sarana komunikasi antar umat

9
++ Minggu, 09 September 2018 No. 48 Tahun XIII SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT REDAKSI : F.X. Soer; Simon S; F. Sugeng M; L.A. Sarwono; Y. S@pt Diterbitkan oleh Dewan Pastoral Paroki St. Teresia Jambi Jln. Raden Mattaher No. 19 Telepon (0741) 23310 Rubrik Minggu ini: Gembala Menyapa ….. 1 Warta Umat ......... 3 Info Kategorial …….. 3 Bacaan dalam Pekan ini ... 4 Daftar Usulan Lagu …….. 4 Gagasan Pendukung BKSN …. 5 MISA HARIAN GEREJA ST. TERESIA : Misa Kudus Harian: Hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis Pkl. 06.00. Hari Jumat pkl. 17.30 Gereja St. Maria Ratu Rosari har Jumat pkl. 18.00 Gembala Menyapa : MINGGU BIASA XXIII/B Yes 35:4-7a Yak 2:1-5 Mrk 7:31-37 PENGANTAR Injil Markus hari ini (7:31-37) berceritera tentang penyembuhan seorang yang bisu dan tuli. Tetapi sebelumnya (Mrk 7:24-30) Markus juga menceritakan pengusiran roh jahat/setan dari seorang anak. Dalam kedua ceritera itu Markus bukan hanya ingin menunjukkan bagaimana Yesus datang untuk menyelamatkan manusia dengan menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, dan perbuatan baik lainnya saja. Pesan penting yang juga ingin disampaikan Markus dalam ceriteranya kepada kita ialah, bahwa Yesus mau menyelamatkan semua orang, tanpa perbedaan! Orang yang diusir setannya, dan orang yang disembuhkankan sebagai orang yang bisu dan tuli, adalah bukan orang Yahudi. Yesus adalah penyelamat bagi semua orang tanpa perbedaan. Homili Tempat di mana Yesus mengusir setan dan menyembuhkan orang yang bisu dan tuli, yaitu di Tirus, Sidon, daerah Dekapolis, yaitu daerah orang- orang yang bukan-Yahudi. Memang Yesus sering tidak langsung mewartakan kabar gembira kepada orang-orang bukan-Yahudi, tetapi ternyata kehadiran, perjalanan dan perjumpamaan-Nya di antara orang-orang non-Yahudi juga dikenal dan bergema dalam hati orang banyak! Pesan apa sebenarnya yang ingin disampai- kan Markus kepada kita dalam Injilnya? Tak lain tak bukan: Yesus datang untuk menolong,

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT

++

Minggu, 09 September 2018 No. 48 Tahun XIII

SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT

REDAKSI :

F.X. Soer; Simon S; F. Sugeng M; L.A.

Sarwono; Y. S@pt

Diterbitkan oleh

Dewan Pastoral Paroki

St. Teresia Jambi

Jln. Raden Mattaher No. 19

Telepon (0741) 23310

Rubrik Minggu ini: Gembala Menyapa ….. 1

Warta Umat ......... 3 Info Kategorial …….. 3

Bacaan dalam Pekan ini ... 4 Daftar Usulan Lagu …….. 4

Gagasan Pendukung BKSN …. 5

MISA HARIAN

GEREJA ST. TERESIA : Misa Kudus Harian: Hari

Senin, Selasa, Rabu, dan

Kamis Pkl. 06.00. Hari

Jumat pkl. 17.30

Gereja St. Maria Ratu Rosari

har Jumat pkl. 18.00

Gembala Menyapa : MINGGU BIASA XXIII/B Yes 35:4-7a Yak 2:1-5 Mrk 7:31-37

PENGANTAR Injil Markus hari ini (7:31-37) berceritera

tentang penyembuhan seorang yang bisu dan tuli.

Tetapi sebelumnya (Mrk 7:24-30) Markus juga menceritakan pengusiran roh jahat/setan dari

seorang anak. Dalam kedua ceritera itu Markus

bukan hanya ingin menunjukkan bagaimana Yesus

datang untuk menyelamatkan manusia dengan menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat,

dan perbuatan baik lainnya saja. Pesan penting yang

juga ingin disampaikan Markus dalam ceriteranya kepada kita ialah, bahwa Yesus mau

menyelamatkan semua orang, tanpa perbedaan!

Orang yang diusir setannya, dan orang yang

disembuhkankan sebagai orang yang bisu dan tuli, adalah bukan orang Yahudi. Yesus adalah

penyelamat bagi semua orang tanpa perbedaan.

Homili Tempat di mana Yesus mengusir setan dan

menyembuhkan orang yang bisu dan tuli, yaitu di

Tirus, Sidon, daerah Dekapolis, yaitu daerah orang-orang yang bukan-Yahudi. Memang Yesus sering

tidak langsung mewartakan kabar gembira kepada

orang-orang bukan-Yahudi, tetapi ternyata

kehadiran, perjalanan dan perjumpamaan-Nya di antara orang-orang non-Yahudi juga dikenal dan

bergema dalam hati orang banyak!

Pesan apa sebenarnya yang ingin disampai-kan Markus kepada kita dalam Injilnya? Tak lain

tak bukan: Yesus datang untuk menolong,

Page 2: SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT

2

menyelamatkan semua orang tanpa perbedaan. Yesus adalah orang Yahudi dan Ia hanya

mewartakan Injil di daerah orang-orang Yahudi. Tetapi di antara penduduknya ada juga orang-orang non-Yahudi. Karena itu segala pekerjaan baik yang dilakukan-Nya ternyata

tidak terbatas, dan dapat dialami oleh siapapun juga, baik Yahudi maupun non-Yahudi. Apa

yang dilakukan-Nya, yaitu berbuat baik kepada siapapun tanpa perbedaan. Karena itu di kemudian hari, sesudah Ia mati dan bangkit kembali, Ia justru memberi perintah kepada

murid-murid-Nya: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”

(Mrk 16:15). Berbuat baik kepada sesama tanpa perbedaan dan tanpa pamrih, ternyata

merupakan pewartaan Injil (“evangelisasi”) yang paling baik dan berdayaguna! Sangat

menarik catatan Injil yang dibuat oleh Markus ini. Yaitu Yesus berpesan kepada orang-orang

yang menyaksikan mukjizat penyembuhan yang dilakukan-Nya, supaya jangan menceritakannya kepada siapa pun juga. Tetapi mereka justru memberitakannya kepada

orang-orang dan berseru: “Ia, Yesus, menjadikan segala yang baik!”.

Apa pesan Yesus yang disampaikan kepada kita sekarang ini? Masyarakat kita sekarang ini mengalami banyak kemajuan, namun juga sekaligus

kemunduran. Kita setiap hari melihat iklan-iklan tentang pembangunan gedung-gedung

pencakar langit, kompleks bangunan kolosal dan indah serta hebat. Penjualan dan pembelian

mobil-mobil berkualitas tinggi terus berlangsung. Tetapi sekaligus juga selalu ada berita tentang bencana gempa bumi, kebakaran, nasib kaum pengungsi, nasib anak-anak yang

kurang gizi makanan dan minumannya, dan tak mampu meneruskan sekolahnya. Belum lagi

berita negatif tentang korupsi dan adanya badai narkoba yang tak kunjung henti. Inilah “pelbagai penyakit” di dunia masyarakat kita, yang harus disembuhkan.

Seperti di zaman Yesus dahulu, sekarang ini pun kita harus mewartakan Injil, bukan hanya

lewat pewartaan sabda (ajaran, pendidikan, ibadat), tetapi juga lewat segenap usaha penyembuhan “penyakit-penyakit masyarakat kita” yang banyak diderita oleh orang-orang

kita sezaman dan semasyarakat. Bukan hanya bagi orang-orang yang seagama, sekeluarga,

segolongan, sejabatan atau apapun, melainkan kepada semua orang secara tulus dan tanpa

pamrih. Dahulu orang-orang “takjub dan tercengang” melihat Yesus dan berseru: “Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-

Nya berkata-kata”. Betapa kita pun akan bersyukur kepada Tuhan dan bergembira,apabila

ucapan orang-orang itu ditujukan juga kepada kita, murid-murid Yesus! Paus Beato Paulus VI telah menulis suatu seruan apostolik Evangelii Nuntiandi,

yang mengingatkan kita bahwa tugas hakiki kita sebagai Gereja ialah mewartakan kabar

gembira. Dan Paus Fransiskus juga mengeluarkan suatu seruan apostolik Evangelii

Gaudium, yang juga mengingatkan lagi, bahwa kita harus sungguh bergembira menerima

Injil Kristus sebagai kabar keselamatan rohani dan jasmani kepada kita. Tetapi Paus

Fransiskus ini menegaskan juga, bahwa kegembiraan kita itu harus diteruskan kepada semua

orang tanpa perbedaan, seperti yang dilaksanakan oleh Kristus sendiri. Dengan demikian kita akan dikenal oleh masyarakat sebagai Gereja Kristus yang sungguh Katolik, artinya sebagai

persekutuan umat beriman yang berbuat baik kepada semua orang tanpa membeda-bedakan. Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

Sumber: http://www.imankatolik.or.id/

Page 3: SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT

3

WARTA UMAT

Jadwal Petugas Liturgi Hari Minggu Biasa XXIV:

Hari, tanggal dan waktu

Sabtu, 15 September 2018

Minggu, 16 September 2018

pkl. 17.30 pkl. 06.30 pkl. 09.00 pkl. 17. 00

Koor dan

Persembahan Wilayah IV –

St.Vincentius A

Wilayah I – St.

Theresia Avilla

Wilayah XII – St.

Maria Asumpta

Wilayah II – St.

Yosef

Organis *) *) *) *)

Prodiakon

Suster SJD (2) Suster FMM (2) FL.Simbolon P. Eddy Yanto

A.Yanto S G. Lie Langgeng Edm. Sarjono Ag. Wagiyanto

Y. Anwar Kartono Y.Sumardi Yohanes Tamsir B. Anselindo M B

A. Bambang S B. Situmorang Is Wahyu S Yosef Heng

MM. Turnip Rafael Raya

Abraham Desa

Lektor Immaculata Widi

(St. Vincenitius)

Andi Lim (St.

Theresia Avilla)

Pusoro Esthi (St.

Maria Asumpta)

Geovani Meiriska

(St. Yosep)

Tata Laksana & Parkir

Wilayah VII –

BUnda Maria

Wilayah V – St.

Fransiskus Asisi

Wilayah VI – St.

Christoforus

Kelompok Basis

Mashasiswa

Gereja St. Maria Ratu Rosari Pkl. 11.00 Wilayah VIII – St. Monica

Keterangan : *) ditunjuk oleh wilayah atau kategorial yang sedang bertugas.

Renungan harian bulan Nopember 2018 tersedia di warung paroki. Setelah Misa Kudus siang: Pertemuan Putra-Putri Altar Pemula di gedung paroki

bersama Bpk F. Sugeng Mujiono; senior, medior, junior di gereja.

Hari Senin, 10 September 2018, pkl 15.00 pengakuan dosa bagi orangtua calon baptis

bayi di gereja. Hari Selasa, 11 September 2018 permandian bayi, di gereja pkl. 15.00.

Hari Selasa, 11 September 2018, lomba pemazmur pkl. 08.00 di Gereja. Registrasi

mulai pkl. 07.30. Pengumuman Perkawinan:

Pengumuman Ketiga: 1. Saudara Rudiyanto S. Pakpahan dari Wilayah 6-Christoforus dgn Saudari Lisa

Valentina. 2. Saudara Hardwin dengan Saudari Evie dari Wilayah 3-Hati Kudus Yesus.

Saudara/saudari yang mengetahui adanya halangan demi sahnya perkawinan

tersebut wajib memberitahukan kepada Pastor Paroki, dan mohon doa bagi

kesejahteraan mereka.

Info Wilayah / Kategorial

No. Wilayah /

Kategorial Hari / Tanggal Waktu

Acara /

Kegiatam

Tempat /

Keterangan

1. Misdinar Minggu, 09 Pkl. 11.00 Pertemuan Rutin Gedung Paroki

Page 4: SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT

4

September 2018

2. PD Karismatik

Bunda Kudus

Senin, 10

September 2018 Pkl. 14.00

Pujian dan

renungan Gedung paroki

3. Legio Bunda

Gereja

Senin, 10

September 2018

Pkl. 18.00 Rapat Mingguan Aula Susteran

FMM

4. Legio Benteng

Gading

Rabu, 12

September 2018

Pkl. 19.00 Rapat Mingguan Gedung paroki

5. Persekutuan

Doa Trinitas

Jumat, 14

September 2018 Pkl. 19.30

Pujian dan

renungan Gedung paroki

6. Bunda Kudus

Kids

Sabtu, 15

September 2018 Pkl. 17.30 Sekolah Minggu Gedung paroki

7. PD Corunnum Sabtu, 15

September 2018 Pkl. 19.30

Pujian dan

renungan Gedung paroki

8. Umum Sabtu, 15

September 2018 Pkl. 14.30

Ibadat Kerahiman

Ilahi gereja

Bacaan Dalam Pekan Ini :

Hari dan Tanggal Bacaan Hari dan Tanggal Bacaan

Senin,

10 September 2018

1Kor. 5:1-8; Mzm. 5:5-

6,7,12; Luk. 6:6-11.

BcO 2Ptr. 1:12-21

Kamis,

13 September 2018

1Kor. 8:1b-7,11-13;

Mzm. 139:1-3,13-

14ab,23-24; Luk. 6:27-

38;

BcO 2Ptr. 3:1-10

Selasa,

11 September 2018

1Kor. 6:1-11; Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b;

Luk. 6:12-19.

BcO Est. 1:1-3,9-16,19;

2:5-10,16-17

Jumat,

14 September 2018

Bil. 21:4-9; Mzm. 78:1-2,34-35,36-37,38; Flp.

2:6-11; Yoh. 3:13-17.

BcO Gal. 2:19-3:7,13-

14; 6:14-18 Est. 1:1-3,9-

16,19; 2:5-10,16-17.

Rabu,

12 September 2018

Sir. 24:17-22; MT. Luk.

1:46-48,49-50,51-54;

Luk. 1:20-38.

BcO 2Ptr. 2:9-22

Sabtu,

15 September 2018

1Kor. 15:1-11; atau Ibr.

5:7-9; Mzm 31:2-3a,3b-

4,5-6,15-16, 20; Yoh.

19:25-27 atau Luk.

2:33-35.

BcO Est. 3:1-11

Daftar Usulan lagu : 23 September 2018 – Hari Minggu Biasa XXV Tema: Anak Manusia akan diserahkan .... Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi pelayan dari semuanya.. Lagu Pembuka: MB 519 / MB 603 (Batak Karo) Mzm. Tgp.: MTA 810 Alleluya / A.P.I: MTA 952 / MB 649

Persiapan Persembahan: MB 233 (Flores) / MB 786 (Ngada-Flores) Komuni: MB 301 (Flores) / MB 705 (Dayak Uud Danum) Madah Pujian: MB 307 / MB 757 (Nias) 30 September 2018 – Hari Minggu Biasa XXVI

Page 5: SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT

5

Tema: Barang siapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah.. Lagu Pembuka: MB 518 / MB 7923 (Batak Toba) Mzm. Tgp.: MTA 853 Alleluya / A.P.I: MTA 960 / MB 651 Persiapan Persembahan: MB 241 (Jawa) / MB 670 (Papua-Meybrat) Komuni: MB 282 / MB 800 (Timor-Dawan) Madah Pujian: MB 471 (manado) / MB 791 (Batak Toba) 05 Oktober 2018 – Jumat Pertama Tema: Barang siapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.. Lagu Pembuka: MB 508 / MB 512 (Flores - Ngada) Mzm. Tgp.: MTA 574 (Minahasa)

Alleluya / A.P.I: MTA 652 Persiapan Persembahan: MB 517 (Jawa) / MB 667 (Flores-Lio) Komuni: MB 285 / MB 690 (Batak Toba) Madah Pujian: MB 511 (Sunda) / MB 708 (Manado) 07 Oktober 2018 – Hari Minggu Biasa XXVII Tema: Apa yang telah dipersatukan Allah janganlah diceraikan manusia.. Lagu Pembuka: MB 66 / MB 69 (Bunaq-Timor) Mzm. Tgp.: MTA 846 Alleluya / A.P.I: MTA 957 / MB 653 Persiapan Persembahan: MB 234 (Flores Timur) / MB 785 (Flores) Komuni: MB 290 (Jawa) / MB 68 (Jawa) Madah Pujian: MB 543 / MB 812 (Nias)

Katekese Katolik

Gagasan Pendukung BKSN 2018 Dr. V. Indra Sanjaya, Pr

Amanat Agung: Mewartakan Kabar Sukacita Dalam Kemajemukan

Sambungan minggu lalu…..

Pertemuan dengan Budaya Non-Yahudi Paulus sendiri meyakini bahwa Allah menghendakinya untuk pergi mewartakan

Injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. “... Allah, telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh anugerah-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi...” (Gal. 1:15-16) atau kepada “orang-orang yang tidak bersunat” (Gal. 2:9). Situasi ini membawa tiga konsekuensi penting: (1) Paulus harus pergi ke luar Palestina, (2) itu berarti bahwa dia harus bertemu dengan budayabudaya serta tradisi religius non-Yahudi, (3) maka metode pewartaannya pun mesti berbeda.

Konsekuensi pertama sudah diuraikan di atas, maka tidak akan diulang di sini. Konsekuensi kedua merupakan soal besar, dan sampai sekarang masih merupakan salah satu pokok diskusi teologis dalam pemikiran tentang karya misioner. Berkaitan dengan hal ini, kekristenan awal menghadapi persoalan yang khas. Pertama-tama mesti disadari bahwa Jemaat Kristiani awal adalah orang-orang Yahudi yang tentu saja hidup menurut hukum dan budaya mereka. Di sini segera muncul persoalan: apakah menurut tradisi hukum Yahudi, pertemuan antara para pewarta yang adalah orang Yahudi dengan orang-orang non-Yahudi bisa dibenarkan atau dimungkinkan? Apakah pertemuan seperti ini tidak membuat orang Yahudi menjadi najis?

Page 6: SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT

6

Dua teks dari Kisah Para Rasul baik dikutip di sini. Dalam Kis. 10 kita menemukan kisah panjang yang dalam Alkitab kita diberi judul “Petrus dan Kornelius.” Kisah ini bisa dibagi menjadi empat bagian:

• Ay. 1-8: Penglihatan Kornelius di Kaisarea.1 Dalam penglihatan malaikat menyuruh Kornelius untuk memanggil Petrus yang sedang berada di Yope.

• Ay. 9-18: Penglihatan Petrus. Petrus melihat benda seperti kain lebar diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang. Kita tidak tahu binatang apa saja yang ada di sana, tetapi dari jawaban Petrus kita bisa menduga bahwa yang ada di sana adalah binatang najis. Ketika diperintahkan untuk menyembelih dan memakannya, Petrus menolak karena binatang itu haram. Tetapi, suara dari sorga mengatakan, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” (ay. 15). Dikatakan bahwa hal itu terjadi sampai tiga kali.

• Ay. 19-23: Petrus dan utusan Kornelius. Saat Petrus sedang merenungkan pengalamannya, utusan Kornelius datang dan mengutarakan maksudnya untuk membawa Petrus ke Kaisarea.

• Ay. 24-43: Pertemuan Petrus dan Kornelius. Petrus sadar bahwa sebenar-nya ia sebagai orang Yahudi tidak boleh bergaul dengan orang non-Yahudi, tetapi karena Allah yang memerintahkannya maka ia lakukan (ay. 28). Petrus akhirnya menyadari bahwa keselamatan Allah melalui Yesus Kristus juga diperuntukkan bangsa-bangsa lain. “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” (ay. 47).

Pembaptisan Kornelius oleh Petrus merupakan peristiwa penting bagi perkembangan Jemaat. Petrus adalah wakil Jemaat Yerusalem yang merupakan Gereja Induk. Sementara Kornelius adalah seorang Roma, seorang non-Yahudi. Dalam Kis. 11:1-18 diceritakan bahwa Petrus mempertanggungjawabkan baptisan Kornelius di hadapan orang-orang bersunat di Yerusalem. “Jadi, jika Allah memberikan karunia yang sama kepada mereka seperti kepada kita pada waktu kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, bagaimana mungkin aku mencegah Dia?” (ay. 17). Dengan demikian, pembaptisan Kornelius merupakan legitimasi dari Gereja Induk untuk mewartakan kabar sukacita kepada bangsa-bangsa lain. Allah memang menghendaki demikian. Dengan demikian, jalan menuju perutusan kepada bangsa-bangsa mendapatkan lampu hijau dari Gereja Yerusalem.

Tidak hanya itu. Pengalaman Petrus yang mendapatkan penglihatan (ay. 9-18) memberi solusi pada satu persoalan yang meski sederhana, tetapi bisa amat merepotkan. Ketika para pewarta Kristiani berangkat keluar meninggalkan dunia Yahudi dan masuk dunia asing, mau tidak mau mereka juga harus hidup menurut gaya dunia asing itu. Bisa dibayangkan bahwa soal makanan yang kosher menjadi persoalan tersendiri bagi mereka. Dalam situasi seperti itu, suara dari surga pada ay. 15 memberikan pemecahan bagi persoalan makanan ini. Dengan demikian, tidak ada lagi masalah bagi orang Kristiani Yahudi untuk bertemu dan bergaul, atau makan bersama dengan orang-0rang non-Yahudi.

Page 7: SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT

7

Dengan demikian satu dimensi dari ketegangan antara budaya Yahudi dengan budaya asing terselesaikan. Dari pihak hukum dan tradisi Yahudi kini tidak ada lagi keberatan untuk menerima orang asing. Satu teks lagi yang juga mesti dipertimbangkan adalah Kis. 15:1-21 yang diberi judul Sidang di Yerusalem. Pertemuan ini seringkali disebut juga konsili pertama dalam Gereja. Dalam pertemuan ini, sekali lagi konflik budaya menjadi pokok perdebatan.

Sampai saat itu kekristenan masih melekat kuat pada agama Yahudi dengan segala macam tradisinya, termasuk Hukum Taurat. Di beberapa tempat – terutama di bagian awal Kis. – kita melihat bagaimana para rasul berkhotbah di Bait Suci. Tampaknya mereka masih berdoa di Bait Suci walau kemudian mereka melanjutkan persekutuan mereka (memecahkan roti) di rumah masing-masing. Oleh karena itu, ketika orang non-Yahudi akan menjadi Kristiani, pertanyaan yang mendasar adalah: apakah mereka juga masih harus menjalankan kewajibankewajiban Hukum Taurat? Secara konkret pertanyaannya adalah: apakah orang-orang non-Yahudi yang menjadi Kristiani harus juga menjalani sunat dan mengikuti Hukum Musa? Inilah yang didiskusikan dalam Konsili Yerusalem ini.

Kita bisa mendengar gema pertentangan itu dalam Kis. 15. Kita mendengar ada kelompok yang mengatakan “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan” (Kis. 15:1) “Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa” (Kis. 15:5)

Nanti Paulus masih harus berhadapan dengan masalah semacam ini seperti terungkap dalam suratnya kepada Jemaat Galatia.

Persoalan ini sebenarnya bukan sekedar persoalan budaya, tetapi juga mempunyai implikasi amat penting bagi iman keyakinan Kristiani. Yang menjadi pokok masalah adalah apa atau siapakah yang sebenarnya memberi keselamatan? Kristus atau Hukum Taurat? Jika untuk menjadi Kristiani orang harus disunat, itu berarti bahwa Kristus belum cukup untuk keselamatan manusia. Tetapi, sebaliknya, jika keselamatan datang dari Kristus, Hukum Taurat dengan sendirinya tidak mempunyai kekuatan apa-apa lagi. Pertentangan antara Kristus dan Hukum Taurat seperti bisa kita lihat, juga mewarnai surat Galatia dan surat Roma.

Dalam Konsili Yerusalem, Petrus dengan jelas mengatakan, 7“Hai Saudara-saudara, kamu tahu bahwa sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraanku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. 8Allah, yang mengenal hati manusia, memberi kesaksian untuk mereka dengan mengaruniakan Roh Kudus kepada mereka sama seperti kepada kita, 9dan Ia sama sekali tidak membeda-bedakan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. 10Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu gandar yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? 11Sebaliknya, kita percaya bahwa melalui anugerah Tuhan Yesus Kristus kita akan diselamatkan sama seperti mereka juga.”

Yakobus yang waktu itu menjadi pemimpin Gereja Yerusalem akhirnya memutuskan bahwa “Sebab itu aku berpendapat bahwa kita tidak boleh menimbulkan

Page 8: SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT

8

kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari hal-hal yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah” (Kis. 15:19-20).

Dengan Konsili Yerusalem ini, persoalan mengenai sunat bagi orang non-Yahudi praktis selesai. Secara teologis dan teoretis, pewartaan kepada bangsa-bangsa lain dengan segala konsekuensinya mendapat peneguhan dalam Konsili Yerusalem. Kini segalanya sudah siap. Orang yang mendapatkan tugas sudah ada, restu dan lampu hijau dari Gereja Induk sudah diberikan. Yang tersisa sekarang adalah pelaksanaannya.

Di sinilah konsekuensi yang ketiga perlu diperhatikan. Masuk ke dalam dunia yang sama sekali berbeda, menuntut cara bergaul yang perbedaan juga. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, begitu kata orang. Ketika para pewarta masih berkeliling di sekitar tanah Palestina, “di seluruh Yudea dan Samaria”, mereka tidak menemui banyak kesulitan berarti karena mereka berhadapan dengan orang-orang yang mempunyai latar belakang kebudayaan dan tradisi religius yang sama. Mari kita lihat.

Pokok utama pewartaan Kristiani kepada orang-orang Yahudi adalah bahwa Yesus Kristus merupakan pemenuhan janji dan harapan Israel. Hal ini bisa ditangkap dan dipahami, meskipun tidak selalu diterima, oleh orang-orang yang ada di Yudea dan Samaria. Tetapi, tidak demikian halnya ketika mereka berhadapan dengan orang-orang non-Yahudi di tanah asing. Kitab Suci Ibrani tidak mereka kenal; Hukum Taurat tidak mereka kenal. Pengharapan Israel akan mesias sang pembebas juga tidak mereka kenal. Oleh karena itu, gagasan Yesus sebagai pemenuhan pengharapan Israel sama sekali tidak laku ‘dijual’ kepada bangsa-bangsa non-Yahudi karena mereka memang sama sekali tidak paham tentang hal itu. Oleh karena itu, supaya pewartaan Kabar Gembira bisa tetap berjalan, mesti dicari jalan lain.

Kisah Para Rasul sebenarnya mempunyai sebuah kisah yang persis menggambarkan pertemuan antara kekristenan yang baru muncul dan bergerak dengan alam pikir Yunani. Dalam kisah itu, kita bisa merasakan strategi genius yang dijalankan Paulus ketika ia bermisi di luar Palestina. Dalam Kis. 17:16-34 kita melihat bagaimana Paulus berdebat dengan para tokoh Yunani di Areopagus. Dalam konteks ini, Atena bisa dipandang pusat dari pewartaan ke ‘ujung bumi’, pusat dunia kafir! Ini adalah dunia non-Yahudi! Pertemuan bersejarah antara Paulus dengan para filosof Atena ini bisa dipandang sebagai pertemuan simbolik antara budaya Barat dengan budaya Timur.

Sebenarnya menarik kalau kita bisa menikmati pengalaman Paulus di Areopagus ini. Tetapi, karena perikop ini akan digunakan sebagai bahan permenungan Minggu III BKSN tahun 2018 ini, maka pembahasan atas perikop yang sangat inspiratif ini akan diletakkan agak ke belakang.

Bersambung …………….

Sumber: Bulan Kitab Suci Nasional, LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 2018

Page 9: SARANA KOMUNIKASI ANTAR UMAT

9

☺☺☺