sap ruang saraf
TRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN
Pokok Bahasan : Asuhan Keperawatan Pasien dengan Dekubitus
Hari, tanggal : Kamis, 14 Oktober 2010
Waktu : 10.00- 10.50 WIB
Tempat : Ruang Saraf A (Seruni) RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien Ruang Saraf A (Seruni)
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan keluarga mampu merawat
pasien dekubitus dengan baik di rumah sakit maupun di rumah.
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan keluarga pasien mampu :
1. Menyebutkan pengertian dekubitus
2. Menyebutkan etiologi dan faktor resiko dekubitus
3. Mengenali gejala terjadinya dekubitus
4. Mengetahui penanganan dekubitus
5. Mengetahui pencegahan dekubitus
III. Materi Pembelajaran
1. Pengertian dekubitus
2. Etiologi dan faktor resiko dekubitus
3. Gejala dekubitus
4. Penanganan dekubitus
5. Pencegahan dekubitus
IV. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi/tanya jawab
V. Media
1. Flipchart
2. Leaflet1
3. Manekin gangren (ada g rek yang punya???)
VI. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan
(10 menit)
07 Oktober 2010,
10.00-10.10 WIB
Pembukaan acara oleh moderator
1. Salam Pembuka
2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan mekanisme
kegiatan
Mendengarkan
pembukaan yang
disampaikan oleh
moderator.
Pelaksanaan
(30 menit)
10.10-10.25 WIB Penyampaian materi oleh
pemateri:
1. Menggali pengetahuan dan
pengalaman peserta
penyuluhan
2. Pengertian dekubitus
3. Etiologi dan faktor resiko
terjadinya dekubitus
4. Gejala dekubitus
5. Penanganan dekubitus
6. Pencegahan dekubitus
Mendengarkan dan
memberikan umpan
balik tehadap materi
yang disampaikan.
10.25- 10.40 WIB 1. Sesi tanya jawab
2. Evaluasi hasil yang dipandu
oleh moderator
1. Mengajukan
pertanyaan
mengenai materi
yang kurang
paham
2. Menjawab
pertanyaan yang
diajukan
Penutup
(10 menit)
10.40-10.50 WIB Moderator:
1. Mempersilahkan fasilitator dari
pembimbing klinik dan
pembimbing akademik untuk
Mendengarkan
dengan seksama
2
menambahkan ataupun
menjelaskan kembali jawaban
pertanyaan peserta yang belum
terjawab.
2. Menjelaskan kesimpulan dari
materi penyuluhan
3. Ucapan terima kasih
4. Salam penutup
VII. Pengorganisasian
Moderator : Kurnia Dwi O
Penyaji/penyuluh : Agit Pratama
Fasilitator : Fahidha Sandra A
Weni Wulansari A
Nine Mega
Dewi Ayu P
M. Ari Arfianto
Observer : Niken Rizky
Pembimbing Klinik : Susiono, Amd. Kep
Upit Natalina, S. Kep. Ns
Pembimbing Pendidikan : Ni Ketut Alit., S. Kp.
Heny Ferdiana, S. Kep., Ns
VIII. Job Description
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif dalam
diskusi
4. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi
jalannya penyuluhan
3
Flipchart PenyajiFasilitator
Moderator
Observer
pe
sert
a
Fasilitator Peserta Fasilitatorn Peserta Fasilitator
peserta
pes
erta peserta
IX. Setting
X. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
1) Penyelenggaraan pembelajaran dilakukan oleh mahasiswa bekerja sama
dengan perawat ruangan.
2) Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
2) Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung atau
meninggalkan acara dengan ijin kepada panitia.
3) Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
1) Peserta memahami materi yang telah disampaikan pemateri.
2) Ada umpan balik positif dari peserta, yang ditunjukkan dengan peserta
penyuluhan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri.
3) Jumlah peserta minimal 10 orang.
4
Lampiran
DEKUBITUS
1. Definisi
Ulkus dekubitus atau Bedsores adalah kerusakan/kematian kulit yang terjadi akibat
gangguan aliran darah setempat dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang
menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips,
pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka waktu yang lama.
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana terdapat
penonjolan tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung
dan kepala bagian belakang (Budiartha, Putu, 2010).
2. Etiologi
Penyebab utama dekubitus adalah tekanan terus menerus pada kulit dan jaringan
yang terjadi pada orang dengan tirah baring lama, tidak sadar, penginderaan sensasi nyeri
yang berkurang, imobilasasi dalam waktu yang lama, kekurangan nutrisi pada jaringan
bawah kulit serta kurangnya monitoring dan perawatan pada bagian kulit yang tertekan
(Ari, PN, 2008).
Menurut Kadir, Subhan (2008) etiologi dekubitus, antara lain:
a. Faktor Intrinsik
(1) Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit
akan menjadi tipis
5
(2) Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit
berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.
(3) Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus
yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
(4) Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan
insufisiensi kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti
pada sistem pernapasan menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit
menurun.
(5) Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
(6) Anemia
(7) Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek
penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akam menyebabkan
kadar albumin darah menurun
(8) Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh
darah, juga mempermudah dan meperparah dekubitus
(9) Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik
(1) Kebersihan tempat tidur
(2) alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan
penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya
dekubitus.
(3) Posisi yang tidak tepat
(4) Perubahan posisi yang jarang dilakukan
3. Faktor Resiko
Menurut Budiartha (2010) fesiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada:
1. Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah, dipasung)
2. Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan suatu
tanda yang secara normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf
(misalnya akibat cedera, stroke, diabetes) dan koma bisa menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk merasakan nyeri.
3. Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan
lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna 6
karena kekurangan zat-zat gizi yang penting. Karena itu klien malnutrisi juga
memiliki resiko tinggi menderita ulkus dekubitus.
4. Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan
terbentuknya ulkus. Baju yang terlalu besar atau terlalu kecil, kerutan pada seprei
atau sepatu yang bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan cedera pada kulit.
Pemaparan oleh kelembaban dalam jangka panjang (karena berkeringat, air kemih
atau tinja) bisa merusak permukaan kulit dan memungkinkan terbentuknya ulkus.
4. Manifestasi Klinis
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus menurut Ari, PN (2008) dapat dibagi
sebagai berikut:
1) Derajat I: Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak sebagai daerah
kemerahan/eritema indurasi atau lecet. Luka ini terjadi di superfisial setelah
minimal 2 jam penekanan pada daerah tertentu. Tanda awal seperti luka bakar
tersengat, kemudian kulit menjadi lebih pucat dengan daerah sekitarnya memerah.
2) Derajat II: Reaksi yang lebih dalam sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan
lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yang dangkal, degan tepi yang jelas dan
perubahan warna pigmen kulit.
3) Derajat III: Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan
menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi
dengan jaringan nekrotik yang berbau. Luka meluas sampai semua lapisan kulit
hilang, menembus jaringan di bawahnya dan mulai merusak jaringan, pada derajat
ini mulai timbul kemungkinan infeksi lainnya.
4) Derajat IV: Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang di dasar ulkus
yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.
5. Klasifikasi
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus
dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi
menjadi tiga (Budiartha, Putu, 2010):
1. Tipe normal
Mempunyai beda temperatur lebih kurang 2,5oC dibandingkan kulit sekitarnya dan
akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia
jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah
sebenarnya baik.7
2. Tipe arterioskelerosis
Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulit
sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada
pembuluh darah (arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitus disamping
faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.
3. Tipe terminal
Terjadi pada klien yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.
6. Perawatan
Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya
dekubitus dengan mengenal klien risiko tinggi terjadinya dekubitus, misalnya pada klien
yang immobil dan konfusio. Usaha untuk menentukan resiko terjadinya dekubitus ini
antara lain dengan memakai sistem skor Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan adanya
risiko tinggi untuk terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini dapat dilihat
perkembangan klien. Tindakan berikutnya adalah menjaga kebersihan klien khususnya
kulit, dengan memandikan setiap hari, dikeringkan dengan baik lalu digosok dengan lotion,
terutama dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tonjolan tulang. Sebaiknya diberikan
massase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan
dengan hati-hati agar tidak menyebabkan lecet pada kulit klien (Budiartha, 2010).
8
Skor Norton untuk mengukur resiko dekubitus (Risiko dekubitus jika skor total ≤ 14)
Sedangkan menurut Ari, PN (2008) perawatan dekubitus dapat dilakukan
berdasarkan derajat dekubitus yaitu :
1) Derajat I: Perawatan terpenting adalah memberikan perhatian agar tidak meningkat
menjadi lebih lanjut dengan memberikan perubahan posisi minimal 2 jam sekali
agar tidak menjadi lebih parah. kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan
air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassase 2-3 kali/hari. Tetap
memberikan asupan gisi yang baik sehingga terbentuk jaringan penyokong yang
baik dan memberikan pergerakan pasif pada pasien pasien yang mengalami
paralise.
2) Derajat II: Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan
antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara
hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi kemudian memberikan salep topikal,
9
mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Penggantian
balut dan salep jangan terlalu sering karena dapat merusakkan pertumbuhan
jaringan yang diharapkan.
3) Derajat III: Tujuan perawatan derajat ini adalah tetap mengurangi tekanan dan
menghindari perluasan yang lebih kompleks. Pengobatan tipikal di daerah ulkus
diberikan dan didukung dengan perawatan luka. Pengobatan menggunakan
antibiotik untuk infeksi yang timbul. Usahakan luka selalu bersih dan eksudat dapat
mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga
permeabel untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka
dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika luka
kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.
4) Derajat IV: Pengobatan infeksi sekunder menjadi penting agar tidak mengarah ke
sepsis. Sangat perlu dilakukan operasi plastik dengan tujuan untuk mengurangi
perluasan dan perbaikan jaringan yang rusak. Semua langkah-langkah perawatan
derajat I hingga III tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus
dibersihkan sebab akan menghalangi pertumbuhgan jaringan/epitelisasi. Beberapa
preparat enzim dapat diberikan dengan tujuan mengurangi perdarahan
dibandingkan tindakan bedah yang juga merupakan alternatif lain. Setelah jaringan
nekrotik dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat
diharapkan. Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan
oksigenisasi pada daerah luka.
7. Pencegahan
Tindakan pencegahan dekubitus yang dapat dilakukan antara lain:
1. Meningkatkan status kesehatan klien
Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia diatasi,
hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan
mineral (Zn) ditambahkan. Mengatasi/mengobati penyakit-penyakit yang ada pada klien,
misalnya DM.
2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah dengan
cara:
a. Alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Keburukan
pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang
sudah sangat kurang, dan kadang-kadang mengganggu istirahat klien bahkan
menyakitkan.10
b. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh klien,
misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur air yang
temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat canggih ini adalah harganya mahal,
perawatannya sendir harus baik dan dapat rusak)
c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat
terganggu, dapat dikurangi antara lain :
Menjaga posisi klien, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah
memungkinkan untuk duduk dikursi.Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-
bantal kecil untuk menahan tubuh klien. Bagitu tampak kulit yang hiperemis pada
tubuh klien, khususnya pada tempat-tempat yang sering terjadi dekubitus, semua
usaha-usaha diatas dilakukan dengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia yang
terjadi, sebab sekali terjadi kerusakan jaringan upaya penyembuhan akan lebih
rumit.
8. Pengobatan
Kalo kalian ada bahannya tolong ditambahkan y, aq belum sempet nyari yang nh, g
dpat2...........
9. PENATALAKSAAN
Kalo kalian ada bahannya tolong ditambahkan y, aq belum sempet nyari yang nh, g
dpat2...........
Maaf y aq g bisa ikut kelompokan ortu q dtg, aq ngerjain nh dlu lain kali aq bantuin
yang lain juga….
Oya, aq Cuma ambil bahannya dari yang bisa dipercaya aja, jadi yang dari blog g ta
ambil….makanya dapus Cuma dikit. Kalian tambahkn dari kalian juga
11
DAFTAR PUSTAKA
Ari, PN. 2008. Perawatan Dekubitus. http://www.slideshare.net/aripurwahyudi/perawatan-dekubitus-3617137, diakses tanggal 9 oktober 2010, jam 18.00 WIB).
Putu Budiartha. 2010. Ulkus Dekubitus (Bedsores). http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/, diakses tanggal 9 oktober 2010, jam 18.00 WIB).
Kadir, Subhan. 2008. Dekubitus. http://subhankadir.files.wordpress.com/2008/01/dekubitus.doc, diakses tanggal 9 oktober 2010, jam 18.00 WIB).
12