saluran penyebaran agama islam dan perkembangan tradisi agama islam di indonesia
TRANSCRIPT
SALURAN PENYEBARAN AGAMA ISLAM DAN
PERKEMBANGAN TRADISI AGAMA ISLAM DI
INDONESIA
by Admin on Thu Oct 03, 2013 8:25 am
Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Dengan menggunakan website, diharapkan siswa kelas XI IPS 3 dapat menganalisis
saluran penyebaran agama Islam dan perkembangan tradisi Islam di Indonesia dengan menunjukkan ketertarikan pada website.
b. Setelah menggunakan website, diharapkan siswa kelas XI IPS 3 dapat: • Menjelaskan saluran penyebaran agama Islam di Indonesia • Menganalisis saluran penyebaran agama Islam melalui saluran perdagangan.
• Menganalisis saluran penyebaran agama Islam melalui saluran perkawinan. • Menganalisis saluran penyebaran agama Islam melalui saluran politik.
• Menganalisis saluran penyebaran agama Islam melalui saluran pendidikan. • Menganalisis saluran penyebaran agama Islam melalui saluran kesenian. • Menganalisis saluran penyebaran agama Islam melalui saluran tasawuf.
• Menganalisis perkembangan tradisi islam dalam bidang pendidikan, kesenian, dan kesusastraan.
2. Afektif • Dengan menggunakan website, siswa dapat mengembangkan sikap disiplin dan bertanggung jawab.
3. Psikomotor • Siswa dapat terampil mengolah informasi dengan menggunakan website dan menyajikan hasil analisis yang telah dipelajari secara mandiri.
SALURAN PENYEBARAN AGAMA ISLAM DAN PERKEMBANGAN TRADISI AGAMA ISLAM DI INDONESIA
A. Saluran Penyebaran Agama Islam
Proses penyiaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui perdagangan, perkawinan, politik, pendidikan, kesenian, dan tasawuf sehingga mendukung
meluasnya ajaran Islam. a. Perdagangan Sejak Abad ke-7 M para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan Gujarat (India) telah ambil
bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, para
pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan budaya Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia yang memeluk agama Islam dan mereka pun menyebarkan agama dan budaya yang baru di anutnya kepada orang lain. Mereka
mendirikan perkampungan sendiri (perkampungan pedagang muslim di negeri asing) yang disebut Pekojan. Melalui perdagangan inilah Islam berkembang pesat. Dengan demikian,
secara bertahap agama dan budaya Islam tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada masyarakat indonesia. Berkembangnya agama Islam di Indonesia didukung juga oleh situasi politik saat itu, ketika para bupati pesisir berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan
pusat yang sedang mengalami kekacauan atau perpecahan. b. Perkawinan
Para pedagang Islam melakukan kegiatan perdagangan dalam waktu yang cukup lama, banyak diantara mereka yang menetap dalam waktu yang cukup lama di sebuah daerah. Keadaan ini dapat mempererat hubungan mereka dengan penduduk pribumi atau dengan
kaum bangsawan pribumi. Perkawinan putri bangsawan dengan pedagang muslim dilakukan secara Islam dengan
mengucapkan kalimat syahadat (perkawinan antara pihak Islam dengan pihak yang belum Islam). Perkawinan merupakan saluran islamisasi yang paling mudah. Dari perkawinan itu pula akan membentuk ikatan kekerabatan antara pihak keluarga laki-laki dan perempuan.
Saluran lewat perkawinan antara pedagang, ulama, ataupun golongan lain dengan anak bangsawan, bupati ataupun raja akan lebih menguntungkan. Status sosial ekonomi ataupun
politik para bangsawan, bupati, atau raja akan mempercepat proses islamisasi. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim dan lambat lauan terbentuk masyarakat muslim dengan adat Islam hingga pada suatu saat terbentuknya suatu kerajaan Islam. Banyak contoh
yang dapat dikemukakan mengenai proses islamisasi melalui perkawinan, antara lain sebagai berikut.
1. Perkawinan Putri Campa dengan Raja Brawijaya yang melahirkan Raden Patah. 2. Perkawinan Rara Santang (putri Prabu Siliwangi) dengan Syarif Abdullah melahirkan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
3. Perkawinan Putri Blambangan dengan Maulana Ishak mempunyai seorang putra bernama Raden Paku (Sunan Giri).
4. Perkawinan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Gede Manila melahirkan Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) dan Sunan rajat (Syarifudin). c. Politik
Pengaruh kekuasaan seorang raja berperan besar dalam proses islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki
kepatuhan yang tinggi dan seorang raja selalu menjadi panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Setelah terisolasinya agama Islam, maka kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan
wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam. d. Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama ataupun kyai-kyai memiliki peranan penting dalam penyebaran agama dan budaya Islam. Merka menyebarkan agama Islam melalui bidang pendidikan, yaitu
dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren ini merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Mereka kemudian menyebarkan dan
mengembangkan agama Islam ke masyarakat, bahkan setiap santri selalu berusaha untuk dapat membangun tempat ibadah. Pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, kita mengenal beberapa pesantren, di antaranya Pesantren Ampel Denta di Surabaya dan Pesantren Giri di
Gresik. e. Kesenian
Penyebaran agama Islam dengan menggunakan sarana kesenian disesuaikan dengan keadaan di Indonesia karena waktu itu kebudayaan Hindu – Budha dan kepercayaan asli masih berakar kuat. Saluran kesenian dapat dilakukan dengan mengadakan pertunjukan seni
gamelan seperti yang terjadi di Yogyakarta, Solo, Cirebon dan lain-lain. Selanjutnya dilakukan dakwah keagamaan.
Di samping seni gamelan juga terdapat seni wayang. Pertunjukan seni wayang sangat digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu para ulama menyisipkan ajaran agama Islam, sehingga masyarakat dengan mudah menangkap dan memahami ajaran Islam.
f. Tasawuf Ajaran tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistis atau unsur-
unsur magis. Ajaran tasawuf masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Di Aceh muncul ahli tasawuf yang terkenal, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin as Samatrani, dan Nuruddin ar Raniri. Di Jawa di antara Wali Sanga juga ada yang mengajarkan tasawuf ialah Sunan
Bonang dan Sunan Kudus. Para ahli tasawuf hidup dalam kederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan
masyarakatnya dan hidup bersama ditengah-tengah masyarakat. Para ahli tasawuf memiliki keahlian untuk membantu masyarakat. Misalnya ahli dalam menyembuhkan penyakit dan lain-lain.
Melalui berbagai saluran , Islam dapat diterima dan berkembang pesat sejak sekitar abad ke-13, Alasannya adalah:
a. Islam bersifat terbuka, sehingga penyebaran agama Islam dapat dilakukan oleh siapa sajanatau oleh setiap orang muslim. b. Penyebaran Islam dilakukan secara damai
c. Islam tidak membedakan kedudukan seseorang dalam masyarakat. d. Upacara-upacara dalam agama Islam dilakukan dengan sederhana.
e. Ajaran Islam berupaya untuk menciptakan kesejahteraan kehidupan masyarakatnya dengan adanya kewajiban zakat bagi yang mampu.
B. Perkembangan Tradisi Islam di Indonesia Budaya islam di Indonesia telah berpengaruh dalam segala aspek kehidupan bangsa
Indonesia. Namun dalam perkembangan tradisi Islam di berbagai daerah di Indonesia, pola dasar kebudayaan setempat yaitu kebudayaan tradisional yang masih tetap kuat, sehingga terdapat suatu wujud dan bentuk perpaduan budaya tradisional (asli) Indonesia dengan
budaya Islam yang disebut dengan akulturasi budaya. Perpaduan budaya tradisi Islam dengan budaya tradisi Indonesia terlihat dengan jelas pada hasil-hasil budayanya seperti bangunan,
aksara atau seni rupa, seni sastra dan lain sebagainya. a. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan sangat penting sebagai salah satu upaya dalam
proses penyebaran agama Islam. Untuk itu, dikembangkan suatu bentuk pengajaran yang sangat sederhana dengan sistem halaqah. Pada awalnya, penyelenggaraan pendidikan agama
dilaksanakan di masjid, langgar atau surau. Masjid selain berfungsi sebagai tempat untuk
melaksanakan salat juga tempat diselenggarakannya pengajaran agama. Pelajaran yang diberikan adalah pelajaran membaca Al-Qur an, tata cara peribadatan, akhlak, dan keimanan.
Lembaga-lambaga pendidikan yang dibangun pada masa Islam ini bukanlah lembaga pendidikan yang pertama ada di Indonesia. Lembaga pendidikan yang dibangun oleh Islam di
Indonesia mengadopsi dan mentransfer lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada sebelumnya pada masa Hindu-Buddha. Perkembangan penting dari pendidikan pada masa perkembangan Islam adalah lahirnya
pendidikan pesantren. Pendidikan yang diselenggarakan di pesantren jauh lebih mendalam dibandingkan dengan pendidikan yang dilaksanakan di mesjid, langgar, atau surau. Siswa
yang mengikuti pendidikan di pesantren disebut santri, sedangkan gurunya biasa disebut Kiai. Materi pelajaran yang diberikan meliputi membaca serta tafsir Al Qur an, fiqih, tauhid, dan akhlak. Sumber-sumber pelajaran menggunakan kitab-kitab yang dikarang oleh para ulama
sekitar abad ke-7 atau abad ke-8 di Timur Tengah atau sering disebut dengan Kitab Kuning. Santri memiliki sikap yang sangat hormat kepada guru, dia harus tunduk kepada apa yang
diperintahkan oleh guru. Selama mengikuti pelajaran di pesantren, santri harus mondok (menginap) di pesantren. Walaupun ada juga santri yang tidak mondok, biasanya santri tersebut berasal dari daerah sekitar tempat pesantren itu berada.
Pada awal perkembangan Islam, lembaga ini menjadi pusat penyebaran agama Islam dan wadah untuk mencetak intelektual muslim. Sejak masa awal, bahkan sampai sekarang
lembaga pendidikan pesantren dan sejenisnya tetap dipercaya oleh masyarakat sebagai lembaga yang membentuk moral dan intelektual muslim. Perkembangan dan kemajuan masyarakat Islam Nusantara, khususnya Jawa, tidak mungkin terpisahkan dari peranan yang
dimainkan pesantren. Berpusat dari pesantren, perputaran roda ekonomi dan kebijakan politik Islam dikendalikan. Pada masa Walisongo, tidak sedikit wali-wali Jawa yang menguasai
jaringan perdagangan antara pulau Jawa dengan luar Jawa. Contohnya, Sunan Giri yang memiliki jaringan perdagangan antara Jawa, Kalimantan, Maluku, Lombok, dan sekitarnya. Begitu pula dengan perjalanan politik Islam di Jawa, pesantren memiliki pengaruh kuat bagi
pembentukan dan pengambilan berbagai kebijakan di keraton-keraton. Misalnya, berdirinya kerajaan Islam Demak adalah karena dukungan dan kontrol kuat dari para ulama, seperti
Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dinamika masyarakat Islam pada masa awal dapat ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara pesantren, pasar (perdagangan), dan keraton.
Paham Syi ah juga berkembang pesat di Indonesia. Bukti berkembangnya paham Syi ah di Indonesia dapat dilihat dari berkembangnya Tradisi Syi ah yang ada di Indonesia. Misalnya
peringatan tanggal 10 Muharram sebagai peringatan kaum Syi ah atas meninggalnya Husain, putra Ali Bin Abi Thalib. Peringatan 10 Muharam sering diwarnai dengan pembuatan hidangan khas yang disebut bubur sura. Nama sura berasal dari kata Asjura dalam bahasa
Iran yang berarti tanggal 10 Muharam. Perkembangan penting lainnya dari kehidupan keagamaan pada masa kerajaan-kerajaan
Islam adalah perkembangan tasawuf dan tarikat. Istilah ini timbul karena ahli tasawuf biasanya memakai baju (jubah) dari bulu domba. Pakaian yang terbuat dari bulu domba merupakan simbol dari orang-orang yang sederhana, tulus, dan taat beribadah kepada Allah.
Orang-orang yang menjalankan kehidupan tasawuf disebut sufi. Tasawuf mengembangkan suatu ajaran dan keyakinan dalam memilih jalan hidup secara uhud atau sederhana,
menjauhkan diri dari perhiasan dunia dan melaksanakan intensitas beribadah untuk mencari rida atau ampunan Allah. Tasawuf menjadi salah satu cara untuk menarik masyarakat agar masuk ke dalam agama Islam. Hal ini bisa kita perhatikan dari begitu pesatnya perkembangan
ajaran tasawuf di Indonesia. Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa berkembangnya dan tersebarnya ahli tasawuf dari Persia dan India.
b. Perkembangan kesenian di Kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia Perkembangan kesenian Islam mengalami proses penyesuaian atau percampuran dengan
kesenian setempat yang telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia sebelum kedatangan Islam. Kesenian yang berkembang yaitu seni bangunan, seni pahat, kaligrafi, seni musik, seni sastra,
dan lain-lain. Seni bangunan dapat kita lihat pada bentuk bangunan keraton dan bangunan masjid. Bangunan keraton atau istana adalah tempat tinggal raja atau ratu beserta keluarganya. Selain itu, keraton juga difungsikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan,
sehingga keraton dianggap sebagai lambang pusat kekuasaan raja. Bentuk fisik keraton adalah perpaduan antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Islam. Ornamen-
ornamen di dalam keraton di Jawa merupakan perpaduan ornamen khas Jawa yang bercorak Hindu-Buddha dengan ornamen Islam. Gerbang masuk keraton dihiasi dengan gapura model Kerajaan Majapahit atau Mataram Kuno.
Bentuk dan ciri-ciri keraton bercorak Islam antara lain sebagai berikut. a. Pada umumnya keraton mengarah ke utara atau agak ke utara,
b. Di sekeliling keraton terdapat parit dan tembok agar orang tidak bisa masuk sembarangan, c. Halaman keraton dibagi ke dalam tiga bagian dan halaman yang paling belakang disakralkan,
d. Di depan keraton biasanya terdapat alun-alun. Bentuk bangunan masjid-masjid kuno di Indonesia merupakan perpaduan antara unsur seni
tradisional Indonesia dengan seni Islam. Gaya arsitektur bangunan masjid kuno memiliki ciri khusus yang berbeda dengan negeri-negeri Islam lainnya. Masjid-masjid kuno yang ada di Indonesia menurut bentuknya terdapat dua jenis, yaitu masjid yang atapnya bersusun atau
yang sering disebut dengan istilah masjid bermustaka dan masjid yang beratap kubah. Masjid berbentuk kubah nampaknya merupakan pengaruh gaya arsitektur yang berkembang di
daerah India dan Asia Tengah. Hal ini terlihat dari bangunan-bangunan masjid yang terdapat di daerah India dan Asia Tengah menggunakan atap kubah. Masjid yang atapnya bersusun (bermustaka) merupakan hasil pengaruh gaya arsitektur dari daerah Cina Selatan. Seorang
sejarawan, Prof Slamet Mulyono menunjukkan bahwa gaya arsitektur asli Cina terlihat dari bentuk atapnya yang bersusun. Hal ini kemudian terus dipertahankan oleh kaum muslim Cina
yang kemudian membangun masjid dengan tetap mempertahankan gaya arsitekturnya. Hal ini sangat jelas terlihat dari masjid-masjid yang terdapat di Provinsi Yunan, Singkiang, Uighur yang semua atapnya bersusun.
Masjid yang memiliki bentuk atap bersusun kemudian menjadi bentuk masjid yang memiliki
kekhasan tersendiri dalam perkembangan sejarah Islam di Indonesia. Bangunan masjid beratap susun memiliki denah yang berbentuk bujur sangkar yang biasanya ditambah dengan serambi di depan atau di samping. Fondasinya kuat dan agak tinggi dan di bagian depan atau
samping terdapat kolam. Nampaknya gaya arsitektur Masjid Agung Demak selalu dijadikan contoh bagi pembangunan masjid-masjid yang beratap susun lainnya di Jawa. Hal ini terlihat
dari gaya arsitektur masjid-masjid di Jawa yang umumnya sama dengan arsitektur masjid Demak sebagai bangunan masjid tertua di Pulau Jawa. Hal ini terlihat jelas pada bangunan masjid yang dibangun oleh Keraton Surakarta, Yogyakarta, dan Banten. Beberapa masjid
kuno yang memiliki atap bertingkat, yaitu sebagai berikut. a. Masjid yang beratap dua tingkat , seperti Masjid Agung Cirebon yang dibangun pada abad
ke-16, Masjid Katangka di Sulawesi Selatan yang dibangun pada abad ke-17, Masjid Angke, Tambora, dan Marunda di Jakarta yang dibangun sekitar abad ke-18. b. Masjid yang beratap tiga tingkat, seperti Masjid Agung Demak di Jawa Tengah dan Masjid
Baiturrahman di Aceh. a. Masjid yang beratap lima tingkat, seperti Masjid Agung Banten.
Seni kaligrafi merupakan perkembangan dari seni ukir dan seni pahat. Di Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan beberapa keraton lain, terdapat suatu ukiran kayu komposisi
huruf-huruf Arab, yang menggambarkan suatu tokoh atau binatang. Seni musik merupakan salah satu bidang kesenian yang tidak luput dari pengaruh budaya Islam. Hal ini dapat kita
lihat dari munculnya kesenian musik seperti terbangan, qasidah, gambus, yang berkembang di daerah Jawa dan Sumatra. Jelas sekali bahwa jenis-jenis musik yang disebutkan di atas tidak pernah dikenal sebelumnya pada masa pra-Islam. Jadi artinya jenis-jenis musik tersebut
lahir sebagai suatu proses yang diakibatkan oleh penyebaran Islam di Indonesia khususnya di pulau Jawa dan Sumatra. Satu hal yang menarik bahwa terjadi pula semacam bentuk kesenian
gabungan antara kesenian tradisional pribumi dengan Islam. Hal ini dapat kita lihat dari seni tembang terutama dalam jenis Laras Madya yang meskipun menggunakan teks-teks Jawa tetapi berisi shalawatan atau semacam puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw.
Bidang seni lainnya yang berkembang pada masa Islam adalah seni tari. Beberapa contoh seni tari yang dipengaruhi oleh budaya Islam di antaranya adalah Tari Srandul, Kuntulan,
Emprak, serta Seudati. Di beberapa daerah terdapat seni tari yang diiringi dengan pembacaan shalawat dan bacaaan lainnya dari Al-Qur an, seperti permainan debus dan Seudati (Aceh). Permainan debus berkembang di bekas pusat kerajaan Islam seperti Banten, Minangkabau,
Aceh, dan sebagainya.
Satu hal yang tidak bisa dilupakan adalah peranan kesenian pertunjukan wayang dalam proses penyebaran Islam di Indonesia, khususnya Jawa. Riwayat-riwayat menceritakan bagaimana salah seorang walisongo, yaitu Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai satu
bentuk hiburan yang telah lama berkembang dan digemari masyarakat, kemudian dijadikan media (sarana) dalam proses penyebaran Islam. Sunan Kalijaga memiliki kemahiran dalam
memainkan pertunjukan wayang yang diiringi dengan gamelan, yaitu suatu perangkat bunyi bunyian yang terdiri dari kuningan dan kayu, gendang, suling, dan rebab.
c. Perkembangan Kesusastraan Yang Bercorak Islam Perkembangan seni sastra pada masa kerajaan Islam, ditandai dengan banyaknya pujangga-
pujangga yang muncul pada saat itu. Abdurrauf, Hamzah Fansuri, Syamsuddin, Nuruddin ar-Raniri adalah beberapa pujangga yang terkenal dari Kerajaan Aceh yang banyak dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. Karya-karya Ham ah Fansuri antara lain berjudul Syair Perahu, Syair Si
Burung Paingai, Sharab al-‘Ashiqin (Minuman Para Kekasih) dan Asrar Al-‘Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik), merupakan karya sastra yang banyak mengandung unsur agama.
Syamsuddin karyanya berjudul Nur ad-Daqa’iq (Cahaya pada Kehalusan-kehalusan) adalah di antara karya-karya terpenting dalam tradisi Melayu. Nuruddin menulis Bustan as-Salatin (Taman Rajaraja), hasil karyanya ini merupakan salah satu buku terkemuka dalam
kepustakaan Melayu. Di Pulau Jawa, Sunan Bonang mengembangkan ilmu suluk dalam bentuk puisi yang dibukukan dalam Kitab Bonang dan seorang pujangga Keraton Mataram
Ronggowarsito membuat karya sastra yang di dalamnya mengandung ajaran-ajaran agama di antaranya berjudul Serat Wujil. Syekh Yusuf seorang ulama besar dari Makassar yang diangkat menjadi pujangga Kerajaan Banten, telah menghasilkan beberapa buku tentang
tasawuf. Melalui proses akulturasi, beberapa karya sastra yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha dan tradisi setempat dijadikan dasar dalam mengembangkan karya sastra Islam.
Misalnya Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Perang Pandawa Jaya, Hikayat Sri Rama, Hikayat Maharaja Rahwana, dan Hikayat Pancatantra yang merupakan gubahan dari karya sastra aman Hindu, seperti Mahabharata, Ramayana, Bharatayudha, dan Pancatantra. Karya sastra
Melayu bercorak Islam yang berakulturasi dengan budaya setempat antara lain, Syair Panji Sumirang, Cerita Wayang Kinundang, Hikayat Panji Wilakusuma, Syair Ken Tambunan,
Lelakon Mesa Kuminir, dan sebagainya.
Di samping hasil-hasil budaya tersebut, perkembangan tradisi Islam di Indonesia dapat di ketahui dari kehidupan sosial dalam masyarakat di berbagai daerah Indonesia. Dalam tradisi
Islam, kehidupan sosial masyarakatnya tidak mengenal sistem kasta seperti yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat Hindu. Bahkan berdasarkan ajaran agama Islam tidak ada
golongan-golongan dalam kehidupan sosial masyarakat. Setiap manusia memiliki derajat dan hak yang sama. Adanya persamaan derajat dan hak ini menyebabkan perkembangan tradisi Islam di berbagai
daerah di Indonesia semakin bertambah pesat, terutama pada masyarakat yang terletak di daerah-daerah pesisir pantai atau masyarakat yang berada di kota-kota bandar perdagangan.
Dikota-kota bandar perdagangan itu jumlah masyarakat yang menganut agama Islam semakin bertambah besar. Bahkan pertumbuhan yang cukup pesat itu mendorog masyarakat Islam untuk membangun dan mengembangkan sistem pemerintahan dalam bentuk kerajaan. Suatu
kerajaan Islam diperintah oleh seorang raja dengan gelar “sultan” dan pergantian tahta kerajaan ditentukan secara turun-temurun atau dapat juga terjadi pemberontakan dari
kerajaan-kerajaan bawahannya. Namun sejak abad ke-15 hingga abad ke-18, tradisi Islam hampir mempengaruhi seluruh sektor kehidupan bangsa Indonesia dan hanya di bebera pa tempat belum terjamah oleh
perkembangan agama dan budaya Islam. Masyarakat yang belum tersentuh oleh perkembangan tradisi, seperti agama dan budaya Islam, masih tetap mengembangkan budaya
tradisionalnya. Masyarakat yang belum terpengaruh oleh perkembangan budaya dan agam Islam itu sebagian besar berada di daerah pedalaman wilayah Indonesia. Akan tetapi lambat laun perkembangan Islam semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
bahkan hingga dewasa sekarang ini, lebih dari 75% masyarakat Indonesia memeluk agama Islam.
Sementara itu, perkembangan tradisi Islam di berbagai daerah Indonesia, juga memepengaruhi sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan di indonesia. Dalam menjalankan pemerintahan seorang sultan berdasarkan pada sistem pemerintahan yang bersumber pad
kitab suci Al-Quran dan Hadist Nabi. Dengan demikian, perkembangan tradisi Islam di berbagai daerah Indonesia sejak abad ke-15
sampai abad ke-18 mengalami perkembangan yang cukup pesat, walaupun pada masa itu juga berkembang kekuasaan bangsa-bangsa Eropa di wilayah Indonesia. Disamping itu, Islam juga dapat mempersatukan masyarakat Indonesia di dalam mengahadapi kekuasaan bangsa-
bangsa Eropa di wilayah indonesia.
Transcript of islam
SUMBER TOME PIRES
ISLAM DAN JARINGAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU
ISLAM DAN JARINGAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU
■Jaringan perdagangan dan pelayaran antar pulau di Nusantara terbentuk karena antarpulau saling
membutuhkan barang-barang yang tidak ada di tempatnya.
■Untuk menunjang terjadinya hubungan itu, para pedagang harus melengkapi diri dengan
pengetahuan tentang angin, navigasi, pembuatan kapal, dan kemampuan diplomasi dagang.
■Dalam kondisi seperti itu, muncullah saudagar-saudagar dan syahbandar yang berperan melahirkan
dan membangun pusat-pusat perdagangan di Nusantara.
Menurut Tome Pires, pelabuhan Malaka ramai dikunjungi oleh para pedagang dari Barat, seperti
Kairo, Makkah, Aden, dll. Pedagang dari Timur berasal dari Siam, Pahang, Patani, Kamboja, Campa,
dan Cina. Pedagang dari Nusantara berasal dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Maluku. Kaum
tersebut menetap untuk beberapa lama di kota Malaka, sehinggan terciptalah pertukaran
pengalaman, budaya, dan peradaban. Pertemuan ekonomi antarpedagang tersebut merupakan
sarana yang paling penting dalam proses Islamisasi di Indonesia.
JALUR PELAYARAN DARI SUMBER TOME PIRES
Sejak dulu para pedagang sudah mengenal teknologi arah angin dan musim untuk menentukan
perjalanan pelayaran dan perdagangan. Kapal pedagang yang berlayar ke selatan menggunakan
musim utara dalam Januari atau Februari dan kembali lagi pulang jika angin bertiup dari selatan
dalam Juni, Juli, atau Agustus.
Angin musim barat daya di Samudera Hindia adalah antara April sampai Agustus, cara yang paling
diandalkan untuk berlayar ke timur. Mereka dapat kembali pada musim yang sama setelah tinggal
sebentar—tapi kebanyakan tinggal untuk berdagang—untuk menghindari musim perubahan yang
rawan badai dalam Oktober dan kembali dengan musim timur laut.
PENGETAHUAN TENTANG PELAYARAN
Pedagang-pedagang juga telah mengetahui beberapa rasi bintang. Ketika berlayar pada siang hari,
mereka mencari pedoman arah pada pulau-pulau, gunung-gunung, tanjung-tanjung, atau letak
kedudukan matahari di langit. Pada
malam hari mereka memanfaatkan rasi bintang di langit yang cerah sebagai pedoman arahnya. Para
pelaut mengetahui bahwa rasi bintang pari berguna sebagai pedoman mencari arah selatan dan rasi
bintang biduk besar menjadi pedoman untuk menentukan arah utara.
PERAN KEPULAUAN NUSANTARA DALAM PERDAGANGAN DAN PELAYARAN
Di antara abad ke-7 sampai 15 di kawasan Nusantara telah muncul beberapa pusat perdagangan.
Pusat-pusat perdagangan Nusantara saling dikunjungi para pedagang asing, terutama Cina, India,
dan negeri-negeri di kawasan Asia Tenggara. Munculnya pusat-pusat perdagangan Nusantara
disebabkan adanya kemampuan sebagai tempat berikut ini.
1.Pemberi bekal untuk berlayar dari suatu tempat ke tempat lain.
2.Pemberi tempat istirahat bagi kapal-kapal yang singgah di Nusantara.
3.Pengumpul barang komoditas yang diperlukan bangsa lain.
4.Penyedia tempat pemasaran bagi barang-barang asing yang siap
Peta pusat-pusat perdagangan kuno Nusantara
Keterangan : I.Samudera Pasai; II.Sriwijaya; III.Pajajaran; IV.Majapahit;
V.Gowa-Tallo; VI.Ternate Tidore.
Adanya jalur pelayaran tersebut menyebabkan munculnya jaringan perdagangan dan pertumbuhan
serta perkembangan kota-kota pusat kesultanan dengan kota-kota bandarnya misalnya, Samudera
Pasai, Malaka, Banda Aceh, Jambi, Palembang, Siak Indrapura, Minangakabau, Demak, Cirebon,
Banten, Ternate, Tidore, Goa-Tallo, Kutai, Banjar, dan kotakota lainnya
Wilayah Nusantara menyimpan berbagai kekayaan di darat dan di laut. Sumber daya alam ini sejak
dulu telah dimanfaatkan untuk keperluan sendiri dan diperdagangkan antarpulau atau antarnegara.
Barang dagangan utama yang mendapat prioritas dalam perdagangan antarpulau, yaitu :
a.lada, emas, kapur barus, kemenyan, sutera, damar madu, bawang putih, rotan, besi, katun
(Sumatera);
b.beras, gula, kayu jati (Jawa);
c.emas, intan, kayu-kayuan (Kalimantan);
d.kayu cendana, kapur barus, beras, ternak, belerang (Nusa Tenggara);
e.emas, kelapa (Sulawesi); dan
f. perak, sagu, pala, cengkih, burung cenderawasih, perahu Kei (Maluku dan Papua).
SELAT MALAKA
Selat Malaka mempunyai posisi strategis baik secara geografis, iklim/cuaca, maupun secara politis
dan ekonomi. Itu sebabnya Selat Malaka merupakan “kunci” penting.
Dengan demikian, perdagangan dan pelayaran di Nusantara bahkan jaringan dagang internasional
Jalur perdagangan tersebut yang dikenal dengan nama Jalur Sutra Laut
MALAKA JATUH DI TANGAN PORTUGIS
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511), dan usaha Portugis selanjutnya untuk menguasai
lalu lintas di selat tersebut. pedagang-pedagang mengambil jalur alternatif, dengan melintasi
Semenanjung atau pantai barat Sumatra ke Selat Sunda. Pergeseran ini melahirkan pelabuhan
perantara yang baru, seperti Aceh, Patani, Pahang, Johor, Banten, Makassar dan lain sebagainya.
Dengan jalan demikian, mereka tetap dapat melanjutkan usaha perdagangannya secara aman.
Sehingga, penyaluran komoditas ekspor (rempah-rempah) dari daerah Indonesia ke
daerah Laut Merah tetap dapat dikuasai.
PETA JALUR PERDAGANGAN
Pedagang lslam mencari jalur alternative yang lebih aman
PERDAGANGAN DI WILAYAH TIMUR
Pada abad-15 pedagang islam sudah datang di sulawesi selatanmasyarakat Muslim di Gowa
terutama Raja Gowa Muhammad Said (1639-1653) dan putra penggantinya, Hasanuddin (1653-
1669) telah menjalin hubungan dagang dengan Portugis. Sultan Muhammad Said dan Karaeng
Pattingaloang turut memberikan saham dalam perdagangan yang dilakukan Fr. Vieira. Kerjasama ini
didorong oleh adanya usaha monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilancarkan oleh kompeni
Belanda di Maluku.
HUBUNGAN TERNATE, HITU, JAWA
Hubungan Ternate, Hitu dengan Jawa sangat erat sekali. Ini ditandai dengan adanya seorang raja
telah memeluk Islam ialah Zainal Abidin (1486-1500) yang pernah belajar di Madrasah Giri. Ia
mendapat julukan Raja Bulawa, artinya raja cengkeh, karena membawa cengkeh dari Maluku
sebagai persembahan. Cengkih, pala, dan bunga pala (fuli) hanya terdapat di Kepulauan Indonesia
bagian timur, sehingga banyak barang yang sampai ke Eropa harus melewati jalur perdagangan yang
panjang dari Maluku sampai ke Laut Tengah.
Cengkih yang diperdagangkan adalah putik bunga tumbuhan hijau (szygium aromaticum atau
caryophullus aromaticus) yang dikeringkan. Hamparan cengkih ditanam di perbukitan di pulau-pulau
kecil Ternate, Tidore, Makian, dan Motir di lepas pantai barat Halmahera dan baru berhasil ditanam
di pulau yang relatif besar, yaitu Bacan, Ambon dan Seram.
Meningkatnya ekspor imporMeningkatnya ekspor lada dalam kancah perdagangan internasional,
membuat pedagang nusantara mengambil alih peranan India sebagai pemasok utama bagi pasaran
Eropa yang berkembang dengan cepat. Selama periode (15001530) banyak terjadi gangguan di laut
sehingga bandar-bandar Laut Tengah harus mencari pasokan hasil bumi Asia ke Lisabon. Oleh karena
itu secara berangsur jalur perdagangan yang ditempuh pedagang muslim bertambah aktif, ditambah
dengan adanya perang di laut Eropa, penaklukan Ottoman atas Mesir (1517) dan pantai Laut Merah
Arabia (1538) memberikan dukungan yang besar bagi berkembangnya pelayaran Islam di Samudera
Hindia.
kota bandar besar yang berfungsi untuk melakukan ekspor dan impor komoditi pada umumnya
adalah Banten, Jayakarta, Cirebon, Jepara - Demak, Ternate, Tidore.
ALAT PEMBAYARAN PERDAGANGAN
Pada saat itu cara perdagangan dilakukan melalui system barter (tukar menukar barang dengan
barang).
Sistem barter umumnya dilakukan oleh para pedagang daerah pedalaman. Hal ini disebabkan
kegiatan komunikasi dengan daerah-daerah luar kurang lancar.
Namun ada juga beberapa mata uang yang beredar
Beberapa macam mata uang yang telah beredar pada saat itu adalah
1.Drama (Dirham), mata uang emas dari Pedir dan Samudera Pasai;
2.Tanga, mata uang perak dari Pedir;
3.Ceiti, mata uang timah dari Pedir;
4.Cash (Caxa), mata uang emas di Banten;
5.Picis, mata uang kecil di Cirebon;
6.Dinara, mata uang emas dari Gowa-Tallo;
7.Kupa, mata uang emas kecil dari Gowa-Tallo;
8.Benggolo, mata uang timah dari Gowa-Tallo;
9.Tumdaya, mata uang emas di Pulau Jawa; dan
10.Mass, mata uang emas di Aceh Darussalam.
Mata uang asing yang telah digunakan dalam kegiatan perdagangan di Nusantara antara lain Real
(Arab); Yuan dan Cash (Cina).
KEMUNDURAN PERDAGANGAN
Kemunduran perdagangan dan kerajaan yang berada di daerah tepi pantai disebabkan karena
kemenangan koloni imperial dan monopoli dari Belanda, dan munculnya kerajaan-kerajaan agraris di
pedalaman yang tidak menaruh perhatian pada perdagangan.
Oleh-oleh keliling dunia
selagi lautan masih biru aku tidak akan menyerah menggapai impianki
PRESENTASI KELOMPOK 5