sabat dan implikasi bagi orang kristen (studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/skripsi...

40
TINJAUAN ALKITAB TERHADAP AJARAN ADVENT HARI KETUJUH TENTANG HARI SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi Alkitabiah) Ernawati Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta Abstrak Pelaksanaan hukum keempat dalam wujud ibadah persekutuan dalam satu hari yang ditentukan, menjadi perdebatan. Orang Advent Hari Ketujuh tetap memiliki pandangan dan keyakinan bahwa hukum yang keempat adalah hukum Allah yang tidak berubah dan tetap, sebab telah dibuat Allah untuk manusia sejak penciptaan, dan dengan tetap berpegang pada hukum tersebut maka mereka tergolong orang-orang yang diselamatjan. Sedangkan mayoritas orang Kristen melakukan ibadah pada hari Minggu, dengan berpandangan bahwa oleh karena Kristus telah bangkit pada hari pertama maka “hari pertama” itu dipergunakan untuk berkumpul (beribadah). Karya Ilmiah ini disusun untuk mengemukakan bagaimana seharusnya orang Kristen bersikap terhadap ajaran Advent Hari Ketujuh tentang hari Sabat. dengan metode tinjauan alkitabiah. Penulis berorientasi pada pandangan Advent Hari Ketujuh dengan langkah-langka sebagai berikut. Pertama, menjelaskan latar belakang munculnya Ajaran Advent Hari Ketujuh dengan berorientasi pada tokoh-tokohnya, Kedua, menjelaskan hari Sabat yang diberikan Allah kepada orang Kristen dengan meninjau dari pandangan Alkitab Ketiga, sikap orang Kristen terhadap ajaran Advent Hari Ketujuh dalam melaksanakan hari Sabat yang diuraikan secara praktis- teologis sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dalam penerapan sikap yang benar dalam menanggapi ajaran Advent Hari Ketujuh. Pentingnya penulisan skripsi ini karena memberi manfaat dalam hal: pertama, memberikan kontribusi kepada lembaga pendidikan dalam bidang dogmatika dalam pemhaman hukum keempat. kedua, memberikan kontribusi bagi orang Kristen dalam pemahaman dan pelaksanaan hukum keempat. Ketiga, menolong penulis dalam memahami dengan benar arti hukum keempat (Sabat), sehingga memiliki pondasi dalam pelayanan di tengnh-tengah orang Kristen. Dick Mack dan Marianus T. Waang

Upload: others

Post on 29-Mar-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

TINJAUAN ALKITAB TERHADAP AJARAN ADVENT HARI KETUJUH TENTANG HARI

SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi Alkitabiah)

Ernawati

Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Abstrak

Pelaksanaan hukum keempat dalam wujud ibadah persekutuan dalam satu hari yang

ditentukan, menjadi perdebatan. Orang Advent Hari Ketujuh tetap memiliki pandangan

dan keyakinan bahwa hukum yang keempat adalah hukum Allah yang tidak berubah dan

tetap, sebab telah dibuat Allah untuk manusia sejak penciptaan, dan dengan tetap

berpegang pada hukum tersebut maka mereka tergolong orang-orang yang diselamatjan.

Sedangkan mayoritas orang Kristen melakukan ibadah pada hari Minggu, dengan

berpandangan bahwa oleh karena Kristus telah bangkit pada hari pertama maka “hari

pertama” itu dipergunakan untuk berkumpul (beribadah). Karya Ilmiah ini disusun untuk

mengemukakan bagaimana seharusnya orang Kristen bersikap terhadap ajaran Advent Hari

Ketujuh tentang hari Sabat. dengan metode tinjauan alkitabiah. Penulis berorientasi pada

pandangan Advent Hari Ketujuh dengan langkah-langka sebagai berikut. Pertama,

menjelaskan latar belakang munculnya Ajaran Advent Hari Ketujuh dengan berorientasi

pada tokoh-tokohnya, Kedua, menjelaskan hari Sabat yang diberikan Allah kepada orang

Kristen dengan meninjau dari pandangan Alkitab Ketiga, sikap orang Kristen terhadap

ajaran Advent Hari Ketujuh dalam melaksanakan hari Sabat yang diuraikan secara praktis-

teologis sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dalam penerapan sikap yang

benar dalam menanggapi ajaran Advent Hari Ketujuh. Pentingnya penulisan skripsi ini

karena memberi manfaat dalam hal: pertama, memberikan kontribusi kepada lembaga

pendidikan dalam bidang dogmatika dalam pemhaman hukum keempat. kedua,

memberikan kontribusi bagi orang Kristen dalam pemahaman dan pelaksanaan hukum

keempat. Ketiga, menolong penulis dalam memahami dengan benar arti hukum keempat

(Sabat), sehingga memiliki pondasi dalam pelayanan di tengnh-tengah orang Kristen.

Dick Mack dan Marianus T. Waang

Page 2: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Daftar Isi

ABSTRAK ................................................................................................................................ 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................

BAB II LATAR BELAKANG, SEJARAH, DAN AJARAN ADVENT HARI

KETUJUH TENTANG AJARAN HARI SABAT ...................................................

A. Latar Belakang Aliran Advent Hari Ketujuh ..................................................

1. Suasana dan Perkembangan Dunia Keagamaan ......................................

a. Politik-Agama .......................................................................................

b. Sosial-Ekonomi ......................................................................................

c. Sosial-Agama .........................................................................................

2. Sejarah Advent Hari Ketujuh .....................................................................

a. William Miller (1782-1849) ...................................................................

b. Hiram Edson (1806-1882) .....................................................................

c. Joseph Bates (1792-1872) .......................................................................

d. Ellen Gould Harmaon

B. Ajaran Advent Hari Ketujuh tentang Hari Sabat ............................................

1. Arti Sabat dalam Advent Hari Ketujuh .....................................................

a. Sabat dalam Penciptaan ........................................................................

i. Allah Berhenti ..................................................................................

ii. Allah Sucikan ...................................................................................

iii. Allah Berkati ....................................................................................

b. Sabat di Sinai .........................................................................................

i. Sabat dan Manna .............................................................................

ii. Hari Sabat dan Hukum ...................................................................

c. Hari Sabat dan Kristus ..........................................................................

d. Hari Sabat dan Para Rasul ....................................................................

2. Makna Sabat dalam Advent Hari Ketujuh ................................................

a. Peringatan Abadi akan Penciptaan .....................................................

b. Lambang Penebusan .............................................................................

c. Tanda: Penyucian, Kesetiaan, Dibenarkan oleh Iman ........................

i. Tanda Penyucian .............................................................................

ii. Tanda Kesetiaan ..............................................................................

iii. Tanda Dibenarkan oleh Iman .........................................................

d. Waktu Persekutuan ..............................................................................

C. Kesimpulan ........................................................................................................

BAB III TINJAUAN ALKITAB TERHADAP AJARAN ADVENT HARI KETUJUH

TENTANG HARI SABAT .......................................................................................

A. Arti dan Makna Hari Sabat dalam Perjanjian Lama .......................................

1. Kitab Kejadian .............................................................................................

2. Kitab keluaran .............................................................................................

3. Kitab Ulangan ..............................................................................................

B. Arti dan Makna Hari Sabat dalam Perjanjian Baru ........................................

1. Injil ................................................................................................................

a. Yesus dan Hari Sabat ............................................................................

b. Murid-murid dan Hari Sabat ...............................................................

Page 3: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

2. Kisah Para Rasul ..........................................................................................

a. Kisah Para Rasul 13:42-44 .....................................................................

b. Kisah Para Rasul 20:7 ............................................................................

3. Surat Paulus .................................................................................................

a. Roma ......................................................................................................

b. Galatia ....................................................................................................

c. Kolose .....................................................................................................

4. Wahyu ..........................................................................................................

C. Kesimpulan ........................................................................................................

BAB IV IMPLIKASI HARI SABAT BAGI ORANG KRISTEN ...........................................

A. Implikasi Teologis .............................................................................................

B. Implikasi Praktis ................................................................................................

1. Sabat Bukan Perayaan pada Harinya ........................................................

2. Sabat adalah Istirahat Rohani dan Jasmani ...............................................

3. Sabat ada Dalam Diri Orang Kristen .........................................................

BAB V KESIMPULAN .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penulisan, pentingnya penulisan, hipotesis, ruang lingkup penulisan. metode

penelitian dan penulisan, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

Latar Belakang Masalah

Hukum keempat dari Sepuluh Hukum yang tertera dalam dua loh batu yang

diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel melalui Musa di gunung Sinai, berbunyi “ingatlah

dan kuduskalah hari sabat" (Kel. 20:8). Hukum keempat ini mendapat perhatian banyak

orang Kristen, seperti yang ditulis oleh J. Verkuyl :

Firman tentang hari Sabat telah menggerakkan begitu banyak pena dan lidah, karena

dalam zaman PB, Tuhan Yesus Kristus telah bergumul sekuat tenaga melawan orang-

orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang tidak paham akan makna Firman tentang hari

Sabat zaman PL dan yang salh sama sekali menginterpretasikannya.1

Istilah hari Sabat berasal dari bahasa lbrani yaitu “Sabbath" artinya “istirahat”, dalam

pandangan dan perhitungan Yahudi adalah hari terakhir pekan, yang disucikan dengan

ibadah kepada Allah dan berhenti bekerja.2

Pandangan Yahudi tentang hari Sabat ini mempengaruhi kelompok Adventis,

termasuk oleh kelompok Advent Hari Ketujuh. Sesuai pemahaman mereka pada hukum

keempat yang diwujudkan dalam Ibadah pada akhir pekan yaitu hari Sabtu, dengan alasan

bahwa Tuhan Allah melakukan tiga perkara kepada hari ketujuh ini: 1. berhenti; 2 la berkati.

dan 3 la sucikan.3

ltulah sebabnya sampai kini gereja Advent Hari Ketujuh beribadah pada hati sabtu.

Hal ini cukup membuat mereka berbeda dengan orang Kristen atau gereja lain yang

beribadah bukan pada hari sabtu. Mereka begitu kuat berpegang pada pemahaman Sabat

hari ketujuh, hal ini jelas terlihat dalam pasal-pasal pernyataan iman mereka I980 pada ayat

19:

Sang pencipta yang murah hati, setelah enam hari penciptaan, beristirahat pada hari

ketujuh dan menetapkan Sabat bagi semua orang sebagai suatu pengenangan akan

penciptaan. Titah keempat dari Allah, hukum yang tidak boleh diubah itu, menurut

pemeliharaan hari ketujuh ini sebagai hari istirahat, ibadah dan pelayanan, selaras

dengan : pengajaran dan perbuatan Yesus, Tuhan sabat itu. Sabat adalah hari

persekuutan dengan Allah dan sesamanya yang penuh dengan sukacita. itu adalah

lambang penebusan di dalam Kristus, tanda penyucian kita, bukti kesetiaan kita, dan

cicipan pendahuluan akan masa depan kita yang kekal di dalam kerajaan Allah. Sabat

adalah tanda abadi dari Allah atas perjanjian-Nya. Memelihara dengan sukacita waktu

1J. Verkuyl, Etika Kristen Kapita Selekta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 175

2Gerald O'Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 282 3W. L. Wilcox, Hari Perhentian (Bandung: Indonesia Publishing House, 1975), 18

Page 5: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

yang kudus ini dari senja ke senja, matahari terbenam ke matahari terbenam

merupakan perayaan atas tindakan ciptaan dan penebusan oleh Allah.4

Lebih tegas lagi, salah seorang tokoh Adventis yang benama Hiram Edson

menekankan tentang Sabat ini menghubungkannya dengan kedatangan Kristus kembali.

Menurut Edson orang-orang Kristen yang benar harus merayakan hari Tuhan bukan pada

hari Minggu, melainkan pada hari Sabtu (Sabat) sesuai dengan Sepuluh Hukum. Kristus

belum datang ke dunia kembali karena menunggu sampai seluruh Gereja merayakan Sabat.5

Pernyataan tokoh Advent ini dapat disimpulkan bahwa di luar Advent Hari ketujuh adalah

orang Kristen yang tidak benar, sehingga peralihan hari beribadah Gereja sebagai peringatan

dari hari ketujuh menjadi hari Pertama (Sabtu ke Minggu) adalah salah.6 Pengikut Advent

Hari ketujuh menganggap bahwa, orang Kristen yang menjadikan hari minggu (hari

pertama) sebagai hari kebaktian adalah hal kemurtadan dan usaha untuk menjauhkan diri

dari Yudaisme.7

Pemahaman tentang Sabat oleh golongan Advent Hari ketujuh mengikuti kalender

Israel, bisa juga menjadi salah satu perbedaan pemahaman tentang pelaksanaan hukum

Keempat dengan orang Kristen yang berpatokan pada penanggalan Masehi.

Pemahaman berdasarkan penafsiran yang berbedalah, sehingga dalam

pelaksanaannya berbeda pula. Sebenarnya pelaksanaan pemeliharaan hari Sabat sebagai hari

yang dikuduskan Allah. tidak hanya berlaku bagi bangsa Israel ataupun orang-orang

Adventis saja tetapi semua orang Kristen wajib memenuhi hukum Keempat ini, dengan

perwujudannya dalam ibadah kepada Allah. Sang Pencipta dan Penyelamat.

Orang Kristen yang melaksanakan ibadah bukan pada hari Sabtu mendasarkan pada

pemahaman bahwa, Alkitab menetapkan bahwa satu dari tujuh hari harus diindahkan

sebagai hari suci bagi Allah.8 Pandangan ini tentu berbeda dengan aliran Advent Hari

Kemjuh yang menganggap bahwa, orang Kristen yang tidak berSabat pada hari Sabtu

berarti tidak mengindahkan hukum Keempat. Beribadah pada hari Pertama (hari Minggu),

dianggap tidak memberlakukan satu dari Sepuluh Hukum (Dasa Titah) . Hal inilah yang

memotivasi penulis untuk menulis tentang masalah ini, dengan pertimbangan bahwa

pelaksanaan hari Sabat bagi orang Kristen ini penting untuk diketahui oleh orang Kristen

sehingga memiliki pandangan yang benar dalam pelaksanaan hari Sabat sebagai hari

perhentian yang Tuhan anugerahkan kepada umat-Nya, dan ini tentunya dengan

memandang arti dan makna hari Sabat yang Allah berikan dan sediakan bagi umat-Nya,

sehingga pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan Firman Tuhan, Alkitab.

4Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 311 5Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab Kapita Selekta Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1994), 55-56 6J. Verkuyl, Etika Kristen Kapita Selekta ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 176 7Tim Penyusun, Alkitab yang Dilengkapi dengan Penuntun Dasar untuk Pemahaman Alkitab (Jakarta: LAI Oleh Gereja

Masehi Advent Hari Ketujuh, 1985), 31 8Tim Penyusun, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini N-Z (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,

1996), 335

Page 6: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

BAB ll

LATAR BELAKANG, SEJARAH DAN AJARAN ADVENTH HARI KETUJUH TENTANG

HARI SABAT

Setiap agama atau aliran kepercayaan memiliki ajaran. Ajaran itu membuat umatnya

tertarik, sehingga mereka meletakkan kepercayaan atau keyakinan akan ajaran dalam agama

itu. Demikian pula dalam aliran Advent Hari Ketujuh, mengimani beberapa ajaran.

Advent Hari Ketujuh memiliki lebih dari satu ajaran. Dalam buku pengajaran Advent

Hari Ketujuh tercatat ada dua puluh tujuh ajaran.9 Dari dua puluh tujuh ajaran itu nampak

tidak ada perbedaan dari ajaran dalam kekristenan. Hanya saja, pemahaman mengenai

hukum keempat dari Sepuluh Hukum mendapat penekanan yang utama, namun tidak

terlepas dari beberapa ajaran yang cukup menonjol. Ada faktor yang melatarbelakangi

pemahaman Advent Hari ketujuh, diantaranya; latar belakang berdirinya, tokoh-tokoh

Adventis. Inilah yang menjadikan orang Adventis berbeda dengan orang Kristen yang juga

memelihara hari Sabat.

Pada bab II ini akan dibahas latar belakang, sejarah (dengan mengikutseertakan tokoh-

tokoh Adventis serta beberapa ajarannya), dan ajaran tentang hari Sabat yang merupakan

fokus penulis.

A. Latar Belakang Aliran Advent Hari Ketujuh

1. Suasana dan Perkembangan Dunia Keagamaan Abad ke-l9

Mark A. Noll dalam bukunya, A History of Christianity in the United State and

Canada, menyebutkan bahwa abad ke-19 bagi Amerika Serikat sebagai, “The Protestant

Century” artinya pada abad ke-l9 gereja-gereja mengalami perkembangan, sehingga

protestan nampaknya menonjol di Amerika Serikat pada masa itu.10 Catatan sejarah

menyebutkan pada kurun waktu 1790-1840, terjadi pergandaan jumlah penduduk Amerika

Serikat, bertambah kurang dari 4,5 kali lipat. Sementara itu jumlah warga Gereja Katholik

Roma mengalami peningkatan l9 kali. Pertambahan ini terjadi oleh adanya imigran yang

beragama Katholik Roma dari Eropa ke Amerika Serikat, hal inilah yang menyebabkan

hingga kini Gereja Katholik Roma merupakan organisasi gereja yang memiliki jumlah umat

terbesar di Amarika Serikat.11

Adanya suasana dan perkembangan dunia keagamaan pada abad ke-19, dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain

a. Politik-agama

Abad ke-l9 merupakan masa ekspansi geografis orang Amerika Serikat. Tidak bisa

tidak, gereja-gereja di Amerika pun ikut berekspansi. Ekspansi yang dilakukan Amerika,

menguasai seluruh bagian benua dari pantai Atlantik hingga Pasifik.12 Amerika Serikat

merupakan Negara pertama, dimana gereja dan Negara dipisahkan,13 gereja tidak mendapat

9Tim penyusun, Apa yang Perlu Anda Ketahui tentang ..., (Bandung: Indonaia Publishing House, 1992) 10Jan S. Arilonang, Berbagai Aliran dan Di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,l996), 290 11Ibid, 29l 12Ibid, 292 13J. H. Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2001), 349

Page 7: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

dukungan dari negara, demikian pula Negara tidak terlibat atau mencampuri urusan gereja.

Gereja dan Negara mengurus urusannya masing-masing. Keadaan ini mendukung adanya

pertumbuhan keagamaan, atau perhatian pada hal kerohanian, dengan munculnya

denominasi-denominasi berbeda serta aliran-aliran ataupun bidat-bidat juga bermunculan.

Maka tidak mengherankan bila di Amerika Serikat dapat dikatakan.

b. Sosial-ekonomi

Keberhasilan Amerika Serikat dalam menggali dan mengolah sumber daya alam dan

manusia, hal ini membuat mereka menjadi kaya. Individu atau kelompok masyarakat, yang

sudah terbiasa dengan berbagai aktivltas/kerja, terus larut dalam apa yang dikerjakannya.

Dan hal itu akan terus memotivasi untuk terus berusaha dan bekerja lebih keras lagi. Hal ini

terlihat pada masyarakat Amerika Serikat pada abad ke-l9, sehingga menjadikan pola pikir

dan pola hidup warga Amerika pada umumnya, mengarah pada ciri aktivisme.14 Hal ini

menandakan bahwa orang Kristen di Amerika lebih banyak bekerja dan terus bekerja.

Dengan demikian lebih memusatkan pada aktivitas/kerja, akibatnya minat pada berefleksi

(berpikir, merenung dan mengungkapkan hasil) menjadi kurang.15

c. Sosial-agama

Sejak abad ke XVI, banyak orang-orang Kristen dari belahan bumi yang lain, ke

Amerika Serikat untuk suatu hidup yang baru, ada yang disebabkan oleh ketidakadanya

kebebasan dalam beribadah.16 Selain itu, ada satu golongan lagi yang datang ke Amerika

Serikat, orang-orang yang datang dari Afrika yaitu kaum Negro. Namun, posisi kaum Negro

ini beda dengan mereka yang datang daru Eropa, sebab kaum Negro ini datang dengan

keadaan sebagai budak. Meskipun demikian, kaum Negro menerima agama orang kulit

putih, khususnya Gereja Baptis dan Methodis.17 Adanya kebebasan yang berlaku di Amerika

Serikat mengakibatkan sepanjang abad ke-l9 Amerika Serikat merupakan tempat

pertumbuhan, baik dari denominasi-denominasi atapun bidat-bidat.18 Tidak mengherankan

bila masing-masing gereja bergiat dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan demi

kemajuan dan perkembangan masing-masing gereja. Kebangunan-kebangunan rohani itu

disertai dengan usaha-usaha agar orang-orang kolonis baru menjadi saleh.19

Dengan demikian, pada abad tersebut perkembangan hal kerohanian atau keagamaan

mendapat perhatian masyarakat, dengan melihat tanggapan mereka terhadap kemunculan

denominasi-denominasi bahkan bidat-bidat yang menawarkan “kebaikan” bagi kehidupan

akhir manusia.

2. Sejarah Advent Hari Ketujuh

14Aritonang. Op. Cit. hlm. 293 15Ibid. hlm. 293 16Christuqn De Jonge dan J an S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja? (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

l993). hlm. 45 17Van den End. op. Cit. hlm. 349 18Thomson, Gereja Kristen di Amerika Utara (Jakarta: BPK Gunung Mulia,l973), 170 19de Jonge dan Aritonang, Op.Cit,45

Page 8: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Banyak dari gerakan revival yang berlangsung di Amerika pada abad ke-19, bercorak

ekstrem (kadang disebut ‘ultrais’). Gerakan revival ini sangat gencar dengan menyatakan

bahwa, karya dan tindakan mereka langsung di bawah tuntunan Roh Kudus.20 Tidak

mengherankan apabila terjadi pertikaian antara gereja di masyarakat. Pertikaian terjadi

karena masing-masing membenarkan diri sebab merasa dituntun oleh Roh Kudus.

Pada awal abad ke-l9, di kalangan kaum ‘injili’ (yakni yang bersemangat kebangunan

rohani), terdapat penekanan yang kuat terhadap penelaahan bagian-bagian Alkitab yang

berbicara mengenai Advent Kedua (=Parousia), yakni kedatangan Tuhan Yesus yang kedua

kali dan Eskaton (akhir zaman).21 Akibat semangat penantian kedatangan Tuhan Yesus yang

kedua kali, maka muncul banyak penafsiran yang ditujukan untuk menjawab keinginan

orang banyak pada saat itu.

Advent Hari Ketujuh tidak berbeda dengan aliran yang muncul pada abad ke-l9.

Untuk mengetahui latar belakang atau sejarah Advent Hari Ketujuh, maka perlu

mempelajari beberapa tokoh pelopor, diantaranya:

a. WILLIAM MILLER (1782-1849)

Miller lahir di Pittsfield, Massachusetts, saat perang Amerika Serikat hampir usai. Ahli

dalam perhitungan matematika, juga seorang tentara seperti ayahnya serta pernah menjadi

seorang petani. Miller sempat menjadi pengikut deisme (pemahaman tentang Allah yang

didasarkan pada ratio), setelah menikah dan bergaul dengan sejumlah warga terkemuka

yang menganut deisme. Namun kemudian Miller mengalami kekecewaan dengan deisme,

dan lewat pengalaman berperang kemudian Miller semakin menyadari kodrat manusia

sebagai pendosa.22 Melihat perjalanan hidup kerohanian Miller yang berpindah-pindah

kepercayaan, terlihat rasa kekecewaan dan ketidakpuasan. Lebih dari itu Miller tidak

menemukan kedamaian dalam dirinya? Kemudian pada tahun 1816, Miller bertobat dan

pada tahun 1845 Miller menulis mengenai pertobatannnya itu.

I saw the Bible did bring to view just such a savior as I needed; and I was perplexed to

find how an uninspired book should develop principles so perfectly adapted to the

wants of a fallend world. I was constrained to admit that the scriptures must be a

revelation from God; they become my delight, and in Jesus I found a friend.23 (Saya

melihat Alkitab membawa penglihatan pada hanya seorang penyelamat seperti yang

saya butuhkan : dan saya dibingungkan bagaimana menemukan buku tak

bersemangat akan memperkuat asas juga dengan sempuma menyesuaikan pada

kejatuhan dunia. Saya didesak untuk mengakui bahwa Firman Tuhan harus menjadi

pembuka rahasia dari Allah , menjadi kesenanganku, dan dalam Yesus saya

menemukan seorang teman. Ter-Pen)

Miller mengadakan penyelidikan Alkitab selama dua tahun, dengan maksud untuk

menjawab keinginan hatinya dan juga melihat situasi kerohanian pada masa itu, (dimana

20Aritonang, 0p.Cit, 294 21lbid. 294 22ibid, 296 23Don F. Nevfeld and Julia Neuffer, Seventh-day Adventist Bible Students Source Book Commentary

reference series Volume 9 , (Hegerstown: Review and Herald Publishing Association Washington D C,

1962). 889

Page 9: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

orang-orang terfokus pada ajaran parousia), Kegiatan yang dilakukan oleh Miller, dalam

kaitannya dengan penyelidikan Alkitab, ternyata Miller lebih terfokus pada nubuatan-

nubuatan tentang kedatangan Kristus yang kedua kali.24 Dan memusatkan penyelidikannya

pada kitab Daniel (pasal 8 dan 9), kemudian dihubungkan dengan nubuatan dalam kitab

Wahyu 14. Dari hasil penafsiran Miller terhadap angka-angka yang tertera dalam Daniel

yaitu 2300 hari, maka Miller menetapkan bahwa pada tahun 1843 Kristus akan datang

kembali, atau selambat-lambatnya pada tahun 1844. Pernyataan Miller ini, sebenarnya telah

ada sejak tahun 1818, namun Miller baru mulai berani mencetuskannya pada tahun 1823.

Dan oleh desakan dalam hatinya, Miller mulai mengkhotbakan tentang Advent kedua ini.25

Berbicara mengenai kedatangan Kristus pada kali yang kedua, tentulah menjadi suatu

topik yang menarik dan mengundang banyak perhatian. Oleh karena, jika orang Kristen

dapat mengetahui saat Yesus datang kembali, maka mereka dapat mempersiapkan diri

dalam menyambut-Nya. Tidak mengherankan bila ratusan pendeta dan bahkan ribuan

orang Kristen menerima penafsiran Miller ini, dan bahkan meyakininya.26 Namun Gruss

menilai bahwa Miller tidak pernah sempat menjadi seorang Adventis Hari Ketujuh.27

b. HIRAM EDSON (1806-1882)

Berhubung hari yang ditetapkan oleh Miller, sebagai “hari Mulia” kedatangan Kristus

yang kedua kali tidak terwujud, maka banyak golongan Millerit (=pengikut ajaran Miller)

yang mulai mengundurkan diri dari persekutuan kaum Millerit.28 Pengikut-pengikut yang

kecewa itupun kembali ke Gereja asal mereka, namun tidak semua meninggalkan

persekutuan Adventis. Mereka yang masih meyakini Advent kedua tetap bergabung dengan

Miller. Salah satu di antaranya adalah Hiram Edson. Hiram Edson membela penafsiran

Miller, dengan mengatakan bahwa apa yang telah ditafsirkan oleh Miller itu tidak salah.

Kemudian bersama F. B. Hahn (seorang dokter) dan O.R.L. Crozier, mengadakan

penyelidikan Alkitab. Dan hasil penyelidikan ketiga orang tersebut ternyata bahwa, Bait Suci

yang dipulihkan tahun 2300 bukan di bumi, tetapi Bait suci Allah di surga.29 Dengan

pernyataan,

They held that Christ had entered upon the first phase of His ministry at His ascension,

and in line with the long prophecy of Daniel 8:14, that He had entered upon the second

and final phase on oct. 22, 1844. At the close of this final for mankind, man’ s probation

would end, and Christ would soon return to resurrect the righteous dead and translate

the right eous living.30 (Mereka berpegang bahwa Kristus masuk pada phase

pelayanan-Nya yang pertama pada kenaikan-Nya, dan dalam sepanjang nubuatan

Daniel 8:14, bahwa Kristus masuk dalam phase kedua dan phase terakhir pada 22

Oktober 1844. Pada penutupan akhir bagi umat manusia, masa pencobaan manusia

24Ellen G. White, Tulisan-tulisan Permulaan (Bandung: Indonesia Publishing House,), hlm. 14 25Aritonang, op.Cit, him. 297 26Th. Van den End, Ragi Carita 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia,l988), hlm.277 27Aritonang, Op. Cit, hlm. 299 28Ibid 29White, Op. Cit hlm. 28 30Ronald H. A. Seboldt, What IS Seventh-day Adventism?, (: Concordia Publishing House), hlm 6

Page 10: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

berakhir dan Kristus akan segera kembali untuk menghidupkan kembali kematian

yang pada tempatnya dan mewujudkan yang pada tempatnya. Ter-Pen)

Pernyataan tersebut kemudian dikembangkan dengan doktrin tentang keselamatan

bagi manusia melalui pelayanan Yesus Kristus dalam karya penebusan, sebagai berikut:

Salib merupakan tahap pertama dari penyelamatan, tahap kedua adalah ketika Kristus

memasuki tempat kudus untuk memulai pekerjaan-Nya pada tahun 1844, dan tahap ketiga

adalah waktu dosa-dosa kita diletakkan pada kambing jantan penghapus dosa yaitu iblis,

pada hari penebusan.31

c. JOSEPH BATES (1792-1872)

Joseph Bates yang lahir di New Bedford, Massachusetts, mempelopori adanya The

Sabbatarian Adventists. Mantan nakhoda kapal ini ikut meyakini apa yang dicetuskan,

diyakini oleh pendahulunya, yaitu Miller dan Edson. Bates setuju akan pandangan adanya

“pembersihan Bait Suci Allah,” dalam kaitan penafsiran kedatangan Kristus pada kali yang

kedua, yang berawal dari nubuatan Miller. Penekanan Joseph Bates juga adalah, hari

perhentian dan peribadatan adalah hari Sabat (Sabtu, hari ketujuh), sesuai dengan Hukum

keempat dalam Sepuluh Hukum. Penekanan lain, khususnya yang berhubungan dengan

“Bait Suci Allah” adalah adanya larangan-larangan, seperti: mencuci pada haru Sabat,

merokok, minuman alkohol, teh dan kopi serta makan daging dari binatang yang menurut

Perjanjian Lama termasuk najis ( Babi, udang, kepiting dll, juga yang mengandung darah).32

Oleh pandangan Bates ini kemudian berkembang menjadi satu pengajaran dalam

Advent Hari Ketujuh tentang larangan memakan daging sehingga hanya mengkonsumsi

sayur-sayuran, sehingga tidak keliru bila mengatakan Advent Hari Ketujuh bertolak atau

berorientasi pada Perjanjian Lama, maka tidak mengherankan bila mereka juga masih

mengikatkan diri pada hukum yang berhubungan dengan makanan. Seperti yang

dikemukakannya dengan menghubungkannya pada pandangan bahwa tubuh adalah

sebagai Bait suci Allah.33 Larangan akan makanan ini berpatokan pada Perjanjian Lama

dalam kitab Imamat, dimana terdapat beberapa hewan dilarang untuk dikonsumsi. Jadi,

tidak salah jika Advent Hari Ketujuh lebih cenderung untuk bervegetarian (mengkonsumsi

hanya sayut-sayuran ).

Pernyataan tersebut tidak terlepas dari pengajaran tentang hukum keempat, bahwa

Advent Hari Ketujuh mengartikan kata “suci’ (dalam hukum Keempat) sama artinya

“seutuhnya” dan “sehat”. Jadi, hari Sabat Allah dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai

berikut, ”ingatlah kamu akan hari Sabat supaya kamu tetap sehat“.34 Dengan bervegetarian

maka orang Adventis lebih yakin bahwa diri mereka tetap sehat, bila dibanding

mengkomsumsi makanan dari hewan seperti yang sudah dicatat dalam Perjanjian Lama.

31W. Downe, Op.Cit, hlm. 134 32Antonang, Op. Cit, hlm.301 33Ibid. 34Finley, OP, Cit, hlm 6

Page 11: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

d. ELLEN GOULD HARMON WHITE

Ellen G. White lahir di daerah pertanian dekat kota Gorham, Maine (1827-1915).

Temasuk salah satu tokoh Adventis yang terkenal, bahkan Iebih dari tokoh-tokoh

sebelumnya. Awal pertobatan Ellen adalah ketika mendengar khotbah yang disampaikan

oleh Miller. Ellen termasuk salah seorang yang percaya akan ramalan Miller tentang

kedatangan Kristus pada tahun 1843 atau 1844. Dan meskipun pada tahun yang telah

ditetapkan tidak terjadi seperti apa yang dinubuatkan, namun keyakinan Ellen lebih besar

dari kekecewaan yang dialaminya, sehingga ia tetap teguh melakukan persiapan

menyongsong kedatangan Kristus kembali.35

Ellen G.White ini dipandang oleh kelompok Millerit sebagai terang dari Allah, oleh

karena melalui penglihatan yang dipercayai sebagai pekerjaan Roh Kudus. Salah satu

penglihatan yang dialami oleh Ellen G White pada Desember 1844, ketika sedang berdoa

dengan empat orang wanita lainnya Dalam penglihatan itu, Ellen melihat ada sebuah lorong

dari langit. Lorong itu digunakan sebagai jalan menuju surga. Dan pada penglihatan itu

orang-orang Adventis sedang berjalan menuju surga. Ada yang jatuh dalam perjalanan

tetapi terdapat 144.000 orang tiba di pintu gerbang surga. Kemudian Kristus memberkati

mereka serta mengizinkan mereka masuk surga.36 Lebih dari itu, penglihatan Ellen lainnya

sangat penting bagi Adventjs adalah, penglihatan tentang Sepuluh Hukum Tuhan yang

tertulis di atas dua papan batu, dan Hukum Keempat dikelilingi oleh cahaya yang sangat

istimewa.37 Oleh penglihatan itu Ellen G. White beranggapan bahwa Tuhan tidak pernah

mengubah hari Sabat, maka Gereja telah keliru jikalau menguduskan hari Minggu sebagai

ganti hari Sabat.

Inilah yang menjadi pegangan bagi Adventis untuk tetap memelihara dan

mempertahankan Sabat, hari Sabtu sebagai hari yang kudus. Selain penglihatan-penglihatan

atau lebih tepatnya khayalan-khayalan dari Ellen G. White, ada juga ajaran atau doktrin

yang dirumuskannya, yaitu mengenai karya penyelamatan Kristus dan penebusan.38

Pandangan ataupun ajaran yang disampaikan oleh Ellen G. White dipegang oleh kaum

Millerit, oleh karena mereka menganggap dan bahkan menyamakan Ellen G. White sebagai

seorang nabiah seperti Deborah, Hanna.39

Ellen mengatakan: Orang Kristen yang tidak berbakti pada hari Sabtu adalah orang-

orang sesat. Pada waktu Kristus datang kembali, hanya ada 144.000 orang yang akan selamat

dan mereka itu adalah orang-orang Advent yang tidak mempunyai tanda binatang. Iman

kepada Kristus hanya mendapat keampunan dosa-dosa yang lalu, tetapi hukum Allah

adalah ukuran bagi sifat dan hidup manusia, yang akan diuji pada waktu penghakiman.40

Lebih ditekankan lagi bahwa, jika hukum dapat dihapuskan, maka manusia mungkin dapat

diselamatkan tanpa kematian Kristus.41

35Ibid. hlm 304 36F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja,(Jakarta: BPK Gunungg

Mulia,2003), 189 37lbid. hlm. 189 38Murray W. Downey, Cara-cara Memenangkan Jiwa (Bandung: Kalam Hidup, l957), hlm. 129 39F. Nevfeld and Julia Nevffer, Op.Cit, hlm. 1081 40W. Downey Op.Cit, hlm 134 41White, Op.Cit, him. 374

Page 12: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Orang Kristen mempercayai adanya nubuatan namun Advent Hari ketujuh dapat

dikatakan bergantung pada nubuatan. Hal ini dapat dilihat dari awal berdirinya Advent

sendiri oleh nubuatan Miller, mengenai kedatangan Kristus kembali melalui penafsiran kitab

Daniel. Kemudian disusul oleh nubuatan-nubuatan dalam khayal yang disampaikan oleh

nabiah mereka, Ellen G. White. Penyelidikan Firman Allah yang dilakukan oleh para tokoh

Adventis juga mengambil bagian dalam pembentukan dasar doktrin Advent Hari Ketujuh.

Melalui penyelidikan Firman Allah yang dilakukan oleh para tokoh Adventis itu lahirlah

khayalan-khayalan. Dan khayal-khayal itu dianggap ada oleh karena karunia nubuatan yang

berperan sebagai pembetul kesalahan dan peneguh kebenaran.42 Dalam hubungannya

dengan nubuatan akan kedatangan Kristus kembali, yang didasarkan pada penafsiran kitab

Daniel, Advent Hari Ketujuh juga meyakini bahwa, adanya perubahan hari beribadah (dari

hari Sabtu ke hari Minggu) adalah juga telah dinubuatkan (Dan. 7:25),43 “...ia berusaha untuk

mengubah waktu dan hukum, dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu

masa dan dua masa dan setengah masa.” Mereka (aliran Advent Hari Ketujuh) mengartikan

ini bahwa orang Kristen yang beribadah pada hari Minggu, telah dinubuatkan dan tergolong

sebagai orang-orang yang berusaha mengubah waktu dan hukum.

Oleh kelompok Millerit, Ellen G. White dianggap sebagai orang yang menyampaikan

pesan langsung dari Allah kepada mereka. Ini terlihat oleh banyaknya penglihatan,

khayalan yang telah dialami oleh Ellen, yang dianggap sebagai pemberian Allah. Oleh

karena Ellen G. White dianggap dipenuhi oleh Roh Kudus, maka di saat para tokoh

Adventis yang sedang mengadakan penyelidikan Firman Allah, tidak dapat meneruskan

penyelidikan lagi, Ellen G. White diberi terang yang menolong dalam menerangkan

kesulitan yang mereka temui. Dengan demikian terbuka jalan untuk meneruskan

penyelidikan itu.44 Tidak sedikit penglihatan yang diperoleh Ellen G. White. Menurut

pengikutnya, Ellen G. White memperoleh sekurang-kurangnya 2000 penglihatan. Dan itu

diperolehnya apabila kondisi badannya lemah dan tidak sadarkan diri.45

B. Ajaran Advent Hari Ketujuh Tentang Hari Sabat

Advent Hari Ketujuh menganggap bahwa Hukum Keempat yang ditulis oleh Allah

pada masa Musa untuk bangsa Israel, tidak pemah berubah dan tetap. Salah seorang tokoh

Advent Hari Ketujuh, yang sangat memegang peranan penting dalam aliran ini, Ellen G

white, mengatakan bahwa Hukum Keempat adalah hukum terbesar dalam Sepuluh

Hukum.46 Hukum Keempat dari Sepuluh Hukum ini menjadi pusat pengajaran dari Advent

Hari Ketujuh, oleh karena menyinggung, penciptaan, dosa dan penebusan serta kedatangan

Kristus pada kali yang kedua, yang tidak terlepas dari ramalan-ramalan para pelopomya.47

Hukum Keempat identik dengan pelaksanaan ibadah Sabat pada hari Ketujuh di

kalangan Advent Hari ketujuh, akibatnya mereka memandang sesat pada orang Kristen

yang tidak mengindahkan Sabat Sabtu dalam beribadah. Adventis mengatakan dalam

doktrin yang dirumuskan:

42Ellen G. White, Op.Cit, hlm. 35 43Saerang, Op.Cit, hlm. 304 44Ellen G. White, Op.Cit hlm 35 45F. D. Wellem, Op. Cit hlm. 189 46White, Op Cit, hlm. 140 47Ibid, hlm 173

Page 13: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

The ten commandments, the Moral law of God, the standard of the judgment. The

fourth commandment of God law enjoins the observance of the seventh day as the

Sabbath of the Lord our God, made holy for all mankind ( Ex 20:11-17; Mat 5:17-19;

Gen 2:1-3; Ex 20:8-11, Mark 2:27-28).48 (Sepuluh Hukum, hukum Moral Allah , menjadi

standar penghakiman. Hukum Keempat dari Hukum Allah mengacu pada hari

ketujuh sebagai Sabat Tuhan Allah kita, dijadikan kudus bagi seluruh umat manusia.

Ter-Pen).

Penulis menyempatkan waktu untuk membahas hukum Keempat, menurut

pandangan Advent Hari Ketujuh. Dengan mengangkat arti dan makna hari Sabat menurut

Advent Hari Ketujuh maka dapat terlihat alasan yang menguatkan mereka untuk tetap

melestarikan hukum Keempat, dalam perwujudan ibadah Hari Ketujuh. Dan hal ini tidak

terlepas dari penafsiran tokoh Adventis sendiri.

1. Arti Hari Sabat Dalam Advent Hari Ketujuh

a. Sabat dalam Penciptaan

Menurut pandangan dan iman Advent Hari Ketujuh, sebenarnya hukum mengenai

hari Sabat telah dibuat sejak penciptaan (Kej. 2:1-3). Berdasar pada pekerjaan penciptaan

dalam Kejadian pasal 1, lalu Allah membuat hari Sabat itu, dan menjadikan hari Sabat, hari

ketujuh itu suci sepanjang masa dan dikuduskan dari matahari terbenam sampai matahari

terbenam kembali.49

Kejadian 22:1-3 “Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika

Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu,

berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya. Lalu Allah

memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari

segala pekerjaan. penciptaan yang telah dibuat-Nya.”

Sesuai dengan bunyi Firman Tuhan itu, maka ada tiga unsur penting yang menjadi

dasar sorotan Advent Hari Ketujuh, yaitu;

i. Allah Berhenti

Kata kerja “beristirahat” shabath, secara harfiah berarti “berhenti” dari segala

pekerjaan atau kegiatan. Demikian pula Allah berhenti dari pekerjaan, bukan karena

keletihan tetapi berhenti dari pekerjaan yang lebih dahulu.50 Alasan lain. dalam Yesaya

40:28. Allah tidak menjadi lelah atau penat, sehingga tindakan Allah yang berhenti dari

pekerjaan penciptaan bermaksud untuk memberikan teladan agar manusia juga

menghormati hari ketujuh. sama seperti Allah menghormati hati ketujuh itu.51 Lebih tegas

lagi, Advent Hari Ketujuh menghubungkannya dengan hal dosa, yaitu manusia yang

berhenti dari pekerjaannya sendiri, maka berhenti pula dari dosa.52

48Finley. Op. Cit hlm. 6 49LAI GMAHK, 0p.Cit, hlm. 97 50E. Saerang, Op. Cit, him. 292 51Wilcox, Op. Cit, hlm. 18 52LAI GMAHK, Op.Cit, hlm l9

Page 14: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

ii. Allah Sucikan

Disucikan maksudnya, diasingkan untuk suatu maksud yang kudus.53 Dengan

demikian Sabat hari Ketujuh yang disucikan Allah menjadi hari yang kudus bagi umat

Advent Hari Ketujuh. Oleh karena hari Ketujuh inilah yang dikehendaki Allah untuk

manusia berbakti kepada Allah secara khusus, maka manusia bisa mengingat kuasa Allah

yang dinyatakan dalam hasil ciptaan alam. Hari Sabat Allah adalah suci, manusia tidak

boleh menginjak-injaknya dan tidak boleh melakukan kesenangan pada hari Sabat (Yes.

58:13), serta tidak boleh menajiskannya (Yeh. 20: 13,21). 54

iii. Allah Berkati

Allah tidak hanya menjadikan hari Sabat, tetapi Allah juga memberkatinya. Dengan

diberkatinya hari Ketujuh itu, berarti itulah menyatakan sebagai hal yang khusus

diperkenan oleg Allah. dan merupakan hari yang mendatangkan berkat bagi makhluk yang

diciptakan-Nya.55 Oleh karena hari Sabat adalah hari yang dikuduskan oleh Allah sebagai

satu hari yang istimewa, maka menurut pandangan Advent Hari ketujuh, orang Kristen

yang mambuat hari itu kudus akan menerima berkat yang istimewa pula.56

b. Sabat di Sinai

Beberapa hal yang perlu diperhatikan, berhubungan dengan peristiwa di Sinai yang

ada kaitannya dengan Sepuluh Hukum dan khususnya pada Hukum Keempat. Menurut

pemahaman dalam Advent Hari Ketujuh, bahwa Sabat pada peristiwa di Sinai memiliki arti

yang menunjuk pada keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Bangsa Israel yang mengalami

masa perbudakan di Mesir tentulah dikekang oleh peraturan yang kejam, dan akibatnya

pemeliharaan hari Sabat sukar dilakukan. Dalam doktrin Advent Hari Ketujuh ada dua arti

yang berhubungan dengan Sabat di sini;

i. Sabat dan Manna

Allah memberikan Manna kepada bangsa Israel. Manna yang ajaib, mengajarkan

kepada bangsa Israel untuk melihat betapa pentingnya hari istirahat. Di mana pada hari

keenam Allah menyuruh bangsa Israel untuk mengumpulkan Manna dua kali lipat lebih

banyak dari hari biasanya, supaya bangsa Israel mempunyai cukup makanan untuk hari

berikutnya, yaitu ketujuh.57 Dengan demikian kembali tercipta pola enam hari kerja dan

istirahat pada hari ketujuh.

53Wilcox, Op.Cit, hlm.l9 54LAI GMAHK, Op.Cit, hlm. 99 55Saerang, Op.Cil, hlm. 292 56Mark A. Finley, Hari yang Hampir Dilupakan (Bandung: lndonesia Publishing Home. 1992), 6 57Saerang Op.Cit, hlm. 293

Page 15: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

ii. Hari Sabat dan Hukum

Advent Hari Ketujuh menganggap bahwa, Tuhan membedakan perintah hukum

keempat dengan hukum-hukum yang lain dalam Sepuluh Hukum. Alasan yang diberikan

adalah adanya kata “ingatlah” yang berarti mengajarkan kepada manusia bahaya

melupakan hukum keempat tersebut. Advent Hari Ketujuh menganggap hanya Hukum

Keempat itu yang memiliki gambaran ciri-ciri Allah yang benar dengan mencantumkan

nama-Nya: Tuhan, Allahmu. Selain itu Hukum Keempat ini juga dianggap satu-satunya

hukum yang menunjukkan atas kuasa siapa Sepuluh Hukum itu diberikan, sebab “berisi cap

Allah”.58 Lebih khusus, Ellen G. White mengatakan bahwa hukum yang diberikan di atas

gunung Sinai adalah ucapan dari prinsip kasih, suatu pernyataan kepada dunia tentang

hukum Surga.59

c. Hari Sabat dan Kristus

Mereka yang menyebut diri sebagai pengikut Advent Hari Ketujuh, percaya bahwa

Sabat adalah pertanda bagi orang-orang yang menerima Yesus sebagai Pencipta dan

Juruselamat. Orang Advent Hari Ketujuh scndiri mengklaim bahwa Yesus Kristus adalah

seorang Masehi Advent Hari Ketujuh yang baik.60 Pengakuan ini didasarkan atas sikap

Tuhan Yesus terhadap hari Sabat pada masa pelayanan di bumi, di mana sudah menjadi

kebiasaan Yesus untuk berhenti dan beribadah pada hari yang Ia tetapkan pada saat

penciptaan, baik itu saat Yesus Kristus pada Karya penciptaan bersama Bapa, maupun pada

karya penebusan. Yesus Kristus tetap berpegang padai pengajaran hari Sabat (Luk. 4: 16).61

Lebih lanjut lagi Advent Hari Ketujuh berpandangan sesuai Lukas 23:56 bahwa

Hukum Taurat masih berlaku sesudah penyaliban Kristus, di mana perempuan-perempuan

berhenti menyediakan rempah-rempah pada hari Sabat, sementara Yesus berada di kubur.62

d. Hari Sabat dan Para Rasul

Hal yang sama dilakukan oleh para rasul, selaku murid-murid Yesus Kristus yaitu di

mana mereka berbakti pada hari Sabat, Sabtu (hari yang ketujuh). Salah seorang rasul

Kristus yang juga mengikuti kebaktian hari Sabat adalah Paulus. Rasul Paulus begitu gigih

mengadakan penginjilan, baik itu kepada orang Yahudi maupun non Yahudi. Dalam Kisah

Para Pasul 13:42, saat Paulus dan Barnabas sedang menyampaikan Firman Allah pada hari

Sabat, namun pelayanan itu dilanjutkan sampai hari Sabat berikutnya. Menjadi pemikiran

orang Advent Hari Ketujuh adalah, penyampaian Firman Allah memang pada hari Sabat,

tidak pada hari lain termasuk hari Minggu.63

58Ibid. hlm. 294 59Ellen G. White, Khotbah di atas Bukit (Bandung: indonesia Publishing House, 1991), hlm. 55 60E. H. Tambunan, Menerobos Bersama Firman Allah (Bandung: lndonesia Publishing House,1984) hlm.

174 61Saerang, Op.Cit, hlm.295 62A. Finley. op.Cit, hlm. 28 63Ibid, hlm. 25

Page 16: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Advent Hari Ketujuh membedakan arti Sabat yang dimaksudkan oleh Paulus dalam

surat Yang ditulis untuk jemaat-jemaat. Sabat yang dimaksud menunjuk pada Sabat

tahunan, Sabat ini dianggap yang telah tersalib bersamaan ketika Kristus disalib, sebab

menunjuk pada hal-hal yang ada hubungannya dengan upacara tahunan Yahudi.64

2. Makna Sabat Dalam Advent Hari Ketujuh

a. Peringatan Abadi Akan Penciptaan

Allah menjadikan langit dan bumi dan segala isinya dalam enam hari, dan Allah

berhenti pada hari ketujuh. Dalam Keluaran 20:11, terdapat perintah untuk memelihara hari

ketujuh. Hal ini ada kaitannya tindakan penciptaan. Pelembagaan Sabat dan perintah untuk

memeliharanya, secara langsung merupakan konsekuensi tindakan penciptaan.65 Jadi, Sabat

merupakan sarana bagi manusia untuk mengingat Allah sang Pencipta, ketika mencipta

langit, bumi dan segala isinya, termasuk manusia. Oleh karena itu Sabat Minggu ini tidak

pernah menjadi kuno dan berubah. Sebab itu orang-orang saleh dan pasukan malaikat

menghormati Khaliknya dengan cara menyucikan hari Sabat itu selama-lamanya.66

b. Lambang Penebusan

Beban paling besar yang ditanggung oleh manusia adalah rasa bersalah oleh karena

tidak menurut. Yohanes 14:15, ”Jikalau kamu mengasihi Aku, turutlah segala hukum-Ku,”

Advent Hari Ketujuh mengartikan nas ini menunjuk pada Sepuluh Hukum, dimana di

tengah-tengah hukum itu terdapat perintah “ingatlah...(Kel. 20:8). Jadi, orang Kristen yang

tidak menurut pada Sepuluh Hukum, termasuk pemeliharaan Hukum Keempat adalah

orang Kristen yang tidak mengasihi Tuhan Yesus, karena tidak menghormati hari-Nya yang

istimewa.67 Kematian Yesus Kristus disalib, memiliki makna yang sama pada peristiwa

pelepasan bangsa Israel dari Mesir. Oleh sebab itu doktrin dalam Advent Hari Ketujuh

mengatakan;

Tuhan bermaksud supaya hari istirahat, hari Sabat itu, yang terdapat dalam siklus

mingguan, jika dipelihara dengan layak, akan senantiasa melepaskan manusia dari

perhambaan Mesir tidak terbatas pada lingkup negeri atau kurun waktu tetapi yang

mencakup setiap negeri dan lingkup zaman. Manusia sekarang ini perlu kelepasan

dari perhambaan akibat ketamakan, dari keuntungan dan kuasa, dari ketidakpedulian

sosial dan juga dari dosa dan sifat mementingkan diri sendiri.68

Yesus Kristus yang berada di dalam kubur, oleh Advent Hari Ketujuh tetap

memelihara Sabat sebagai hari beristirahat. Dengan beristirahatnya Kristus di dalam kubur,

64Saerang 0p.Cit, him. 296 65Ibid. hlm. 297 66Tambunan, Op. Cit hlm. 122 67Wilcox, op. Cit, hlm. 21 68Saerang Op. Cit, hlm. 298

Page 17: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

maka membuktikan kemenangan atas dosa sehingga memberikan bukti nyata untuk

menerima dan merasakan keampunan dari Kristus, damai dan sejahtera.69

c. Tanda: Penyucian, Kesetiaan, Dibenarkan oleh Iman

i. Tanda Penyucian

Keluaran 31:13 “Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah

peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui bahwa

Akulah Tuhan, Yang menguduskan kamu.” Sesuai nas Firman Tuhan ini, orang Advent Hari

Ketujuh memegang prinsip bahwa jikalau orang Kristen memelihara dan menyucikan Sabat,

maka Allah akan menyucikan orang itu. Prinsip ini diambil berdasarkan penafsiran Advent

Hari Ketujuh pada kitab Yehezkiel 20:12,20.70 Dengan demikian hari ketujuh dapat menjadi

satu tanda dalam memperoleh kehidupan yang baru, di dalam Yesus Kristus yang menjadi

Tuhan atas hari Sabat (Mark. 2:28).

ii. Tanda Kesetiaan

Manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa ditempatkan Allah ditaman Eden. Ketika

Allah menempatkan Adam dan Hawa dalam taman Eden, Ia menguji kesetiaan mereka,

namun ternyata Adam dan Hawa jatuh dalam ujian itu ( Kej.3). Hal yang sama juga berlaku

bagi seluruh orang Kristen. Kesetiaan mereka terhadap Allah diuji. Kalau manusia pertama

di taman Eden diuji dengan buah pohon pengetahuan baik dan jahat yang tidak boleh

dimakan, maka orang Kristen selanjutnya diuji dengan hukum hari Sabat, yang ditempatkan

di tengah-tengah Sepuluh Hukum.71 Orang-orang Advent Hari Ketujuh mengklaim diri

bahwa merekalah orang-orang yang setia pada Allah, oleh karena mereka patuh dan tetap

berpegang pada pemeliharaan hari Sabat. Lebih lanjut Advent Hari Ketujuh mengatakan

bahwa orang Kristen tidak mengindahkan hari Sabat, dengan memindahkan perbaktian

ibadah dari hari ketujuh ke hari pertama, adalah orang Kristen yang telah disesatkan oleh

setan.72

iii. Tanda dibenarkan oleh Iman

Pemahaman Advent Hari Ketujuh mengenai iman, seperti yang ditulis oleh Ellen G.

White, adalah pihak kita yang menjalankannya, tetapi perasaan sukacita dan berkat adalah

pihak Allah yang memberikan. Kasih karunia Allah datang kepada jiwa melalui saluran

iman yang hidup, dengan demikian iman adalah di dalam kekuasaan kita untuk

melaksanakannya.73

Dengan demikan, orang Kristen yang memelihara hari ketujuh berdasarkan iman dan

berharap pada Kristus, melakukannya dengan kekuatan yang dimiliki. Pengikut Advent hari

69Ibid. hlm. 298 70Wilcox, Op. Cit, hlm. 20 71Saerang, Op. Cit, hlm 299 72Tambunan Op Cit, hlm. 130 73White, Op Cit. (Tulisan-tulisan Permulaan), him 152

Page 18: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

ketujuh memandang bahwa orang percaya dibenarknn oleh Yesus Kristus, karena mereka

memelihara hari Sabat.74

d. Waktu Persekutuan

Manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah, tidak begitu saja lepas dari yang

menciptakannya. Oleh sebab itu perlu tetap terjalin hubungan antar keduanya Advent Hari

Ketujuh memandang pertemuan atau persekutuan antara manusia dengan Allah, sudah

ditetapkan oleh Allah sendiri dari sejak sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Dengan

teladan yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu berhenti dari pekerjaan maka Allah

berharap manusia tidak selamanya sibuk dengan pekerjaannya, lalu lupa dengan

penciptanya, tetapi memiliki waktu untuk bersekutu dengan sang Pencipta. Oleh karena itu

Allah berhenti pada hari ketujuh dan menyucikan serta memberkatinya. Maka layaklah bila

hari ketujuh dijadikan saat bersekutu dengan Allah, dan dengan demikian manusia masuk

kedalam perhentian Allah.75

Sabat mendatangkan pengharapan dan kegembiraan. Sabat merupakan kesempatan

bagi orang Kristen untuk merasakan hadirat Allah.76

C. KESIMPULAN

Mengenai Hukum Taurat khususnya Sepuluh Hukum, Advent Hari Ketujuh setuju

bahwa Sepuluh Hukum adalah surat hutang, dan hari-hari Sabat adalah menunjuk pada

Sabat hukum Keempat. Namun Advent Hari Ketujuh tidak setuju dengan pernyataan bahwa

Sepuluh Hukum dan hari Sabat itu sudah “ditiadakan” dan “dipakukan di kayu salib” pada

waktu kristus mati.77

Hukum Keempat bersifat kekal, mempunyai arti dan makna tersendiri serta

mempengaruhi doktrin dalam Advent Hari Ketujuh. Termasuk pemahaman pada ketaatan

dalam menyembah kepada Allah, sebab dianggap hanya orang-orang Kristen yang

memelihara hari ketujuh yang menyembah kepada Allah, dan sekaligus tanda persekutuan

manusia dengan Allah.78

Advent Hari Ketujuh tidak berpusat pada Kebangkitan Kristus, tetapi pada kematian

Kristus. Oleh karena pandangan bahwa Kristus tetap berpegang pada hukum Sabat, maka Ia

beristirahat dalam kubur pada hari Sabat.79 Begitu pentingnya hari Sabat bagi Advent Hari

Ketujuh sehingga lebih terfokus pada Kematian Kristus.

Penglihatan Ellen G.White sebagai nabiah bagi Advent Hari Ketujuh, mengambil

peranan penting sehingga Advent Hari Ketujuh tetap berpegang pada pemeliharaan hukum

Keempat. Ellen G.White melihat hukum Keempat sangat istimewa di antara hukum yang

lain dalam Sepuluh Hukum. Hal ini mempengaruhi Advent Hari ketujuh. Oleh Sebab itu

Advent Hari Ketujuh mengatakan sesat kepada orang Kristen yang tidak beribadah pada

74Saerang. Op. Cit, hlm. 300 75LAI GMAHK, op. Cit, hlm 99 76Saerang, Op. Cit. hlm. 299 77Frank Breaden, Penuntun Alat Peraga Baru (Panduan Pendalaman Alkitab untuk Perorangan, Keluarga,

atau Kelompok), (Bandung: Indonesia Publushing House, 1997), him. 148 78Wilcox. Op. Cit, hlm. 54 79Tambunan. Op. Cit hlm.126

Page 19: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

hari Sabtu, sebagai Sabat yang telah ditetapkan oleh Allah. Advent Hari Ketujuh lebih tidak

setuju lagi pada perubahan hari peribadatan (hari Sabtu ke hari Minggu), karena

mengganggap perubahan itu atas otoritas Roma Katholik, dengan pengaruh dari kekaisaran

yaitu penyembahan pada dewa matahari.80

Doktrin tentang keselamatan tidak terlepas dari keterikatan hukum keempat, karena

Adven Hari Ketujuh berkeyakinan bahwa memelihara hukum adalah bukti keselamatan.

Karena Hukum Keempat juga adalah hukum, maka yang memelihara hukum keempat

mempunyai bukti keselamatan.

BAB III

TINJAUAN ALKITAB TERHADAP AJARAN ADVENT HARI

KETUJUH TENTANG HARI SABAT

Dalam bab II, penulis telah menguraikan beberapa pandangan pengajaran Advent

Hari Ketujuh, dengan memfokuskan pada pengajaran tentang hari Sabat. Advent Hari

Ketujuh menguduskan hari Sabat dengan ibadah pada hari ketujuh (Sabtu) dengan berdasar

pada Kejadian 2:2-3, namun orang Kristen yang lain mengadakan ibadah pada hari pertama

(Minggu) dengan berdasar pada kebangkitan Kristus pada hari pertama. Dalam bab III ini

penulis menyampaikan pandangan Alkitab mengenai hukum keempat dan pelaksanaannya.

Sehingga diperoleh interpertasi yang benar tentang hari Sabat dan dalam pelaksanaannya

A. Arti dan Makna Hari Sabat dalam Perjanjian Lama

1. Kitab Kejadian

Kejadian 2:3, “Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada

hari itulah la berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya.”

Pekerjaan penciptaan alam semesta dan isinya. dikerjakan Allah Tritunggal selama

enam hari. Salah satu karya ciptaan Allah adalah manusia (Kej. 1:27; 2:7), dan menjadi

puncak mahkota dan maksud utama penciptaan Allah.81

Manusia diciptakan pada hari terakhir atau hari keenam dalam karya penciptaan,

kemudian pada hari ketujuh Allah berhenti dan memberkatinya serta menguduskannya.

Allah berhenti mencipta kemudian beristirahat, pada saat Allah beristirahat setelah enam

hari menciptakan alam semesta, maka manusia yang baru diciptakan-Nya menghuni bumi

terhitung baru satu hari. Karl Barth mengatakan bahwa, Allah menciptakan manusia pada

hari keenam, jadi sesuai dengan Kejadian 2, maka Sabat adalah hari pertama bagi manusia.82

Dalam Keluaran 20:8,11, “lngatlah dan kuduskanlah hari Sabat... sebab enam hari

lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada

hari ketujuh: itulah sebabnya Tuhan memberkali hari Sabat dan menguduskannya.” Nas ini

dijadikan dasar dan alasan oleh Advent Hari Ketujuh bahwa hari Sabat bagi manusia telah

diberikan sejak penciptaan.

80Saerang, Op Cit, him. 305 81C. J. Haak, Dogmatika Reformasi, 131 82J. Verkuyl, Etika Kristen Kapita Selekta (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1966), 153

Page 20: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Menjadi pertanyaan, benarkah Sabat bagi manusia telah diberikan sejak penciptaan?

Memang nas ini (Kel. 20: 8-1 1) mengacu pada penciptaan (Kej. 2:3), namun bukan berarti

hari Sabat tersebut telah diberikan.

Sietho mengemukakan bahwa, meskipun bangsa Israel belum resmi menerima segala

hukum dan undang-undang sebelum Musa naik ke gunung Sinai, namun Allah telah

memberikan perintah kepada bangsa Israel untuk tetap tinggal pada hari yang ketujuh di

tempat masing-masing, yaitu tentang bersabat (Kel. 16:21). Oleh karena Allah memilih Israel

sebagai umat pilihan, membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan menjadikan

kudus, maka Allah hendak memberikan segala hukum dan undang-undang itu hanya

kepada bangsa israel.83 Pernyataan ini juga diungkapkan lebih mendalam oleh Roland H. A.

Sebold, bahwa Sabat bagi Israel bukan sejak penciptaan (Kej. 2:3), melainkan ketika Allah

memberikan Sepuluh Hukum di gunung Sinai (Kel. 20:l-l7), Allah membuat perjanjian

dengan Israel sebagai umat pilihan-Nya, dan Sabat ini hanya sebagai simbol untuk

mengingatkan Israel Pada kedatangan Mesias, seperti Paulus tulis dalam Kolose 2:16-17.84

Dengan demikian hari Sabat dalam Kejadian 2:2-3 adalah Sabat Allah dari pekerjaan

Penciptaan. bukan Sabat untuk manusia.

2. Kitab Keluaran

Dalam Kelunmn 20: 8-11. Israel diperintahkan untuk mengingat dan menguduskan

hari Sabat. lni adalah bagian dari Sepuluh Perintah Allah kepada bangsa Israel yang disebut

Dasa Titah. Nas ini memuat kehendak dan keinginan Allah bagi bangsa pilihan-Nya.

Perintah menguduskan hari Sabat terdaftar dalam urutan keempat dalam Sepuluh Hukum

Perintah ini bukan hanya sekadar perintah yang tidak ada dasar atau alasannya.

Dalam ayat 9, “Engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu”. lni

dimaksudkan bahwa manusia memiliki waktu untuk bekerja Allah berfirman kepada

manusia pertama setelah dicipta”...Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi

dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan

atas segala binatang yang merayap di bumi ( Kej. 1:28). Nas ini dikenal dengan “mandat

budaya” bagi manusia. Allah memberikan tugas dan kewajiban kepada manusia, untuk

mengembangkan dan membudayakan seluruh ciptaan.85 Ketika bangsa Israel dalam

perjalanan dari Mesir ke tanah Kanaan, yaitu ketika Allah memberikan Manna. Bangsa Israel

terlalu sibuk dengan memungut makanan, mereka lebih mementingkan kebutuhan mereka,

tanpa ada kerinduan untuk bersekutu dengan Allah Sang pencipta dan yang telah memberi

kelegaan kepada mereka dari perbudakan di Mesir (Kel. 16:21). Melalui peristiwa itu bangsa

Israel harus belajar untuk percaya kepada Tuhan, tidak perlu khawatir tentang apa yang

akan mereka makan pada hari esok.

Ayat 10 mengandung suatu tinjauan kembali pada peristiwa penciptaan Bahwa Allah

juga “beristirahat” pada hari ketujuh setelah enam hari menciptakan alam semesta (Kej. 2:2-

3; Kel. 20:10). Ini bukan menjadi salu hari ketidakaktifan total, melainkan pelayanan

kerohanian untuk ibadah keagamaan Juga mengingat pada mandat yang Allah berikan pada

manusia untuk bekerja, mengusahakan bumi ini. Selama manusia melaksanakan pekerjaan

83Sietho Soey Yen, Torah dan Rahmat, (HKBP P. Siantar, 1960), h1m.34 84Roland H. A. Sebold, What is Seventh-day Adventism?, (Ttp: Concordia Publishing House).

hlm. l9 85Haak, Op. Cit, hlm. 98

Page 21: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

tentulah manusia membutuhkan salu hari untuk mengistirahatkan tubuh agar kembnli

memperoleh kesegaran, untuk kembali melakukan aktivitas kerja. untuk itulah hari Sabat ini

juga bermanfaat bagi tubuh manusia agar beristirahat dari aktivitas kerja sehari-hari. Karena

pelanggaran akan hukum ini maka Allah menjatuhkan hukuman kematian kepada bangsa

Israel (Kel. 31:15; Bil. 15: 32-36).86

Pada ayat 11: “Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan

segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari

sabat dan menguduskannya”. Di sini mengandung suatu alasan, mengapa ada perintah

untuk menguduskan hari sabat.

Advent Hari Ketujuh memandang tiga unsur : berhenti, menguduskan, dan

memberkati. Oleh Advent Hari Ketujuh, ketiga unsur inilah yang mendasari sehingga

mereka sulit untuk beribadah pada hari lain selain hari Sabtu (hari ketujuh), karena orang

Kristen yang beribadah pada hari ketujuh (Sabtu) akan mendapat berkat yang istimewa

(penj. bab II)

Kata “berhenti” dalam bahasa Yunani ada dua : katapausis dan anapausis yang

keduanya mengacu pada kata “Sabbath” dalam bahasa lbrani. Memang kata “berhenti” yang

digunakan dalam Kejadian 2:2-3 juga dipakai dalam Keluaran 20:8-11, dalam LAI. Namun

dalam bahasa Ibrani, untuk Kejadian 2:2-3 kata yang digunakan adalah “Syavat” yang

berarti “berhenti”, sedang dalam Keluaran 20:8 “sabbath day” Ibr. “Sabbath” yang berarti

hari berhenti.87

Dalam Keluaran 20:11, Allah berhenti dan dalam Yohanes 5:17 Allah bekerja sampai

sekarang. Dalam kedua nas ini kelihatannya terdapat perbedaan dan bertentangan.

Mengingat ada dua arti kata “Sabbath” dalam bahasa Yunani yaitu: katapausis dan

anapausis. Katapausis berarti : tempat perhentian, perhentian, istirahat Sedangkan, anapausis

(anapausis) berarti : penghentian, perhentian, ketenangan (anapauo : memberi istirahat,

menyegarkan, menghiburkan, beristirahat.88

“Berhenti” dalam Keluaran 20:11 dan Kejadian 2:3 mengacu pada perhentian suci

setelah penciptaan. Pemazmur mengatakan, “Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku:

“Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku” (Mzm. 95:11), juga dalam Ibrani 4:1-11

membahas pokok yang sama, dan ini mengacu pada kata katapausis (tempat perhentian:

sabat kekal).89

Dalam Yohanes 5:17, Allah bekerja sampai sekarang (ini berarti bahwa Allah dari awal

tidak pernah berhenti bekerja sampai sekarang). “Berhenti”-Nya Allah dalam Kejadian 2:2-3

menunjuk pada pekerjaan penciptaan alam semata yang Allah lakukan, setelah berhenti

mencipta Allah tetap terus bekerja dengan pemeliharaan pada karya ciptaan Dengan

demikian “berhenti” yang dimaksud adalah berhenti dalam mencipta.

Firman Tuhan dalam Wahyu 14:13 “...berbahagialah orang-orang mati yang mati

dalam Tuhan, sejak sekarang ini “sungguh”, kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat

dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka”. Dalam nas ini

ada kata beristirahat, menggunakan kata anapausis (penghentian), di mana mereka yang

86John F. Walvoor dan Roy B. luck, The Bible Knowledge Commentary Old testament, ( Canada: Scripture

Press Publications, l987),hlm. 139 87Jay P. Green, Sr, The Interlinear Bible Hebrew Greek English, (ttp: Hendrickson Publisher), hlm. 1&2 88Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani-indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994). hlm. 2 89Spiros Zodhiater, New Testament the Comolete World Study Dictionary, ( World Bible Publisher, 1992),

hlm. 1268

Page 22: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

mati dalam Tuhan boleh merasa lega (tenang), karena mereka boleh beristirahat dari kerja

mereka selama hidup sebagai orang Kristen di bumi, karena pekerjaan duniawi orang

Kristen berhenti pada kematian.90 Juga terdapat dalam Matius 11:28 (kelegaan) dan 1 Petrus

4:14.

Dengan demikian kata “berhenti” mengarah pada hari Sabat Allah (tempat

Penghentian, hari perhentian kekal), dan hari Sabat manusia mengarah pada penghentian

dari Pekerjaan duniawi, yaitu berhenti dari dosa dan beristirahat dari pekerjaan sehari-hari.

Spiros mengemukakan

Therefore was a Christian believers enjoy the anapausin (inner rest) which the Lord

gives us while we are here on earth, working and waiting for our katapausin. This is a

similar to the sabbatismos which the Lord enjoyed and which He promises for his

people.91 (Sebab orang Kristen merasa menikmati istirahat (istirahat pribadi) yang

Tuhan berikan pada kita selama di dunia, bekerja dan menunggu perhentian kita. Hal

ini sama dengan sabbatismos yang disukai Tuhan dan yang Tuhan janjikan bagi umat-

Nya).

Tuhan memberkati hari ketujuh dan menguduskannya (menyucikan), karena hari

ketujuh memperingati penyelesaian atau penghehtian kerja penciptaan. Sabat Allah menjadi

satu tema utama Alkitab. Sebab meskipun Allah memberi hukuman kepada bangsa Israel

sebagai umat-Nya, ketika perintah ini resmi diberikan, salah satunya adalah harus berhenti

dari pekerjaan setiap hari ketujuh (Kel. 31:14). Namun hari khuSus bagi Allah tersebut,

sebagai tanda lompatan umat pada Allah oleh perjanjian.92 Advent Hari Ketujuh

mengatakan bahwa dengan memperingati hari Sabat pada hari ketujuh, maka akan

mendapat berkat yang lebih istimewa. Orang Kristen yang mayoritas berhari Sabat pada hari

pertama juga mendapat berkat tersendiri dari istirahat itu, yaitu mendapat kelegaan atau

kesegaran kembali.

Kata “kudus (suci)” dalam bahasa Yunani agios; ta agias; artinya tempat kudus.

Sedang agiazo artinya menguduskan, menganggap kudus, mengkhususkan.93

Jadi, kata kudus dapat juga disebut khusus. Dengan demikian hari ketujuh adalah hari

yang dikhususkan oleh Allah, dipisahkan dari hari yang lain, tanda bahwa umat Allah

melangkah pada Allah dengan perjanjian. 94

Kekudusan hari Sabat ini seringkali disalahartikan orang Kristen termasuk oleh

Advent Hari Ketujuh, menganggap bahwa karena hari itu adalah hari yang dikhususkan,

dikuduskan Allah, maka tidak boleh mengerjakan sesuatu pekerjaanpun, sehingga larangan-

larangan yang pernah ada pada Sabat di Perjanjian Lama tetap dipegang zaman Perjajian

Baru.

Matthew Henry mengemukakan

Sabat merupakan suatu hari istirahat kudus, sehingga itu dapat menjadi hari kerja

kudus. Dari pekerjaan kudus ini, di dalam dunia kita yang santai dan sepi ini, rekreasi fisik

90Ibid 91Ibid, hlm. 1269 9212 Don Fleming, World Bible Dictionary, (United States: World Publishers,l990),381 93Newman Jr, Op.Cit, hlm. 2 94Fleming, op. Cit

Page 23: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

dan sukacita keluarga tidak boleh ditinggalkan, tetapi persekutuan Kristen haruslah

diutamakan.95

Dengan demikian, hari Sabat dirayakan yaitu untuk beristirahat dari dosa dan

pekerjaan sehari-hari, namun tetap memperhatikan pelayanan rohani.

3. Kitab Ulangan

Sepuluh Hukum kembali dicatat dalam Ulangan 5:6-22, itu berarti hukum keempat

juga terdapat di dalamnya (Ul. 5:12-15). Dari Kejadian 2:2-3 atau Keluaran 20:8-11, diperoleh

alasan bahwa umat Allah harus memelihara hari Sabat, mengingat pada karya penciptaan

Allah akan dunia dan isinya Namun dalam Ulangan 5:12-15 terdapat alasan yang berbeda,

ini dapat dilihat dalam ayat 15, ”sebab haruslah kamu ingat, bahwa engkaupun dahulu

budak di tanah Mair dan engkau dibawa ke luar dari sana oleh Tuhan Allahmu...; itulah

sebabnya Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat”, ini berani

mengacu pada peristiwa bebasnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Jadi, ada

perbedaan makna dalam inti berita yang sama.

Erns Jenn mengemukakan bahwa, Allah memberikan tanda perjanjian kepada bangsa

Israel (Kel. 31: 13,17), dan tanda itu adalah penetapan peraturan tentang hari Sabat.

Penetapan tanda itu dijelaskan dengan dua cara. Cara yang pertama terdapat dalam kitab

Keluaran 20:8“ yang menunjuk pada karya penciptaan, dan cara yang kedua terdapat dalam

Ulangan 5:6-22. Penetapan tanda dengan cara yang pertama beraspek teologis, sebab

mengacu pada karya penciptaan Allah. Tanda yang kedua, beraspek antropologi sebab

mengacu pada pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dan pada keperluan-

keperluan sosial manusia.96

Dengan demikian, hukum keempat ini bukan hanya relasi antara Allah sebagai Sang

Pencipta dan Pembebas (aspek teologis), namun juga relasi antar sesama (antropologi)

Sebagai sesama ciptaan.

Hal sama juga dikemukakan oleh G. Von Rad bahwa Keluaran 20:8-11 versi

perintahnya bersifat “sangat teologis” karena didasarkan pada tabiat Allah sebagai Sang

Pencipta, sedang Ulangan 5:12-15 lebih bersifat “psikologis” sebab mengangkat

kepermukaan, manfaat hari perhentian itu bagi manusia dan ternaknya.97

Pandangan Erns Jenn dan Rad memang benar, namun pada dasamya, baik dalam

Keluaran 20:8-11 maupun dalam Ulangan 5:12-15 keduanya mengandung aspek teologis dan

antropologis. Aspek teologis mengacu pada karya Allah yakni mencipta dan membebaskan

bangsa Israel dari perbudakan (Kel.20:11; Ul.5:15), dan aspek antropologis yang mengacu

pada pribadi manusia itu sendiri dan sesamanya untuk berhenti dari pekerjaan (Kel. 20:9-10;

U1. 5: 13-14). Bahwa baik sebagai tuan atas budak dan atas hewan, maupun sebagai budak

dan hewan peliharaan yang membantu pekerjaan tuannya, mereka perlu beristirahat dari

pekerjaan.

Namun juga perintah ini memberi perhentian dari bekerja dengan menyisihkan suatu

waktu tertentu bagi pelayanan ilahi. Perhentian itu membayangkan datangnya perhentian

Sabat kekal (Ibr. 4:9 “katapausin”). Pada bagian ini penulis tidak membahas dengan rinci.

95J. L. Pocker, Kristen Sejati Vol. 4 Sepuluh Hukum (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993),

36 96Verkuyl, OP. Cit, hlm. 155 97Davit Atkinson, Kejadian 1-11 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,2000), 57

Page 24: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Kalimat “haruslah kau ingat..” (ayat 15), ini mengingatkan keadaan bangsa Israel

ketika menjadi budak di Mesir, dimana selama menjadi budak tidak pernah disisipi Sabat

dalam bentuk apapun juga. Oleh sebab itu bagi bangsa Israel, Sabat ini juga menjadi tanda

penyelamatan mereka dari perbudakan di Mesir dan masuk ke dalam hidup baru yang

mereka nantikan.

B. Arti dan Makna Hari sabat dalam Perjanjian Baru

1. lnjil

a. Yesus dan Hari Sabat

Matius 5:17-18, memuat pernyataan Yesus dalam bentu khotbah, tentang hukum

Taurat, “Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi menggenapinya”.

Bila diperhatikan sepintas lalu, maka perikop tersebut merupakan pernyataan Yesus

yang paling mengherankan, sebab di dalamnya seperti mengukuhkan sifat keabadian

hukum Taurat. Oleh Advent Hari Ketujuh, ini membuktikan bahwa hari Sabat tidak pernah

berubah dan Yesus sendiri tidak berencana untuk mengubahnya.98 Oleh karena hukum

keempat (hari Sabat) merupakan bagian dari Sepuluh Hukum dan juga Hukum Taurat.

Berbicara mengenai hukum tentang hari Sabat, tidak terlepas dari Sepuluh Hukum

dan juga Hukum Taurat. Orang-orang Farisi sangat menjunjung hukum Taurat, sehingga

tidak mengherankan bila hari Sabat itu menjadi seperti sesuatu yang sangat keramat, oleh

karena kekurangpahaman akan makna menguduskan hari Sabat itu Sehingga orang-orang

farisi sangat menjunjung hari Sabat itu sebagai satu hari yang dikuduskan, maka dengan

menambahkan berbagai aturan dalam pelaksanaan hari sabat itu, mereka berpikir bahwa

kekudusan hari itu bisa terpelihara, di mana mereka menambahkan sekitar 39 perbuatan

yang dilarang pada hari Sabat. Di antaranya, dilarang memberi makan pada hewan ,

dilarang merawat orang sakit pada hari Sabat, dilarang menyalakan lampu pada hari sabat,

dilarang berjalan lebih dari jarak tertentu, dll.99

Advent Hari Ketujuh mengatakan bahwa hari Sabat adalah tanda bagi orang-orang

yang menerima Yesus sebagai Pencipta dan Juruslamat. Jika demikian, bagaimana dengan

orang Kristen yang hidup sebelum hukum Taurat tersebut diberikan,100 murid-murid dan

gereja mula-mula yang juga beribadah pada hari Minggu (Kis. 20:7).

Advent Huri Ketujuh mengatakan bahwa Hari Sabat masih tetap berlaku sesudah

penyaliban Kristus, di mana perempuan-perempuan berhenti menyediakan rempah-rempah

pada hari Sabat (Luk.23:56). Perlu diingat bahwa perempuan-perempuan itu adalah orang-

orang Yuhudi, oleh karena itu mereka terikat oleh peraturan-peraturan dalam pengudusan

hari Sabat menurut Yahudi, seperti terdapat dalam Perjanjian Lama, di mana banyak

larangan dalam pemeliharann hari Sabat; tidak boleh keluar pada hari Sabat (Kel. 16:29),

tidak boleh memungut makanan pada hari Sabat (Kel. 16:26), tidak boleh bekerja pada hari

Sabat (Kel. 31: 15; 35:2; Bil. 15:32-36). Oleh sebab itu mereka menghentikan pekerjaan

mereka, karena mereka adalah orang-orang Yahudi dan harus mengikuti peraturan yang

ditetapkan oleh orang Yahudi. Juga dalam Lukas 4:16, di mana Yesus berhenti dan

98Mark A. Finlay, Hari Yang Hampir dilupakan, (Bandung: Indonesia Publishing House.2001). hlm. 24 99Verkuyl, Op.Cit, hlm.159 100J. H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru II (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1969), hlm.

I66

Page 25: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

beribadah pada hari Sabat. Hal ini oleh Advent Hari Ketujuh menganggap juga bahwa Yesus

tetap berpegang pada ajaran hari Sabat, sebenarnya Yesus bukan hanya taat pada hari Sabat

tetapi Yesus juga mengikuti aturan sunat (Mat.2:21), hal ini menandakan bahwa Yesus

adalah orang Yahudi.

Lukas 4:16 adalah satu nas yang menjelaskan bahwa Yesus adalah orang Yahudi, dan

Yesus masuk ke rumah ibadah (sinagoge) pada hari Sabat itu karena orang Yahudi

beribadah pada hari Sabat. Tujuan Yesus adalah memberikan pengajaran tentang Firman

Tuhan Apabila Yesus beribadah bukan hari Sabat sesuai kebiasaan orang Yahudi, maka

Firman Tuhan yang diajarkan Yesus tidak ada yang mendengarkan, sebab hanya pada hari

Sabat itulah mereka ada di rumah ibadah.

Dalam nas Firman Tuhan di bagian yang lain, dikatakan bahwa Yesus juga bekerja

pada hari Sabat, selain mengajar. Pekerjaan yang dilakukan Yesus pada hari Sabat adalah

menyembuhkan orang sakit (Mat.12-9-15a; Luk.13:10-14), mencelikkan mata (Yoh 9214),

mengusir setan (Luk. 4:31-36), yang lumpuh bisa berjalan (Yoh. 525-10). Apakah tindakan ini

tidak melanggar, jika dibanding dengan menyiapkan rempah-rempah?

Kecaman yang dilontarkan oleh orang-orang Farisi terhadap Yesus, ketika

muridmurid-Nya memetik gandum pada hari Sabat, ini kembali ditanggapi oleh Yesus

dengan mengingatkan mereka pada apa yang dilakukan oleh Daud di rumah ibadah (I Sam.

21:1-6), dan kemudian Yesus berkata bahwa hari Sabat dibuat untuk manusia, tetapi bukan

manusia untuk hari Sabat (Mrk. 2:27)

Sikap orang-orang Yahudi terhadap cara pengudusan hari Sabat ini yang ingin

ditentang oleh Yesus. Yesus ingin memberikan pemahaman yang benar tentang perintah

pengudusan hari Sabat, bahwa pengudusan hari Sabat yang dimaksudkan tidak seperti

pemahaman orang-orang Yahudi.

Sikap Yesus pada hari Sabat ditentang oleh orang Yahudi, karena Ia menyembuhkan

orang pada hari itu serta membiarkan murid-murid memetik gandum. Yesus memberikan

arti dan makna Sabat kepada orang-orang Farisi dengan memberikan satu ilustrasi, tentang

seekor domba yang jatuh ke lubang pada hari Sabat Bagaimana harus bersikap? Tidak

menolong domba itu karena menaati perintah menguduskan hari Sabat?. Ataukah menolong

domba itu agar selamat? (Luk. 6:9; Mrk. 3:4).

Advent Hari Ketujuh menunjuk pada Keluaran 31:13; Yehezkiel 20:12-20, bahwa hari

Sabat menjadi tanda penyucian, untuk memperoleh hidup yang baru Tetapi dalam 2 Petrus

1:16, orang yang meletakkan segala pengharapan atas kasih karunia, hidup sebagai anak-

anak Allah yang taat, itulah yang disebut orang yang kudus. Pengudusan ini bukan oleh

hukum Taurat ataupun oleh hari Sabat, tetapi oleh pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.

1 Tesalonika 5:23, manusia tidak bisa menyucikan diri sendiri tetapi Allahlah yang

menyucikan manusia. “Roh Kudus yang menyucikan juga adalah Roh Kristus dan Roh dari

Dia yang membangkitkan Kristus dari kematian.101

Kristus berada di dalam kubur pada hari Sabat memang telah dinubuatkan, dimana

pada hari yang ketiga Dia akan bangkit (Mat. 16:21 ; Mark 8:31 ; Luk. 9:22). Kematian Kristus

bukan karena taat pada hukum Sabat, tetapi pada kehendak Allah. Oleh karena manusia

berdosa, dan hubungan dengan Allah telah terputus oleh dosa, maka hanya oleh kematian

Kristus hubungan manusia dengan Allah dapat diperdamaikan kembali, dan manusia yang

tadinya tidak suci dan kotor dapat tampil di hadirat-Nya sebagai orang-orang yang benar

10121John Murray, Penggenapan dan Penebusan (Surabaya: Momentum, 1999),185

Page 26: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

dan saleh.102 Dengan demikian kesucian dianugerahkan kepada orang Kristen, bukan oleh

ketaatan manusia pada hukum.

b. Murid-murid dan Hari Sabat

Dalam Matius 9:18-19 murid-murid berada di rumah ibadah pada hari Sabat, ini

menandakan bahwa murid-murid adalah orang-orang Yahudi, dan nampak ketaatan

mereka pada perintah pengudusan hari Sabat. Namun di sisi lain, nampak ketidaktaatan

murid-murid pada hari Sabat seperti pandangan orang-orang Farisi, di mana mereka

memetik gandum pada hari itu (Mat. 12:1-8; Mark. 2:23-28).

Advent Hari Ketujuh mengatakan bahwa hari Sabat merupakan tanda orang percaya

mengasihi Tuhan, dengan berdasar pada Yohanes 14:15. Mereka menggunakan kata

“hukum-hukum-Ku”, namun LAI menggunakan kata “segala perintah-Ku”.

Dalam bahasa Yunani, Yohanes 14:15 memakai kata "entolas”, bukan memakai kata

”nomon” seperti dalam Matius 5:17. Oleh sebab itu Yohanes 14:15 tidak hanya mengacu

pada Hukum Taurat, yang di dalamnya terdapat hukum tetang hari Sabat. Nas tersebut

mengacu pada “perintah baru” ( Yoh. 13:34 “entolen” = perintah)

“Perintah baru“ (Yoh. 13:34) mula-mula diberikan kepada murid-murid ini, kembali

mengacu pada pertanyaan orang-orang Yahudi tentang hukum yang terutama dalam

hukum Taurat (Mat. 22:34-40). Atas pertanyaan tersebut, Yesus menjawab dengan mengutip

dua ayat dalam Perjanjian Lama, yaitu Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18, perintah mengasihi

Tuhan dan mengasihi sesama manusia. J. J. de Heer mengatakan tentang hal ini,

Tuhan Yesus mengatakan bahwa pada kedua hukum itu (tentang mengasihi Tuhan

dan tentang mengasihi sesama manusia) tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para

nabi, sama seperti sebuah pintu bergantung pada dua engsel. Jadi Yesus menekankan baik

kasih terhadap Tuhan maupun kasih terhadap manusia, Ia bukan “horizontal” saja.103

Dengan demikian, bukan ketaatan pada hari Sabat yang menandakan orang percaya

mengasihi Tuhan, tetapi orang yang memelihara dan melakukan perintah-perintah-Nya.

Seperti yang dikatakan oleh J. J. de Heer, bahwa mengasihi Tuhan bukan ditekankan pada

perasaan tetapi pada perbuatan-perbuatan kasih.104

2. Kisah Para Rasul

a. Kisah 13:42-44

Sebagaimana orang-orang percaya masa Perjanjian Lama, berkumpul pada hari Sabat

untuk beribadah, maka kitab Kisah Para Rasul menelusuri transisi di mana orang-orang

Kristen mulai beribadah pada hari Minggu, yaitu hari pertama dari seminggu, atas alasan

dasar kebangkitan Kristus (Yoh. 21:1 ; 19; 26)

Dalam Kisah Para Rasul 13:42-44, Paulus dan Barnabas mengajar Firman Tuhan pada

hari Sabat (ayat 42), dan orang-orang yang mereka ajar meminta mereka untuk kembali

mengajar pada hari Sabat berikutnya. Oleh permintaan orang-orang percaya yang takut

102Yohanes Calvin, lnstitutio, (Jakarta; BPK Gunung Mulia,2003), 122 103J. J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius 13 s/d 22, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,l985),hlm.162 104lbid, h1m.l62

Page 27: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

akan Tuhan, maka Paulus dan Barnabas kembali mengajar mereka pada hari Sabat

berikutnya (ayat 44).

Kebiasann orang-orang Yahudi dalam beribadah adalah berkumpul pada hari Sabat,

oleh karena itu Paulus dan Barnabas kembali mengajar pada hari di mana mereka biasa

berkumpul. Jika Paulus dan Barnabas datang untuk mengajar mereka bukan pada hari

Sabat, maka Paulus dan Barnabas tidak akan menjumpai orang-orang untuk diajar Firman

Tuhan.

Tujuan Paulus dan Barnabas adalah memberitakan dan mengajar tentang Firman

Tuhan, oleh karena itu ,tidak mempersoalkan hari yang dipakai dalam memberikan

pengajaran. Dalam surat 1 Korintus 9:19-23, Paulus berusaha untuk menjadi sama seperti

orang-orang yang dilayaninya, sehingga tujuan utama yaitu pemberitaan Firman Tuhan

boleh terlaksana Hal ini tidak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yesus, yaitu

mengajar pada hari Sabat (Luk. 4: l6), karena hari itu adalah hari berkumpul orang Yahudi.

b. Kisah 20:7

Telah dikatakan bahwa Kisah Para Rasul menelusuri transisi, dimana orang Kristen

mulai beribadah pada hari Minggu. Dapat dilihat dalam Kisah Para Rasul 20:7 en de te mia

ton sabbaton” pada hari Minggu itu”, murid-murid berkumpul, mereka memecah-mecahkan

roti. Dan kegiatan berkumpul dan memecah-mecahkan roti, ini mengacu pada Perjamuan

Kudus. Katekismus Heidelberg menguraikan beberapa hal yang diperintahkan dalam

hukum keempat, di antaranya adalah berkumpul dan menerima sakramen-sakramen.105

Namun perlu diingat bahwa orang-orang Kristen atau jemaat mula mula, setiap hari “and

they, continuing daily"106 (Kiss. 2:46), dimana mereka berkumpul. berdoa dan memecah-

mecahkan roti serta memuji Tuhan. di dalam Bait Suci.

Masih ada fakta lain, dimana murid-murid mulai berkumpul untuk beribadah, dalam

rangka memperingati kebangkitan Kristus (Yoh. 20:1; 19; 26), mengambil persembahan pada

hari pertama minggu (1 Kor. 16:2), menyanyikan himne yang merupakan bagian dari ibadah

di geneja mula-mula Kor. 14:26 ; Ef. 5:19; Kol. 3:16).107

3. Surat Paulus

a. Roma

Roma 3:23 mengatakan bahwa semua manusia berdosa dan telah kehilangan

kemuliaan Allah, sehingga menusia tidak dapat disebut benar. Tidak ada satupun usaha

manusia yang dapat menjadikannya benar, walaupun dengan melakukan perintah hukum

Taurat. Paulus menjelaskan kepada orang-orang di Roma bahwa manusia dibenarkan

karena iman, bukan karena melakukan hukum Taurat (3:28). Paulus menulis hal ini oleh

karena pada saat itu tajadi perselisihan pemahaman tentang hari-hari khusus (Roma 14).

105Th Van den End, Enam Belas dasar Calvinisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2001),

hlm. 221 106Tim Penyusun, The Holy Bible King James Version (Michigan: Zondervan Publishing House. 1962),

613 107Fill Enss, The moody Handbook of Theology (Malang: Departemen Literatur SAAT,

2003), hlm. 439

Page 28: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Dalam Roma 1:17 mengatakan bahwa Krisus adalah perwujudan kebenaran Allah, jika

kalimat ini dihubungkan dengan Kristus adalah penggenapan Hukum Taurat dapat

dijelaskan dengan kalimat "ke dalam kebenaran”, dalam arti bahwa Kristus

bukan menghapuskan kehendak Allah dalam Hukum Taurat, melainkan kedatangan-Nya

menandakan akhir dari Hukum Taurat sehubung dengan dicapainya kebenaran.108

Pembenaran bukan karena melakukan hukum Taurat, termasuk pemeliharaan hari-

hari khusus. Oleh sebab itu muncul pertanyaan, apa fungsi hukum Taurat dan mengapa

harus diberikan, jika tidak dapat membenarkan dan menyelamatkan manusia. Pernyataan

ini juga nampaknya dianggap membatalkan hukum itu sendiri (Rm. 3:31).

Taurat bukan diberikan untuk keselamatan manusia melainkan hanya untuk

membuktikan bahwa manusia sudah melanggar sifat moral Allah yaitu kesucian, kebenaran

dan kebajikan-Nya.109

Hukum Taurat memberikan pengenalan akan dosa dengan membuka pikiran manusia.

Manusia menjadi tahu bahwa ia telah berdosa. Kita sadar bahwa kita berdosa, lalu hati

nurani bagaikan rontgen yang memberitahukan kecelakaan yang akan menimpa kita. Yaitu

kita menuju pada kematian, sehingga kita harus lari kepada Yesus Kristus, untuk mendapat

pertolongan melalui salib dan kebangkitan-Nya.110

Dengan demikian, hukum Taurat tidak dibatalkan, tetapi mengenal akan dosa kita

(3:19-20).

Roma 14:5 “semua hari adalah baik”, memberikan pemahaman baru bagi orang-orang

percaya di Roma tentang hari-hari khusus. Sama seperti permasalahan mengenai hukum

Taurat, demikian juga hari Sabat tidak bisa membenarkan manusia Karena hari Sabat bagian

dari hukum Taurat (Sepuluh Firman). Meskipun nas ini tidak langsung mengacu pada hari

Sabat tetapi mungkin pada hari-hari puasa, namun permasalahan yang sama yaitu mengacu

pada hari yang baik.

Paulus tidak melarang kalau masih ada orang Yahudi Kristen yang masih memenuhi

Sabat seperti orang Yahudi untuk menarik orang-orang Yahudi lainnya, asal hari sabat

tersebut mereka rayakan di dalam Tuhan dan tidak seolah-olah Knistus belum datang ke

dunia. Namun Paulus mempunyai keberatan mendasar jika hari ketujuh itu dibebankan

pada orang-orang Kristen yang berasal dari kafir.111

Sikap yang ditawarkan oleh paulus kepada orang-orang Kristen Yahudi, adalah

bahwa, mereka boleh melaksanakan ibadah pada hari ketujuh atau pada hari pertama di

dalam Tuhan dengan tidak mengabaikan penggenapan yang dikerjakan oleh Yesus.

Mengingat bahwa perayaan hari Sabat ala Yahudi penuh dengan upacara-upacara,

Calvin mengungkapkan pandangannya dengan mengatakan bahwa makna dan kegenapan

istirahat yang benar yang terbayang dalam hari Sabat yang lama, sebenarnya terletak pada

kebangkitan Kristus.112 Oleh sebab itu agar bayangan itu tidak lagi menjadi bayangan tetapi

menjadi sesuatu yang nyata (terwujud) dalam ibadah, maka sebaiknya berfokus pada Sang

penghapus atau penggenap bayangan itu, yaitu Yesus Kristus melalui kematian dan

kebangkitan-Nya. “Karena iman yang menyelamatkan manusia adalah keyakinan yang

108Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus yang Sulit, (Malang: SAAT, 1997), hlm. 45 109Stephen Tong, Iman dan Agama, (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,2003), hlm. 88 110Stephen Tong, Dosa Keadilan dan Penghakiman (Jakarta: Lembaga Reformed Injili lndonesia, 2003), 95 111J. Verkuyl, 0p.Cit, hlm.98-99 112Yohanes Calvin, Op. Cit, hlm. 102

Page 29: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

pasti, yang ditanamkan dalam hati manusia oleh Roh Kudus, kepada kebenaran lnjil dan

suatu kepercayaan yang sesungguhnya pada janji-janji Tuhan dalam Kristus”.113

Bila manusia berpandangan bahwa menguduskan hari Sabat dapat membenarkan

manusia dan dapat menyelamatkan, maka kematian Kristus cuma-cuma.114

Ignatius menulis

Kalau kita masih hidup di bawah hukum-hukum Yahudi, kami mengakui bahwa kami

tidak menerima rahmat. Tetapi marilah, orang-orang yang dididik dalam aturan-

aturan baru dan yang hidup dalam pengharapan baru, janganlah kita memelihara lagi

hari Sabat, melainkan merayakan hari Yesus Kristus, pada hari mana hidup kita

bangkit dari kematian oleh Dia.115

b. Galatia

Kepada orang-orang Galatia, Paulus mengemukakan bahwa Allah telah mengadakan

perjanjian dengan Abraham jauh sebelum memberikan Taurat kepada Musa (Gal. 3:15-18).

Istilah perjanjian yang digunakan adalah diatheke (diatheke: mengadakan perjanjian,

membuat wasiat).116

Paulus mengungkapkan bahwa sebagaimana surat wasiat bualan manusia tidak dapat

diganggu gugat ataupun ditambah, demikian juga perjanjian Allah yang diberikan kepada

Abraham tidak dapat dibatalkan oleh Taurat yang datang kemudian.117 Ketika Allah

memberikan perjanjian kepada Abraham, pada saat itu hukum Taurat belum diberikan.

Namun Abraham dapat dibenarkan oleh karena iman yang ada padanya, bukan oleh

Hukum Taurat (Rm 4: 1-5). Dalam surat ini, Paulus menentang mereka yang

menyombongkan bahwa mereka berpegang kepada Hukum Taurat. Mereka mau melakukan

Hukum Taurat dengan teliti sekali (seperti orang Farisi. Luk. 6: 1-12).

Dalam Galatia 4:10 “Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan,

masa-masa yang tetap dan tahun-tahun”. Nas ini menunjukkan bahwa, pemeliharaan hari-

hari tertentu seperti apa yang diperingatkan kepada orang-orang di Galalia adalah sesuatu

hal yang tidak benar, dianggap mengarah pada perhambaan pada hari. Paulus

menginsafkan mereka orang-orang Galatia akan keanehan kelakuan mereka, dimana mereka

dulunya memperhambakan diri pada unsur-unsur dunia kemudian mereka dimerdekakan

dalam Kristus namun belakangan mereka percaya kepada orang-orang Yudais, sehingga

mereka jatuh kembali kepada titik tolak semula, yaitu perhambaan (bnd. 2 Kor. 11:19-20).118

Galatia 4:21-31 menjelaskan bahwa, hukum Taurat adalah perjanjian perhambaan.

Dengan demikian barangsiapa yang masih hidup oleh aturan-aturan hukum Taurat maka

dianggap berada di bawah hukum Taurat. Jika hidup manusia di bawah hukum Taurat

maka selayaknya manusia itu menaati seluruh aturan dalam hukum Taurat (Gal. 5:3).

Namun pada kenyataannya manusia tidak dapat memenuhi seluruh tuntutan hukum Taurat

113Louis Berkhof, Doktrin Keselamatan 4 (Surabaya: LRlI, 2002), hlm. 201 114Sietho Soey Yen, op. Cit, hlm. 41 115Verkuyl, Op. Cit, hlm. 101 116Newman, Op. Cit, hlm. 40 117George Eldon Ladd, Op. Cit, hlm. 284 118D. S. J. J. W. Gunning, Tafsir Alkitab Surat Galatia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), hlm, 82

Page 30: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

oleh karena manusia lemah dan keberdosaannya (Rm. 8:3; 7:23). Dengan alasan tersebut

Paulus menolak ajaran yang diajukan oleh sebagian nabi yang mengatakan bahwa,

dorongan-dorongan jahat dari manusia dapat diatasi dengan mempelajari Taurat, ini juga

mengacu pada sikap pemeliharaan hari-hari tertentu (Gal. 4: I0).

c. Kolose

Kolose 2:16-17 “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu

mengenai makanan dan minuman atau hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat”. Hal ini

nampaknya kontras dengan tuntutan untuk memelihara hari Sabat, di mana Allah

menyuruh umat-Nya untuk memelihara hari-hari Sabat-Nya (Kel. 31:13). Nas ini kemudian

dijelaskan pada ayat selanjutnya (17), bahwa semuanya itu adalah bayang-bayang dan

wujudnya adalah Kristus. “Agama yang didasarkan atas memakan makanan tertentu dan

meminum minuman tertentu serta agama yang didasarkan atas perayaan Sabat dan

sejenisnya, hanyalah bayang-bayang dari suatu Sabat yang sejati”.119

Menurut Calvin, dengan kedatangan Kristus peraturan-peraturan sejauh menyangkut

upacara-upacara dihapuskan, dengan memandang pada-Nya, yaitu Kristus. Orang Kristen

dapat meninggalkan semua bayangan, sebab Yesuslah kegenapan sejati hari Sabat.120

Perjanjian Lama merupakan persiapan kedatangan Kristus ke dalam dunia, di mana

Allah telah memberikan perjanjian kepada manusia setelah manusia jatuh ke dalam dosa

(Kej. 3215), dan ini menunjuk pada Kristus bukan pada hukum Taurat ataupun pada hari

Sabat. Selama beberapa ratus tahun, setelah Allah menetapkan bangsa Israel sabagai umat

pilihan, di mana dari keturunannya akan lahir Sang Mesias yang telah dijanjikan itu Oleh

sebab itu apa yang telah dicatat (aturan-aturan hukum Taurat) dalam Perjanjian Lama

tergenapi dalam Yesus Kristus. Oleh keadaan ini Stephen Tong menjelaskan bahwa,

persiapan dalam Perjaniian Lama tersebut selama ribuan tahun itu telah tergenapi dalam

satu hari,121 ini mengacu pada kematian Kritus.

d. Wahyu

Dalam Wahyu 1:10, terdapat kata “hari Tuhan” (Kuriake emera). Ada empat

kemungkinan ketika “hari Tuhan” itu diinterpretasikan. Pertama, eskatologi Tuhan. Kedua,

Sabat (sabtu). Ketiga, hari Kebangkitan, dan keempat, hari Minggu.

Bauckhan mengungkapkan pandangannya tentang hal ini, bahwa hari yang dimaksud

adalah hari Minggu atau dari eskatologi Tuhan, kebangkitan ataupun Sabat (hari Ketujuh).122

“Hari Tuhan” dalam bahasa Portugis adalah Dies Dominggo (Dominie= Tuhan), dalam

bahasa Inggris disebut Lord’s Day atau Sunday, sedang dalam bahasa Indonesia disebut hari

Minggu.

Advent Hari Ketujuh mengatakan bahwa asal kata Sunday sendiri berhubungan

dengan ibadah penyembahan oleh Roma Katholik kepada dewa Matahari (Sun=Matahari;

day=hari), dengan demikian ini berkaitan dengan penyembahan berhala Namun perlu

119William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Filipi, Kolose , 1 dan 2 Tesalonika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2002), h1m.222 120

Calvin, Op.Cit, hlm.100-101 121Stephen Tong, 7 Perkataan Salib, (Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, l992), hlm.112 122Carson, op. Cit, hlm. 383

Page 31: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

diingat bahwa Yesus Kristus bangkit pada hari Pertama (hari Minggu). Oleh kebangkitan-

Nya menjadi sesuatu yang bermakna bagi kehidupan manusia secara khususnya yang

berpengharapan di dalam Dia. Jika kembali lagi pada pemahaman bahasa, maka “hari

Minggu” kembali pada hari pertama (Minggu) atauhari Tuhan. Tentang hal ini Justinus

Martyr mengatakan

Kita berkumpul untuk beribadat pada hari yang diberi nama menurut nama matahari.

Apa sebab? Karena pada hari pertama itu dengan mengubah gelap menjadi terang

Tuhan menjadikan dunia, dan karena Yesus Kristus, Djuruslamat kita. Pada hari

itupun, yakni hari pertama dalam pecan, bangkit dari mati. Sebab pada hari sebelum

hari Sabat atau sebelum hari sabtu, Ia mati di kayu salib, dan pada hari sesudah Sabat

IA menampakkan diri kembali kepada rasul-rasul dan murid-murid-Nya.123

Setetah Sang Anak menyelesaikan pekerjaan penebusan dosa, Ia lalu merayakan

rayaan penebusan itu bersama murid-murid-Nya pada hari pertama: Kemudian setiap Injil

menunjuk pada kebangkitan, bukan pada hari Sabat melainkan hari pertama (Yoh. 20:19 ;

Mrk. 16:2 ; Luk. 24:1 mengacu pada kata “mia ton sabbaton")

Ada dua pemahaman tentang “hari Tuhan” dalam Perjanjian Baru. Pertama, adalah

merupakan hari pengadilan atas dunia (1Tes. 5:2; 2 Pet.3210). Kedua, adalah hari yang

dipersembahkan kepada Tuhan dimana pada hari itu diadakan kebaktian memperingati

kebangkitan Yesus (Wah. 1:10;1Kor. 16:2).124

Paulus menggunakan kata “perjamuan Tuhan” dalam surat Korintus dan Yohanes

menggunakan kata “han Tuhan” dalam surat yang ditujukan pada tujuh jemaat di Asia

Dalam Perjanjian Baru hanya dua fakta yang menunjuk pada kepemilikan Tuhan,

yaitu dalam 1 Korintus 11:20 dan dalam Wahyu 1:10. Kata “perjamuan Tuhan” (1 Kor. 11:20),

kata “hari Tuhan” (Wah. 1:10). Keduanya mengacu hari di mana Yesus bangkit, yaitu hari

pertama Minggu. Juga mengingat kelika murid-murid berkumpul pada hari pertama

Minggu dalam kegiatan memecah-mecah roti (Kis. 20:7), serta kegiatan murid dalam

pelayanan diakonia (1 Kor. 16:2).

C. Kesimpulan

Perintah hukum keempat, tercatat dalam Keluaran 20:8-11 dan juga dalam Ulangan

5:12-15. Dalam Keluaran 20:8-11, alasan perintah kempat diberikan kepada bangsa Israel

dengan mengacu pada Kejadian 2:2-3, karya penciptaan, sedang dalam Ulangan 5:12-15

mengacu pada bebasnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Jadi, terdapat dua alasan

yang berbeda ketika Allah menyuruh agar bangsa Israel mengingat dan memlihara Hari

Sabat.

Allah berhenti dari pekerjaan penciptaan, dan Allah menguduskan hari di mana la

berhenti dari pekerjaan penciptaan, yaitu hari ketujuh. Hari tersebut adalah hari Sabat bagi

Allah. Karl Barth mengatakan bahwa ketika Allah berhenti pada hari ketujuh dan

menjadikan hari itu sebagai Sabat bagi-Nya, maka pada saat itu adalah hari pertama bagi

manusia Dengan demikian Kejadian 2:2-3 bukan Sabat bagi manusia tetapi Sabat Allah.

123Verkuyl, op. Cit, hlm. 102-102 124R. Soedanno, Kamus lstilah Teologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2002). hlm 33

Page 32: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Ada dua aspek dalam perintah keempat. Aspek pertama dalam Keluaran 20:11 dan

Ulangan 5:15 yang bersifat teologis sebab mengacu pada sifat Allah (karya penciptaan dan

membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Aspek yang kedua terdapat dalam

Keluaran 20:10 dan Ulangan 5:13-14 yang bersifat antropologis dengan memandang pada

kegunaan hari Sabat bagi kemanusiaan (pribadi manusia dan relasi manusia dengan

manusia), di mana Allah menyuruh agar pada hari itu bangsa Israel juga membebaskan

budak dan hewannya agar berhenti bekerja pada hari Sabat. Hari Sabat untuk manusia

belum diberikan pada penciptaan, tetapi ketika bangsa 1srae1 berada di Padang Gurun(Ke1.

16:25-26).

Yesus menyembuhkan pada hari Sabat (Yoh. 5:9). Sekali lagi pekerjaan Allah yang

benar dinyatakan (Yoh. 9:3; 1:29), namun ditentang oleh orang Yahudi. Perkataan Yesus

dalam Yohans 5:17 “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang ini, dan Aku juga”, bukan hanya

menunjuk pada eskatologi namun juga pada penyamaan diri-Nya dengan Allah (Yoh. 5:18).

Ini berarti bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.125

Bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan di Mesir, dan para budak yang ada pada

Israel serta termak juga harus “dibebaskan” pada hari Sabat (hari perhentian dari bekerja),

sehingga boleh bersekutu dengan Sang Pencipta dan Sang Pembebas, itulah makna hari

Sabat dalam Perjanjian Lama. Orang sakit dibebaskan dari penyakit, murid-murid yang

menanti-nantikan kebangkitan Rabi mereka, juga mendapat kelegaan setelah Yesus

menampakkan diri pada mereka. Ini semua dapat disimpulkan dalam satu kata

“dibebaskan”, demikian pula orang percaya yang menaruh pengharapan kepada Yesus

Kristus, juga mengalami “pembebasan” dari dosa oleh kematian dan kebangkitan Yesus.

Inilah makna perayaan hari Sabat dalam masa Perjanjian Baru. Ini penting sebagai dasar

ibadah Sabat dan ini menjadi dasar mayoritas orang Kristen yang beribadah hari pertama

(Minggu).

Yesus Kristus berada di dalam kubur sepanjang hari Sabat. Sesudah hari Sabat Ia

bangkit dan menjadi Sabat kita Dengan kebangkitan-Nya, perjanjian perdamaian

ditandatangani, terjadi pengampunan; hutang telah dibayar, dan hubungan dengan Allah

dibetulkan.126

Kolose 2:16-17 juga menegaskan hal ini bahwa “semuanya adalah bayang-bayang dan

Kristus adalah wujudnya”. Oleh sebab itu Yesus memberikan perintah baru, bukan

menggantikan hukum Taurat tetapi menggenapinya, yaitu perintah untuk mengasihi Tuhan

dan sesama (Mat. 22:40), sama seperti hukum keempat beraspek teologis dan antropologis.

Dalam Ibrani 4:10, Allah berfirman tentang satu hari lain yang disediakan sebagai hari

perhentian, dan ini mengacu pada hari perhentian kekal (katapausin bukan anapausian).

Murid-murid mulai mengadakan persekutuan pada hari pertama Minggu (Kis. 20:7),

dengan. berdasar pada kebangkitan Yesus. Dan Gereja mula-mula juga memelihara hukum

keempat dengan beribadah pada hari Minggu (hari Pertama), bukan mengganti Sabat hari

Ketujuh, seperti yang dipahami oleh orang Advent Hari Ketujuh, tetapi memandang makna

hari Sabat itu sendiri, bahwa sebagai orang yang berdosa dan tidak suci serta tidak akan

sanggup untuk memenuhi seluruh tuntutan hukum Taurat, orang Kristen mengalami

kebebasan daru semua itu oleh kematian dan kebangkitan Kristus. Sebab makna dan

kegenapan istirahat yang benar yang terbayang dalam hari Sabat yang lama itu, terletak

125D. A. Carson, From Sabbath To Lord’s Day A Biblical, Historika and Theological Investigation, (Michigan:

Zondervan Publishing House, l982), 81 126Verkuyl, OP. Cit, hlm.161

Page 33: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

dalam kebangkitan Kristus (Kol. 2:17), sehingga orang-orang Kristen justru pada hari itu

telah pada upacara-upacara yang mengandung bayangan.127

Dengan demikian, jika Advent Hari Ketujuh terlalu berpegang pada pelaksanaan Sabat

hari ketujuh, maka itu berarti Advent Hari Ketujuh tetap berorientasi pada Perjanjian Lama,

masa sebelum Kebangkitan Kristus, lebih memperhatikan pada keberadaan Yesus di kubur

pada hari Sabat. Sebab dasar dari ibadah Sabat pada hari pertama Minggu adalah

kebangkitan Kristus, masa Perjanjian Baru Karena dikatakan bahwa Penjanjian Lama

tergenapi oleh Perjanjian Baru, di mana janji perjanjian itu sendri mengacu pada Kristus dan

karya penebusan. Penebusan Yesus Kristus terlaksana melalui kematian dan kebangkitan-

Nya.

BAB IV

IMPLIKASI HARI SABAT BAGI ORANG KRISTEN

Bangsa Israel mengalami perbudakan di Mesir, kemudian oleh kehendak Allah mereka

dibebaskan lewat perantaraan Musa. Allah menjadikan bangsa Israel umat pilihan,

dikhususkan oleh Allah pada masa Perjanjian Lama (Kel. 15:16 ; U1. 32:6). Allah memenuhi

apa yang Israel minta yakni bangsa lsrael meminta makanan di saat mereka berada di

Padang Gurun (Ul. 16:3-4). Dan ketika bangsa Israel diberikan makanan yaitu Manna,

kembali Allah dikecewakan. Mereka terlalu sibuk dengan Manna itu Kemudian Allah

memberikan perintah Sabat, agar mereka mengingat apa yang telah mereka perbuat

semenjak mereka dibebaskan dari perbudakan di Mesir.

Hukum keempat dari Sepuluh Hukum, sampai sekarang masih sering diperdebatkan,

khususnya hari dan cara pelaksanaannya. Advent Hari Ketujuh menyoroti orang Kristen

yang beribadah pada hari pertama, bukan hari ketujuh (Sabtu) seperti mereka. Advent Hari

Ketujuh memberikan alasan bahwa tidak ada satu fakta manapun dalam Penjanjian Baru

bahwa Yesus mensahkan pengubahan Sabat (Maxweel). Karena Allah sendiri telah

menetapkan hari ketujuh itu sebagai hari yang dikuduskan oleh Allah sejak penciptaan (ch.

2:2-3). Oleh sebab itu Advent Hari Ketujuh tidak membenarkan pandangan orang Kristen

untuk menjadikan hari Minggu sebagai hari beribadah kepada Tuhan.

Advent Hari Ketujuh mengatakan bahwa beribadah pada Sabtu (hari ketujuh) adalah

bukti pada ketaatan Hukum Keempat, dengan ketaatan itu dapat membenarkan dan

menyelamatkan orang Kristen dari dosa oleh istirahat Yesus di dalam kubur pada hari Sabat.

Advent Hari Ketujuh lebih mementingkan waktu di mana Yesus berada di dalam kubur,

tanpa memperhitungkan makna kebangkitan-Nya (1Kor. 15:17).

Allah menghendaki orang Kristen menjadi sempurna (Mat. 5:48). Namun pada

dasarnya natur manusia sejak jatuh ke dalam dosa adalah manusia yang berdosa, dan tidak

sanggup memenuhi tuntutan hukum Taurat. Hanya Yesus yang dapat memenuhi hukum

Taurat, oleh sebab itu orang percaya menyerahkan diri pada Yesus bukan pada hukum

Taurat.

Penulis merangkumkan apa yang telah dianalisis dalam bab III, sehingga diperoleh

pemahaman melalui implikasi yang akan penulis uraiakan dalam bab ini, dengan

membaginya dalam dua aspek yaitu implikasi secara teologis dan secara praktis.

127Calvin, Op. Cit, hlm. 102

Page 34: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

A. Implikasi Teologis

Jika dalam Perjanjian Lama, hari Sabat diberikan kepada bangsa Israel untuk

mengingat karya besar Allah dalam penciptaan (Kel. 20:8-ll), dan mengingat karya Allah

dalam membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (U1. 5:12-15), maka hari Sabat

dalam Perjanjian Baru juga memiliki arti dan makna yang sama, yaitu membebaskan orang

percaya dari belenggu dosa oleh kematian dan kebangkitan Kristus. “Karena kamu telah

dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba

manusia” (1Kor. 7:23).

Allah membuat perjanjian dengan bangsa lsrael dimana Allah menghendaki agar

bangsa Isreal menjadi umat-Nya, warga yang kudus (Kel. 19:3-6). Kemudian Allah

memberikan Sepuluh Hukum Allah yakni semua ketetapan dan perintah Tuhan, dengan

demikian barulah bangsa Israel memperoleh perhentian Namun pada kenyataannya, bangsa

Israel terus-terusan berontak kepada Allah, selama 40 tahun di padang Gurun dan juga

kurang lebih 1000 tahun di negeri Kanaan, mereka tidak rela bersandar kepada Tuhan,

terlebih lagi tidak mau menaati Sepuluh Hukum Tuhan oleh sebab itu mereka tidak

memperoleh perhentian (Maz. 95; Bil.14; Kis.7:36; Ibr.3:7-; 4:11).128 Perintah tersebut berlaku

pada bangsa Israel sebagai umat yang dipilih Allah menjadi umat-Nya di antara bangsa-

bangsa pada zaman Perjanjian Lama, sedang pada zaman Perjanjian Baru, orang Kristen

sebagai umat yang juga dipilih Allah sebagai “imamat yang rajani” (1 Pet. 2:9), juga memiliki

pengalaman yang tidak berbeda dengan bangsa Israel. Jika bangsa Israel dibebaskan dari

perbudakan di Mesir dan kemudian menjadi umat pilihan, maka orang Kristen pada zaman

Perjanjian Baru juga mengalami pembebasan yaitu pembebasan dari belenggu dosa. Bangsa

Israel dibeli dari perbudakan di Mesir, sedang orang Kristen sekarang dibeli dari

perbudakan dosa (l Kor. 7:23). Dengan demikian orang Kristen yang telah “dibeli” oleh

darah dan kebangkitan Kristus telah menjadi ciptaan baru (2 Kor. 5:17), dengan menjadi

ciptaan yang baru tidak lagi terikat oleh peraturan-peraturan yang sebenarnya telah

tergenapi dalam diri Yesus Kristus, bukan berarti tidak membutuhkan ketaatan ataupun

menganggap bahwa peraturan dalam Perjanjian Lama tidak berfungsi lagi, namun dapat

memahami bahwa adanya peraturan itu menyadarkan diri sendiri akan ketidakmampuan

sebagai manusia yang terbatas untuk memenuhi tuntutan dalam hukum.

Bangsa Israel diberikan Sepuluh Hukum dan termasuk tentang hukum Sabat, agar

mendapat perhentian bersama-sama Allah, namun oleh usaha sendiri mereka tidak dapat

bahkan mereka semakin tidak sadar akan keberadaan mereka sebagai orang yang mendapat

kasih karunia Allah, oleh pemilihan Allah terhadap mereka. Orang Kristen pada dasarnya

juga tidak akan sanggup untuk memenuhi tuntutan Hukum Taurat, bahkan dalam

pemaharman akan maksud hukum Taurat itu sendiri dapat terpengaruh oleh pemahaman

Yudaisme yang jelas bertentangan dengan maksud Allah.

Orang Kristen juga membutuhkan satu hari perhentian bersama-sama dengan Allah,

namun dengan usaha seperti orang-orang Yahudi lakukan dalam pemahaman mereka

tentang Hukum Taurat, tentulah bukan hal yang menjamin mtuk memperoleh perhentian

itu, karena perhentian yang sesungguhnya adalah dalam diri Yesus Kristus, dengan

demikian Sabat yang sesungguhnya adalah Yesus Kristus. Dialah Sabat Sejati. lnilah karya

Allah yang terbesar bagi kehidupan orang Kristen.

128Peter Wongso, Hermeneutika Eskatologi (Malang: SAAT, 2000), hlm. 30-3l

Page 35: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Pengakuan Heidelberg minggu-38, mengatakan bahwa oleh perhentian yang

disediakan maka orang Kristen berhenti dari perbuatan yang jahat dan menerima Tuhan

yang bekerja melalui Roh-Nya dalam hati orang Kristen, dan dengan demikian memulai hari

Sabat yang kekal dalam hidup ini (Why. 7:15).129

Hari Sabat yang diberikan oleh Allah bagi manusia adalah bukti kasih Allah kepada

umat-Nya (Israel pada masa PL dan orang Kristen pada masa PB). Ketika Allah selesai

dalam pekerjaan penciptaan (Kej. 2:2-3), la melakukan pemeliharaan bagi seluruh hasil

ciptaan hingga kemudian Allah memilih bangsa Israel sebagai umat pilihan. Karya Allah ini

bukan hanya sampai pada pemilihan bangsa Israel, tetapi berlanjut terus pada karya

penebusan umat-Nya dari belenggu dosa. Karya Allah ini dikerjakan oleh Yesus Kristus

dalam pelayanan di bumi, di tengah orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi, di tengah-

tengah orang percaya maupun orang-orang yang tidak percaya Hal ini mencapai puncaknya

pada kematian dan kebangkitan Kristus, yang disebut karya penebusan

Penebusan berarti membebaskan dengan cara pembayaran dengan suatu harga

tertentu, latar belakang istilah ini berhubung dengan pasar budak Romawi, dimana

seorang budak dipasarkan dan pembeli membayar harga yang seharusnya untuk

membebaskan budak itu Paulus menggunakan istilah itu untuk menjabarkan

pembebasan orang percaya dari ikatan dan perbudakan dosa, dan oleh darah Kristus

sebagai bayarannya.130

Dengan demikian dapat melihat kembali pada karya Allah pada masa Penjanjian Lama

ketika membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.

B. lmplikasi praktis

Hukum keempat, lebih cenderung dihubungkan dengan pelaksanaan ibadah, dalam

bentuk persekutuan yang dilaksanakan dalam gedung Gereja Ada dua motif pelaksanaan

hukum keempat di kalangan orang Kristen. Pelaksanan hukum keempat dengan tetap

berpegang pada Sabat Allah dari penciptaan, diyakini dan dilaksanakan oleh Advent Hari

Ketujuh. Pelaksanaan hukum keempat yang lain, berpegang pada kebangkitan Kristus pada

hari pertama, ini dilaksanakan dan diyakini oleh mayoritas kekristenan.

Advent Hari Ketujuh berpegang pada perhentian Allah pada hari ketujuh, bukankah

manusia ciptakan pada hari keenam. Jadi, hari Sabat Allah pada hari ketujuh penciptaan

adalah hari pertama manusia, dengan demikian hari pertama rmnusia dimulai dengan

perhmtian. Hari pertama mengacu pada hari Minggu. Orang Kristen yang beribadah pada

hari Minggu, memang tidak secara tegas disebutkan dalam Alkitab, namun oleh karena

berdasar pada kebangkitan Kristus pada Minggu (hari pertama), maka melaksanakan

ibadah. Namun, di Belanda mulai muncul adanya ibadah yang dilaksanakan pada hari

Minggu, namun bercorak keyahudian, yaitu mereka beribadah pada hari Minggu tetapi

mengikuti aturan-aturan dalam hukum Taurat (larangan-larangan).131 Hal ini perlu juga

diwaspadai sebab akan mengarah pada pemahaman Yudaisme kembali, seperti apa yang

diingatkan oleh rasul Paulus kepada orang-orang di Galatia yang kembali dipengaruhi oleh

129Van den End, Enam Belas Dokuman dasar Calvinisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), hlm.228 130Paul Enss, The Moody Handbook Of Theology, (Malang: Dep. Literatur SAAT, 2003), hlm. 133 131Henk Venema, Wawancara, (Jakarta: Kampus SETIA), Kamis Mei 2004

Page 36: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Yudaisme. Untuk itu, perlu memiliki pengertian dan pemahaman arti Sabat itu dalam

kehidupan kita sebagai orang Kristen, sehingga dapat menikmati hari Sabat itu

1. Sabat bukan perayaan pada harinya

Hari Sabat tidak dirayakan dengan rasa takut dan dengan pengertian yang sempit,

seakan-akan sebagai satu perayaan (upacara) yang menggambarkan suatu kerahasiaan yang

rohani, namun diterima dan dilaksanakan sebagai suatu cara yang perlu untuk menjaga

ketertiban di dalam Gereja.132

Dalam Roma 14:5, orang Kristen diingatkan untuk tidak bersikap lebih memfokuskan

perhatian pada pemeliharaan hari-hari tenentu. Dengan demikian jika pemeliharam Sabat

terfokus pada hari yaitu hari ketujuh saja, maka orang tersebut termasuk dalam golongan

orang-orang yang memelihara hari-hari tertentu. Bukankah pemeliharaan hari-hari tertenu

diantaranya termasuk hari Sabat telah tergenapi di dalam Yesus Kristus.

Paulus memberikan nasihat agar tidak memfokuskan perhalian pada pemeliharaan

hari tertentu, oleh karena melihat sikap orang-orang Yahudi yang taat dalam pemeliharaan

hari-hari tertentu termasuk hari Sabat, yang menyebabkan mereka lupa dan mengabaikan

arti dan makna Sabat yang sebenarnya. Oleh sebab itu sebaiknya tidak terfokus pada

harinya dalam berSabat, agar tidak kelihatan mensakralkan satu hari tertentu. Ini nampak

pada sikap orang-orang Yahudi terhadap pemeliharaan hari Sabat. Oleh sebab itu sebaiknya

tidak memelihara Sabat dengan melihat pada harinya, agar terhindar dari cara pemeliharaan

keyahudian. Oleh sikap ini Paulus memberikan komentar bahwa, janganlah memperbudak

diri dengan kembali pada legalisme Yahudi dengan mengorbankan kebebasan Kristen yang

telah diberikan melalui kebangkitan Kristus. Dengan alasan inilah mayoritas orang Kristen

memilih hari Minggu untuk bersabat.

Perayaan Sabat bukan terfokus pada harinya. Hal ini didasarkan pada pemahaman

bahwa hari tersebut bukan merupakan ikatan bagi orang Kristen tetapi juga tidak menunjuk

orang Kristen terikat dengan hari-hari tertentu. Pemeliharaan hari-hari tertentu akan

cenderung mengarah pada penyakralan pada harinya, daripada mengingat pada apa yang

terjadi hari itu dan untuk apa hari itu bagi kehidupan manusia. Sebab ada aspek-aspek

penting yang perlu diingat tentang hari Sabat ini, yaitu hari Sabat itu penting bagi manusia,

hari Sabat adalah hadiah dari Allah, tidak menjadi budak pada hari.

2. Sabat adalah istirahat Rohani dan Jasmani

Kata “istirahat” atau “berhenti”, ini sering disalahartikan secara harfiah, yaitu benar-

benar berhenti total tanpa ada kegiatan apapun, ataupun berhenti tanpa merasakan manfaat

dari hari berhenti itu. Pandangan yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi adalah berhenti

total dari pekerjaan oleh karena adanya aturan, ini dibuktikan ketika mereka mengecam apa

yang dilakukan Yesus pada hari Sabat. Calvin memberikan definisi yang baik mengenai kata

‘istirahat” ini, dengan mengatakan bahwa manusia beristirahat agar Allah bekerja di dalam

diri manusia, dan manusia melepaskan kemauannya sendiri, menyabarkan hati, membuang

nafsu daging.133 Hal ini sama dengan ajakan Tuhan Yesus, ketika mengundang orang yang

letih lesu untuk datang kepada-Nya (Mat. 11:28), yaitu masuk ke dalam istirahat rohani,

132Yohanes Calvin, Institutio (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 101 133Calvin. Op. Cit, hlm. 100

Page 37: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

meninggalkan segala keinginan dunia, yang telah membuat mereka letih dan tidak

mendapatkan kelegaan.

Istirahat rohani telah dihadiahkan oleh Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus

dalam kematian dan kebangkitan-Nya Demikianlah istirahat rohani ini menandakan

kemerdekaan orang kristen dari pekerjaan duniawi yang melelahkan. Perlu diingat bahwa

hari Sabat juga beraspek antropologis, di mana manusia diberi satu hari untuk beristirahat

selama enam hari bekerja. Dengan harapan bahwa setelah satu hari beristirahat, manusia

dapat memperoleh kembali kekuatan, kelegaan.

Oleh sebab itu keliru jika melaksanakan hari Sabat dengan hanya memandang pada

aspek teologis saja tanpa memperhatikan aspek antropologis. Karena pada hakekatnya hari

Sabat itu dibuat untuk manusia, sebab manusia yang mengalami keletihan, kelemahan

setelah melaksanakan aktivitasnya, dengan demikian manusia yang butuh istirahat

“berhenti” untuk dapat kelegaan.

3. Sabat ada dalam diri orang Kristen

Oleh kematian dan kebangkilan Yesus Kristus, segala tuntutan hukum Taurat

tergenapi, maka orang Kristen tidak perlu lagi berlelah-lelah untuk memenuhi seluruh

tuntutan hukum Taurat, yang dianggap bisa membenarkan, menguduskan dan bahkan

menyelamatkan.

Oleh karena orang Kristen telah menerima Sabat yang sesungguhnya di dalam Yesus

Kristus, maka perayaan hari Sabat itu diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari,

seperti apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus.

Orang Kristen perlu memegang pengajaran Yesus tentang “hari sabat”, yaitu tetap

melakukan aktivitas bagi kebaikan manusia, kebutuhan yang penting serta aktivitas yang

berbelas kasihan. Mengingat kecaman orang farisi terhadap Yesus dan murid-murid ketika

memetik gandum pada hari Sabat, ini menandakan bahwa kebutuhan manusia juga perlu

diperhatikan, sebab “Hari sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari

Sabat", artinya bahwa hari istirahat itu dibuat untuk manusia dan bukan berarti bahwa

manusia itu merasa tidak bebas karena harus menuruti aturan hari Sabat.

Advent Hari Ketujuh masih menerima dan percaya serta melaksanakan hari Sabat

degan berdasar pada pandangan, bahwa hukum keempat adalah juga bagian dari Sepuluh

Hukum dan hukum itu adalah hukum Allah yang tentulah benar, karena itu perlu tetap

memeliharanya dan tidak melanggamya.134 Namun pada dasarnya bahwa segala tuntutan

Hukum Taurat itu, termasuk hari Sabat tergenapi dalam Yesus Kristus (Kol. 2: 16-17)

Oleh sebab itu, orang Kristen yang telah mendapatkan Sabat yang sesungguhnya di

dalam diri Yesus Kristus, mereka masih memenuhi hukum yang sama yang diberikan

kepada bangsa Israel, yaitu hukum kasih yang merupakan penyempurnaan dari Sepuluh

Hukum. Namun hukum tersebut dilaksanakan bukan oleh tuntutan agar diselamatkan

tetapi oleh karena sudah menjadi ciri bagi orang yang telah diberi anugerah. selayaknya

orang yang diberi hadiah, senantiasa berterima kasih, mengucap syukur, demikian pula

sikap dan perbuataj kasih yang dikerjakan dalam kehidupan orang Kristen adalah sebagai

perwujudan ucapan syukur.

134Roland H. A Sebolt, What Is Seventh-day Adventists?, (ttp: Concordia Publishing House), hlm. 2

Page 38: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi ini.

Pertama, pemahaman akan perintah Allah tentang hukum keempat (pemeliharaan dan

pengudusan hari Sabat), tidak bisa hanya mengacu pada Kejadian 2:2-3. Oleh karena hari

Sabat yang dimaksud adalah hari yang ditetapkan oleh Tuhan dan itu menjadi Sabat bagi

Tuhan dalam karya penciptaan. Sepuluh Hukum baru diberikan kepada bangsa Israel

setelah mereka dibebaskan dari perbudakan di Mesir (Kel. 20: 1-17), sedangkan hari Sabat

sendiri telah diberokan ketika bangsa Israel berada di Padang Gurun (Kel. 16:21-23).

Hukum keempat merupakan bagian dari Sepuluh Hukum. Hukum keempat ini selalu

mengacu pada pelaksanaan ibadah. Baik Advent Hari Ketujuh maupun orang Kristen

lainnya, melaksanakan ibadah berdasarkan keinginan untuk bersekutu dengan Allah.

Namun terdapat perbedaan antar keduanya, di mana Advent Hari Ketujuh beribadah pada

Sabtu (hari ketujuh), sedang orang Kristen di luar Advent hari Ketujuh beribadah pada

Minggu (hari pertama).

Kedua, adanya perbedaan hari dalam beribadah ini, disebabkan oleh adanya

interpretasi yang berbeda. Advent Hari Ketujuh tetap berpegang pada Hukum Keempat

yang diberikan Allah pada bangsa Israel, dengan acuan pada berhentinya Allah pada hari

ketujuh dalam penciptaan, dengan melihat pada apa yang dilakukan Allah terhadap hari

tersebut (berhenti, menguduskan dan memberkati). Sedang, mayoritas orang Kristen

beribadah pada Minggu (hari pertama), berdasar pada kebangkitan Kristus pada Minggu

(hari pertama) sang penggenap Hukum Taurat.

Alkitab membelikan padangan kepada orang Kristen bagaimana memandang hari

Sabat itu sebagai hari yang diberikan oleh Allah bagi manusia, sehingga dalam

melaksanakannya tidak terdapat unsur yang tidak dibenarkan oleh Alkilab. Karena itu

Alkitab memberikan pengertian dan pemahaman pada orang Kristen yang telah

dianugerahkan “Sabat” hari istirahat itu,

Ketiga bahwa hari Sabat manusia (Kel. 20:8-11;Ul. 5:12-15) “Syabbat" adalah

penghentian dari aktivitas keseharian sedang Sabat Tuhan (Kej. 2: 2 ,3) “syavaf” adalah Sabat

Allah dari pekerjaan penciptaan, dan hal ini mengacu pada masuknya seluruh hasil

penciptaan ke dalam perhentian-Nya. Pemahaman ini dapat dijelaskan dalam dua

pengertian, dengan mengingat Sabat dalam arti “perhentian”

1. Sabat sebagai hari perhentian (avanapausis). Hal ini mengacu pada penghentian

pekerjaan duniawi, dan oleh perhentian ini orang Kristen mendapat kelegaan.

2. Sabat sebagai tempat perhentian kekal (Katapausis). Hal ini mengacu pada sabat

kekal Allah. Orang Kristen masuk dalam perhentian Allah.

Advent Hari Ketujuh tidak bisa menyalahkan orang Kristen yang beribadah pada hari

Minggu, karena Sabat yang dimaksud bukan harinya yang mendatangkan berkat tetapi,

yang memberikan Sabat itulah yang menjadi fokus orang Kristen untuk bersabat, yaitu Allah

Tritunggal. Oleh karena bukan hari Sabat itu yang mendatangkan berkat, menyucikan

ataupun membenarkan, tetapi Kristus yang telah memerdekakan orang Kristen dari

tuntutan Taurat yang tidak dapat dipenuhi orang Kristen.

Hari Sabat yang diberikan Tuhan kepada orang Kristen adalah: merupakan anugerah

Tuhan kepada manusia, dan melalui hari Sabat itu orang Kristen menikmati berkat Tuhan

dan memperoleh berkat dari hari istirahat itu, yaitu mendapatkan kesegaran dan kelegaan.

Page 39: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Hari Sabat rohani dalam orang Kristen dikerjakan setiap hari, dengan menantikan Sabat

kekal Allah dan hari Sabat tidak dianggap sebagai beban untuk dilaksanakan.

Dengan demikian, orang Kristen merayakan Sabat dalam bentuk ibadah tidak terpaku

pada harinya, seperti pada pengajaran Yudaisme. Namun terfokus pada Sang Sabat itu

sendiri yakni Yesus Kristus, maka melaksanakan Sabat dengan berdasar pada kasih karunia

yang telah dianugerahkan Allah dalam diri Yesus Kristus, bukan melaksanakan Sabat

karena ingin dibenarkan ataupun ingin diselamatkan. Kalau demikian apa arti kematian dan

kebangkitan Kristus bagi umat-Nya (bnd 1 Kor. 15:12-17).

DAFTAR PUSTAKA

Tim penyusun. Alkitab. LAI.

Tim penyusun. Apa Yang Perlu Anda Ketahui Tentang .... Bandung, Indonesia Publishing

House. 1992.

Tim penyusun. Ensiklopedi Masa Kini Jilid II M-Z, Jakarta. Yayasan Bina Kasih/OMF, 2002.

Tim penyusun. KBBI. Jakarta, Balai Pustaka,1991.

Tim penyusun. Alkitab, LAI Dilengkapi dengan Penuntun Dasar untuk Pemahaman Alkitab oleh

GMHK, 1985

Aritonang, J. S. Berbagai Aliran Di dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta, BPK Gunung Mulia.

1996.

Atkinson, Davit. Kejadian 1-11. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. 2000.

Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika. Jakarta:

BPK Gunung Mulia. 2002.

Bavinck, J. H. Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Baru II. Jakarta: Badan Penerbit Kristen. 1969.

Berkhof, Louis. Doktrin Keselamatan 4. Surabaya: LRII. 2002.

Brauch T, Manfred. Ucapan Paulus yang Sulit. Malang: SAAT. l997.

Breaden. Frank. Penuntun Alat Peraga Baru Panduan Pendalaman Alkitab untuk Perorangan,

Keluarga atau Kelompok. Bandung: Indonesia Publishing House. I997.

Calvin, Yohanes. Institutio. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2003.

Carson, D. A. From Sabbath to Lor's Day A Biblical, Historical, and Theological Investigation.

Michigan: Zondervan Publishing House. 1982.

Downey, Murray W. Cara-cara Memenangkan Jiwa. Bandung: Kalam Hidup. I957.

End, Th Van den. Enam Belas Dasar Calvinisme. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2001.

End, Th Van den, Ragi Carita 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1993.

Enss, Paul. The Moody Handbook of Theology. Malang: Departemen Literatur SAAT. 2003.

Finley, Mark A. Hari yang Hampir Dilupakan. Bandung: lndonesia Publishing House. 2001.

Fleming, Don, World Bible Dictionary. United States:World Publishers. 1990.

Green, Sr, P Jay. The Bible Hebrew Greek English. Hendrickson Publisher

Gunning, J. J. W. Tafsiran Alkitab Surat Galatia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2001.

Haak, C. J. Dogmatika Reformasi. ttp.

Heer. J. J de. Tafsiran Alkitab Injil Matius 13 s/d 22. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1985.

J H. Van den End. Harta dalam Bejana. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Jonge Christian de. Gereja Mencari Jawab. BPK Gunung Mulia. 1994.

Murray, John. Penggenapan dan Penebusan. Surabaya: Momentum. l999.

Page 40: SABAT DAN IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN (Studi ...repo.sttsetia.ac.id/126/1/Skripsi Ernawati-dikompresi.pdfBAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas: latar belakang masalah,

Nevfeld, don F dan Neuffer. Seventh-day Adventists Bible Students Source Book Commentary

Reference Series, Vol. 9. Hegerstown: Review and Herald Publishing Association

Washington D C. 1962.

Newman Jr, Barclay M. Kamus Yunani-Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994.

O’Collins, Gerald dan Fanugia G. Edward. Kamus Teologia. Yogyakarta, Kanisius,. 1996.

Pocker, J. L. Kristen Sejati Vol. 4 Sepuluh Hukum. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia.

1993.

Seboldt, Roland H. A. What is Seventh-day Adventism? ttp: Concordia Publishing House

Soedanno, R. Kamus Istilah Teologi. Jakarya: BPK Gunung Mulia. 2002.

Tambunan, E. H. Menerobos Bersana Firman Allah. Bandung: lndonesia Publishing House.

1934.

Tong. Stephen. 7 Perkataan Salib. Surabaya: Lembaga Reformed lnjili lndonesia. l992.

Tong, Stephen, Dosa, Keadilan, dan Penghakiman. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia.

2003

Tong, Stephen. Iman dan Agama. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia. 2003

Verkuyl, J. Etika Kristen Kapita Selekta. Jakarta: BPK Gunung Mulia. l992.

Walvoor, John F. dan Zuck, Roy B., The Bible Knowledge Commentary Old Testament. Canada:

Scripture Press Publications. 1987.

White, E. G. Tulisan-tulisan Permulaan. Bandung: Indonesia Publishing House. 1986.

White, Ellen G. Khotbah di Atas Bukit. Bandung: Indonesia Publishing House. l991.

Wilcox, W. L. Hari Perhentian. Bandung, Indonesia Publishing House. 1975

Wongso, Peter., Hermeneutika Eskatologi. Malang: SAAT. 2000.

Yen, Sietho Soey. Torah dan Rahmat, HKBP P. Siantar. 1960.

Zodhiater, Spiros. New Testament the Complete World Study Dictionary. World Bible

Publishers. 1992

Venema, Henk., Wawancara, SETIA, Jakarta, Mei 2004