sara sorayya ermuna - 25413056

10
HALAMAN DEPAN TUGAS MATA KULIAH PROGRAM PASCASARJANA PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SEMESTER 1, 2013-2014 Kode dan Nama Mata Kuliah PL 5102 / Environment and Resources Tugas # 1 Nama Dosen Pengampu Ir. Teti Armiati Argo MES. Ph.d Judul Tugas Daya Dukung Lahan Kota Banjarbaru Berdasarkan Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Lahan Saya menyatakan bahwa: - Tugas yang saya kumpulkan ini adalah tugas yang saya kerjakan sendiri dan saya siap bertanggungjawab atas keseluruhan isi; - Segala usaha untuk menyitir tulisan orang lain (tidak terbatas namun termasuk dari buku, artikel jurnal, tulisan tak terpublikasi, catatan kuliah, tugas mahasiswa lain, dan lainnya) telah direferensikan dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah akademik yang baku dan berlaku, dan; - Plagiarisme merupakan tindak akademis tak terhormat dan patut mendapatkan sangsi seperti yang tercantum dalam Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan ITB tahun 2013. Nama Sara Sorayya Ermuna NIM 25413056 Tanggal Masuk Tanda Tangan 20 Desember 2013

Upload: sara-sorayya-ermuna

Post on 28-Nov-2015

80 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Paper Sumber Daya Lingkungan

TRANSCRIPT

Page 1: Sara Sorayya Ermuna - 25413056

HALAMAN DEPAN TUGAS MATA KULIAH

PROGRAM PASCASARJANA PERENCANAAN WILAYAH DAN

KOTA

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SEMESTER 1, 2013-2014

Kode dan Nama Mata

Kuliah

PL 5102 / Environment and Resources

Tugas # 1

Nama Dosen Pengampu Ir. Teti Armiati Argo MES. Ph.d

Judul Tugas Daya Dukung Lahan Kota Banjarbaru Berdasarkan

Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Lahan

Saya menyatakan bahwa:

- Tugas yang saya kumpulkan ini adalah tugas yang saya kerjakan sendiri dan saya siap bertanggungjawab atas keseluruhan isi;

- Segala usaha untuk menyitir tulisan orang lain (tidak terbatas namun termasuk dari buku, artikel jurnal, tulisan tak terpublikasi, catatan kuliah, tugas mahasiswa lain, dan lainnya) telah direferensikan dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah akademik yang baku dan berlaku, dan;

- Plagiarisme merupakan tindak akademis tak terhormat dan patut mendapatkan sangsi seperti yang tercantum dalam Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan ITB tahun 2013.

Nama

Sara Sorayya Ermuna

NIM

25413056

Tanggal Masuk

Tanda Tangan

20 Desember 2013

Page 2: Sara Sorayya Ermuna - 25413056

Daya Dukung Lahan Kota Banjarbaru Berdasarkan Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan

Lahan

Sara Sorayya Ermuna - 25413056

1. Pendahuluan

Kota Banjarbaru merupakan kota kedua yang terbentuk di Propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1999

setelah memisahkan diri dari Kabupaten Banjar. Selain itu, Kota Banjarbaru juga merupakan salah satu

Kawasan Strategis Propinsi Kalimantan Selatan (KSP Banjar Bakula) bersama dengan Kota Banjarmasin dan

Kabupaten Banjar. Kota Banjarbaru merupakan salah satu kota di Propinsi Kalimantan Selatan yang memiliki

pertumbuhan sangat pesat, baik terhadap indeks pembangunan manusia yang berada pada peringkat 1 untuk

tingkat propinsi serta pertumbuhan pada tingkat perekonomian. Sektor utama adalah perdagangan dan jasa

merupakan sektor basis yang menonjol di Kota Banjarbaru dengan realisasi jumlah PBB yang diterima

sebesar Rp. 21.988.560.590,- dimana melebihi ekspektasi rencana penerimaan target (Kalimantan Selatan

Dalam Angka, 2012) atau menyumbang sebesar 5% dari realisasi pajak bumi dan bangunan di tingkat

propinsi. Perkembangan sektor jasa dan perdagangan di Kota Banjarbaru menyumbang sebesar 19,08% dan

18,52% terhadap pendapatan asli Kota Banjarbaru (BPS Kota Banjarbaru, 2010). Daya tarik yang terdapat di

Kota Banjarbaru berupa sarana yang lengkap, baik sarana pendidikan dimana terdapat beberapa perguruan

tinggi, salah satunya adalah Universitas Lambung Mangkurat, dan sarana lainnya, yakni instansi dan

perkantoran tingkat propinsi yang tersebar di Kota Banjarbaru, sarana perdagangan skala besar, maupun dari

sektor pertambangan adalah pertambangan intan dan emas.

Adanya perkembangan investasi dan usaha di Kota Banjarbaru tentunya akan semakin memberikan daya

tarik Kota Banjarbaru. Hal ini tercermin peningkatan jumlah penduduk di Kota Banjarbaru yang sejak tahun

2008 hingga tahun 2013 memiliki rata-rata pertumbuhan penduduk 7% dengan jumlah penduduk saat ini

sebesar 214287 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 538 jiwa/km2. Di samping itu, jika dilihat

perkembangan ekonomi berdasarkan lapangan usaha, diketahui bahwa sektor pertanian semakin menurun

yang juga diikuti dengan menurunnya jumlah lahan pertanian dan perkebunan (Kota Banjarbaru dalam Angka

2008-2013). Lapangan usaha sektor pertanian pada tahun 2008 memberikan prosentase sebesar 5,59%

terhadap pendapatan daerah Kota Banjarbaru tetapi pada tahun 2012, prosentase pertanian menurun menjadi

3,77%. Hal ini berbanding terbalik dengan perkembangan sektor jasa dan perdagangan yang pada tahun 2008

berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 7,45% dan 6,14%. Hingga pada tahun 2013, mengalami

peningkatan secara terus menerus dan stabil pada kedua sektor sebesar 6,72% untuk sektor perdagangan dan

8,1% untuk sektor jasa (Kota Banjarbaru dalam Angka Tahun 2013).

Semakin meningkatnya jumlah penduduk, tentunya lahan yang dibutuhkan akan semakin tinggi pula

terutama untuk kebutuhan lahan perumahan. Hal ini dapat dilihat dari semakin maraknya pembukaan lahan

perumahan di Kota Banjarbaru, terutama di Kecamatan Banjarbaru Utara dan Banjarbaru Selatan. Isu lainnya

yang mendukung pembukaan lahan untuk menjadi lahan terbangun di Kota Banjarbaru adalah pemindahan ibu

kota pemerintahan Kalimantan Selatan dari Kota Banjarmasin ke Kota Banjarbaru. Hal tersebut dapat dilihat

dengan adanya perpindahan kantor pemerintahan berupa Kantor Gubernur dan Sekretaris Daerah sejak tahun

Page 3: Sara Sorayya Ermuna - 25413056

2012 lalu ke Kota Banjarbaru. Selain itu, perkembangan fasilitas dan sarana juga akan semakin meningkat

seiring adanya peningkatan jumlah penduduk. Salah satu pengembangan fasilitas yang menjadi salah satu

magnet Kota Banjarbaru adalah dengan dibangunnya 2 pusat perbelanjaan skala besar dalam kurun waktu 2

tahun terakhir. Oleh karena itu, perlu diketahui daya dukung lahan untuk mengetahui kapasitas daya tampung

Kota Banjarbaru pada saat ini.

Berdasarkan daya dukung lahan tersebut, maka dapat diketahui apakah ketersediaan lahan yang ada di

Kota Banjarbaru dapat menampung jumlah kebutuhan lahan penduduk yang berada di Kota Banjarbaru.

Selain itu, dapat diarahkan beberapa strategi yang sesuai dengan perkembangan Kota Banjarbaru terkait untuk

mengurangi dan mencegah penurunan daya dukung lahan.

2. Rumusan Masalah dan Tujuan

Tulisan ini akan membahas daya dukung lahan Kota Banjarbaru. Hal ini perlu dilakukan mengingat peran

Kota Banjarbaru sebagai salah satu kawasan strategis propinsi, yakni KSP Banjar Bakula. Tulisan ini akan

memaparkan mengenai beberapa hal sebagai berikut.

a. Mengetahui daya dukung lahan Kota Banjarbaru berdasarkan perhitungan dari Permen LH No. 17 Tahun

2009 mengenai daya dukung lingkungan.

b. Memberikan rekomendasi yang sesuai berdasarkan perhitungan daya dukung lahan Kota Banjarbaru.

3. Metodologi

Metodologi yang digunakan untuk pembahasan ini adalah kajian literatur mengenai daya dukung

lingkungan berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan lahan. Perhitungan daya dukung lingkungan dihitung

berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009 mengenai daya dukung lahan. Adapun data yang dibutuhkan

untuk menghitung daya dukung lahan adalah sebagai berikut.

a. Jenis dan harga masing-masing komoditas dalam satuan yang telah disamakan. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui total produksi pada masing-masing komoditas dalam 1 tahun. Jenis dan jumlah komoditas

pertanian didapatkan dari Kota Banjarbaru dalam Angka Tahun 2013 (data tahun 2012) serta harga

masing-masing komoditas didapatkan dari data statistik komoditas pertanian tahun 2012.

b. Harga satuan beras di tingkat produsen, dalam hal ini harga satuan beras didapatkan dari data statistik

harga komoditas pertanian tahun 2012 berdasarkan masing-masing propinsi di Indonesia yang

dipublikasikan oleh Kementerian Pertanian.

c. Data mengenai rata-rata produktivitas beras di Kota Banjarbaru yang didapatkan pula dari Kota

Banjarbaru dalam Angka Tahun 2013.

Data yang digunakan merupakan data sekunder, yang sebagian besar merupakan data statistic yang dapat

diakses di website Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Selatan dan Kota Banjarbaru. Selain itu,

ketiadaan data terhadap suatu komoditas disesuaikan terhadap studi terdahulu yang telah dikemukakan

(Meliani, 2013, Daya Dukung Lingkungan Kecamatan Rasau Jaya Berdasarkan Ketersediaan dan Kebutuhan

Lahan). Keseluruhan data tersebut akan digunakan dalam perhitungan ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan

yang mengacu pada Permen LH No. 17 Tahun 2009.

Page 4: Sara Sorayya Ermuna - 25413056

4. Tinjauan Literatur

1) Definisi dan Konsep Daya Dukung Lingkungan

Definisi daya dukung lingkungan menurut UU No. 32 Tahun 2009, daya dukung lingkungan hidup

didefinisikan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk

hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya. Sementara itu, daya dukung menurut Odum (1971) merupakan

salah satu cara dalam mengelola sumber daya dengan mengetahui batasan penggunaan dari suatu wilayah dari

beberapa faktor yang mempengaruhi daya tahan terhadap lingkungan. Hal serupa dikemukakan oleh

Soerianegara (1977) dalam Claroline dimana mendefinisikan daya dukung lingkungan dari perspektif

kebutuhan manusia sebagai jumlah individu yang dapat ditampung oleh satuan luas sumber daya dan

lingkungan dalam keadaan sejahtera. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa

komponen yang berpengaruh dalam penilaian daya dukung lingkungan adalah luas lahan yang tersedia untuk

menunjung kebutuhan manusia.

Selain itu, menurut Lenzen dan Murray (2003) dalam Claroline menyatakan bahwa kebutuhan manusia

akan lingkungan dapat dinyatakan dengan luasan lahan yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan manusia

dan disebut ecological footprint. Sementara itu, Khanna et al (1999) dalam Dwi (2010) dan Claroline

menyatakan bahwa daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2, yakni kapasitas penyediaan (supportive

capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity). Diketahuinya daya dukung lahan dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan tata ruang dan evaluasi pemanfaatan ruang, terkait dengan

penyediaan produk hayati yang berkelanjutan melalui upaya pemanfaatan fungsi lingkungan hidup.

Indikator Penilaian Daya Dukung Lingkungan

Sumber: (Rolasisasi; 2007 dalam Claroline;

http://lms.unhas.ac.id/claroline/backends/download.php?url=LzE1LURBWUFfRFVLVU5HLmRvY3g%3D&cidReset=t

rue&cidReq=PSL2310)

Jika digambarkan, ilustrasi mengenai daya dukung terbagi menjadi 4 bagian, yakni.

a. Daya dukung lingkungan maksimum ketikan sumber daya yang ada pada kondisi eksisting telah

dimanfaatkan dalam kondisi maksimal serta melebihi daya dukung sumber daya untuk memenuhi

kebutuhan populasi.

b. Daya dukung subsistem ketika penggunaan sumber daya melebihi kapasitas daya tampung sumber daya

tetapi populasi belum mencapai titik optimum sehingga melebihi kebutuhan populasi dan diasumsikan

masih dapat melayani kebutuhan populasi dalam beberapa kurun waktu ke depan.

Page 5: Sara Sorayya Ermuna - 25413056

c. Daya dukung suboptimum, ketika penggunaan sumber daya yang ada berada di bawah kebutuhan populasi

d. Daya dukung optimum, terjadi ketika daya tampung sumber daya berada di bawah rata-rata kebutuhan

populasi.

2) Perhitungan daya dukung lingkungan

Perhitungan daya dukung lingkungan dapat dilakukan berdasarkan perhitungan konsumsi energy atau

makanan maupun melalui perhitungan kebutuhan lahan (Rees 1996; Richard 2002 dalam Dwi; 2010).

Perhitungan kebutuhan lahan dapat diklasifikasikan berdasarkan 2 cara, yakni. (PerMen LH No. 17 Tahun

2009 dan Meadows; 1995 dalam Murai;1996)

a. Melalui perhitungan kepadatan penduduk pada wilayah yang dikaji dan disesuaikan dengan jumlah

penduduk yang masih dapat didukung oleh area tersebut (Richard, 2002 dalam Dwi; 2010). Salah satu

kriteria pembangunan berkelanjutan juga dapat ditunjukkan dari kepadatan penduduk dengan tidak

melebihi 50 orang/ha (Meadows;1995 dalam Murai; 1996). Sementara itu, untuk kepadatan penduduk

mencapai 100-150 orang/ha, maka tingkat keberlanjutan dikatakan kritis sedangkan jika lebih dari 200

orang/ha maka arah pembangunan menuju pada tingkat merusak.

b. Melalui pendekatan perhitungan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di

suatu wilayah sehingga dapat diketahui gambaran umum daya dukung lahan di Kota Banjarbaru berada

pada keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan di Kota

Banjarbaru masih mencukupi kebutuhan akan produksi hayati setempat. Sementara itu, jika keadaan

defisit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat tidak dapat memenuhi kebutuhan terhadap

produksi hayati.

Gambar 1 Diagram Penentuan Daya Dukung Lahan

Sumber: Permen LH No. 17 Tahun 2009

Tabel 1 Penentuan Status Daya Dukung Lahan Berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009 Perhitungan Ketersediaan (Supply) Lahan Penghitungan Kebutuhan (Demand) Lahan

Keterangan:

SL = Ketersediaan lahan (ha)

Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi

(satuan tergantung kepada jenis komoditas)

Komoditas yang diperhitungan meliputi

pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan

dan perikanan.

Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas

(Rp/satuan) di tingkat produsen

Keterangan:

DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)

N = Jumlah penduduk (orang)

KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per

penduduk:

a. Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per

penduduk merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi

produktifitas beras lokal.

b. Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton

Page 6: Sara Sorayya Ermuna - 25413056

Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat

produsen

Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)

setara beras/kapita/tahun.

c. Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal, dapat

menggunaan data rata-rata produktivitas beras nasional sebesar

2400 kg/ha/tahun.

Interpretasi

Ketersediaan lahan (Sl) > Kebutuhan lahan (Dl) maka daya dukung

lahan tergolong surplus dan masih dapat menampung hingga mencapai

batas ketersediaan lahannya.

Ketersediaan lahan (Sl) < Kebutuhan Lahan (Dl) maka daya dukung

lahan tergolong defisit dimana ketersediaan lahan eksisting saat ini

sebenarnya sudah tidak mampu untuk menampung kebutuhan lahan

penduduk saat ini. Oleh karena itu, dapat dilakukan beberapa tindakan

intervensi dan strategi yang disesuaikan pada masing-masing wilayah.

Sumber: Permen LH No. 17 Tahun 2009

5. Diskusi dan Pembahasan

Perhitungan ketersediaan lahan didasarkan pada ketersediaan produksi aktual yang terdapat di Kota

Banjarbaru berdasarkan data sekunder yang ada. Diketahui bahwa di Kota Banjarbaru, sektor yang berbasis

sumber daya alam ditunjukkan pada sektor pertanian, dengan komoditas padi lokal dan jagung. Sementara itu,

untuk perkembangan sektor lainnya minim. Data produksi aktual dan produktivitas beras didapatkan dari Kota

Banjarbaru dalam Angka Tahun 2013. Sementara itu, untuk harga satuan setiap jenis komoditas dan harga

beras di tingkat produsen didapatkan dari data Statistik Pertanian Tahun 2012. Hasil perhitungan daya dukung

lahan menunjukkan bahwa ketersediaan lahan di Kota Banjarbaru adalah sebesar 20133,92 Ha dengan

kebutuhan lahan sebesar 60654.18 Ha. Berdasarkan simpulan tersebut, maka dapat diketahui bahwa

ketersediaan lahan di Kota Banjarbaru kurang dari kebutuhan lahan dari penduduk yang terdapat di Kota

Banjarbaru. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi daya dukung lahan di Kota Banjarbaru mengalami

defisit. Jika diilustrasikan berdasarkan pembagian kategori daya dukung lahan yang dikemukakan oleh

Rolasisasi (2007) dalam Claroline, maka Kota Banjarbaru terletak pada kondisi daya dukung maksimum. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa sumber daya yang ada pada kondisi eksisting telah dimanfaatkan secara

maksimal hingga melebihi untuk memenuhi konsumsi populasi. Tabel 2 menunjukkan akumulasi data yang

dibutuhkan untuk setiap komoditas yang terdapat di Kota Banjarbaru hingga akhirnya didapatkan nilai

kebutuhan dan ketersediaan lahan berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009.

Penyebab dari menurunnya daya dukung lahan di Kota banjarbaru sangat dipengaruhi oleh penggunaan

lahan produktif dan jumlah penduduk yang ada. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kepadatan Kota

Banjarbaru mencapai 538 jiwa/km2. Strategi yang dapat dikembangkan untuk mencegah penurunan daya

dukung lahan (Hardjasoemantri; 1989 dalam Meliani; 2013), maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai

berikut.

1) Konversi lahan, dengan mengubah jenis penggunaan lahan ke arah usaha yang lebih menguntungkan

dengan menyesuaikan kondisi wilayah. Konversi lahan yang terjadi pada Kota Banjarbaru saat ini

dialihkan pada bentuk-bentuk fungsi terbangun, dan bukan konversi lahan yang bertujuan untuk

mendiversifikasi jenis komoditas yang sesuai. Konsep konversi lahan yang dapat disesuaikan

penerapannya di Kota Banjarbaru disesuaikan dengan perencanaan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, yang dapat dilakukan dengan inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah

Page 7: Sara Sorayya Ermuna - 25413056

ekoregion, dan penyusunan RPPLH. Inventarisasi lingkungan hidup dimaksudkan agar dapat diketahui

cadangan sumber daya alam yang sesuai di Kota Banjarbaru. Sementara itu, dalam penetapan wilayah

ecoregion harus mempertimbangkan karakteristik fisik dan binaan kawasan, yakni topografi, iklim, flora

dan fauna, serta tingkat perekonomian dan sosial budaya masyarakat.

2) Intensifikasi lahan, yakni dengan menggunakan teknologi dan inovasi baru dalam bertani. Hal ini dapat

diterapkan dengan dilakukannya konsep urban farming, yakni dengan melakukan penanaman pada lahan

milik sendiri, dan dapat dilakukan di rumah. Adapun jenis tanaman yang dapat dijadikan pilihan dalam

urban farming adalah jenis tanaman dan sayuran yang dapat dikonsumsi oleh manusia.

3) Konservasi lahan, yaitu dengan mencegah atau menetapkan lahan-lahan untuk tidak teralih fungsi menjadi

lahan terbangun.

Bentuk penerapan lainnya untuk mengurangi dan mencegah terjadinya penurunan daya dukung lahan

di Kota Banjarbaru adalah dengan penegasan kebijakan. Sebagaimana diketahui, penerapan kebijakan

mengenai perijinan untuk mendirikan bangunan maupun kajian analisis dampak lingkungan (AMDAL) mudah

diabaikan ketika wilayah tersebut masih memiliki ketersediaan lahan yang luas. Namun, jika hal tersebut terus

menerus dilakuka tentunya akan terjadi konversi lahan tidak terbangun menjadi terbangun. Dampak dari hal

ini sudah dapat dirasakan, dimana saat ini Kota Banjarbaru sangat rawan terhadap banjir dan genangan

(Banjarmasin Post, 2012; Antara News, 2008). Hal ini dimungkinkan salah satunya karena kurangnya area

resapan di Kota Banjarbaru.

Kota Banjarbaru pada dasarnya bukan kota yang berbasis sektor pertanian, sehingga kontribusi dan

luasan lahan pertanian di Kota Banjarbaru cenderung lebih sedikit jika dibandingkan kabupaten lain di

Propinsi Kalimantan Selatan. Sejalan dengan fenomena perkotaan lainnya, dimana kegiatan perkotaan

khususnya diasumsikan pada penerapan kegiatan terbangun dan didukung pula dengan semakin meningkatnya

fasilitas di Kota Banjarbaru pada saat ini. Oleh karena itu, jika kondisi Kota Banjarbaru tidak dapat dibatasi

perkembangannya, maka pemerintah Kota Banjarbaru harus mempertimbangkan untuk memberikan

melakukan imbal jasa lingkungan terhadap kawasan sekitarnya, terutama Kabupaten Tanah Laut yang

memiliki basis utama yakni sektor pertanian dan perkebunan. Fungsi Kota Banjarbaru dalam penerapan imbal

jasa lingkungan ini adalah sebagai penerima jasa dan Kabupaten Tanah Laut sebagai penyedia jasa. Walaupun

tingkat pembangunan dan kepadatan Kota Banjarbaru masih di bawah Kota Banjarmasin sebagai ibukota

Propinsi, tetapi Kota Banjarbaru memiliki nilai ekonomi lahan yang tinggi. Hal ini juga dapat dilihat dari

semakin meningkatnya jumlah penduduk dan fasilitas dimana dapat diasumsikan bahwa preferensi penduduk

yang tinggal di luar Kota Banjarbaru cenderung akan memilih Kota Banjarbaru dibandingkan Kota

Banjarmasin.

Berdasarkan hasil kajian mengenai daya dukung lingkungan, diketahui bahwa Kota Banjarbaru telah

mengalami daya dukung lahan pada kondisi maksimum yang diakibatkan adanya kebutuhan lahan yang jauh

lebih besar dari ketersediaan lahan yang ada untuk memenuhi kebutuhan populasi.

Page 8: Sara Sorayya Ermuna - 25413056

Tabel 2 Perhitungan Ketersediaan Lahan dan Kebutuhan Lahan Kota Banjarbaru

No. Komoditas Satuan Produksi Asumsi berat Produksi (kg) Nilai Satuan (Rp/kg) Nilai Produksi

1 Padi sawah ladang Ton 6988.14 6988140 8950 62543853000

2 Jagung Ton 104

104402 2237.93 233644367.9

3 Ubijalar Ton 165 165000 1500 247500000

4 Sayuran Ton 75924 75924000 4000 303696000000.00

5 Bawang daun Kw 2624 262400 4000 1049600000

6 Sawi Kw 10131 1013100 5627.82 5701544442

7 Kcg panjang Kw 9036 903600 5074.04 4584902544

8 Cabe merah Kw 5260 526000 18052.73 9495735980

9 Cabe rawit Kw 1802 180200 34884.21 6286134642

11 Tomat Kw 5951 595100 9415.93 5603419943

12 Terung Kw 8673 867300 3682.42 3193762866

13 Buncis Kw 4974 497400 6,942.68 3453289032

14 Ketimun Kw 8346 834600 3881.77 3239725242

15 Kangkung Kw 10081 1008100 2819.88 2842721028

16 Bayam Kw 5392 539200 4,310.31 2324119152

19 Durian Kw 268 26800 5000 134000000

22 Jeruk siam Kw 1195 119500 4000.61 478072895

24 Mangga Kw 4560 456000 4701.01 2143660560

25 Nangka Kw 894 89400 3015.71 269604474

27 Pepaya Kw 847 84700 2184.15 184997505

28 Pisang Kw 358 35800 5265.5 188504900

30 Sawo Kw 65 6500 3333.71 21669115

32 Sukun Kw 107 10700 3500 37450000

33 Ikan Mas Ton 118.6 118600 5000 593000000

34 Ikan Nila Ton 500.24 500240 3000 1500720000

35 Ikan Patin Ton 1053.4 1053400 4000 4213600000

36 Ikan Bawal Ton 97.74 97740 5000 488700000

37 Kerbau Ekor 12 350 kg/ekor 4200 44521.29 186989418

38 Sapi Ekor 2275 300 kg/ekor 682500 26,510.92 18093702900

39 Kambing Ekor 3960 3960 1000000/ekor 3960000000

40 Babi Ekor 621 75 kg/ekor 46575 18835.63 877269467.3

41 Ayam buras Ekor 502500 1.8 kg/ekor 904500 36000.00 32562000000

42 Ayam potong Ekor 4170407 2kg/ekor 8340814 18,000 150134652000.00

46 Itik Ekor 14325 2kg/ekor 28650 30000 859500000

47 Karet Ton 548 548000 7780 4263440000

48 Kelapa dalam Ton 90 90000 3,140.79 282671100

49 Kelapa sawit Ton 24 24000 1100 26400000

Total 635996556573.11

Harga satuan beras di Produsen Rp. 8950, 00

Produktivitas beras 3532.93 Kg/Ha

Ketersediaan lahan 20113.92 Ha

Jumlah penduduk Kota Banjarbaru 214287

kebutuhan hidup layak 1 ton/kapita/ha

Rata-rata produktivitas beras 3532.93 kg/ha

Kebutuhan lahan 60654.18 Ha

Perbandingan ketersediaan lahan dan kebutuhan lahan 20113.92 < 60654.18

SL < DL Daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.

Sumber: Kota Banjarbaru dalam Angka Tahun 2013, Statistik Pertanian Tahun 2012, Meliani (2013); Data Diolah

Page 9: Sara Sorayya Ermuna - 25413056

6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa terhadap daya dukung lahan Kota Banjarbaru, diketahui bahwa Kota Banjarbaru

berada pada kelas daya dukung lahan maksimum, dimana telah menggunakan sumber daya yang ada secara

berlebihan. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya perkembangan jumlah penduduk dan ketersediaan sarana

serta prasarana di Kota Banjarbaru yang semakin meningkat. Upaya yang dapat dilakukan untuk

meminimalisir dan mencegah penurunan daya dukung lahan di Kota Banjarbaru adalah dengan melakukan

tindakan teknis terkait dengan penggunaan lahan di Kota Banjarbaru, maupun dengan penerapan kebijakan

yang lebih ketat terhadap alih fungsi lahan agar sumber daya yang ada saat ini tetap dapat menampung

kebutuhan populasi. Bentuk penerapan kebijakan terhadap alih fungsi lahan terutama dalam aspek perijinan,

dimana sebaiknya setiap pembangunan permukiman dan sarana di Kota Banjarbaru harus memiliki kajian

AMDAL maupun penegasan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan).

7. Saran

Data yang dikaji untuk penelitian ini hanya berupa data sekunder yang dapat diakses dengan mudah pada

badan pusat statistik. Kelemahan dari penggunaan data sekunder ini adalah terbatasnya data dan akurasi data.

Oleh karena itu, sebaiknya selain menggunakan data sekunder, dilakukan cross-check terhadap dinas yang

terkait secara langsung, dalam hal ini Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan agar data

yang didapat lebih akurat dan perhitungan daya dukung lahan dapat secara sesuai menggambarkan kondisi

daya dukung lahan di Kota Banjarbaru.

8. Daftar Pustaka

Anonim. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung

Lingkungan Hidup. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup. 2009.

Anonim. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta. 2009.

Anonim. Statistik Harga Komoditas Pertanian Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Kementerian pertanian. 2012.

Anonim. Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2012. Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Provinsi

Kalimantan Selatan. 2012.

Anonim. Kota Banjarbaru Dalam Angka Tahun 2012. Banjarbaru: Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru.

2013.

Claroline. Daya Dukung Lingkungan. (Online,

http://lms.unhas.ac.id/claroline/backends/download.php?url=LzE1LURBWUFfRFVLVU5HLmRvY3

g%3D&cidReset=true&cidReq=PSL2310, diakses tanggal 17 Desember 2013).

Dwi, IK. Bab II Tinjauan Pustaka. (Online,

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56552/BAB%20II.%20TINJAUAN%20PUS

TAKA.pdf?sequence=4, diakses 17 Desember 2013). Bogor: IPB. 2010.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Philadelphia. Sounders Company ltd.

Meliani, Diah. 2013. Daya Dukung Lingkungan Kecamatan Rasau Jaya Berdasarkan Ketersediaan

Dan Kebutuhan Lahan. Pontianak: Universitas Tanjungpura. 2013. (Online,

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmtluntan/article/download/1806/1756, diakses tanggal 17

Desember 2013).

Page 10: Sara Sorayya Ermuna - 25413056

Lembar Evaluasi

Nama Mahasiswa: Sara Sorayya Ermuna

NIM: 25413056

No. Tugas: 1

Skema Penilaian Komentar

1. Presentasi paper

Judul, nama, dan NIM tertulis lengkap.

Dicantumkan nomor halaman, font yang terbaca.

Tidak ada lagi kesalahan ketik, kesalahan spelling dan

gramatikal.

Gambar, tabel, dan foto ditempatkan secara tepat dalam teks.

Semua referensi dituliskan mengikuti style guide.

Semua informasi yang dibutuhkan (termasuk lampiran)

tersedia.

2. Organisasi argumen

Judul harus menginformasikan isi tulisan, tidak terlalu

panjang. Tesis dinyatakan tegas.

Tujuan penulisan ternyatakan tepat dan eksplisit.

Tulisan terorganisisr sehingga teridentifikasi sub-bagian dan

diakhiri dengan kesimpulan dan referensi.

Penggunaan bahasa yang spesifik, teratur, dan menunjukkan

ikatan yang jelas dengan pernyataan tesis.

Kesimpulan: secara efektif menutup tulisan, mengikat semua

elemen yang dipertimbangkan sebelumnya.

3. Isi tulisan

Sintesis informasi dilakukan secara detil dan terpaku. Harus

solid, padat, dan teratur.

Mereferensi: variasi sumber/ide yang teriset baik, sumber

informasi berkualitas yang akan mempengaruhi kredibilitas

tulisan.

Jelas, tajam, terbaca dan koheren. Jika diperlukan daftar

singkatan, silakan dilakukan.

Pemasukan yang terlambat ... hari (5% per hari)

Komentar Lanjutan:

Nilai Akhir