sabtu, 8 januari 2011 | media indonesia … e wirawan b anjir yang meren-dam sejumlah wila-yah di...

1
JEROME E WIRAWAN B ANJIR yang meren- dam sejumlah wila- yah di Negara Bagian Queensland, Austra- lia, membuat industri batu bara ‘Negeri Kanguru’ yang bernilai US$50 miliar menga- lami stagnasi. Berdasarkan pengamatan Mick Slater selaku ketua ope- rasi perbaikan dampak banjir Queensland, pembangunan kembali infrastruktur yang menopang industri miliaran dolar AS itu bakal memakan waktu bertahun-tahun. “Kami masih tidak tahu pasti bagaimana keadaan di dalam air. Yang saya tahu semua jalan utama, rel kereta api, dan jem- batan telah rusak,” kata Slater dalam konferensi pers di Kota Rockhampton. Sejauh ini, banjir di Negara Bagian Queensland telah me- lumpuhkan 35% dari 259 juta ton batu bara produksi Aus- tralia. Kendala terbesar yang di- hadapi segenap perusahaan batu bara di wilayah tersebut adalah mereka tidak dapat me- mompa seluruh air di tambang ke sungai mengingat banjir ma- sih menggenang. “Diperlukan waktu selama berbulan-bulan untuk kem- bali beroperasi,” ujar Menteri Pertambangan Queensland Stephen Robertson kepada BBC. Rintangan lain adalah transportasi. Pengangkut batu bara utama di Lembah Bowen dilaporkan tidak bisa berjalan lantaran rel kereta api terendam air hingga pe- kan depan. Bahkan, beberapa bagian rute rel kereta Blackwater yang menghubungkan tam- bang batu bara Rolleston ke Pelabuhan Gladstone telah tersapu oleh banjir. Kepada kantor berita Reu- ters , sejumlah analis mem- perkirakan produksi batu bara Australia akan kembali normal paling tidak tiga bu- lan mendatang. “Hingga banjir surut...kami benar-benar tidak bisa mem- buat tinjauan seberapa cepat upaya pemulihan akan ber- langsung,” ujar juru bicara perusahaan batu bara QR National. Peluang Indonesia Sementara itu, Direktur In- donesia Coal Society Singgih Widagdo mengatakan stagnasi industri batu bara Australia sebenarnya bisa dimanfaatkan Indonesia. Sejauh ini, papar Singgih, Australia lebih memiliki pasar di Atlantik dari dua pasar yang ada, yaitu Pasik dan Atlantik. Adapun pasar Pasifik lebih dikuasai negara-negara Asia Timur, seperti China, India, dan Jepang. “Tinggal dilihat berapa besar yang tidak bisa dipenuhi Australia. Kondisi produksi di Indonesia sendiri terus naik. Tahun ini diperkirakan men- capai 320 juta ton, itu hitungan pemerintah,” jelas Singgih. Meski demikian, penilaian itu ditepis pemerintah. Di- rektur Jenderal Minerba- pabum Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Setiawan menilai industri batu bara di Indonesia malah tidak ter- lalu terkerek oleh banjir di Australia. “Banjirnya hanya sebentar jadi tidak terlalu berdampak banyak bagi industri. Paling hanya beberapa bulan,” ujar Bambang. Dia mengakui memang ter- dapat kenaikan harga untuk komoditas batu bara lokal. Namun, dia menilai banjir di ‘Negeri Kanguru’ hanya satu dari sekian faktor yang memengaruhi kenaikan harga batu bara. Di pihak lain, kenaikan harga minyak dunia di level US$90 per barel justru dituding men- jadi penyebab utama melam- bungnya nilai batu bara. (*/Reuters/I-4) [email protected] KEMENTERIAN Luar Negeri RI (Kemenlu) membenarkan adanya laporan dugaan pe- merkosaan terhadap seorang TKI bernama Rubingah, 48, oleh Menteri Komunikasi, In- formasi, dan Budaya Malaysia Datuk Rais Yatim pada 2007 silam. Namun, Kemenlu meng- klaim bahwa penanganan kasus tidak dapat dilanjutkan karena korban tidak ingin melanjutkan laporan ke ranah hukum. “Saya mendengar, memper- hatikan, dan membaca laporan mengenai masalah ini. Namun berdasarkan keterangan ang- gota kami, berdasarkan ingatan pada 2007 ketika masalah ini ditanyakan, (korban) memilih untuk tidak menindaklanju- tinya kepada polisi dan kami tidak tahu alasannya,” kata Menlu Marty Natalegawa di Jakarta, kemarin. Menurut Marty, Kemenlu akan menindaklanjuti masalah itu apabila ada laporan dari pihak terkait. Dia membantah ketidakseriusan pemerintah dalam menangani permasa- lahan serta sikap pilih kasih dalam menyelesaikan perma- salahan perlindungan WNI di luar negeri. “Namun, setiap permasa- lahan yang kita hadapi harus dilandaskan dari laporan yang bersangkutan. Tapi masalahnya saat kami klarikasi, apa duduk perkara dan apa kehendaknya. Yang kami dengar pada 2007, (dia) memilih tidak mengajukan tuntutan. Tidak ada pilih kasih, prioritas kita memberi perlin- dungan kepada seluruh WNI di luar negeri,” tandas Marty. Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah menyata- kan kasus ini tidak dibawa ke ranah hukum karena permin- taan korban. “Kami (Migrant Care) me- mang tidak mengangkat kasus itu sesuai permintaan korban. Kami menghormatinya karena kasus pemerkosaan tergolong delik aduan. Kasus tidak akan diproses hukum jika korban ti- dak bersedia,” ungkapnya saat jumpa pers, kemarin. Menurut Anis, Migrant Care telah me- nyerahkan hasil investigasi kepada pihak pemerintah Ma- laysia, KBRI Kuala Lumpur, dan Mabes Polri. Ironisnya, Rubingah me- nyangkal telah diperkosa Datuk Rais Yatim yang pada 2007 lalu masih menjabat Menteri Luar Negeri Malaysia. “Saya tidak pernah diperkosa oleh Datuk Rais Yatim. Kabar kalau saya diperkosa, semuanya tidak benar. Malah, sewaktu saya bekerja di rumahnya, sering diberi oleh-oleh atau uang sekadarnya,” ujar Rubingah kepada Media Indonesia. Rubingah mengatakan di- rinya telah bekerja di rumah Rais Yatim selama 8 tahun sejak 1999 hingga 2007 silam. “Saya sempat pulang ke rumah untuk cuti sekitar 1,5 bulan, yakni pada 1999. Karena di tempat itu, ada tiga pembantu rumah tangga yang semuanya berasal dari Indonesia.” Menurutnya, saat bekerja di rumah tersebut, dia bertugas sebagai pengantar makanan apabila ada jamuan di rumah majikannya tersebut. Dia juga bertugas membukakan pintu tatkala Datuk Rais Yatim pergi atau pulang ke rumah. (*/*/LD/I-5) PRESIDEN Amerika Serikat Barack Obama mengangkat William Daley menjabat Ke- pala Staf Gedung Putih pada Kamis (6/1). William yang merupakan mantan manajer JP Morgan Chase dan mantan menteri perdagangan era Presi- den Bill Clinton, menggantikan Pete Rouse yang kini menjadi penasihat Obama. “Saya yakin dia (William) mampu membantu kita mere- alisasikan misi pertumbuhan ekonomi AS. Dia sudah pernah memimpin perusahaan besar. Dia memiliki pemahaman men- dalam dan pengalaman di du- nia perekonomian juga politik,” ujar Obama di Gedung Putih. Dipilihnya William Daley yang kerap dipanggil Bill Daley itu dinilai dapat menjembatani perekonomian dengan per- politikan Gedung Putih yang menghadapi kritikan dalam menyikapi perekonomian dan kegiatan bisnis di AS. Ia pun dipercaya mampu memberikan kontribusi untuk penanganan masalah ekonomi. “Daley sangat cocok di dunia bisnis dan politik,” kata Wil- liam Galston, mantan penasihat dalam negeri Gedung Putih era Bill Clinton yang juga teman akrab William Daley. Bill sangat dikenal di dunia perekonomian dengan peng- alaman kerja serta hubungan personalnya dengan kelom- pok bisnis seperti Wall Street. Tidak hanya William Daley sebagai alumnus pemerintah Bill Clinton yang bergabung tim Obama. Gene Sperling yang pernah menjabat seba- gai Kepala Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih di era Clinton kini menjabat sebagai Menteri Keuangan Timothy Geithner. Obama pun memakai jasa Jacob Lew sebagai direktur anggaran keuangan negara, po- sisi yang sama yang dipangku Jacob di era kepemimpinan Bill Clinton. William Daley adalah sau- dara kandung mantan Wali Kota Chicago, Richard M Daley, dan anak bungsu dari Wali Kota Chicago yang legendaris, Richard J Daley. William pernah memegang kepemimpinan di beberapa perusahaan besar termasuk Abbott Laboratories, Boeing, dan Merck. Di kancah politik, ia adalah sosok yang memiliki pengaruh dalam Partai Demokrat. Ia pun pernah menjadi ketua kampa- nye mantan calon Presiden AS Al Gore pada 2000 lalu. (*/AP/BBC/I-4) Obama Pilih Daley Jabat Kepala Staf Gedung Putih 8 SABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA I NTER NASIONAL Industri Batu Bara Australia Terancam Menteri Malaysia Perkosa TKI REUTERS/JASON REED REUTERS/DANIEL MUNOZ Indonesia berpeluang untuk meraup untung di pasar dunia. KEPALA STAF: Presiden Amerika Serikat Barack Obama (kanan) mendengarkan pidato Kepala Staf Gedung Putih yang baru di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Kamis (6/1). TAMBANG BATU BARA: Sebuah alat berat terlihat di tengah batu bara yang terendam banjir di Baralaba, Queensland, Australia, beberapa waktu lalu. MI/USMAN ISKANDAR Anis Hidayah Direktur Eksekutif Migrant Care

Upload: dinhtu

Post on 05-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA … E WIRAWAN B ANJIR yang meren-dam sejumlah wila-yah di Negara Bagian Queensland, Austra-lia, membuat industri batu bara ‘Negeri Kanguru’

JEROME E WIRAWAN

BANJIR yang meren-dam sejumlah wila-yah di Negara Bagian Queensland, Austra-

lia, membuat industri batu bara ‘Negeri Kanguru’ yang bernilai US$50 miliar menga-lami stagnasi.

Berdasarkan pengamatan Mick Slater selaku ketua ope-rasi perbaikan dampak banjir Queensland, pembangunan kembali infrastruktur yang menopang industri miliaran dolar AS itu bakal memakan waktu bertahun-tahun.

“Kami masih tidak tahu pasti bagaimana keadaan di dalam air. Yang saya tahu semua jalan utama, rel kereta api, dan jem-batan telah rusak,” kata Slater dalam konferensi pers di Kota Rockhampton.

Sejauh ini, banjir di Negara Bagian Queensland telah me-lumpuhkan 35% dari 259 juta ton batu bara produksi Aus-tralia.

Kendala terbesar yang di-hadapi segenap perusahaan batu bara di wilayah tersebut adalah mereka tidak dapat me-mompa seluruh air di tambang ke su ngai mengingat banjir ma-sih menggenang.

“Diperlukan waktu selama berbulan-bulan untuk kem-bali beroperasi,” ujar Menteri Pertambangan Queensland Stephen Robertson kepada BBC.

R in tangan la in ada lah transportasi . Pengangkut

batu bara utama di Lembah Bowen dilaporkan tidak bisa berjalan lantaran rel kereta api terendam air hingga pe-kan depan.

Bahkan, beberapa bagian rute rel kereta Blackwater yang menghubungkan tam-

bang batu bara Rolleston ke Pelabuhan Gladstone telah tersapu oleh banjir.

Kepada kantor berita Reu-ters, sejumlah analis mem-perkirakan produksi batu bara Australia akan kembali normal paling tidak tiga bu-

lan mendatang. “Hingga banjir surut...kami

benar-benar tidak bisa mem-buat tinjauan seberapa cepat upaya pemulihan akan ber-langsung,” ujar juru bicara perusahaan batu bara QR National.

Peluang IndonesiaSementara itu, Direktur In-

donesia Coal Society Singgih Widagdo mengatakan stagnasi industri batu bara Australia sebenarnya bisa dimanfaatkan Indonesia.

Sejauh ini, papar Singgih,

Australia lebih memiliki pasar di Atlantik dari dua pasar yang ada, yaitu Pasifi k dan Atlantik. Adapun pasar Pasifik lebih dikuasai negara-negara Asia Timur, seperti China, India, dan Jepang. “Tinggal dilihat berapa besar yang tidak bisa dipenuhi Australia. Kondisi produksi di Indonesia sendiri terus naik. Tahun ini diperkirakan men-capai 320 juta ton, itu hitungan pemerintah,” jelas Singgih.

Meski demikian, penilaian itu ditepis pemerintah. Di-rektur Jenderal Minerba-pabum Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Setiawan menilai industri batu bara di Indonesia malah tidak ter-lalu terkerek oleh banjir di Australia.

“Banjirnya hanya sebentar jadi tidak terlalu berdampak banyak bagi industri. Paling hanya beberapa bulan,” ujar Bambang.

Dia mengakui memang ter-dapat kenaikan harga untuk komoditas batu bara lokal. Namun, dia menilai banjir di ‘Negeri Kanguru’ hanya satu dari sekian faktor yang memengaruhi kenaikan harga batu bara.

Di pihak lain, kenaikan harga minyak dunia di level US$90 per barel justru dituding men-jadi penyebab utama melam-bungnya nilai batu bara. (*/Reuters/I-4)

[email protected]

KEMENTERIAN Luar Negeri RI (Kemenlu) membenarkan adanya laporan dugaan pe-merkosaan terhadap seorang TKI bernama Rubingah, 48, oleh Menteri Komunikasi, In-formasi, dan Budaya Malaysia Datuk Rais Yatim pada 2007 silam. Namun, Kemenlu meng-klaim bahwa penanganan kasus tidak dapat dilanjutkan karena korban tidak ingin melanjutkan laporan ke ranah hukum.

“Saya mendengar, memper-hatikan, dan membaca laporan mengenai masalah ini. Namun berdasarkan keterangan ang-gota kami, berdasarkan ingatan pada 2007 ketika masalah ini ditanyakan, (korban) memilih untuk tidak menindaklanju-tinya kepada polisi dan kami tidak tahu alasannya,” kata Menlu Marty Natalegawa di Jakarta, kemarin.

Menurut Marty, Kemenlu akan menindaklanjuti masalah itu apabila ada laporan dari pihak terkait. Dia membantah ketidakseriusan pemerintah dalam menangani permasa-lahan serta sikap pilih kasih dalam menyelesaikan perma-salahan perlindungan WNI di luar negeri.

“Namun, setiap permasa-lahan yang kita hadapi harus

dilandaskan dari laporan yang bersangkutan. Tapi masalahnya saat kami klarifi kasi, apa duduk perkara dan apa kehendaknya. Yang kami dengar pada 2007, (dia) memilih tidak mengajukan tuntutan. Tidak ada pilih kasih, prioritas kita memberi perlin-dungan kepada seluruh WNI di luar negeri,” tandas Marty.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah menyata-kan kasus ini tidak dibawa ke ranah hukum karena permin-taan korban.

“Kami (Migrant Care) me-mang tidak mengangkat kasus itu sesuai permintaan korban. Kami menghormatinya karena kasus pemerkosaan tergolong delik aduan. Kasus tidak akan diproses hukum jika korban ti-dak bersedia,” ungkapnya saat jumpa pers, kemarin. Menurut

Anis, Migrant Care telah me-nyerahkan hasil investigasi kepada pihak pemerintah Ma-laysia, KBRI Kuala Lumpur, dan Mabes Polri.

Ironisnya, Rubingah me-nyangkal telah diperkosa Datuk Rais Yatim yang pada 2007 lalu masih menjabat Menteri Luar Negeri Malaysia. “Saya tidak pernah diperkosa oleh Datuk Rais Yatim. Kabar kalau saya diperkosa, semuanya tidak benar. Malah, sewaktu saya bekerja di rumahnya, sering diberi oleh-oleh atau uang sekadarnya,” ujar Rubingah kepada Media Indonesia.

Rubingah mengatakan di-rinya telah bekerja di rumah Rais Yatim selama 8 tahun sejak 1999 hingga 2007 silam. “Saya sempat pulang ke rumah untuk cuti sekitar 1,5 bulan, yakni pada 1999. Karena di tempat itu, ada tiga pembantu rumah tangga yang semuanya berasal dari Indonesia.”

Menurutnya, saat bekerja di rumah tersebut, dia bertugas sebagai pengantar makanan apabila ada jamuan di rumah majikannya tersebut. Dia juga bertugas membukakan pintu tatkala Datuk Rais Yatim pergi atau pulang ke rumah. (*/*/LD/I-5)

PRESIDEN Amerika Serikat Barack Obama mengangkat William Daley menjabat Ke-pala Staf Gedung Putih pada Kamis (6/1). William yang merupakan mantan manajer JP Morgan Chase dan mantan menteri perdagangan era Presi-den Bill Clinton, menggantikan Pete Rouse yang kini menjadi penasihat Obama.

“Saya yakin dia (William) mampu membantu kita mere-

alisasikan misi pertumbuhan ekonomi AS. Dia sudah pernah memimpin perusahaan besar. Dia memiliki pemahaman men-dalam dan pengalaman di du-nia perekonomian juga politik,” ujar Obama di Gedung Putih.

Dipilihnya William Daley yang kerap dipanggil Bill Daley itu dinilai dapat menjembatani perekonomian dengan per-politikan Gedung Putih yang menghadapi kritikan dalam

menyikapi perekonomian dan kegiatan bisnis di AS. Ia pun dipercaya mampu memberikan kontribusi untuk penanganan masalah ekonomi.

“Daley sangat cocok di dunia bisnis dan politik,” kata Wil-liam Galston, mantan penasihat dalam negeri Gedung Putih era Bill Clinton yang juga teman akrab William Daley.

Bill sangat dikenal di dunia perekonomian dengan peng-

alaman kerja serta hubungan personalnya dengan kelom-pok bisnis seperti Wall Street. Tidak hanya William Daley sebagai alumnus pemerintah Bill Clinton yang bergabung tim Obama. Gene Sperling yang pernah menjabat seba-gai Kepala Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih di era Clinton kini menjabat sebagai Menteri Keuangan Timothy Geithner. Obama pun memakai jasa Jacob Lew sebagai direktur anggaran keuangan negara, po-sisi yang sama yang dipangku Jacob di era kepemimpinan Bill Clinton.

William Daley adalah sau-dara kandung mantan Wali Kota Chicago, Richard M Daley, dan anak bungsu dari Wali Kota Chicago yang legendaris, Richard J Daley. William pernah memegang kepemimpinan di beberapa perusahaan besar termasuk Abbott Laboratories, Boeing, dan Merck.

Di kancah politik, ia adalah sosok yang memiliki pengaruh dalam Partai Demokrat. Ia pun pernah menjadi ketua kampa-nye mantan calon Presiden AS Al Gore pada 2000 lalu. (*/AP/BBC/I-4)

Obama Pilih Daley Jabat Kepala Staf Gedung Putih

8 SABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIAINTERNASIONAL

Industri Batu Bara Australia Terancam

Menteri Malaysia Perkosa TKI

REUTERS/JASON REED

REUTERS/DANIEL MUNOZ

Indonesia berpeluang untuk meraup untung di pasar dunia.

KEPALA STAF: Presiden Amerika Serikat Barack Obama (kanan) mendengarkan pidato Kepala Staf Gedung Putih yang baru di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Kamis (6/1).

TAMBANG BATU BARA: Sebuah alat berat terlihat di tengah batu bara yang terendam banjir di Baralaba, Queensland, Australia, beberapa waktu lalu.

MI/USMAN ISKANDAR

Anis HidayahDirektur Eksekutif Migrant Care