salinan peraturan sekretaris jenderal tentang … · -6-pasal 6 (1) direktorat jenderal memberikan...

29
SALINAN PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN KHUSUS GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12A, Pasal 13 ayat (1), dan Pasal 15 ayat (8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; b. bahwa guru bukan pegawai negeri sipil berhak mendapatkan tunjangan profesi sebagai bentuk penghargaan atas profesionalitasnya sebagai guru; c. bahwa guru bukan pegawai negeri sipil yang bertugas di daerah khusus berhak untuk mendapatkan tunjangan khusus dalam rangka mengangkat martabatnya, meningkatkan kompetensinya, memajukan profesi, meningkatkan mutu pembelajaran, dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu di Daerah Khusus;

Upload: dangtram

Post on 03-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SALINAN

PERATURAN

SEKRETARIS JENDERAL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

NOMOR 10 TAHUN 2018

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN

KHUSUS GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12A, Pasal

13 ayat (1), dan Pasal 15 ayat (8) Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016

tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan

Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman

Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

b. bahwa guru bukan pegawai negeri sipil berhak

mendapatkan tunjangan profesi sebagai bentuk

penghargaan atas profesionalitasnya sebagai guru;

c. bahwa guru bukan pegawai negeri sipil yang bertugas

di daerah khusus berhak untuk mendapatkan

tunjangan khusus dalam rangka mengangkat

martabatnya, meningkatkan kompetensinya,

memajukan profesi, meningkatkan mutu pembelajaran,

dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang

bermutu di Daerah Khusus;

-2-

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

menetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang

Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi dan

Tunjangan Khusus Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4586);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5679);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang

Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4941) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 107, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058);

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015

tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

-3-

168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan

Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian

Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 1745);

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran

Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 331) sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun

2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016

tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan

Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2017 Nomor 381);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PETUNJUK

TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI DAN

TUNJANGAN KHUSUS GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI

SIPIL.

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Tunjangan Profesi adalah tunjangan yang diberikan

kepada guru bukan pegawai negeri sipil yang

memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan

atas profesionalitasnya.

2. Tunjangan Khusus adalah tunjangan yang diberikan

kepada guru bukan pegawai negeri sipil yang

melaksanakan tugas di daerah khusus.

3. Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau

terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat

adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan

negara lain, daerah yang mengalami bencana alam,

-4-

bencana sosial, atau daerah yang berada dalam

keadaan darurat lainnya.

4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.

5. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

yang selanjutnya disebut Direktorat Jenderal adalah

direktorat jenderal yang menangani bidang guru dan

tenaga kependidikan.

Pasal 2

(1) Petunjuk teknis penyaluran Tunjangan Profesi dan

Tunjangan Khusus guru bukan pegawai negeri sipil

merupakan pedoman bagi Direktorat Jenderal dalam

memberikan Tunjangan Profesi dan Tunjangan

Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil.

(2) Guru bukan pegawai negeri sipil sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. guru;

b. guru yang diberi tugas sebagai kepala satuan

pendidikan; dan

c. guru yang diberi tugas tambahan.

Pasal 3

Penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus

kepada guru bukan pegawai negeri sipil dilaksanakan

dengan prinsip:

a. efisien, yaitu harus diusahakan dengan

menggunakan sumber dana dan sumber daya yang

ada untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam

waktu sesingkat-singkatnya dan dapat

dipertanggungjawabkan;

b. efektif, yaitu harus sesuai dengan kebutuhan yang

telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang

ditetapkan;

-5-

c. transparansi, yaitu menjamin adanya keterbukaan

yang memungkinkan masyarakat dapat mengetahui

dan mendapatkan informasi mengenai pembayaran

Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus;

d. akuntabilitas, yaitu pelaksanaan kegiatan dapat

dipertanggungjawabkan;

e. kepatutan, yaitu penjabaran program/kegiatan

harus dilaksanakan secara realistis dan

proporsional; dan

f. manfaat, yaitu pelaksanaan program/kegiatan yang

sejalan dengan prioritas nasional yang menjadi

urusan daerah dalam kerangka pelaksanaan

desentralisasi dan secara riil dirasakan manfaatnya

dan berdaya guna bagi guru bukan pegawai negeri

sipil.

Pasal 4

(1) Penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan

Khusus dilakukan oleh Direktorat Jenderal melalui

direktorat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal.

(2) Penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan sesuai dengan mekanisme pembayaran

Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus bagi guru

bukan pegawai negeri sipil.

Pasal 5

(1) Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus kepada

guru bukan pegawai negeri sipil diberikan dalam

bentuk uang melalui rekening bank penerima

tunjangan.

(2) Besaran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

-6-

Pasal 6

(1) Direktorat Jenderal memberikan Tunjangan Khusus

bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang bertugas

di Daerah Khusus.

(2) Daerah Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan pada data

dari kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang desa, pembangunan daerah

tertinggal, dan transmigrasi dan data dari Direktorat

Jenderal.

(3) Data dari kementerian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang desa, pembangunan

daerah tertinggal, dan transmigrasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) yang masuk dalam kriteria

penetapan Daerah Khusus oleh Menteri merupakan

desa dengan status desa sangat tertinggal dan/atau

surat rekomendasi dari Menteri yang menangani

bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan

transmigrasi.

(4) Data dari Direktorat Jenderal sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) merupakan data daerah

dalam kondisi tertentu yang memenuhi kriteria

sebagai Daerah Khusus namun tidak termasuk

dalam data dari kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

desa, pembangunan daerah tertinggal, dan

transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 7

(1) Alokasi Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus

bagi guru bukan pegawai negeri sipil ditetapkan

setiap tahun anggaran berkenaan.

(2) Alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

-7-

Pasal 8

Direktorat teknis terkait di lingkungan Direktorat Jenderal

melakukan monitoring dan evaluasi penyaluran

Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus bagi guru

bukan pegawai negeri sipil.

Pasal 9

(1) Direktorat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal

menyusun laporan penyaluran Tunjangan Profesi

dan Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai

negeri sipil sesuai dengan kewenangannya.

(2) Laporan penyaluran Tunjangan Profesi dan

Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disampaikan paling lama pada bulan Januari

tahun berikutnya kepada Direktorat Jenderal.

Pasal 10

(1) Guru bukan pegawai negeri sipil yang terbukti

menerima Tunjangan Profesi dan Tunjangan

Khusus tidak sesuai dengan Peraturan Sekretaris

Jenderal ini, wajib mengembalikan tunjangan yang

telah diterimanya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Jumlah pengembalian Tunjangan Profesi dan

Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terhitung sejak bulan guru yang

bersangkutan menerima Tunjangan Profesi

dan/atau Tunjangan Khusus yang tidak sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis

penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus

guru bukan pegawai negeri sipil tercantum dalam

Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Sekretaris Jenderal ini.

-8-

Pasal 12

Pada saat Peraturan Sekretaris Jenderal ini mulai berlaku,

Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga

Kependidikan Nomor 40618/B/HK/2016 tentang

Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Khusus Guru

Bukan Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Direktur

Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor

40621/B/HK/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran

Tunjangan Profesi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 14

Peraturan Sekretaris Jenderal ini mulai berlaku pada

tanggal ditetapkan dan mempunyai daya berlaku surut

sejak tanggal 27 Desember 2017.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 11 Mei 2018

SEKRETARIS JENDERAL,

TTD.

DIDIK SUHARDI

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

TTD.

Dian Wahyuni

NIP 196210221988032001

SALINAN

LAMPIRAN I

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

NOMOR 10 TAHUN 2018

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN

TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN KHUSUS

GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI

BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. Tujuan

1. Memberi penghargaan kepada guru bukan pegawai negeri sipil

sebagai tenaga profesional dalam melaksanakan sistem

pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

2. Mengangkat martabat guru bukan pegawai negeri sipil,

meningkatkan kompetensi guru bukan pegawai negeri sipil,

memajukan profesi guru bukan pegawai negeri sipil,

meningkatkan mutu pembelajaran, dan meningkatkan

pelayanan pendidikan yang bermutu.

3. membiayai pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian

berkelanjutan yang mendukung pelaksanaan tugas sebagai

guru bukan pegawai negeri sipil profesional.

B. Pemberi Tunjangan Profesi

1. Tunjangan Profesi bagi guru bukan pegawai negeri sipil

diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

melalui masing-masing direktorat terkait di lingkungan

Direktorat Jenderal GTK.

2. Dana untuk pembayaran Tunjangan Profesi bagi guru bukan

pegawai negeri sipil bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) tahun berkenaan melalui Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) masing-masing direktorat terkait

di lingkungan Direktorat Jenderal GTK.

C. Penerima Tunjangan Profesi

1. Penerima Tunjangan Profesi ialah guru bukan pegawai negeri

sipil yang memenuhi kriteria penerima Tunjangan Profesi.

2. Guru bukan pegawai negeri sipil yang baru memperoleh

sertifikat pendidik akan mendapatkan Tunjangan Profesi pada

tahun berikutnya.

3. Guru bukan pegawai negeri sipil yang baru memperoleh Surat

Keputusan (SK) inpassing atau penyetaraan pangkat dan

jabatan pada tahun berkenaan akan mendapatkan Tunjangan

Profesi sesuai dengan penyetaraan pada tahun berikutnya.

D. Kriteria Penerima Tunjangan Profesi

Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil diberikan dengan

kriteria sebagai berikut:

1. bertugas pada satuan pendidikan di bawah binaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dibuktikan dengan

SK Pengangkatan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat atau pejabat pembina

kepegawaian, kecuali guru pendidikan agama;

2. aktif mengajar sebagai guru mata pelajaran/ guru kelas atau

aktif membimbing sebagai guru bimbingan konseling/guru

teknologi informatika dan komunikasi, pada satuan

pendidikan yang sesuai dengan peruntukan sertifikat pendidik

yang dimiliki;

3. memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik;

4. memiliki Nomor Registrasi guru (NRG) yang diterbitkan oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

5. memenuhi beban kerja sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

6. memiliki nilai hasil penilaian kinerja paling rendah dengan

sebutan “Baik”;

7. mengajar di kelas sesuai rasio guru dan siswa sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

8. tidak beralih status dari guru bukan pegawai negeri sipil; dan

9. tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan

pendidikan;

E. Besaran Tunjangan Profesi

1. Besaran Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil

sebagai berikut:

a. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang telah memiliki

SK inpassing atau penyetaraan diberikan setara gaji

pokok pegawai negeri sipil sesuai dengan yang tertera

pada SK inpassing atau penyetaraan; atau

b. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang belum

memiliki SK inpassing atau penyetaraan diberikan

sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu

rupiah) setiap bulan.

2. Besaran Tunjangan Profesi sebagaimana dimaksud pada angka

1 dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

F. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan Pemerintah

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada subdirektorat terkait di

masing-masing direktorat terkait di lingkungan Direktorat

Jenderal GTK menerbitkan Surat Perintah Pembayaran

Langsung (SPP LS).

2. PPK pada subdirektorat terkait di masing-masing direktorat

terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK menyampaikan

SPP LS kepada Pejabat Penandatangan Surat Perintah

Membayar (PPSPM) untuk diterbitkan Surat Perintah

Membayar Lansung (SPM LS).

3. SPM LS diajukan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

(KPPN) Jakarta III yang akan digunakan sebagai dasar

penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang

selanjutnya Tunjangan Profesi disalurkan ke rekening

penerima Tunjangan Profesi.

G. Penyaluran Tunjangan Profesi

1. Sebelum Penerbitan SK Penerima Tunjangan Profesi (SKTP).

a. Operator sekolah menginput dan/atau memperbarui data

guru bukan pegawai negeri sipil dengan benar melalui

aplikasi dapodik, terutama data sekolah induk, beban

kerja, golongan/masa kerja, NUPTK, tanggal lahir, dan

status kepegawaian (pegawai negeri sipil /bukan pegawai

negeri sipil).

b. Guru bukan pegawai negeri sipil wajib memastikan bahwa

data yang akan dikirimkan ke dapodik telah diinput

dan/atau diperbaiki oleh operator sekolah dengan benar.

c. Data guru bukan pegawai negeri sipil yang diinput

dan/atau diperbaiki oleh operator sekolah sepenuhnya

menjadi tanggungjawab masing-masing guru bukan

pegawai negeri sipil.

d. Guru bukan pegawai negeri sipil dan dinas pendidikan

sesuai dengan kewenangannya dapat mengakses data

guru bukan pegawai negeri sipil secara daring (online)

pada Info Guru dan Tenaga Kependidikan (Info GTK) yang

dapat diakses melalui website dan/atau aplikasi

smartphone.

e. Apabila data yang ditampilkan pada info GTK masih

terdapat kesalahan, maka guru bukan pegawai negeri

sipil dapat memperbaiki melalui dapodik sebelum SKTP

guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan terbit.

f. Guru bukan pegawai negeri sipil wajib memberikan bukti

cetak/print out Info GTK yang sudah tertulis “status

validitas data Tunjangan Profesi VALID” pada bagian atas

laman Info GTK dan telah ditandatanganinya kepada

dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya. Guru

bukan pegawai negeri sipil memastikan nominal gaji

pokok terakhir dengan benar.

g. Informasi pada Info GTK telah dinyatakan kebenarannya

dalam Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM) yang

telah disetujui oleh kepala sekolah pada saat sinkronisasi

dapodik.

h. Operator sekolah melakukan proses penginputan

dan/atau perbaikan data dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) mulai dari bulan Januari sampai dengan akhir

bulan Februari tahun berkenaan untuk

pembayaran Tunjangan Profesi semester I; dan

2) mulai dari bulan Juli sampai dengan akhir bulan

Agustus tahun berkenaan untuk pembayaran

Tunjangan Profesi semester II.

i. Dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya

mengusulkan data guru bukan pegawai negeri sipil yang

berhak mendapatkan Tunjangan Profesi melalui Sistem

Informasi Manajemen Tunjangan (SIM-Tun) apabila:

1) Info GTK guru bukan pegawai negeri sipil

bersangkutan telah valid sebagaimana dimaksud

pada huruf f; dan

2) guru bukan pegawai negeri sipil bersangkutan

hadir dan telah melaksanakan tugasnya di sekolah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

j. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK

memastikan nominal gaji pokok guru bukan pegawai

negeri sipil pada SIM-Tun sudah sesuai dengan data

inpassing atau penyetaraan pada Biro Kepegawaian

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

k. Dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya

melakukan verifikasi dan validasi data pada akhir bulan

Maret dan akhir bulan September pada semester tahun

berkenaan sebelum SKTP terbit.

Dengan demikian tidak ada lagi pemberkasan yang dilakukan

oleh dinas pendidikan selain yang diatur dalam Peraturan

Sekretaris Jenderal ini terkait dengan penyaluran Tunjangan

Profesi guru bukan pegawai negeri sipil.

2. Penerbitan dan Penyampaian SKTP

a. Direktorat Jenderal GTK (Ditjen GTK) menerbitkan SKTP

berdasarkan usulan dari dinas pendidikan sesuai dengan

kewenangannya setelah dilakukannya proses verifikasi

dan validasi sebagaimana dimaksud pada angka 1.

b. SKTP diterbitkan sebanyak 2 (dua) tahap dalam satu

tahun dengan ketentuan sebagai berikut.

1) SKTP Tahap 1 (satu) terbit dimulai pada bulan

Maret pada tahun berkenaan, berlaku untuk

pembayaran Tunjangan Profesi semester I pada

bulan Januari sampai dengan bulan Juni (6 bulan)

tahun berkenaan; dan

2) Sedangkan SKTP tahap 2 (dua) terbit dimulai pada

bulan September pada tahun berkenaan, berlaku

untuk pembayaran Tunjangan Profesi semester II

pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember (6

bulan) tahun berkenaan.

c. SKTP yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal GTK

dapat diunduh oleh direktorat terkait di lingkungan

Direktorat Jenderal GTK dan dinas pendidikan sesuai

dengan kewenangannya melalui aplikasi SIM-Tun.

3. Aplikasi Kehadiran Guru dan Tenaga Kependidikan (Hadir GTK)

a. Aplikasi Hadir GTK merupakan aplikasi yang dirancang

untuk mempercepat proses pembayaran Tunjangan

Profesi.

b. Pencatatan kehadiran guru bukan pegawai negeri sipil

dilakukan secara daring (online) melalui aplikasi Hadir

GTK yang terdapat pada website

http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id.

c. Tata cara penggunaan aplikasi Hadir GTK diatur dalam

pedoman penggunaan aplikasi Hadir GTK yang dapat

diunduh di laman http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id.

d. Aplikasi Hadir GTK efektif berlaku pada tahun ajaran

2018-2019.

Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK dan

dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya dapat

mengunduh hasil rekapitulasi kehadiran GTK melalui aplikasi

Hadir GTK.

4. Cuti Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil dalam rangka Penyaluran

Tunjangan Profesi

a. Guru bukan pegawai negeri sipil yang sakit lebih dari 1

(satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak

atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa guru bukan

pegawai negeri sipil yang bersangkutan harus

mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat

yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan

surat keterangan dokter sesuai dengan ketentuan yang

diberlakukan bagi guru pegawai negeri sipil (Peraturan

Kepala BKN Nomor 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara

Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil).

b. Guru bukan pegawai negeri sipil yang menggunakan cuti

alasan penting paling lama 1 (satu) bulan berhak

mendapatkan cuti alasan penting dengan ketentuan

bahwa guru bukan pegawai negeri sipil yang

bersangkutan harus mengajukan permintaan secara

tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti

sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan bagi guru

pegawai negeri sipil (Peraturan Kepala BKN Nomor 24

Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai

Negeri Sipil).

c. Guru bukan pegawai negeri sipil yang melaksanakan

ibadah haji, berhak untuk mendapatkan Tunjangan

Profesi apabila yang bersangkutan melaksanakan ibadah

haji untuk pertama kalinya.

Apabila guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan

tidak mengajar lebih dari 14 (empat belas) hari karena cuti sakit

atau lebih dari 1 (satu) bulan karena cuti alasan penting

berdasarkan isian catatan kehadiran dalam aplikasi Hadir GTK,

maka kepada guru bukan pegawai negeri sipil bersangkutan

tidak dapat dibayarkan tunjangan profesinya.

5. Perbedaan Data Inpassing Penerima Tunjangan

a. Bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang mempunyai SK

inpassing atau Penyetaraan, namun belum terdaftar

dalam data base SK inpassing atau penyetaraan guru

bukan pegawai negeri sipil yang dimiliki oleh Biro

Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

maka guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan

wajib melakukan pemberkasan ulang paling lambat akhir

Juni 2018 ke Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan.

b. Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan melakukan proses verifikasi dan validasi

data terkait keabsahan SK inpassing atau penyetaraan

sebagaimana dimaksud pada huruf a.

c. Berdasarkan hasil verifikasi dan validasi sebagaimana

dimaksud pada huruf b, Biro Kepegawaian Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan SK inpassing

atau penyetaraan.

d. Direktorat Jenderal GTK melakukan pembaharuan data

inpassing atau penyetaraan berdasarkan SK inpassing

atau penyetaraan dari Biro Kepegawaian Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

e. Selisih pembayaran akibat perubahan tersebut akan

diperhitungkan dan diakumulasi pada semester

berikutnya.

f. Bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang memiliki SK

inpassing atau penyetaraan, namun setelah dilakukan

verifikasi dan validasi oleh Biro Kepegawaian Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan dan hasilnya dinyatakan SK

inpassing tersebut tidak sah, maka guru bukan pegawai

negeri sipil tersebut wajib mengembalikan Tunjangan

Profesi yang selama ini telah diterimanya.

6. Ketentuan Pindah Satminkal

a. Guru bukan pegawai negeri sipil yang memiliki sertifikat

pendidik dari Kementerian selain Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, jika pindah mutasi ke

sekolah di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, maka data guru bukan pegawai negeri sipil

tersebut harus dimasukkan pada aplikasi Dapodik di

sekolah yang baru maka sekolah di bawah binaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan wajib

memasukkan datanya dapodik.

b. Guru bukan pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud

pada huruf a, wajib melaporkan ke pengelola tunjangan

di dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dengan

membawa dokumen yang diperlukan.

c. Guru bukan pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud

pada huruf a harus membawa bukti penghentian

pembayaran Tunjangan Profesi dari Kementerian

sebelumnya yang diserahkan ke dinas pendidikan sesuai

dengan kewenangannya untuk dimasukkan ke dalam

SIM-Tun.

7. Tunjangan Profesi Kurang Bayar

Tunjangan Profesi kurang bayar dapat dibayarkan apabila:

a. memiliki SKTP reguler pada tahun sebelumnya namun

dimana terjadi kurang bayar; dan

b. memiliki SKTP Kurang Bayar yang diterbitkan oleh

Direktorat Jenderal GTK Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

8. Pembayaran Tunjangan Profesi Lebih Bayar

a. Dalam hal guru bukan pegawai negeri sipil menerima

kelebihan pembayaran Tunjangan Profesi pada semester I

tahun berkenaan, maka nominal Tunjangan Profesi yang

diterima oleh guru bukan pegawai negeri sipil yang

bersangkutan dapat disesuaikan pada semester II dalam

tahun berkenaan.

b. Dalam hal guru bukan pegawai negeri sipil menerima

kelebihan pembayaran Tunjangan Profesi pada semester

II tahun berkenaan, maka nominal Tunjangan Profesi

yang diterima oleh guru bukan pegawai negeri sipil yang

bersangkutan dapat disesuaikan pada semester I pada

tahun berikutnya.

c. Bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang tidak

memenuhi kriteria penerima Tunjangan Profesi sehingga

tidak mendapatkan SKTP pada semester I tahun

berikutnya, maka guru bukan pegawai negeri sipil

tersebut harus mengembalikan dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan

menyampaikan informasi kepada direktorat terkait

di lingkungan Direktorat Jenderal GTK besaran

nominal pembatalan pembayaran tunjangan

profesi;

2) direktorat teknis terkait membuat kode billing atau

surat setoran melalui aplikasi Sistem Informasi

Penerimaan Negara Bukan Pajak Online (SIMPONI)

3) berdasarkan kode billing sebagaimana dimaksud

pada angka 2, guru bukan pegawai negeri sipil yang

bersangkutan melakukan pengembalian melalui

pos atau bank dengan batas waktu paling lambat

sesuai dengan jangka waktu yang tercantum

dalam kode billing.

4) Bukti setor pengembalian disampaikan kepada

direktorat terkait di lingkungan Direktorat

Jenderal GTK sehari setelah melakukan

penyetoran.

Gambar 1 Mekanisme Penyaluran Tunjangan Profesi bagi Guru Bukan

Pegawai Negeri Sipil

H. Pembatalan dan Penghentian

1. Pembatalan Pembayaran

Tunjangan Profesi dapat dibatalkan pembayarannya apabila:

a. data dan informasi yang digunakan untuk memenuhi

persyaratan melanggar hukum;

b. memperoleh sertifikat pendidik yang tidak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang‐undangan; dan

c. menerima lebih dari satu tunjangan profesi.

Dalam hal guru bukan pegawai negeri sipil telah menerima

Tunjangan Profesi namun dibatalkan pembayarannya, wajib

mengembalikan ke kas negara dengan mekanisme sesuai

dengan ketentuan pembayaran Tunjangan Profesi lebih bayar.

2. Penghentian Pembayaran

Pemberian Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil

dihentikan apabila:

a. meninggal dunia, maka penghentian pembayarannya

dilakukan pada bulan berikutnya;

b. mencapai batas usia 60 tahun, maka penghentian

pembayarannya dilakukan pada bulan berikutnya;

c. diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil maka

penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan

berkenaan dan pembayaran Tunjangan Profesi

selanjutnya akan dibayarkan oleh pemerintah daerah;

d. mengundurkan diri atas permintaan sendiri, maka

penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan

berkenaan;

e. dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan telah memiliki

kekuatan hukum tetap, maka penghentian

pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan;

f. mendapat tugas belajar, maka penghentian

pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan;

dan/atau

g. tidak melaksanakan tugas/meninggalkan tugas mengajar

tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan paling

banyak 3 (tiga) hari berturut-turut atau kumulatif 5 (lima)

hari dalam satu bulan, maka penghentian

pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan;

Kondisi tersebut di atas dibuktikan dengan surat resmi atau

surat keterangan dari pihak yang berwenang. Kepala sekolah

wajib melaporkan kepada dinas pendidikan sesuai dengan

kewenangannya, apabila terjadi hal-hal sebagaimana

dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf g sebelum jatuh

tempo pembayaran tunjangan profesi.

I. Pengendalian dan Pengawasan

1. Pengendalian

Kegiatan pengendalian pembayaran Tunjangan Profesi ini

dilakukan melalui:

a. sosialisasi program penyaluran Tunjangan Profesi oleh

Direktort Jenderal GTK kepada dinas pendidikan

provinsi/kabupaten/ kota dan guru bukan pegawai negeri

sipil sesuai dengan kewenangannya.

b. pemantauan dan evaluasi (monitoring dan evaluasi)

dilakukan oleh instansi terkait.

c. penyelesaian masalah secara terus‐menerus dilakukan

atas permasalahan yang terjadi dalam proses

pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi.

2. Pengawasan

Pengawasan dilakukan oleh aparat fungsional internal dan

eksternal sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.

J. Pertanggungjawaban

Bentuk Pertanggungjawaban bagi pemberi bantuan pemerintah

adalah:

1. Surat Keputusan Tunjangan Profesi;

2. Surat Perintah Membayar (SPM); dan

3. Surat Perintah Pencairan Dana (SPPD).

K. Sanksi

Tunjangan Profesi dapat dibatalkan pembayarannya apabila:

1. terbukti memperoleh kualifikasi akademik dan/atau sertifikat

pendidik dengan cara melawan hukum;

2. menerima lebih dari satu Tunjangan Profesi yang berasal dari

sumber dana yang sama atau berbeda.

3. di kemudian hari terbukti tidak memenuhi kriteria penerima

Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil;

4. terbukti menerima Tunjangan Profesi yang tidak sesuai dengan

Peraturan Sekretaris Jenderal ini

Jumlah pengembalian Tunjangan Profesi terhitung sejak bulan guru

bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan menerima Tunjangan

khusus yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

SEKRETARIS JENDERAL,

TTD.

DIDIK SUHARDI

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

TTD.

Dian Wahyuni NIP 196210221988032001

SALINAN

LAMPIRAN II

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

NOMOR 10 TAHUN 2018

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN

TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN KHUSUS

GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS

BAGI GURU BUKAN PNS

A. Tujuan

Tujuan Penyaluran Tunjangan Khusus yaitu:

1. memberi penghargaan kepada guru bukan pegawai negeri sipil di

Daerah Khusus sebagai tenaga profesional dalam melaksanakan

sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

nasional; dan

2. mengangkat martabat, meningkatkan kompetensi, dan memajukan

profesi guru bukan pegawai negeri sipil, serta meningkatkan mutu

pembelajaran dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang

bermutu di Daerah Khusus.

B. Pemberi Tunjangan Khusus

1. Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil diberikan

oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui masing-

masing direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK.

2. Dana untuk pembayaran tunjangan khusus bagi guru bukan

pegawai negeri sipil bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) tahun berkenaan melalui Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) masing-masing direktorat terkait di

lingkungan Direktorat Jenderal GTK.

C. Kriteria Penerima Tunjangan Khusus

Tunjangan khusus guru bukan pegawai negeri sipil diberikan dengan

kriteria sebagai berikut:

1. guru bukan pegawai negeri sipil yang bertugas pada satuan

pendidikan di Daerah Khusus yang daerahnya ditetapkan oleh

Menteri dan/atau surat rekomendasi dari Menteri yang menangani

- 24 -

bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi

dengan kriteria:

a. jumlah penerima Tunjangan Khusus pada satuan pendidikan

tidak melebihi kebutuhan guru ideal pada satuan pendidikan

tersebut;

b. Daerah Khusus merupakan desa sangat tertinggal

berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian yang

menangani bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan

transmigrasi, dan/atau surat rekomendasi dari Menteri yang

menangani bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan

transmigrasi; dan

c. guru bukan pegawai negeri sipil yang menerima Tunjangan

Khusus juga dapat ditentukan berdasarkan:

1) kepentingan nasional;

2) program prioritas Pemerintah Pusat; dan/atau

3) ketersediaan anggaran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK);

dan

3. memiliki SK penugasan mengajar di satuan pendidikan pada

Daerah Khusus yang dikeluarkan oleh pejabat pembina

kepegawaian atau penyelenggara satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan kewenangannya.

D. Besaran Tunjangan Khusus

1. Besaran Tunjangan khusus guru bukan pegawai negeri sipil sebagai

berikut:

a. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang telah memiliki

Surat Keputusan (SK) inpassing atau kesetaraan diberikan

setara gaji pokok pegawai negeri sipil dengan masa kerja dan

golongan yang sama setiap bulan; atau

b. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang belum memiliki SK

inpassing atau kesetaraan diberikan sebesar Rp1.500.000,00

(satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulan.

2. Besaran Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada angka 1

dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

- 25 -

E. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan Pemerintah

1. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK sesuai

dengan kewenangannya membayar Tunjangan Khusus ke rekening

guru.

2. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK wajib

membayarkan Tunjangan Khusus sesuai tempat terbitnya Surat

Keputusan Penerima Tunjangan Khusus (SKTK) setiap triwulan,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK sesuai

dengan kewenangannya mengajukan Surat Perintah Membayar

untuk penyaluran dana tunjangan khusus bagi guru bukan pegawai

negeri sipil ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

4. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebagai

bukti perintah pencairan dana ke rekening penerima Tunjangan

Khusus.

F. Penyaluran Tunjangan Khusus

1. Sumber Data

Data yang digunakan bersumber dari dapodik yang kebenarannya

dijamin oleh kepala satuan pendidikan berdasarkan surat

pertanggungjawaban mutlak.

2. Penarikan Data

Direktorat Jenderal GTK melakukan penarikan data dari dapodik

pada bulan Maret setiap tahun berkenaan. Kemudian melakukan

verifikasi kelayakan calon penerima Tunjangan Khusus.

3. Pengusulan Calon Penerima

Pengusulan calon penerima Tunjangan Khusus dilakukan melalui

mekanisme sebagai berikut:

a. dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan

kewenangannya mengusulkan calon penerima Tunjangan

Khusus secara daring berdasarkan data calon penerima

Tunjangan Khusus melalui aplikasi Sistem Informasi

Manajemen Aneka Tunjangan (SIM-Antun) mulai per tanggal 1

Maret tahun berkenaan.

b. dalam hal Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai

dengan kewenangannya tidak mengusulkan calon penerima

Tunjangan Khusus sampai tanggal 31 Mei pada tahun

berkenaan, Direktorat Jenderal GTK dapat menetapkan

- 26 -

penerima Tunjangan Khusus yang memenuhi persyaratan

tanpa pengusulan.

c. dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dapat menolak

pemberian tunjangan khusus melalui surat tertulis yang

ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya kepada Menteri u.p Direktur Jenderal GTK

paling lambat diterima 30 April pada tahun berkenaan.

4. Aplikasi Kehadiran Guru dan Tenaga Kependidikan (Hadir GTK)

a. Aplikasi Hadir GTK merupakan aplikasi yang dirancang untuk

mempercepat proses pembayaran Tunjangan Khusus.

b. Pencatatan kehadiran guru bukan pegawai negeri sipil

diberlakukan secara daring (online) melalui aplikasi Hadir GTK

yang terdapat pada website http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id.

c. Tata cara penggunaan aplikasi Hadir GTK diatur dalam

pedoman penggunaan aplikasi Hadir GTK yang dapat diunduh

di laman http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id.

d. Aplikasi Hadir GTK efektif berlaku pada tahun ajaran 2018-

2019.

e. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK dan

dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya dapat

mengunduh hasil rekapitulasi kehadiran GTK melalui aplikasi

Hadir GTK.

5. Pergantian Penerima Tunjangan Khusus

a. Guru yang pernah menerima Tunjangan Khusus dapat diganti

dengan guru lain yang belum atau tidak menerima Tunjangan

Khusus, apabila guru yang pernah menerima Tunjangan

Khusus tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai

penerima tunjangan.

b. Guru pengganti harus memenuhi kriteria sebagai penerima

Tunjangan Khusus.

c. Penggantian penerima tunjangan khusus, dilakukan dengan

mengusulkan guru pengganti melalui mekanisme

sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan guru pengganti

tersebut menerima pemberian tunjangan khusus terhitung

bulan berikutnya pada tahun berkenaan.

- 27 -

d. Penggantian penerima Tunjangan Khusus dapat dilakukan

dengan memperhatikan ketersediaan anggaran.

6. Penerbitan Surat Keputusan Penerima Tunjangan Khusus (SKTK)

SKTK diterbitkan oleh Direktorat Jenderal GTK sebanyak 1 (satu) kali

dalam satu tahun.

7. Penghentian Pemberian Tunjangan Khusus

a. meninggal dunia (pembayaran dihentikan pada bulan

berikutnya);

b. mencapai batas usia pensiun (pembayaran dihentikan pada

bulan berikutnya);

c. mengundurkan diri atas permintaan sendiri (pembayaran

dihentikan pada bulan berkenaan);

d. dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan telah memiliki

kekuatan hukum tetap (pembayaran dihentikan pada bulan

berkenaan);

e. mendapat tugas belajar (pembayaran dihentikan pada bulan

berkenaan);

f. tidak melaksanakan tugas tanpa surat

keterangan/penugasan dari pejabat yang berwenang

(pembayaran dihentikan pada bulan berkenaan);

g. tidak lagi bertugas di Daerah Khusus atau mutasi ke jabatan

struktural atau fungsional umum (pembayaran dihentikan

pada bulan berkenaan); dan/atau

h. berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja antara

guru dan penyelenggara pendidikan bagi guru bukan pegawai

negeri sipil (pembayaran dihentikan pada bulan berkenaan).

8. Koordinasi dan Sosialisasi

Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan koordinasi

dan sosialisasi pelaksanaan pemberian Tunjangan Khusus dengan

pihak dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan

kewenangannya.

- 28 -

Gambar 1 Mekanisme Penyaluran Tunjangan Khusus bagi Guru Bukan

Peagwai Negeri Sipil

G. Pengendalian Program

1. Pengendalian Program

Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengendalian

pelaksanaan pembayaran Tunjangan Khusus, yang mencakup

semua upaya yang dilakukan dalam rangka menjamin pelaksanaan

pembayaran Tunjangan Khusus agar dapat berjalan sebagaimana

mestinya, tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah besaran, dan

sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.

Kegiatan pengendalian penyaluran Tunjangan Khusus ini dilakukan

melalui:

a. sosialisasi program penyaluran Tunjangan Khusus kepada

dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota;

b. penyelesaian masalah atas permasalahan yang terjadi dalam

proses pembayaran Tunjangan Khusus;

c. rekonsiliasi data penerima Tunjangan Khusus dengan

instansi terkait.

- 29 -

2. Pengawasan

Untuk mewujudkan penyaluran Tunjangan Khusus yang

transparan dan akuntabel, diperlukan pengawasan oleh aparat

fungsional internal dan eksternal sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang‐undangan.

H. Pertanggungjawaban

Direktorat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal GTK melaporkan secara

daring melalui aplikasi laporan realisasi yang disediakan oleh Direktorat

Jenderal GTK.

I. Sanksi

1. Guru bukan pegawai negeri sipil yang terbukti menerima Tunjangan

Khusus yang tidak sesuai dengan Peraturan Sekretaris Jenderal ini,

wajib mengembalikan tunjangan yang telah diterimanya.

2. Jumlah pengembalian Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud

pada angka 1 terhitung sejak bulan guru bukan pegawai negeri sipil

yang bersangkutan menerima Tunjangan Khusus yang tidak sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

SEKRETARIS JENDERAL

TTD.

DIDIK SUHARDI

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

TTD.

Dian Wahyuni NIP 196210221988032001