s k r i p s i - core.ac.uk · siswa tuna grahita kelas vi semester i slb abc tawangsari ”....
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
PENERAPAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA
KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI
KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
S K R I P S I
Oleh :
Endro Sulartanto
NIM: X.5107524
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
PENERAPAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA
KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI
KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
Endro Sulartanto
NIM: X.5107524
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Maryadi, M.Ag. Drs. Munawir Yusuf, M.PSi. NIP. 19520601 198103 1003 NIP. 19550501 1981031 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jumat
Tanggal : 27 Mei 2011
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. …………………………..
Sekretaris : Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,M.Pd. …………………………..
Anggota I : Drs. Maryadi, M.Ag. .…………………………..
Anggota II : Drs. Munawir Yusuf, M.PSi. …………………………..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 1960 0727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Endro Sulartanto. ”UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA DENGAN PENERAPKAN METODE RESITASI PADA
SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI
KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Skripsi,
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,
Mei, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2010/2011.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran matematika. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa tunagrahita
kelas VI semester I SLB ABC Tawangsari Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011
yang berjumlah 4 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis desktiprif
komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes antarsiklus. Yang dianalisis
adalah nilai tes siswa sebelum melalui metode resitasi dan nilai tes siswa setelah
melalui metode resitasi sebanyak dua siklus.
Berdasarkan hasil pengolahan data ditarik kesimpulan bahwa penerapan
metode resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita
kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Endro Sulartanto. “EFFORT TO INCREASE THE STUDY ACHIEVEMENT
OF MATHEMATICS BY APPLYING THE RESITATION METHOD ON THE
MENTALLY RETARDED CLASS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI
SUKOHARJO REGENCY IN THE SCHOOL YEAR 2010/2011”. Thesis,
Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret
University, May 2011.
The aim of this research is to increase the study achievement of
mathematics in the mentally retarded class VI SLB ABC Tawangsari, Sukoharjo
Regency, in the school year 2010/2011.
The research used is Class Action Research (CAR) that is a study that is
carried at by a teacher in the classroom where he or she teacher, by stressing on the
perfectness or increasing practice and process in teaching mathematics. The subject
of this study is all of the mentally retarded class VI semester I SLB ABC
Tawangsari Sukoharjo Regency in the school year 2010/2011, consisting of 4
students. The technique of data analysis used in this study is descriptive
comparative analysis, namely by comparing the test values inter-cycle. This study
analyzes the students test values before the resitation method carried out and the
students test values after the resitation method carried out for two cycles.
Based on the result of processing data, it can be concluded that the
application of the resitation method can increase the study achievement of
mathematics on the mentally retarded class VI SLB ABC Tawangsari Sukoharjo
Regency in the school year 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Artinya: “Janganlah kamu merasa lemah dan berdukacita, padahal kamu adalah
orang yang berderajat paling tinggi, jika kamu benar-benar beriman”
( Q.S. Ali Imran: 139 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
- Ayahnda dan dan Ibunda tercinta.
- Istri tercinta.
- Anak-anak tersayang.
- Rekan-rekan PLB FKIP UNS.
- Murid-murid yang kusayangi.
- Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas.
3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa
yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Drs. Maryadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Drs. Munawir Yusuf, M.PSi., selaku pembimbing II yang telah memberikan
petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Karmi T., S.Pd., selaku Kepala SLB ABC Tawangsari Sukoharjo yang telah
memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis.
7. Dra. Sulasih, selaku teman kolaborasi yang telah meluangkan waktu mengamati
jalannya penelitian tindakan kelas.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan
menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Pebruari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ...................... 7
A. Kajian Teori ............................................................................... 7
1. Anak Tuna Grahita ............................................................. 7
2. Prestasi Belajar Matematika ............................................... 13
3. Metode Resitasi .................................................................. 20
B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 26
C. Hipotesis Tindakan ................................................................... 27
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 28
A. Setting Penelitian ...................................................................... 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Halaman
B. Subyek Penelitian ...................................................................... 28
C. Data dan Data Penelitian ........................................................... 28
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................... 29
E. Validitas Data ........................................................................... 32
F. Analisis Data ............................................................................. 33
G. Indikator Kinerja ........................................................................ 34
H. Prosedur Penelitian ................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 37
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 37
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 48
C. Pembahaan Hasil Penelitian ...................................................... 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 54
A. Simpulan .................................................................................... 54
B. Saran .......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar Siswa Kelas VI SLB ABC Tawangsari sebagai Subjek
Penelitian ......................................................................................... 28
Tabel 2. Prosedur Penelitian ........................................................................ 35
Tabel 3. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC
Tawangsari (Kondisi Awal) ............................................................ 37
Tabel 4. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC
Tawangsari (Siklus I) ..................................................................... 41
Tabel 5. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC
Tawangsari (Siklus II) .................................................................... 46
Tabel 6. Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat Setiap Siklus Melalui Penerapan Metode Resiasi .. 50
Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Presasi Belajar Matematika Materi
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siklus......... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir ...................................................................... 27
Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas .................................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Prestasi Belajar Matematika (Kondisi Awal) ............................... 37
Grafik 2. Prestasi Belajar Matematika (Siklus I) .......................................... 42
Grafik 3. Prestasi Belajar Matematika (Siklus II) ......................................... 47
Grafik 4. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan
dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siswa Melalui Metode
Resitasi ......................................................................................... 50
Grafik 5. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan
dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Setiap Siklus ................ 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ....................................................... 57
Lampiran 2. Daftar Siswa Kelas VI Tunagrahita SLB ABC Tawangsari
Tahun Pelajaran 2010/2011 Sebagai Sampel Penelitian ......... 58
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) .......................... 59
Lampiran 4. Soal Tes Matematika Siwa Kelas VI/C SLB ABC Tawngsari
(Siklus I) .................................................................................. 62
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) .......................... 67
Lampiran 6. Soal Tes Matematika Siwa Kelas VI/C SLB ABC Tawngsari
(Siklus II) ................................................................................. 70
Lampiran 7. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus I) ....................... 75
Lampiran 8. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus II) ...................... 76
Lampiran 9. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus I) ..................... 77
Lampiran 10. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus II) .................... 78
Lampiran 11. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB
ABC Tawangsari (Kondisi Awal) ........................................... 79
Lampiran 12. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB
ABC Tawangsari (Siklus I) ..................................................... 80
Lampiran 13. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB
ABC Tawangsari (Siklus II) ................................................... 81
Lampiran 14. Rekapitulasi Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita
Kelas VI SLB ABC Tawangsari .............................................. 82
Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian ................................................... 83
Lampiran 16. Perijinan Penelitian .................................................................. 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang berkalinan atau ketunaan
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa)
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosioinal, mental, sosial”
(UU Sisdiknas, 2003: 21). Ketetapan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan
yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama
sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan
pengajaran.
Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak berkelainan untuk
memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan angka
partisipasi pendidikan anak normal dengan anak berkelainan. Untuk bisa
memberikan layanan pendidikan yang relevan dengan kebutuhannya, guru perlu
memahami sosok anak berkelainan, jenis dan karakteristik, etiologi penyebab
kelainan, dampak psikologis serta prinsip-prinsip layanan pendidikan anak
berkelainan. Hal ini dimaksudkan agar guru memiliki wawasan yang tepat tentang
keberadaan anak berkelainan, dalam hal ini anak tuna rungu sebagai sosok individu
masih berpotensi dapat terlayani secara maksimal.
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi semua
aktivitas yang memberikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa mempunyai
kecakapan dan pengetahuan memadai yang dapat memberikan manfaat dalam
kehidupannya. Dalam proses belajar mengajar matematika selain melibatkan
pendidik dan siswa secara langsung, juga diperlukan pendukung yang lain yaitu:
alat pelajaran yang memadai, penggunaan metode yang tepat, serta situasi dan
kondisi lingkungan yang menunjang.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri
siswa sendiri, maupun faktor dari luar berupa metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru mata pelajaran. Ngalim Purwanto (2002: 102) menjelaskan,
“Ada dua faktor utama yang mempengaruhi belajar yaitu dari dalam (internal) dan
dari luar (eksternal). Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut
faktor individual, dan faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial”.
Faktor yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah
tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar
mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Di antara faktor di atas, faktor guru dan cara mengajar memiliki peranan
yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Bagaimana sikap dan kepribadian guru, ”tinggi rendahnya pengetahuan yang
dimiliki guru, dan bagaimana guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada peserta
didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai peserta
didik” (Ngalim Purwanto, 2002: 104-105).
Matematika merupakan ilmu mengenai struktur pola, hubungan dan aturan-
aturan. Hubungan-hubungan tersebut di dalam matematika berbentuk rumus
(teorema dan dalil) matematika. Menurut Jujun S. Suriasumantri (1998:191),
“matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin disampaikan”. Lambang-lambang matematika bersifat
“artifisial”, baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya.
Matematika timbul sebagai hasil pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,
proses dan penalaran, sehingga dalam mempelajari matematika sangat dibutuhkan
pengertian, pemikiran dan pemahaman serta tidak cukup hanya bermodalkan
hafalan saja.
Dalam suatu kegiatan belajar mengajar matematika akan menghasilkan
keluaran (ouput) yang berkualitas jika didukung oleh pemanfaatan semua
komponen yang ada secara maksimal. Dilihat dari komponen-komponen yang ada
satu diantaranya adalah penerapan metode yang tepat. Setiap kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dilakukan oleh guru maupun siswa tentu mempunyai tujuan. Lebih-lebih guru
dalam pelaksanaan tugasnya mengajar atau melakukan kegiatan belajar mengajar
selalu dan harus berorientasi pada tujuan yang sudah ditentukan. Untuk itu perlu
dipikirkan bagaimana penerapan metode yang sesuai agar dalam waktu yang relatif
terbatas dapat tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Siswa penyandang tuna grahita memiliki keterbelakangan mental bila
dibanding anak normal pada umumnya. Anak tuna grahita mempunyai kecerdasan
atau IQ di bawah 84, memiliki keterbatasan dalam hal berfikir, daya ingatnya
rendah, sukar berfikir abstrak, daya fantasinya rendah, sehingga mereka mengalami
kesulitan belajar termasuk dalam bidang studi matematika yang diakibatkan karena
daya ingatnya rendah dan sukar berfikir abstrak.
Dari kenyataan yang ada, siswa tuna grahita kelas VI semester I SLB ABC
Tawangsari tahun pelajaran 2010/2011, nilai rata-rata kelas masih rendah karena di
bawah 60,00 yang diasumsikan masih di bawah nilai KKM yang ditentukan,
sehingga guru berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tuna grahita
dengan melakukan inovasi pembelajaran menerapkan metode resitasi.
Dengan adanya sistem pendidikan dan pengajaran anak berkelainan
khususnya anak tuna grahita ringan berbeda dengan pendidikan anak normal pada
umumnya. ”Untuk anak tuna grahita ringan lebih bersifat individual, fleksibel,
dengan cara informal, dan harus bersifat konkrit serta dapat menarik perhatian
sehingga membantu mempermudah anak dalam menerima pelajaran” (Mohammad
Amin, 1996: 155).
Metode pembelajaran bagi anak tuna grahita dapat membantu
mempermudah proses belajar mengajar, penggunaan metode yang tepat maka akan
membantu proses belajar mengajar. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Premana
(2001: 45), ada sepuluh metode mengajar, yaitu: “metode ceramah, tanya jawab,
diskusi, kerja kelompok, pemberian tugas, demontrasi, eksperimen, simulasi,
inskusi, dan metode pengajaran unit atau pembelajaran terpadu”. Adapun metode
resitasi, apabila dikaitkan dengan pendapat Mulyani Sumantri dan Johar Premana,
metode resitasi termasuk kedalam metode pemberian tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Kesungguhan pemahaman dalam belajar matematika dan pemilihan metode
mengajar yang tepat akan mempunyai andil yang besar di dalam meningkatkan
prestasi belajar matematika. Metode pengajaran yang baik adalah metode yang
mampu menghantarkan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa diberi
kesempatan untuk melatih kemampuannya, misalnya menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa dapat berkreativitas mengerjakan
tugas yang menjadi kewajiban siswa. Dengan keaktifan siswa yang teratur maka
siswa akan berprestasi lebih baik lagi dibandingkan dengan prestasi yang pernah
diperoleh.
Salah satu metode yang dapat digunakan guru adalah metode resitasi atau
pemberian tugas. Resitasi merupakan metode menggajar yang dapat digunakan
untuk mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung maupun
tugas yang harus dikerjakan di rumah oleh siswa, karena resitasi menuntut siswa
untuk selalu belajar dan mengevaluasi tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tugas
yang diberikan oleh guru banyak bentuknya, salah satunya adalah tugas yang
dikerjakan secara kelompok di sekolah dan tugas di rumah atau pekerjaan rumah.
Dengan pemberian tugas ini diharapkan siswa dapat memanfaatkan sebaik-
baiknya karena siswa mempunyai banyak waktu untuk mengerjakan bahkan
bertanya kepada orang lain atau dapat juga dengan mencari buku-buku yang
menunjang masalah yang dihadapi apabila siswa mampu memanfaatkan waktu dan
mau berusaha untuk berlatih dengan sungguh-sungguh maka diharapkan prestasi
belajarnya dapat meningkat.
Dengan memahami kebutuhan para siswa tuna grahita, maka guru
diharapkan dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa tuna
grahita yang memiliki keterbatasan dibanding anak normal karena anak tuna
grahita memiliki intelektual rendah dengan ciri-ciri: (1) keterhambatan fungsi
kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam
perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun (Salim
Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56). Hal yang perlu dicatat adalah membantu
siswa untuk meneliti kebutuhan mana yang secara spesifik menimbulkan masalah,
sehingga dengan bantuan media pembelajaran yang tepat, siswa dapat berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
meningkatkan kreativitas sehingga kemampuan membaca dapat ditingkatkan sesuai
dengan kondisi anak, sebagaimana yang dikemukakan (Salim Choiri dan Munawir
Yusuf, 2008:56) bahwa anak tuna grahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan
perkembangan bicara/bahasa terlambat.
Gambaran selintas, guru-guru di SLB ABC Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo dalam praktiknya mereka hampir seluruhnya menerapkan metode
ceramah yang banyak didominasi guru yang selama ini sering digunakan, sehingga
masih memerlukan pembenahan. Upaya pembenahan tersebut akan sangat
bermanfaat bagi siswa, guru bahkan pihak sekolah. Pembenahan yang harus
dilakukan tidak saja berkaitan dengan metode pembelajaran namun juga pada aspek
metode pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan latar belakang dan berbagai pemikiran di atas, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
PENERAPKAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS
VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti telah diuraikan di depan, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah penerapan metode resitasi
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB
ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011?.”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu tentang penerapan metode resitasi dalam
pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada
siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa tuna grahita kelas VI SLB
ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Anak Tuna Grahita
a. Pengertian Anak Tuna Grahita
Ada beberapa istilah mengenai anak tuna grahita, yaitu terbelakang
mental, tuna mental, lemah otak, lemah fikiran, dan mentaly retarded. Dalam
penulisan menggunakan istilah tuna grahita. Siswa tuna grahita adalah mereka
yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan atau
kemampuanya berada di bawah rata-rata dari ukuran normal, sehingga
membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Sunaryo Kartadinata (1996: 83)
mengemukakan bahwa, "tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk
menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata,
sukar mengikuti program pendidikan di sekolah umum sehingga membutuhkan
layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kemampuan anak."
Menurut Bratanata yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 88) bahwa:
Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita,
jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di
bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya
memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam
program pendidikannya.
Moh. Amin (1996: 1) dengan menggunakan istilah anak terbelakang
mendefinisikan bahwa: ”Anak terbelakang adalah anak yang mengalami
keterbelakangan dalam perkembangan kecerdasan. Kalau anak normal umur 10
tahun mencapai kecerdasan sesuai dengan umurnya, maka anak terbelakang
hanya mencapai kecerdasan yang sama dengan anak yang lebih muda umurnya.”
Smith, et.all. yang dikutip Mumpuniarti (2007: 5) mengemukakan
bahwa:
People who are mentally retarded overtime have been rejerred to as dumb, stupid, immature defective, deficientg, subnormal, incompetent, and dull. Terms such as idiot, imbelice, moron and feebleminded were commonly used historically to label this population. Although the word
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
faal referred to those who lwere mentally ill, and the word idiot was directed toward individuals who were severely retarded, these terms were frequently used interchangeably. (Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental dengan
istilah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat
(defective), kurang sempurna (deficient), di bawah normal (subnormal),
tidak mampu (incompetent), dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot,
imbecile, moron, dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompok
penyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk ke orang
sakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat,
keduanya sering digunakan secara bergantian.
Dari pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas, dapatlah
disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tuna grahita adalah mereka yang jelas-
jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan, sehingga
untuk mengembangkan potensinya secara optimal diperlukan pelayanan
pendidikan secara khusus. Karena kelainannya itu maka mereka mengalami
kesulitan dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering ketinggalan dari
teman-temannya yang normal.
b. Ciri-Ciri Kejiwaan Siswa Tuna Grahita
Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik dan mendapatkan
pelayanan pendidikan yang bervariasi.
Moh. Amin (1996: 34) menguraikan ciri-ciri anak tuna grahita sebagai
berikut:
Kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat
mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian,
perkembangan dan dorongan emosi anak tuna grahita berbeda-beda
sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing, struktur maupun
fungsi organisme pada umumnya kurang dari anak normal.
Pendapat lain dikemukakan oleh Munzayanah (2000: 24) bahwa:
Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandang
tuna grahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan,
mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan
dasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap
yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang
kaku dan labil.
Smith, et.all. yang dikutip Mumpuniarti (2007: 10-11) menguraikan ciri-
ciri anak tunagrahita sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1) Kondisi kecerdasan fungsional a) Asesmen fungsi kecerdasan harus diperoleh dari berbagai sumber
informasi, dan kesepakatan sebagai cacat mental merupakan tanggungjawab bersama secara tim multidisipliner.
b) Skala skor IQ kurang dari 75. 2) Adaptasi tingkah laku
a) Harus diukur secara langsung seperti ukuran pada evaluasi performance individu dibandingkan dengan kelompok usia sebaya yang sama (same-age peers) dari latar belakang budaya yang sama.
b) Teridentifikasi deficit dalam dua atau lebih bidang keterampilan adaptif.
3) Periode perkembangan a) Sampai usia 21 atau di bawahnya. b) Ketidaksesuaian secara terus menerus sampai lebih dari satu tahun.
4) Performance dalam bidang pendidikan a) Evaluasi tampilan pada bidang pendidikan dalam konteks arus
lingkungan. b) Teridentifikasi deficit dalam seluruh bidang akademik inti
(matematika, bahasa, membaca, seni, dan science). c) Deficit secara signifikan pada skor individual berkurang satu
standart penyimpangan di bawah rata-rata dari sampel standardisasi nasional.
d) Pengukuran yang distandarisasi harus divalidasi lebih lanjut oleh data di sekolah pada dokumen yang berbeda antara individu performance dan performance kelompok usia sebaya dari latar belakang budaya yang sama.
e) Asesmen dari akademik performance harus juga inklud terdokumenasi daya tahan intervensi pendidikan umum.
Siswa tuna grahita memiliki keterbatasan dibanding anak normal, karena
anak tunagrahita memiliki intelektual rendah dengan ciri-ciri: (1) keterhambatan
fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan
dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18
tahun (Salim Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56). Lebih lanjut disebutkan
bahwa anak tunagrahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan perkembangan
bicara/bahasa terlambat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak tuna grahita
adalah: kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat
mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, mengalami
kesukaran berfikir abstrak, mereka berbicara lancar, mereka masih dapat
mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus, mengalami
gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan,
bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada umur 16 tahun
baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun.
c. Sebab-sebab Siswa Tuna Grahita
Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya
ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa
sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan
lainnya (faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan
psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor
yang terjdi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi
pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Devenport
yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui jenjang
sebagai berikut:
1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma; 2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur; 3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi; 4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio; 5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelahiran; 6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin; 7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-
kanak.
Menurut Moh. Amin (1996: 62) anak tuna grahita dapat disebabkan oleh
berbagai faktor yaitu:
1) Faktor Keturunan. Faktor ini terdapat pada sel khusus yang pada pria disebut spermatozoa dan pada wanita disebut sel telur (ovarium). Kelainan orang tua laki-laki maupun perempuan akan terwariskan baik kepada anaknya yang laki-laki maupun perempuan. Apakah warisan tersebut akan nampak atau tidak juga tergantung pada dominan resesifnya kelainan tersebut.
2) Gangguan metabolisme dan gizi. Kegagalan dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental dalam individu.
3) Infeksi dan keracunan. Diantara penyebab terjadinya ketunagrahitaan adalah adanya infeksi dan keracunan yaitu terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan ibunya. Penyakit-penyakit tersebut antara lain: rubella, syphilis, toxoplasmosis dan keracunan yang berupa: gravidity sindrome yang beracun, kecanduan alkohol dan narkotika.
4) Trauma, ketunagrahitaan dapat juga disebabkan karena terjadinya trauma pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif selama hamil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
5) Masalah pada kelahiran. Kelahiran yang disertai by poxia dapat dipastikan bahwa bayi yang di lahirkan menderita kerusakan otak, menderita kejang, nafas yang pendek, kerusakan otak juga disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.
6) Faktor lingkungan sosial budaya. Lingkungan dapat berpengaruh terhadap intelek anak, kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Tuna grahita dapat disebabkan oleh lingkungan yang tingkat sosial ekonominya rendah. Hal ini disebabkan ketidak-mampuan lingkungan memberikan rangsangan-rangsangan yang diperlukan anak pada masa perkembangannya.
Pendapat lain di kemukakan oleh Lumbantobing (1997: 14) bahwa
penyebab retardasi mental terdapat tiga faktor yaitu:
1) Predisposisi genetik, termasuk kepekaan yang dipengaruhi oleh faktor
genetik terhadap agens atau faktor ekologis atau lingkungan.
2) Faktor lingkungan yang dapat mengganggu organisme yang tumbuh,
misalnya keadaan nutrisi, pernapasan terhadap zat kimia endogen
atau eksogen, mikro organisme, radiasi dan juga keadaan lingkungan
psikososial.
3) Waktu terjadinya pemaparan. Saat terjadinya pemaparan dapat
mempengaruhi beratnya kerusakan, misalnya jika janin terpapar virus
rubella sewaktu berusia trimester pertama maka kecacatan dapat
berat, bila pemaparan terjadi waktu usia janin lebih tua atau pasca
lahir maka kecacatan jauh lebih ringan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak tuna
grahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin, gangguan psikologis
sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses kelahiran tidak
sempurna, masa pos natal, anak tuna grahita dapat disebabkan pada waktu kecil
pernah sakit secara terus menerus; faktor keturunan, gangguan metabolisme dan
gizi, infeksi dan keracunan. Di samping itu juga disebabkan oleh predisposisi
genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau lingkungan, dan waktu
terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus rubella sewaktu berusia
trimester pertama maka kecacatan dapat berat.
d. Klasifikasi Siswa Tunagrahita
Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau
pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat
berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang
mengemukakannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Yusak S. (2003: 61) mengklasifikasikan anak tunagrahita berdasarkan
IQ (tingkat kecerdasan) sebagai berikut:
“Idiot yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak
normal berusia 2 tahun. IQ nya antara 0–19. Imbisil kapasitas
kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 7
tahun, minimal sama dengan anak normal usia 3 tahun, IQ nya 20–49.
Debil yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak
normal berusia 10 tahun, minimal 7 tahun, IQ nya 50 – 69. Slow
learners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak
normal. IQ nya 78 – 89.”
Moh. Amin (2005: 23) mengemukakan klasifikasi anak terbelakang
sebagai berikut:
“Idiot kecerdasannya sekalipun sudah berusia lanjut tidak lebih dari anak normal seusia 3 tahun. Embisil kecerdasan maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 7 tahun. Debil kecerdasan perkembangan kecerdasannya antara setengah hingga tiga perempat kecepatan anak normal atau pada usia dewasa kecerdasannya maksimal kira-kira sama dengan anak normal usia 12 tahun. Moron kecerdasannya maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 16 tahun.”
Klasifikasi anak tunagrahita dapat digambarkan dalam bentuk kurve
sebagai berikut:
Keterangan:
Under 70 [mentally retarded] -- 2.2%
70-80 [borderline retarded] -- 6.7%
80-90 [low average] -- 16.1%
90-110 [average] -- 50%
110-120 [high average] -- 16.1%
120-130 [superior] -- 6.7%
Over 130 [very superior] -- 2.2%
(George Boeree: http://www.iqcomparisonsite.com/IQBasics.aspx)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Dari kedua pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
klasifikasi anak tunagrahita adalah sebagai berikut:
1) Idiot adalah anak yang mempunyai IQ antara 0 – 10, kecerdasannya
maksimal sama dengan anak normal yang berusia 0 – 2 tahun.
2) Embisil adalah anak yang mempunyai IQ antara 20 – 49, kecerdasannya
maksimal sama dengan anak normal yang berusia 3 – 7 tahun.
3) Debil adalah anak yang mempunyai IQ antara 50 – 69, kecerdasannya
maksimal sama dengan anak normal yang berusia 8 – 12 tahun.
4) Slow learners atau dapat juga disebut moron adalah anak yang mempunyai
IQ antara 70 – 89, kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang
berusia 16 tahun.
Berdasarkan klasifikasi dari kedua pendapat di atas penulis akan
meneliti kasus penyesuaian diri dalam pergaulan siswa penyandang tunagrahita,
yang tergolong mampu didik yang mempunyai IQ antara 50 – 70 yang biasanya
juga disebut debil. "Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak
tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia
masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan
walaupun hasilnya tidak maksimal" (Mohammad Efendi, 2006: 90).
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu
didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2)
menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3)
keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.
2. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar memiliki beberapa pengertian. Dari literatur yang
diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut:
”Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau
angka” (Saifuddin Azwar, 2001: 8).” Nasution (2000:76) mengemukakan bahwa
"Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan, ketrampilan terhadap mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes." Menurut Singgih D. Gunarso
(1995: 40), ”Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang
setelah melakukan kegiatan belajar.”
Berdasarkan dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil maksimal yang berupa kemampuan, keterampilan
dan sikap yang dapat dicapai seseorang dalam proses belajar yang dinyatakan
dengan angka, kode ataupun simbol.
b. Pengertian Matematika
Matematika memiliki beberapa pengertian. Pengertian matematika telah
banyak didefinisikan oleh beberapa ahli, antara lain:
“Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur
yang terorganisasikan mulai dari unsur-usur yang tidak didefinisikan ke unsur-
unsur yang didefinisikan” (Margono, 1997: 6).
Menurut Maryana dan Soedarinah (1991: 65) Matematika adalah
“pengetahuan yang bersifat hirarkis, artinya tersusun dalam urutan tertentu,
bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, bermula
dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak.” Menurut Purwoto (1998:14),
“Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang
struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan
ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke
dalil.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan yang bersifat hirarkis,
bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, dari yang
konkrit menuju ke hal yang abstrak untuk menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan prestasi belajar matematika adalah hasil
belajar siswa setelah melakukan suatu proses belajar matematika.
Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah matematika
sekolah yaitu matematika yang dipelajari di pendidikan dasar yang terdiri dari
bagian-bagian matematika yang dipilih guna mengembangkan kemampuan-
kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu kepada perkembangan
IPTEK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Nana Sudjana (1994: 54) mengemukakan bahwa “mata pelajaran
matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran
yang dapat membantu menjelaskan dan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Matematika sebenarnya tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari dalam
arti matematika mempunyai kegunaan yang praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan pendapat Jujun S. Suriasumantri (1998:199) yang
mengatakan bahwa: “matematika mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan
pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada
matematika”.
Dari berbagai pandangan di atas penulis berpendapat bahwa siswa dapat
belajar dengan baik dan efisien bila bahan pelajaran yang mereka terima sesuai
dengan kesiapan intelektualnya atau cocok dengan kemampuannya dan telah
tersusun menurut urutan tingkat kesukaran dari mudah, sedang, dan sukar
berdasarkan atas pengalaman belajar sebelumnya.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar
mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Ngalim
Purwanto (2002: 107) sebagai berikut: “a. Faktor dari luar, meliputi: lingkungan
dan instrumental; b. Faktor dari dalam, meliputi: fisiologis, psikologis,
kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.”
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Faktor dari luar
a) Faktor lingkungan
Lingkungan yang berujud alam dan sosial. Lingkungan alam seperti
keadaan udara, suhu, kelembaban. Belajar dengan udara yang segar, akan
lebih baik hasilnya, bila dibandingkan dengan keadaan udara yang panas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dan pengap. Lingkungan sosial merupakan hubungan antara individu
dengan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
b) Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan
penggunaannya sudah direncanakan, sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Seperti: gedung, perlengkapan belajar dan administrasi kelas
atau sekolah. Faktor ini diharapkan membawa hasil belajar yang baik.
2) Faktor dari dalam
a) Faktor fisiologi
Kondisi fisiologi pada umumnya, seperti kesehatan jasmani akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jasmani yang sehat, segar, akan
mudah menerima informasi dari guru. Lain halnya bagi siswa yang tidak
sehat jasmaninya, maka hasil belajarnya juga kurang baik.
b) Faktor psikologis
Setiap manusia pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-
beda, karena perbedaan itu juga mempengaruhi hasil belajar. Faktor
psikologis yang dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar adalah:
(1) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil
belajar seseorang. Apabila seseorang belajar pada bidang yang sesuai
dengan bakatnya, maka kemungkinan berhasilnya akan lebih besar.
(2) Minat
Kalau seseorang tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat
diharapkan akan berhasil dengan baik, sebaliknya bila seseorang
berminat untuk mempelajari sesuatu, maka hasilnya akan lebih baik.
(3) Kecerdasan
Kecerdasan besar peranannya dalam menentukan berhasil tidaknya
seseorang mempelajari sesuatu. Orang yang cerdas pada umumnya
lebih mampu belajar, daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan
seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu,
sedangkan hasil pengukuran dinyatakan dengan angka yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
menunjukkan perbandingan kecerdasan, yang terkenal dengan
sebutan Inteligence Quotient (IQ). Dengan memahami taraf IQ setiap
siswa, maka seorang guru dapat memperkirakan tindakan yang harus
diberikan kepada siswa secara tepat.
(4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar. Oleh karena itu, meningkatkan
motivasi belajar siswa menjadi bagian yang amat penting, dalam
rangka mencapai hasil belajar yang maksimal.
(5) Kemampuan kognitif
Tujuan belajar meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Namun pada umumnya pengukuran kognitif lebih
diutamakan dalam rangka menentukan keberhasilan belajar di
sekolah. Karena itu, kemampuan kognitif merupakan faktor penting
dalam belajar siswa.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar mengajar. Adapun
faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut Lerner yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999: 259), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika, yaitu: (1)
adanya gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual,
(3) asosiasi visual-motor, (4) perserverasi, (5) kesulitan mengenal dan
memahami simbul, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa
dan membaca, dan (8) performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal
IQ. Dari delapan faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Adanya gangguan dalam hubungan keruangan
Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, puncak-dasar, jauh-
dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir umumnya telah
dikuasai oleh anak pada saat mereka belum masuk SD. Anak-anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep hubungan keruangan
tersebut dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan
sosial mereka atau melalui berbagai permainan.
Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering tidak mendukung
terselenggarakannya suatu situasi dan kondusif bagi terjalinnya komunikasi
antar mereka. Adanya kondisi intrinsik yang diduga karena disfungsi otak
dan kondisi ekstrinsik berupa lingkungan sosial yang tidak menunjang
terselenggaranya komunikasi dapat menyebabkan anak mengalami gangguan
dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan yang mengakibatkan
anak tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan
atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat
ke angka 4 daripada ke angka 6.
2) Abnormalitas persepsi visual
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan
untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok. Anak
yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu
membedakan bentuk-bentuk geometri. Suatu bentuk bujur dangkar mungkin
dilihat oleh anak sebagai empat garis yang tidak saling terkait, mungkin
sebagai segi enam, dan bahkan mungkin tampak sebagai lingkaran. Adanya
abnormalitas persepsi visual semacam ini tentu saja dapat menimbulkan
kesulitan dalam belajar matematika, terutama dalam memahami berbagai
simbol.
3) Asosiasi visual-motor
Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat mengitung
benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua,
tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi
telah mengucapkan “lima”, atau sebaliknya, telah menyentuh benda kelima
tetapi baru mengucapkan ”tiga”. Anak-anak semacam ini dapat memberikan
kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4) Perserverasi
Anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka
waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perverasi
(Mulyono Abdurrahman, 1999: 261). Anak demikian mungkin mulanya
dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya
melekat pada suatu objek tertentu.
5) Kesulitan mengenal dan memahami simbul
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan
dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -, =,
>, <, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya
gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan
persepsi visual.
6) Gangguan penghayatan tubuh
Anak sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri.
Jika anak diminta untuk menggambar tubuh orang misalnya, mereka akan
menggambarkan dengan bagian-bagian tubuh yang tidak lengkap atau
menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah. Misalnya, leher tidak
tampak, tangan diletakkan di kepala, dan sebagianya.
7) Kesulitan dalam bahasa dan membaca
Kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak
di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita menuntut
kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang
mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam
memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.
8) Performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ.
Anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ
(Performance Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah daripada skor
VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Rendahnya skor PIQ pada anak
berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait dengan kesulitan
memahami konsep keruangan, gangguan pesepsi visual, dan adanya
gangguan asosiasi visual-motor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Metode Resitasi
a. Pengertian Metode Mengajar
Dalam pelaksanaan pengajaran matematika, guru dapat menggunakan
berbagai metode yang sesuai. Guru hendaknya dapat menentukan dengan tepat
metode apa yang akan digunakan dalam mengajarkan pokok bahasan tertentu.
Metode tugas merupakan metode yang digunakan dalam pelaksanaan
pengajaran matematika.
Pengertian metode mengajar menurut Tardif yang dikutip oleh Muhibbin
Syah (2003: 201), “Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur bahwa
untuk melaksanakan kegiatan kependidikan khususnya kegiatan penyajian
materi pelajaran kepada siswa.”
Roestiyah NK (1998: 1) mendefinisikan metode mengajar atau penyajian
pelajaran, yaitu suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar.
Pengertian lain teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran
tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan
baik.
Menurut pendapat Oemar Hamalik (1989:75), “metode mengajar adalah
suatu cara yang merupakan alat untuk menyampaikan materi pelajaran guna
mencapai tujuan pengajaran.”
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa metode mengajar adalah suatu cara yang berisi prosedur untuk mengajar
atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa dalam kelas untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Dari sini nampak bahwa keberhasilan belajar salah
satunya ditentukan oleh metode mengajar yang diterapkan guru dalam proses
belajar mengajar.
Pemilihan metode yang digunakan dalam mengajarkan suatu hal yang
subyektif, khusus mengenai metode mengajar di dalam kelas selain faktor dari
tujuan juga faktor murid, faktor situasi dan faktor guru ikut menentukan efektif
tidaknya sebuah metode, dengan memiliki pengertian secara umum mengenai
sifat berbagai metode baik mengenai seorang guru akan lebih mudah
menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi
pengajaran yang khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Metode banyak sekali jenisnya disebabkan oleh karena metode ini
dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya: a) tujuan yang berbagai-bagai jenis
dan fungsinya; b) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya; c)
situasi yang berbagai-bagai keadaannya; d) fasilitas yang berbagai kualitas dan
kuantitasnya; e) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-
beda (Rostiyah NK, 1998: 67). Macam-macam metode yang digunakan oleh
guru adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
pemberian tugas, metode resitasi, metode eksperimen, metode problem solving
dan lain sebagainya. Pemilihan metode ini menurut Rostiyah NK (1998: 68)
berdasarkan: “a. sifat dari pelajaran, b. alat-alat yang tersedia, c. besar kecilnya
kelas, d. tempat dan lingkungan, e. kesanggupan guru, f. banyak sedikitnya
bahan, dan g. tujuan mata pelajaran.”
Adapun metode mengajar yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
metode metode resitasi (metode penugasan). Peranan tugas sangat penting
dalam pengajaran. Metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode
pengajaran. Karena dengan tugas bermaksud: meninjau pelajaran baru, untuk
menghafal pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan-latihan dengan tugas
untuk mengumpulkan bahan, untuk memecahkan suatu masalah dan seteursnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai metode tugas (resitasi) akan dijelaskan sebagai
berikut.
b. Metode Resitasi
Kata resitasi bukanlah kata Indonesia asli tetapi merupakan kata serapan
dari bahasa Inggris yaitu resitation yang berarti menceritakan kembali. Setelah
istilah tersebut masuk ke Indonesia dan diterima, timbullah bermacam-macam
pengertian resitasi itu, dan masing-masing pengertian itu bertolak dari pikiran
yang menafsirkannya.
Menurut Ulih Bukit Karo-karo (1991: 39) menyatakan bahwa, “resitasi
atau resitation adalah penyajian kembali atau penimbulan kembali apa-apa yang
dimiliki, diketahui atau dipelajari.” Lebih lanjut Ulih Bukit Karo-karo (1991:
39) menyatakan bahwa, “metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dengan menugaskan pelajar-pelajar mempelajari sesuatu kemudian harus
dipertanggungjawabkan.”
Winarno Surakhmad (2000: 91) mengartikan bahwa “metode resitasi
mempunyai tiga fase: pertama guru memberi tugas, kedua siswa melaksanakan
tugas (belajar), dan fase ketiga siswa mempertanggung-jawabkan kepada guru
apa yang telah mereka pelajari.”
Lebih lanjut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 96)
menyebutkan:
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam
kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel,
di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.
Dari berbagai pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
metode tugas (resitasi) adalah metode penyajian bahan di mana guru
memberikan tugas untuk dilaksanakan oleh siswa di manapun berada asal tugas
itu dapat dikerjakan untuk dipertanggungjawabkan.
Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak
sementara waktu sedikit. Artinya, banyak bahan yang tersedia dengan waktu
kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang
ditentukan, maka metode resitasi inilah yang biasanya digunakan oleh guru
untuk mengatasinya.
Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis.
Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan
dicapai, seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas
motorik (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium, dan lain-lain.
Tujuan metode resitasi agar hasil belajar siswa memuaskan maka, guru
perlu merumuskan tujuan yang jelas yang hendak dicapai oleh siswa. Metode
tugas biasanya digunakan dengan tujuan sebagai berikut: a) agar siswa memiliki
hasil belajar yang lebih mantap; b) untuk memperoleh pengetahuan, setelah
melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta
keterampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah; c)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dengan melaksanakan tugas siswa aktif belajar; d) merasa terangsang untuk
meningkatkan belajar yang lebih baik. Memupuk inisiatif dan berani
bertanggung jawab sendiri; dan e) selalu memanfaatkan waktu senggangnya
untuk hal-hal yang menunjang belajarnya.
Metode Resitasi dipergunakan apabila: a) suatu pokok bahasan atau
aspek-aspek tertentu yang memerlukan latihan yang lebih banyak di luar jam
pelajaran atau memerlukan penjelasan lebih lanjut melalui eksperimen atau
sumber-sumber informasi lain yang lebih luas. b) ruang lingkup bahan
pengajaran terlalu luas, sedangkan waktu yang disediakan tidak memadai. c)
suatu pekerjaan yang tak mungkin dapat diselesaikan selama jam pelajaran. d)
dalam keadaan darurat, di mana guru karena sesuatu hal tidak dapat mengajar
baik untuk sebagian maupun seluruh jam pelajaran, di mana tidak ada guru lain
yang dapat menggantikannya. e) Suatu pokok bahasan perlu pendalaman/
perhatian melalui latihan mandiri (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
(2006: 96).
c. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Resitasi
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas
(resitasi) menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 97), yaitu:
“1) fase pemberian tugas, 2) langkah pelaksanaan tugas, dan 3) fase
mempertanggungjawabkan tugas”. Dari ketiga langkah tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Fase Pemberian Tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya
mempertimbangkan: tujuan yang akan dicapai, jenis tugas yang jelas dan tepat
sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut, sesuai dengan
kemampuan siswa, ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa,
tersedia waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
Langkah Pelaksanaan Tugas. Fase ini meliputi: diberikan bimbingan/
pengawasan oleh guru, diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja,
diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain, dianjurkan
agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Fase mempertanggungjawabkan tugas. Fase ini meliputi: laporan siswa
baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya, ada tanya jawab/diskusi
kelas, penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara
lainnya.
Tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas,
halaman sekolah, laboratorium, perpustakaan ataupun di rumah. Siswa akan
mendalami dan akan mengalami sendiri pengetahuan yang dicarinya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya tinggal lama dalam pikiran atau jiwanya. Jika
siswa dalam melaksanakan tugasnya ditunjang dengan minat dan perhatian serta
kejelasan tujuan belajarnya, maka tugas tersebut dapat mengembangkan daya
berpikir siswa, daya inisiatif, daya kreatif dan melatih siswa bertanggungjawab.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode tugas
diantaranya adalah: 1) janganlah memberikan tugas yang berhubungan dengan
bahan pelajaran yang belum diajarkan, kecuali sebagai bahan yang akan
diajarkan, misalnya kliping; 2) tugas hendaknya dirasakan penting oleh setiap
siswa; 3) tugas hendaknya jelas batas-batasnya; 4) usahakan mempersiapkan
format atau lembar kerja yang diperlukan; 5) guru hendaknya mempelajari
dengan sungguh-sungguh, apakah suatu tugas dapat disesuaikan dengan
perbedaan siswa secara perorangan atau tidak; 6) perhatikan juga waktu yang
ada pada siswa; 7) tugas pekerjaan rumah (PR) hendaknya diperiksa sendiri oleh
guru dan jangan diperiksa oleh murid, agar guru dapat mengetahui sampai
dimana kemampuan siswa dalam memahami/mendalami materi yang telah
diberikan (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 98).
Metode tugas diterapkan dalam proses pembelajaran Matematika tiga
tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut.
Tahap persiapan meliputi: 1) membuat rancangan tertulis pemberian tugas; 2)
mendiskusikan tugas siswa; 3) menyiapkan lembar kerja; 4) menyediakan
sumber belajar yang diperlukan. Tahap pelaksanaan meliputi: 1) Menjelaskan
tujuan dan manfaat tugas yang diberikan kepada siswa; 2) Memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
penjelasan tentang tugas (terutama mengenai kesulitan yang mungkin dihadapi
dan alternatif pemecahan); 3) pembentukan kelompok (bila tugas kelompok);
memberikan tugas secara tertulis atau lisan; 4) memonitor (mengawasi)
pelaksanaan dan penyelesaian tugas; dan mengadakan diskusi hasil pelaksanaan
tugas. Tahap tindak lanjut meliputi: 1) melaksanakan penilaian hasil
pelaksanaan tugas; 2) menyimpulkan penilaian proses dan penilaian hasil; dan
3) mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa
selama pelaksanaan tugas.
Jenis-jenis tugas banyak macamnya, diantaranya adalah: tugas latihan,
tugas mempelajari sejumlah halaman, tugas mempelajari satu bab, tugas
mempelajari satu topik atau pokok, tugas unit/proyek, dan tugas eksperimen.
Tugas latihan terdiri dari soal-soal yang sudah dijelaskan, tetapi memerlukan
latihan yang lebih banyak di luar jam pelajaran, misalnya pelajaran Matematika,
bahasa dan lain-lain.
Tugas mempelajari satu topik atau pokok, misalnya tentang mata
pencaharian bangsa Indonesia, tentang iklim, tentang binatang buas dan lain-
lain. Untuk ini akan diberikan tugas mempelajari macam-macam buku atau
penyelidiki sumber-sumber lain. Tugas unit/proyek, tugas yang berhubungan
dengan unit yang dibicarakan di dalam kelas. Tugas eksperimen, anak diberi
tugas untuk membuat suatu percobaan, umpamanya dalam IPA.
d. Keuntungan dan Kelemahan Metode Resitasi
Metode resitasi memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan dalam
proses pembelajaran. Keuntungan dan kelemahan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Keuntungan menggunakan metode resitasi menurut Winarno Surakhmad
(2000: 92-93) sebagai berikut: (1) pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil
belajar, hasil eksperimen atau penyelidikan yang banyak berhubungan dengan
minat mereka dan yang lebih mereka rasakan berguna untuk hidup mereka, akan
lebih lama dapat diingat. (2) murid berkesempatan memupuk perkembangan dan
keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. Adapun
kelemahannya adalah (1) seringkali siswa melakukan penipuan dimana siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami
peristiwa belajar. (2) adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa
pengawasan. (3) apabila tugas terlalu sering diberikan, apalagi bila tugas-tugas
itu sukar dilaksanakan siswa, ketenangan mental mereka terpengaruh. (4) sukar
memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individuil.
B. Kerangka Berpikir
Pelajaran matematika oleh kebanyakan siswa seringkali menjadi pelajaran
yang ditakuti atau dibenci siswa. karena anggapan mereka, matematika adalah
pelajaran yang sangat sulit untuk dipelajari dan dipahami. Prestasi belajar
matemaitka yang mereka peroleh tidak memuaskan. Namun ini bukanlah suatu
alasan mengapa prestasi belajar mereka tidak seperti yang diharapkan. Karena pada
dasarnya prestasi itu dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah tentang
metode mengajar.
Dalam pembelajaran matematika, keterlibatan siswa tuna grahita dalam
menemukan konsep sangat diperlukan, karena dengan dilibatkannya siswa dalam
penemuan konsep, maka siswa akan lebih memahami konsep tersebut. Sehingga
prestasi belajar meningkat. Jadi pengajaran matematika yang menggunakan metode
resitasi lebih tepat. Karena metode resitasi adalah suatu metode mengajar yang
menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar yaitu dengan
membaca buku dan mengungkapkan kembali apa yang telah dibacanya, sehingga
materi yang disampaikan lebih dimengerti dan dipahami yang akhirnya akan dapat
meningkatkan pretasi belajar siswa. Jadi dengan metode mengajar yang melibatkan
siswa dalam proses belajar mengajar akan meningkatkankan pemahaman tentang
materi yang dipelajarinya sehingga prestasi belajar meningkat.
Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarah jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 1
Bagan Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan tafsiran sementara yang masih perlu diuji
kebenarannya, mengenai bukti-bukti secara ilmiah. Hipotesis tindakan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Penerapan metode resitasi
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB
ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.”
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Sebelum menerapkan
metode resitasi
Prestasi belajar matematika
rendah
Penerapan metode resitasi
Siklus I
Siklus II
Prestasi belajar Matematika meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian ini dilaksanakan di SLB ABC
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Pemilihan tempat penelitian ini dengan
pertimbangan: 1) peneliti adalah guru di SLB ABC Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo, 2) terdapatnya subyek penelitian, 3) di kelas VI prestasi belajar
matematika masih rendah sehingga perlu dilakukan inovasi pembelajaran.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 s/d Nopember 2010.
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini subyek penelitian adalah siswa kelas VI SLB ABC
Tawangsari Sukoharjo berjumlah 4 siswa dengan berincian sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar Siswa Kelas VI SLB ABC Tawangsari sebagai Subjek Penelitian.
No. Urut Kode Subyek Jenis Kelamin
1 BYI Laki-laki
2 BW Laki-laki
3 HI Laki-laki
4 RW Laki-laki
C. Data dan Sumber Data
Sumber data penelitian ini berasal dari siswa kelas VI SLB ABC
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo dan guru sebagai subjek penelitian. Data yang
berupa prestasi belajar matematika diperoleh dengan menggunakan tes setelah
dalam proses pembelajaran menerapkan metode resitasi.
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini
merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian dapat
tercapai.
Metodologi penelitian menurut Suharsini Arikunto (2003: 136) “Metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya”. Sedangkan Sumadi Suryabrata (2000: 59) berpendapat bahwa
“Metode penelitian adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara
terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
adalah suatu cara yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan data untuk pemecahan suatu masalah.
Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan penulis gunakan
dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi, dokumentasi, dan tes.
1. Observasi
a. Pengertian Observasi
Observasi memiliki pengertian yang berbeda antara pendapat satu
dengan yang lainnya. Dari beberapa literatur arti observasi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
”Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.” (Margono, S,
2009: 158).
Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
sasaran.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan
untuk memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran.
Skor penilaian terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa disediakan
kolom penilaian yang terdiri dari: skor 1 (kurang); skor 2 (sedang); skor 3
(cukup); skor 4 (baik); dan skor 5 (sangat baik).
b. Macam-macam Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,
menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu:
1) Observasi Terbuka
Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.
2) Observasi Terfokus
Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.
Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.
3) Observasi Terstruktur
Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai,
sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat
yang disediakan.
4) Observasi Sistematik
Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya
dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal
dan nonverbal.
c. Observasi yang Digunakan
Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi
menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat
hanya tinggal membubuhkan tanda ( ) pada tempat yang disediakan pada
lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
matematika melalui metode resitasi. Alasan digunakan observasi terstruktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
adalah untuk mempermudah observer melakukan pengamatan dan observasi
tertruktur sesuai dengan masalah yang diteliti.
2. Dokumentasi
a. Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi memiliki beberapa pengertian menurut beberapa pendapat.
Dari literatur yang diperoleh arti dokumentasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda,
dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “metode dokumentasi adalah cara
pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk
juga buku-buku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain
yang berhubungan dengan masalah penelitian.”
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenal hal-hal atau variabel
melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
pentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau hukum-
hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian
b. Dokumentasi yang Digunakan
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data tentang prestasi awal matematika siswa yang diambil dari nilai ulangan
kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
Skor penilaian berupa nilai yang berupa angka hasil mid semester mata
pelajaran matematika.
3. Tes
a. Pengertian Tes
Nilai matematika siswa diukur melalui tes. Setelah dilaksanakan
tindakan, siswa dites dengan menggunakan soal uraian yang menitikberatkan
pada segi penerapan pada akhir pembelajaran setiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas
yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 138) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.Sedangkan
menurut James Ppoham dan Eva L. Baker (2001:112), “tes adalah pertanyaan
yang berupa lesan maupun tulisan yang harus dijawab oleh seseorang untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat
yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik
secara individu atau kelompok.
b. Macam-macam Tes
Bentuk-bentuk tes dikemukakan Suharsimi Arikunto (2006: 139), antara
lain sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2) Tes pilihan ganda, 3) Tes
menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes jawaban singkat. Sedangkan
menurut James Ppoham dan Eva L. Baker (2001:118), tes terdiri dari beberapa
macam, antara lain: 1) tes pilihan, 2) butir tes isian, 3) butir tes isian singkat, dan
4) butir tes esai,
c. Tes yang Digunakan
Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes yang
hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta untuk
menunjukkan jawaban yang terbaik. Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes objektif isian atau melengkapi yang terdiri dari 20 item pertanyaan.
Skor penilaian terhadap hasil tes yaitu jawaban benar mendapat nilai 5
dan jawaban salah mendapat nilai 0.
E. Validitas Data
Informasi yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan
data dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga validitas data
tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dalam menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa
validitas dalam penelitian ini adalah triangulasi.
Moeleong (2004: 330) mengemukakan bahwa “Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Teknik
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan
triangulasi metode. Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan
data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang
berbeda. Sedang triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama
dengan metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau
dokumen yang ada.
Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data
dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi
untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam berhitung. Untuk itu
peneliti membandingkan data hasil penelitian dari berbagai metode antara lain
dengan tes, observasi dan dokumentasi. Triangulasi data dilakukan dengan cara :
1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil metode
pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observasi dan dokumentasi
dengan memadukan hasil ketiganya. Dalam hal ini bertujuan memperoleh
informasi yang benar dan meyakinkan.
2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai
sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh
data (setting)
F. Analisis Data
Data berupa hasil tes diklasifisikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut
dianalisis secara desktiprif komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes
antarsiklus, yang dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum menerapkan metode
resitasi; dan nilai tes siswa setelah menerapkan metode resitasi sebanyak 2 siklus.
Kemudian, data yang berupa nilai tes antarsiklus tersebut dibandingkan hingga
hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
G. Indikator Kinerja
Indikator pencapaian dalam penelitian ini ditetapkan: nilai matematika
60,00 atau lebih sebagai batas tuntas pembelajaran penguasaan matematika dicapai
oleh siswa. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan dengan kondisi sekolah,
seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar bergantung pada
guru kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai
dengan KTSP).
H. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh
Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.
Suharsimi Arikunto (2007: 16) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep
pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga
menunjukkan langkah, yaitu:
1. Perencanaan atau planning
2. Tindakan atau acting
3. Pengamatan atau observing
4. Refleksi atau reflecting
Langkah-langkah tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 2 berikut:
Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Kurt Lewin dalam Suharsimi Arikunto (2007: 16)
Tindakan
Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang
komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua
komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu
kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah
berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sebuah modifikasi yang
diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu
seharusnya. Penelitian tindakan dilaksanakan sampai mencapai batas ketuntasan
belajar matematika melalui metode resitasi sesuai dengan indikator pencapaian
tujuan penelitian tindakan kelas yang direncanakan.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat
peningkatan prestasi belajar matematika. Hasil tes sebagai dasar untuk menentukan
tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar matematika.
Tabel 2. Prosedur Penelitian
Peren-
canaan
1 Persiapan
2 Deskripsi awal Prestasi belajar matematika rendah
3 Penyusunan
Rencana Tindakan
a. Merencanakan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran.
b. Menentukan pokok bahasan.
c. Mengembangkan skenario pembelajaran.
d. Menyiapkan sumber belajar.
e. Mengembangkan format evaluasi.
f. Mengembangkan format observasi.
g. Menyiapkan perencanaan pembelajaran
dengan metode resitasi.
4 Pelaksanaan
Tindakan
Menerapkan tindakan mengacu pada
skenario pembelajaran, mengamati proses
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
5 Pengamatan Melakukan observasi dengan memakai
format observasi.
6 Evaluasi/Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan.
b. Melakukan pertemuan untuk membahas
hasil evaluasi tentang skenario pem-
belajaran dan lain-lain.
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan
siklus berikutnya.
d. Evaluasi tindakan I.
Siklus
II
7 Perencanaan dan
penyempurnaan
tindakan
a. Atas dasar hasil siklus I, dilakukan
penyempurnaan tindakan.
b. Pengamatan program tindakan II.
8 Tindakan Pelaksanaan program tindakan II.
9 Pengamatan Pengumpulan data tindakan II.
10 Evaluasi/Refleksi Evaluasi tindakan II (berdasarkan
indikator pencapaian).
Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siswa kelas VI SLB ABC
Tawangsari pada kondisi awal dengan metode ceramah, berikut ini dapat disajikan
prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
yang terkait dengan kondisi awal pembelajaran matematika.
Tabel 3. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC
Tawangsari (Kondisi Awal).
No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan
1 BYI 50 Belum tuntas
2 BW 45 Belum tuntas
3 HI 40 Belum tuntas
4 RW 60 Sudah tuntas
Jumlah 195
Rerata Nilai Matematika 48,75
Ketuntasan Klasikal 25,00% Belum tuntas
Sumber data: Lampiran 11 halaman 79.
Prestasi belajar awal matematika siswa tunagrahita kelas VI SLB ABC
Tawangsari dapat digambarka dalam bentuk grafik sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
BYI BW HI RW
Prestasi Awal
Grafik 1. Prestasi Belajar Matematika (Kondisi Awal)
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak
3 siswa memperoleh nilai di bawah 60. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 60
hanya 1 siswa. Nilai rerata 48,75 dengan tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar
25,00%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa tunagrahita kelas VI SLB
ABC Tawangsari belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan
demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran matematika materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat yang masih rendah, maka sebagai guru berusaha
melakukan inovasi pembelajaran agar prestasi belajar matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan. Inisiatif yang
diambil guru kelas serta didukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru
kolaborasi, dilakukan inovasi pembelajaran dengan menerapkan metode resitasi
dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
2. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siklus I ini
dirancang dengan satu kali pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 3 x
35 menit setiap pertemuan. RPP mencakup ketentuan: kompetensi dasar,
materi pokok, indikator, skrenario pembelajaran, media/sumber belajar, dan
sistem penilaian. (Lampiran 3 halaman 59).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang
biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk
pelaksanaan pembelajaran dan teknik pemberian tugas (resitasi), kursi diatur
sedemikian rupa (membentuk lingkaran) sehingga guru dapat melakukan
teknik pemberian tugas (resitasi) dengan baik; (2) Mempersiapkan teknik
pemberian tugas (resitasis) sesuai dengan materi pembelajaran.
3) Menyiapkan Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama
pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan
siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk
siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi:
memperhatikan bimbingan guru, membaca materi, mencatat materi penting,
mengajukan pertanyaan pada guru, dan mengerjakan LKS. Lembar
pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar,
yang meliputi: menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi
dan sumber belajar, melakukan informasi pendahuluan, penampilan guru,
pengolahan waktu dan penguasaan materi, melaksanakan teknik pemberian
tugas (resitasi), menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan, dan
melaksanakan tes.
b. Pelaksanaan Tindakan
A. Kegiatan Awal (15 menit)
a) Berdoa bersama
b) Mengabsen dan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran.
c) Tanya jawab tentang uang saku.
B. Kegiatan Inti (75 menit)
a) Menjelaskan cara menjumlahkan dua bilangan 3 angka.
b) Menjumlahkan bilangan 3 angka dengan 3 angka dengan teknik
menyimpan.
c) Mengurangkan bilangan 3 angka dengan 3 angka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
d) Menyelesaikan pengurangan 3 angka dengan 3 angka dengan teknik
menyimpan.
e) Mengenal bentuk bangun ruang balok, kubus, bola, kerucut, dan limas..
f) Mengelompokkan bentuk bangun ruang balok, kubus, bola, kerucut, dan
limas.
C. Kegiatan Akhir (15 menit)
a) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya.
b) Memberi lembar tugas untuk dikerjakan.
c. Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat
pada saat guru memberikan penjelasan dengan menerapkan metode resitasi,
tidak semua siswa memperhatikan, masih terdapat siswa yang kurang
memperhatikan pembelajaran dari guru, sehingga siswa belum serius mencari
bahan yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Hal ini terjadi karena siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu
yang tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu yang baik.
Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan pada
diri siswa. Masih ada di antara mereka yang hanya sekedar membawa buku
catatan dan alat tulis pada saat guru memberikan pelajaran menerapkan metode
resitasi yaitu memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan tugas dan
bertanya kepada guru terhadap materi yang kurang jelas. Siswa kurang
memperhatikan apa yang diterangkan guru dalam pembelajaran penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi, siswa masih
beranggapan bahwa tugas yang diberikan guru hanya untuk mengisi jam belajar
matematika, padahal tugas yang tidak dapat dikerjakan dapat didiskusikan
dengan teman dan dapat ditanyakan kepada guru.
Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran matematika
materi matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui
metode resitasi berdasarkan hasil observasi pada siklus I aktivitas siswa masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kurang, sehingga perlu ditingkatkan pada siklus II, karena aktivitas siswa secara
keseluruhan masih rendah yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika,
skor aktivitas siswa baru mencapai 50,00% (Lampiran 9 halaman 77).
Dari hasil pengamatan pada siklus I, diperoleh dari lembar pengamatan
aktivitas guru dalam pembelajaran matematika yang terdiri dari 10 indikator
(menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi dan sumber
belajar, melakukan informasi pendahuluan, penampilan guru, pengolahan waktu
dan penguasaan materi, melaksanakan teknik pemberian tugas, menanggapi
usulan siswa, membuat kesimpulan, dan melaksanakan tes) dapat disimpulkan
bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran matematika menerapkan teknik
pemberian tugas (resitasi) belum menunjukkan aktivitas yang diharapkan,
karena rata-rata aktivitas mengajar guru masih rendah yaitu baru mencapai skor
30 atau 60,00% (lampiran 7 halaman 75), sehingga diperlukan kreativitas guru
untuk lebih mendalami teknik pemberian tugas (resitasi), dengan penekanan
tersebut diharapkan pada siklus berikutnya ada peningkatan yang signifikan
terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran matematika.
Hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat melalui metode resitasi pada Siklus I disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC
Tawangsari (Siklus I).
No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan
1 BYI 60 Sudah tuntas
2 BW 55 Belum tuntas
3 HI 50 Belum tuntas
4 RW 65 Sudah tuntas
Jumlah 230
Rerata Nilai Matematika 57,50
Ketuntasan Klasikal 50,00% Belum tuntas
Sumber data: Lampiran 12 halaman 80.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa
sebanyak 2 siswa memperoleh nilai di bawah 60. Sedangkan 2 siswa
memperoleh nilai 60 atau lebih. Nilai rerata 57,50 dengan tingkat ketuntasan
secara klasikan sebesar 50,00%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa
tunagrahita kelas VI SLB ABC Tawangsari belum memenuhi batas tuntas yang
ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi siklus I ini pembelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat
dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan dan perlu untuk dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
Prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat siklus I di atas dapat digambarkan dalam betuk grafik sebagai
berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
BYI BW HI RW
Siklus I
Grafik 2. Prestasi Belajar Matematika Siklus I.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa belum
dapat memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya,
pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya
pemanfaatan waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran
meningkatkan prestasi belajar matematka dan jarangnya tanya jawab dilakukan
antara siswa dengan siswa dan bertanya pada guru disebabkan oleh
kekurangpahaman siswa akan pentingnya metode resitasi untuk meningkatkan
prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
sehingga masih terdapat siswa yang menghadapi kesulitan ketika mengerjakan
tugas. Oleh sebab itu, pada pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada
siswa agar lebih mempersiapkan diri dan memperhatikan metode resitasi dan
mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.
Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa
perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan metode resitasi yang
dilaksanakan guru bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap
peningkatan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat. Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan karena aktivitas
untuk bertanya masih sangat kurang.
3. Deskripsi Siklus II
Pembelajaran matematika materi gaya siswa kelas VI SLB ABC
Tawangsari pada siklus II masih ditujukan pada pemahaman siswa terhadap
pemanfaatan metode resitasi. Pelaksanaannya dirancang sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siklus II ini
dirancang dengan satu kali pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 3 x
35 menit setiap pertemuan. RPP mencakup ketentuan: kompetensi dasar,
materi pokok, indikator, skrenario pembelajaran, media/sumber belajar, dan
sistem penilaian. (Lampiran 5 halaman 67).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang
biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk
pelaksanaan pembelajaran dan teknik pemberian tugas (resitasi), kursi diatur
sedemikian rupa (membentuk lingkaran) sehingga guru dapat melakukan
teknik pemberian tugas (resitasi) dengan baik; (2) Mempersiapkan teknik
pemberian tugas (resitasi) sesuai dengan materi pembelajaran.
3) Menyiapkan Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama
pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan
siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk
siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi:
memperhatikan bimbingan guru, membaca materi, mencatat materi penting,
mengajukan pertanyaan pada guru, dan mengerjakan LKS. Lembar
pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar,
yang meliputi: menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi
dan sumber belajar, melakukan informasi pendahuluan, penampilan guru,
pengolahan waktu dan penguasaan materi, melaksanakan teknik pemberian
tugas (resitasi), menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan, dan
melaksanakan tes.
b. Pelaksanaan Tindakan
A. Kegiatan Awal (15 menit)
a) Berdoa bersama
b) Mengabsen dan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran.
c) Tanya jawab tentang uang saku.
B. Kegiatan Inti (75 menit)
a) Menjelaskan cara menjumlahkan dua bilangan 3 angka.
b) Menjumlahkan bilangan 3 angka dengan 3 angka dengan teknik
menyimpan.
c) Mengurangkan bilangan 3 angka dengan 3 angka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
d) Menyelesaikan pengurangan 3 angka dengan 3 angka dengan teknik
menyimpan.
e) Mengenal bentuk bangun ruang balok, kubus, bola, kerucut, dan limas..
f) Mengelompokkan bentuk bangun ruang balok, kubus, bola, kerucut, dan
limas.
C. Kegiatan Akhir (15 menit)
a) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya.
b) Memberi lembar tugas untuk dikerjakan.
c. Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat
pada saat guru memberikan penjelasan dengan menerapkan metode resitasi,
semua siswa memperhatikan penjelasan guru terhadap tugas yang dibeirkan
kepada siswa. Siswa sudah dapat memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu
yang tersedia sehingga waktu dimanfaatkan siswa sebaik mungkin mengerjakan
tugas, melakukan diskusi dengan teman dan diskusi dengan guru dan
mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sungguh-sungguh.
Pada saat guru akan memberikan tugas, semua siswa telah siap, baik
kesiapan siswa terhadap buku catatan, dan alat tulis. Pada saat guru memberikan
pelajaran menerapkan metode resitasi yaitu memberi kebebasan kepada siswa
untuk berdiskusi dengan teman dan bertanya kepada guru terhadap materi yang
tidak jelas. Siswa memperhatikan apa yang dijelaskan guru dalam pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat memperhatikan dengan sungguh-
sungguh tugas yang harus dikerjakan.
Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, semua siswa
melakukannya dengan segera mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang praktis sehingga
waktu sangat efektif. Siswa juga aktif dalam bertanya, memberikan komentar
terhadap materi yang dibahas. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
melakukan tanya jawab dalam diskusi kelas, siswa telah berani mengeluarkan
pendapat di hadapan teman-temannya.
Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran matematika
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi
berdasarkan hasil observasi pada siklus II aktivitas siswa meningkat, aktivitas
siswa secara keseluruhan sudah tinggi sehingga dapat mempengaruhi
peningkatan hasil belajar matematika, skor aktivitas siswa telah mencapai
76,67% (Lampiran 10 halaman 78).
Dari hasil pengamatan pada siklus II, diperoleh dari lembar pengamatan
aktivitas guru dalam pembelajaran matematika yang terdiri dari 10 indikator
(menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan materi dan sumber
belajar, melakukan informasi pendahuluan, penampilan guru, pengolahan waktu
dan penguasaan materi, melaksanakan teknik pemberian tugas, menanggapi
usulan siswa, membuat kesimpulan, dan melaksanakan tes) dapat disimpulkan
bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran matematika menerapkan teknik
pemberian tugas (resitasi) telah menunjukkan aktivitas yang diharapkan, karena
rata-rata aktivitas guru mengajar mencapai skor 42 atau 84% (lampiran 8
halaman 76).
Hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat melalui metode resitasi pada siklus II disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5. Nilai Matematika Materi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
Siswa Kelas VI SLB ABC Tawangsari pada Siklus II.
No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan
1 BYI 65 Sudah tuntas
2 BW 60 Sudah tuntas
3 HI 60 Sudah tuntas
4 RW 75 Sudah tuntas
Jumlah 260
Rerata Nilai Matematika 65,00
Ketuntasan Klasikal 100,00% Sudah tuntas
Sumber data: Lampiran 13 halaman 81.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa
sebanyak 4 siswa memperoleh nilai 60 ke atas. Nilai rerata 65,00 dengan tingkat
ketuntasan mencapai 100%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa
tunagrahita kelas VI SLB ABC Tawangsari telah memenuhi batas tuntas yang
ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi siklus II ini pembelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat
dikatakan telah mencapai tujuan yang diharapkan.
Prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat siklus II di atas dapat digambarkan dalam betuk grafik sebagai
berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
BYI BW HI RW
Siklus II
Grafik 3. Prestasi Belajar matematika Siklus II.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa telah
memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya, pembelajaran
matematika perlu ditekankan pada siswa pentingnya pemanfaatan waktu.
Siswa telah bersemangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran
meningkatkan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dan seringnya tanya jawab dilakukan antara siswa dengan siswa
dan bertanya pada guru menjadikan siswa semakin paham akan pentingnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
metode resitasi untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sehingga siswa yang menghadapi
kesulitan ketika memahami materi matematika. Pada pembelajaran pada siklus
II siswa telah mempersiapkan diri dan memperhatikan guru dalam penerapan
metode resitasi dalam pembelajara matematika materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru semakin meningkat. Siswa
besemangat sehingga penerapan metode resitasi yang dilaksanakan guru
bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap peningkatan prestasi
belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Siswa
terus dibimbing dan diarahkan dan interaksi dengan siswa semakin sering
sehingga pembelajaran semakin terarah.
B. Hasil Penelitian
Hasil evaluasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat materi pada siklus I menunjukkan bahwa 2 siswa mendapat nilai
kurang dari 60,00 yang dinyatakan belum tuntas belajar matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Sedangkan 2 siswa mendapat nilai
60,00 atau lebih yang dinyatakan telah tuntas belajar matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Nilai rata-rata kelas 57,50.
Ketuntasan secara klasikal sebesar 50,00% yang dinyatakan belum tuntas belajar
matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat secara klasikal.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran matematika
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi pada
siklus I belum berjalan maksimal dan perlu perbaikan karena masih berada di
bawah indikator kinerja ketuntasan belajar yang telah ditentukan 80% dari jumlah
siswa mendapat nilai 60,00 ke atas.
Dari hasil tindakan siklus I yang belum tuntas baik secara individu maupun
secara klasikal, maka masih perlu diadakan perbaikan pembelajaran matematika
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
guru kelas. Guru berusaha meningkatkan aktivitas mengajar dengan melakukan
perbaikan terhadap indikator yang masih kurang sehingga diharapkan pada siklus II
aktivitas guru mengajar dapat mencapai ketuntasan mengajar.
Dari hasil pengamatan pada siklus II, diperoleh dari lembar pengamatan
aktivitas guru dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam
pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
melalui metode resitasi telah menunjukkan aktivitas yang diharapkan, guru telah
mendalami metode resitasi, dengan penekanan tersebut terdapat peningkatan yang
signifikan terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi Siklus
II aktivitas belajar siswa sudah sesuai yang diharapkan, guru terus memotivasi
belajar siswa dengan menjelaskan keuntungan dan kelebihan pembelajaran
matematika melalui metode resitasi, dengan penekanan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Hasil evaluasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat pada siklus II, menunjukkan seluruh siswa mendapat nilai di atas
60,00 yang dinyatakan telah tuntas. Nilai rata-rata kelas 65,00. Ketuntasan secara
klasikal sebesar 100% yang dinyatakan telah tuntas belajar matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat secara klasikal. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode resitasi pada siklus II
telah berjalan maksimal dan sudah berada di atas indikator kinerja ketuntasan
belajar yang telah ditentukan (80%).
Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan
pada pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat melalui metode resitasi, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang diperoleh
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 6. Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat Setiap Siklus Melalui Menerapan Metode Resitasi.
No. Nama Siswa Nilai Awal Siklus I Siklus II
1 BYI 50 60 65
2 BW 45 55 60
3 HI 40 50 60
4 RW 60 65 75
Jumlah 195 230 260
Rata-Rata 48,75 57,50 65,00
Ketuntasan Belajar 25,00 % 50,00% 100%
Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat tabel
perbandingan sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
BYI BW HI RW
Nilai Awal Siklus I Siklus II
Grafik 4. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan
dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siswa Melalui Metode
Resitasi.
Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus prestasi belajar
matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat dibuat tabel
perbandingan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Matematika Materi
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siklus
S i k l u s Nilai Rata-rata Peningkatan
Tes Awal 48,75 -
Siklus I 57,50 8,75
Siklus II 65,00 7,50
Dari peningkatan prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat siswa kelas VI SLB ABC Tawangsari tahun pelajaran
2010/2011 melalui metode resitasi secara klasikal dapat digambarkan dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
40
45
50
55
60
65
70
Prestasi Belajar Matematika
Nilai Awal Siklus I Siklus II
Grafik 5. Peningkatan Prestasi Belajar matematika Materi Penjumlahan
dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siklus.
Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa Rerata Nilai Matematika
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat telah mencapai 67,50 dari 3
siswa seluruhnya mendapat di atas 60,00. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%
siswa mendapat nilai 60,00 ke atas yang dapat diasumsikan indikator kinerja
secara klasikal telah mencapai batas tuntas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI
SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode resitasi dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
Hasil penelitian ini bila dikaitkan dengan teori masih relevan, tinggi atau
rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar menurut Ngalim Purwanto (2002: 107) terdiri dari
faktor dari luar, meliputi: lingkungan dan instrumental; dan faktor dari dalam,
meliputi: fisiologis, psikologis, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.
Pemberian tugas (resitasi) merupakan faktor instrumental yang berasal dari luar diri
siswa, dengan seringnya anak diberi tugas maka akan menjadikan siswa selalu
belajar di rumah dan dapat memecahkan masalah yang tidak bisa dengan bantuan
orang lain dan mendapat bimbingan untuk belajar, sehingga anak akan semakin
paham terhadap materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah.
Metode resitasi memiliki beberapa keuntungan sebagaimana yang
dikemukakan Winarno Surakhmad (2000: 92-93) sebagai berikut: 1) pengetahuan
yang siswa peroleh dari hasil belajar, hasil eksperimen atau penyelidikan yang
banyak berhubungan dengan minat mereka dan yang lebih mereka rasakan berguna
untuk hidup mereka, akan lebih lama dapat diingat. 2) murid berkesempatan
memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab
dan berdiri sendiri.
Salah satu strategi yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa adalah dengan diberikan tugas baik tugas yang harus dikerjakan di
sekolah maupun di rumah. Tugas yang diberikan kepada siswa merupakan kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh pihak sekolah baik saat jam sekolah maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
di luar jam belajar di sekolah yang ditentukan. Dengan diberikan tugas yang
merupakan tambahan jam belajar, diharapkan anak akan termotivasi untuk
berprestasi dan menguasai materi pelajaran yang telah digariskan dalam kurikulum.
Tugas yang diberikan guru yang biasanya diberikan pada akhir pelajaran
dan menjadi kewajiban siswa untuk menyelesaikan tugas tersebut setelah sampai di
rumah diharapkan dapat membantu siswa dalam memecahkan kesulitan belajarnya.
Guru dapat mengetahui sudah sejauh mana materi yang telah diberikan dikuasai
siswa. Dengan diberikannya tugas maka diharapkan siswa dapat mengutarakan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan materi yang belum sempat dibahas pada jam-
jam sekolah dapat dibahas di luar sekolah, yaitu ketika siswa berada di rumah.
Di samping memiliki keuntungan atau kelebihan terhadap metode resitasi,
juga terdapat kelemahannya adalah (1) seringkali siswa melakukan penipuan
dimana siswa hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan orang lain, tanpa
mengalami peristiwa belajar. (2) apabila tugas terlalu sering diberikan, apalagi bila
tugas-tugas itu sukar dilaksanakan siswa, ketenangan mental mereka terpengaruh.
(3) sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka setiap hasil pekerjaan siswa,
guru mengambil kebijakan untuk dibahas kembali dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk unjuk kerja di depan kelas mengerjakan tugas yang telah
diberikan. Materi pelajaran yang kurang dipahami dapat bersama-sama untuk
didiskusikan antara siswa dengan guru, sehingga terjadi interaksi dalam
pembelajaran matematika dengan tujuan prestasi belajar matematika dapat
ditingkatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah kemukakan maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan metode resitasi dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Saran
1. Untuk Kepala Sekolah
Hendaknya lebih meningkatkan pengawasan kepada guru-guru kelas
dalam meningkatkan pembelajaran dan memberikan penjelasan kepada guru dan
siswa akan pentingnya memahami metode resitasi dalam pembelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat untuk
mempermudah memahami penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
2. Untuk Siswa
Siswa yang memiliki prestasi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat yang tinggi, hendaknya memotivasi temannya yang masih rendah dengan
lebih sering mengadakan diskusi, baik pada saat berada di dalam kelas maupun
di luar kelas dengan memanfaatkan metode resitasi. Untuk siswa yang masih
rendah prestasinya, hendaknya memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa
yang disampaikan guru dan temannya yang lebih pandai, siswa perlu memiliki
keberanian untuk bertanya kepada guru dan kepada teman terhadap materi yang
belum jelas.
3. Untuk Peneliti Lain
Perlu diupayakan adanya penelitian yang berkaitan dengan metode
resitasi dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat. Para peneliti dapat mengadakan penyelidikan dengan subyek
yang lebih banyak dan waktu penelitian yang lebih lama sehingga akan
dihasilkan kesimpulan yang berbeda.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
DAFTAR PUSTAKA
Farida Rahim. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
George Boeree. Intelligence and IQ, Shippensburg University. http://www.
iqcomparisonsite.com/IQBasics.aspx). Diakses tanggal 5 Mei 2011.
James Popham, W. dan Eva L. Baker. 2001. Teknik Mengajar Secara Sistematis.
Jakarta: Rineka Cipta.
Jujun S. Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kamus Umum Bahasa Indonesia. 2001. Jakarta: Balai Pustaka.
Lumbantobing, 1997. Anak Dengan Mental Terbelakang. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Margono. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Maryana W. dan Soedarinah Padmodisastro. 1991. Dasar-dasar PMIPA.
Surakarta: UNS Press.
Moeleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mohammad Efendi, 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Moh. Amin, 1996. Ortopedagogik Anak Tuna Grahita. Bandung: Depdikbud.
_____. 2005. Ortopedagogik C (Pendidikan Anak Terbelakang). Jakarta:
Depdikbud.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Depdikbud dan Rineka Cipta.
Mumpuniarti. 2007. Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental.
Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Munzayanah. 2000. Pendidikan Anak Tuna Grahita. Surakarta: PLB.
Mulyani Sumantri dan Johar Premana. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosda karya.
Nana Sudjana. 1994. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru.
_____. 2001. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Nasution. 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 1989. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Pasaribu dan Simanjuntak. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito.
Purwoto. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.
Retno Winarni. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga: Widyasari.
Roestiyah NK. 1998. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.
Salim Choiri, A. dan Munawir Yusuf. 2008. Pendidikan Luar Biasa / Pendidikan
Khusus. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.
Saifuddin Azwar. 2001. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Singgih D. Gunarso. 1995. Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga.
Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sumadi Suryabrata. 2000. Metode Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.
Sunaryo Kartadinata. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud, Dirjen
Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta
Sistematika Proposal dan Pelaporannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustak Book
Publisher.
Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.
Jakarta: Gramedia.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ulih Bukit Karo-karo. 1991. Suatu Pengantar Ke Dalam Metodologi Pengajaran.
Salatiga: CV. Saudara.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).
Bandung: Citra Umbara.
Winarno Surakhmad. 2000. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Yusak S. 2003. Instruduksi Pada Anak Berkelainan. Bandung: Sinar Baru.