaitkan dengan peran pemerintah daerah (studi di pemerintah kota tebing tinggi ). Skripsi, Medan, Univ. Sumatera Utara.

Miko Hananto, 2013, Radiasi di sekitar menara base transceiver Station di bandung dan Jakarta. Jurnal, Jakarta.

World Health Organization. 1993. Environmental Health Criteria 137: Electromagnetic Fields (3 kHz to 300 GHz). WHO, Geneva.

Ng Kwan-Hoong, 2007. Radiation, Mobile Phones, Base Stations and Your Health. Malaysian Communications and Multimedia Commission.

World Health Organization, 2007. Base Stations and Wireless Networks: Exposures and Health Consequences. Proceedings International workshop on Base Stations and Wireless Networks 2005. Milan. Hal. 1- 163

Athena Anwar, Sri Idaiani, Gambaran gangguan cemas masyarakat di sekitar menara base Tranceiver station/bts di bandung dan Jakarta. Jakarta.

Ryan kemal pasha,2014, pengaruh lokasi menara bts Terhadap kualitas visual dan Keselamatan di perkotaan Studi kasus: kota Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta.

Goel, Aaruni dkk. 2012. Cellular Phones: The Solution or the Pollution. International Journal of Computer Science and Telecommunications. Vol.3. Hal 11 – 13

Kumar, G. 2010. Cell, Tower Radiation. Laporan. Electrical Engineering Department. Bombay. India. Hal 13 – 38

Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010.