sanksi pidana atas pelanggaran hak cipta: dalam undang...
TRANSCRIPT
Sanksi pidana atas pelanggaran Hak Cipta: dalam Undang-Undang R.I. No.19 tahun 2002 :
Pasal 72
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling sedikit
Rp.1.000.000,00 (satu juta), atau pidana penjara paling lama 7 (Tujuh) tahun dan / atau
denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan , atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan / atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PROSIDING SEMINAR NASIONAl DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN 2017
Tema:
Pemanfaatan Tanaman Lokal untuk Pangan dan Industri
Sub Tema :
Pemuliaan dan Teknologi Benih
Produksi Tanaman dan Lingkungan
Pasca Panen dan Pengolahan
Functional Food
Cetakan pertama
ISBN : 978-602-439-223-9
UNPAD PRESS
Gedung Rektorat Lantai IV
Universitas Padjadjaran
JI. Raya Bandung - Sumedang Km 21
Jatinangor Sumedang
Telp (022) 84288812 Fax (022) 84288896
Copyright © 2017,
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam
bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
Seminar Nasional “Pemanfaatan Tanaman Lokal untuk Pangan dan Industri” 2017:
3 Agustus 2017, Jatinangor, Indonesia
Aplikasi Pupuk Majemuk NPK saat Pembentukan
Polong untuk Meningkatkan Hasil Kedelai
Niar Nurmauli dan Y Nurmiaty Dosen Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung e-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian dilaksanakan dari Desember 2016 sampai Juni 2017, dilakukan di
Lapangan Terpadu Universitas Lampung Bandar Lampung dan Laboratorium
Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan 5 taraf
dosis pupuk NPK majemuk yaitu 0 kg/ha, 50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha, dan 200
kg/ha, pupuk diberikan saat tanaman kedelai masuk dalam stadia pembentukan
polong (R3). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Homogenitas
ragam antarperlakuan diuji dengan uji Bartllet dan kemenambahan data diuji
dengan uji Tukey. Apabila asumsi terpenuhi, maka data pengamatan dianalisis
ragam dan dilanjutkan dengan uji Orthogonal Polynomial pada taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pupuk NPK majemuk yang diberikan saat
R3 tidak berpengaruh pada jumlah cabang produktif, jumlah polong total/tanaman,
dan bobot 100 butir biji, pupuk NPK majemuk berpengaruh pada jumlah polong
isi/tanaman dan laju pengisian biji secara linier. Setiap penambahan 1 kg/ha NPK
majemuk akan meningkatkan jumlah polong isi/tanaman sebesar 0,216 polong isi
dan meningkatkan laju pengisian biji sebesar 0,003 g/hari, dan pupuk NPK
majemuk berpengaruh pada indeks panen dan hasil biji/tanaman secara kuadratik.
Dosis baik NPK majemuk sebesar 125 kg/ha dengan indeks panen 0,4345 dan dosis
terbaik pada hasil biji/tanaman sebesar 152,6 kg/ha dengan hasil biji 25,5
g/tanaman setara dengan hasil 2,83 t/ha. Dosis terbaik pupuk NPK majemuk yang
diberikan pada stadia R3 adalah 125-152 kg/ha
Kata Kunci: kedelai, NPK majemuk, pembentukan polong (R3)
N Nurmauli dan Y Nurmiaty /Aplikasi Pupuk Npk Majemuk saat Pembentukan Polong untuk Meningkatkan Hasil Kedelai
Paper title [Paper Title] Initial Surname
1, Initial Surname
2, Initial Surname
3[Author Name]
1. Affiliation name [Author info]
2. Affiliation name [Author info]
3. Affiliation name [Author info]
Abstract
The title of abstract must be written in bold type, capital letters, Times New Roman,
size 16 pt. The article must contain an abstract after abstrak. The abstract must be
formatted as same as abstrak format, font Times New Roman using 11 point size
and indented 25 mm from the left margin. The abstract is single paragraph and not a
part of the main text. The abstracts should be contains brief background, materials,
methods and the most important result of the research without mention the number
of tables, figure and/or mathematic formula that it was not the result of the
researches. Besides, the conclusions should be involving and it is one of parts of
abstract, hence the impact of the research could reveal in abstract and overall
should not exceed 200 words. [format of Abstract]
Keywords: maximum 5 keywords; paper format; instructions; use of template [format of keywords]
1. Pendahuluan
Target swasembada kedelai 2,5 juta ton pada 2014 ternyata sulit tercapai karena
fenomena ”dekadelisasi” di Indonesia telah demikian parah, terutama selama 20 tahun
terakhir. Pada tahun 2012, areal panen kedelai menurun secara drastis sampai pada laju 6 %
per tahun dan kini hanya tinggal 567 ribu hektar. Produksi kedelai menurun terus dengan laju
lebih dari 6 % dan kini hanya mencapai 780 ribu hektar. Sekadar perbandingan, lahan kedelai
pernah mencapai 1,4 juta hektar dan produksi kedelai pernah mencapai 1,8 juta ton pada awal
1990an (Arifin, 2012).Langkah besar lainnya untuk memacu produksi kedelai yakni
penggunaan pupuk, harus ditingkatkan sebesar 80 %. Di bidang pasca panen, tingkat
kehilangan kedelai akan ditekan sedemikian rupa antaralain dengan penyaluran alat perontok
kepada petani/kelompok tani. Idealnya, harus ada tambahan areal tanam minimal 700 ribu ha.
Selain luas panen yang menurun, ternyata diikuti dengan produksi per hektar yang rendah.
Menurut Zaini (2009), program intensifikasi merupakan pemaksimalan input pada lahan
pertanaman. Salah satu program intensifikasi adalah pemupukan. Dalam produksi kedelai,
pemupukan ini merupakan upaya agronomik dan alternatif utama untuk menjamin
ketersediaan hara bagi tanaman.
Keberhasilan upaya pemupukan, perlu memperhatikan faktor seperti dosis, jenis pupuk, waktu
aplikasi, dan cara aplikasi. Menurut Hartati dan Ladiyani (2015), pupuk NPK majemuk
merupakan salah satu jenis pupuk yang efisien ditinjau dari segi distribusi, penyimpanan, dan
aplikasi daripada pupuk tunggal. Hal ini karena unsur nitrogen, fosfor, dan kalium terdapat
dalam satu jenis pupuk tersebut. Pupuk NPK merupakan mengandung nitrogen (N) yang
mendorong pertumbuhan daun, fosfor (P) mendorong pertumbuhan akar, bunga, dan buah,
kalium (K) mendorong pertumbuhan batang, akar, dan analisis protein (Yagoub, Ahmed, dan
Mariod, 2012). Meskipun demikian, penggunaan pupuk majemuk NPK tetap harus mengacu
pada status hara tanah dan kebutuhan hara tanaman. Hasil penelitian Pratama (2016)
menunjukkan bahwa penambahan pupuk NPK majemuk Mutiara dengan dosis 0, 25, 50, 75,
dan 100 kg/ha pada saat awal berbunga (R1) dapat meningkatkan hasil kedelai dan nilai
efisiensi pemupukan.
Stadia pertumbuhan R1-R3 (mulai berbunga sampai dengan pembentukan polong) merupakan
salah satu fase kritis tanaman kedelai. Pada fase ini ketersediaan unsur hara sangat
dibutuhkan untuk pembentukan bunga, pembentukan polong, dan pengisian biji. Selain itu
menurut Sumarno dkk. (2007), pada minggu keenam hingga minggu ketujuh setelah tanam
(R1-R3) bintil akar pada tanaman kedelai telah lapuk. Hal ini mengakibatkan kemampuan
akar untuk menyerap unsur hara mulai menurun.Untuk itu peneliti melakukan pemberian
pupuk susulan NPK pada stadia R3 (awal pembentukan polong) dengan dosis 0 sampai 200
kg/ha.
Hasil penelitian Ratnasari, dkk., (2015) menunjukkan pemupukan NPK majemuk dengan
dosis 250 kg/ha yang diberikan awal tanam dan 20 HST, masing-masing dengan setengah
dosis, ternyata dapat meningkatkan tingkat kehijauan daun dan jumlah biji per tanaman.
Selain jumlah biji ukuran biji per tanaman meningkat, ternyata ukuran biji merupakan fungsi
perkalian kecepatan pengisian bahan kering dengan lama waktu pengisian efektif. Biji
mempunyai kemampuan untuk menimbun bahan kering. Hal ini merupakan salah satu faktor
Seminar Nasional “Pemanfaatan Tanaman Lokal untuk Pangan dan Industri” 2017:
3 Agustus 2017, Jatinangor, Indonesia
penting dalam proses produksi, perkembangan biji dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
kondisi tanaman sebelum berbunga dan kondisi tanaman setelah berbunga (Sutirnah, 2005).
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dosis terbaik pupuk susulan NPK majemuk yang
diberikan pada fase pembentukan polong yang dapat meningkatkan hasil kedelai.
2. Bahan dan Metoda
Penelitian dilaksanakan dari Desember 2016 sampai dengan Juni 2017, percobaan dilakukan
di Lapangan Terpadu Universitas Lampung, Bandar Lampung dan Laboratorium Benih dan
Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Bahan yang digunakan adalah benih kedelai Varietas Anjasmoro, Furadan, Antracol, Lanate,
Urea, KCl, SP-36, dan pupuk majemuk Mutiara (16:16:16). Alat yang digunakan adalah
cangkul, koret, tali rafia, kamera, jaring, plastik klip, plastik kantong, kertas label, patok,
meteran, sabit, selang, sprayer, gunting, karung, oven, timbangan, nampan, dan alat tulis.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan 5 taraf
dosis pupuk NPK majemuk yaitu 0 kg/ha (P1), 50 kg/ha (P2), 100 kg/ha (P3), 150 kg/ha (P4),
dan 200 kg/ha (P5). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15
petak satuan percobaan. Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan uji Bartllet dan
kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Apabila asumsi terpenuhi, maka data
pengamatan dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Orthogonal Polynomial pada taraf
nyata 5%.
Petak percobaan yang digunakan berukuran 1,5 m x 3 m dengan jarak antar-kelompok 50 cm
dan jarak antarplot 30 cm. Kedelai ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Pemupukan
dasar urea, KCl, dan SP-36 diberikan 2 MST (minggu setelah tanam), dengan dosis masing-
masing 50, 100, 100 kg/ha. Pupuk urea diaplikasikan dalam dua tahap yaitu pada saat 2 MST
dan 3 MST masing-masing dengan dosis 25 kg/ha, sedangkan aplikasi pupuk dasar KCl dan
SP-36 diberikan sekaligus pada saat 2 MST.
Pupuk NPK majemuk sebagai pupuk susulan, diaplikasikan pada saat tanaman memasuki
stadia pertumbuhan R3 (mulai berpolong) yaitu tanaman sudah berpolong 50% dalam setiap
petak percobaan. Pupuk NPK majemuk yang diberikan dengan dosis masing–masing 0 kg/ha,
50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha, dan 200 kg/ha. Pengamatan meliputi: jumlah cabang
produktif, jumlah polong total/tanaman, jumlah polong isi/tanaman, laju pengisian biji (10
MST dan 12 MST). Biji yang menjadi sampel dikeringkan dengan oven pada suhu 800C
selama 3 x 24 jam, yang sebelumnya telah dijemur selama 1 x 24 jam. Sutoro dkk., (2008)
menyatakan bahwa laju pengisian biji dinyatakan dalam satuan gram per hari dan dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Laju pengisian biji = (g/hari)
Indeks Panen diukur pada saat panen dengan cara membagi bobot kering biji dengan bobot
kering biji (Kadar Air 12%) dan bobot kering brangkasan (tanpa akar).
N Nurmauli dan Y Nurmiaty /Aplikasi Pupuk Npk Majemuk saat Pembentukan Polong untuk Meningkatkan Hasil Kedelai
IP =
Keterangan : IP : Indeks panen.
We : Bobot kering biji
W : Bobot kering brangkasan (Jumrawati, 2008).
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bawah pemberian pupuk NPK majemuk berpengaruh pada
jumlah polong isi, laju pengisian biji, indeks panen, dan hasil biji per tanaman, sedangkan
pada pengamatan jumlah cabang produktif, jumlah polong total/tanam, dan bobot 100 butir
tidak berpengaruh.
Jumlah cabang produktif/tanaman, jumlah polong total per tanaman, dan bobot 100 butir tidak
berbeda, hal ini diduga, bahwa tanaman kedelai lebih banyak dipengaruhi oleh gen yang
terdapat dalam tanaman.
Respons tanaman pada jumlah polong isi per tanaman dan laju pengisian biji menunjukkan
garis linier sedangkan indeks panen dan hasil biji per tanaman menunjukkan garis kuadratik
(Tabel 1).
Jumlah polong isi per tanaman meningkat sebesar 0,216 polong isi setiap penambahan pupuk
NPK majemuk 1 kg/ha (Gambar 1) pada tanpa pemberian pupuk NPK majemuk jumlah
polong isi sebesar 54,58 polong dan pada pupuk NPK majemuk 200 kg/ha jumlah polong isi
sebesar 97,78 polong.
Laju pengisian biji meningkat sebesar 0,216 g/hari setiap penambahan pupuk NPK majemuk
1 kg/ha (Gambar 2). Tanpa pupuk NPK majemuk maka laju pengisian biji sebesar 0,003
g/hari dan pada dosis 200 kg/ha laju pengisian biji sebesar 1,194 g/hari. Laju pengisian biji
meningkat dengan meningkatnya pupuk NPK majemuk yang diberikan saat stadia R3,
menurut Manshuri (2011), laju partisi polong terdiri atas partisi ke kulit dan biji kedelai. Hasil
kedelai sangat ditentukan oleh bobot biji, bukan bobot polong. Oleh karena itu, karakter
penting yang berkaitan erat dengan potensi hasil adalah laju partisi biji (laju pengisian biji).
Hasil penelitian ini, menunjukkan hubungan korelasi positif antara peubah laju pengisian biji
dengan hasil (Tabel 2).
Dosis terbaik pupuk NPK majemuk pada indeks panen sebesar 125 kg/ha dengan indeks
panen tertinggi sebesar 0,4345 (Gambar 3), indeks panen tertinggi dalam penelitian ini
sebesar 43,45%. Indeks panen merupakan distribusi bahan kering dalam tanaman yang
menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan total bobot
bahan kering tanaman saat panen. Nilai indeks panen tertinggi pada penelitian ini 43,45%
pada lahan yang diberi pupuk NPK majemuk 125 kg/ha, hal ini menunjukkan bahwa pada
dosis NPK 125 kg/ha, tanaman mampu mendistribusikan asimilat lebih banyak ke dalam biji
kedelai.
Pemberian pupuk NPK majemuk, mula-mula meningkatkan hasil biji per tanaman hingga
dosis pupuk NPK 152,6 kg/ha, setelah itu penambahan pupuk NPK majemuk akan
mengurangi hasil biji pertanaman (Gambar 4). Hasil biji tertinggi 25,5 g/tanaman, jika
dikonversi per hektar dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm, diperoleh hasil biji 2,83 t/ha.
Setelah dicapai dosis optimum, penambahan pupuk NPK justru mengurangi hasil biji per
Seminar Nasional “Pemanfaatan Tanaman Lokal untuk Pangan dan Industri” 2017:
3 Agustus 2017, Jatinangor, Indonesia
tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Zhang et al (2012),semakin banyak pupuk N yang
diberikan maka semakin banyak nitrogen yang hilang; hanya 30 % - 35 % dari pupuk N yang
diberikan akan diambil oleh tanaman dan sekitar 20 % - 50 % akan hilang melalui pencucian
dan run-off. Oleh karena itu diperlukan strategi pengurangan kehilangan nitrogen seperti
metode aplikasi pupuk yang tepat. Pemberian nitrogen pada kedelai sebesar 20-40
pounds/acre atau setara dengan 10 kg/ha pada fase tanaman R3 ternyata dapat meningkatkan
hasil kedelai sebesar 5-10% (Ferguson et al., 2006).
Pupuk NPK majemuk juga memberi harapan dapat meningkatkan hasil biji seperti penelitian
Falodun et al. (2015), bahwa pupuk NPK (15:15:15) dosis 150 kg/ha + 2,5 t/ha pupuk
kandang memberikan hasil biji 7,367 t/ha, diikuti pupuk NPK (15:15:15) 100 kg/ha+ 5 t/ha
pupuk kandang memberikan hasil 7,244 t/ha, NPK (15:15:15) 60 kg/ha+ 7 t/ha pupuk
kandang memberikan hasil 6,654 t/ha, pupuk NPK (15:15:15) 200 kg/ha memberikan hasil
4,112 t/ha, dan pupuk kandang 10 t/ha memberikan hasil 3,889 t/ha. Hasil penelitian tersebut,
menunjukkan bahwa pupuk NPK dengan dosis 150 kg/ha+2,5 t/ha pupuk kandang memiliki
hasil tertinggi dibandingkan jika NPK diturunkan dosisnya dan pupuk kandang dinaikkan,
ternyata hasil biji lebih rendah.
Hasil penelitian Nurmauli dan Nurmiaty (2016), menunjukkan bahwa pupuk NPK yang
diberikan saat stadia R3 (awal berpolong) telah menunjukkan respon kuadratik, sedangkan
NPK yang diberikan saat stadia R1 (awal pembungaan) menunjukkan respon linier. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan respon kuadratik untuk hasil biji (Gambar 4). Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian George dan Singleton (1992), bahwa akumulasi N pada kedelai
mencapai puncaknya antara stadia R2 (berbunga penuh) dan R7 (matang fisiologis).
Hasil tanaman kedelai berkorelasi positif dengan komponen jumlah polong total/tanaman,
jumlah polong isi/tanaman, laju pengisian biji, indeks panen, dan bobot 100 butir (Tabel 2).
Hasil biji berkorelasi negatif dengan jumlah polong total/tanaman, hal ini memberi informasi,
bukan jumlah polong total yang penting tetapi jumlah polong isi yang menentukan hasil.
Korelasi merupakan ukuran keeratan hubungan antara dua peubah, Menurut Hakim (2012),
korelasi antarsifat, merupakan fenomena umum yang terjadi pada tanaman. Pengetahuan
tentang adanya korelasi antarsifat-sifat tanaman merupakan hal yang sangat dan dapat
digunakan agar lebih efisien. Seperti hasil penelitian Hakim (2012) menyimpulkan bahwa
pengamatan tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan indeks panen berperan penting
dalam menentukan hasil tanaman kedelai, sedangkan bobot biji/tanaman, bobot kering
brangkasan, dan ukuran biji berpengaruh tidak langsung terhadap hasil biji per tanaman.
Hasil penelitian ini, terlihat adanya korelasi positip antara jumlah polong isi per tanaman dan
indeks panen terhadap hasil biji/tanaman (Tabel 4).
Pemberian pupuk NPK total pada tanaman kedelai sebagai berikut, jika pupuk NPK majemuk
yang diberikan 50 kg/ha dengan pupuk dasar urea, SP-36, dan KCl masing-masing 50, 100,
dan 100 kg/ha, maka urea yang diberikan pada tanaman dengan dosis 50 kg NPK/ha adalah
urea 67,4 kg/ha, SP-36 122,2 kg/ha, dan KCl 113,3 kg/ha. Jika pupuk NPK majemuk 200
kg/ha, maka urea yang diberikan 119,6 kg/ha, SP-36 188,9 kg/ha, dan KCl 119,6 kg/ha.
Menurut BPTP Lampung (2016) rekomendasi pupuk untuk tanaman kedelai di Lampung
adalah urea 50-150 kg/ha, SP-36 75-150 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha untuk tanah-tanah yang
kurang subur. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa hasil biji/tanaman terbaik diperoleh
pada dosis NPK majemuk 152,6 kg/ha atau setara dengan urea 103,1 kg/ha, SP-36 167,8
kg/ha, dan KCl 140,7 kg/ha ternyata pupuk urea masuk dalam rekomendasi, sedangkan SP-36
N Nurmauli dan Y Nurmiaty /Aplikasi Pupuk Npk Majemuk saat Pembentukan Polong untuk Meningkatkan Hasil Kedelai
dan KCl berlebih berdasarkan rekomendasi BPTP Lampung. Hal ini berbeda karena
rekomendasi ditujukan untuk kedelai yang ditanam dilahan sawah.
4. Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pupuk NPK majemuk yang diberikan saat R3 tidak berpengaruh pada jumlah cabang
produktif, jumlah polong total/tanaman, dan bobot 100 butir biji.
2. Pupuk NPK majemuk berpengaruh pada jumlah polong isi/tanaman dan laju pengisian biji
secara linier. Setiap penambahan 1 kg NPK majemuk/ha akan meningkatkan jumlah
polong isi/tanaman sebesar 0,22 polong isi dan meningkatkan laju pengisian biji sebesar
0,003 g/hari.
3. Pupuk NPK majemuk berpengaruh pada indeks panen dan hasil biji/tanaman secara
kuadratik. Dosis optimum NPK majemuk sebesar 125 kg/ha dengan indeks panen 0,43 dan
dosis terbaik pada hasil biji/tanaman sebesar 152,6 kg/ha dengan hasil biji 25,5 g/tanaman
atau setara dengan hasil 2,83 t/ha. Dosis terbaik pupuk NPK majemuk yang diberikan
pada stadia R3 adalah 125-152 kg/ha.
5. Daftar Pustaka
Arifin, Bustanul. (2012) Prospek dan Tantangan Industri Agribisnis 2013.Majalah InfoBank,
Edisi Oktober 2012. Jakarta. 2 hlm.
BPTP Lampung. (2016) Pemupukan Kedelai Lahan Sawah di Provinsi Lampung.
Litbang.pertanian.go.id. Diakses 8 Juli 2017.
Falodum, Ehizogie Yoyce, J. O. Ehigiator, S.A. Ogedegbe. (2015) ‘Growth and Yield
Response of Soyabean (Glycine max Merr.) to Organic and Inorganic Fertilizer in Edo
Rainforest of Nigeria’ AJPS (American Jaournal of Plant Sciences) Vol.6(19): 3293-
3297.
Ferguson, R. B., Charles A. Shapiro, Achim R. Dobermann, and Charles S. Wortmann.
(2006) Fertilizer Recommendations for Soybeans. Institute of Agriculture and Natural
Resources. University of Nebraska Lincoln Extention. p.15.
George, T. and P.W. Singleton. (1992) ‘Nitrogen Assimilation Traits and Dinitrogen
Fixation in Soybean and Common Bean’ J.Agron. Vol. 84( 6): 1020-1028
Hakim, Lukman. (2012) ‘Komponen Hasil dan Karakter Morfologi Penentu Hasil Kedelai’
Penelitian Tanaman Pangan. Vol. 31(3):173-179.
Hartati, W. dan Ladiyani R.W. (2015) ‘Pengaruh pupuk majemuk NPKS dan NPK tehadap
pertumbuhan dan hasil padi sawah pada incepisol’ Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan. Vol.34 (2) : 170-176.
Jumrawati. (2008) Efektivitas Inokulasi Rhizobium sp. Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Kedelai pada Tanah Jenuh Air. Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara. Palu.
Hlm.47-55.
Manshuri. (2011) ‘Laju Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Genotipe Kedelai Berumur
Genjah’ Penelitian Tanaman Pangan. Vol.30(3):204-209.
Seminar Nasional “Pemanfaatan Tanaman Lokal untuk Pangan dan Industri” 2017:
3 Agustus 2017, Jatinangor, Indonesia
Nurmauli, N dan Y. Nurmiaty. (2016) ‘Penerapan pupuk NPK pada stadia R1 dan R3 untuk
meningkatkan hasil kedelai’ Prosiding Seminar Nasional dan Kongres Perhimpunan
Agronomi Indonesia. ISBN: 978-602-601-080-3. Hlm. 533-540.
Pratama, B.J. (2016) Pengaruh dosis pemupukan NPK majemuk susulan yang diaplikasikan
saat awal berbunga (R1) pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max [L]
Meriil). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 53 hlm.
Ratnasari, D., M. K. Bangun, dan R. I. M. Damanik. (2015). ‘Respon dua varietas kedelai
(Glycine max [L] Merill.) pada pemberian pupuk hayati dan NPK majemuk’ Jurnal
Online Agroteknologi. Vol. 3(1) : 273-286.
Sumarno, Suyamto, Adi Widjono, Hermanto dan Husni Kasim. (2007) KedelaiTeknik
Produksi dan Pengembangani. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
521 hlm.
Surtinah. (2005) ‘Hubungan pemangkasan organ bagian atas tanaman jagung (Zea mays, L)
dan dosis urea terhadap pengisian biji’. Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol.1 (2) : 27-30.
Sutoro, N. Dewi, dan M. Styowati. (2008) ‘Hubungan sifat morfofisiologis tanaman dengan
hasil kedelai’. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol.27 (3) : 185-190.
Yagoub, Samia Osman, Wigdan Mohamed Ali Ahmed, and A.A. Mariod. (2012) ‘Effect
Urea, NPK, and Compost on Growth, and Yield of Soybean (Glycine max. L.) in Semi-
Arid Region of Sudan’. ISRN Agronomy, Article ID 678124, 6p.
Zaini, Z. (2009) ‘Memacu peningkatan produktivitas padi sawah melalui inovasi teknologi
budidaya spesifik lokasi dalam era revolusi hijau lestari’. Pengembangan Inovasi
Pertanian. Vol.2 (1) : 35-47.
Zhang, Jin; Zhao-Hua Li; Kun Li; Wei Huang; and Lian-Hai Sang. (2012) ‘Nitrogen Use
Efficiency Under Different Field Treatments on Maize Fields in Central China: A
Lysimeter and 15N Study’. Journal of Water Resource and Protection. No. 4: 590-596
N Nurmauli dan Y Nurmiaty /Aplikasi Pupuk Npk Majemuk saat Pembentukan Polong untuk Meningkatkan Hasil Kedelai
6. Gambar dan Tabel
Gambar 1. Hubungan pupuk NPK majemuk dengan jumlah polong isi
Gambar 2. Hubungan pupuk NPK majemuk dengan Laju pengisian biji
Seminar Nasional “Pemanfaatan Tanaman Lokal untuk Pangan dan Industri” 2017:
3 Agustus 2017, Jatinangor, Indonesia
Gambar 3. Hubungan pupuk NPK majemuk dengan indeks panen
Gambar 4. Hubungan pupuk NPK majemuk dengan hasil biji per tanaman
N Nurmauli dan Y Nurmiaty /Aplikasi Pupuk Npk Majemuk saat Pembentukan Polong untuk Meningkatkan Hasil Kedelai
Tabel 1. Pengaruh pupuk NPK majemuk terhadap hasil kedelai
Perbandingan F-hitung
1 2 3 4 5 6 7
P-linier 0,02tn 1,20tn 23,51* 5,58* 32,13* 0,40tn 34,88*
P-kuadratik 0,26tn 2,33tn 4,33tn 2,91tn 11,90* 2,54tn 13,87*
Keterangan: F-tabel 0,05 = 5,32 tn= tidak berbeda *= berbeda pada taraf nyata 5%
1= jumlah cabang produktif/tanaman 2= jumlah polong total/tanaman 3= jumlah polong isi/tanaman
4= laju pengisian biji 5= indeks panen 6= bobot 100 butir biji
7= hasil biji/tanaman
Tabel 2. Korelasi antarpengamatan
Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7
7 0,181tn -0,637* 0,987* 0,667* 0,995* 0,786* 1
6 0,260tn -0,811* 0,694* 0,456tn 0,793* 1
5 0,247tn -0,701* 0,984* 0,594tn 1
4 -0,553tn -0,003tn 0,668* 1
3 0,124tn -0,593tn 1
2 -0,533tn 1
1 1
Keterangan:tn= tidak nyata *=nyata pada taraf nyata 5% r tabel 0,05= 0,632 1= jumlah cabang produktif/tanaman 2= jumlah polong total/tanaman
3= jumlah polong isi/tanaman 4= laju pengisian biji
5= indeks panen 6= bobot 100 butir biji 7= hasil biji/tanaman