s a t ut a h n pembangunan untuk semua sby … filementerian perhubungan (ke-menhub) sejak...

1
RABU, 20 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 24 PEMBANGUNAN UNTUK SEMUA SBY-BOEDIONO SBY-BOEDIONO s a t u t a h u n p e m e r i n t a h a n R OAD Map to Zero Acci- dent atau peta menuju nihil kecelakaan te- lah dicanangkan Ke- menterian Perhubungan (Ke- menhub) sejak kepemimpinan Jusman Syafei Djamal pada Ka binet Indonesia Bersatu (KIB) I. Program tersebut pun masih menjadi salah satu sasar- an utama kementerian pada ke- pemimpinan Freddy Numberi dalam KIB II. Bertahun-tahun sejak dica- nangkannya slogan beserta serangkaian program terkait, kecelakaan transportasi, baik udara, darat, kereta api, mau- pun laut, masih menghiasi ranah publik. Kondisi itu bah- kan sempat membuat lembaga transportasi nasional menjatuh- kan sanksi berupa pelarangan terbang kepada seluruh maska- pai negeri ini ke Eropa. Belakangan, seiring dengan menurunnya angka kecelakaan transportasi udara di Indone- sia, Uni Eropa mencabut kem- bali larangan terbang tersebut kepada sejumlah maskapai lokal. Namun, kecelakaan pada moda transportasi lain masih saja terjadi. “Pemerintah menargetkan pengurangan kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan ke- matian berkurang 50% pada 2014 jika dibandingkan dengan 2004. Tapi dari kecelakaan laut dan kereta api yang terjadi be- berapa bulan belakangan mem- perlihatkan pemerintah belum berjalan ke arah sana,” ujar Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit, ke- tika dihubungi, Sabtu (16/10). Menurutnya, pemerintah ha- rus berani mengambil langkah progresif untuk membenahi sistem transportasi, terutama yang menyangkut masalah keselamatan dan keamanan pe- numpang. Terlebih, dengan se- makin bertumbuhnya industri transportasi selama beberapa tahun terakhir. “Kita lihat selama lima tahun terakhir, industri ini tumbuh pesat, udara 20%, laut 10%, dan kereta api 8%-10%. Per- mintaan masyarakat meningkat secara signikan. Ini harusnya diimbangi dengan peningkatan infrastruktur, baik kuantitas maupun kualitas,” tegasnya. Ia mencontohkan kereta api, peningkatan infrastruktur ha- rus dilakukan dengan memo- dernisasi regulasi dan opera- sionalisasi. Pemerintah perlu memperketat regulasi sekaligus mengefektifkan penerapannya, khususnya terkait keselamatan penumpang. Modernisasi, nilainya, perlu di lakukan pada sarana dan prasarana kereta api yang su- dah tidak layak pakai karena faktor usia. Pasalnya, angkutan tersebut mampu menampung penumpang dalam jumlah yang besar sehingga diharap- kan dapat menjadi salah satu solusi kemacetan kota. “Kereta api seharusnya men- jadi primadona di negara ini. Ada pertumbuhan yang meng- gairahkan di sektor ini yang belum mampu direspons sektor infrastruktur. Ini yang harus diperbaiki,” jelasnya. Benahi pengawasan Sementara itu, Menteri Per- hubungan Freddy Numberi mengakui masih banyak pem- benahan yang harus dilakukan kementerian terkait keselamat- an dan keamanan sektor trans- portasi. Salah satunya adalah lemahnya pengawasan dalam pe nerapan regulasi di lapa- ngan. “Contohnya regulasi kereta api. Ke depan kami akan lebih fokus dalam membantu PT KAI (PT Kereta Api Indonesia) secara payung regulasi dan pengawasan. Dalam kasus anak kena listrik kemarin, sebenarnya regulasi sudah kita atur dengan jelas, tetapi peng- awasan di lapangan lemah ma- kanya ada korban,” jelasnya. Sebagai regulator, ujar Fred- dy, kementerian juga akan mengevaluasi sejumlah regula- si yang ada terkait keselamatan dan keamanan sektor transpor- tasi. Menurut dia, evaluasi akan disesuaikan dengan kondisi dan operasionalisasi yang ter- jadi di lapangan. Terkait kinerja kementerian selama setahun terakhir, ia mengklaim sudah sekitar 80% tugas yang dibebankan kepada pihaknya sudah terlaksana. Antara lain, distribusi kapal ke seluruh daerah terpencil In- donesia pada akhir September lalu, pembentukan 150 trayek baru, serta penyebaran subsidi untuk kapal-kapal perintis Ta- nah Air. Hadapi liberalisasi Poin krusial lain yang juga harus ditangani, adalah pem- benahan lima bandara yang dipersiapkan untuk ASEAN Open Sky. Liberalisasi pener- bangan di wilayah Asia Teng- gara itu sendiri ditargetkan terealisasi selambatnya 2015. Airport harus dibenahi total, menyelesaikan masalah runway dua sisi untuk operasional 24 jam. Kita koordinasikan dengan operator untuk persiapan ke arah sana, termasuk SDM-nya. Kami juga akan siapkan regu- lasi dan insentif untuk operator yang bisa optimalkan,” tutur Freddy. Pemerintah, juga mengupa- yakan percepatan realisasi per- aturan pemerintah yang hingga kini masih mengendap di pe- merintah. Selain itu, kementeri- an juga akan mengupayakan percepatan penyerapan anggar- an kementerian dengan pemba- hasan terpadu di awal tahun anggaran. “Sampai akhir Oktober di- perkirakan penyerapan Kemen- hub baru mencapai 60%, pada Desember maksimal 95%. Ang- garan belum bisa turun karena masih harus dibahas dengan DPR terkait isu-isu tertentu. Ke depan ini akan terus terhambat, kecuali dari awal sudah dibahas secara terpadu sebelum pelak- sanaan,” tandasnya. (E-2) christina@ mediaindonesia.com Ambil Langkah Progresif Wujudkan Kecelakaan Nihil Pemerintah mengakui masih banyak pembenahan yang harus dilakukan terkait keselamatan dan keamanan sektor transportasi. Christina Sihite ZERO ACCIDENT: Penumpang duduk di atap kereta api jurusan Jakarta-Bogor saat memasuki Stasiun Pasar Minggu, Jakarta, beberapa waktu lalu. Road Map to Zero Accident atau peta menuju nihil kecelakaan telah dicanangkan sejak menteri perhubungan dijabat Jusman Syafei Djamal. ANTARA/PUSPA PERWITASARI MI/PANCA SYURKANI P ELARANGAN ter- bang maskapai pe- nerbangan nasional ke Eropa merupakan ujian berat bagi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Sejumlah langkah intensif mela- lui Kementerian Perhubungan pun membuahkan hasil. Da- lam satu tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, kepercayaan dunia internasional terhadap penerbangan nasional pun mulai pulih. Dalam laporan capaian ki- nerja Kementerian Perhubung- an selama setahun Kabinet In- donesia Bersatu II disebutkan, ada penambahan dua maskapai penerbangan yang diizinkan terbang ke Eropa, sebagai tin- dak lanjut dicabutnya larangan terbang Uni Eropa (UE) ter- hadap maskapai penerbangan nasional. Kedua maskapai itu adalah Indonesia Air Asia dan Metro Batavia. Keputusan pencabutan larangan terbang yang dilansir pada Juli 2010 itu diputuskan secara aklamasi oleh wakil dari 27 negara UE. Sebelumnya, pada Juni 2009, Uni Eropa juga mencabut larangan terbang ter- hadap empat maskapai Indone- sia. Yakni, Garuda Indonesia, Mandala Airlines, Airfast, dan PremiAir. Pascapencabutan larangan terbang, Kementerian Per- hubungan masih terus ber- upaya mengajukan rekomen- dasi pencabutan larangan terbang bagi angkutan udara niaga Indonesia. Dalam dua tahun terakhir, tercatat keselamatan pener- bangan maskapai-maskapai Indonesia meningkat drastis. Indikatornya adalah tidak ada kecelakaan penerbangan yang menimbulkan korban jiwa. Capaian itu diperoleh berkat adanya sejumlah pembenah- an yang mengacu pada UU Penerbangan. Hal itu meli- puti pembenahan di bidang regulasi, penegakan hukum, sarana dan prasarana, serta kelembagaan. Dalam hal regulasi, data yang diperoleh Media Indonesia memaparkan bahwa sepan- jang 2010 telah ditetapkan em- pat peraturan menteri terkait keselamatan penerbangan. Satu peraturan menteri terkait keamanan penerbangan dan satu peraturan lagi terkait sertifikasi penerbangan dan instruktur terbang. Bukan hanya itu. Pada tahun yang sama diterbitkan pula enam peraturan Dirjen Perhubungan Udara, yang khusus meng- atur tentang keselamatan penerbangan. Sementara itu, di bidang penegakan hukum, otori- tas terkait juga melakukan tindakan tegas terhadap maskapai penerbangan atau bengkel perawatan kategori III, yang tidak dapat diper- baiki. Target dari tindak tegas tersebut adalah terciptanya pelayanan transportasi udara yang memenuhi standar keselamatan. Selain itu, juga dilakukan revisi atas butir-butir penegak- an hukum terkait pemberian sanksi administrasi kepada operator bandara, maskapai penerbangan, dan air traffic control (ATC). Langkah itu un- tuk menegakkan disiplin secara menyeluruh. Upaya lainnya adalah audit investigasi terhadap pesawat yang beroperasi dan menjatuh- kan sanksi kepada operator yang tidak melaksanakan se- jumlah ketentuan. Demi mendongkrak kesela- matan, di bidang sarana dan prasarana dilakukan pening- katan keandalan peralatan radar, serta pengadaan dan pemasangan peralatan bantu pendaratan (instrument landing system/ILS), demi meningkat- kan keselamatan pendaratan. Adapun yang terkait de- ngan kelembagaan, Kemen- terian Perhubungan, melalui aparatur di Ditjen Perhubung- an Udara, mengevaluasi lima kantor administratur bandara dan pembentukan administra- tur bandara pada 18 bandara yang diusahakan. Saat ini, juga tengah disusun usulan pem- bentukan otoritas bandara. Khusus untuk meningkat- kan keselamatan dan pencegah- an terhadap terjadinya hal-hal yang membahayakan pener- bangan, Ditjen Perhubungan Udara mewajibkan setiap ope- rator penerbangan mening- katkan kecakapan para pe- nerbangnya melalui sejumlah pelatihan. Hasil asas cabotage Setahun kinerja Kemente- rian Perhubungan pada Kabi- net Indonesia Bersatu II tidak hanya menorehkan tinta emas di bidang perhubungan udara. Di sektor perhubungan laut, misalnya, pemberlakuan asas cabotage juga menunjukkan ha- sil yang signikan. Diketahui, asas cabotage merupakan aturan tentang penggunaan kapal berbendera Indonesia untuk mengangkut komoditas yang berasal dari Indonesia. Hingga September 2010, ter- catat peningkatan jumlah arma- da niaga nasional berbendera Indonesia sebanyak 62,80% atau menyentuh angka 9.834 unit kapal. Padahal pada 2005, saat pertama kali kebijakan itu diterapkan, total armada niaga berbendera Indonesia berjum- lah 6.041 unit. Setelah penerapan Inpres No 5 tahun 2005, pada tahun 2009 telah terjadi peningkat- an pangsa muatan pelayaran nasional sebesar 90,2 % (258,3 juta ton), dibandingkan pangsa muatan pelayaran asing yang sebesar 9,8% (28 juta ton). Angka ini sangat signifikan apabila dibandingkan pada awal mula diberlakukannya Asas Cabotage pada tahun 2005, dimana pada saat itu ter- catat pangsa muatan pelayaran nasional hanya sebesar 55,5 % (114,5 juta ton), dibandingkan pangsa muatan pelayaran asing yang masih sebesar 44,5% (91,8 juta ton). Pada triwulan I tahun 2010 tercatat pangsa muatan pe- layaran nasional sebesar 95 % (76,5 juta ton), dibanding pangsa muatan pelayaran asing yang hanya sebesar 4,9% (4 juta ton). Sementara itu, sejalan de- ngan amanat Presiden yang juga tertuang dalam program pemerintah pusat, Kementeri- an Perhubungan juga mening- katkan konektivitas angkutan darat dan kereta api. Tercatat pada 2010, untuk angkutan darat telah dilaksana- kan program pengembangan bus rapid transit (BRT) di 9 kota di Indonesia. Di antaranya di Bogor, Yogyakarta, Pakanbaru, Manado, Palembang, Goron- talo, Batam, dan Solo. Untuk pengembangan konektivitas angkutan darat antarwilayah, pada 2010 telah ditetapkan 180 trayek angkutan jalan perintis di 20 provinsi. Se- mentara untuk sarana perintis angkutan jalan, telah dilakukan pengadaan 37 unit bus di 21 provinsi. Untuk pelayanan kepe- rintisan angkutan darat terse- but, pemerintah memberikan subsidi berupa bantuan ar- mada bus dan trayek angkut- an (tarif). Adapun dalam hal perkeretaapian, peningkatan aksesibilitas pelayanan trans- portasi perkeretaapian yang telah dilakukan, antara lain, dengan mengoperasikan KA regional di beberapa wilayah. Dukungan pemerintah juga diwujudkan dalam bentuk pemberian subsidi tarif melalui PSO kepada penumpang kelas ekonomi. (S-25) Angkutan Udara RI pun kembali Dipercaya Uni Eropa CATATAN KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Upload: vuongliem

Post on 02-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RABU, 20 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 24PEMBANGUNAN UNTUK SEMUA

SBY-BOEDIONOSBY-BOEDIONO

satu tahun

pemerintahan

ROAD Map to Zero Acci-dent atau peta menuju nihil kecelakaan te-lah dicanangkan Ke-

menterian Perhubungan (Ke-menhub) sejak kepemimpin an Jusman Syafei Djamal pada Ka binet Indonesia Bersatu (KIB) I. Program tersebut pun masih menjadi salah satu sasar-an utama kementerian pada ke-pemimpinan Freddy Numberi dalam KIB II.

Bertahun-tahun sejak di ca-nang kannya slogan beserta se rangkaian program terkait, kecelakaan transportasi, baik udara, darat, kereta api, mau-pun laut, masih menghiasi ra nah publik. Kondisi itu bah-kan sempat membuat lembaga transportasi nasional menjatuh-kan sanksi berupa pelarangan terbang kepada seluruh maska-pai negeri ini ke Eropa.

Belakangan, seiring dengan menurunnya angka kecelakaan transportasi udara di Indone-sia, Uni Eropa mencabut kem-bali larangan terbang tersebut kepada sejumlah maskapai lo kal. Namun, kecelakaan pada moda transportasi lain masih saja terjadi.

“Pemerintah menargetkan pengurangan kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan ke-matian berkurang 50% pada

2014 jika dibandingkan dengan 2004. Tapi dari kecelakaan laut dan kereta api yang terjadi be-berapa bulan belakangan mem-perlihatkan pemerintah belum berjalan ke arah sana,” ujar Ke tua Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit, ke-tika dihubungi, Sabtu (16/10).

Menurutnya, pemerintah ha-rus berani mengambil langkah progresif untuk membenahi sistem transportasi, terutama yang menyangkut masalah keselamatan dan keamanan pe-numpang. Terlebih, dengan se-makin bertumbuhnya industri transportasi selama beberapa tahun terakhir.

“Kita lihat selama lima tahun terakhir, industri ini tumbuh pesat, udara 20%, laut 10%, dan kereta api 8%-10%. Per-mintaan masyarakat meningkat secara signifi kan. Ini harusnya diimbangi dengan peningkatan infrastruktur, baik kuantitas maupun kualitas,” tegasnya.

Ia mencontohkan kereta api, peningkatan infrastruktur ha-rus dilakukan dengan memo-dernisasi regulasi dan opera-sionalisasi. Pemerintah perlu memperketat regulasi sekaligus mengefektifkan penerapannya, khususnya terkait keselamatan penumpang.

Modernisasi, nilainya, perlu di lakukan pada sarana dan pra sarana kereta api yang su-dah tidak layak pakai karena

faktor usia. Pasalnya, angkutan tersebut mampu menampung penumpang dalam jumlah yang besar sehingga diharap-kan dapat menjadi salah satu solusi kemacetan kota.

“Kereta api seharusnya men-jadi primadona di negara ini. Ada pertumbuhan yang meng-gairahkan di sektor ini yang belum mampu direspons sektor infrastruktur. Ini yang harus diperbaiki,” jelasnya.

Benahi pengawasanSementara itu, Menteri Per-

hubungan Freddy Numberi meng akui masih banyak pem-benahan yang harus dilakukan kementerian terkait keselamat-an dan keamanan sektor trans-portasi. Salah satunya adalah lemahnya pengawasan dalam pe nerapan regulasi di lapa-ngan.

“Contohnya regulasi kereta api. Ke depan kami akan lebih

fokus dalam membantu PT KAI (PT Kereta Api Indonesia) secara payung regulasi dan pengawasan. Dalam kasus anak kena listrik kemarin, sebenarnya regulasi sudah kita atur dengan jelas, tetapi peng-awasan di lapangan lemah ma-kanya ada korban,” jelasnya.

Sebagai regulator, ujar Fred-dy, kementerian juga akan meng evaluasi sejumlah regula-si yang ada terkait keselamatan

dan keamanan sektor transpor-tasi. Menurut dia, evaluasi akan disesuaikan dengan kondisi dan operasionalisasi yang ter-jadi di lapangan.

Terkait kinerja kementerian selama setahun terakhir, ia mengklaim sudah sekitar 80% tugas yang dibebankan kepada pihaknya sudah terlaksana. Antara lain, distribusi kapal ke seluruh daerah terpencil In-donesia pada akhir September

lalu, pembentukan 150 trayek baru, serta penyebaran subsidi untuk kapal-kapal perintis Ta-nah Air.

Hadapi liberalisasiPoin krusial lain yang juga

harus ditangani, adalah pem-benahan lima bandara yang dipersiapkan untuk ASEAN Open Sky. Liberalisasi pener-bangan di wilayah Asia Teng-gara itu sendiri ditargetkan terealisasi selambatnya 2015.

“Airport harus dibenahi total, menyelesaikan masalah runway dua sisi untuk operasional 24 jam. Kita koordinasikan de ngan operator untuk persiapan ke arah sana, termasuk SDM-nya. Kami juga akan siapkan regu-lasi dan insentif untuk operator yang bisa optimalkan,” tutur Freddy.

Pemerintah, juga me ng upa-ya kan percepatan realisasi per-aturan pemerintah yang hingga kini masih me ngendap di pe-merintah. Selain itu, kementeri-an juga akan mengupayakan per cepatan penyerapan anggar-an kementerian dengan pemba-hasan terpadu di awal tahun anggaran.

“Sampai akhir Oktober di-per kirakan penyerapan Kemen-hub baru mencapai 60%, pada Desember maksimal 95%. Ang-garan belum bisa turun karena masih harus dibahas dengan DPR terkait isu-isu tertentu. Ke depan ini akan terus terhambat, kecuali dari awal sudah dibahas secara terpadu sebelum pelak-sanaan,” tandasnya. (E-2)

[email protected]

Ambil Langkah Progresif Wujudkan Kecelakaan Nihil Pemerintah mengakui masih banyak pembenahan yang harus dilakukan terkait keselamatan dan keamanan sektor transportasi.

Christina Sihite

ZERO ACCIDENT: Penumpang duduk di atap kereta api jurusan Jakarta-Bogor saat memasuki Stasiun Pasar Minggu, Jakarta, beberapa waktu lalu. Road Map to Zero Accident atau peta menuju nihil kecelakaan telah dicanangkan sejak menteri perhubungan dijabat Jusman Syafei Djamal.

ANTARA/PUSPA PERWITASARIMI/PANCA SYURKANI

PELARANGAN ter-bang maskapai pe-nerbangan nasional ke Eropa merupakan

ujian berat bagi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Sejumlah langkah intensif mela-lui Kementerian Perhubungan pun membuahkan hasil. Da-lam satu tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, kepercayaan dunia internasional terhadap penerbangan nasional pun mulai pulih.

Dalam laporan capaian ki-nerja Kementerian Perhubung-an selama setahun Kabinet In-donesia Bersatu II disebutkan, ada penambahan dua maskapai penerbangan yang diizinkan terbang ke Eropa, sebagai tin-dak lanjut dicabutnya larangan terbang Uni Eropa (UE) ter-hadap maskapai penerbangan nasional. Kedua maskapai itu adalah Indonesia Air Asia dan Metro Batavia.

Keputusan pencabutan larangan terbang yang dilansir pada Juli 2010 itu diputuskan secara aklamasi oleh wakil dari 27 negara UE. Sebelumnya, pada Juni 2009, Uni Eropa juga mencabut larangan terbang ter-hadap empat maskapai Indone-sia. Yakni, Garuda Indonesia, Mandala Airlines, Airfast, dan PremiAir.

Pascapencabutan larang an terbang, Kementerian Per-hubungan masih terus ber-upaya mengajukan rekomen-dasi pencabutan larangan terbang bagi angkutan udara niaga Indonesia.

Dalam dua tahun terakhir, tercatat keselamatan pener-bangan maskapai-maskapai Indonesia meningkat drastis. Indikatornya adalah tidak ada kecelakaan penerbangan yang menimbulkan korban jiwa.

Capaian itu diperoleh berkat adanya sejumlah pembenah-an yang mengacu pada UU

Penerbangan. Hal itu meli-puti pembenahan di bidang regulasi, penegakan hukum, sarana dan prasarana, serta kelembagaan.

Dalam hal regulasi, data yang diperoleh Media Indonesia memaparkan bahwa sepan-jang 2010 telah ditetapkan em-pat peraturan menteri terkait keselamatan penerbangan. Satu peraturan menteri terkait keamanan penerbangan dan satu peraturan lagi terkait sertifikasi penerbangan dan instruktur terbang. Bukan hanya itu. Pada tahun yang sama diterbitkan pula enam peraturan Dirjen Perhubung an Udara, yang khusus meng-atur tentang keselamatan penerbangan.

Sementara itu, di bidang penegakan hukum, otori-tas terkait juga melakukan t indak an tegas terhadap maskapai penerbangan atau bengkel perawatan kategori III, yang tidak dapat diper-baiki. Target dari tindak tegas tersebut adalah terciptanya pelayanan transportasi udara yang memenuhi s tandar keselamatan.

Selain itu, juga dilakukan revisi atas butir-butir penegak-an hukum terkait pemberian sanksi administrasi kepada operator bandara, maskapai penerbangan, dan air traffic control (ATC). Langkah itu un-tuk menegakkan disiplin secara menyeluruh.

Upaya lainnya adalah audit investigasi terhadap pesawat yang beroperasi dan menjatuh-kan sanksi kepada operator yang tidak melaksanakan se-jumlah ketentuan.

Demi mendongkrak kesela-matan, di bidang sarana dan prasarana dilakukan pening-katan keandalan peralatan radar, serta pengadaan dan pemasangan peralatan bantu pendaratan (instrument landing

system/ILS), demi meningkat-kan keselamatan pendaratan.

Adapun yang terkait de-ngan kelembagaan, Kemen-terian Perhubungan, melalui aparatur di Ditjen Perhubung-an Udara, mengevaluasi lima kantor administratur bandara dan pembentukan administra-tur bandara pada 18 bandara yang diusahakan. Saat ini, juga tengah disusun usulan pem-bentukan otoritas bandara.

Khusus untuk meningkat-kan keselamatan dan pencegah-

an terhadap terjadinya hal-hal yang membahayakan pener-bangan, Ditjen Perhubung an Udara mewajibkan setiap ope-rator penerbangan mening-katkan kecakapan para pe-nerbangnya melalui sejumlah pelatihan.

Hasil asas cabotageSetahun kinerja Kemente-

rian Perhubungan pada Kabi-net Indonesia Bersatu II tidak hanya menorehkan tinta emas di bidang perhubungan udara.

Di sektor perhubungan laut, misalnya, pemberlakuan asas cabotage juga menunjukkan ha-sil yang signifikan. Diketahui, asas cabotage merupakan aturan tentang penggunaan kapal berbendera Indonesia untuk mengangkut komoditas yang berasal dari Indonesia.

Hingga September 2010, ter-catat peningkatan jumlah arma-da niaga nasional berben dera Indonesia sebanyak 62,80% atau menyentuh angka 9.834 unit kapal. Padahal pada 2005,

saat pertama kali kebijakan itu diterapkan, total armada niaga berbendera Indonesia berjum-lah 6.041 unit.

Setelah penerapan Inpres No 5 tahun 2005, pada tahun 2009 telah terjadi peningkat-an pangsa muatan pelayaran nasional sebesar 90,2 % (258,3 juta ton), dibandingkan pangsa muatan pelayaran asing yang sebesar 9,8% (28 juta ton). Angka ini sangat signifikan apabila dibandingkan pada awal mula diberlakukannya

Asas Cabotage pada tahun 2005, dimana pada saat itu ter-catat pangsa muatan pelayaran nasional hanya sebesar 55,5 % (114,5 juta ton), dibandingkan pangsa muatan pelayaran asing yang masih sebesar 44,5% (91,8 juta ton).

Pada triwulan I tahun 2010 tercatat pangsa muatan pe-layaran nasional sebesar 95 % (76,5 juta ton), dibanding pangsa muatan pelayaran asing yang hanya sebesar 4,9% (4 juta ton).

Sementara itu, sejalan de-ngan amanat Presiden yang juga tertuang dalam program pemerintah pusat, Kementeri-an Perhubungan juga mening-katkan konektivitas angkutan darat dan kereta api.

Tercatat pada 2010, untuk angkutan darat telah dilaksana-kan program pengembangan bus rapid transit (BRT) di 9 kota di Indonesia. Di antaranya di Bogor, Yogyakarta, Pakanbaru, Manado, Palembang, Goron-talo, Batam, dan Solo.

Untuk pengembangan konektivitas angkutan darat antarwilayah, pada 2010 telah ditetapkan 180 trayek angkutan jalan perintis di 20 provinsi. Se-mentara untuk sarana perintis angkutan jalan, telah dilakukan pengadaan 37 unit bus di 21 provinsi.

Untuk pelayanan kepe-rintisan angkutan darat terse-but, pemerintah memberikan subsidi berupa bantuan ar-mada bus dan trayek angkut-an (tarif). Adapun dalam hal perkeretaapian, peningkatan aksesibilitas pelayanan trans-portasi perkeretaapian yang telah dilakukan, antara lain, dengan mengoperasikan KA regional di beberapa wilayah. Dukungan pemerintah juga diwujudkan dalam bentuk pemberian subsidi tarif melalui PSO kepada penumpang kelas ekonomi. (S-25)

Angkutan Udara RI pun kembali Dipercaya Uni EropaCATATAN KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN