s k r i p s i - core.ac.uk · siswa tuna grahita kelas vi semester i slb abc tawangsari ”....

72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 S K R I P S I Oleh : Endro Sulartanto NIM: X.5107524 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 31-Oct-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

PENERAPAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA

KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI

KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

S K R I P S I

Oleh :

Endro Sulartanto

NIM: X.5107524

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

PENERAPAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA

KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI

KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh :

Endro Sulartanto

NIM: X.5107524

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Maryadi, M.Ag. Drs. Munawir Yusuf, M.PSi. NIP. 19520601 198103 1003 NIP. 19550501 1981031 003

Page 4: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 27 Mei 2011

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. …………………………..

Sekretaris : Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,M.Pd. …………………………..

Anggota I : Drs. Maryadi, M.Ag. .…………………………..

Anggota II : Drs. Munawir Yusuf, M.PSi. …………………………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 1960 0727 198702 1 001

Page 5: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Endro Sulartanto. ”UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA DENGAN PENERAPKAN METODE RESITASI PADA

SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI

KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Skripsi,

Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

Mei, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika

siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2010/2011.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan

penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam

pembelajaran matematika. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa tunagrahita

kelas VI semester I SLB ABC Tawangsari Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011

yang berjumlah 4 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis desktiprif

komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes antarsiklus. Yang dianalisis

adalah nilai tes siswa sebelum melalui metode resitasi dan nilai tes siswa setelah

melalui metode resitasi sebanyak dua siklus.

Berdasarkan hasil pengolahan data ditarik kesimpulan bahwa penerapan

metode resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita

kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

Page 6: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Endro Sulartanto. “EFFORT TO INCREASE THE STUDY ACHIEVEMENT

OF MATHEMATICS BY APPLYING THE RESITATION METHOD ON THE

MENTALLY RETARDED CLASS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI

SUKOHARJO REGENCY IN THE SCHOOL YEAR 2010/2011”. Thesis,

Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret

University, May 2011.

The aim of this research is to increase the study achievement of

mathematics in the mentally retarded class VI SLB ABC Tawangsari, Sukoharjo

Regency, in the school year 2010/2011.

The research used is Class Action Research (CAR) that is a study that is

carried at by a teacher in the classroom where he or she teacher, by stressing on the

perfectness or increasing practice and process in teaching mathematics. The subject

of this study is all of the mentally retarded class VI semester I SLB ABC

Tawangsari Sukoharjo Regency in the school year 2010/2011, consisting of 4

students. The technique of data analysis used in this study is descriptive

comparative analysis, namely by comparing the test values inter-cycle. This study

analyzes the students test values before the resitation method carried out and the

students test values after the resitation method carried out for two cycles.

Based on the result of processing data, it can be concluded that the

application of the resitation method can increase the study achievement of

mathematics on the mentally retarded class VI SLB ABC Tawangsari Sukoharjo

Regency in the school year 2010/2011.

Page 7: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Artinya: “Janganlah kamu merasa lemah dan berdukacita, padahal kamu adalah

orang yang berderajat paling tinggi, jika kamu benar-benar beriman”

( Q.S. Ali Imran: 139 )

Page 8: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

- Ayahnda dan dan Ibunda tercinta.

- Istri tercinta.

- Anak-anak tersayang.

- Rekan-rekan PLB FKIP UNS.

- Murid-murid yang kusayangi.

- Almamater.

Page 9: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak

akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala

bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas.

3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa

yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

4. Drs. Maryadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Drs. Munawir Yusuf, M.PSi., selaku pembimbing II yang telah memberikan

petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Karmi T., S.Pd., selaku Kepala SLB ABC Tawangsari Sukoharjo yang telah

memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis.

7. Dra. Sulasih, selaku teman kolaborasi yang telah meluangkan waktu mengamati

jalannya penelitian tindakan kelas.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian

tindakan kelas ini.

Page 10: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,

karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan.

Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan

menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Pebruari 2011

Penulis

Page 11: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v

HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6

BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ...................... 7

A. Kajian Teori ............................................................................... 7

1. Anak Tuna Grahita ............................................................. 7

2. Prestasi Belajar Matematika ............................................... 13

3. Metode Resitasi .................................................................. 20

B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 26

C. Hipotesis Tindakan ................................................................... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 28

A. Setting Penelitian ...................................................................... 28

Page 12: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Halaman

B. Subyek Penelitian ...................................................................... 28

C. Data dan Data Penelitian ........................................................... 28

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................... 29

E. Validitas Data ........................................................................... 32

F. Analisis Data ............................................................................. 33

G. Indikator Kinerja ........................................................................ 34

H. Prosedur Penelitian ................................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 37

A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 37

B. Hasil Penelitian ......................................................................... 48

C. Pembahaan Hasil Penelitian ...................................................... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 54

A. Simpulan .................................................................................... 54

B. Saran .......................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 57

Page 13: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Siswa Kelas VI SLB ABC Tawangsari sebagai Subjek

Penelitian ......................................................................................... 28

Tabel 2. Prosedur Penelitian ........................................................................ 35

Tabel 3. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC

Tawangsari (Kondisi Awal) ............................................................ 37

Tabel 4. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC

Tawangsari (Siklus I) ..................................................................... 41

Tabel 5. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC

Tawangsari (Siklus II) .................................................................... 46

Tabel 6. Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat Setiap Siklus Melalui Penerapan Metode Resiasi .. 50

Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Presasi Belajar Matematika Materi

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siklus......... 51

Page 14: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir ...................................................................... 27

Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas .................................... 34

Page 15: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Prestasi Belajar Matematika (Kondisi Awal) ............................... 37

Grafik 2. Prestasi Belajar Matematika (Siklus I) .......................................... 42

Grafik 3. Prestasi Belajar Matematika (Siklus II) ......................................... 47

Grafik 4. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan

dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siswa Melalui Metode

Resitasi ......................................................................................... 50

Grafik 5. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan

dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Setiap Siklus ................ 51

Page 16: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ....................................................... 57

Lampiran 2. Daftar Siswa Kelas VI Tunagrahita SLB ABC Tawangsari

Tahun Pelajaran 2010/2011 Sebagai Sampel Penelitian ......... 58

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) .......................... 59

Lampiran 4. Soal Tes Matematika Siwa Kelas VI/C SLB ABC Tawngsari

(Siklus I) .................................................................................. 62

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) .......................... 67

Lampiran 6. Soal Tes Matematika Siwa Kelas VI/C SLB ABC Tawngsari

(Siklus II) ................................................................................. 70

Lampiran 7. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus I) ....................... 75

Lampiran 8. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus II) ...................... 76

Lampiran 9. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus I) ..................... 77

Lampiran 10. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus II) .................... 78

Lampiran 11. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB

ABC Tawangsari (Kondisi Awal) ........................................... 79

Lampiran 12. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB

ABC Tawangsari (Siklus I) ..................................................... 80

Lampiran 13. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB

ABC Tawangsari (Siklus II) ................................................... 81

Lampiran 14. Rekapitulasi Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita

Kelas VI SLB ABC Tawangsari .............................................. 82

Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian ................................................... 83

Lampiran 16. Perijinan Penelitian .................................................................. 85

Page 17: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang berkalinan atau ketunaan

ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa)

merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosioinal, mental, sosial”

(UU Sisdiknas, 2003: 21). Ketetapan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003

tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan

yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama

sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan

pengajaran.

Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak berkelainan untuk

memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan angka

partisipasi pendidikan anak normal dengan anak berkelainan. Untuk bisa

memberikan layanan pendidikan yang relevan dengan kebutuhannya, guru perlu

memahami sosok anak berkelainan, jenis dan karakteristik, etiologi penyebab

kelainan, dampak psikologis serta prinsip-prinsip layanan pendidikan anak

berkelainan. Hal ini dimaksudkan agar guru memiliki wawasan yang tepat tentang

keberadaan anak berkelainan, dalam hal ini anak tuna rungu sebagai sosok individu

masih berpotensi dapat terlayani secara maksimal.

Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi semua

aktivitas yang memberikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa mempunyai

kecakapan dan pengetahuan memadai yang dapat memberikan manfaat dalam

kehidupannya. Dalam proses belajar mengajar matematika selain melibatkan

pendidik dan siswa secara langsung, juga diperlukan pendukung yang lain yaitu:

alat pelajaran yang memadai, penggunaan metode yang tepat, serta situasi dan

kondisi lingkungan yang menunjang.

1

Page 18: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri

siswa sendiri, maupun faktor dari luar berupa metode pembelajaran yang

diterapkan oleh guru mata pelajaran. Ngalim Purwanto (2002: 102) menjelaskan,

“Ada dua faktor utama yang mempengaruhi belajar yaitu dari dalam (internal) dan

dari luar (eksternal). Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut

faktor individual, dan faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial”.

Faktor yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor

kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah

tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar

mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Di antara faktor di atas, faktor guru dan cara mengajar memiliki peranan

yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

Bagaimana sikap dan kepribadian guru, ”tinggi rendahnya pengetahuan yang

dimiliki guru, dan bagaimana guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada peserta

didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai peserta

didik” (Ngalim Purwanto, 2002: 104-105).

Matematika merupakan ilmu mengenai struktur pola, hubungan dan aturan-

aturan. Hubungan-hubungan tersebut di dalam matematika berbentuk rumus

(teorema dan dalil) matematika. Menurut Jujun S. Suriasumantri (1998:191),

“matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari

pernyataan yang ingin disampaikan”. Lambang-lambang matematika bersifat

“artifisial”, baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya.

Matematika timbul sebagai hasil pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

proses dan penalaran, sehingga dalam mempelajari matematika sangat dibutuhkan

pengertian, pemikiran dan pemahaman serta tidak cukup hanya bermodalkan

hafalan saja.

Dalam suatu kegiatan belajar mengajar matematika akan menghasilkan

keluaran (ouput) yang berkualitas jika didukung oleh pemanfaatan semua

komponen yang ada secara maksimal. Dilihat dari komponen-komponen yang ada

satu diantaranya adalah penerapan metode yang tepat. Setiap kegiatan yang

Page 19: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dilakukan oleh guru maupun siswa tentu mempunyai tujuan. Lebih-lebih guru

dalam pelaksanaan tugasnya mengajar atau melakukan kegiatan belajar mengajar

selalu dan harus berorientasi pada tujuan yang sudah ditentukan. Untuk itu perlu

dipikirkan bagaimana penerapan metode yang sesuai agar dalam waktu yang relatif

terbatas dapat tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

Siswa penyandang tuna grahita memiliki keterbelakangan mental bila

dibanding anak normal pada umumnya. Anak tuna grahita mempunyai kecerdasan

atau IQ di bawah 84, memiliki keterbatasan dalam hal berfikir, daya ingatnya

rendah, sukar berfikir abstrak, daya fantasinya rendah, sehingga mereka mengalami

kesulitan belajar termasuk dalam bidang studi matematika yang diakibatkan karena

daya ingatnya rendah dan sukar berfikir abstrak.

Dari kenyataan yang ada, siswa tuna grahita kelas VI semester I SLB ABC

Tawangsari tahun pelajaran 2010/2011, nilai rata-rata kelas masih rendah karena di

bawah 60,00 yang diasumsikan masih di bawah nilai KKM yang ditentukan,

sehingga guru berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tuna grahita

dengan melakukan inovasi pembelajaran menerapkan metode resitasi.

Dengan adanya sistem pendidikan dan pengajaran anak berkelainan

khususnya anak tuna grahita ringan berbeda dengan pendidikan anak normal pada

umumnya. ”Untuk anak tuna grahita ringan lebih bersifat individual, fleksibel,

dengan cara informal, dan harus bersifat konkrit serta dapat menarik perhatian

sehingga membantu mempermudah anak dalam menerima pelajaran” (Mohammad

Amin, 1996: 155).

Metode pembelajaran bagi anak tuna grahita dapat membantu

mempermudah proses belajar mengajar, penggunaan metode yang tepat maka akan

membantu proses belajar mengajar. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Premana

(2001: 45), ada sepuluh metode mengajar, yaitu: “metode ceramah, tanya jawab,

diskusi, kerja kelompok, pemberian tugas, demontrasi, eksperimen, simulasi,

inskusi, dan metode pengajaran unit atau pembelajaran terpadu”. Adapun metode

resitasi, apabila dikaitkan dengan pendapat Mulyani Sumantri dan Johar Premana,

metode resitasi termasuk kedalam metode pemberian tugas.

Page 20: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Kesungguhan pemahaman dalam belajar matematika dan pemilihan metode

mengajar yang tepat akan mempunyai andil yang besar di dalam meningkatkan

prestasi belajar matematika. Metode pengajaran yang baik adalah metode yang

mampu menghantarkan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa diberi

kesempatan untuk melatih kemampuannya, misalnya menyelesaikan tugas-tugas

yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa dapat berkreativitas mengerjakan

tugas yang menjadi kewajiban siswa. Dengan keaktifan siswa yang teratur maka

siswa akan berprestasi lebih baik lagi dibandingkan dengan prestasi yang pernah

diperoleh.

Salah satu metode yang dapat digunakan guru adalah metode resitasi atau

pemberian tugas. Resitasi merupakan metode menggajar yang dapat digunakan

untuk mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung maupun

tugas yang harus dikerjakan di rumah oleh siswa, karena resitasi menuntut siswa

untuk selalu belajar dan mengevaluasi tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tugas

yang diberikan oleh guru banyak bentuknya, salah satunya adalah tugas yang

dikerjakan secara kelompok di sekolah dan tugas di rumah atau pekerjaan rumah.

Dengan pemberian tugas ini diharapkan siswa dapat memanfaatkan sebaik-

baiknya karena siswa mempunyai banyak waktu untuk mengerjakan bahkan

bertanya kepada orang lain atau dapat juga dengan mencari buku-buku yang

menunjang masalah yang dihadapi apabila siswa mampu memanfaatkan waktu dan

mau berusaha untuk berlatih dengan sungguh-sungguh maka diharapkan prestasi

belajarnya dapat meningkat.

Dengan memahami kebutuhan para siswa tuna grahita, maka guru

diharapkan dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa tuna

grahita yang memiliki keterbatasan dibanding anak normal karena anak tuna

grahita memiliki intelektual rendah dengan ciri-ciri: (1) keterhambatan fungsi

kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam

perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun (Salim

Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56). Hal yang perlu dicatat adalah membantu

siswa untuk meneliti kebutuhan mana yang secara spesifik menimbulkan masalah,

sehingga dengan bantuan media pembelajaran yang tepat, siswa dapat berusaha

Page 21: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

meningkatkan kreativitas sehingga kemampuan membaca dapat ditingkatkan sesuai

dengan kondisi anak, sebagaimana yang dikemukakan (Salim Choiri dan Munawir

Yusuf, 2008:56) bahwa anak tuna grahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan

perkembangan bicara/bahasa terlambat.

Gambaran selintas, guru-guru di SLB ABC Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo dalam praktiknya mereka hampir seluruhnya menerapkan metode

ceramah yang banyak didominasi guru yang selama ini sering digunakan, sehingga

masih memerlukan pembenahan. Upaya pembenahan tersebut akan sangat

bermanfaat bagi siswa, guru bahkan pihak sekolah. Pembenahan yang harus

dilakukan tidak saja berkaitan dengan metode pembelajaran namun juga pada aspek

metode pembelajaran yang digunakan.

Berdasarkan latar belakang dan berbagai pemikiran di atas, penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: UPAYA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

PENERAPKAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS

VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti telah diuraikan di depan, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah penerapan metode resitasi

dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB

ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011?.”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar

matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

Page 22: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu tentang penerapan metode resitasi dalam

pembelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada

siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa tuna grahita kelas VI SLB

ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo dalam meningkatkan prestasi belajar

matematika.

Page 23: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Anak Tuna Grahita

a. Pengertian Anak Tuna Grahita

Ada beberapa istilah mengenai anak tuna grahita, yaitu terbelakang

mental, tuna mental, lemah otak, lemah fikiran, dan mentaly retarded. Dalam

penulisan menggunakan istilah tuna grahita. Siswa tuna grahita adalah mereka

yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan atau

kemampuanya berada di bawah rata-rata dari ukuran normal, sehingga

membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Sunaryo Kartadinata (1996: 83)

mengemukakan bahwa, "tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk

menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata,

sukar mengikuti program pendidikan di sekolah umum sehingga membutuhkan

layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kemampuan anak."

Menurut Bratanata yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 88) bahwa:

Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita,

jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di

bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya

memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam

program pendidikannya.

Moh. Amin (1996: 1) dengan menggunakan istilah anak terbelakang

mendefinisikan bahwa: ”Anak terbelakang adalah anak yang mengalami

keterbelakangan dalam perkembangan kecerdasan. Kalau anak normal umur 10

tahun mencapai kecerdasan sesuai dengan umurnya, maka anak terbelakang

hanya mencapai kecerdasan yang sama dengan anak yang lebih muda umurnya.”

Smith, et.all. yang dikutip Mumpuniarti (2007: 5) mengemukakan

bahwa:

People who are mentally retarded overtime have been rejerred to as dumb, stupid, immature defective, deficientg, subnormal, incompetent, and dull. Terms such as idiot, imbelice, moron and feebleminded were commonly used historically to label this population. Although the word

7

Page 24: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

faal referred to those who lwere mentally ill, and the word idiot was directed toward individuals who were severely retarded, these terms were frequently used interchangeably. (Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental dengan

istilah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat

(defective), kurang sempurna (deficient), di bawah normal (subnormal),

tidak mampu (incompetent), dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot,

imbecile, moron, dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompok

penyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk ke orang

sakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat,

keduanya sering digunakan secara bergantian.

Dari pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas, dapatlah

disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tuna grahita adalah mereka yang jelas-

jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan, sehingga

untuk mengembangkan potensinya secara optimal diperlukan pelayanan

pendidikan secara khusus. Karena kelainannya itu maka mereka mengalami

kesulitan dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering ketinggalan dari

teman-temannya yang normal.

b. Ciri-Ciri Kejiwaan Siswa Tuna Grahita

Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik dan mendapatkan

pelayanan pendidikan yang bervariasi.

Moh. Amin (1996: 34) menguraikan ciri-ciri anak tuna grahita sebagai

berikut:

Kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat

mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian,

perkembangan dan dorongan emosi anak tuna grahita berbeda-beda

sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing, struktur maupun

fungsi organisme pada umumnya kurang dari anak normal.

Pendapat lain dikemukakan oleh Munzayanah (2000: 24) bahwa:

Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandang

tuna grahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan,

mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan

dasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap

yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang

kaku dan labil.

Smith, et.all. yang dikutip Mumpuniarti (2007: 10-11) menguraikan ciri-

ciri anak tunagrahita sebagai berikut:

Page 25: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1) Kondisi kecerdasan fungsional a) Asesmen fungsi kecerdasan harus diperoleh dari berbagai sumber

informasi, dan kesepakatan sebagai cacat mental merupakan tanggungjawab bersama secara tim multidisipliner.

b) Skala skor IQ kurang dari 75. 2) Adaptasi tingkah laku

a) Harus diukur secara langsung seperti ukuran pada evaluasi performance individu dibandingkan dengan kelompok usia sebaya yang sama (same-age peers) dari latar belakang budaya yang sama.

b) Teridentifikasi deficit dalam dua atau lebih bidang keterampilan adaptif.

3) Periode perkembangan a) Sampai usia 21 atau di bawahnya. b) Ketidaksesuaian secara terus menerus sampai lebih dari satu tahun.

4) Performance dalam bidang pendidikan a) Evaluasi tampilan pada bidang pendidikan dalam konteks arus

lingkungan. b) Teridentifikasi deficit dalam seluruh bidang akademik inti

(matematika, bahasa, membaca, seni, dan science). c) Deficit secara signifikan pada skor individual berkurang satu

standart penyimpangan di bawah rata-rata dari sampel standardisasi nasional.

d) Pengukuran yang distandarisasi harus divalidasi lebih lanjut oleh data di sekolah pada dokumen yang berbeda antara individu performance dan performance kelompok usia sebaya dari latar belakang budaya yang sama.

e) Asesmen dari akademik performance harus juga inklud terdokumenasi daya tahan intervensi pendidikan umum.

Siswa tuna grahita memiliki keterbatasan dibanding anak normal, karena

anak tunagrahita memiliki intelektual rendah dengan ciri-ciri: (1) keterhambatan

fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan

dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18

tahun (Salim Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56). Lebih lanjut disebutkan

bahwa anak tunagrahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan perkembangan

bicara/bahasa terlambat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak tuna grahita

adalah: kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat

mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, mengalami

kesukaran berfikir abstrak, mereka berbicara lancar, mereka masih dapat

mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus, mengalami

gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan,

bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan

Page 26: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada umur 16 tahun

baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun.

c. Sebab-sebab Siswa Tuna Grahita

Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya

ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa

sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan

lainnya (faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan

psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor

yang terjdi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi

pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Devenport

yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui jenjang

sebagai berikut:

1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma; 2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur; 3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi; 4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio; 5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelahiran; 6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin; 7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-

kanak.

Menurut Moh. Amin (1996: 62) anak tuna grahita dapat disebabkan oleh

berbagai faktor yaitu:

1) Faktor Keturunan. Faktor ini terdapat pada sel khusus yang pada pria disebut spermatozoa dan pada wanita disebut sel telur (ovarium). Kelainan orang tua laki-laki maupun perempuan akan terwariskan baik kepada anaknya yang laki-laki maupun perempuan. Apakah warisan tersebut akan nampak atau tidak juga tergantung pada dominan resesifnya kelainan tersebut.

2) Gangguan metabolisme dan gizi. Kegagalan dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental dalam individu.

3) Infeksi dan keracunan. Diantara penyebab terjadinya ketunagrahitaan adalah adanya infeksi dan keracunan yaitu terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan ibunya. Penyakit-penyakit tersebut antara lain: rubella, syphilis, toxoplasmosis dan keracunan yang berupa: gravidity sindrome yang beracun, kecanduan alkohol dan narkotika.

4) Trauma, ketunagrahitaan dapat juga disebabkan karena terjadinya trauma pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif selama hamil.

Page 27: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

5) Masalah pada kelahiran. Kelahiran yang disertai by poxia dapat dipastikan bahwa bayi yang di lahirkan menderita kerusakan otak, menderita kejang, nafas yang pendek, kerusakan otak juga disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.

6) Faktor lingkungan sosial budaya. Lingkungan dapat berpengaruh terhadap intelek anak, kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Tuna grahita dapat disebabkan oleh lingkungan yang tingkat sosial ekonominya rendah. Hal ini disebabkan ketidak-mampuan lingkungan memberikan rangsangan-rangsangan yang diperlukan anak pada masa perkembangannya.

Pendapat lain di kemukakan oleh Lumbantobing (1997: 14) bahwa

penyebab retardasi mental terdapat tiga faktor yaitu:

1) Predisposisi genetik, termasuk kepekaan yang dipengaruhi oleh faktor

genetik terhadap agens atau faktor ekologis atau lingkungan.

2) Faktor lingkungan yang dapat mengganggu organisme yang tumbuh,

misalnya keadaan nutrisi, pernapasan terhadap zat kimia endogen

atau eksogen, mikro organisme, radiasi dan juga keadaan lingkungan

psikososial.

3) Waktu terjadinya pemaparan. Saat terjadinya pemaparan dapat

mempengaruhi beratnya kerusakan, misalnya jika janin terpapar virus

rubella sewaktu berusia trimester pertama maka kecacatan dapat

berat, bila pemaparan terjadi waktu usia janin lebih tua atau pasca

lahir maka kecacatan jauh lebih ringan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak tuna

grahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin, gangguan psikologis

sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses kelahiran tidak

sempurna, masa pos natal, anak tuna grahita dapat disebabkan pada waktu kecil

pernah sakit secara terus menerus; faktor keturunan, gangguan metabolisme dan

gizi, infeksi dan keracunan. Di samping itu juga disebabkan oleh predisposisi

genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau lingkungan, dan waktu

terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus rubella sewaktu berusia

trimester pertama maka kecacatan dapat berat.

d. Klasifikasi Siswa Tunagrahita

Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau

pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat

berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang

mengemukakannya.

Page 28: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Yusak S. (2003: 61) mengklasifikasikan anak tunagrahita berdasarkan

IQ (tingkat kecerdasan) sebagai berikut:

“Idiot yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak

normal berusia 2 tahun. IQ nya antara 0–19. Imbisil kapasitas

kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 7

tahun, minimal sama dengan anak normal usia 3 tahun, IQ nya 20–49.

Debil yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak

normal berusia 10 tahun, minimal 7 tahun, IQ nya 50 – 69. Slow

learners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak

normal. IQ nya 78 – 89.”

Moh. Amin (2005: 23) mengemukakan klasifikasi anak terbelakang

sebagai berikut:

“Idiot kecerdasannya sekalipun sudah berusia lanjut tidak lebih dari anak normal seusia 3 tahun. Embisil kecerdasan maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 7 tahun. Debil kecerdasan perkembangan kecerdasannya antara setengah hingga tiga perempat kecepatan anak normal atau pada usia dewasa kecerdasannya maksimal kira-kira sama dengan anak normal usia 12 tahun. Moron kecerdasannya maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 16 tahun.”

Klasifikasi anak tunagrahita dapat digambarkan dalam bentuk kurve

sebagai berikut:

Keterangan:

Under 70 [mentally retarded] -- 2.2%

70-80 [borderline retarded] -- 6.7%

80-90 [low average] -- 16.1%

90-110 [average] -- 50%

110-120 [high average] -- 16.1%

120-130 [superior] -- 6.7%

Over 130 [very superior] -- 2.2%

(George Boeree: http://www.iqcomparisonsite.com/IQBasics.aspx)

Page 29: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Dari kedua pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

klasifikasi anak tunagrahita adalah sebagai berikut:

1) Idiot adalah anak yang mempunyai IQ antara 0 – 10, kecerdasannya

maksimal sama dengan anak normal yang berusia 0 – 2 tahun.

2) Embisil adalah anak yang mempunyai IQ antara 20 – 49, kecerdasannya

maksimal sama dengan anak normal yang berusia 3 – 7 tahun.

3) Debil adalah anak yang mempunyai IQ antara 50 – 69, kecerdasannya

maksimal sama dengan anak normal yang berusia 8 – 12 tahun.

4) Slow learners atau dapat juga disebut moron adalah anak yang mempunyai

IQ antara 70 – 89, kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang

berusia 16 tahun.

Berdasarkan klasifikasi dari kedua pendapat di atas penulis akan

meneliti kasus penyesuaian diri dalam pergaulan siswa penyandang tunagrahita,

yang tergolong mampu didik yang mempunyai IQ antara 50 – 70 yang biasanya

juga disebut debil. "Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak

tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia

masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan

walaupun hasilnya tidak maksimal" (Mohammad Efendi, 2006: 90).

Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu

didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2)

menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3)

keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.

2. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar memiliki beberapa pengertian. Dari literatur yang

diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut:

”Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau

angka” (Saifuddin Azwar, 2001: 8).” Nasution (2000:76) mengemukakan bahwa

"Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan, ketrampilan terhadap mata

Page 30: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes." Menurut Singgih D. Gunarso

(1995: 40), ”Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang

setelah melakukan kegiatan belajar.”

Berdasarkan dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah hasil maksimal yang berupa kemampuan, keterampilan

dan sikap yang dapat dicapai seseorang dalam proses belajar yang dinyatakan

dengan angka, kode ataupun simbol.

b. Pengertian Matematika

Matematika memiliki beberapa pengertian. Pengertian matematika telah

banyak didefinisikan oleh beberapa ahli, antara lain:

“Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur

yang terorganisasikan mulai dari unsur-usur yang tidak didefinisikan ke unsur-

unsur yang didefinisikan” (Margono, 1997: 6).

Menurut Maryana dan Soedarinah (1991: 65) Matematika adalah

“pengetahuan yang bersifat hirarkis, artinya tersusun dalam urutan tertentu,

bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, bermula

dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak.” Menurut Purwoto (1998:14),

“Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang

struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan

ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke

dalil.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan yang bersifat hirarkis,

bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, dari yang

konkrit menuju ke hal yang abstrak untuk menyelesaikan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan prestasi belajar matematika adalah hasil

belajar siswa setelah melakukan suatu proses belajar matematika.

Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah matematika

sekolah yaitu matematika yang dipelajari di pendidikan dasar yang terdiri dari

bagian-bagian matematika yang dipilih guna mengembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu kepada perkembangan

IPTEK.

Page 31: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Nana Sudjana (1994: 54) mengemukakan bahwa “mata pelajaran

matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi

dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran

yang dapat membantu menjelaskan dan menyelesaikan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

Matematika sebenarnya tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari dalam

arti matematika mempunyai kegunaan yang praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan pendapat Jujun S. Suriasumantri (1998:199) yang

mengatakan bahwa: “matematika mempunyai kegunaan praktis dalam

kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan

pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada

matematika”.

Dari berbagai pandangan di atas penulis berpendapat bahwa siswa dapat

belajar dengan baik dan efisien bila bahan pelajaran yang mereka terima sesuai

dengan kesiapan intelektualnya atau cocok dengan kemampuannya dan telah

tersusun menurut urutan tingkat kesukaran dari mudah, sedang, dan sukar

berdasarkan atas pengalaman belajar sebelumnya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar

mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Ngalim

Purwanto (2002: 107) sebagai berikut: “a. Faktor dari luar, meliputi: lingkungan

dan instrumental; b. Faktor dari dalam, meliputi: fisiologis, psikologis,

kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.”

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut di atas

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Faktor dari luar

a) Faktor lingkungan

Lingkungan yang berujud alam dan sosial. Lingkungan alam seperti

keadaan udara, suhu, kelembaban. Belajar dengan udara yang segar, akan

lebih baik hasilnya, bila dibandingkan dengan keadaan udara yang panas

Page 32: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dan pengap. Lingkungan sosial merupakan hubungan antara individu

dengan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.

b) Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan

penggunaannya sudah direncanakan, sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Seperti: gedung, perlengkapan belajar dan administrasi kelas

atau sekolah. Faktor ini diharapkan membawa hasil belajar yang baik.

2) Faktor dari dalam

a) Faktor fisiologi

Kondisi fisiologi pada umumnya, seperti kesehatan jasmani akan

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jasmani yang sehat, segar, akan

mudah menerima informasi dari guru. Lain halnya bagi siswa yang tidak

sehat jasmaninya, maka hasil belajarnya juga kurang baik.

b) Faktor psikologis

Setiap manusia pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-

beda, karena perbedaan itu juga mempengaruhi hasil belajar. Faktor

psikologis yang dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar adalah:

(1) Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil

belajar seseorang. Apabila seseorang belajar pada bidang yang sesuai

dengan bakatnya, maka kemungkinan berhasilnya akan lebih besar.

(2) Minat

Kalau seseorang tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat

diharapkan akan berhasil dengan baik, sebaliknya bila seseorang

berminat untuk mempelajari sesuatu, maka hasilnya akan lebih baik.

(3) Kecerdasan

Kecerdasan besar peranannya dalam menentukan berhasil tidaknya

seseorang mempelajari sesuatu. Orang yang cerdas pada umumnya

lebih mampu belajar, daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan

seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu,

sedangkan hasil pengukuran dinyatakan dengan angka yang

Page 33: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

menunjukkan perbandingan kecerdasan, yang terkenal dengan

sebutan Inteligence Quotient (IQ). Dengan memahami taraf IQ setiap

siswa, maka seorang guru dapat memperkirakan tindakan yang harus

diberikan kepada siswa secara tepat.

(4) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk belajar. Oleh karena itu, meningkatkan

motivasi belajar siswa menjadi bagian yang amat penting, dalam

rangka mencapai hasil belajar yang maksimal.

(5) Kemampuan kognitif

Tujuan belajar meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Namun pada umumnya pengukuran kognitif lebih

diutamakan dalam rangka menentukan keberhasilan belajar di

sekolah. Karena itu, kemampuan kognitif merupakan faktor penting

dalam belajar siswa.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-

faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar mengajar. Adapun

faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Lerner yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999: 259), ada

beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika, yaitu: (1)

adanya gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual,

(3) asosiasi visual-motor, (4) perserverasi, (5) kesulitan mengenal dan

memahami simbul, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa

dan membaca, dan (8) performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal

IQ. Dari delapan faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Adanya gangguan dalam hubungan keruangan

Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, puncak-dasar, jauh-

dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir umumnya telah

dikuasai oleh anak pada saat mereka belum masuk SD. Anak-anak

Page 34: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep hubungan keruangan

tersebut dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan

sosial mereka atau melalui berbagai permainan.

Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering tidak mendukung

terselenggarakannya suatu situasi dan kondusif bagi terjalinnya komunikasi

antar mereka. Adanya kondisi intrinsik yang diduga karena disfungsi otak

dan kondisi ekstrinsik berupa lingkungan sosial yang tidak menunjang

terselenggaranya komunikasi dapat menyebabkan anak mengalami gangguan

dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan yang mengakibatkan

anak tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan

atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat

ke angka 4 daripada ke angka 6.

2) Abnormalitas persepsi visual

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan

untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok. Anak

yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu

membedakan bentuk-bentuk geometri. Suatu bentuk bujur dangkar mungkin

dilihat oleh anak sebagai empat garis yang tidak saling terkait, mungkin

sebagai segi enam, dan bahkan mungkin tampak sebagai lingkaran. Adanya

abnormalitas persepsi visual semacam ini tentu saja dapat menimbulkan

kesulitan dalam belajar matematika, terutama dalam memahami berbagai

simbol.

3) Asosiasi visual-motor

Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat mengitung

benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua,

tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi

telah mengucapkan “lima”, atau sebaliknya, telah menyentuh benda kelima

tetapi baru mengucapkan ”tiga”. Anak-anak semacam ini dapat memberikan

kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.

Page 35: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

4) Perserverasi

Anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka

waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perverasi

(Mulyono Abdurrahman, 1999: 261). Anak demikian mungkin mulanya

dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya

melekat pada suatu objek tertentu.

5) Kesulitan mengenal dan memahami simbul

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan

dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -, =,

>, <, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya

gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan

persepsi visual.

6) Gangguan penghayatan tubuh

Anak sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri.

Jika anak diminta untuk menggambar tubuh orang misalnya, mereka akan

menggambarkan dengan bagian-bagian tubuh yang tidak lengkap atau

menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah. Misalnya, leher tidak

tampak, tangan diletakkan di kepala, dan sebagianya.

7) Kesulitan dalam bahasa dan membaca

Kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak

di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita menuntut

kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang

mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam

memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.

8) Performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ.

Anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ

(Performance Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah daripada skor

VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Rendahnya skor PIQ pada anak

berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait dengan kesulitan

memahami konsep keruangan, gangguan pesepsi visual, dan adanya

gangguan asosiasi visual-motor.

Page 36: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Metode Resitasi

a. Pengertian Metode Mengajar

Dalam pelaksanaan pengajaran matematika, guru dapat menggunakan

berbagai metode yang sesuai. Guru hendaknya dapat menentukan dengan tepat

metode apa yang akan digunakan dalam mengajarkan pokok bahasan tertentu.

Metode tugas merupakan metode yang digunakan dalam pelaksanaan

pengajaran matematika.

Pengertian metode mengajar menurut Tardif yang dikutip oleh Muhibbin

Syah (2003: 201), “Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur bahwa

untuk melaksanakan kegiatan kependidikan khususnya kegiatan penyajian

materi pelajaran kepada siswa.”

Roestiyah NK (1998: 1) mendefinisikan metode mengajar atau penyajian

pelajaran, yaitu suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar.

Pengertian lain teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau

menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran

tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan

baik.

Menurut pendapat Oemar Hamalik (1989:75), “metode mengajar adalah

suatu cara yang merupakan alat untuk menyampaikan materi pelajaran guna

mencapai tujuan pengajaran.”

Berdasarkan pendapat para ahli, penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa metode mengajar adalah suatu cara yang berisi prosedur untuk mengajar

atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa dalam kelas untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. Dari sini nampak bahwa keberhasilan belajar salah

satunya ditentukan oleh metode mengajar yang diterapkan guru dalam proses

belajar mengajar.

Pemilihan metode yang digunakan dalam mengajarkan suatu hal yang

subyektif, khusus mengenai metode mengajar di dalam kelas selain faktor dari

tujuan juga faktor murid, faktor situasi dan faktor guru ikut menentukan efektif

tidaknya sebuah metode, dengan memiliki pengertian secara umum mengenai

sifat berbagai metode baik mengenai seorang guru akan lebih mudah

menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi

pengajaran yang khusus.

Page 37: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Metode banyak sekali jenisnya disebabkan oleh karena metode ini

dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya: a) tujuan yang berbagai-bagai jenis

dan fungsinya; b) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya; c)

situasi yang berbagai-bagai keadaannya; d) fasilitas yang berbagai kualitas dan

kuantitasnya; e) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-

beda (Rostiyah NK, 1998: 67). Macam-macam metode yang digunakan oleh

guru adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode

pemberian tugas, metode resitasi, metode eksperimen, metode problem solving

dan lain sebagainya. Pemilihan metode ini menurut Rostiyah NK (1998: 68)

berdasarkan: “a. sifat dari pelajaran, b. alat-alat yang tersedia, c. besar kecilnya

kelas, d. tempat dan lingkungan, e. kesanggupan guru, f. banyak sedikitnya

bahan, dan g. tujuan mata pelajaran.”

Adapun metode mengajar yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

metode metode resitasi (metode penugasan). Peranan tugas sangat penting

dalam pengajaran. Metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode

pengajaran. Karena dengan tugas bermaksud: meninjau pelajaran baru, untuk

menghafal pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan-latihan dengan tugas

untuk mengumpulkan bahan, untuk memecahkan suatu masalah dan seteursnya.

Untuk lebih jelasnya mengenai metode tugas (resitasi) akan dijelaskan sebagai

berikut.

b. Metode Resitasi

Kata resitasi bukanlah kata Indonesia asli tetapi merupakan kata serapan

dari bahasa Inggris yaitu resitation yang berarti menceritakan kembali. Setelah

istilah tersebut masuk ke Indonesia dan diterima, timbullah bermacam-macam

pengertian resitasi itu, dan masing-masing pengertian itu bertolak dari pikiran

yang menafsirkannya.

Menurut Ulih Bukit Karo-karo (1991: 39) menyatakan bahwa, “resitasi

atau resitation adalah penyajian kembali atau penimbulan kembali apa-apa yang

dimiliki, diketahui atau dipelajari.” Lebih lanjut Ulih Bukit Karo-karo (1991:

39) menyatakan bahwa, “metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran

Page 38: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dengan menugaskan pelajar-pelajar mempelajari sesuatu kemudian harus

dipertanggungjawabkan.”

Winarno Surakhmad (2000: 91) mengartikan bahwa “metode resitasi

mempunyai tiga fase: pertama guru memberi tugas, kedua siswa melaksanakan

tugas (belajar), dan fase ketiga siswa mempertanggung-jawabkan kepada guru

apa yang telah mereka pelajari.”

Lebih lanjut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 96)

menyebutkan:

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana

guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam

kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel,

di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.

Dari berbagai pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

metode tugas (resitasi) adalah metode penyajian bahan di mana guru

memberikan tugas untuk dilaksanakan oleh siswa di manapun berada asal tugas

itu dapat dikerjakan untuk dipertanggungjawabkan.

Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak

sementara waktu sedikit. Artinya, banyak bahan yang tersedia dengan waktu

kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang

ditentukan, maka metode resitasi inilah yang biasanya digunakan oleh guru

untuk mengatasinya.

Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis.

Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan

dicapai, seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas

motorik (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium, dan lain-lain.

Tujuan metode resitasi agar hasil belajar siswa memuaskan maka, guru

perlu merumuskan tujuan yang jelas yang hendak dicapai oleh siswa. Metode

tugas biasanya digunakan dengan tujuan sebagai berikut: a) agar siswa memiliki

hasil belajar yang lebih mantap; b) untuk memperoleh pengetahuan, setelah

melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta

keterampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah; c)

Page 39: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dengan melaksanakan tugas siswa aktif belajar; d) merasa terangsang untuk

meningkatkan belajar yang lebih baik. Memupuk inisiatif dan berani

bertanggung jawab sendiri; dan e) selalu memanfaatkan waktu senggangnya

untuk hal-hal yang menunjang belajarnya.

Metode Resitasi dipergunakan apabila: a) suatu pokok bahasan atau

aspek-aspek tertentu yang memerlukan latihan yang lebih banyak di luar jam

pelajaran atau memerlukan penjelasan lebih lanjut melalui eksperimen atau

sumber-sumber informasi lain yang lebih luas. b) ruang lingkup bahan

pengajaran terlalu luas, sedangkan waktu yang disediakan tidak memadai. c)

suatu pekerjaan yang tak mungkin dapat diselesaikan selama jam pelajaran. d)

dalam keadaan darurat, di mana guru karena sesuatu hal tidak dapat mengajar

baik untuk sebagian maupun seluruh jam pelajaran, di mana tidak ada guru lain

yang dapat menggantikannya. e) Suatu pokok bahasan perlu pendalaman/

perhatian melalui latihan mandiri (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain

(2006: 96).

c. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Resitasi

Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas

(resitasi) menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 97), yaitu:

“1) fase pemberian tugas, 2) langkah pelaksanaan tugas, dan 3) fase

mempertanggungjawabkan tugas”. Dari ketiga langkah tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Fase Pemberian Tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya

mempertimbangkan: tujuan yang akan dicapai, jenis tugas yang jelas dan tepat

sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut, sesuai dengan

kemampuan siswa, ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa,

tersedia waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

Langkah Pelaksanaan Tugas. Fase ini meliputi: diberikan bimbingan/

pengawasan oleh guru, diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja,

diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain, dianjurkan

agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.

Page 40: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Fase mempertanggungjawabkan tugas. Fase ini meliputi: laporan siswa

baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya, ada tanya jawab/diskusi

kelas, penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara

lainnya.

Tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas,

halaman sekolah, laboratorium, perpustakaan ataupun di rumah. Siswa akan

mendalami dan akan mengalami sendiri pengetahuan yang dicarinya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya tinggal lama dalam pikiran atau jiwanya. Jika

siswa dalam melaksanakan tugasnya ditunjang dengan minat dan perhatian serta

kejelasan tujuan belajarnya, maka tugas tersebut dapat mengembangkan daya

berpikir siswa, daya inisiatif, daya kreatif dan melatih siswa bertanggungjawab.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode tugas

diantaranya adalah: 1) janganlah memberikan tugas yang berhubungan dengan

bahan pelajaran yang belum diajarkan, kecuali sebagai bahan yang akan

diajarkan, misalnya kliping; 2) tugas hendaknya dirasakan penting oleh setiap

siswa; 3) tugas hendaknya jelas batas-batasnya; 4) usahakan mempersiapkan

format atau lembar kerja yang diperlukan; 5) guru hendaknya mempelajari

dengan sungguh-sungguh, apakah suatu tugas dapat disesuaikan dengan

perbedaan siswa secara perorangan atau tidak; 6) perhatikan juga waktu yang

ada pada siswa; 7) tugas pekerjaan rumah (PR) hendaknya diperiksa sendiri oleh

guru dan jangan diperiksa oleh murid, agar guru dapat mengetahui sampai

dimana kemampuan siswa dalam memahami/mendalami materi yang telah

diberikan (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 98).

Metode tugas diterapkan dalam proses pembelajaran Matematika tiga

tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut.

Tahap persiapan meliputi: 1) membuat rancangan tertulis pemberian tugas; 2)

mendiskusikan tugas siswa; 3) menyiapkan lembar kerja; 4) menyediakan

sumber belajar yang diperlukan. Tahap pelaksanaan meliputi: 1) Menjelaskan

tujuan dan manfaat tugas yang diberikan kepada siswa; 2) Memberikan

Page 41: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

penjelasan tentang tugas (terutama mengenai kesulitan yang mungkin dihadapi

dan alternatif pemecahan); 3) pembentukan kelompok (bila tugas kelompok);

memberikan tugas secara tertulis atau lisan; 4) memonitor (mengawasi)

pelaksanaan dan penyelesaian tugas; dan mengadakan diskusi hasil pelaksanaan

tugas. Tahap tindak lanjut meliputi: 1) melaksanakan penilaian hasil

pelaksanaan tugas; 2) menyimpulkan penilaian proses dan penilaian hasil; dan

3) mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa

selama pelaksanaan tugas.

Jenis-jenis tugas banyak macamnya, diantaranya adalah: tugas latihan,

tugas mempelajari sejumlah halaman, tugas mempelajari satu bab, tugas

mempelajari satu topik atau pokok, tugas unit/proyek, dan tugas eksperimen.

Tugas latihan terdiri dari soal-soal yang sudah dijelaskan, tetapi memerlukan

latihan yang lebih banyak di luar jam pelajaran, misalnya pelajaran Matematika,

bahasa dan lain-lain.

Tugas mempelajari satu topik atau pokok, misalnya tentang mata

pencaharian bangsa Indonesia, tentang iklim, tentang binatang buas dan lain-

lain. Untuk ini akan diberikan tugas mempelajari macam-macam buku atau

penyelidiki sumber-sumber lain. Tugas unit/proyek, tugas yang berhubungan

dengan unit yang dibicarakan di dalam kelas. Tugas eksperimen, anak diberi

tugas untuk membuat suatu percobaan, umpamanya dalam IPA.

d. Keuntungan dan Kelemahan Metode Resitasi

Metode resitasi memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan dalam

proses pembelajaran. Keuntungan dan kelemahan tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Keuntungan menggunakan metode resitasi menurut Winarno Surakhmad

(2000: 92-93) sebagai berikut: (1) pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil

belajar, hasil eksperimen atau penyelidikan yang banyak berhubungan dengan

minat mereka dan yang lebih mereka rasakan berguna untuk hidup mereka, akan

lebih lama dapat diingat. (2) murid berkesempatan memupuk perkembangan dan

keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. Adapun

kelemahannya adalah (1) seringkali siswa melakukan penipuan dimana siswa

Page 42: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami

peristiwa belajar. (2) adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa

pengawasan. (3) apabila tugas terlalu sering diberikan, apalagi bila tugas-tugas

itu sukar dilaksanakan siswa, ketenangan mental mereka terpengaruh. (4) sukar

memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individuil.

B. Kerangka Berpikir

Pelajaran matematika oleh kebanyakan siswa seringkali menjadi pelajaran

yang ditakuti atau dibenci siswa. karena anggapan mereka, matematika adalah

pelajaran yang sangat sulit untuk dipelajari dan dipahami. Prestasi belajar

matemaitka yang mereka peroleh tidak memuaskan. Namun ini bukanlah suatu

alasan mengapa prestasi belajar mereka tidak seperti yang diharapkan. Karena pada

dasarnya prestasi itu dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun

faktor eksternal. Faktor yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah tentang

metode mengajar.

Dalam pembelajaran matematika, keterlibatan siswa tuna grahita dalam

menemukan konsep sangat diperlukan, karena dengan dilibatkannya siswa dalam

penemuan konsep, maka siswa akan lebih memahami konsep tersebut. Sehingga

prestasi belajar meningkat. Jadi pengajaran matematika yang menggunakan metode

resitasi lebih tepat. Karena metode resitasi adalah suatu metode mengajar yang

menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar yaitu dengan

membaca buku dan mengungkapkan kembali apa yang telah dibacanya, sehingga

materi yang disampaikan lebih dimengerti dan dipahami yang akhirnya akan dapat

meningkatkan pretasi belajar siswa. Jadi dengan metode mengajar yang melibatkan

siswa dalam proses belajar mengajar akan meningkatkankan pemahaman tentang

materi yang dipelajarinya sehingga prestasi belajar meningkat.

Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarah jalannya

penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan adalah:

Page 43: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Gambar 1

Bagan Kerangka Berfikir

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan tafsiran sementara yang masih perlu diuji

kebenarannya, mengenai bukti-bukti secara ilmiah. Hipotesis tindakan yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Penerapan metode resitasi

dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB

ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.”

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Sebelum menerapkan

metode resitasi

Prestasi belajar matematika

rendah

Penerapan metode resitasi

Siklus I

Siklus II

Prestasi belajar Matematika meningkat

Page 44: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan

penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam

pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian ini dilaksanakan di SLB ABC

Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Pemilihan tempat penelitian ini dengan

pertimbangan: 1) peneliti adalah guru di SLB ABC Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo, 2) terdapatnya subyek penelitian, 3) di kelas VI prestasi belajar

matematika masih rendah sehingga perlu dilakukan inovasi pembelajaran.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 s/d Nopember 2010.

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini subyek penelitian adalah siswa kelas VI SLB ABC

Tawangsari Sukoharjo berjumlah 4 siswa dengan berincian sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Siswa Kelas VI SLB ABC Tawangsari sebagai Subjek Penelitian.

No. Urut Kode Subyek Jenis Kelamin

1 BYI Laki-laki

2 BW Laki-laki

3 HI Laki-laki

4 RW Laki-laki

C. Data dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari siswa kelas VI SLB ABC

Tawangsari Kabupaten Sukoharjo dan guru sebagai subjek penelitian. Data yang

berupa prestasi belajar matematika diperoleh dengan menggunakan tes setelah

dalam proses pembelajaran menerapkan metode resitasi.

28

Page 45: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dan harus

diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini

merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian dapat

tercapai.

Metodologi penelitian menurut Suharsini Arikunto (2003: 136) “Metode

penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya”. Sedangkan Sumadi Suryabrata (2000: 59) berpendapat bahwa

“Metode penelitian adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara

terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

adalah suatu cara yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam

mengumpulkan data untuk pemecahan suatu masalah.

Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan penulis gunakan

dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi, dokumentasi, dan tes.

1. Observasi

a. Pengertian Observasi

Observasi memiliki pengertian yang berbeda antara pendapat satu

dengan yang lainnya. Dari beberapa literatur arti observasi dapat dijelaskan

sebagai berikut:

”Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.” (Margono, S,

2009: 158).

Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan

(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai

sasaran.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi

adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal

Page 46: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan

untuk memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran.

Skor penilaian terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa disediakan

kolom penilaian yang terdiri dari: skor 1 (kurang); skor 2 (sedang); skor 3

(cukup); skor 4 (baik); dan skor 5 (sangat baik).

b. Macam-macam Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan

dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah

perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,

menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu:

1) Observasi Terbuka

Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya

menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.

2) Observasi Terfokus

Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.

Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.

3) Observasi Terstruktur

Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai,

sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat

yang disediakan.

4) Observasi Sistematik

Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya

dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal

dan nonverbal.

c. Observasi yang Digunakan

Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi

menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat

hanya tinggal membubuhkan tanda ( ) pada tempat yang disediakan pada

lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran

matematika melalui metode resitasi. Alasan digunakan observasi terstruktur

Page 47: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

adalah untuk mempermudah observer melakukan pengamatan dan observasi

tertruktur sesuai dengan masalah yang diteliti.

2. Dokumentasi

a. Pengertian Dokumentasi

Dokumentasi memiliki beberapa pengertian menurut beberapa pendapat.

Dari literatur yang diperoleh arti dokumentasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda,

dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “metode dokumentasi adalah cara

pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk

juga buku-buku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain

yang berhubungan dengan masalah penelitian.”

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode

dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenal hal-hal atau variabel

melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

pentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau hukum-

hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian

b. Dokumentasi yang Digunakan

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh

data tentang prestasi awal matematika siswa yang diambil dari nilai ulangan

kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

Skor penilaian berupa nilai yang berupa angka hasil mid semester mata

pelajaran matematika.

3. Tes

a. Pengertian Tes

Nilai matematika siswa diukur melalui tes. Setelah dilaksanakan

tindakan, siswa dites dengan menggunakan soal uraian yang menitikberatkan

pada segi penerapan pada akhir pembelajaran setiap siklus.

Page 48: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas

yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi

Arikunto (2006: 138) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat

lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.Sedangkan

menurut James Ppoham dan Eva L. Baker (2001:112), “tes adalah pertanyaan

yang berupa lesan maupun tulisan yang harus dijawab oleh seseorang untuk

mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat

yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik

secara individu atau kelompok.

b. Macam-macam Tes

Bentuk-bentuk tes dikemukakan Suharsimi Arikunto (2006: 139), antara

lain sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2) Tes pilihan ganda, 3) Tes

menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes jawaban singkat. Sedangkan

menurut James Ppoham dan Eva L. Baker (2001:118), tes terdiri dari beberapa

macam, antara lain: 1) tes pilihan, 2) butir tes isian, 3) butir tes isian singkat, dan

4) butir tes esai,

c. Tes yang Digunakan

Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes yang

hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta untuk

menunjukkan jawaban yang terbaik. Tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes objektif isian atau melengkapi yang terdiri dari 20 item pertanyaan.

Skor penilaian terhadap hasil tes yaitu jawaban benar mendapat nilai 5

dan jawaban salah mendapat nilai 0.

E. Validitas Data

Informasi yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan

data dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga validitas data

tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat

Page 49: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

dalam menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa

validitas dalam penelitian ini adalah triangulasi.

Moeleong (2004: 330) mengemukakan bahwa “Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Teknik

triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan

triangulasi metode. Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan

data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang

berbeda. Sedang triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama

dengan metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau

dokumen yang ada.

Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data

dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi

untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam berhitung. Untuk itu

peneliti membandingkan data hasil penelitian dari berbagai metode antara lain

dengan tes, observasi dan dokumentasi. Triangulasi data dilakukan dengan cara :

1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil metode

pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observasi dan dokumentasi

dengan memadukan hasil ketiganya. Dalam hal ini bertujuan memperoleh

informasi yang benar dan meyakinkan.

2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai

sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh

data (setting)

F. Analisis Data

Data berupa hasil tes diklasifisikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut

dianalisis secara desktiprif komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes

antarsiklus, yang dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum menerapkan metode

resitasi; dan nilai tes siswa setelah menerapkan metode resitasi sebanyak 2 siklus.

Kemudian, data yang berupa nilai tes antarsiklus tersebut dibandingkan hingga

hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan.

Page 50: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

G. Indikator Kinerja

Indikator pencapaian dalam penelitian ini ditetapkan: nilai matematika

60,00 atau lebih sebagai batas tuntas pembelajaran penguasaan matematika dicapai

oleh siswa. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan dengan kondisi sekolah,

seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar bergantung pada

guru kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai

dengan KTSP).

H. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh

Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.

Suharsimi Arikunto (2007: 16) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep

pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga

menunjukkan langkah, yaitu:

1. Perencanaan atau planning

2. Tindakan atau acting

3. Pengamatan atau observing

4. Refleksi atau reflecting

Langkah-langkah tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 2 berikut:

Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas

Kurt Lewin dalam Suharsimi Arikunto (2007: 16)

Tindakan

Refleksi

Perencanaan

Pengamatan

Page 51: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang

komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua

komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu

kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah

berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sebuah modifikasi yang

diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu

seharusnya. Penelitian tindakan dilaksanakan sampai mencapai batas ketuntasan

belajar matematika melalui metode resitasi sesuai dengan indikator pencapaian

tujuan penelitian tindakan kelas yang direncanakan.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat

peningkatan prestasi belajar matematika. Hasil tes sebagai dasar untuk menentukan

tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar matematika.

Tabel 2. Prosedur Penelitian

Peren-

canaan

1 Persiapan

2 Deskripsi awal Prestasi belajar matematika rendah

3 Penyusunan

Rencana Tindakan

a. Merencanakan pembelajaran yang akan

diterapkan dalam proses pembelajaran.

b. Menentukan pokok bahasan.

c. Mengembangkan skenario pembelajaran.

d. Menyiapkan sumber belajar.

e. Mengembangkan format evaluasi.

f. Mengembangkan format observasi.

g. Menyiapkan perencanaan pembelajaran

dengan metode resitasi.

4 Pelaksanaan

Tindakan

Menerapkan tindakan mengacu pada

skenario pembelajaran, mengamati proses

belajar.

Page 52: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

5 Pengamatan Melakukan observasi dengan memakai

format observasi.

6 Evaluasi/Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah

dilakukan.

b. Melakukan pertemuan untuk membahas

hasil evaluasi tentang skenario pem-

belajaran dan lain-lain.

c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan

sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan

siklus berikutnya.

d. Evaluasi tindakan I.

Siklus

II

7 Perencanaan dan

penyempurnaan

tindakan

a. Atas dasar hasil siklus I, dilakukan

penyempurnaan tindakan.

b. Pengamatan program tindakan II.

8 Tindakan Pelaksanaan program tindakan II.

9 Pengamatan Pengumpulan data tindakan II.

10 Evaluasi/Refleksi Evaluasi tindakan II (berdasarkan

indikator pencapaian).

Kesimpulan

Page 53: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siswa kelas VI SLB ABC

Tawangsari pada kondisi awal dengan metode ceramah, berikut ini dapat disajikan

prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

yang terkait dengan kondisi awal pembelajaran matematika.

Tabel 3. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC

Tawangsari (Kondisi Awal).

No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan

1 BYI 50 Belum tuntas

2 BW 45 Belum tuntas

3 HI 40 Belum tuntas

4 RW 60 Sudah tuntas

Jumlah 195

Rerata Nilai Matematika 48,75

Ketuntasan Klasikal 25,00% Belum tuntas

Sumber data: Lampiran 11 halaman 79.

Prestasi belajar awal matematika siswa tunagrahita kelas VI SLB ABC

Tawangsari dapat digambarka dalam bentuk grafik sebagai berikut:

0

10

20

30

40

50

60

BYI BW HI RW

Prestasi Awal

Grafik 1. Prestasi Belajar Matematika (Kondisi Awal)

37

Page 54: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak

3 siswa memperoleh nilai di bawah 60. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 60

hanya 1 siswa. Nilai rerata 48,75 dengan tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar

25,00%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa tunagrahita kelas VI SLB

ABC Tawangsari belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan

demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran matematika materi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang

diharapkan.

Berdasarkan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat yang masih rendah, maka sebagai guru berusaha

melakukan inovasi pembelajaran agar prestasi belajar matematika materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan. Inisiatif yang

diambil guru kelas serta didukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru

kolaborasi, dilakukan inovasi pembelajaran dengan menerapkan metode resitasi

dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat.

2. Deskripsi Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-

kegiatan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran

matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siklus I ini

dirancang dengan satu kali pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 3 x

35 menit setiap pertemuan. RPP mencakup ketentuan: kompetensi dasar,

materi pokok, indikator, skrenario pembelajaran, media/sumber belajar, dan

sistem penilaian. (Lampiran 3 halaman 59).

Page 55: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran

adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang

biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk

pelaksanaan pembelajaran dan teknik pemberian tugas (resitasi), kursi diatur

sedemikian rupa (membentuk lingkaran) sehingga guru dapat melakukan

teknik pemberian tugas (resitasi) dengan baik; (2) Mempersiapkan teknik

pemberian tugas (resitasis) sesuai dengan materi pembelajaran.

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama

pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan

siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk

siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi:

memperhatikan bimbingan guru, membaca materi, mencatat materi penting,

mengajukan pertanyaan pada guru, dan mengerjakan LKS. Lembar

pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar,

yang meliputi: menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi

dan sumber belajar, melakukan informasi pendahuluan, penampilan guru,

pengolahan waktu dan penguasaan materi, melaksanakan teknik pemberian

tugas (resitasi), menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan, dan

melaksanakan tes.

b. Pelaksanaan Tindakan

A. Kegiatan Awal (15 menit)

a) Berdoa bersama

b) Mengabsen dan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran.

c) Tanya jawab tentang uang saku.

B. Kegiatan Inti (75 menit)

a) Menjelaskan cara menjumlahkan dua bilangan 3 angka.

b) Menjumlahkan bilangan 3 angka dengan 3 angka dengan teknik

menyimpan.

c) Mengurangkan bilangan 3 angka dengan 3 angka.

Page 56: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

d) Menyelesaikan pengurangan 3 angka dengan 3 angka dengan teknik

menyimpan.

e) Mengenal bentuk bangun ruang balok, kubus, bola, kerucut, dan limas..

f) Mengelompokkan bentuk bangun ruang balok, kubus, bola, kerucut, dan

limas.

C. Kegiatan Akhir (15 menit)

a) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya.

b) Memberi lembar tugas untuk dikerjakan.

c. Pengamatan

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan

bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat

pada saat guru memberikan penjelasan dengan menerapkan metode resitasi,

tidak semua siswa memperhatikan, masih terdapat siswa yang kurang

memperhatikan pembelajaran dari guru, sehingga siswa belum serius mencari

bahan yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Hal ini terjadi karena siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu

yang tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu yang baik.

Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan pada

diri siswa. Masih ada di antara mereka yang hanya sekedar membawa buku

catatan dan alat tulis pada saat guru memberikan pelajaran menerapkan metode

resitasi yaitu memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan tugas dan

bertanya kepada guru terhadap materi yang kurang jelas. Siswa kurang

memperhatikan apa yang diterangkan guru dalam pembelajaran penjumlahan

dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi, siswa masih

beranggapan bahwa tugas yang diberikan guru hanya untuk mengisi jam belajar

matematika, padahal tugas yang tidak dapat dikerjakan dapat didiskusikan

dengan teman dan dapat ditanyakan kepada guru.

Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran matematika

materi matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui

metode resitasi berdasarkan hasil observasi pada siklus I aktivitas siswa masih

Page 57: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

kurang, sehingga perlu ditingkatkan pada siklus II, karena aktivitas siswa secara

keseluruhan masih rendah yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika,

skor aktivitas siswa baru mencapai 50,00% (Lampiran 9 halaman 77).

Dari hasil pengamatan pada siklus I, diperoleh dari lembar pengamatan

aktivitas guru dalam pembelajaran matematika yang terdiri dari 10 indikator

(menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi dan sumber

belajar, melakukan informasi pendahuluan, penampilan guru, pengolahan waktu

dan penguasaan materi, melaksanakan teknik pemberian tugas, menanggapi

usulan siswa, membuat kesimpulan, dan melaksanakan tes) dapat disimpulkan

bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran matematika menerapkan teknik

pemberian tugas (resitasi) belum menunjukkan aktivitas yang diharapkan,

karena rata-rata aktivitas mengajar guru masih rendah yaitu baru mencapai skor

30 atau 60,00% (lampiran 7 halaman 75), sehingga diperlukan kreativitas guru

untuk lebih mendalami teknik pemberian tugas (resitasi), dengan penekanan

tersebut diharapkan pada siklus berikutnya ada peningkatan yang signifikan

terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran matematika.

Hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat melalui metode resitasi pada Siklus I disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC

Tawangsari (Siklus I).

No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan

1 BYI 60 Sudah tuntas

2 BW 55 Belum tuntas

3 HI 50 Belum tuntas

4 RW 65 Sudah tuntas

Jumlah 230

Rerata Nilai Matematika 57,50

Ketuntasan Klasikal 50,00% Belum tuntas

Sumber data: Lampiran 12 halaman 80.

Page 58: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa

sebanyak 2 siswa memperoleh nilai di bawah 60. Sedangkan 2 siswa

memperoleh nilai 60 atau lebih. Nilai rerata 57,50 dengan tingkat ketuntasan

secara klasikan sebesar 50,00%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran

matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa

tunagrahita kelas VI SLB ABC Tawangsari belum memenuhi batas tuntas yang

ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi siklus I ini pembelajaran

matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat

dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan dan perlu untuk dilanjutkan

pada siklus berikutnya.

Prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat siklus I di atas dapat digambarkan dalam betuk grafik sebagai

berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

BYI BW HI RW

Siklus I

Grafik 2. Prestasi Belajar Matematika Siklus I.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa belum

dapat memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya,

pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya

pemanfaatan waktu.

Page 59: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran

meningkatkan prestasi belajar matematka dan jarangnya tanya jawab dilakukan

antara siswa dengan siswa dan bertanya pada guru disebabkan oleh

kekurangpahaman siswa akan pentingnya metode resitasi untuk meningkatkan

prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

sehingga masih terdapat siswa yang menghadapi kesulitan ketika mengerjakan

tugas. Oleh sebab itu, pada pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada

siswa agar lebih mempersiapkan diri dan memperhatikan metode resitasi dan

mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.

Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa

perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan metode resitasi yang

dilaksanakan guru bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap

peningkatan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat. Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan karena aktivitas

untuk bertanya masih sangat kurang.

3. Deskripsi Siklus II

Pembelajaran matematika materi gaya siswa kelas VI SLB ABC

Tawangsari pada siklus II masih ditujukan pada pemahaman siswa terhadap

pemanfaatan metode resitasi. Pelaksanaannya dirancang sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-

kegiatan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran

matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siklus II ini

dirancang dengan satu kali pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 3 x

35 menit setiap pertemuan. RPP mencakup ketentuan: kompetensi dasar,

materi pokok, indikator, skrenario pembelajaran, media/sumber belajar, dan

sistem penilaian. (Lampiran 5 halaman 67).

Page 60: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran

adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang

biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk

pelaksanaan pembelajaran dan teknik pemberian tugas (resitasi), kursi diatur

sedemikian rupa (membentuk lingkaran) sehingga guru dapat melakukan

teknik pemberian tugas (resitasi) dengan baik; (2) Mempersiapkan teknik

pemberian tugas (resitasi) sesuai dengan materi pembelajaran.

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama

pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan

siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk

siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi:

memperhatikan bimbingan guru, membaca materi, mencatat materi penting,

mengajukan pertanyaan pada guru, dan mengerjakan LKS. Lembar

pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar,

yang meliputi: menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi

dan sumber belajar, melakukan informasi pendahuluan, penampilan guru,

pengolahan waktu dan penguasaan materi, melaksanakan teknik pemberian

tugas (resitasi), menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan, dan

melaksanakan tes.

b. Pelaksanaan Tindakan

A. Kegiatan Awal (15 menit)

a) Berdoa bersama

b) Mengabsen dan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran.

c) Tanya jawab tentang uang saku.

B. Kegiatan Inti (75 menit)

a) Menjelaskan cara menjumlahkan dua bilangan 3 angka.

b) Menjumlahkan bilangan 3 angka dengan 3 angka dengan teknik

menyimpan.

c) Mengurangkan bilangan 3 angka dengan 3 angka.

Page 61: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

d) Menyelesaikan pengurangan 3 angka dengan 3 angka dengan teknik

menyimpan.

e) Mengenal bentuk bangun ruang balok, kubus, bola, kerucut, dan limas..

f) Mengelompokkan bentuk bangun ruang balok, kubus, bola, kerucut, dan

limas.

C. Kegiatan Akhir (15 menit)

a) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya.

b) Memberi lembar tugas untuk dikerjakan.

c. Pengamatan

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan

bahwa siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat

pada saat guru memberikan penjelasan dengan menerapkan metode resitasi,

semua siswa memperhatikan penjelasan guru terhadap tugas yang dibeirkan

kepada siswa. Siswa sudah dapat memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu

yang tersedia sehingga waktu dimanfaatkan siswa sebaik mungkin mengerjakan

tugas, melakukan diskusi dengan teman dan diskusi dengan guru dan

mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sungguh-sungguh.

Pada saat guru akan memberikan tugas, semua siswa telah siap, baik

kesiapan siswa terhadap buku catatan, dan alat tulis. Pada saat guru memberikan

pelajaran menerapkan metode resitasi yaitu memberi kebebasan kepada siswa

untuk berdiskusi dengan teman dan bertanya kepada guru terhadap materi yang

tidak jelas. Siswa memperhatikan apa yang dijelaskan guru dalam pembelajaran

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat memperhatikan dengan sungguh-

sungguh tugas yang harus dikerjakan.

Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, semua siswa

melakukannya dengan segera mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru

materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang praktis sehingga

waktu sangat efektif. Siswa juga aktif dalam bertanya, memberikan komentar

terhadap materi yang dibahas. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa

Page 62: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

melakukan tanya jawab dalam diskusi kelas, siswa telah berani mengeluarkan

pendapat di hadapan teman-temannya.

Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran matematika

materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi

berdasarkan hasil observasi pada siklus II aktivitas siswa meningkat, aktivitas

siswa secara keseluruhan sudah tinggi sehingga dapat mempengaruhi

peningkatan hasil belajar matematika, skor aktivitas siswa telah mencapai

76,67% (Lampiran 10 halaman 78).

Dari hasil pengamatan pada siklus II, diperoleh dari lembar pengamatan

aktivitas guru dalam pembelajaran matematika yang terdiri dari 10 indikator

(menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi dan sumber

belajar, melakukan informasi pendahuluan, penampilan guru, pengolahan waktu

dan penguasaan materi, melaksanakan teknik pemberian tugas, menanggapi

usulan siswa, membuat kesimpulan, dan melaksanakan tes) dapat disimpulkan

bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran matematika menerapkan teknik

pemberian tugas (resitasi) telah menunjukkan aktivitas yang diharapkan, karena

rata-rata aktivitas guru mengajar mencapai skor 42 atau 84% (lampiran 8

halaman 76).

Hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat melalui metode resitasi pada siklus II disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5. Nilai Matematika Materi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

Siswa Kelas VI SLB ABC Tawangsari pada Siklus II.

No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan

1 BYI 65 Sudah tuntas

2 BW 60 Sudah tuntas

3 HI 60 Sudah tuntas

4 RW 75 Sudah tuntas

Jumlah 260

Rerata Nilai Matematika 65,00

Ketuntasan Klasikal 100,00% Sudah tuntas

Sumber data: Lampiran 13 halaman 81.

Page 63: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa

sebanyak 4 siswa memperoleh nilai 60 ke atas. Nilai rerata 65,00 dengan tingkat

ketuntasan mencapai 100%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran

matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa

tunagrahita kelas VI SLB ABC Tawangsari telah memenuhi batas tuntas yang

ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi siklus II ini pembelajaran

matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat

dikatakan telah mencapai tujuan yang diharapkan.

Prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat siklus II di atas dapat digambarkan dalam betuk grafik sebagai

berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

BYI BW HI RW

Siklus II

Grafik 3. Prestasi Belajar matematika Siklus II.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa telah

memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya, pembelajaran

matematika perlu ditekankan pada siswa pentingnya pemanfaatan waktu.

Siswa telah bersemangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran

meningkatkan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat dan seringnya tanya jawab dilakukan antara siswa dengan siswa

dan bertanya pada guru menjadikan siswa semakin paham akan pentingnya

Page 64: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

metode resitasi untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sehingga siswa yang menghadapi

kesulitan ketika memahami materi matematika. Pada pembelajaran pada siklus

II siswa telah mempersiapkan diri dan memperhatikan guru dalam penerapan

metode resitasi dalam pembelajara matematika materi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat.

Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru semakin meningkat. Siswa

besemangat sehingga penerapan metode resitasi yang dilaksanakan guru

bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap peningkatan prestasi

belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Siswa

terus dibimbing dan diarahkan dan interaksi dengan siswa semakin sering

sehingga pembelajaran semakin terarah.

B. Hasil Penelitian

Hasil evaluasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat materi pada siklus I menunjukkan bahwa 2 siswa mendapat nilai

kurang dari 60,00 yang dinyatakan belum tuntas belajar matematika materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Sedangkan 2 siswa mendapat nilai

60,00 atau lebih yang dinyatakan telah tuntas belajar matematika materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Nilai rata-rata kelas 57,50.

Ketuntasan secara klasikal sebesar 50,00% yang dinyatakan belum tuntas belajar

matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat secara klasikal.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran matematika

materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi pada

siklus I belum berjalan maksimal dan perlu perbaikan karena masih berada di

bawah indikator kinerja ketuntasan belajar yang telah ditentukan 80% dari jumlah

siswa mendapat nilai 60,00 ke atas.

Dari hasil tindakan siklus I yang belum tuntas baik secara individu maupun

secara klasikal, maka masih perlu diadakan perbaikan pembelajaran matematika

materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi dari

Page 65: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

guru kelas. Guru berusaha meningkatkan aktivitas mengajar dengan melakukan

perbaikan terhadap indikator yang masih kurang sehingga diharapkan pada siklus II

aktivitas guru mengajar dapat mencapai ketuntasan mengajar.

Dari hasil pengamatan pada siklus II, diperoleh dari lembar pengamatan

aktivitas guru dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam

pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

melalui metode resitasi telah menunjukkan aktivitas yang diharapkan, guru telah

mendalami metode resitasi, dengan penekanan tersebut terdapat peningkatan yang

signifikan terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran matematika materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika

materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi Siklus

II aktivitas belajar siswa sudah sesuai yang diharapkan, guru terus memotivasi

belajar siswa dengan menjelaskan keuntungan dan kelebihan pembelajaran

matematika melalui metode resitasi, dengan penekanan tersebut diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Hasil evaluasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat pada siklus II, menunjukkan seluruh siswa mendapat nilai di atas

60,00 yang dinyatakan telah tuntas. Nilai rata-rata kelas 65,00. Ketuntasan secara

klasikal sebesar 100% yang dinyatakan telah tuntas belajar matematika materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat secara klasikal. Berdasarkan hasil

tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran matematika materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi pada siklus II

telah berjalan maksimal dan sudah berada di atas indikator kinerja ketuntasan

belajar yang telah ditentukan (80%).

Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan

pada pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat melalui metode resitasi, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang diperoleh

siswa.

Page 66: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 6. Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat Setiap Siklus Melalui Menerapan Metode Resitasi.

No. Nama Siswa Nilai Awal Siklus I Siklus II

1 BYI 50 60 65

2 BW 45 55 60

3 HI 40 50 60

4 RW 60 65 75

Jumlah 195 230 260

Rata-Rata 48,75 57,50 65,00

Ketuntasan Belajar 25,00 % 50,00% 100%

Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat tabel

perbandingan sebagai berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

BYI BW HI RW

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Grafik 4. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan

dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siswa Melalui Metode

Resitasi.

Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus prestasi belajar

matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat dibuat tabel

perbandingan sebagai berikut:

Page 67: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Matematika Materi

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siklus

S i k l u s Nilai Rata-rata Peningkatan

Tes Awal 48,75 -

Siklus I 57,50 8,75

Siklus II 65,00 7,50

Dari peningkatan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat siswa kelas VI SLB ABC Tawangsari tahun pelajaran

2010/2011 melalui metode resitasi secara klasikal dapat digambarkan dalam bentuk

grafik sebagai berikut:

40

45

50

55

60

65

70

Prestasi Belajar Matematika

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Grafik 5. Peningkatan Prestasi Belajar matematika Materi Penjumlahan

dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siklus.

Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa Rerata Nilai Matematika

materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat telah mencapai 67,50 dari 3

siswa seluruhnya mendapat di atas 60,00. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%

siswa mendapat nilai 60,00 ke atas yang dapat diasumsikan indikator kinerja

secara klasikal telah mencapai batas tuntas.

Page 68: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode

resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI

SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode resitasi dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC

Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

Hasil penelitian ini bila dikaitkan dengan teori masih relevan, tinggi atau

rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor

termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar menurut Ngalim Purwanto (2002: 107) terdiri dari

faktor dari luar, meliputi: lingkungan dan instrumental; dan faktor dari dalam,

meliputi: fisiologis, psikologis, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.

Pemberian tugas (resitasi) merupakan faktor instrumental yang berasal dari luar diri

siswa, dengan seringnya anak diberi tugas maka akan menjadikan siswa selalu

belajar di rumah dan dapat memecahkan masalah yang tidak bisa dengan bantuan

orang lain dan mendapat bimbingan untuk belajar, sehingga anak akan semakin

paham terhadap materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah.

Metode resitasi memiliki beberapa keuntungan sebagaimana yang

dikemukakan Winarno Surakhmad (2000: 92-93) sebagai berikut: 1) pengetahuan

yang siswa peroleh dari hasil belajar, hasil eksperimen atau penyelidikan yang

banyak berhubungan dengan minat mereka dan yang lebih mereka rasakan berguna

untuk hidup mereka, akan lebih lama dapat diingat. 2) murid berkesempatan

memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab

dan berdiri sendiri.

Salah satu strategi yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa adalah dengan diberikan tugas baik tugas yang harus dikerjakan di

sekolah maupun di rumah. Tugas yang diberikan kepada siswa merupakan kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan oleh pihak sekolah baik saat jam sekolah maupun

Page 69: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

di luar jam belajar di sekolah yang ditentukan. Dengan diberikan tugas yang

merupakan tambahan jam belajar, diharapkan anak akan termotivasi untuk

berprestasi dan menguasai materi pelajaran yang telah digariskan dalam kurikulum.

Tugas yang diberikan guru yang biasanya diberikan pada akhir pelajaran

dan menjadi kewajiban siswa untuk menyelesaikan tugas tersebut setelah sampai di

rumah diharapkan dapat membantu siswa dalam memecahkan kesulitan belajarnya.

Guru dapat mengetahui sudah sejauh mana materi yang telah diberikan dikuasai

siswa. Dengan diberikannya tugas maka diharapkan siswa dapat mengutarakan

kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan materi yang belum sempat dibahas pada jam-

jam sekolah dapat dibahas di luar sekolah, yaitu ketika siswa berada di rumah.

Di samping memiliki keuntungan atau kelebihan terhadap metode resitasi,

juga terdapat kelemahannya adalah (1) seringkali siswa melakukan penipuan

dimana siswa hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan orang lain, tanpa

mengalami peristiwa belajar. (2) apabila tugas terlalu sering diberikan, apalagi bila

tugas-tugas itu sukar dilaksanakan siswa, ketenangan mental mereka terpengaruh.

(3) sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka setiap hasil pekerjaan siswa,

guru mengambil kebijakan untuk dibahas kembali dengan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk unjuk kerja di depan kelas mengerjakan tugas yang telah

diberikan. Materi pelajaran yang kurang dipahami dapat bersama-sama untuk

didiskusikan antara siswa dengan guru, sehingga terjadi interaksi dalam

pembelajaran matematika dengan tujuan prestasi belajar matematika dapat

ditingkatkan.

Page 70: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah kemukakan maka

dapat disimpulkan bahwa penerapan metode resitasi dapat meningkatkan prestasi

belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Saran

1. Untuk Kepala Sekolah

Hendaknya lebih meningkatkan pengawasan kepada guru-guru kelas

dalam meningkatkan pembelajaran dan memberikan penjelasan kepada guru dan

siswa akan pentingnya memahami metode resitasi dalam pembelajaran

matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat untuk

mempermudah memahami penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

2. Untuk Siswa

Siswa yang memiliki prestasi penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat yang tinggi, hendaknya memotivasi temannya yang masih rendah dengan

lebih sering mengadakan diskusi, baik pada saat berada di dalam kelas maupun

di luar kelas dengan memanfaatkan metode resitasi. Untuk siswa yang masih

rendah prestasinya, hendaknya memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa

yang disampaikan guru dan temannya yang lebih pandai, siswa perlu memiliki

keberanian untuk bertanya kepada guru dan kepada teman terhadap materi yang

belum jelas.

3. Untuk Peneliti Lain

Perlu diupayakan adanya penelitian yang berkaitan dengan metode

resitasi dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat. Para peneliti dapat mengadakan penyelidikan dengan subyek

yang lebih banyak dan waktu penelitian yang lebih lama sehingga akan

dihasilkan kesimpulan yang berbeda.

54

Page 71: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

DAFTAR PUSTAKA

Farida Rahim. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara.

George Boeree. Intelligence and IQ, Shippensburg University. http://www.

iqcomparisonsite.com/IQBasics.aspx). Diakses tanggal 5 Mei 2011.

James Popham, W. dan Eva L. Baker. 2001. Teknik Mengajar Secara Sistematis.

Jakarta: Rineka Cipta.

Jujun S. Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kamus Umum Bahasa Indonesia. 2001. Jakarta: Balai Pustaka.

Lumbantobing, 1997. Anak Dengan Mental Terbelakang. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Margono. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Maryana W. dan Soedarinah Padmodisastro. 1991. Dasar-dasar PMIPA.

Surakarta: UNS Press.

Moeleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mohammad Efendi, 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Moh. Amin, 1996. Ortopedagogik Anak Tuna Grahita. Bandung: Depdikbud.

_____. 2005. Ortopedagogik C (Pendidikan Anak Terbelakang). Jakarta:

Depdikbud.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Depdikbud dan Rineka Cipta.

Mumpuniarti. 2007. Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental.

Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Munzayanah. 2000. Pendidikan Anak Tuna Grahita. Surakarta: PLB.

Mulyani Sumantri dan Johar Premana. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosda karya.

Nana Sudjana. 1994. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru.

_____. 2001. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Sinar Baru.

Page 72: S K R I P S I - core.ac.uk · SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI ”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Nasution. 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 1989. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Pasaribu dan Simanjuntak. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito.

Purwoto. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.

Retno Winarni. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga: Widyasari.

Roestiyah NK. 1998. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.

Salim Choiri, A. dan Munawir Yusuf. 2008. Pendidikan Luar Biasa / Pendidikan

Khusus. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.

Saifuddin Azwar. 2001. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Singgih D. Gunarso. 1995. Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga.

Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sumadi Suryabrata. 2000. Metode Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

Sunaryo Kartadinata. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud, Dirjen

Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta

Sistematika Proposal dan Pelaporannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustak Book

Publisher.

Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.

Jakarta: Gramedia.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Ulih Bukit Karo-karo. 1991. Suatu Pengantar Ke Dalam Metodologi Pengajaran.

Salatiga: CV. Saudara.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).

Bandung: Citra Umbara.

Winarno Surakhmad. 2000. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Yusak S. 2003. Instruduksi Pada Anak Berkelainan. Bandung: Sinar Baru.